• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan tanggung jawab sosial dan lingkungan (Corporate Social Responsibility) di Perseroan Terbatas Tata Hamparan Eka Persada Desa Air Duren Kabupaten Bangka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan tanggung jawab sosial dan lingkungan (Corporate Social Responsibility) di Perseroan Terbatas Tata Hamparan Eka Persada Desa Air Duren Kabupaten Bangka"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)1. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Saat ini terjadi perubahan paradigma pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan perekonomian (economic growth) menjadi pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Gagasan pembangunan berkelanjutan ini adalah suatu gagasan paradigma yang berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhannya.1 Kehadiran suatu perusahaan di tengah-tengah masyarakat akan membawa dampak sosial maupun lingkungan bagi masyarakat, paling tidak disekitar wilayah beroperasinya perusahaan tersebut. 2 Secara prinsip perusahaan didirikan dengan tujuan untuk menghasilkan keuntungan sebesarbesarnya yang mana garis besar sebuah perusahaan adalah mendapatkan keuntungan ekonomi secara maksimal dan sedapat mungkin mencegah kerugian atau menekan kerugian seminimal mungkin. Menurut Einer Elhauge dari Harvard Law Schooldalam buku Fahmi, yang menunjukkan bahwa perseroan tidak sekedar berdiri untuk mencari keuntungan maksimal belaka, dan bahwa secara normatif, perseroan tetap bertanggung jawab kepada publik, dalam makna bahwa 1. Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan Tentang Perseroan Terbatas, CV. Nuansa Aulia, Bandung, 2012, hlm. 188. 2 Ibid, Hlm. 186..

(2) 2. perseroan tidak akan melakukan perbuatan-perbuatan menimbulkan kerugian bagi kepentingan umum.3. yang. Pada satu sisi harus diakui perusahaan merupakan salah satu penopang dan. penggerak. perekonomian. nasional.. Peranan. perusahaan. dalam. peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional merupakan bagian dari kontribusi positifnya. Penciptaan lapangan kerja, produk barang serta jasa yang dihasilkan dari usaha perusahaan, dan pembayaran pajak yang memberikan pendapatan bagi negara merupakan kontribusi yang dirasakan besar manfaatnya. Namun di sisi lain aktivitas perusahaan khususnya di bidang perkebunan dan industri telah menyebabkan terjadinya masalah pada lingkungan dan kedaan ini diperparah dengan kurang ditanggapinya berbagai tuntutan. masyarakat. dalam. permasalahan. lingkungan,. kesejahteraan. masyarakat sekitar, dan lain-lain oleh perusahaan. Banyak kasus-kasus dimana perusahaan-perusahaan besar umumnya persahaan asing, yang beroperasi diwilayah tertentu memunculkan masalah sosial, seperti polusi (air, udara, suara, termaasuk polusi sosial), kesenjangan sosial ekonomi yang tajam antara masyarakat perusahaan dengan pendududuk lokal, dan pemiskinan struktural masyarakat setempat lewat eksploitasi. dan perusakan lingkungan yang. dilakukan perusahaan. Kasus-kasus yang melibatkan konflik luas antara pihak perusahaan dan masyarakat lokal di Indonesia antara lain terjadi di sekitar perusahaan pertambangan Papua dan Minahasa serta perusahaan kebun dan. 3. Fahmi, Pergeseran Tanggung Jawab Sosial Perseroan dari Tanggung Moral ke Tanggung Jawab Hukum, FH UII Press, 2015, Yogyakarta, hlm 8.

(3) 3. semen di Sumatra dan Kalimantan.4 Kasus luapan lumpur panas di Sidoarjo menjadi contoh paling hangat tentang dampak yang ditimbulkan akibat kelalaian menjaga lingkungan. Masyarakat Sidoarjo banyak dirugikan karena harus kehilangan tempat tinggal, mata pencaharian, dan anak-anak dan para guru harus terganggu aktivitas belajar-mengajarnya, serta karyawan kehilangan pekerjaan karena perusahaannya ikut terendam lumpur. Di Indonesia pada tahun 2017 terjadi perubahan signifikan berkenaan dengan tanggung jawab sosial perseroan. Tanggung jawab perseroan yang merupakan tanggung jawab berlandaskan etikadan moral diatur dalam peraturan perundang undangan.. Peraturan perundang-undangan mulai. mewajibkan perseroan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perseroan serta pengaturan sanksinya. Pengaturan pertama terdapat dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Undang-Undang No.25 Tahun 2007). Pasal 15 huruf b Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 menyatakan bahwa setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perseroan. Bagian penjelasan dari UU No. 25bTahun 2007 menyebutkan bahwa bahwa tanggung jawab sosial perusahaan merupakan tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.5 Pengaturan yang kedua terdapat dalam. 4. Edi Suharto, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri Memperkuat CSR (Corporate Social Responsibility), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm 22 5 Jonker Sihombing, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia, PT Alumni, Bandung, 2009, hlm. 131.

(4) 4. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UndangUndang No. 40 Tahun 2007). Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang No.40 Tahun 2007 menentukan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usaha dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Selanjutnya kedua undang-undang diatas ditindaklanjuti oleh Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas (PP No.47 Tahun 2012). Kemudian beberapa daerah telah mengeluarkan Peraturan Daerah mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan, begitu pula dengan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan. Landasan pandangan tanggung jawab sosial dan lingkungan/CSR (Corporate Social Responsibility) bersumber dari nilai moral, bahwa Perseroan hidup dan berada ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, kehidupan dan kelancaran kegiatan usaha Perseroan sangat tergantung dan terkait kepada lingkungan dan masyarakat yang bersangkutan. Perseroan harus mempunyai kepedulian (concern) terhadap masyarakat dimana dia hidup dan berada.6 Namun kewajiban moral (moral obligation) ini hanya dilihat dalam kacamata pembisnis yang pada asumsi ini pulalah yang mendasari bahwa pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan/CSR (Corporate Social Responsibility) didasarkan kepada prinsip kesukarelaan. 6. M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm. 298.

(5) 5. (Voluntary).7 Hal ini jelas tidak memiliki komitmen berkelanjutan karena lebih terfokus kedermawanan dan kemurahan hati dari perusahaan semata. Pemikiran yang berkembang dewasa ini agar kewajiban sosial perubahan yang dimaksud tidak hanya tataran moralitas, akan tetapi perludiatur. dalam. suatu. norma. hukum.. Tanggung. jawab. hukum. mencerminkan pandangan dari “etika yang dikodifikasikan” dalam arti bahwa mereka mewujudkan gagasan dasar dari operasi yang adil yang ditetapkan oleh undang-undang.8 Konsekuaensi dari adanya pengaturan tanggung jawab sosial perseroan dalam peraturan perundang-undangan telah menjadikan tanggung jawab sosial perseroan yang didasarkan dan diderivasi dari etika dan moral ke tanggung jawab hukum. Dengan demikian terjadi pergeseran tanggung jawab sosial perseroan, dari tanggung jawab sosial menjadi tanggung jawab hukum, demikian pula dengan kewajibannya, dari kewajiban moral menjadi kewajiban hukum. 9 Kehadiran ketentuan tanggung jawab sosial didalam undang-undang tersebut menjadi sebuah tanggung jawab hukum merupakan hal yang baru dan terjadi di Indonesia. Ini penting ditelusuri karena mengingat tanggung jawab sosial memiliki landasan filosofis yang berbeda dengan landasan filosofis tanggung jawab hukum. Penyebutannya menggunanakan istilah tanggung. 7. Sentosa Sembiring, Op.Cit, hlm.189 Fahmi, Op. Cit, hlm 90. 9 Ibid, hlm. 3 8.

(6) 6. jawab sosial perseroan tetapi memiliki makna kewajiban dan tanggung jawab hukum.10 Tanggung jawab sosial dan lingkungan, dengan demikian, merupakan perluasan dari tanggung jawab perusahaan secara hukum sebagaimana menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 6 ayat (1). Karena tanggung jawab sosial perusahaan yang kemudian diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Pasar Modal dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, sifatnya adalah memaksa atau bersifat imperatif.. jika perusahaan tidak melakukan ketentuan-ketentuan tersebut, perusahaan akan dikenakan sanksi. Dengan demikian, pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan bagi perusahaan-perusahaan menurut kedua undang-undang diatas bukan sebagai bersifat philantropic belaka atau aksi amal untuk menfaat lingkungan setempat.11 Tanggung jawab sosial perusahaan yang dikaitkan dengan kewajiban hukum bagi perusahaan, bukan hanya berlaku belakangan ini dinegara kita. Negara lain juga telah mengundangkan hal yang sama di negaranya, misalnya di Inggris sebagaimana ditentukan dalam codex. Inggris sebenarnya menganut sistem common law, namun berhubung begitu urgen sekali tanggung jawab sosial dan lingkungan ini diterapkan bagi perusahaan-perusahaan, inggris perlu menuangkannya dalam ketentuan-ketentuan perseroan, dan mewajibkan. 10. Ibid, hlm. 3 N.H.T. Siahaan,Hukum Lingkungan, Pancuran Alam Cetakan kedua, Jakarta, 2008, hlm.. 11. 176.

(7) 7. setiap perseroan untuk membuat pelaporan tanggung jawab sosial dan lingkungan.12 Tujuan tanggung jawab sosial perusahaan/ CSR(Corporate Social Responsibility) yang diatur di dalam Pasal 1 butir 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi Perseroan itu sendiri, komunitas setempat dan masyarakat pada umumnya. 13 Perusahaan bukan hanya didirikan untuk mendapat keuntungan dan hal tersebut merupakan tanggung jawab ekonomi dari perusahaan, tetapi keuntungan tersebut juga harus diperoleh tanpa mengorbankan masyarakat dan nilai-nilai etis. Termasuk dalam hal ini salah satu jenis perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan/ CSR(Corporate Social Responsibility) adalah perusahaan dibidang industri dan perkebunan sawit. Menurut Franky Oesman Widjaja sebagai Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia Industri, kelapa sawit telah menjadi salah satu soko guru utama pembangunan perekonomian Indonesia. Fakta ini sulit terbantahkan mengingat devisa dan penerimaan negara yang dihasilkan oleh Industri ini sangat besar. Pada 2009 nilai ekspor minyak sawit mentah dan produk turunannya mencapai US 9, 14 milyar atau lebih dari 10% dari total nilai ekspor non migas. Selain sebagai sebagai penghasil devisa yang besar, pembangunan Industri kelapa sawit sejaln dan mendukung program pemerintah yang pro job, pro poor, dan pro growth serta pro environment.14 12. Ibid Sentosa Sembiring, Op.Cit, hlm. 297 14 Tim Advokasi Minyak Sawit Indonesia-Dewan Minyak Sawit Indonesia (TAMSIDMSI), Fakta Kelapa Sawit Indonesia, Jakarta, 2010, hlm 5 13.

(8) 8. Perseroan tebatas Tata Hamparan Eka Persada merupakan salah satu jenis perusahaan yang mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam. Perusahaan industri dan perkebunan sawit ini mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam berupa tanaman sawit sebagai bahan baku untuk dapat diolah menjadi minyak kelapa sawit. Berdirinya perusahaan ini sudah cukup lama di Provonsi Kepulauan Bangka Belitung yakni pada tahun 1995, dengan berdirinya perusahaan yang sudah lama itu masyarakat disekitar perusahaan dan terutama yang memberikan lahannya kepada perusahaan untuk dilakukan penanaman sawit masih belum juga merasakan dampak yang positif, dilihat dari rusaknya jalan, tidak adanya bantuan sarana dan prasarana umum, dll, namun hanya sudah terbukanya sedikit banyak lowongan pekerjaan bagi masyarakat setempat, dengan hal demikian membuat banyak keluhan-keluhan dari masyarakat yang mana beranggapan bahwa perusahaan tidak ada andilnya kepada masyarakat desa setempat, yang semestinya harus dapat berdampak sesuai dengan tujuan dari program tanggung jawab sosial dan lingkungan itu yaitu untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi Perseroan itu sendiri, komunitas setempat dan masyarakat pada umumnya.15 Dalam hal ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan studi pada PT Tata Hamparan Eka Persada Desa Air Duren Kabupaten Bangka yang merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan dan industri sawit dan melakukan pengolahan pada sumber daya alam.. 15. Sentosa Sembiring, Loc. Cit.

(9) 9. Maka dari itu, hal ini yang melatarbelakangi penulis untuk menulis skripsi dengan judul Penerapan Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan (Corporate Social Responsibility) Di Perseroan Terbatas Tata Hamparan Eka Persada Desa Air Duren Kabupaten Bangka.. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang akan dibahas adalah : 1. Bagaimana Mekanisme Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Di PT Tata Hamparan Eka Persada Desa Air Duren Kabupaten Bangka ? 2. Bagaimana Penerapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (Corporate Social Responsibility) di PT Tata Hamparan Eka Persada Desa Air Duren Kabupaten Bangka ?. C. Tujuan 1. Untuk mengetahui Bagaimana Mekanisme Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Di PT Tata Hamparan Eka Persada Desa Air Duren Kabupaten Bangka. 2. Untuk mengetahui Bagaimana Penerapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (Corporate Social Responsibility) di PT Tata Hamparan Eka Persada Desa Air Duren Kabupaten Bangka..

(10) 10. D. Manfaat Suatu penelitian akan mempunyai arti penting bila dapat berguna atau bermanfaat bagi para pembacanya. Dengan adanya tujuan tersebut, penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut : 1.. Manfaat Teoritis Untuk menerapkan ilmu yang bersifat teoritis sehingga nanti penelitian ini hasilnya diharapkan dapat berguna untuk memperbanyak referensi ilmu dibidang keperdataan khususnya dalam hal Penerapan Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan (Coorporate Social Responsibility) di PT Tata Hamparan Eka Persada Desa Air Duren Kabupaten Bangka. 2.. Manfaat Praktis a. Untuk memberikan masukan-masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, instansi-instansi pemerintah maupun swasta yang berkaitan dengan objek yang diteliti. b. Hasil penelitian ini sebagai bahan pengetahuan dan wacana bagi penulis serta sebagai syarat untuk memenuhi tugas akhir dalam rangka memperoleh derajat Sarjana Hukum Universitas Bangka Belitung.. E. Kerangka Teori 1.. Teori Stakeholder Teori ini membahas bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholder yaitu pemegang saham, kreditor, konsumen,.

(11) 11. supplier, pemerintah, dan masyarakat. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut. Kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Makin powerful stakeholder, makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan dari stakeholder yang ada dalam perusahaan tersebut.16 Stakeholder adalah semua pihak internal maupun eksternal yang dapat memengaruhi ataupun dipengaruhi oleh perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung.Berdasarkan asumsi stakeholder theory maka perusahaan tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan sosial. Perusahaan perlu menjaga legitimasi stakeholder serta kedudukannya dalam kerangka kebijakan dan pengambilan keputusan sehingga dapat mendukung pencapaian tujuan perusahaan, yaitu stabilitas usaha dan jaminan going concern.17 2. Teori Organ Teori ini dikemukakan oleh Otto von Gierke (1841-1921). Menurut beliau badan hukum itu seperti manusia, menjadi penjelmaan yang benar-benar dalam pergaulan hukum. Badan hukum itu menjadi suatu “verband personlichkeit”, yaitu suatu badan yang membentuk 16. Sadono sukirno. Dkk, Pengantar Bisnis, Jakarta : prenada media, 2004, hlm 352 Elvinaro Ardianto dan Dindin M. Machfudz, Efek Kedermawaan Pebisnis dan CSR, PT Elek Media Komputindo Kompas Gramedia, Jakarta, 2011, hlm 75-76 17.

(12) 12. kehendaknya dengan perantara alat-alat atau organ-organ badan tersebut, misalnya anggota-anggotanya atau pengurusnya seperti manusia yang mengucapkan kehendaknya dengan perantara mulutnya atau perantara tangannya jika kehendak itu ditulis diatas kertas. Apa yang mereka (organen) putuskan adalah kehendak dari badan hukum. Menurut teori ini, badan hukum bukanlah suatu hal yang abstrak, tetapi benar-benar ada.Badan hukum bukanlah suatu suatu kekayaan (hak) yang tidak bersubjek, tetapi badan hukum itu suatu organism yang riil, yang hidup dan bekerja seperti manusia biasa. Tujuan badan hukum menjadi kolektifitas, terlepas dari individu,ia suatu verband personlichkeit yang memiliki gesamwille (kehendak). Berfungsinya badan hukum disamakan dengan. fungsi manusianya. Artinya, badan hukum tidak. berbeda dengan manusia, karena itu dapat disimpulkan bahwa tiap-tiap perkumpulan orang itu adalah badan hukum.18 3. Teori Kepastian Hukum Suatu. kebutuhan. hukum/kevakuman. hukum. hukum dalam. untuk. memenuhi. pengaturan.. Dengan. kekosongan demikian,. muncullah tuntutan yang lebih praktis sifatnya yaitu keharusan adanya peraturan. Apabila hal itu disebut sebagai tuntutan maka tuntutan itu berupa adanya kepastian hukum.19 Dalam paham negara hukum itu, hukumlah yang memegang komando tertinggi dalam penyelenggaraan negara. Yang sesungguhnya 18. Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, hlm77-78 19 Chainur Arrasjid, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 16.

(13) 13. memimpin dalam penyelenggaraan negara adalah hukum itu sendiri sesuai dengan prinsip the rule of law, and not of man, yang sejalan dengan pengertian nomocratie, yaitu kekuasaan yang dijalankan oleh hukum, nomos.20 Bagir Manan berpendapat mengenai negara hukum, diatur dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945, berbunyi : “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Dengan demikian “negara hukum Indonesia” menjadi bukan hanya suatu prinsip, tetapi benar-benar menjadi normatif.21 Dalam konstitusi ditegaskan bahwa negara Indonesia adalah negara Hukum (Rechtsstaat), bukan negara kekuasaan (Machtsstaat).22. F. Metode Penelitian 1.. Jenis dan Tipe Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian hukum normatif (yuridis Normatif) dan penelitian hukum empiris (yuridis empiris). Penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang mengkaji hukum dari aspek teori, sejarah, filosofi, penjelasann umum pasal demi pasal, formalitas dan kekuatan mengikat suatu undang-undang serta bahasa hukum yang digunakan.23. 20 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm. 57 21 I Dewa Gede Atmadja, Hukum Kostitusi (Problemetika Konstitusi Indonesia Sesudah Perubahan UUD 1945), Setara Press, Malang, 2012, hlm. 158 22 Jimly Asshiddiqie, Loc. cit. 23 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 2004, hlm 191..

(14) 14. Sedangkan penelitian hukum empiris (yuridis empiris) yaitu metode penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data primer dan menemukan kebenaran dengan menggunakan metode berfikir induktif dan kriterium kebenaran responden serta fakta yang digunakan untuk melakukan proses induksi dan pengujian responden adalah fakta yang mutakhir. Penelitian ini dititikberatkan pada penelitian kepustakaan dan wawancara responden dengan cara mengkaji perundang-undangan, bukubuku (Literaratur) dan kasus dilapangan yang menunjang materi pembahasan skripsi.24 2. Metode Pendekatan Metode. pendekatan. dalam. skripsi. ini. adalah. pendekatan. Perundang-undangan, Konseptual, dan Sosiologi Hukum. Pendekatan perundang undangan dilakukan dengan menelaah semua peraturan perundang-undangan yang bersangkut paut dengan permasalahan (isi hukum) yang sedang dihadapi. Pendekatan perundang-undangan ini misalnya dilakukan dengan mempelajari konsistensi/kesesuaian antara Undang-Undang Dasar dengan Undang-Undang, atau antara Undang Undang dengan Undang Undang lainnya. Konseptual timbul dari pandangan dan doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum, penulisan menemukan ide-ide yang malahirkan pengertian hukum, konsep hukum, dan asas hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi, serta sebagai patokan. 24. Ibid. dalam. membangun. suatu. argumentasi. hukum. dalam.

(15) 15. memecahkan isu yang dihadapi. Pendekatan yuridis empiris (Sosiologi Hukum) merupakan hukum dalam kenyataannya dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, bukan kenyataan dari bentuk pasal-pasal dalam perundang-undangan, tapi bagaimana hukum dioperasikan dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini juga menggunakan penelitian deskriptif yang pada dasarnya lebih kepada pemaparan dengan tujuan memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku ditempat tertentu dan pada saat tertentu, atau mengenai gejala yuridis yang ada, dan atau peristiwa hukum tertentu yang terjadi didalam tataran dinamika sosial masyarakat.25 3. Sumber Data Dalam penelitian ini, Sumber data yang digunakan ada dua jenis data yaitu : a. Data Primer Sumber data utama atau primer adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai. Sumber data primer diperoleh peneliti melalui pengamatan atau observasi secara langsung yang didukung wawancara terhadap narasumber. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumendokumen resmi, buku-buku, yang berhubungan dengan objek. 25. Abdulkadir muhammad, Op. Cit. hlm. 50..

(16) 16. penelitian, hasil penulisan dalam bentuk laporan, skripsi, disertasi, dan peraturan perundang-undangan. Data sekunder dibagi menjadi :26 1). Bahan Hukum Primer Bahan-bahan hukum yang mengikat terdiri dari norma atau kaidah dasar, peraturan dasar, peraturan perundang-undangan, bahan hukum yang tidak dikodifikasikan (hukum adat), serta yurisprudensi yang berhubungan dengan objek penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunankan peraturan perundangundangan yaitu, Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2012 Tentang tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan perseroan Terbatas, Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Miik Negara Nomor PER-05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan, Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan. 2). Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder adalah bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan undang-undang, hasil penelitian, buku-buku, tulisan ilmiah. 26. Zaenudin Ali, Metode Penulisan Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 106.

(17) 17. hukum, dan pendapat pakar hukum yang berhubungan dengan objek. penelitian.. Fungsi. bahan. hukum. sekunder. adalah. mendukung keberadaan bahan hukum primer. Kegunaan bahan hukum sekunder adalah memberikan petunjuk kepada penulis untuk melangkah, baik dalam membuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan, tinjauan pustaka, bahkan menentukan metode pengumpulan dan analisis bahan hukum yang akan dibuat sebagai hasil penulisan.27 3). Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum tersier yang digunakan adalah kamus hukum, kamus besar bahasa indonesia, dan media internet.28 4. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, pengamatan (observasi), wawancara (interview), sesuai dengan metode penelitian yangg akan dilakukan, maka dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara : a. Studi Kepustakaan Terhadap data sekunder dikumpulkan dengan melakukan studi kepustakaan dengan mengumpulakan data dan peraturan perundang27. Ibid. Hlm 54 Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 27 28.

(18) 18. undangan, serta buku-buku (literature) yang mempunyai kaitan khusus dengan penelitian. b. Wawancara Terhadap data lapangan dikumpulkan dengan teknik wawancara tidak terarah atau tidak terstruktur yaitu dengan mengadakan wawancara langsung kepada imforman, dengan cara pedoman wawancara. Dalam penelitian ini melakukan wawancara kepada pihak perusahaan PT Tata Hamparan Eka Persada (Direktur, Legal, dan HRD), Perangkat Desa, Masyarakat. 5. Analisis Pengelolahan Data Teknik analisis pada dasarnya adalah analisis deskriftif kualitatif, diawali dengan mengelompokan data dan informasi yang menurut subaspek dan selanjutnya melakukan interpretasi untuk memberi makna tiap subaspek dan hubungannya satu sama lain.29 Data yang diperoleh baik dari studi kepustakaan maupun dari penelitian lapangan akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Analisis kualitatif yaitu metode analisis data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh dari lapangan menurut kualitas dan kebenaranya, kemudian dihubungkan dengan teori-teori, asas-asas, dan kaidah-kaidah hukum yang diperoleh dari studi kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah. 29. Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, CV Mandar Maju Cetakan kedua, 2016, Bandung, hlm 174.

(19)

Referensi

Dokumen terkait

1. Pasar tradisional cekkeng berpotensi dalam meningkatkan ekonomi pedagang. Adapun potensi pasar cekkeng yaitu pertama, harga yang lebih murah. Kedua, produk yang

Merujuk kepada seksyen 1 O(1) Akta Kontrak 1950, semua pe rjanjian adalah kontrak jika dibuat atas kerelaan bebas pihak-pihak yang layak membuat kontrak, untuk sesuatu

Dycman, Dukes, Davis (2000:393) menyatakan bahwa, ” biaya per unit rata-rata tertimbang dihitung dengan membagi jumlah biaya persediaan awal dan biaya pembelian periode

Rizal (2015) melakukan penelitian pengaruh penempatan baffle blocks tipe cekung parabolik dan setengah lingkaran pada bendung dengan kolam olak solid roller bucket terhadap

Berdasarkan data yang diperoleh, mengenai tingkat depresi pada lansia menunjukan bahwa dari 96 responden hampir seluruhnya (79%) tidak ada depresi sebanyak 76

dengan ini saya nyatakan bahwa skripsi dengan judul “Uji Efek Antelmintik Ekstrak Metanol Daun Inai (Lawsonia Inermis L.) terhadap Cacing Gelang Ayam (Ascaridia galli Schrank.)

(2) Jika suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan keputusan yang dimohon, sedangkan jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam peraturan