• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PROGRAM BANTUAN DANA OPERASIONAL SEKOLAH PADA SEKOLAH DASAR NURUL HUDA II YAPIS JAYAPURA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PROGRAM BANTUAN DANA OPERASIONAL SEKOLAH PADA SEKOLAH DASAR NURUL HUDA II YAPIS JAYAPURA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

EVALUASI PROGRAM BANTUAN DANA OPERASIONAL

SEKOLAH PADA SEKOLAH DASAR NURUL HUDA II YAPIS

JAYAPURA

Samuel Mamonto

Dosen Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Yapis Papua

Abstrak

Kajian mengenai Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah di Sekolah Dasar Nurul Huda II Yapis Jayapura, dimana metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan instrument inti indepth interview kepada beberapa informan yang berkompeten terhadap permasalahan yang dikaji, dimana hal-hal yang ditelaah dari penelitian ini yaitu antara lain mengenai penggunaan dana BOS, pelaporan dana BOS dan proses pengawasan penggunaan dana BOS dengan memperhatikan tingkat efisiensi dan efektivitas penggunaannya, kecukupan dana, peralatan yang diperlukan dan ketepatan programnya.

Hasil penelitian dapat dideskripsikan bahwa Mekanisme penggunaan dana BOS pada SD Nurul Huda 2 Yapis Jayapura sejauh ini dapat dikategorikan baik, hal ini dapat dilihat secara khusus dari sub indikator efektivitas, efisiensi, ketepatan dan peralatan, namun dari segi kecukupan masih sedikit terkendala dengan tidak stabilnya harga-harga sarana prasarana pendukung seperti komputer, ATK, pengeluaran rutin seperti pajak listrik, air dan sebagainya yang cenderung kebutuhannya melebihi dari alokasi dana bOS yang telah ditetapkan;

Pelaporan Penggunaan Dana BOS pada SD Nurul Huda 2 Yapis Jayapura secara umum berjalan dengan baik, khususnya pada segi efektivitas pelaporan, efisiensi penyusunan laporan dan ketersediaan personil yang cukup, namun hal yang perlu mendapat perhatian khusus pada indikator ini adalah peralatan dalam penyusunan laporan yang belum maksimal sehingga berpengaruh pula pada ketepatan dalam memberikan laporan khususnya laporan pertanggung jawaban yang bersifat online, karena terkendala jaringan atau koneksi internet yang sering mengalami gangguan.

Proses Pengawasan Penggunaan Dana BOS pada SD Nurul Huda 2 Yapis Jayapura dengan melihat berdasarkan pada 5 sub indicator yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, peralatan dan ketepatan dalam proses pelaksanaannya sejauh ini berada pada kategori baik.

I PEDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Evaluasi sangat berperan dalam nilai-nilai suatu tujuan dan target yang telah ditetapkan. Menurut Nawawi (2006:73) “Evaluasi kinerja diartikan juga sebagai kegiatan mengukur/menilai pelaksanaan pekerjaan untuk menetapkan sukses atau gagalnya seorang pekerja dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab dibidang kerjanya masing-masing”. Evaluasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu proses pekerjaan, karena dengan adanya evaluasi maka hal tersebut akan mempermudah jalannya suatu proses kerja dalam sebuah organisasi. Soemardi (1992:165) mengatakan “Penilaian (evaluation) dapat

diberikan pengertian/definisi sebagai suatu proses/rangkaian kegiatan pengukuran dan pembanding dari pada hasil-hasil pekerjaan/produktivitas kerja yang telah tercapai dengan target yang direncanakan”. Dunn (2003:610) menggambarkan kriteria-kriteria evaluasi kebijakan adalah: Efektivitas, Efisiensi, Kecukupan, Perataan, Responsivitas dan Ketepatan.

Untuk dapat mengusahakan agar pekerjaan sesuai dengan rencana atau maksud yang telah ditetapkan, maka pemimpin harus melakukan kegiatan- kegiatan pemeriksaan, pengecekan, pencocokan, inspeksi, pengendalian dan pelbagai tindakan yang sejenis dengan itu, bahkan bilamana perlu mangatur dan mencegah sebelumnya terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya yang mungkin terjadi. Apabila kemudian ternyata ada penyimpangan, penyelewengan atau ketidak

(2)

2

cocokan maka pemimpin dihadapkan kepada keharusan menempuh langkah-langkah perbaikan atau penyempurnaan. Dan apabila semuanya berjalan baik, demi kemajuan organisasi, yang bersangkutan selalu harus diadakan aktivitas penyempurnaan atau melakukan evaluasi.

Kebijakan Pembangunan pendidikan dalam kurun waktu 2004-2009 diprioritaskan pada peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan dasar yang lebih berkualitas melalui peningkatan pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan pemberian akses yang lebih besar kepada kelompok masyarakat yang selama ini kurang dapat menjangkau layanan pendidikan dasar. Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) beberapa tahun terakhir ini yang juga diikuti oleh kenaikan harga bahan pokok lainnya, akan menurunkan daya beli penduduk miskin. Hal ini pada gilirannya akan berdampak terhadap upaya penuntasan Program Wajib Belajar Pendidikan dasar 9 Tahun, karena masyarakat miskin akan semakin sulit memenuhi kebutuhan biaya pendidikan.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7 -15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Konsekuensi dari amanat undang-undang tersebut, maka Pemerintah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs serta seluruh satuan pendidikan sederajat. Salah satu indikator penuntasan Wajib belajar 9 tahun diukur dengan Angka Partisipasi Kasar (APK). Pada tahun 2005, APK tingkat SMP sebesar 85,22% dan pada akhir tahun 2006 telah menapai 88,68%. Target penuntasan wajib belajar 9 tahun harus diapai pada tahun 2008/1009 dengan APK minimum 95%. Dengan demikian, pada saat ini masih ada sekitar 1,5 juta anak usia 13-15 tahun yang masih belum mendapatkan layanan pendidikan dasar (Depdiknas, Departemen Agama, 2007). Dengan adanya pengurangan subsidi bahan bakar minyak, amanat undang-undang dan upaya percepatan penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu, sejak tahun 2005 Pemerintah memprogramkan pemberian Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Program pemberian Bantuan Operasional Sekolah ini bertujuan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan bagi siswa yang lain, agar mereka memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun.

Salah satu program di bidang pendidikan yang mendapat alokasi anggaran cukup besar adalah Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Menurut Kementrian Pendidikan Dan

Kebudayaan secara umum program Bantuan Operasional Sekolah bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 (Sembilan) tahun yang bermutu. Secara khusus program Bantuan Operasional Sekolah bertujuan untuk: Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa Sekolah Dasar/Sekolah Dasar Luar Biasa negeri dan Sekolah Menengah Pertama/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa/Sekolah Menengah Pertama Terbuka negeri terhadap biaya operasi sekolah, kecuali pada rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf internasional (SBI). Sumbangan/pungutan bagi sekolah RSBI dan SBI harus tetap mempertimbangkan fungsi pendidikan sebagai kegiatan nirlaba, sehingga sumbangan/pungutan tidak boleh berlebih; Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta; Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta. Dana tersebut menjadi sumber daya penting bagi tercapainya prioritas utama rencana strategis daerah yaitu untuk pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan peningkatan kualitas produk pendidikan. Sehingga Program Wajib Belajar Pendidikan Nasional 9 (Sembilan) Tahun akan dapat dituntaskan. Program Bantuan Operasional Sekolah yang pada awalnya diamanatkan untuk mewujudkan pendidikan dasar gratis. Namun dalam implementasinya pemerintah masih kelihatan setengah hati. Setidaknya tergambar dari petunjuk pelaksanaan yang di keluarkan Departemen Pendidikan Nasional yang masih membuka peluang bagi sekolah untuk tetap melakukan pungutan terhadap orang tua siswa.

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) merupakan pengembangan lebih lajut dari Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) Bidang Pendidikan, yang dilaksanakan pemerintah pada kurun 1998-2003, dan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM yang dilaksanakan dalam kurun 2003-2005. BOS dimaksudkan sebagai subsidi biaya operasional sekolah kepada semua peserta didik wajib belajar, yang untuk tahun 2016 jumlahnya mencapai 26.866.992 siswa sekolah dasar, yang disalurkan melalui satuan pendidikan. Dengan Program BOS, satuan pendidikan diharapkan tidak lagi memungut biaya operasional sekolah kepada peserta didik, terutama mereka yang miskin. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka menengah dan jangka panjang. Namun, sampai dengan saat ini masih banyak orang miskin yang memiliki keterbatasan akses untuk memperoleh pendidikan bermutu, hal ini disebabkan antara lain karena mahalnya biaya pendidikan. Disisi lain,

(3)

3

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yang dikenal dengan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Konsekuensi dari hal tersebut maka pemerintah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/Mts serta satuan pendidikan yang sederajat).

Salah satu program di bidang pendidikan adalah Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang menyediakan bantuan bagi sekolah dengan tujuan membebaskan biaya pendidikan bagi siswa yang tidak mampu dan meringankan beban bagi siswa yang lain dalam rangka mendukung pencapaian Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.

Melalui program ini, pemerintah pusat memberikan dana kepada sekolah-sekolah setingkat SD dan SMP untuk membantu mengurangi beban biaya pendidikan yang harus ditanggung oleh orangtua siswa. BOS diberikan kepada sekolah untuk dikelola sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pemerintah pusat. Besarnya dana untuk tiap sekolah ditetapkan berdasarkan jumlah murid.

Penggunaan dana BOS di sekolah harus didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara Tim Manajemen BOS Sekolah, Dewan Guru, dan Komite Sekolah yang harus didaftar sebagai salah satu sumber penerimaan dalam RKAS/RAPBS, di samping dana yang diperoleh dari Pemda atau sumber lain yang sah. Hasil kesepakatan penggunaan dana BOS (dan dana lainnya tersebut) harus dituangkan secara tertulis dalam bentuk berita acara rapat yang dilampirkan tanda tangan seluruh peserta rapat yang hadir.

Dari seluruh dana BOS yang diterima oleh sekolah, sekolah wajib menggunakan sebagian dana tersebut untuk membeli buku teks pelajaran atau mengganti yang telah rusak. Buku yang harus dibeli untuk tingkat SD adalah buku mata pelajaran Pendidikan Agama, serta mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan, sedangkan tingkat SMP adalah buku mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Adapun dana BOS selebihnya digunakan untuk membiayai kegiatan-kegitan berikut:

1. Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru, yaitu biaya pendaftaran, penggandaan formulir, administrasi pendaftaran, dan pendaftaran ulang, pembuatan spanduk sekolah gratis, serta kegiatan lain yang berkaitan langsung dengan kegiatan tersebut (misalnya untuk

fotocopy, konsumsi panitia, dan uang lembur dalam rangka penerimaan siswa baru, dan lainnya yang relevan).

2. Pembelian buku referensi dan pengayaan untuk dikoleksi di perpustakaan (hanya bagi sekolah yang tidak menerima DAK).

3. Pembelian buku teks pelajaran lainnya (selain yang wajib dibeli) untuk dikoleksi di perpustakaan.

4. Pembiayaan kegiatan pembelajaran remedial, pembelajaran pengayaan, pemantapan persiapan ujian, olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka, palang merah remaja, unit kesehatan sekolah, dan sejenisnya (misalnya untuk honor jam mengajar tambahan di luar jam pelajaran, biaya transportasi dan akomodasi siswa/guru dalam rangka mengikuti lomba, fotocopy, membeli alat olahraga, alat kesenian, perlengkapan kegiatan ekstrakulikuler, dan biaya pendaftaran mengikuti lomba).

5. Pembiayaan ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah, dan laporan hasil belajar siswa (misalnya untuk fotocopy/penggandaan soal, honor koreksi ujian, dan honor guru dalam rangka penyusunan rapor siswa).

6. Pembelian bahan-bahan habis pakai seperti buku tulis, kapur tulis, pensil, spidol, kertas, bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris, langganan koran/majalah pendidikan, minuman dan makanan ringan untuk kebutuhan sehari-hari di sekolah, serta pengadaan suku cadang alat kantor.

7. Pembiayaan langganan daya dan jasa, yaitu listrik, air, telepon, internet, termasuk untuk pemasangan barujika sudah ada jaringan di sekitar sekolah. Khusus di sekolah yang tidak ada jaringan listrik, dan jika sekolah tersebut memerlukan listrik untuk proses belajar mengajar di sekolah, maka diperkenankan untuk membeli genset.

8. Pembiayaan perawatan sekolah, yaitu pengecetan, perbaikan atap bocor, perbaikan pintu dan jendela, perbaikan mebeler, perbaikan sanitasi sekolah, perbaikan lantai ubin/keramik, dan perawatan fasilitas sekolah lainnya.

9. Pembayaran honorarium bulanan guru honorer dan tenaga kependidikan honorer. Untuk sekolah SD diperbolehkan untuk membayar honor tenaga yang membantu administrasi BOS.

10. Pengembangan profesi guru seperti pelatihan, KKG/MGMP dan KKKS/MKKS. Khusus untuk sekolah yang memperoleh hibah/block grant pengembangan KKG/MGMP atau sejenisnya pada tahun anggaran yang sama

(4)

4

tidak diperkenankan menggunakan dana BOS untuk peruntukan yang sama.

11. Pemberian bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin yang menghadapi masalah biaya transport dari dan ke sekolah. Jika dinilai lebih ekonomis, dapat juga untuk membeli alat transportasi sederhana yang akan menjadi barang inventaris sekolah (misalnya sepeda, perahu penyebrangan, dll).

12. Pembiayaan pengelolaan BOS seperti alat tulis kantor (ATK), penggandaan, surat-menyurat, insentif bagi bendahara dalam rangka penyusunan laporan BOS dan biaya transportasi dalam rangka mengambil dana BOS di Bank/PT Pos.

13. Pembelian komputer dekstop untuk kegiatan belajar siswa, maksimum 1 set untuk SD dan 2 set untuk SMP, pembelian 1 unit printer, serta kelengkapan komputer seperti hard disk, flash disk, CD/DVD, dan suku cadang komputer/printer.

14. Jika komponen 1 s.d 13 di atas telah terpenuhi pendanaannya dari BOS dan masih terdapat sisa dana, maka sisa dana BOS tersebut dapat digunakan untuk membeli alat peraga, media pembelajaran, mesin ketik, mebeler sekolah, dan peralatan untuk UKS. Bagi sekolah yang telah menerima DAK, tidak diperkenankan menggunakan dana BOS untuk peruntukan yang sama.

Penggunaan dana BOS untuk transportasi dan uang lelah bagi guru PNS diperbolehkan hanya dalam rangka penyelenggaraan suatu kegiatan sekolah selain kewajiban jam mengajar. Besaran atau satuan biaya untuk transportasi dan uang lelah guru PNS yang bertugas di luar jam mengajar tersebut harus mengikuti batas kewajaran. Pemerintah Daerah wajib mengeluarkan peraturan tentang batas kewajaran tersebut di daerah masing-masing dengan mempertimbangkan faktor sosial ekonomi, faktor geografis dan faktor lainnya.

Sekolah Dasar Nurul Huda II jayapura juga merupakan salah satu lembaga pendidikan yang turut serta dalam mengoperasionalkan dana bantuan operasional sekolah, juga dituntut mampu melaksanakan dan menyalurkan sumbagan pemerintah demi kelancaran kegiatan belajar mengajar pada sekolah tersebut. Beberapa program kerja yang telah dapat dilaksanakan dalam mengimplementasikan bantuan dana operasional sekolah antara lain adalah :

1. Pembelian buku teks pelajaran lainnya (selain yang wajib dibeli) untuk dikoleksi di perpustakaan.

2. Pembiayaan kegiatan pembelajaran remedial, pembelajaran pengayaan, pemantapan persiapan ujian, olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka, palang merah remaja,

unit kesehatan sekolah, dan sejenisnya (misalnya untuk honor jam mengajar tambahan di luar jam pelajaran, biaya transportasi dan akomodasi siswa/guru dalam rangka mengikuti lomba, fotocopy, membeli alat olahraga, alat kesenian, perlengkapan kegiatan ekstrakulikuler, dan biaya pendaftaran mengikuti lomba).

3. Pembiayaan ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah, dan laporan hasil belajar siswa (misalnya untuk fotocopy/penggandaan soal, honor koreksi ujian, dan honor guru dalam rangka penyusunan rapor siswa).

4. Pembelian bahan-bahan habis pakai seperti buku tulis, kapur tulis, pensil, spidol, kertas, bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris, langganan koran/majalah pendidikan, minuman dan makanan ringan untuk kebutuhan sehari-hari di sekolah, serta pengadaan suku cadang alat kantor.

5. Pembiayaan langganan daya dan jasa, yaitu listrik, air, telepon, internet, termasuk untuk pemasangan barujika sudah ada jaringan di sekitar sekolah. Khusus di sekolah yang tidak ada jaringan listrik, dan jika sekolah tersebut memerlukan listrik untuk proses belajar mengajar di sekolah, maka diperkenankan untuk membeli genset.

6. Pembiayaan perawatan sekolah, yaitu pengecetan, perbaikan atap bocor, perbaikan pintu dan jendela, perbaikan mebeler, perbaikan sanitasi sekolah, perbaikan lantai ubin/keramik, dan perawatan fasilitas sekolah lainnya.

7. Pembayaran honorarium bulanan guru honorer dan tenaga kependidikan honorer. Untuk sekolah SD diperbolehkan untuk membayar honor tenaga yang membantu administrasi BOS.

Meskipun prioritas pekerjaan telah dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diperuntukkan, namun dalam kelengkapan administrasi masih mengalami kedala dalam hal pelaporan pertanggungjawaban. Inilah yang menjadi dasar penulis untuk melakukan sebuah penelitian dalam bentuk proposal karya ilmiah yang nantinya akan menjadi skripsi dengan mengambil judul: Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Operasional Sekolah Di Sekolah Dasar Nurul Huda II Jayapura B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, maka penulis mencoba merumuskan masalah dalam penelitian ini antara lain adalah: bagaimana evaluasi program bantuan Dana Operasional Sekolah pada sekolah dasar Nurul Huda II Jayapura.

(5)

5

Adapun tujuan penelitian ini antara lain adalah untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana evaluasi pelaksanaan program bantuan operasional sekolah pada sekolah dasar Nurul Huda II jayapura.

Kegunaan teoritis, Sebagai bahan referensi dalam pengayaan ilmu pengetahuan yang mempunyai erat hubungannya dengan pelaksanaan penelitian ini

Kegunaan Praktis, Sebagai bahan evaluasi nantinya yang diberikan pada pihak sekolah nantinya sebagai bahan penyempurnaan pelaksanaan evaluasi program bantuan dana operasional sekolah pada Sekolah Dasar Nurul Huda II Jayapura.

II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Bantuan Operasional Sekolah

Menurut Peraturan Mendiknas nomor 69 Tahun 2009, standar biaya operasi nonpersonalia adalah standar biaya yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun sebagai bagian dari keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai Standar Nasional Pendidikan. BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar.

Biaya Satuan pendidikan (BSP) adalah besarnya biaya yang diperlukan rata-rata tiap siswa tiap tahun, sehingga mampu menunjang proses belajar mengajar sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetap.kan. Dari cara penggunaaannya, BPS dibedakan menjadi BSP investasi dan BSP Operasional. BSP investasi adalah biaya yang dikeluarkan setiap siswa dalam satu tahun untuk pembiayaan sumber daya yang tidak habais pakai dalam waktu lebih dari satu tahun , seperti pengadaan tanah, bangunan, buku,alat peraga, media, perabot dan alat kantor. Sedangkan BSP operasional adalah biaya yang dikeluarkan setiap siswa dalam 1 tahun untuk pembiayaan sumber daya pendidikan yang habis pakai dalam 1 tahun atau kurang. BSP operasional mencakup biaya personil dan biaya non personail. Biaya personil meliputi biaya untuk kesejahteraan (honor kelebihan jam mengajar (KJM), Guru tidak tetap (GTT), Pegawai Tidak tetap (PTT), uang lembur dan pengembangan profesi guru (Pendidikan dan Latihan Guru, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), Kelompok Kerja Guru (KKG) dan lain-lain. Biaya non personil adalah biaya untuk menunjang kegiatan belajar mengajar, evaluasi

atau penilaian, perawatan/pemeliharaan, daya dan jasa, pemberian kesiswaan, rumah tangga sekolah dan supervisi. Selain dari biaya-biaya tersebut, masih terdapat jenis biaya personil yang ditanggung oleh peserta didik, misalnya biaya transoprtasi, konsumsi, seragam, alat tulis, kesehatan, dan sebagainya. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara konsep mencakup komponen untuk biaya operasional non personil hasil studi badan penelitian dan pengembangan, Departemen pendidikan Nasional (Balitbang Depdiknas). Namun karena biaya satuan yang digunakan adalah rata-rata nasional, maka penggunaan BOS dimungkinkan untuk membiayai beberapa kegatan lain yang tergolong dalam biaya personil dan biaya investasi. Oleh karena keterbatasan dana BOS dari Pemerintah Pusat, maka biaya untuk investasi sekolah/ madrasah/ ponpes dan kesejahteraan guru harus dibiayai dari sumber lain dengan prioritas utama dari sumber pemerintah, pemerintah daerah dan selanjutnya dari partisipasi masyarakat yang mampu.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 6 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan dalam ayat 3 menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Konsekuensi dari amanat undang-undang tersebut adalah Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP) serta satuan pendidikan lain yang sederajat. Salah satu indikator penuntasan program Wajib Belajar 9 Tahun dapat diukur dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) SD dan SMP. Pada tahun 2005 APK SD telah mencapai 115%, sedangkan SMP pada tahun 2009 telah mencapai 98,11%, sehingga program wajar 9 tahun telah tuntas 7 tahun lebih awal dari target deklarasi Education For All (EFA) di Dakar.

Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak bulan Juli 2005, telah berperan secara signifikan dalam percepatan pencapaian program wajar 9 tahun. Oleh karena itu, mulai tahun 2009 pemerintah telah melakukan perubahan tujuan, pendekatan dan orientasi program BOS, dari perluasan akses menuju peningkatan kualitas. Dalam perkembangannya, program BOS mengalami mengalami peningkatan biaya satuan dan juga perubahan mekanisme penyaluran. Sejak tahun 2012 penyaluran dana

(6)

6

BOS dilakukan dengan mekanisme transfer ke provinsi yang selanjutnya ditransfer ke rekening sekolah secara online. Melalui mekanisme ini, penyaluran dana BOS ke sekolah berjalan lancar. Pelaksanaan program BOS diatur dengan 3 peraturan menteri, yaitu:

a. Peraturan Presiden Nomor 162 Tahun 2014 Tentang Rincian APBN Tahun 2015.

b. Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur tentang mekanisme penyaluran dana BOS dari pusat ke provinsi dan pelaporannya.

c. Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur mekanisme pengelolaan dana BOS di daerah dan mekanisme penyaluran dari kas daerah ke sekolah.

d. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang petunjuk teknis penggunaan dan pertanggungjawaban keuangan dana BOS. Hal-hal yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Program BOS tidak dibahas kembali dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini.

BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi non personalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Menurut Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, biaya non personalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak dll. Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS.

2. Tujuan Pemberian Dana BOS

Secara umum Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bertujuan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan bagi siswa lain, agar mereka memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam rangka penuntasan Wajib belajar 9 Tahun Secara khusus program BOS bertujuan untuk:

a. Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD negeri dan SMP negeri terhadap biaya operasi sekolah, kecuali pada rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf internasional (SBI);

b. Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta; c. Meringankan beban biaya operasi sekolah

bagi siswa di sekolah swasta.

Sedangkan sasaran program BOS adalah semua sekolah setingkat SD dan SMP, baik negeri maupun swasta di seluruh propinsi di Indonesia, program kejar Paket A dan Paket B tidak termasuk sasaran dari program BOS iini. Selain itu, Madrasah Diniyah Takmiliyah (suplemen) juga tidak berhak memperoleh BOS, karena siswanya telah terdaftar di sekolah reguler yang telah menerima BOS. Mulai tahun pelajaran 2007/2008 (mulai Juli 2007), SMP terbuka (reguler dan mandiri) dan Madrasah Diniyah formal yang menyelenggarakan Program Wajib belajar 9 Tahun termasuk dalam sasaran BOS.

3. Evaluasi Bantuan Operasional Sekolah Sebagai salah satu bentuk pertanggung jawaban dalam pelaksanaan Program BOS, masing-masing pengelola program di tiap tingkatan (Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Sekolah) diwajibkan untuk melaporkan hasil kegiatannya kepada pihak terkait. Secara umum, hal-hal yang dilaporkan oleh pelaksana program adalah yang berkaitan dengan statistik penerima bantuan, penyaluran, penyerapan, pemanfaatan dana, pertanggungjawaban keuangan serta hasil monitoring evaluasi dan pengaduan masalah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menyediakan software/perangkat lunak untuk membantu sekolah dalam menyusun laporan keuangan tingkat sekolah. Aplikasi ini diberi nama Aplikasi Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Dana BOS (Alpeka BOS) yang dapat diunduh secara gratis dari www.bos.kemdikbud.go.id. Oleh karena itu, sekolah dilarang membeli aplikasi lain yang sejenis dengan menggunakan dana BOS. Bilamana terdapat kesulitan dalam penggunaan aplikasi ini, sekolah/tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota dapat menghubungi Tim Manajemen BOS Pusat.

Pengawasan program BOS meliputi pengawasan melekat, pengawasan fungsional, dan pengawasan masyarakat.

a. Pengawasan Melekat yang dilakukan oleh pimpinan masing-masing instansi kepada bawahannya baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota maupun sekolah. Prioritas utama dalam program BOS adalah pengawasan yang dilakukan oleh SKPD Pendidikan Kabupaten/Kota kepada sekolah. b. Pengawasan Fungsional Internal oleh

Inspektorat Jenderal Kemdikbud serta Inpektorat Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan melakukan audit sesuai dengan kebutuhan lembaga tersebut atau permintaan instansi yang akan diaudit, serta sesuai dengan wilayah kewenangan masing-masing.

c. Pengawasan oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dengan melakukan

(7)

7

audit atas permintaan instansi yang akan diaudit.

d. Pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sesuai dengan kewenangan.

e. Pengawasan masyarakat dalam rangka transparansi pelaksanaan program BOS oleh unsur masyarakat dan unit-unit pengaduan masyarakat yang terdapat di sekolah, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat mengacu pada kaedah keterbukaan informasi publik, yaitu: semua dokumen BOS dapat diakses oleh publik kecuali yang dirahasiakan. Apabila terdapat indikasi penyimpangan dalam pengelolaan BOS, agar segera dilaporkan kepada instansi pengawas fungsional atau lembaga berwenang lainnya.

Sanksi terhadap penyalahgunaan wewenang yang dapat merugikan negara dan/atau sekolah dan/atau peserta didik akan dijatuhkan oleh aparat/pejabat yang berwenang. Sanksi kepada oknum yang melakukan pelanggaran dapat diberikan dalam berbagai bentuk, misalnya seperti berikut.

a. Penerapan sanksi kepegawaian sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku (pemberhentian, penurunan pangkat, mutasi kerja).

b. Penerapan tuntutan perbendaharaan dan ganti rugi, yaitu dana BOS yang terbukti disalahgunakan agar dikembalikan kepada satuan pendidikan atau ke kas daerah provinsi. c. Penerapan proses hukum, yaitu mulai proses penyelidikan, penyidikan dan proses peradilan bagi pihak yang diduga atau terbukti melakukan penyimpangan dana BOS.

d. Pemblokiran dana dan penghentian sementara seluruh bantuan pendidikan yang bersumber dari APBN pada tahun berikutnya kepada provinsi/kabupaten/kota, bilamana terbukti pelanggaran tersebut dilakukan secara sengaja dan tersistem untuk memperoleh keuntungan pribadi, kelompok, atau golongan.

B. Variabel dan Indikator Penelitian

Variable dalam penelitian ini adalah menggunakan variable tunggal yakni Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Operasional Sekolah Di Sekolah Dasar Nurul Huda II Jayapura, dengan menggunakan indicator antara lain adalah Penggunaaan Dana Bantuan Operasional Sekolah; Pelaporan Bantuan Operasional Sekolah dan Pengawasan Bantuan Operasional Sekolah. Dimana ketiga indicator tersebut juga akan dilihat prosesnya dari tingkat efektivitas, efisiensi, kecukupan, peralatan dan ketepatan dalam mengalokasikan dana bantuan tersebut. C. Kerangka Konseptual

D. Definisi Operasional

Untuk lebih memudahkan dalam memahami indicator, maka peneliti definisikan sebagai berikut:

1. Penggunaan Dana BOS, adalah alokasi dana yang menunjang lancarnya proses pendidikan dilihat dari tingkat efektivitas, efisiensi, kecukupannya, peralatannya dan ketepatan penggunaannya;

2. Pelaporan adalah kelengkapan administrasi dana bantuan operasional sekolah yang harus dipenuhi sebagai wujud transparansi setiap penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah.

3. Pengawasan adalah memantau setiap pelaksanaan program pendidikan tersebut terutama dalam hal penggunaan dana BOS tersebut.

III.METODE PENELITIAN

A. Tipe dan Dasar Penelitian

Tipe dalam penelitian ini adalah deskriptif, yakni untuk mengetahui Evaluasi program Bantuan Operasional Sekolah di SD Nurul Huda II Jayapura.

Dasar penelitian adalah survey yaitu mengadakan penyelidikan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan yang faktual tentang evaluasi program bantuan operasional sekolah di SD Nurul Huda II Jayapura.

B. Unit Analisis

Unit merupakan bagian dari sesuatu yang lebih besar seperti organisasi dalam arti yang luas terdiri dari beberapa unit yang ada didalamnya. Kaitannya dengan penulisan ini, maka unit yang dianalisis adalah realisasi program bantuan operasional sekolah di SD Nurul Huda II Jayapura

Evaluasi Bantuan Operasional sekolah (BOS) 1. Penggunaan BOS 2. Pelaporan 3. Pengawasan Efektivitas Efisiensi Kecukupan Peralatan Ketepatan

(8)

8

dengan melibatkan para guru dan murid sebagai bagian dari instrument dalam penelitian ini. C. Informan

Informan dalam penelitian ini adalah seluruh para guru dan siswa khususnya siswa kelas VI yang berada di lingkungan Sekolah Dasar Nurul II Jayapura sebanyak 6 orang, yang terdiri dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru Wali Kelas, Tata Usaha, Ketua Komite Sekolah D. Jenis dan Sumber Data

Pengumpulan data ini menggunakan sistem pengumpulan data kuantitatif yang bersumber dari data Primer dan data Sekunder.

1. Data Primer yaitu sumber data yang langsung oleh peneliti dari tempat atau lapangan penelitian, dari hasil kuesioner dan wawancara.

2. Data Sekunder yaitu sumber data yang tidak di peroleh secara langsung oleh peneliti tetapi melalui orang lain atau dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang dikaji peneliti.

E. Instrumen Pengumpulan data dan Pengukuran

Dalam instrumen pengumpulan data dan pengukuran data itu seorang dapat menitikberatkan pada beberapa komponen yaitu :

1. Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti. Yakni penelitian langsung melihat kegiatan realisasi bantuan operasional sekolah di lokasi penelitian.

2. Wawancara yaitu daftar pertanyaan yang akan dibagi oleh peneliti terhadap informan yang akan diteliti dan akan dijawab tanpa bantuan peneliti, Agar dapat memperoleh bahan- bahan yang akan diteliti.

F. Tehnik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis yang dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.

Analisis data pada penelitian kualitatif ini adalah data dianalisis berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh informan. Hal ini dilakukan dengan cara, penulis membaca seluruh transkrip wawancara yang ada dan mendeskripsikan seluruh pengalaman yang ditemukan di lapangan pada saat penelitian. Kemudian hasil transkrip wawancara yang ada, dikelompokkan berdasarkan pernyataan yang disampaikan informan. Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan tersebut, akan diketahui makna konotatif-denotatif atau makna implist dan eksplisit dari pernyataan atas topik atau objek.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab

rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

IV. HAS1L PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Profil SD Nurul Huda II Kota Jayapura

Sekolah Dasar Nurul Huda 2 YAPIS Jayapura adalah sebuah lembaga pendidikan tingkat dasar swasta yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan Islam di Jayapura dengan alamat Jl. Olahraga No.6 (Komplek Mesjid Raya) Kota Jayapura, berada pada wilayah kelurahan Gurabesi Distrik Jayapura Utara Kota Jayapura.

SD Nurul Huda 2 YAPIS Jayapura berdasarkan surat ijin operasional mulai berjalan sebagai salah satu institusi pendidikan dasar pada tahun 1977, dengan luas lahan 2464 meter persegi dan luas bangunan 175,20 meter persegi sejauh ini status kepemilikan tanah dan bangunan adalah milik Yayasan Baiturrahim merupakan sekolah dasar swasta yang memiliki legalitas atau kekuatan hokum yang cukup kuat, dimana sejauh ini telah memiliki Nomor Standart Sekplah atau SNN adalah 102256004021 dan Nomor Pokok Standar Nasional atau NPSN adalah 60301646 hal ini sebagai suatu bukti keberadaan institusi tersebut telah diakui keberadaannya oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah sebagai instansi pusat.

1. Keadaan Peserta Didik dan Tenaga Kependidikan

Sampai saat ini SD Nurul Huda 2 Yapis Jayapura secara keseluruhan memiliki siswa sebagai peserta didik adalah 668 siswa yang tersebar dari kelas I sampai dengan kelas VI dengan masing-masing kelas memiliki 3 rombongan belajar sehingga jumlah keseluruhan rombongan belajar yang ada pada SD Nurul Huda 2 Yapis Jayapura adalah 18 rombongan belajar.

Selanjutnya keberadaan tenaga kependidikan sampai saat ini pada SD Nurul Huda 2 Yapis Jayapura adalah 1 orang kepala sekolah yaitu Ibu Hj. Nurhandayani AP.S.Pd yang didukung oleh guru-guru yang berjumlah 25 orang, petugas tata usaha sebanyak 2 orang, petugas perpustakaan sebanyak 1 orang dan penjaga sekolah 2 orang.

Semua guru yang ada pada SD Nurul Huda 2 Yapis Jayapura sejauh ini telah memiliki kualifikasi tingkat pendidikan S.1 pada masing-masing bidang atau keahliannya, hal ini sebagai salah satu syarat keberadaan tenaga pendidikan dalam pemenuhan standar pelayanan minimum bahwa untuk guru SD minimal berpendidikan S.1.

(9)

9

2. Sarana dan Prasarana SD Nurul Huda II Kota Jayapura

Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak SD Nurul Huda 2 Yapis Kota Jayapura sarana yang dimiliki oleh sekolah tersebut, secara umum yaitu terdapatnya 15 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang laboratorium yang dilengkapi dengan alat praktek IPA, 1 ruang keamanan atau penjaga sekolah, serta dilengkapi oleh sarana penunjang lainnya seperti lemari buku, meja kursi untuk membaca di perpustakaan, ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru dan meja kursi diruangan penjaga sekolah, selanjutnya sarana lain yang dimiliki selain alat peraga, yaitu computer, papan tulis, printer, atk dan lemari arsip pada masing-masing ruangan serta gambar-gambar mengenai peta dunia, nama-nama pahlawan, gambar presiden dan wakil presiden, lambing garuda dan lain-lain.

3. Struktur Organisasi.

Organisasi merupakan suatu wadah bagi sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama yang telah disepakati. Dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya pembagian tugas yang jelas agar tidak terjadi pekerjaan yang simpang siur dan tumpang tindih. Untuk itu diperlukan suatu struktur organisasi. Dengan demikian struktur organisasi pada SD Nurul Huda 2 Yapis Jayapura terdiri dari unsur pimpinan ketua Yayasan Yapis Kota Jayapura sebagai Dewan Pendiri, Kepal Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah sebagai unsur pimpinan pengelola SD Nurul Huda 2 Yapis Wamena, para Guru Sebagai Tenaga Pendidik, para staff sebagai tenaga kependidikan yang terdiri dari petugas tata usaha, petugas perpustakaan, penjaga sekolah dan petugas kebersihan sekolah.

B. HASIL ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

Kajian tentang Evaluasi Program Bantuan Dana Operasional Sekolah pada Sekolah Dasar Nurul Huda II Jayapura, akan menitik beratkan pada beberapa komponen, yaitu: (a). Penggunaan Dana BOS, (b) Evaluasi Dana BOS dan (c) Pengawasan Penggunaan Dana BOS dari tiga kajian pokok ini akan dilihat secara lebih mendalam berkaitan dengan tingkat efisiensi, efektivitas, kecukupan dana, peralatan yang diperlukan dan ketepatan program, untuk lebih jelasnya, hasil penelitian dapat disajikan sebagai berikut :

1. Mekanisme Penggunaan Dana BOS

Penggunaan Dana BOS, adalah alokasi dana yang menunjang lancarnya proses pendidikan dilihat dari tingkat efektivitas, efisiensi, kecukupannya, peralatannya dan ketepatan penggunaannya.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka peneliti telah melakukan wawancara secara mendalam dengan memperhatikan tingkat efektivitas, efisiensi, kecukupannya, peralatannya dan ketepatan penggunaannya. Pada kesempatan ini peneliti telah mewawancarai salah satu informan yaitu saudara AN selaku anggota dari Dewan sekolah, beliau menyampaikan informasi sebagai berikut:

Dari tingkat efektivitas dan efisiensi penggunaan dana BOS sejauh ini telah dialokasikan secara efektif, efisien dan tepat sasaran, termasuk kecukupan dana dan peralatan penunjangnya. Karena ketentuan penggunaannya memang sudah diatur dalam peraturan yang berlaku yaitu meliputi Pembelian/penggandaan buku teks pelajaran yaitu Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, Seni Budaya dan Ketrampilan; Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru, yaitu biaya pendaftaran, penggandaan formulir, administrasi pendaftaran, dan pendaftaran ulang, pembuatan spanduk sekolah bebas pungutan, serta kegiatan lain yang berkaitan langsung dengan kegiatan tersebut; Pembiayaan kegiatan pembelajaran remedial; Pembiayaan ulangan harian; Pembelian bahan-bahan habis pakai seperti buku tulis, kapur tulis, pensil, spidol, kertas, bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris; Pembiayaan langganan daya dan jasa, yaitu listrik, air, telepon, internet; Pembiayaan perawatan sekolah, yaitu pengecatan, perbaikan atap bocor, perbaikan pintu dan jendela, perbaikan mebeler, perbaikan sanitasi sekolah; Pembayaran honorarium bulanan guru honorer dan tenaga kependidikan honorer; Pengembangan profesi guru seperti pelatihan, KKG/MGMP dan KKKS/MKKS; Pemberian bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin yang menghadapi masalah biaya transport dari dan ke sekolah; Pembiayaan pengelolaan BOS seperti alat tulis kantor (ATK termasuk tinta printer, CD dan flash disk); Pembelian komputer (desktop/work station) dan printer untuk kegiatan belajar siswa, masing-masing maksimum 1 unit dalam satu tahun anggaran. Hal tersebut disampaikan juga oleh Ibu NH selaku Kepala SD Nurul Huda II Jayapura, beliau menyampaikan sebagai berikut :

Bahwa penggunaan dana BOS sudah sangat sesuai dengan juknis dan juklak yang berlaku dan selalu memperhatikan tingkat efisiensi, efektivitas dan ketepatan alokasinya, namun sedikit terkendala bila memperhatikan masalah kecukupan dana khususnya dalam

(10)

10

pengadaan peralatan pendukung, hal tersebut terjadi sehubungan harga dari peralatan yang dibutuhkan cenderung mengalami perubahan, sementara alokasi dana yang ditetapkan bersumber pada harga yang ditetapkan pada tahun sebelumnya, sehingga pada saat harga tersebut mengalami perubahan, maka ada kecenderungan terjadi defisit dan pihak sekolah harus menyediakan dana tambahan untuk pemenuhan kebutuhan peralatan agar berkecukupan.

Informasi berikutnya yang peneliti peroleh dari informan lain mengenai penggunaan Dana BOS tersebut adalah informasi dari saudari SH selaku guru kelas 2 beliau mengatakan sebagai berikut:

Khusus pada peserta didik kelas 2 pada SD Nurul Huda II Jayapura, Bantuan Operasional Sekolah telah dialokasikan dengan baik dan sangat sesuai dengan petunjuk teknis penggunaannya dalam membantu terlaksanakanya proses belajar mengajar dengan baik berupa bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin yang menghadapi masalah biaya transport dari dan ke sekolah dan tersedianya penambahan buku ajar dan buku-buku penunjang bagi kelas 2 serta alat-alat peraga berupa bola dunia dan penambahan poster-poster pahlawan nasional khususnya pada ruang belajar kelas 2 tersebut.

Selanjutnya secara khusus pula berkaitan dengan alokasi dana BOS yang diperoleh SD Nurul Huda II Kota Jayapura untuk peserta didik kelas 5, menurut Ibu HG selaku guru kelas 5 pada sekolah tersebut, beliau meyampaikan sebagai berikut:

Secara khussu pada siswa kelas 5 SD Nurul Huda II Kota Jayapura, alokasi dana BOS selain secara umum berupa pengadaan buku sebagai bahan ajar dan buku penunjang dialokasikan juga alat peraga IPA berupa penambahan rangka manusia dan alat praktek berupa mikroskof dan lainnya, sehingga siswa dapat melakukan praktek secara bergantian dan diatur dalam beberapa kelompok yang berjumlah antara 5 atau 7 siswa dalam 1 kelompok praktek tersebut. Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas maka dilihat dari indicator penggunaan dana BOS pada Sekolah Dasar Nurul Huda II Jayapura, secara umum telah sesuai ketentuan baik dilihat dari tingkat efisiensi, efektivitas dan ketepatannya, walaupun pada tingkat kecukupan besaran dana mungkin perlu diperhatikan kecukupannya terutama dalam hal pengadaan alat pendukung seperti ATK, Komputer dan sarana prasarana lainnya karena adanya kecenderungan harga yang

relative berubah sedangkan besaran dana ditetapkan dengan bersumber pada harga barang kebutuhan tahun sebelumnya.

2. Pelaporan Penggunaan Dana BOS

Pelaporan adalah kelengkapan administrasi dana bantuan operasional sekolah yang harus dipenuhi sebagai wujud transparansi setiap penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka peneliti telah melakukan wawancara secara mendalam dengan memperhatikan tingkat efektivitas, efisiensi, kecukupannya, peralatannya dan ketepatan penggunaannya. Pada kesempatan ini peneliti telah mewawancarai salah satu informan yaitu Ibu PN selaku wakil kepala sekolah, beliau menyampaikan informasi sebagai berikut:

Bahwa mekanisme pelaporan realisasi penggunaan dana BOS telah diatur dalam peraturan yang berlaku, hal tersebut sejauh ini sangat efektif serta efisien mekanisme yang ada tersebut dan cukup memberikan kemudahan dalam proses penyusunan laporan pertanggung jawabannya, namun hal yang sedikit jadi kendala adalah dalam hal daya dukung peralatan yang berpengaruh terhadap usaha ketepatan dari segi waktu penyampaian laporan pertanggung jawabannya, hal tersebut dikarenakan sering terkendalanya koneksi atau jaringan internet pada wilayah kota Jayapura umumnya dan secara khusus pada lingkungan SD Nurul Huda 2 Yapis Jayapura, sehingga pengiriman data yang berbasis elektronik cenderung mengalami keterlambatan.

Hal tersebut juga diakui oleh Bapak IS selaku salah guru yang memiliki tugas tambahan sebagai penginput data dalam penyusunan laporan pertanggung jawaban alokasi Dana BOS, beliau mengatakan sebagai berikut :

Pada prinsipnya semua tahapan dalam pelaporan pertanggung jawaban penggunaan dana BOS sudah kami sesuaikan, hanya memang khusus pada laporan yang berbasis online terkadang terkendala dengan koneksi jaringan internet yang berakibat terjadinya keterlambatan dalam penginputan dan pengiriman laporan pertanggung jawabannya tersebut, namun tetap kami upayakan semaksimal mungkin agar senantiasa biasa tepat waktunya dalam penyampaian laporan tersebut dengan kondisi yang ada saat ini. Lebih lanjut hal tersebut peneliti peroleh informasi dari Ibu IS selaku guru kelas 3, dimana beliau menyampaikan sebagai berikut:

Saya secara pribadi terlibat langsung dalam penyusunan laporan pertanggung jawaban penggunaan dana Bantuan Operasional

(11)

11

Sekolah tersebut dan semuanya telah dilakukan dengan baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku baik dalam segi penggunaan dana maupun proses penyusunan laporannya, hal tersebut dapat dilihat bahwa sekolah kami hamper tiap tahun mendapatkan penambahan besarnya dana Bantuan Operasional sekolah tersebut, karena salah satu unsur yang dinilai dalam pemilihan kategori besarnya dana yang diterima masing-masing sekolah selain dilihat dari kebutuhan sekolah juga dilihat dari tertibnya laporan pertanggung jawaban yang disusun dan dilaporkan kepada pihak-pihak yang berperan mengawasi program tersebut. Berdasarkan pada hasil wawancara tersebut diatas, maka berdasarkan 5 sub indicator yang telah peneliti tentukan, pada indicator ini hal yang masih perlu dimaksimalkan adalah berkaitan dengan sub indicator peralatan khususnya peralatan pendukung dalam pengiriman laporan berbasis online yang berdampak pula pada ketepatan dari segi batas waktu pengiriman laporan pertanggung jawabannya.

3. Proses Pengawasan Penggunaan Dana BOS Pengawasan adalah memantau setiap pelaksanaan program pendidikan tersebut terutama dalam hal penggunaan dana BOS tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka peneliti telah melakukan wawancara secara mendalam dengan memperhatikan tingkat efektivitas, efisiensi, kecukupannya, peralatannya dan ketepatan penggunaannya khususnya dalam hal jalannya proses pengawasan yang dilakukan. Pada kesempatan ini peneliti telah mewawancarai salah satu informan yaitu ibu LM selaku anggota komite sekolah, beliau menyampaikan informasi sebagai berikut:

Berdasarkan pada proses pengawasan penggunaan dana BOS yang dilaksanakan setiap semester, sejauh ini sudah berjalan sangat baik, dimana proses pengawasan yang dilakukan salah satunya dengan melakukan audit penggunaan dana BOS dari Pengawasan Fungsional Internal oleh Inspektorat Jenderal Kemdikbud serta Inpektorat Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan melakukan audit sesuai dengan kebutuhan lembaga tersebut atau permintaan instansi yang akan diaudit, serta sesuai dengan wilayah kewenangan masing-masing dan hal tersebut juga dilaporkan secara transparan kepada pihak komite sekolah pada setiap semester.

Hal tersebut juga dipertegas oleh saudara SR selaku pengawas sekolah, belaiu mengatakan sebagai berikut:

Dalam proses pengawasan penggunaan dana BOS pada sekolah-sekolah yang

mendapatkannya, dilakukan dengan melihat beberapa hal penting antara lain kesesuaian rencana kerja sekolah dengan rencana anggaran yang diperoleh, pelaksanaan pengalokasian dana terhadap program kerja yang dilaksanakan serta hasil pelaksanaan program kerja dengan penyusunan laporan pengeluaran dana per kegiatan yang dilaksanakan. Hal tersebut sejauh ini bila melihat dari segi efektivitas, efisiensi, kecukupan, peralatan serta ketepatannya, sudah sesuai prosedur yang ada dan tidak mengalami kendala apapun.

Lebih lanjut hal tersebut peneliti peroleh informasi dari Bapak MD selaku guru kelas 4, dimana beliau menyampaikan sebagai berikut:

Proses pengawasan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ada adalah dalam 2 model pengawasan yaitu pengawasan yang dilakukan dalam bentuk pemeriksaaan laporan pertanggung jawaban secara tertulis yang harus dilaporkan oleh masing-masing sekolah dan model pengawasan dengan cara audit langsung dimana setiap sekolah dikunjungi pihak pengawas dan secara langsung melakukan klarifikasi mengenai pengunaan dana BOS tersebut secara berkala. Berdasarkan pada hasil wawancara tersebut di atas, maka pada indicator pengawasan dalam penggunaan dana BOS terutama melihat dari proses pengawasan yang dilakukan serta melihat tingkat efektivitas, efisiensi, kecukupan, peralatan serta ketepatan sasaran pengawasan sejauh ini sudah terlaksana dengan baik dan hasilnyapun bias dipertanggung jawaban serta dibuka atau dilaporkan secara transparan kepada semua pihak yang berkompeten dalam masalah alokasi penggunaan dana BOS pada SD Nurul Huda 2 Yapis Jayapura.

C. Pembahasan

1. Mekanisme penggunaan dana BOS

Penggunaan dana BOS di sekolah harus didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara Tim Manajemen BOS Sekolah, Dewan Guru dan Komite Sekolah. Dana BOS harus didaftar sebagai salah satu sumber penerimaan dalam RKAS/RAPBS, di samping dana yang diperoleh dari Pemda atau sumber lain yang sah.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan dana BOS adalah sebagai berikut: a. Prioritas utama penggunaan dana BOS adalah

untuk kegiatan operasional sekolah;

b. Maksimum penggunaan dana untuk belanja pegawai bagi sekolah negeri sebesar 20%. Penggunaan dana untuk honorarium guru honorer di sekolah agar mempertimbangkan rasio jumlah siswa dan guru sesuai dengan

(12)

12

ketentuan pemerintah yang ada dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 15 Tahun 2010 tentang SPM Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota;

c. Bagi sekolah yang telah menerima DAK, tidak diperkenankan menggunakan dana BOS untuk peruntukan yang sama;

d. Pembelian barang/jasa per belanja tidak melebihi Rp. 10 juta;

e. Penggunaan dana BOS untuk transportasi dan uang lelah bagi guru PNS diperbolehkan hanya dalam rangka penyelenggaraan suatu kegiatan sekolah selain kewajiban jam mengajar. Besaran/satuan biaya untuk transportasi dan uang lelah guru PNS yang bertugas di luar jam mengajar tersebut harus mengikuti batas kewajaran. Pemerintah daerah wajib mengeluarkan peraturan tentang penetapan batas kewajaran tersebut di daerah masing-masing dengan mempertimbangkan faktor sosial ekonomi, faktor geografis dan faktor lainnya;

f. Jika dana BOS yang diterima oleh sekolah dalam triwulan tertentu lebih besar/kurang dari jumlah yang seharusnya, misalnya akibat kesalahan data jumlah siswa, maka sekolah harus segera melapor kepada Dinas Pendidikan. Selanjutnya Dinas Pendidikan mengirim surat secara resmi kepada Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah yang berisikan daftar sekolah yang lebih/kurang untuk diperhitungkan pada penyesuaian alokasi pada triwulan berikutnya; g. Jika terdapat siswa pindah/mutasi ke sekolah lain setelah pencairan dana di triwulan berjalan, maka dana BOS siswa tersebut pada triwulan berjalan menjadi hak sekolah lama. Revisi jumlah siswa pada sekolah yang ditinggalkan/menerima siswa pindahan tersebut baru diberlakukan untuk pencairan triwulan berikutnya;

h. Bunga Bank/Jasa Giro akibat adanya dana di rekening sekolah menjadi milik sekolah untuk digunakan bagi sekolah.

Berdasarkan data dan informasi yang telah peneliti terima berkaitan dengan penggunaan dana BOS pada SD Nurul Huda 2 Yapis Jayapura dapat dipaparkan bahwa pada tahun 2015 Total dana BOS yang diterima adalah sebesar Rp.266.800.000,- (Dua Ratus Enam Puluh Enam Juta Delapan Ratus Ribu Rupiah) yang digunakan untuk antara lain Pengembangan Kompetensi Lulusan, Pengembangan Standar Isi, Pengembangan Standar Proses Pembelajaran, Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Pengembangan Sarana dan Prasarana Sekolah, Pengembangan Standar Pengelolaan, Pengembangan Standar Pembiayaan

dan Pengembangan dan Implementasi Sistem Penilaian.

Hasil penelitian menunjukan bahwa besaran dana yang diperoleh tersebut telah teralokasikan penggunaannnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, namun berdasarkan pada hasil kajian dilapangan, berkaitan dengan besaran dana dan penggunaannya tersebut, mengalami kekurangan sehubungan terjadinya ketidak sesuaian antara alokasi dana yang diperoleh dengan tingkat kebutuhan sekolah terutama dalam hal pengadaan sarana prasarana pendukung pendidikan, ATK yang mengalami kenaikan harga bervariatif dan kebutuhan pembiayaan daya dan jasa yang besaran dananya tidak tetap, misalnya pembayaran listrik, air dan lain-lain yang nominalnya tidak tetap tergantung pada intensitas pemakaiannya, sehingga solusi yang diambil sejauh ini adalah dengan melakukan subsidi silang dari sumber pendapatan atau bantuan lainnya yang sah.

Berdasarkan pada sub indicator yang telah ditetapkan, maka indicator penggunaan dana BOS pada SD Nurul Huda 2 Yapis Jayapura berdasarkan 4 sub indicator telah berjalan dengan baik, dimana sub indicator dimaksud adalah segi efektivitas, efisiensi, peralatan pendukung dan ketepatan alokasi penggunaannya, namun dalam sub indicator kecukupan masih terkendala dengan tidak stabilnya harga barang-barang penunjang seperti computer, ATK dan pengeluaran daya dan jasa seperti pajak listrik, air dan lain-lain.

2. Pelaporan Penggunaan Dana BOS

BOS adalah program pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya non personalia bagi satuan pendidikan dasar dan menengah pertama sebagai wujud pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun. BOS diprioritaskan untuk biaya operasional non personal, meskipun dimungkinkan untuk membiayai beberapa kegiatan lain yang tergolong dalam biaya personil dan biaya investasi. Tujuan umumprogram BOS untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar sembilan tahun yang bermutu. Sasaranprogram BOS adalah semua siswa (peserta didik) dijenjang Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ MadrasahTsyanawiyah (MTs), termasuk Sekolah MenengahTerbuka (SMPT) dan Pusat Kegiatan Belajar Mandiri (PKBM) yang diselenggarakan oleh masyarakat,baik negeri maupun swasta di seluruh provinsi diIndonesia.

Sebagai salah satu bentuk pertanggung jawaban dalam pelaksanaan Program BOS, masing-masing pengelola program di tiap tingkatan (Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Sekolah) diwajibkan untuk melaporkan hasil kegiatannya kepada pihak terkait. Secara umum,

(13)

13

hal-hal yang dilaporkan oleh pelaksana program adalah yang berkaitan dengan statistik penerima bantuan, penyaluran, penyerapan, pemanfaatan dana, pertanggungjawaban keuangan serta hasil monitoring evaluasi dan pengaduan masalah.

Berdasarkan dokumen laporan realisasi penggunaan dana BOS tahun 2015 yang peneliti terima, maka dengan total dana yang diperoleh sebesar Rp.266.800.000,- dapat peneliti paparkan hal-hal sebagai berikut:

a. Pada program kegiatan pengembangan kompetensi lulusan laporan penggunaan dananya sebesar Rp.20.104.000,- yang terdiri dari kegiatan pembelajaran dan ekskul siswa sebesar Rp.3.404.000,-; kegiatan ulangan dan ujian sebesar Rp.12.540.000,- dan pengembangan profesi guru sebesar Rp.4.160.000,-

b. Pada program kegiatan pengembangan standar isi, alokasi dana BOS yang digunakan sebesar Rp.1.385.000,- , yang terdiri dari kegiatan pembelian bahan habis pakai sebesar Rp.185.000,- dan pengembangan profesi guru sebesar Rp.1.200.000,- .

c. Untuk program kegiatan pengembangan standar proses pembelajaran, alokasi dana BOS yang digunakan sebesar Rp.15.441.700.000,- dengan program kegiatan yang diselenggarakan adalah pengembangan perpustakaan sebesar Rp.2.300.000,- ; kegiatan penerimaan siswa baru sebesar Rp.8.950.000,- ; kegiatan pembelajaran dan ekskul siswa sebesar Rp.2.515.500,- ; kegiatan ulangan dan ujian sebesar Rp.100.000,- ; pembelian bahan habis pakai sebesar Rp.1.396.200,- ; perawatan sekolah sebesar Rp.90.000,- dan pengembangan profesi guru sebesar Rp.90.000,- .

d. Untuk program kegiatan pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan, alokasi dana BOS yang digunakan sebesar Rp. 84.610.000,- dengan program kegiatan yang dilaksanakan adalah kegiatan ulangan dan ujian sebesar Rp.340.000,- ; pembelian bahan habis pakai sebesar Rp.90.000,- ; pembayaran honorarium bulanan guru honorer dan tenaga kependidikan honorer sebesar Rp.78.030.000,- dan pengembangan profesi guru sebesar Rp.6.150.000,- .

e. Untuk pengembangan sarana dan prasarana sekolah, dengan alokasi dana BOS yang digunakan adalah sebesar Rp.58.576.950,- dengan program kegiatan yang dilaksanakan adalah kegiatan pembelajaran dan ekskul siswa sebesar Rp.3.038.000,- ; langganan daya dan jasa sebesar Rp.10.013.190,- ; perawatan sekolah sebesar Rp.30.542.760,- ; pembelian

perangkat computer sebesar Rp.583.000,- dan biaya lainnya sebesar Rp.14.400.000,-. f. Untuk program pengembangan standar

pengelolaan, alokasi dana BOS yang digunakan sebesar Rp.11.552.100,- dengan program kegiatan antara lain kegiatan pembelajaran dan ekskul siswa sebesar Rp.9.189.100,- ; kegiatan ulangan dan ujian sebesar Rp.700.000,- ; pembelian bahan habis pakai sebesar Rp.663.000,- dan program pengembangan profesi guru sebesar Rp.1.000.000,- .

g. Untuk jenis kegiatan pengembangan standar pembiayaan, alokasi dana BOS yang digunakan sebesar Rp.36.051.650,- dengan rincian kegiatan antara lain kegiatan pembelajaran dan ekskul siswa sebesar Rp.50.000,- ; kegiatan ulangan dan ujian sebesar Rp.100.000,- ; pembelian bahan habis pakai sebesar Rp.5.841.350,- ; langganan daya dan jasa sebesar Rp.1.494.000,- ; perawatan sekolah sebesar Rp.11.629.300,- ; pengembangan profesi guru sebesar Rp.3.597.000,-; membantu siswa miskin sebesar Rp.8.640.000,- dan pembiayaan pengelolaan BOS sebesar Rp.4.700.000,-. h. Untuk jenis program pengembangan dan

implementasi sistempenilaian, alokasi dana BOS yang digunakan sebesar Rp.39.078.600,- dengan program kegiatan antara lain kegiatan pembelajaran dan ekskul siswa sebesar Rp.370.000,- ; kegiatan ulangan dan ujian sebesar Rp.4.970.000,- ; pembelian bahan habis pakai sebesar Rp.8.312.600,- ; pengembangan profesi guru sebesar Rp.21.076.000,- dan pembiayaan pengelolaan BOS sebesar Rp.4,350.000,- .

Berdasarkan pada laporan realisasi penggunaan dana BOS tersebut pada tahun 2015, maka seluruh total dana yang diperoleh SD Nurul Huda 2 Yapis Jayapura telah teralokasikan secara baik dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada petunjuk teknis penggunaan dana BOS yang ada, dengan besaran dana yang diperoleh pada tahun 2015 semester pertama adalah sebesar Rp.266.800.000,- .

Dengan demikian bila kita lihat dari sub indicator yang ditentukan, maka pada indicator Pelaporan penggunaan dana BOS di SD Nurul Huda 2 Yapis Jayapura dapat dikatakan berjalan sesuai dengan ketentuan, baik dari segi efektivitas, efisiensi, kecukupan, peralatan dan ketepatan penggunaan serta prosedur pelaporannya.

3. Proses Pengawasan Penggunaan Dana BOS Pengawasan program BOS meliputi pengawasan melekat, pengawasan fungsional, dan pengawasan masyarakat. Pengawasan Melekat yang dilakukan oleh pimpinan masing-masing

(14)

14

instansi kepada bawahannya baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota maupun sekolah. Prioritas utama dalam program BOS adalah pengawasan yang dilakukan oleh SKPD Pendidikan Kabupaten/Kota kepada sekolah. a. Pengawasan Fungsional Internal oleh

Inspektorat Jenderal Kemdikbud serta Inpektorat Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan melakukan audit sesuai dengan kebutuhan lembaga tersebut atau permintaan instansi yang akan diaudit, serta sesuai dengan wilayah kewenangan masing-masing.

b. Pengawasan oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dengan melakukan audit atas permintaan instansi yang akan diaudit.

c. Pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sesuai dengan kewenangan.

d. Pengawasan masyarakat dalam rangka transparansi pelaksanaan program BOS oleh unsur masyarakat dan unit-unit pengaduan masyarakat yang terdapat di sekolah, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat mengacu pada kaedah keterbukaan informasi publik, yaitu: semua dokumen BOS dapat diakses oleh publik kecuali yang dirahasiakan. Apabila terdapat indikasi penyimpangan dalam pengelolaan BOS, agar segera dilaporkan kepada instansi pengawas fungsional atau lembaga berwenang lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, khusus pada indicator pengawasan penggunaan dana BOS sejauh ini berada dalam kategori baik, dimana orang-orang atau badan yang ditunjuk melakukan pengawasan tersebut telah dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan melihat mekanisme berupa petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan yang telah ditetapkan.

V.KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Hasil Pembahasan tentang Evaluasi Program Bantuan Dana Operasional Sekolah pada Sekolah Dasar Nurul Huda II Jayapura, akan menitik beratkan pada beberapa komponen, yaitu: (a). Penggunaan Dana BOS, (b) Pelaporan Dana BOS dan (c) Pengawasan Penggunaan Dana BOS dari tiga kajian pokok ini setelah dilihat secara lebih mendalam berkaitan dengan tingkat efisiensi, efektivitas, kecukupan dana, peralatan yang diperlukan dan ketepatan program, untuk lebih jelasnya, hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Mekanisme penggunaan dana BOS pada SD Nurul Huda 2 Yapis Jayapura sejauh ini dapat dikategorikan baik, hal ini dapat dilihat secara khusus dari sub indikator efektivitas, efisiensi,

ketepatan dan peralatan, namun dari segi kecukupan masih sedikit terkendala dengan tidak stabilnya harga-harga sarana prasarana pendukung seperti komputer, ATK, pengeluaran rutin seperti pajak listrik, air dan sebagainya yang cenderung kebutuhannya melebihi dari alokasi dana bOS yang telah ditetapkan;

2. Pelaporan Penggunaan Dana BOS pada SD Nurul Huda 2 Yapis Jayapura secara umum berjalan dengan baik, khususnya pada segi efektivitas pelaporan, efisiensi penyusunan laporan dan ketersediaan personil yang cukup, namun hal yang perlu mendapat perhatian khusus pada indikator ini adalah peralatan dalam penyusunan laporan yang belum maksimal sehingga berpengaruh pula pada ketepatan dalam memberikan laporan khususnya laporan pertanggung jawaban yang bersifat online, karena terkendala jaringan atau koneksi internet yang sering mengalami gangguan.

3. Proses Pengawasan Penggunaan Dana BOS pada SD Nurul Huda 2 Yapis Jayapura dengan melihat berdasarkan pada 5 sub indicator yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, peralatan dan ketepatan dalam proses pelaksanaannya sejauh ini berada pada kategori baik.

B. Saran-Saran

Berdasarkan pada kesimpulan tersebut di atas, maka selanjutnya peneliti akan memaparkan saran-saran yang diharapkan dapat dijadikan solusi alternative atas kendala atau permasalahan yang ada saat ini, antara lain dalam hal sebagai berikut: 1. Mekanisme penggunaan dana BOS pada SD

Nurul Huda 2 Yapis Jayapura adalah hal-hal yang berkaitan dengan kecukupan dalam pengalokasian pengadaan sarana prasarana pendukung sebaiknya sebelum melakukan penyusunan rencana anggaran kerja sekolah dilakukan survey harga dulu terhadap barang-barang yang diperlukan sehingga tidak mengalami selisih harga yang jauh dari rencana anggarannya.

2. Pelaporan Penggunaan Dana BOS pada SD Nurul Huda 2 Yapis Jayapura khususnya dalam hal peralatan dan ketepatan waktu pelaporan, agar penyusunan laporan pertanggung jawaban dilakukan dengan penambahan estimasi waktu penyusunannya, sehingga tidak terlalu terdesak dengan batas waktu yang telah ditetapkan dan hal tersebut akan lebih mudah mengantisipasi berbagai kendala dalam pengiriman laporan yang bersifat online yang memerlukan koneksi internet yang baik.

3. Proses Pengawasan Penggunaan Dana BOS pada SD Nurul Huda 2 Yapis Jayapura

(15)

15

berdasarkan hasil penelitian sejauh ini sudah berjalan baik sehingga patut dipertahankan bahkan ditingkatkan dengan intensitas pengawasan yang berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Abas, Irawati. 2007. Keadilan Pendidikan di Indonesia. Artikel (Online) (http//insideindonesia.org), diakses 6 April 2010 Abdul Wahab, Solichin. 1997. Pengantar Analisis Kebijakan Negara. Renneka Cipta, Jakarta

---. 1997. Analisis kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan negara. Edisi kedua. Bumi Aksara, Jakarta,

Christie Taroreh, Eclesia. 2008. Realisasi Penyaluran Dana Bantuan Operasional Sekolah, artikel (Online), ( http : // igilib.ipdn.ac. id), diakses Pebruari 2010.

Depdiknas Departemen Agama. 2007. Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah dalam Rangka wajib Belajar 9 tahun, Depdiknas Depag , Jakarta.

Depdiknas Departemen Agama. 2007. Buku Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Rangka wajib Belajar 9 tahun, Depdiknas Depag , Jakarta Hadi Purnomo, Sucipto. 2005. BOS, Pendidikan Gratis Rakyat Apatis. Suara Merdeka, Senin, 10 Oktober 2005. (Online) (http : // www.&suaramerdeka.com), diakses 26 Agustus 2010 Islamy,

M.Irfan. 1997. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan negara. Bumi Aksara, Jakarta

Paslah, Asrono. 2011. Pencapaian Program Wajb Belajar 9 Tahun. Artikel, Online (http://yusufsupendi.multiply.com), diakses April 2011 Rahardjo,

Satoto.2008. Dana BOS Turunkan Angka Putus Sekolah, Artikel (Online), ( http:// imadebtg– sdsmp.b.logspot.com) diakses 2 April 2010. Syarif, Hidayat. 1994. Wajib Belajar dan Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemerataan Pendidikan dalam Upaya Memajukan Desa Tertinggal. Makalah IKIP Bandung.

Soenarko.2000. Public Policy. Pengertian-Pengertian Pokok untuk Memahami dan Analisa Kebijaksanaan pemerintah. Airlangga University Press, Surabaya.

Peraturan Menteri Keuangan No. 201/PMK.07 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum dan Alokasi Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2012.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 51 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah dan Laporan Keuangan Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2012

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 62 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Referensi

Dokumen terkait

Buku Saku ini berisi tentang berbagai data yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Dinas Pemberdayaan Masyarakat

Pada kegiatan akhir guru bersama siswa menarik kesimpulan secara bersama-sama tentang cara melestarikan objek wisata alam yang ada di Indonesia, memberi kesempatan pada

Dalam larangan perkawinan antar warga Desa Kemantren dan Desa Wado, Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora,masyarakat berpedoman dengan kepercayaan yang dipelajari

Dari penulusuran kata “masyarakat madani” dan Civil Society di atas baik secara terminologis maupun histories, penulis berpendapat bahwa, dalam konteks histories masing-masing

a) Menerima, mencatat, dan melaporkan pengaduan atau informasi dari media massa, publik, lembaga-lembaga, dan masyarakat, terkait dengan kondisi atau penanganan bencana

Untuk mendapatkan respons steady state rangkaian terhadap eksitasi non-sinusoidal periodik ini diperlukan pemakaian deret Fourier, analisis fasor ac dan

Berdasarkan perbedaan metode pembelajaran antara pesantren salaf dan modern tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa variabel pelayanan mampu menjelaskan variasi yang terjadi pada peningkatan kunjungan pada Taman Margasatwa Medan,