• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kawal Implementasi Kurikulum 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kawal Implementasi Kurikulum 2013"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Capaian kinerja Kemdikbud menunjukkan hasil yang memuaskan. Apabila dilihat dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 di bidang pendidikan, terlihat bahwa capaian Angka Partisipasi Murni (APM) tingkat sekolah dasar pada 2009 sebesar 95,23 persen, dan pada 2013 meningkat menjadi 95,8 persen.

“Pada RPJMN tahun 2014 target APM SD 96 persen, Insya Allah bisa tercapai,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh.

Sementara untuk APM tingkat sekolah menengah pertama (SMP), pada 2009 tercapai 74,52 dan meningkat hingga mencapai 80 persen pada 2013. Sementara pada RPJMN 2014, Kemdikbud menargetkan 76 persen. Ini artinya, melebihi yang ditargetkan. Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA sederajat dan APK perguruan tinggi juga ditargetkan tercapai sesuai dengan RPJMN 2014. “Insya Allah juga dapat tercapai pada APK pendidikan menengah 85 persen dan APK perguruan tinggi 30 persen pada 2014,” ujarnya.

Dalam laporannya, Mendikbud menyatakan, seluruh pihak mengetahui, memahami, dan menyadari betapa penting kualitas sumber daya manusia (SDM) demi kemajuan suatu bangsa. Seluruh pihak juga mengetahui,

memahami, dan menyadari tentang pentingnya dunia pendidikan dalam membentuk kualitas sumber daya manusia tersebut.

Kemdikbud menerapkan tiga prinsip dasar dalam membangun dunia pendidikan dan kebudayaan, yaitu sekolah lebih dini, sekolah setinggi

mungkin, dan menjangkau lebih luas. Prinsip-prinsip tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam skala individu, keluarga, masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan, serta membangun peradaban.

Prinsip “sekolah lebih dini” diwujudkan dalam bentuk kebijakan PAUD-isasi dan program “Satu Desa, Satu PAUD”. Sementara prinsip “sekolah setinggi mungkin” dilakukan, salah satunya dengan melaksanakan program Pendidikan Menengah Universal (PMU). Prinsip “menjangkau lebih luas” diwujudkan dalam beberapa kebijakan, misalnya beasiswa-beasiswa, maupun pendirian sekolah di daerah terpencil.

“Oleh karena itu, pembangunan pendidikan yang sifatnya sepanjang masa, maka dibuatlah tahapan-tahapan dan masing-masing tahap tersebut harus dijaga keberlangsungannya. Kegiatan RNPK ini, salah satu tujuannya adalah untuk menjaga keberlangsungan tahapan-tahapan tersebut,” tutur Mendikbud. (Ratih)

Pelindung: Menteri Pendidikan & Kebudayaan, Mohammad Nuh; Wakil Menteri Bidang Pendidikan, Musliar Kasim; Wakil Menteri Bidang Kebudayaan, Wiendu Nuryanti; Penasihat: Sekretaris Jenderal, Ainun Na’im; Pengarah: Sukemi; Penanggung Jawab: Ibnu Hamad; Pemimpin Redaksi: Dian Srinursih; Dewan Redaksi: Hawignyo; Redaktur Pelaksana: Emi Salpiati; Staf Redaksi: Ratih Anbarini, Arifah, Seno Hartono, Aline Rogeleonick, Desliana Maulipaksi, Dina Ayu Mirta; Fotografer: Arif Budiman, Ridwan Maulana; Desain & Artistik: Susilo Widji P., Yus Pajarudin; Sekretaris Redaksi: Tri Susilawati; Redaktur Eksekutif: Priyoko; Alamat Redaksi: Pusat Informasi & Hubungan Masyarakat, Kemdikbud, Gedung C Lt.4, Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta, Telp 021-5711144 Pes. 2413, 021-5701088. Laman: www.kemdikbud.go.id

Kawal Implementasi Kurikulum 2013

Capaian Kinerja Kemdikbud Memuaskan

Sejarah menunjukkan, nasib suatu bangsa ditentukan oleh berhasil-tidaknya bangsa itu mendidik generasi mudanya. Mempersiapkan generasi pengganti yang lebih baik dari berbagai segi adalah mutlak. Hal ini merupakan tugas besar generasi saat ini.

“Kadang kala kita terhanyut oleh kesibukan untuk mengurus kepentingan generasi itu sendiri. Ada satu tugas besar, yaitu menyiapkan generasi yang lebih baik,” ujar Wakil Presiden RI, Boediono, mengawali sambutannya dalam

pembukaan Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2014, di

Jakarta, Kamis (6/3).

Untuk menyiapkan generasi penerus, sambung Wapres Boediono, harus dimulai dari sekarang, demikian halnya dengan pelaksanaan Kurikulum 2013. Dalam pelaksanaannya, tentu banyak sekali persoalan yang akan dihadapi di lapangan, mengingat Indonesia adalah negara yang beragam, mulai dari lokasi, budaya, tingkat awal pendidikan, hingga variasi tingkat guru sebagai kunci keberhasilan pelaksanaan Kurikulum 2013.

“Ini semua harus kita atasi dan kita mulai, tahun ajaran 2014/2015 kita laksanakan secara nasional. Tantangannya besar sekali,” ungkapnya.

Oleh karena itu, Wapres Boediono mengimbau

agar semua pihak mengawal pelaksanaan Kurikulum 2013 sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Peran pemerintah pusat, pemerintah daerah, kabupaten/kota, sangat menentukan keberhasilan dan saling terkait satu sama lain. Pusat tidak dapat melihat permasalahan di lapangan tanpa peran dinas setempat. Demikian pula, kepala dinas harus mampu membaca dan mengatasi masalah dengan penuh komitmen dan tanggung jawab.

Melalui kegiatan RNPK ini ia berharap akan dihasilkan suatu pedoman konkret mengenai peran dan apa saja yang dilakukan masing-masing pemangku kepentingan, baik tingkat pusat

maupun daerah untuk menyukseskan implementasi Kurikulum 2013. “Hendaknya dikaji, dikawal, dan diterima sebagai tanggung jawab semua masing-masing. Ini adalah komitmen supaya ada kontinuitas antara satu pemerintah ke pemerintah lain,” tegasnya.

Di sisi lain, ia mengharapkan pemaksimalan penggunaan teknologi informasi untuk memberikan akses pendidikan di seluruh Tanah Air. Kelebihan pemanfaatan teknologi ini adalah dapat diakses dengan cepat, murah, dan menjangkau lebih luas.

Pada kesempatan yang sama, ia mengucapkan selamat atas prestasi yang dicapai Kementerian di bidang Pendidikan dan Kebudayaan. “Semoga Rembuk ini menghasilkan hasil yang konkret untuk yang bisa memberikan peluang prestasi yang lebih baik lagi untuk tahun 2014 dan selanjutnya. Selamat bekerja,” kata Wapres Boediono. (Arifah)

Wakil Presiden Boediono:

Implementasi Kurikulum 2013 dilaksanakan secara

menyeluruh pada tahun pelajaran 2014/2015. Semua pihak harus melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab. Dibutuhkan komitmen tinggi pemangku kepentingan pendidikan.

Agar semua pihak

mengawal pelaksanaan

Kurikulum 2013 sesuai

dengan tugas dan fungsi

masing-masing.

(2)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) kembali

menyelenggarakan Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK). Kali ini digelar di Jakarta, 5-7 Maret 2014. Sebagaimana RNPK pada tahun-tahun sebelumnya, pemangku kepentingan pendidikan dari berbagai wilayah Nusantara berkumpul untuk urun rembuk membahas program pendidikan dan kebudayaan.

Sekretaris Jenderal Kemdikbud, Ainun Na’im, menyatakan, RNPK 2014 ini difokuskan pada dua hal utama. Pertama, evaluasi capaian pembangunan pendidikan dan kebudayaan yang terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014. Kedua, program strategis penuntasan implementasi Kurikulum 2013 di tahun 2014.

“Evaluasi capaian pembangunan pendidikan dan kebudayaan selama lima tahun terakhir ini akan menjadi dasar bagi penyusunan RPJMN bidang pendidikan dan kebudayaan untuk lima tahun mendatang. Oleh karena itu, diskusi mengenai topik ini sangat penting karena menyangkut rencana pembangunan pendidikan dan kebudayaan di masa mendatang,” kata Sekretaris Jenderal Kemdikbud, Ainun Na’im, saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (26/2).

Selain itu, pada topik kedua tentang penuntasan implementasi Kurikulum 2013, Kemdikbud berharap

pelaksanaan program tersebut dapat berlangsung baik dan lancar. “Ini kaitannya dengan penyediaan buku dan pelatihan guru. Butuh komitmen dan pemahaman yang sama tentang pelaksanaan Kurikulum 2013 agar dapat berjalan dengan baik,” lanjutnya.

Topik lain yang menjadi pembahasan dalam RNPK 2014 adalah tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Topik tersebut rutin dimasukkan dalam agenda pembahasan komisi, mengingat pentingnya pendidikan bagi anak-anak usia dini karena usia dini dikenal sebagai usia emas. Selain itu, pembahasan tentang kualitas pendataan pendidikan, meliputi data satuan pendidikan, peserta didik, dan pendidik serta tenaga kependidikan, juga tidak luput dibahas dalam RNPK 2014. Ada pula topik yang berkaitan dengan pendidikan tinggi, seperti penerapan implementasi Undang-undang Pendidikan Tinggi.

Saat ditanya seberapa jauh capaian kinerja Kemdikbud dalam lima tahun terakhir, ia mengungkapkan, telah cukup banyak program yang dirancang menunjukkan hasil yang positif. Misalnya, Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tingkat dasar hingga menengah yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

Belum lagi program strategis yang memberikan kesempatan bagi siswa dengan kemampuan akademik memadai, namun memiliki keterbatasan ekonomi, mengenyam pendidikan di jenjang yang lebih tinggi. “Kita berikan bantuan siswa miskin dan Bidikmisi bagi siswa serta mahasiswa yang tidak mampu tapi memiliki prestasi yang membanggakan,” ujarnya.

Adem dan Adik

Ainun menambahkan, program afirmasi pendidikan bagi masyarakat yang tinggal di wilayah-wilayah terpencil, terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) juga tidak luput diberikan. “Melalui program Afirmasi Pendidikan Menengah (Adem) dan Afirmasi Pendidikan Tinggi (Adik), kita memberikan kesempatan bagi masyarakat Papua dan Papua Barat untuk menempuh pendidikan yang lebih baik di luar daerahnya,” kata Ainun.

Empat siswa peserta Adem di antaranya menempuh pendidikan di SMK Negeri 1 Bekasi, Jawa Barat. Mereka mendapat pendampingan dan bimbingan 24 jam dari orang tua asuh selama mereka beradaptasi dan mengikuti proses pembelajaran selama 3 tahun. “Kami menunjuk salah satu wakil kepala sekolah untuk menjadi orang tua angkat yang mengontrol aktivitas kegiatan anak selama 24 jam,” kata kepala SMK Negeri 1 Bekasi, I Made Supriatna, saat ditemui di Bekasi, Kamis (6/2).

Peserta Adem juga diberikan tambahan jam belajar setelah jam sekolah atau pada saat hari libur. Mereka diberi tugas atau modul, atau langsung dibimbing guru sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa. Tidak hanya itu, mereka juga ditanamkan pendidikan karakter sesuai amanat Kurikulum 2013 termasuk nilai-nilai nasionalisme melalui kegiatan upacara dan Pramuka. (Ratih, Arifah)

Capaian pembangunan pendidikan dan kebudayaan dalam lima tahun terakhir akan dievaluasi oleh pemangku kepentingan pendidikan dalam Rembuk Nasional Pendidikan dan

Kebudayaan (RNPK) 2014. RNPK merupakan forum bertaraf nasional yang secara rutin diselenggarakan setiap tahun oleh Kemdikbud. Keberhasilan yang telah dicapai selama lima tahun terakhir akan dijadikan bahan untuk menyusun rencana pembangunan lima tahun mendatang.

Telah cukup

banyak program

yang dirancang

menunjukkan

hasil yang positif.

Misalnya, Angka

Partisipasi Kasar

(APK) pendidikan

tingkat dasar

hingga menengah

yang terus

meningkat dari

tahun ke tahun.

Bahas Evaluasi Kinerja Kemdikbud 2010-2014

dan Penerapan Kurikulum 2013

RNPK 2014

Capaian kinerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dalam lima tahun terakhir menunjukkan hasil yang sesuai dengan target dalam RPJMN 2010-2014. Bahkan ada sejumlah program di bidang pendidikan dan kebudayaan yang melebihi target.

(3)

Ujian nasional (UN) tahun pelajaran 2013/2014 akan diikuti 7.157.218 siswa. Jumlah tersebut mencakup sekitar 2,9 juta peserta didik tingkat SMP/sederajat, 1,6 juta peserta didik jenjang SMA/sederajat, dan 1,1 juta siswa tingkat SMK. UN dijadwalkan pada 14-16 April 2014 untuk tingkat sekolah menengah, sedangkan UN tingkat SMP/sederajat pada 5-8 Mei 2014.

Berkaca dari pelaksanaan UN tahun lalu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) tahun ini mengambil langkah lebih awal dalam persiapan ujian akhir bagi siswa kelas IX SMP/sederajat dan XII SMA/SMK/sederajat. Mekanisme dan tata kelola penyelenggaraan UN 2014 juga diperbaiki.

Pada tahun lalu penyerahan master naskah soal UN dilakukan pada minggu kedua bulan Maret.

“Tahun ini, Alhamdulillah hari ini sudah bisa kita serahkan,” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh, saat memberi arahan usai penyerahan master soal UN kepada lima perusahaan percetakan pemenang tender, di Gedung A Kemdikbud, Jakarta, Senin (24/2). Ia mengatakan, lima perusahaan pemenang tender ini akan mencetak soal untuk delapan regional.

Pembagiannya, PT Karya Kita menangani regional satu; PT Temprina Media Grafika, menangani regional dua, tujuh, dan delapan; PT Jasuindo Tiga Perkasa, menangani regional tiga; PT Mascom, menangani regional lima; dan PT Balebat

menangani regional empat. Regional satu meliputi Provinsi

Sumatera Utara, NAD, Riau, Kepulauan Riau, dan Sumatera Barat. Regional dua meliputi, Provinsi Sumatera Selatan, Bangka Belitung (Babel), Bandar Lampung, dan Bengkulu. Regional tiga meliputi, Provinsi DKI Jakarta, Banten,

Kalimantan Barat, Jambi, Kalimantan Tengah, Papua, Papua Barat, Maluku, dan Maluku Utara.

Sedangkan untuk regional empat meliputi Jawa Barat. Regional lima meliputi DI Yogyakarta dan Jawa Tengah. Regional enam meliputi Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. Regional tujuh meliputi Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Bali. Regional delapan meliputi Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tengah, dan Gorontalo.

Mendikbud menambahkan, dengan hasil evaluasi pelaksanaan UN tahun lalu, persiapan UN kali ini ditata ulang. Terutama pengorganisasian antara BSNP, perguruan tinggi, dan pemerintah. “Persiapan UN dilakukan lebih cermat, sehingga bisa ditepati dengan baik jadwal yang telah ditetapkan,” katanya.

Penggandaan Soal

Sementara itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemdikbud, Furqon, mengatakan, penggandaan naskah soal UN ditargetkan selesai pada akhir Maret, untuk kemudian segera didistribusikan ke provinsi, kabupaten dan kota. “Proses lelang dilakukan secara transparan dan akuntabel,

dengan melibatkan peran perguruan tinggi negeri dan Inspektorat Jenderal Kemdikbud,” ujar Furqon.

Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemdikbud, Dadang Sudiyarto,

mengatakan, master naskah soal yang sudah ada di tangan percetakan kemudian akan digandakan hingga 18 Maret 2014. Setelah digandakan, naskah soal dan lembar jawaban ujian nasional (LJUN) akan didistribusikan ke ibu kota provinsi. Pendistribusian dijadwalkan pada 19-31 Maret 2014 dengan pengawasan dari perguruan tinggi, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), dan Polri.

“Distribusi dari percetakan hingga provinsi menjadi tanggung jawab perusahaan percetakan,” kata Dadang pada rapat koordinasi nasional (Rakornas) UN, di Jakarta, Senin (24/2).

Setelah sampai di provinsi, tanggal 1 April dijadwalkan naskah UN akan diserahkan kepada dinas pendidikan provinsi melalui panitia pelaksana hasil pekerjaan (PPHP) dan disaksikan oleh perguruan tinggi, LPMP, dan Polri. Dari dinas, naskah tersebut akan didistribusikan kembali

ke penyimpanan sementara di

kabupaten/kota. Pendistribusian tahap ini melibatkan panitia dari kantor wilayah Kementerian Agama.

Keamanan Terjamin

Dadang menjelaskan, setelah berada di titik penyimpanan sementara, naskah UN dijaga oleh perguruan tinggi, LPMP, dan Polri. Pengambilan semua naskah soal dan LJUN oleh satuan pendidikan yang lokasinya jauh dari tempat penyimpanan sementara pada 13 April 2014, satu hari sebelum pelaksanaan UN dengan pengawalan pihak kepolisian.

“Bagi satuan pendidikan yang berada di sekitar lokasi penyimpanan sementara, pengambilan naskah UN dilakukan setiap hari selama UN berlangsung, sesuai dengan mata pelajaran yang diujikan,” katanya.

Setelah siswa mengerjakan soal UN, perguruan tinggi mengawasi penerimaan LJUN dari satuan pendidikan. Pengawas memastikan amplop LJUN dilem/ dilak, ditandatangani oleh pengawas ruang, dan dibubuhi stempel satuan pendidikan. “Soal dan LJUN tidak dikumpulkan terlebih dulu di ruang kepala sekolah, agar tidak ada dugaan kecurangan,” katanya.

Proses pemindaian LJUN dilakukan dengan menggunakan peranti lunak yang ditentukan oleh pelaksana UN tingkat pusat. Panitia menjamin, keamanan proses pemindaian LJUN terjaga dan akan disampaikan hasilnya ke pelaksana tingkat pusat. (Aline, Desliana, Seno)

Persiapan Lebih Awal,

Pelaksanaan Lebih Terkawal

Perusahaan

pemenang

tender akan

mencetak soal

untuk delapan

regional.

Bagi satuan

pendidikan

yang berada di

sekitar lokasi

penyimpanan

sementara,

pengambilan

naskah UN

dilakukan setiap

hari selama UN

berlangsung,

sesuai dengan

mata pelajaran

yang diujikan.

Pelaksanaan ujian nasional pada tahun ini dipersiapkan lebih matang. Diharapkan keterlambatan pencetakan dan pendistribusian naskah soal beserta lembar jawaban, sebagaimana terjadi pada tahun lalu, tidak terulang lagi. Master naskah soal UN 2014 diserahkan lebih awal ke percetakan.

(4)

Tidak sulit mendapatkan tunjungan profesi guru (TPG). Jika seluruh persyaratan seperti yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru telah terpenuhi, maka guru bersertifikat akan

memperoleh tunjangan sebesar satu kali gaji. Tunjangan tersebut diberikan setelah guru yang mengajar di tingkat pendidikan dasar (SD dan

SMP) terdaftar dalam Data Pokok Pendidikan (Dapodik) yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).

Persyaratan yang dimaksud di antaranya memiliki nomor registrasi

guru (NRG), memenuhi beban kerja sebagai guru, mengajar sebagai guru mata pelajaran atau guru kelas, dan terdaftar pada Kementerian sebagai guru tetap. “Tunjangan profesi guru hanya diberikan kepada mereka yang berhak, yaitu yang memenuhi seluruh persyaratan yang ditetapkan,” kata Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) Pendidikan Dasar Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Sumarna Surapranata, di ruang kerjanya, Kamis (13/2).

Ia mengakui, dalam penyaluran TPG, ada sejumlah masalah yang mengikuti. Misalnya, ada guru yang tidak sepenuhnya mendapat 12 kali tunjangan, sebagaimana gaji yang mereka terima. Hal tersebut dikarenakan dana yang tersedia tidak cukup untuk membayar 12 kali tunjangan tersebut. Kenaikan gaji pokok, kenaikan gaji berkala, serta kenaikan pangkat dan golongan yang berimplikasi pada kenaikan gaji, menjadi salah satu penyebab anggaran yang sudah disetujui DPR pada tahun sebelumnya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan anggaran tunjangan guru secara penuh.

“Setelah dihitung, ternyata untuk daerah A, misalnya berjumlah 200 guru, anggaran yang tersedia hanya cukup untuk membayar 100 guru. Daripada yang 100 guru lainnya tidak mendapatkan tunjangan, lebih baik sisa bulan yang tidak cukup dengan anggaran yang ada itu, tidak diberikan,” ujarnya.

Selama kurun waktu 2010-2013 terdapat kekurangan dana tunjangan hingga mencapai Rp 8,03 triliun. Namun, angka ini masih perlu diverifikasi, mengingat dari hasil pra-audit Inspektorat Jenderal Kemdikbud, ditemukan bahwa di Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Bogor, ada sejumlah guru yang datanya terinput dua kali di dua satuan pendidikan yang berbeda. “Maka kami bekerja sama dengan Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk mengaudit hal ini,” ujar Pranata,

demikian biasa ia disapa. Merujuk Dapodik Lebih lanjut ia menuturkan, sejumlah permasalahan dalam penyaluran TPG bersumber dari data. Oleh karena itu, mulai tahun 2013, Kemdikbud menggunakan Data Pokok Pendidikan (Dapodik) sebagai rujukan dalam pengelolaan tunjangan profesi guru. Setidaknya ada sembilan indikasi masalah yang terdeteksi dalam penyaluran TPG ini. Misalnya aturan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Guru dan Dosen menyebutkan, tunjangan profesi guru dibayar senilai dengan 1 kali gaji pokok. Sementara Peraturan Presiden pada 2011 dan 2013 tentang kenaikan gaji guru sebesar masing-masing 10 persen dan 7 persen, berimbas pada perubahan gaji guru setiap tahun. Di sisi lain, anggaran untuk TPG telah ditetapkan DPR pada November tahun sebelumnya.

Menurut Pranata, kenaikan TPG tidak bisa dihindarkan. Sayangnya, pihaknya tidak mengetahui berapa banyak kenaikan itu akan terjadi. Selain itu, masalah lain seperti adanya kenaikan gaji berkala,

kenaikan pangkat, dan inpassing, ikut mempengaruhi jumlah anggaran yang dibutuhkan.

Tidak hanya itu, guru yang tidak mendapatkan TPG juga dapat disebabkan karena guru tidak memenuhi beban kerja minimal 24 jam per minggu. “Atau disebabkan masalah lain, misalnya adanya mutasi guru. Masalahnya itu simpel, yaitu data. Apakah datanya akurat atau tidak,” katanya.

Maka, lanjut Pranata, atas instruksi Mendikbud, guna

mendapatkan data yang valid dalam pengelolaan tunjangan profesi, terutama untuk guru SD dan SMP tidak lagi berdasarkan data yang disiapkan pemerintah daerah, melainkan melalui Dapodik. Data yang dimasukkan dalam Dapodik berkaitan dengan satuan pendidikan, tenaga pendidik, dan siswa. “Dapodik menjadi satu-satunya alat untuk menentukan apakah si A ini berhak (mendapat tunjangan profesi) atau tidak,” tuturnya.

Komponen yang terdapat dalam Dapodik antara lain, identitas guru, NIP, NRG, NUPTK, tanggal pengeluaran sertifikat, mata pelajaran yang diampu, dan lokasi mengajar. “Sekarang kita buatkan formula supaya guru tidak bisa bohong lagi soal data,” katanya. (Ratih, Aline) Selain untuk meningkatkan profesionalitas, tunjangan profesi

dimaksudkan agar guru dapat hidup lebih sejahtera. Hanya guru yang memiliki persyaratan lengkap dan memenuhi ketentuan yang memperoleh tunjangan tersebut.

Lengkapi Persyaratan,

Penuhi Ketentuan

Tunjangan

profesi guru

hanya diberikan

kepada mereka

yang berhak,

yaitu yang

memenuhi

seluruh

persyaratan

yang

ditetapkan.

Cara Jitu Dapatkan Tunjangan Profesi:

Dapodik menjadi satu-satunya

alat untuk menentukan

apakah si A ini berhak

mendapat tunjangan profesi

atau tidak.

(5)

Rekening Aktif,

TPG Lancar

Salah satu penyebab keterlambatan penerimaan tunjangan profesi guru adalah rekening bank. Banyak rekening tujuan penyaluran tunjangan ternyata sudah tidak aktif karena berbagai sebab. Lakukan cek berkala kondisi rekening di bank.

Guru bersertifikat diimbau selalu menjaga rekening bank penerima tunjangan profesi guru (TPG) tetap aktif, agar penyaluran tunjangan tersebut berjalan lancar. Imbauan tersebut perlu disampaikan terkait dengan

pemberitaan di media massa yang menyebutkan, guru mengeluhkan lambannya pelayuran TPG.

“Hal yang perlu diperhatikan guru adalah apakah rekening bank penerima masih aktif atau sudah ditutup secara otomatis oleh pihak bank, karena saldo kurang dari yang ditetapkan bank,” kata Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah,

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Purwadi Sutanto, di ruang kerjanya, Jumat (14/2).

Rekening bank yang tidak aktif alias mati menyebabkan uang yang ditransfer tidak masuk dan kembali ke rekening bank asal TPG disalurkan. Jika hal ini terjadi, maka dapat dipastikan untuk meretur kembali membutuhkan waktu, dan terkadang waktu yang diperlukan cukup lama. “Anggaran untuk TPG ini langsung dikelola oleh Kementerian Keuangan melalui Kantor Pelayanan Perbendahaan Negara (KPPN). Jika rekening guru tidak aktif, uang akan otomatis kembali ke rekening pengirim,” ungkapnya.

Menurut Purwadi, seharusnya jika terjadi kesalahan kirim semacam itu, KPPN harus memberi laporan paling lambat 2 minggu, agar

Kemdikbud dapat langsung menindaklanjutinya. Sayangnya, hal tersebut tidak segera dilakukan, sehingga keterlambatan tidak dapat dihindarkan. “Kasus retur ini tetap akan kami proses, sehingga guru tetap mendapatkan haknya. Guru juga tidak perlu khawatir, karena uang di KPPN tidak akan hilang,” imbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, ia juga menjelaskan, skema penyaluran TPG terbagi menjadi dua, yaitu TPG bagi Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) yang dilakukan melalui dana transfer dan TPG bagi guru non-PNS yang langsung ditransfer dari Kemdikbud. Sebelum melakukan proses penyaluran TPG, Kemdikbud mengambil data kelulusan dari Program Profesi Guru (PPG) yang dilakukan oleh Badan Pembinaan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan, Penjaminan Mutu Pendidikan (PSDMPK-PMP).

Data tersebut kemudian diverifikasi dan dari hasil verifikasi tersebut, Kemdikbud menerbitkan surat keputusan yang dapat langsung dicek melalui laman ptkdikmen.kemdikbud.go.id. Namun, tidak semua guru sudah melek

teknologi. Tidak jarang, mereka datang langsung ke kantor Kemdikbud untuk sekadar mengecek apakah surat keputusan memperoleh TPG sudah diterbitkan atau belum.

“Sebenarnya mereka tidak perlu jauh-jauh datang ke sini, karena semua sudah melalui sistem komputer secara daring (online). Tapi, kita tidak boleh menolak guru yang datang ke sini. Maka, kita sediakan komputer dan ruang bagi mereka, sehingga mereka dapat melihat sendiri datanya,” katanya.

Sementara itu bagi guru PNSD, data tersebut dapat dilihat di dinas pendidikan masing-masing, karena anggaran TPG sudah ditransfer dari Kementerian Keuangan ke daerah. Daerah juga diimbau untuk langsung menyalurkan TPG kepada guru-guru yang berhak, sehingga tidak terjadi keterlambatan. Kementerian Keuangan juga senantiasa mengecek apakah uang yang ditransfer telah sepenuhnya dibayarkan kepada guru-guru. “Jika tidak, Kementerian Keuangan berhak untuk menunda pemberian TPG kepada dinas pada triwulan berikutnya,” ungkapnya. (Ratih)

Kemdikbud

menerbitkan

surat keputusan

yang dapat

langsung dicek

melalui laman

ptkdikmen.

kemdikbud.go.id

Dapodik Jadi Acuan

Program Kemdikbud

Tahun ini Data Pokok Pendidikan (Dapodik) menjadi acuan bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dalam penyaluran dana untuk berbagai kebijakan, mulai dari Bantuan Operasional Sekolah (BOS), rehab sekolah, Bantuan Siswa Miskin (BSM), dan tunjangan profesi guru. Hal ini berbeda dari tahun 2013 lalu yang baru digunakan sebagai rujukan dalam pemberian tunjangan profesi guru.

Ada tiga unsur data dalam Dapodik, yaitu data satuan pendidikan, data peserta didik, serta data pendidik dan tenaga kependidikan (PTK). Ketiganya lengkap, memuat seluruh informasi yang dibutuhkan, sebagai rujukan Kemdikbud untuk menentukan langkah selanjutnya.

“Misalnya, data tentang PTK yang digunakan untuk proses pemberian tunjangan profesi guru. Di dalamnya lengkap memuat biodata, nomor identitas, lama guru mengajar selama seminggu, mengajar di kelas berapa, dan seterusnya,”

ujar Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Sumarna Surapranata, di ruang kerjanya, Jumat (14/2).

Tahun lalu data pada Dapodik baru diperuntukan sebagai rujukan pengelolaan tunjangan profesi guru. Namun tahun ini, Dapodik diperluas untuk program lainnya, yaitu BOS, rehab, dan BSM. “Sekolah yang ingin mendapatkan anggaran untuk

ketiga program itu harus mengisi lengkap data pada Dapodik. Berbeda dengan tahun lalu yang berdasarkan pengajuan dari sekolah. Tahun ini tidak lagi. Semua dari Dapodik,” katanya.

Ia mengapresiasi sekolah yang sudah melengkapi data pada Dapodik. Tidak jarang data yang dimiliki sekolah di daerah yang jauh dari ibu kota provinsi justru lebih baik ketimbang data yang dimiliki sekolah yang berada di kota ibu kota provinsi. “Itu artinya apa? Mereka concern dan punya komitmen,” tambah Pranata.

Dapodik merupakan program yang digagas oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar berdasarkan instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 2 tahun 2011 tentang Kegiatan Pengelolaan Data Pendidikan. Tahun ini, jelas Pranata,

Mendikbud menginginkan agar jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan pendidikan menengah juga terdata dalam Dapodik. (Ratih)

(6)

Ciptakan

Kepercayaan Diri Siswa

Pola pembelajaran Kurikulum 2013 mampu menciptakan suasana kelas lebih ceria, siswa pun percaya diri dan aktif selama proses pembelajaran. Sebenarnya bukan hanya percaya diri, implementasi Kurikulum 2013 juga melatih siswa berpikir dan bersikap komprehensif jika menghadapi sebuah persoalan atau melakukan sebuah tindakan, sehingga kelak mereka akan lebih produktif, kreatif, dan inovatif. Selain berpengetahuan luas, mereka pun mumpuni dalam berkarya.

(7)

Kurikulum 2013 menyempurnakan aspek keterampilan dan sikap, sedangkan kurikulum sebelumnya hanya berfokus pada kompetensi pengetahuan siswa. Tujuan Kurikulum 2013 untuk menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.

“Insan seperti itu yang ingin kita ciptakan melalui Kurikulum 2013, mempunyai tiga kompetensi sekaligus, yaitu kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap, dan kompetensi keterampilan,” ujar Wakil Mendikbud bidang Pendidikan, Musliar Kasim, ketika memberi paparan di Universitas Terbuka, Selasa (14/1).

Pada kesempatan itu, ia banyak memaparkan contoh kasus dari implementasi kurikulum sebelumnya yang sekadar pada tingkat kognitif. Misalnya pada pelajaran bahasa Inggris yang dimulai dari tingkat SMP hingga SMA

atau 6 tahun lamanya. Apa hasilnya? “Tidak ada yang bisa terampil berbicara dengan bahasa Inggris,” ungkapnya. “Jika bertemu orang bule, mereka takut kecuali gurunya. Jangankan di sekolah, di kampus pun demikian,” lanjutnya.

Tidak berbeda dengan pelajaran bahasa Indonesia. Banyak siswa yang tidak mempunyai keterampilan menulis dalam bahasa Indonesia, di perguruan tinggi pun banyak yang tidak bisa menulis jurnal ataupun artikel di media dengan

menggunakan bahasa Indonesia yang baik. Dalam pelajaran Olah Raga pun tidak dididik sampai mempunyai keterampilan, padahal itu adalah mata pelajaran wajib. Banyak lulusan SMA jika ditanya apa hobi olah raganya, tidak berani menjawab.

“Kalau ada anak yang pandai pencak silat, pandai badminton, pandai tenis, itu bukan produk dari satuan pendidikan, pasti mereka ikut klub atau kursus di luar,” ujar Musliar, prihatin.

Demikian pula pelajaran Seni Budaya seperti melukis, membatik, ataupun memahat. “Kalau ada pelukis hebat itu, pasti dihasilkan oleh sanggar, atau orantuanya yang memang pelukis. Satuan pendidikannya tidak pernah mengajarkan dia terampil menggambar. Kalau kita beri buku gambar, lalu kita suruh mereka menggambar, hasil gambarnya sama semua. Dua gunung, matahari di tengahnya, ada jalan, sawah di sebelah kanan-kiri. Kalau orang lahir di kota, gambar jalannya ada tiang listrik, sedangkan jika lahirnya di kampung, tidak ada tiang listriknya. Itu sama,” paparnya.

Berbasis Kegiatan

Ia menyebut, Kurikulum 2013 sebagai kurikulum yang disempurnakan secara komprehensif karena kurikulum ini berbasis kegiatan (activity based) dengan buku panduan aktivitas yang memuat gabungan beberapa pelajaran dan tema-tema tertentu. Penyusunan kurikulumnya pun

tidak lagi berdasarkan berapa mata pelajaran yang diajarkan, melainkan dimulai dari kompetensi keterampilan seperti apa yang diinginkan dan sikap yang diharapkan.

Buku pelajaran pun (khusus untuk buku SD) bukanlah sekadar buku bacaan yang menurut banyak orang dapat selesai dibaca dalam satu hari. Buku ini diformulasikan sebagai buku panduan aktivitas yang harus dikerjakan anak. Dalam satu tema, misalnya, anak dilatih untuk memperkenalkan

diri di hadapan teman-teman, belajar di luar kelas, menghitung jumlah teman dalam satu kelas,

termasuk keberanian berpendapat. Kurikulum 2013 juga

memperhatikan proses pembelajaran yang mendidik anak untuk lebih kreatif dan guru membimbing anak seperti memandu untuk mencari tahu, mengamati, memiliki apresiasi, berkenalan, menggambar, dan observasi di lapangan. Di lain sisi, anak kemudian mempresentasikan apa saja yang sudah dipelajari, diobservasi, ataupun dilakukan terhadap tema tertentu.

Untuk proses penilaian, khusus untuk tingkat SD, tidak ada lagi penilaian angka melainkan penilaian deskriptif. Guru harus mampu mendeskripsikan tingkat pengetahuan anak, kemampuan dan keterampilan berhitung, keberanian mengemukakan pendapat,

tampil di depan kelas, sikap terhadap teman, maupun sisi personal anak yang bersangkutan.

Pelatihan Guru

Dalam lingkup lebih luas, persiapan implementasi Kurikulum 2013, mulai dari konsep, penyusunan buku, pengadaan buku, pelatihan guru, pendampingan guru, hingga monitoring dan evaluasi, sudah dipersiapkan sedemikan rupa dengan baik. “Persiapan ini dilakukan secara komprehensif, agar guru dapat melaksanakan kurikulum di kelas dengan benar dan sesuai dengan konsep,” jelas Musliar.

Supaya lebih efisien, Kemdikbud juga melaksanakan pelatihan narasumber di Jakarta. Kemudian dilanjutkan di tiap regional dengan guru sasaran di kecamatan masing-masing untuk tingkat SD, sedangkan untuk tingkat SMP dilakukan di kabupaten. Guru yang kurang memahami

konsep dan implementasi pun akan diberikan pendampingan di lapangan.

Untuk mengetahui apakah buku didistribusikan dengan tepat waktu dan sasaran, kemudian keterlaksanaan pelatihan (baik pre test maupun post test guru yang telah mendapat pelatihan), hingga pendampingan, dilakukan monitoring dan evaluasi. Kesemuanya ini bertujuan untuk menjamin kesiapan berbagai variabel dalam implementasi Kurikulum 2013.

“Dari segi persiapan, kita sudah siap. Kita tetap berusaha untuk menjamin pelaksanaannya baik,” pungkas Musliar mengakhiri paparannya. (Arifah, Ratih)

Kurikulum 2013

Ciptakan Insan Produktif,

Kreatif, dan Inovatif

Musliar Kasim:

Bukan hanya menguasai ilmu dasar (basic science), melainkan juga ilmu terapan (applied

science). Itulah insan Indonesia masa mendatang yang kita harapkan. Selain terampil dan

berpengetahuan luas, mereka juga memiliki moral dan sikap mulia. Kurikulum 2013 memandu peserta didik menjadi insan yang komprehensif.

Tujuan Kurikulum

2013 untuk

menghasilkan

insan Indonesia

yang produktif,

kreatif, inovatif,

dan afektif.

Dari segi

persiapan, kita

sudah siap. Kita

tetap berusaha

untuk menjamin

pelaksanaannya

berjalan baik.

Foto: Aline PIH Musliar Kasim

(8)

Manusia pandai, berarti mampu mengerjakan sesuatu lebih cepat dan tepat, sekaligus memiliki variasi pemikiran yang beragam. Dengan variasi tersebut, kualitas manusia diyakini akan lebih baik. Hal ini pula yang melatarbelakangi penyempurnaan kurikulum di Indonesia. Menyadari bahwa

kemampuan peserta didik beragam, maka model pembelajaran juga tidak boleh dibuat seragam, melainkan harus bervariasi.

“Kurikulum 2013 mengenalkan model pembelajaran yang bervariasi. Ada model pembelajaran yang normal, biasa-biasa saja. Ada model pembelajaran remedial, bagi mereka yang lambat mengikuti. Juga ada pula model pembelajaran pengayaan, bagi siswa yang lebih cepat menangkap pelajaran,” kata Staf Ahli Menteri bidang Organisasi dan Manajemen, Abdullah Alkaf, di hadapan puluhan wartawan dalam kegiatan Forum Wartawan Pendidikan yang diselenggarakan di Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, Selasa (14/1).

Menurutnya, variasi ini menjadi bagian dari kreativitas guru saat menyampaikan pembelajaran Kurikulum 2013 kepada peserta didik. “Guru harus bisa menentukan kelasnya cocok dengan model yang mana.

Apakah yang normal-normal saja, atau lebih cocok menggunakan model pengayaan, dan seterusnya,” tambahnya.

Variasi ini juga merambah ke sumber pembelajaran. Kurikulum 2013 menekankan, sumber pembelajaran tidak hanya berasal dari guru dan buku, melainkan dari sumber lainnya, seperti surat kabar, televisi, majalah, atau alam sekitar yang menyimpan begitu banyak informasi. “Untuk itu, pada siswa tingkat SMP, kompetensi keterampilan dimasukkan dalam standar

kompetensi lulusan. Kompetensi keterampilan yang dimaksud adalah bagaimana mereka memahami apa yang dipelajari di sekolah melalui sumber-sumber lain,” ungkap Alkaf.

Lebih lanjut ia menjelaskan, dalam proses pembelajaran, data menjadi sesuatu yang penting agar siswa dapat lebih memahami apa yang dipelajarinya, ketimbang hanya dalam bentuk hafalan. Itulah sebabnya, dalam Kurikulum 2013, data diperkenalkan kepada siswa mulai kelas 1 SD. Dulu, data baru diperkenalkan pada siswa kelas 6 SD. “Untuk itu, kita menekankan bagaimana anak memahami sesuatu dengan melakukan. Lewat melakukan, bisa memperoleh data, sehingga akhirnya dia akan bisa memahami sesuatu,” ujarnya.

Ia mencontohkan, dulu siswa SD sering diminta menghafalkan benda-benda yang bisa menjadi penghantar panas yang baik dan yang buruk. Kini dengan Kurikulum 2013, siswa harus melakukan pengamatan, sehingga dapat diperoleh data. “Jadi, mereka belajar melalui mengamati sesuatu,” tambah Alkaf.

Dalam kesempatan itu, ia juga menyampaikan bahwa Kurikulum 2013 menekankan pada proses, bukan hasil. Ini penting untuk mengetahui apakah si anak mengerti atau tidak terhadap pembelajaran tertentu. Jika hanya menekankan pada hasil, kebanyakan hasil yang diperoleh anak benar, tanpa guru mengetahui dari mana hasil tersebut diperoleh, dan apakah anak mengerti cara mendapatkan hasil

tersebut.

“Kita memahami anak itu mengerti atau tidak dilihat dari prosesnya, bukan dari hasilnya. Maka, untuk siswa SMP ditekankan pada kemampuan prosedural, bagaimana membuat langkah-langkah penyelesaian masalah. Kemampuan prosederal ini menjadi standar kompetensi lulusan bagi siswa tingkat SMP. Mereka dituntut memiliki kemampuan tersebut. Setiap tugas, perlu dirinci langkah-langkah pengerjaannya. Guru harus melihat pada prosesnya, apakah benar atau tidak,” katanya.

Meta Kognitif

Sementara itu, bagi siswa tingkat menengah, kemampuan yang harus dimiliki meningkat lagi ke meta kognitif. Berbeda dengan prosedural yang kaitannya dengan operasional, pada meta kognitif, kemampuan strategi dalam penyelesaian masalah dikenalkan.

“Contoh kognitifnya pada pembelajaran Kurikulum 2013 adalah setiap kali ia ingin

mengerjakan project, sebelumnya ia harus susun strategi dalam pengerjaannya. Apa langkah-langkah yang perlu dilakukan, ia harus menghubungi siapa, akan mencari ke mana, dan seterusnya. Nah, yang akan dilakukan itu dituliskan terlebih dahulu, layaknya rencana kerja. Itu sudah melatih meta kognitif,” papar Alkaf.

Ia menilai, kemampuan ini penting untuk melihat cara berpikir siswa, apakah sistematis dan efektif. Melalui Kurikulum 2013, siswa akan dibiasakan untuk menuliskan langkah pengerjaan tugas dan merumuskan langkah tersebut. Hal lain yang dijelaskan oleh Alkaf dalam kesempatan tersebut, bahwa pada pembelajaran Kurikulum 2013, guru layaknya

seorang tutor yang memberikan motivasi kepada siswa. Guru tidak berperan sebagai pihak yang memberitahu siswa, tetapi mengajak siswa untuk mencari tahu. Maka, yang ditekankan dalam pembelajaran adalah discovery learning, yang mengajak siswa mengamati, menyimpulkan, dan hasilnya menjadi pengetahuan bagi siswa.

Tiga Kompetensi

Dalam paparannya, ia juga menyinggung tentang tiga kompetensi yang diharapkan terbentuk dalam diri siswa melalui Kurikulum 2013. Ketiga kompetensi itu adalah kompetensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Menurutnya, jika ketiga kompetensi itu yang ingin dicapai, maka prosesnya pun harus diperluas. “Makanya kita menekankan pada tiga proses, yaitu proses pembentukan sikap, proses pembentukan keterampilan, dan proses pembentukan pengetahuan,” ujar Alkaf.

Proses pembentukannya adalah bagaimana pengetahuan itu mengasah keterampilan untuk menghasilkan sikap. Karena sikap yang ingin dibentuk adalah sikap yang tahu mengapa dirinya harus bersikap seperti yang diinginkan, sementara keterampilan itu tahu bagaimana dirinya dapat menunjukkan bahwa ia tahu. “Sikap yang harus dibentuk adalah sikap yang sangat kuat,” ujarnya.

Alkaf menambahkan, ujung akhir penilaian pun disesuaikan dengan pengembangan kurikulum itu sendiri. Maka, terkait dengan penilaian itu, ada empat pihak yang akan melakukannya, yaitu siswa itu sendiri, guru, sekolah, dan pemerintah. Siswa menilai atau mengevaluasi dirinya sendiri dan ia harus bisa membuat refleksi diri. Sementara itu, guru tidak hanya memeriksa hasil tugas siswa, tetapi juga membandingkan antara hasil tugas dengan hasil evaluasi diri.

“Di sini akan melatih banyak hal. Melatih anak untuk jujur dalam menilai dirinya sendiri, juga melatih anak untuk percaya diri. Kalau anak yang kurang percaya diri, ia akan menilai dirinya rendah, padahal hasilnya bagus,” imbuhnya. (Ratih, Seno)

Kurikulum 2013

Terapkan Model

Pembelajaran Bervariasi

Ada beberapa sekolah mengelompokkan siswa dalam kelas berdasarkan tingkat kepandaian, agar proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien. Antara kelas satu dengan yang lain berbeda model pembelajarannya, bergantung pada seberapa cepat siswa menangkap materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Kurikulum 2013 mengenalkan model pembelajaran yang bervariasi seperti itu.

Kita menekankan

bagaimana anak

memahami

sesuatu dengan

melakukan.

Dengan

melakukan, bisa

memperoleh

data, sehingga

akhirnya dia akan

bisa memahami

sesuatu.

Foto: Seno PIH

Abdullah Alkaf

(9)

Walau belum genap setahun dilaksanakan, Kurikulum 2013 telah dirasakan manfaatnya bagi siswa dan guru. Siswa merasa lebih nyaman mengikuti proses pembelajaran jika dibandingkan ketika sekolah menggunakan kurikulum sebelumnya,

sedangkan guru lebih mengenal kompetensi peserta didik secara keseluruhan.

Kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2013/2014 telah berjalan lebih dari satu semester. Sejumlah perubahan positif, mulai dari sikap dan kepribadian peserta didik hingga pola penilaian pada jenjang sekolah dasar (SD), mengiringi perjalanan Kurikulum 2013. Perubahan positif itu, misalnya kini siswa kelas 1 SD lebih percaya diri (PD) dan aktif selama proses pembelajaran.

Selain itu, pola pembelajaran Kurikulum 2013 juga mampu menciptakan suasana kelas lebih ceria. Siswa lebih banyak tertawa dan PD saat menjawab pertanyaan guru, meski jawaban tersebut merupakan jawaban spontan anak-anak. “Siswa kelas 1 juga sekarang tidak rewel karena proses pembelajarannya hampir sama dengan di TK, yaitu belajar sambil bermain. Tidak seperti pada kurikulum sebelumnya yang terbebani dengan materi pelajaran yang berat,” ujar Nursalam, Kepala SD Muhammadiyah Program Khusus, Kota Barat, Surakarta, Jawa Tengah saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (29/1).

Hal yang sama juga diungkapkan Siti

Nurhasanah, guru kelas 4 SD Negeri Kleco I No. 7, Kota Surakarta. “Pendekatan ke anak dalam Kurikulum 2013 ini bagus sekali. Ada anak yang biasanya malu-malu mengacungkan tangan untuk maju ke depan kelas, sekarang sudah lebih aktif di kelas,” ujarnya.

SD Muhammadiyah Program Khusus dan SD Negeri Kleco I No. 7 merupakan sekolah sasaran di Kota Surakarta, Jawa Tengah, yang ditunjuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) untuk mengimplementasikan

Kurikulum 2013 pada tahun pelajaran lalu.

Siti menggambarkan, sejak Kurikulum 2013 diimplementasikan, suasana belajar lebih hidup dan bervariasi. Siswa tidak hanya belajar dan mendengarkan guru di dalam kelas, tapi juga melakukan observasi dan aktivitas di luar ruangan. Mereka juga dibimbing untuk berdiskusi dan menyampaikan pendapat di hadapan teman-temannya.

Nursalam juga menuturkan, proses pembelajaran pada siswa kelas 1 SD tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas. Cara semacam ini memang bukan hal baru bagi sekolahnya yang menerapkan konsep full day school. Meski demikian ia mengaku Kurikulum 2013 membawa banyak perubahan positif terhadap sikap dan perilaku siswa saat pembelajaran

Julieta Lofi, siswa kelas 4 SD Negeri I No. 7 Kleco mengatakan, belajar di kelas 4 dengan menggunakan Kurikulum 2013 lebih

menyenangkan daripada kelas 3 sebelumnya. Siswa yang bercita-cita menjadi dokter ini menyampaikan, pola pembelajaran yang sedang dijalaninya saat ini membuatnya lebih mudah mengerti materi yang disampaikan oleh guru. “Lebih enak yang sekarang, lebih mudah ngerti,” tuturnya.

Dukungan Orangtua

Meskipun kini perlahan proses pembelajaran Kurikulum 2013 di sekolahnya telah semakin mapan, Nursalam mengaku pada awal pelaksanaannya penuh dengan perjuangan, terutama meyakinkan orangtua siswa tentang

model Kurikulum 2013. “Orangtua sangat kritis terhadap perubahan ini. Kami pun dengan intens memberikan penjelasan kepada mereka dan selalu terbuka untuk mendengar apa yang belum mereka pahami,” tambahnya.

Beruntung di antara orangtua siswa, ada yang berasal dari kalangan pendidik, seperti dosen dan guru SMA. Dari merekalah orangtua siswa mendapat penjelasan, tanpa terkesan mendikte, karena berasal dari sesama orangtua siswa.

Lewat

pendekatan intensif tersebut, Nursalam mengungkapkan, kini semakin banyak orangtua siswa yang mengetahui kelebihan

Kurikulum 2013. Selain itu, orangtua siswa juga secara aktif mencari informasi Kurikulum 2013 melalui internet dan media lainnya.

Siti juga menyebut, pendekatan yang dilakukan kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar diakuinya tidak akan sukses tanpa dukungan dari orangtua siswa. Untuk itu, komunikasi dengan orangtua harus dibangun dengan baik. “Kalau ada masukan untuk anak-anak, kita punya buku penghubung ke orangtua,” jelasnya. Dengan komunikasi dua arah tersebut, siswa mendapat pendidikan terbaik dari sekolah dan keluarga.

Pola Penilaian

Salah satu hal yang berubah dalam Kurikulum 2013 adalah pola penilaian rapor siswa yang tidak lagi menggunakan angka, melainkan melalui penilaian otentik dalam bentuk deskriptif. Pola penilaian semacam ini diyakini dapat menilai secara utuh seluruh kompetensi siswa yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Kepala SD Negeri Kleco I No. 7, Surakarta, Jawa Tengah, Gitono, mengungkapkan, pola penilaian baru itu telah diterapkan di sekolahnya untuk siswa kelas 1 dan 4. SD Negeri Kleco I No. 7 ini merupakan sekolah sasaran implementasi Kurikulum 2013 tahun pelajaran 2013/2014 yang

lalu. Meski guru harus bekerja lebih untuk penilaian siswa ini, namun guru tetap senang melakukannya, demi mewujudkan generasi emas Indonesia di masa datang.

Di sisi lain, Siti mengatakan, pola penilaian yang berbeda seiring dengan penerapan Kurikulum 2013 di sekolahnya cukup membuat dirinya kewalahan. Hal ini karena setiap hari, untuk setiap kegiatan harus ada penilaiannya. “Ini pekerjaan yang lumayan juga,” ujarnya.

Meski demikian, ia mengaku pola pembelajaran Kurikulum 2013 lebih baik dibandingkan kurikulum sebelumnya. Peserta didik menjadi lebih aktif, kreatif, berani, dan PD, serta senang karena dalam pembelajarannya sering melibatkan siswa. Hal ini berbeda dengan kurikulum yang lalu, di mana anak terbebani dengan materi yang begitu banyak.

“Kalau dulu, soal A jawabannya hanya satu. Sekarang, soal A, jawabannya bisa berbeda-beda dari pemikiran anak. Itu harus kita tampung semua,” tuturnya.

Ia menjelaskan, saat pembagian rapor semester pertama yang lalu, banyak di antara orangtua siswa yang terkejut dengan pola penilaian baru tersebut. Di dalam penilaian itu tidak disebutkan berapa nilai yang siswa peroleh untuk tema-tema pelajaran tertentu.

“Banyak orangtua yang minta penjelasan kepada saya sebagai wali kelas anak-anak, mengapa rapornya menjadi seperti ini. Kemudian saya jelaskan bahwa inilah bedanya penilaian pada Kurikulum 2013,” tambah Siti yang sudah tujuh tahun mengajar.

Memang dalam Kurikulum 2013, penilaian siswa dilakukan dengan memberikan penjelasan secara deskriptif kepada orangtua/wali murid tentang apa yang telah siswa kerjakan selama pembelajaran di sekolah. Dalam rapor tersebut, guru dapat memberikan penilaian tentang kelebihan dan kekurangan anak.Penilaian semacam ini dilakukan mengingat dalam Kurikulum 2013, siswa tidak dinilai dari hasil, melainkan proses siswa menuju pencapaian hasil. (Ratih, Aline)

Kurikulum 2013

diimplementasikan,

suasana belajar

menjadi lebih

hidup dan

bervariasi.

Siswa tidak

hanya

belajar dan

mendengarkan

guru di dalam

kelas, tapi juga

melakukan

observasi dan

aktivitas di luar

ruangan.

Kurikulum 2013 Jadikan Siswa

Lebih Aktif, Kreatif, dan Percaya Diri

Guru di Surakarta:

(10)

Buku siswa dan buku siswa hasil proyek ini dapat diunduh dari web www. qitepscience.org. Sebagian halaman buku siswa dan buku guru dapat dilihat di Gambar 2.

Ismunandar menambahkan, evaluasi proyek ini dilakukan oleh tim

independen dari Univertas Pendidikan Indonesia, hasilnya diberikan di gambar 3.

Proyek ini berhasil meningkatkan kualitas pembelajaran sains dalam hal keaktifan siswa, motivasi belajar, siswa lebih berani untuk mengekspresikan pendapat mereka, kolaborasi siswa, disiplin kelas.

Secara signifikan proyek ini juga meningkatkan kemampuan dasar dasar inkuiri siswa, yaitu mengamati, mengklasifikasi, interpretasi, analisis data, bereksperimen, memprediksi, dan berkomunikasi. Hasil evaluasi juga menunjukkan bahwa proyek cenderung meningkatkan “sikap positif terhadap sains”, “sikap terhadap pembelajaran sains”, dan “motivasi belajar sains”.

Namun, implementasi yang hanya dua bulan tidak menunjukkan perubahan signifikan afeksi pada siswa. “Tim evaluator merekomendasikan agar unit pembelajaran ini dapat digunakan secara lebih luas,” katanya. (Dian) Salah satu tujuan pembelajaran sains adalah menyiapkan generasi yang

akan datang untuk mampu menerapkan pengetahuan yang dimiliki ke situasi baru yang belum pernah mereka jumpai sebelumnya. Pembelajaran sains yang memungkinkan dicapainya tujuan tersebut adalah pembelajaran sains yang mengajak pembelajar untuk mengalami proses pencairan pengetahuan atau yang sering disebut dengan inkuiri, identik dengan yang dilakukan saintis dalam kegiatan pencarian pengetahuan baru.

“Proses yang sama dengan apa yang dalam Kurikulum 2013 disebut sebagai kemampuan melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan atau mempresentasikan,” kata Ismunandar, Director SEAMEO Qitep in Science, Selasa (25/2).

Dalam rangka turut menyukseskan program Kemdikbud menyiapkan dan mengimplementasikan Kurikulum 2013, SEAMEO Qitep in Science bekerja sama dengan Science by Doing Australia mengembangkan bahan ajar berbasis inkuiri dan mengimplementasikannya secara terbatas. Proyek ini diberi nama PRAISE (Promoting Real Australian Indonesian Science Education).

Pelaksanaan proyek ini didanai Kemdikbud bekerjasama dengan AusAid dan Questacon, Australia. Implementasi terbatas dilaksanakan di 10 sekolah di Kabupaten Bandung Barat (KBB) dan Kota Bandung (KB), melibatkan 50 guru sains dan 2.800 siswa SMP kelas 8. Dukungan dari Kemdikbud, Dinas Pendidikan Jawa Barat, Dinas Pendidikan KBB dan KB, serta Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia sangat melancarkan proyek ini.

Proyek ini diawali dengan menulis buku siswa dan buku guru. Topik sains yang dipilih adalah Materi dan Perubahannya. Materi ini dipilih salah satunya karena materi ini erat dengan topik Kimia, yang disinyalir paling sering

dianggap sulit oleh guru dan siswa. “Buku siswa terdiri berbagai kegiatan inkuiri yang harus dilakukan siswa untuk mendapatkan sendiri pengetahuan tentang topik. Buku guru memberikan petunjuk bagaimana kelas diimplementasikan,” kata Ismunanda.

Ia menjelaskan, sebelum mengimplementasikan, guru diberi pelatihan yang pada dasarnya adalah melakukan sendiri kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan siswa serta mendiskusikan strategi paling efektif untuk

melaksanakan pembelajaran tersebut. Setelah itu dilakukan piloting, di mana di tengah periode piloting dilakukan workshop tengah proyek dan di akhir proyek dilakukan refleksi akhir.

Dalam workshop tengah proyek dan refleksi akhir dirangkumkan masukan-masukan guru untuk penyempurnaan buku. Secara skematik kegiatan dirangkumkan dalam skema di Gambar 1.

PRAISE Tingkatkan Kemampuan

dan Keterampilan Sains Siswa

Gambar 3: Perubahan dalam keterampilan inkuiri dan sikap siswa sebelum dan setelah proyek. Perubahan signifikan nampak pada keterampilan inkuiri, sikap pada sains, dan motivasi belajar. Gambar 1: Skematik proyek PRAISE: pengembangan buku siswa dan buku guru, training guru (sebelum, tengah, dan akhir implementasi), dan piloting. Ketiga proses ini saling berkaitan.

Piloting

Training guru

Penulisan buku

Gambar 2: Cuplikan buku siswa dan buku guru yang dikembangkan. Buku siswa berisi kegiatan yang mengajak siswa menjadi saintis untuk mendapatkan sendiri pengetahuan. Buku guru berisi strategi yang disarankan agar tujuan tersebut tercapai.

(11)

Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) telah menjadi agenda tahunan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

(Kemdikbud). Meski setiap tahun diselenggarakan, kegiatan ini tidak boleh menjadi sekadar

ajang silaturahim para pengambil kebijakan di bidang pendidikan dan kebudayaan. Di bidang kebudayaan, RNPK diharapkan menjadi ajang komunikasi untuk melestarikan warisan budaya yang banyak tersebar di daerah. Apa saja konsep Kemdikbud mengenai hal itu? Simak wawancara Asah Asuh dengan Wakil Mendikbud bidang Kebudayaan, Wiendu Nuryanti, di ruang kerjanya, Jumat (24/1).

RNPK sudah beberapa kali diselenggarakan. Apakah RNPK 2014 memiliki arti khusus dibandingkan dengan RNPK tahun-tahun sebelumnya?

Penyelenggaraan RNPK 2014 memang agak khusus, karena tahun ini menjadi tahun pergantian kabinet. Tentu saja ini merupakan tahun

penyelesaian dan penuntasan program-program nasional, yang mungkin pada saat yang lalu masih perlu dievaluasi.

Sehubungan dengan upaya melestarikan budaya, apa saja yang diharapkan Kemdikbud dari daerah?

Dalam hal pelestarian, yang harus segera dibentuk adalah tim nasional pelestarian cagar budaya di daerah. Sebenarnya ujung tombak pelestarian cagar budaya itu ada di daerah, mengingat letak cagar budaya berada di

daerah. Sayangnya, mereka belum memiliki tim ahli cagar budaya yang bersertifikat, sebagaimana amanat undang-undang, bahwa penetapan cagar budaya harus melalui rekomendasi tim ahli. Padahal untuk menjadi tim ahli harus memiliki sertifikasi.

Kita akan mendampingi pembentukan tim nasional pelestarian cagar budaya di daerah ini. Kalau sertifikasi, bukan kami yang berhak mengeluarkannya. Untuk tingkat nasional, tim ahli cagar budaya ditetapkan dengan keputusan Mendikbud. Tentu Menteri-pun tidak ujug-ujug memberi keputusan. Harus berdasarkan rekomendasi tim ahli. Nah, yang belum jalan di daerah, karena mereka belum punya tim ahli tadi. Beberapa daerah sudah ada, tetapi belum bersertifikat. Kita wajib mendorong, mendampingi, dan mengawal ini, dan kenyataannya itu tidak mudah.

Bagaimana dengan perkembangan rumah budaya di luar negeri saat ini?

Tahun ini memasuki tahun ketiga bagi

kebudayaan dalam pengembangan rumah budaya di luar negeri. Tahun pertama menjadi

tahapan konsep pembangunan rumah budaya, mulai dari mengenali negara mana saja yang menjadi negara sasaran, pentahapan prioritas, dan lain-lain. Kemudian, tahun berikutnya, kami melihat beberapa tempat sudah siap dan kita mulai dengan soft program terlebih dahulu. Tahun ini sudah ada titik-titik simpul pembangunan rumah budaya di luar negeri.

Rumah budaya dikonsepkan bagi pengenalan budaya Indonesia di luar negeri, mulai dari pemberian kursus bahasa Indonesia, kursus tari tradisional, alat musik tradisional seperti gamelan, termasuk mengenalkan seni bela diri khas Indonesia, yaitu pencak silat. Selain itu, di dalam rumah budaya juga disiapkan perpustakaan budaya. Buku-buku yang ada dalam perpustakaan rumah budaya ini disajikan dalam bahasa setempat. Misalnya rumah budaya di Jepang, berarti buku yang ada

menggunakan bahasa Jepang, dan seterusnya. Kaitannya dengan diplomasi budaya, apa upaya Kemdikbud dalam hal pelestarian budaya di tingkat internasional?

Kita tidak mau setiap tahun absen dalam pengiriman nominasi di UNESCO. Maka tahun ini, kami menominasikan Taman

Mini Indonesia Indah (TMII) untuk kategori “Best Practices” sebagai percontohan bagi dunia dalam mengemas

identitas-identitas budaya daerah. Ada independent assessment dari Korea yang akan melakukan peninjauan ke TMII. Nanti akan diputuskan lolos atau tidaknya ditetapkan dalam sidang di bulan Desember mendatang.

Saat ini, sudah ada empat budaya Indonesia yang masuk dalam daftar tunggu di UNESCO, yaitu Tarian Tradisi Bali, Toraja, Jamu, dan Candi Muaro

Jambi. Hingga 2010, UNESCO membolehkan setiap negara mengajukan tiga budaya untuk dinominasikan, namun saat ini kebijakan diubah. Setiap negara hanya boleh mengajukan satu budaya per tahun.

TMII memberikan ruang bagi budaya daerah untuk tetap eksis. Tidak semua negara memiliki fasilitas seperti TMII. Harapannya tentu saja TMII lolos di UNESCO dan bisa ditetapkan menjadi warisan budaya dunia.

Bagaimana dengan hasil World Culture

Forum (WCF) yang diselenggarakan akhir tahun

lalu?

WCF merupakan salah satu putusan penting bagi Indonesia yang meyakinkan dunia, bahwa Indonesia merupakan negara super power dan sejajar dengan negara-negara maju di bidang kebudayaan. Kita lebih kaya dan melalui kebudayaan inilah kita lebih maju daripada negara-negara maju.

Oleh karena itu, WCF benar-benar menciptakan satu titik penting bagi Indonesia. Indonesia menjadi bahan pembicaraan yang positif di tingkat dunia melalui kebudayaan. Dan yang paling menggembirakan adalah, sekarang kita melalui Bali Promise sudah diakui oleh Perserikataan Badan-Badan (PBB) untuk dijadikan agenda dalam Millennium Development Goals (MDG’s) 2015. Itu penting sekali.

Hal lain yang membanggakan adalah Jepang, melalui duta besar dan jajarannya telah menawarkan diri menjadi co-host pelaksanaan WCF tahun 2015 mendatang. Ini menandakan hal yang positif. Kita dianggap berhasil menciptakan fenomena baru di bidang kebudayaan, dan mereka menyambut positif.

Untuk tahun 2015, konsep WCF yang akan dihadirkan berbeda dengan tahun 2013 yang lalu. Ada dua komponen baru yang akan mengisi kegiatan WCF kedua. Pertama, kita mengundang seniman dari beberapa negara untuk melakukan joint collaboration yang nantinya akan ditampilkan dalam WCF. Kedua, mengadakan culture youth forum yang khusus ditujukan bagi anak-anak muda.

Berkaitan dengan kebudayaan, apa saja harapan Ibu pada dekade mendatang?

Kebudayaan itu memang harus menjadi roh di dalam pembangunan nasional, dalam arti yang seluas-luasnya. Kita harus menyadari bahwa sebenarnya kekayaan kita ada pada kebudayaan. Kalau kita ingin

menempatkan kebudayaan pada tempat yang sebenarnya, sebagai konsep sentral dalam pembangunan nasional, maka Indonesia akan menjadi luar biasa, negara yang berjaya, dan negara adi daya dengan mengangkat kebudayaan. (Ratih, Seno)

Tim Pelestarian Cagar Budaya

di Daerah Segera Dibentuk

Kita tidak mau

setiap tahun absen

dalam pengiriman

nominasi di

UNESCO. Maka

tahun ini, kami

menominasikan

Taman Mini

Indonesia Indah

(TMII) untuk

kategori Best

Practices sebagai

percontohan

bagi dunia dalam

mengemas

identitas-identitas

budaya daerah.

WCF benar-benar

menciptakan

satu titik penting

bagi Indonesia.

Indonesia

menjadi bahan

pembicaraan yang

positif di tingkat

dunia melalui

kebudayaan.

Sekumpulan siswa SD mengamati Candi Gumpung yang terdapat di kawasan situs percandian Muoro Jambi. Candi Gumpung menjadi salah satu cagar budaya yang dijaga kelestariannya. Wakil Mendikbud bidang Kebudayaan, Wiendu Nuryanti menegaskan, perlunya tim pelestarian cagar budaya di daerah untuk mencegah rusaknya cagar budaya di daerah tersebut.

Foto: Ratih PIH Foto: Seno PIH

(12)

Presidential Scholarship

Segera Diluncurkan

Pendaftaran SNMPTN

17 Februari - 31 Maret 2014

Pendaftaran seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) diselenggarakan 17 Februari-31 Maret 2014. Hanya siswa yang rekam jejak prestasinya tercatat di Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) yang bisa mendaftar.

Bagaimana cara mendaftar ke SNMPTN? Sekolah mendaftarkan siswanya ikut SNMPTN dengan terlebih dahulu mengisi Pangkalan Data Sekolah dan

Siswa (PDSS). Kepala sekolah mengisi data sekolah dan siswa melalui laman http://pdss. snmptn.ac.id. Setelah mengisi, kepala sekolah menerima kata sandi yang diteruskan kepada masing-masing siswa untuk keperluan akses ke laman pendaftaran.

“Setelah mengisi PDSS, kami minta teman-teman kepala sekolah untuk memberikan password kepada murid, lalu murid memverifikasi data tersebut,” kata Ketua SNMPTN, Ganjar Kurnia, dalam keterangan pers di Jakarta, Sabtu (15/2).

Data yang dimasukkan oleh kepala sekolah mungkin saja salah. Itulah mengapa, siswa diminta untuk melakukan verifikasi. “Kalau ada yang salah, anak bisa minta kepada kepala sekolah untuk mengubahnya karena wewenang mengubah ada pada kepsek,” katanya.

Ia menjelaskan, pengubahan masih bisa dilakukan jika masih dalam periode pendaftaran. Dalam periode tersebut, anak masih bisa meminta kepala sekolah untuk membatalkan pilihannya dan memilih kembali. Dalam sistem penerimaan ini ada dua pertimbangan, rekam jejak sekolah dan rekam jejak siswa.

Konsep pendaftaran SNMPTN kali ini adalah kepercayaan kepada kepala sekolah yang dikontrol oleh siswa. Guna memperkecil kecurangan, jika siswa dinyatakan diterima di PTN dan mendaftar ulang, siswa harus membawa rapor asli. “Panitia akan ngecek. Kalau tidak sama, PTN akan memberi sanksi kepada siswa. Bahkan, tahun lalu ada yang kelulusannya dibatalkan,” jelas Ganjar. (Aline)

Pintu bakal kian terbuka lebar bagi sarjana strata 1 (S-1) yang ingin melanjutkan pendidikan S-2 maupun S-3 di luar negeri. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) tak lama lagi menyelenggarakan Presidential Scholarship, sebuah program beasiswa teranyar

yang digagas oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono. “Tujuan Presidential Scholarship adalah menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mumpuni dalam berbagai bidang, khususnya untuk menyambut Indonesia emas tahun 2045, 100 tahun kemerdekaan Indonesia,”kata Direktur Perencanaan Usaha dan Pengembangan Dana LPDP, Mokhamad Mahdum, dalam jumpa pers di kantor Kemdikbud, Jakarta, Rabu (26/2).

Ia menjelaskan, proses pendaftaran serta manajemen pengelolaan beasiswa tersebut dilakukan melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Sebelum mendaftar, calon pelamar terlebih dahulu harus sudah diterima di perguruan tinggi luar negeri yang masuk peringkat 50 perguruan tinggi terbaik di dunia. Mereka juga harus memiliki nilai TOEFL IBT minimal 94, atau nilai IELTS minimal 7.

Pelamar program magister, maksimal berusia 35 tahun. Sedangkan pelamar program doktor, maksimal berusia 40 tahun pada tanggal penutupan pendaftaran. Beberapa bidang yang menjadi prioritas program studi dalam Presidential Scholarship adalah teknologi, energi, pangan, ekonomi, hukum, pertahanan, budaya, hubungan internasional, dan ekonomi kreatif. “Target peserta adalah 100 orang per tahun,” ujar Mahdum.

Ia memaparkan, proses seleksi akan berlangsung dalam tiga tahap, yaitu administrasi, wawancara (termasuk di dalamnya leadership group discussion), dan pelatihan kepemimpinan selama 40 hari. Dalam proses seleksi, tim panelis dan tim juri yang akan melakukan penilaian.

“Tim panelis terdiri dari profesor dari Ditjen Dikti dan psikolog. Sedangkan tim juri terdiri dari perwakilan tentara,

pemerintah, kaum profesional, dan tokoh masyarakat,” jelasnya.

Informasi lebih lanjut mengenai Presidential Scholarship dan LPDP, bisa dilihat di laman www.lpdp.depkeu.go.id. (Desliana, Seno)

(13)

Pengakuan Dunia terhadap Bahasa Ibu

Tahukah Anda, kapan Hari Bahasa Ibu Internasional? UNESCO

menetapkan setiap tanggal 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional. Namun, sejarah atau latar belakang penetapan itu belum banyak yang

mengetahui.

Duta Besar Bangladesh untuk Indonesia, Nazmul Quaunine, dalam keterangan persnya menceritakan latar belakang penetapan 21 Februari

sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional. Ia mengatakan, tercatat dalam sejarah, pada 21 Februari 1952 mahasiswa Bengali dari Universitas Dhaka melakukan unjuk rasa bersama masyarakat umum di lingkungan kampus memprotes keputusan pemerintah setempat menjadikan Bahasa Urdu sebagai satu-satunya bahasa resmi Pakistan. Mereka menuntut agar Bahasa Bengali, yang merupakan bahasa ibu mayoritas warga Pakistan, juga diakui sebagai bahasa resmi negara Pakistan. Saat unjuk rasa, lima orang tewas.

Tindakan yang dianggap sebagai pengorbanan warga Bengali ini akhirnya memaksa pemerintah Pakistan mengakui bahasa Bengali dan Urdu sebagai bahasa resmi negara. “Sejak saat itu tanggal 21 Februari ditetapkan sebagai hari nasional Pakistan Timur, yang setelah kemerdekaannya tahun 1971 dikenal sebagai Bangladesh,” terang Nazmul, Jumat (21/2).

Pada tahun 1996, dua orang warga Bangladesh bersama beberapa orang warga negara lain membentuk sebuah gerakan dan mengajukan permohonan kepada PBB dan UNESCO untuk menetapkan tanggal 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional. Kedutaan Besar Bangladesh di Paris

mengikuti arahan Perdana Menteri Sheikh Hasina memainkan peranan penting dalam keberhasilan diterimanya usulan tersebut oleh Sidang Umum UNESCO tahun 1999.

“Sidang umum tersebut menghasilkan voting 24 co-sponsors, 188 anggota mendukung usulan tersebut dan tidak ada suara menolak,” katanya.

Melalui resolusi tersebut, masyarakat mengakui betapa pentingnya menjaga dan memperkenalkan setiap bahasa ibu untuk kepentingan yang lebih besar bagi umat manusia. (Aline)

Upaya Indonesia

Lestarikan Bahasa Ibu

Untuk mencegah kepunahan bahasa daerah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menjalankan program revitalisasi bahasa. Revitalisasi bahasa dimaknai sebagai upaya menciptakan bentuk dan fungsi baru tertentu terhadap suatu bahasa yang terancam punah.

“Revitalisasi dilakukan kalau sebuah bahasa masih mungkin dihidupkan lagi,” ujar Kepala Pusat Pengembangan dan Perlindungan Bahasa Kemdikbud, Sugiyono, saat jumpa pers Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional di Gedung D

Kemdikbud, Jakarta, Jumat (21/2).

Untuk bentuk sastra, Kemdikbud sudah memulainya dengan proyek Lamut di Banjamasin, Kalimantan Selatan. Lamut adalah salah satu genre sastra Banjar atau kerap diartikan sebagai cerita bertutur dengan menggunakan alat musik sejenis gendang. Sedangkan untuk bahasa, revitalisasi dilakukan dengan mengumpulkan generasi tua sebagai penutur dan generasi muda sebagai pewaris bahasa daerah, untuk membahas pelestarian bahasa daerah.

Pada kesempatan yang sama, Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Bahasa, Multamia RMT Lauder mengatakan, penyebab kepunahan bahasa daerah adalah jumlah penuturnya yang sedikit dan kurangnya minat generasi muda menggunakan bahasa daerah dalam bertutur. Saat ini ada sembilan bahasa daerah yang sudah punah di Indonesia.

Kesembilan bahasa daerah tersebut terdapat di Papua, karena berada di wilayah-wilayah terpencil dan sangat sedikit penuturnya. (Desliana)

Siswa SMP Negeri 2 Bandung berdiskusi di halaman sekolah. Setiap Rabu, warga Kota Bandung, termasuk di lingkungan sekolah, diwajibkan menggunakan bahasa Sunda dalam berkomunikasi, sebagai upaya mencegah punahnya penggunaan bahasa daerah di bumi parahyangan.

Sumber: www.un.org

Gambar

Gambar 3: Perubahan dalam keterampilan inkuiri dan sikap siswa sebelum dan setelah proyek

Referensi

Dokumen terkait

8 Hendra tidak melakukan sujud tilawah ketika membaca salah satu ayat sajdah dari ayat Al-Quran yang dibacanya. Jika kumat penyakitnya ia menjerit menahan rasa

Pada tabel 2 penilaian terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran siklus 1 berdasarkan hasil pengamatan kolaborator diperoleh jumlah skor keseluruhan yaitu

Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa kondisi kepuasan pelanggan pengguna jasa penyeberangan menggunakan kapal ferry ( roro )

Analisis berganda ini dilakukan terhadap dimensi-dimensi yang termasuk dalam konstruk citra merek dan diferensiasi produk (terhadap variabel independen) untuk

untuk terus membenahinya. Selain itu juga, dipengaruhi oleh budaya masyarakat Kabupaten Sorong yang masih minim dengan pendidikan sehingga ketika pemerintah

Secara umum, tujuan penyusunan Juklak pelatihan ini bertujuan agar pelatihan layanan autis bagi guru sekolah dasar inklusi dapat berjalan sesuai prosedur dan

Sebelum pemberian perlakuan terlebih dahulu dilakukan pretes pada kedua kelas untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan setelah perlakuan diberikan posttes pada

Dampak Alih Penggunaan Lahan Pertanian Ke Non Pertanian Terhadap Kesempatan Kerja dan Pendapatan Rumah Tangga Petani di Kota Batu (Studi Kasus Desa Oro-Oro Ombo Batu).. Jurnal