• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 9 TAHUN 2011

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT, BAPPEDA, LEMBAGA TEKNIS DAERAH DAN LEMBAGA LAIN KABUPATEN BULUKUMBA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 50 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba, diperlukan adanya penataan kelembagaan yang disesuaikan dengan kebutuhan organisasi yang efektif, efisien dan proporsional;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, maka perlu merubah Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Bappeda, Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Lain Kabupaten Bulukumba;

c. bahwa untuk memenuhi maksud huruf a dan b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Bappeda, Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Lain Kabupaten Bulukumba.

Mengingat 1.

2.

Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Undang–Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822);

3.

4.

Undang – Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);

5. Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438 ) ;

(2)

6. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

8.

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);

12. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4952);

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah;

14.

15. 16.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 58 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pedoman Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah;

17. Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten Bulukumba (Lembaran Daerah Kabupaten Bulukumba Tahun 2008 Nomor 4).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA

dan

(3)

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN ATAS

PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT, BAPPEDA, LEMBAGA TEKNIS DAERAH DAN LEMBAGA LAIN KABUPATEN BULUKUMBA.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Bappeda, Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Lain Kabupaten Bulukumba (Lembaran Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 11 Seri D) diubah sebagai berikut :

1. Ketentuan Pasal 1 ditambah 3 angka yaitu angka 9, 10 dan 11 sehingga keseluruhan Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Bulukumba.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Kepala Daerah adalah Bupati Kabupaten Bulukumba.

4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Kepala Daerah dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan.

5. Lembaga Teknis Daerah adalah unsur pendukung tugas Kepala Daerah.

6. Unit Pelaksana Teknis disingkat UPT adalah Unit Pelaksana Teknis pada Badan. 7. Kelompok Jabatan Fungsional adalah unsur Pelaksanaan Kegiatan Teknis

berdasarkan bidang keahlian.

8. Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh warga secara minimal.

9. Badan Penanggulangan bencana Daerah Kabupaten selanjutnya disebut BPBD Kabupaten adalah perangkat daerah Kabupaten yang dibentuk dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi untuk melaksanakan penanggulangan bencana. 10. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.

2. Ketentuan Pasal 2 ayat (2) diubah, sehingga Pasal 2 berbunyi sebagai berikut : Pasal 2

(1) Dengan Peraturan Daerah ini, dibentuk Inspektorat, Bappeda, Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Lain di Kabupaten Bulukumba, yaitu:

a. Inspektorat Kabupaten;

b. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; c. Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah;

(4)

e. Badan Penelitian, Pengembangan, Perpustakaan dan Kearsipan; f. Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan;

g. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana; h. Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Linmas;

i. Kantor Lingkungan Hidup Daerah;

j. Rumah Sakit Umum Daerah H.A. Sulthan Dg.Radja; k. Satuan Polisi Pamong Praja.

(2) Lembaga lain sebagaimana dimaksud ayat (1) yaitu: a. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu;

b. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten.

3. Ketentuan Pasal 3 ditambah 1 (satu) ayat yakni ayat (5) sehingga keseluruhan Pasal 3 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 3

(1) Inspektorat Kabupaten adalah unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dipimpin oleh seorang Inspektur, berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Bupati dan secara teknis administratif mendapat pembinaan Sekretaris Daerah.

(2) Badan dan Kantor adalah unsur pendukung tugas kepala daerah untuk melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik, dipimpin oleh seorang Kepala yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

(3) Rumah Sakit Umum Daerah adalah unsur pendukung tugas kepala daerah untuk melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik, dipimpin oleh seorang Direktur yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

(5)

(4) Sekretariat Lembaga Lain adalah sekretariat yang dibentuk dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas lembaga lain dalam mewadahi penanganan tugas-tugas pemerintahan umum yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah, dipimpin oleh seorang sekretaris yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

(5) BPBD Kabupaten dipimpin Kepala Badan secara ex officio dijabat oleh Sekretaris Daerah.

4. Ketentuan di antara BAB XIV dan BAB XV disisipkan 1 (satu) bab, yakni BAB XIV A dan disisipkan 11 (sebelas) Pasal yakni Pasal 89A, 89B, 89C, 89D, 89E, 89F, 89G, 89H, 89I, 89J, dan 89K, sehingga keseluruhan berbunyi sebagai berikut :

BAB XIV A

BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH Bagian Kesatu

Tugas dan Fungsi Pasal 89A

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b mempunyai tugas :

a. menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan setara sesuai kebijakan pemerintah daerah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana;

b. menyusun standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan;

c. menyusun, menetapkan, dan menginventarisasikan peta rawan bencana; d. menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana;

e. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Bupati setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana;

f. mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang;

g. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari APBD; dan h. melaksanakan kewajiban lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 89B

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89A, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten mempunyai fungsi:

a. perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien;

b. pengkoordinasian pelaksanaan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh.

Bagian Kedua Susunan Organisasi

Pasal 89C

(1) Susunan organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten terdiri atas:

a. Kepala;

b. Unsur Pengarah; c. Unsur Pelaksana.

(6)

(2) Bagan struktur organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Daerah ini.

Pasal 89D

(1) Susunan Organisasi Unsur Pengarah BPBD terdiri dari : a. Ketua dijabat oleh Kepala BPBD

b. Anggota berasal dari :

1. Lembaga/Instansi pemerintah daerah yang terkait dengan penanggulangan bencana.

2. Masyarakat profesional yakni dari pakar, profesional dan tokoh masyarakat di daerah.

(2) Jumlah anggota Unsur Pengarah berjumlah 9 orang anggota yang terdiri dari 5 (lima) pejabat instansi/lembaga pemerintah daerah dan 4 (empat) anggota dari masyarakat profesional di daerah.

(3) Dalam melaksanakan tugas Unsur Pengarah berkoordinasi dengan Unsur Pelaksana melalui Kepala BPBD.

Pasal 89E

(1)Susunan Organisasi Unsur Pelaksana BPBD terdiri dari: a. Kepala Pelaksana BPBD;

b. Sekretaris Unsur Pelaksana : c. Seksi :

1. Seksi Pemadam Kebakaran, Pencegahan dan Kesiapsiagaan; 2. Seksi Kedaruratan dan Logistik;

3. Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi.

(2) Bagan Struktur Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah, tercantum dalam Lampiran I sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Daerah ini.

Pasal 89F

(1).Unsur Pelaksana BPBD dipimpin oleh seorang Kepala Pelaksana yang membantu Kepala BPBD dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi unsur pelaksana dan menjalankan tugas Kepala BPBD sehari-hari.

(2).Unsur Pelaksana BPBD Kabupaten dapat membentuk Satuan Tugas.

Bagian Ketiga

Mekanisme Penetapan Anggota Unsur Pengarah Pasal 89G

(1). Anggota Unsur Pengarah dari instansi/lembaga pemerintah daerah yang dilakukan sesuai dengan mekanisme dan peraturan perundangan yang berlaku (2). Anggota Unsur Pengarah dari masyarakat profesional ditetapkan berdasarkan

prosedur pemilihan dan seleksi:

Paragraf 1

Prosedur Pemilihan Anggota Unsur Pengarah dari Masyarakat Profesional Pasal 89H

(1) Persyaratan calon anggota unsur pengarah dari masyarakat profesional adalah sebagai berikut:

a. warga Negara Indonesia; b. sehat jasmani dan rohani; c. berkelakuan baik;

(7)

d. berusia paling rendah 30 (tiga puluh) tahun dan paling tinggi 60 (enam puluh) tahun;

e. memiliki wawasan kebangsaan;

f. memiliki pengetahuan akademis dan pengalaman dalam penanggulangan bencana;

g. memiliki integritas tinggi; h. non partisan;

i. tidak berstatus sebagai Pegawai Negeri atau anggota TNI/Polri kecuali dosen yang telah mendapat izin dari pejabat yang berwenang;

j. berdomisili di daerah yang bersangkutan/berasal dari daerah yang bersangkutan.

(2) Pendaftaran dan seleksi:

a. pendaftaran dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat dan diumumkan melalui media;

b. pendaftaran dan seleksi dilakuakn oleh lembaga independen yang ditunjuk/ditetapkan oleh Kepala BPBD.

(3) Penyampaian hasil seleksi:

a. lembaga independen menyampaikan pertemuan hasil seleksi kepada Kepala BPBD;

b. kepala BPBD mengusulkan 8 (delapan) calon anggota unsur pengarah dari masyarakat profesional hasil pemilihan kepada Bupati atau dua kali lipat secara proporsional dari jumlah anggota unsur pengarah dari masyarakat profesional untuk dilakukan uji kepatutan oleh DPRD.

(4) Calon anggota unsur pengarah yang dinyatakan lulus uji kepatutan dan uji kelayakan disampaikan oleh DPRD kepada Bupati untuk ditetapkan sebagai anggota unsur pengarah penanggulangan bencana secara defenitif.

(5) BPBD mengumumkan kepada masyarakat luas hasil uji kepatutan melalui media.

Paragraf 2

Penetapan dan Masa jabatan Pasal 89I

(1) Pengangkatan anggota unsur pengarah ditetapkan oleh Bupati.

(2) Masa jabatan anggota unsur pengarah dari instansi/lembaga pemerintah daerah dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan.

(3) Masa jabatan anggota unsur pengarah dari masyarakat profesional selama 5 (lima) tahun.

Paragraf 3

Pemberhentian dan Penggantian Antar Waktu Pasal 89J

(1) Pemberhentian anggota unsur pelaksana dari lembaga/instansi pemerintah daerah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pemberhentian anggota unsur pengarah dari masyarakat profesional dilakukan setelah berkonsultasi dan mendapat persetujuan dari DPRD.

(3) Pergantian antar waktu anggota unsur pengarah dilakukan karena alasan sebagai berikut:

a. meninggal dunia;

b. tidak lagi menduduki jabatan di instansinya bagi PNS dan/atau anggota TNI/Polri;

c. tidak lagi mendapatkan kepercayaan dari organisasi yang diwakilinya bagi anggota unsur pengarah dari masyarakat profesional, yang dinyatakan secara tertulis oleh pimpinan organisasi yang bersangkutan;

(8)

e. tidak dapat memenuhi kewajiban sebagai anggota unsur pengarah dan/atau telah melakukan pelanggaran hukum yang telah mendapat putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

Pasal 89 K

(1) Calon pengganti anggota unsur pengarah dari instansi/lembaga pemerintah harus berasal dari instansi/lembaga yang diwakilinya.

(2) Calon pengganti unsur pengarah dari masyarakat profesional berasal dari calon anggota yang telah mengikuti uji kepatutan dan uji kelayakan dan mendapat persetujuan dari DPRD.

5. Ketentuan BAB XVI Pasal 91 ayat (2) dan ayat (4) diubah sehingga keseluruhan Pasal 91 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 91

(1) Kepala Badan dan Inspektur adalah jabatan eselon II b.

(2) Kepala Kantor, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja, Sekretaris pada Badan dan Inspektorat, Direktur RSUD, Inspektur Pembantu dan Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten adalah jabatan eselon III a.

(3) Kepala Bidang pada Badan, Kepala Bagian Tata Usaha dan Kepala Bidang pada RSUD Tipe C adalah jabatan eselon III b.

(4) Kepala Sub Bagian, Kepala Sub Bidang, Kepala Sekretariat BPBD Kabupaten, Kepala Seksi dan Kepala Unit Pelaksana Teknis Badan adalah jabatan eselon IV a.

6. Diantara Pasal 92 dan Pasal 93 ditambahkan 1 (satu) Pasal yakni Pasal 92 A yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 92 A

Pengisian jabatan unsur pelaksana BPBD Kabupaten berasal dari Pegawai Negeri Sipil yang memiliki kemampuan, pengetahuan, keahlian, pengalaman, keterampilan dan integritas yang dibutuhkan dalam penanggulangan bencana

7. Ketentuan BAB XVII Pasal 94 ditambah 5 (lima) ayat yakni ayat (4), ayat (5), ayat (6), ayat (7) dan ayat (8) sehingga keseluruhan Pasal 94 berbunyi:

Pasal 94

(1) Setiap pimpinan unit kerja dalam lingkungan Inspektorat, Bappeda, Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Lain wajib mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasannya serta menyampaikan laporan berkala dengan tepat waktu. (2) Dalam menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap pimpinan unit kerja menyampaikan tembusan laporan kepada unit kerja lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja.

(3) Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan unit kerja dari bawahannya, diolah dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan lebih lanjut kepada atasan serta dijadikan sebagai bahan untuk pemberian petunjuk kepada bawahan.

(4) Pimpinan Unsur Pelaksana BPBD Kabupaten melaksanakan sistem pengendalian intern di lingkungannya.

(5) Rapat koordinasi BPBD Provinsi dengan BPBD Kabupaten diadakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan. (6) Rapat koordinasi nasional Badan Nasional Penanggulangan Bencana dengan

BPBD Provinsi dan BPBD Kabupaten diadakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan.

(9)

(7) Hubungan Kerja antara BPBD Provinsi dengan BPBD Kabupaten bersifat memfasilitasi/koordinasi dan pada saat penanganan darurat bencana BPBD Provinsi dapat melaksanakan fungsi komando, koordinasi, dan pelaksana.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kerja BPBD Kabupaten diatur oleh Kepala BPBD Kabupaten.

BAB XX

KETENTUAN PENUTUP Pasal 97

(1) Peraturan Daerah ini berlaku secara efektif setelah dilakukan pelantikan dan serah terima jabatan berdasarkan Peraturan Daerah ini.

(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:

a. Peraturan Bupati Bulukumba Nomor 48/IX/2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bulukumba; b. Peraturan Bupati Nomor 61/XI/2008 tentang Unit Pelaksana Teknis Pemadam

Kebakaran pada Dinas Bina Marga Kabupaten Bulukumba.

dan ketentuan pelaksanaannya, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal II

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bukukumba.

Ditetapkan di Bulukumba

pada tanggal : 24 Desember 2011

BUPATI BULUKUMBA,

H. ZAINUDDIN H

Diundangkan di Bulukumba

pada tanggal : 24 Desember 2011

SEKRETARIS DAERAH BULUKUMBA,

A B AMAL

(10)

LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA

NOMOR :

TANGGAL :

TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT, BAPPEDA, LEMBAGA TEKNIS DAERAH DAN LEMBAGA LAIN KABUPATEN BULUKUMBA

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI

BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA

BUPATI BULUKUMBA,

H. ZAINUDDIN H

BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA K E P A L A UNSUR PENGARAH - INSTANSI - PROFESIONAL/AHLI UNSUR PELAKSANA KEPALA PELAKSANA BPBD SEKRETARIAT

SEKSI PEMADAM KEBAKARAN, PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN

SEKSI REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI SEKSI KEDARURATAN DAN LOGISTIK

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang cukup tinggi antara insentif, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja dengan kinerja karyawan pada Bagian

Sedangkan Ferrel (2002) memahami loyalitas merek sebagai suatu perilaku positif terhadap suatu merek yang mendorong konsumen untuk secara konsisten membeli merek tersebut

Mini museum adalah ruang display yang menggambarkan sejarah vespa terutama di Indonesia. Besar kapasitas didapat dari banyaknya jumlah vespa klasik dalam kurun

Bantuan insentif yang selanjutnya dapat juga disebut Bantuan Pemerintah atau Bantuan saja, adalah jenis Bantuan yang memiliki karakteristik Bantuan Pemerintah yang

Evaluasi kegiatan dilakukan setelah acara selesai dilaksanakan dari evaluasi meliputi keberlangsungan kegiatan bahwa secara teknis acara berlangsung lancar tidak ada kendala,

Analisis Karakteristik Entrepreneurship Pada Dua Orang Peternak Itik Di Desa Ngrapah Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang dan penelitian yang terkait dengan karya

Agar lebih lengkap, kita buat juga abstract class Person, di mana semua class Dosen, Mahasiswa, dan Asisten harus meng-extends ke class tersebut dan harus meng-implements ke

barang yang tercatat dalam KIB sesuai dengan fisik barangnya beri tanda chek (  ) pada nomor urut barang dalam Kertas Kerja Sensus BMD. terdapat barang yang tidak tercatat