ELEKTROKARDIOGRAFI
Pengantar Interpretasi Secara Praktis
Idrus Alwi
Subbagian Kardiologi Bagian Penyakit Dalam FKUI-RSU PNCM
Elektrokardiogram (EKG)
Rekaman grafik potensial listrik yang
dihasilkan oleh jaringan jantung
Goldman & Goldschlager
Cara Perekaman EKG :
-
Permukaan
-Epikardial
Peran Diagnostik EKG
Hipertrofi /dilatasi atrium dan ventrikel
Aritmia /gangguan konduksi : RBBB, LBBB, VES,
SVT, VT, AF, VF dll.
Iskemia dan infark miokard akut atau infark lama Efek obat-obatan : digitalis, antiaritmia
Gangguan keseimbangan elektrolit : kalium
Indikasi EKG
Gangguan irama jantung
Sinkop/pra sinkop
Dicurigai PJK
Hipertensi
Dicurigai kelainan kongenital
Kelainan katup
Elektrofisiologi Otot Jantung
Keadaan sel otot
Muatan listrik
Di luar sel Di dalam sel
Istirahat / repolarisasi
Positip NegatifArah Defleksi
Arah impuls
Arah defleksi
Menuju Elektroda (positif)
Ke atas (positif)Menjauhi Elektroda
(negatif)
Ke bawah (negatif)Menuju kemudian
SANDAPAN EKG (ECG
LEADS
)
Untuk rekaman rutin, terdapat 12 sandapan, yaitu :
a. Tiga buah sandapan bipolar standar
(I, II
dan III)
b. Tiga buah sandapan unipolar ekstremitas
(aVR, aVL dan aVF)
c. Enam buah sandapan unipolar prekordial
SANDAPAN BAKU BIPOLAR
(BIPOLAR STANDARD LEAD EINTHOVEN)
Sandapan I : selisih potensial antara lengan kanan (RA) & lengan kiri (LA), di mana LA bermuatan lebih positif dari RA.
Sandapan II : selisih potensial antara lengan kanan dan tungkai kiri (LL), di mana LL bermuatan lebih positif dari RA
Sandapan III : selisih potensial antara lengan kiri dan tungkai kiri, di mana LL bermuatan lebih positif dari LA
SANDAPAN EKSTREMITAS UNIPOLAR (UNIPOLAR LIMB LEAD WILSON)
Sandapan aVR = sandapan unipolar lengan
kanan yang diperkuat
(
augmented
)
Sandapan aVL = sandapan unipolar lengan
kiri yang diperkuat
(
augmented
)
Sandapan aVF = sandapan unipolar tungkai
kiri yang diperkuat
SANDAPAN DADA UNIPOLAR
(UNIPOLAR CHEST LEAD = V LEAD)
Sandapan V1 : Sela iga IV garis sternal kanan Sandapan V2 : Sela iga IV sternal kiri
Sandapan V3 : pertengahan antara V2 dan V4 Sandapan V4 : Sela iga V garis midklavikula kiri semua sandapan selanjutnya V5-
V9 diambil dalam bidang horizontal seperti V4
Sandapan V5 : Setinggi V4 aksilaris anterior kiri Sandapan V6 : Setinggi V4 garis mid aksilaris kiri Sandapan V7 : Garis aksilaris posterior
Sandapan V8 : Garis skapularis posterior
Sandapan V9 : Batas kiri kolumna vertebralis
Sandapan V3R-V9R : Dada sisi kanan dengan tempat yang sama seperti sandapan V3-9 sisi kiri
Standard Rekaman EKG :
- Kecepatan rekaman : 25 mm/detik
- Kalibrasi : 1 milivolt (mV) = 10 mm ( standar ganda, separuh, seperempat )
Ukuran di Kertas EKG :
Garis horizontal
- Tiap satu mm = 1/25 detik = 0,04 detik - Tiap lima mm = 5/25 detik = 0,20 detik - Tiap 25 mm = 25 x 0,04 = 1,00 detik
Garis vertikal
- 1 mm = 0,10 mV - 10 mm = 1,00 mV
GELOMBANG P
Menggambarkan aktivitas depolarisasi atrium kanan dan kiri ( dari kanan ke kiri dan ke bawah )
Karakteristik EKG :
Arah gelombang P normal :
Selalu positif di II dan selalu negatif di aVR. Tinggi : kurang dari 3 mm (2,5 mm)
Durasi ( lebar ): kurang dari 3 mm (0,10 detik) Kepentingan :
1. Menandakan adanya aktivitas atrium 2. Menunjukkan arah aktivitas atrium
GELOMBANG Ta
Menggambarkan proses repolarisasi
atria, gelombang ini biasanya tidak
tampak karena terlalu kecil dan tertutup
oleh kompleks QRS.
GELOMBANG Q
DEFLEKSI KE BAWAH YANG PERTAMA KOMPLEKS QRS
Menggambarkan awal dari fase depolarisasi ventrikel.
Ciri-ciri gelombang Q patologis :
1. Lebarnya sama atau lebih dari 0,04 detik (1 mm) 2. Dalamnya lebih dari 25% amplitudo gelombang R
Kepentingan :
Menunjukkan adanya nekrosis miokard (infark
miokard)
GELOMBANG R
Adalah defleksi positif pertama kompleks QRS
Menggambarkan fase depolarisasi ventrikel
Nilai normal : akan dibahas dalam bagian tentang hipertrofi
Bentuk normal : akan dibahas dalam bagian tentang B.B.B
Abnormal :
1. Menandakan adanya hipertrofi ventrikel 2. Menandakan adanya tanda-tanda B.B.B 3. Dan lain-lain
GELOMBANG S
adalah defleksi negatif sesudah gelombang R
Menggambarkan fase depolarisasi ventrikel Nilai normal : akan dibahas dalam bagian tentang hipertrofi
Bentuk normal : akan dibahas dalam bagian B.B.B
Kepentingan : hampir sama dengan gelombang R
GELOMBANG T
Menggambarkan fase repolarisasi ventrikel Arah normal :
- Sesuai dengan arah gelombang utama kompleks QRS - Positif di sandapan II Amplitudo normal : < 10 mm di sandapan dada < 5 mm di sandapan ekstremitas Minimum 1 mm Abnormal :
1. Menandakan adanya iskemia/ infark 2. Menandakan adanya kelainan elektrolit
GELOMBANG U
Asal usulnya tidak diketahui dan paling jelas terlihat di sandapan dada V1 - V4
Normal :
- kurang dari 2 mm
- Selalu lebih kecil dari gelombang T di
sandapan II
Abnormal :
Bila amplitudo U > 2 mm atau >T,
menandakan adanya hipokalemia
Gelombang U yang terbalik terdapat pada
INTERVAL PR
Menggambarkan waktu mulai dari depolarisasi atria sampai onset depolarisasi ventrikel
Adalah jarak antara permulaan gelombang P sampai
dengan permulaan kompleks QRS
Nilai normal interval PR ditentukan oleh frekuensi
jantung, bila denyut jantung lambat maka interval PR akan menjadi lebih panjang.
Batas normal : 0,12 – 0,20 detik ( tergantung heart
rate )
Kepentingan :
1. Interval PR < 0,12 detik : terdapat pada keadaan
hantaran dipercepat (sindrom W.P.W)
2. Interval PR > 0,20 detik : terdapat pada blok AV
3. Interval PR berubah-ubah : terdapat pada
INTERVAL QRS
menggambarkan lamanya aktivitas depolarisasi ventrikel
- Jarak antara permulaan gelombang Q sampai akhir gelombang S
- Nilai normal < 0,12 detik - Abnormal :
- BBB
- Hiperkalemia
- Konduksi ventrikel aberans - Preeksitasi ventrikel
- Aritmia ventrikel
INTERVAL QT
Jarak antara permulaan gelombang Q sampai dengan
akhir gelombang T
Menggambarkan lamanya aktivitas depolarisasi dan
repolarisasi ventrikel.
Nilai interval QT dipengaruhi oleh frekuensi jantung, dan
batas-batas normalnya dapat dilihat dalam tabel/kurva.
Interval QT – c (corrected QT interval) adalah nilai
interval QT yang telah dikoreksi/ disesuaikan dengan
interval QT pada frekuensi jantung 60 kali per menit, dan nilainya dapat ditentukan dengan sebuah NOMOGRAM.
Abnormal :
- Memanjang : kuinidin, hipokalsemia - Memendek : digitalis, hiperkalsemia
V.A.T.
= Ventricular Activation Time = defleksi
Intrinsik
Jarak antara permulaan gelombang Q ke puncak gelombang R
Menggambarkan waktu yang diperlukan oleh impuls untuk menyebar dari permukaan dalam ventrikel
(endokard) ke permukaan luar ventrikel (epikard). Nilai normal : di V1 – V2 < 0,03 detik
di V5 – V6 < 0,05 detik Kepentingan :
V.A.T yang memanjang terdapat pada B.B.B, hipertrofi ventrikel dan lain-lain.
TITIK J ( = RS – T JUNCTION)
Adalah titik di mana kompleks QRS
berakhir dan segmen ST dimulai.
Kepentingan :
Sebagai titik pegangan untuk
SEGMEN S – T (RS – T SEGMENT)
Mulai titik J sampai permulaan gelombang T
Normal : isoelektris (boleh berkisar antara -0,5 mm sampai +2 mm)
Kepentingan :
1. Elevasi segmen ST terdapat pada :
- Infark miokard - perikarditis - Aneurisma - dan lain-lain
2. Depresi segmen ST terdapat pada :
- Angina pektoris -
ventricular strain
CARA MENILAI EKG
1.RATE
(= frekuensi) 2.RHYTHM
(= irama) 3.AXIS
(= sumbu) 4. POSISI, ROTASI 5. INTERVAL 6. HIPERTROFI 7. ISKEMIA / INFARK 8. DAN LAIN-LAINCara Menghitung Frekuensi Jantung :
1. Tentukan satu gelombang R (atau P) yang
tepat berimpit pada garis vertikal kotak sedang
2. Cari puncak gelombang R (atau P) ke II 3. Hitung jarak antara R pertama dan kedua
dalam ukuran kotak sedang (begitu juga gelombang P)
4. Frekuensi jantung kemudian ditentukan dengan
rumus di bawah ini :
a.
Jarak 1 kotak sedang : 300 x/menit
b.Jarak 2 kotak sedang : 150 x/menit
c.Jarak 3 kotak sedang : 100 x/menit
d.Jarak 4 kotak sedang : 75 x/menit
e.Jarak 5 kotak sedang : 60 x/menit
f.Jarak 6 kotak sedang : 50 x/menit
Formula ( jembatan keledai ) :
IRAMA
Sistim konduksi jantung yang normal
Dalam keadaan normal, impuls dibentuk oleh
pace-maker di simpul SA kemudian melalui
INTERNODAL ATRIAL PATHWAY
simpuls AV berkas His cabang berkas
kanan & kiri serabut Purkinye mengaktifkan serabut otot ventrikel.
PACE-MAKER JANTUNG
Pace-maker jantung normal ialah simpul SA dengan frekuensi : 70-80 x/menit.Di samping itu terdapat pula beberapa PACE MAKER POTENSIAL, yaitu :
1.
Atria
: 75 x/menit
2.
Simpuls AV : 60 x/menit
3.Berkas His : 50 x/menit
4.
Serabut Purkinye & otot ventrikel :
30-40 x/menit
PACE-MAKER NORMAL = simpul SA : Rate : 70 – 80 x/menit
Konsep Vektor pada
Elektrokardiografi
Gaya listrik mempunyai besar dan arah :
vektor
Vektor dinyatakan dengan anak panah
Arah anak panah menunjukkan arah vektor Panjang anak panah menunjukkan besar
vektor
P, QRS dan T merupakan vektor ruang :
Sistem Sumbu ( Aksis )
Untuk vektor ruang dipakai sistem sumbu
ruang
Terdiri dari 3 buah bidang yang saling tegak
lurus : horizontal ( H ), Frontal ( F ) dan Sagital ( S )
Cukup dipakai 2 bidang saja : H dan F
Sandapan pada bidang frontal : I,II,II, aVR,
aVL, aVF
Aksis pada Bidang Frontal
Penelitian menunjukkan : letak sumbu-sumbu
sebagai berikut :
0 = pusat jantung
I = garis mendatar 0 derajat
II = membuat sudut 60 dengan I, searah jarum jam yaitu + 60 derajat
III = + 120 derajat aVR = - 150 derajat aVL = - 30 derajat aVF = + 90 derajat
Aksis pada Bidang Horizontal
V6 = garis mendatar 0 derajat
V5 = + 22 derajat
V4 = + 47
V3 = + 58
V2 = + 94
V1 = + 115
Sumbu Listrik Vektor QRS
Menentukan aksis QRS pada bidang horizontal :
1. Pilih 2 sandapan : yang termudah yang
saling tegak lurus : I dan aVF
Tentukan jumlah aljabar pada
masing-masing sandapan dan gambarkan sebagai vektor pada masing-masing sumbu
Buat resultante yang meggambarkan aksis
Hipertrofi Atrium dan Ventrikel
Hipertrofi atrium kanan
Hipertrofi atrium kiri
Hipertrofi ventrikel kanan
Hipertrofi Atrium
Peninggian gelombang P menunjukkan
adanya
abnormalitas atrium
Peninggian gelombang P :
tidak spesifik
,bisa berkaitan dengan :
- hipertrofi dinding atrium, - pembesaran ruang atrium,
- perlambatan konduksi dalam atrium atau antara 2 atrium
Istilah abnormalitas atrium lebih tepat,
namun istilah hipertrofi (
enlargement
) atrium masih sering digunakanGelombang P
Merupakan depolarisasi atrium kanan
dan kiri
Defleksi awal gelombang P merupakan
depolarisasi atrium kanan
Defleksi terakhir merupakan
Hipertrofi Atrium Kanan
Hipertrofi atrium kanan harus dicurigai jika
ditemukan gelombang P tinggi disandapan inferior
Mekanisme:
Atrium kanan membesar ke kanan dan
inferior, sehingga sandapan II menunjukkan efek maksimal pada pembesaran atrium
kanan
Diagnosis hipertrofi atrium kanan lebih kuat,
jika terdapat juga hipertrofi ventrikel kanan, tetapi bukan kriteria yang harus ada
Etiologi
Setiap tekanan (
pressure
) atauoverload
volume pada sisi kanan jantung akan
menyebabkan pembesaran atrium kanan
Etiologi patologis yang sering :
Regurgitasi trikuspid Stenosis trikuspid
Regurgitasi pulmonal Stenosis pulmonal
Hipertensi pulmonal Penyakit paru kronik
Abnormalitas Atrium Kanan
(AAKs)
Kriteria EKG untuk AAKa :
P tinggi dan lancip di II, III dan aVF :
tinggi
2.5 mm dan interval
0.11 detik
Defleksi awal di V1
1.5 mm
Bentuk gelombang P pada AAKa sering
disebut P pulmonal
Hipertrofi Atrium Kiri
Hipertrofi atrium kiri harus dicurigai jika
terdapat gelombang P yang memanjang,
pemendekan atau hilangnya interval PR dan perubahan aksis gelombang P
Durasi gelombang P > 0,12 detik, sering
disertai
notching
gelombang P ( paling jelas pada sandapan II ) Gelombang P di sandapan V1 menunjukkan
komponen negatif yang prominen disebut : P
terminal force
(durasi 0,04 dan dalamnya 1 mm )Etiologi
Penyakit katup mitral : terutama
stenosis mitral
Stenosis aorta
Regurgitasi aorta
Abnormalitas Atrium Kiri (AAKi)
Kriteria EKG untuk AAKi :
Interval P di II melebar 0, 12 detik. Sering
gelombang P berlekuk (
notched
), karena mempunyai 2 puncak. Defleksi terminal V1 negatif dengan lebar 0.04
detik dan dalam 1 mm.
Kriteria ini disebut kriteria Morris
Hipertrofi Atrium Kanan
Hipertrofi Ventrikel Kiri
Mekanisme :
Terdapat peninggian voltase QRS
karena :
Terdapat peningkatan massa otot
karena dilatasi ventrikel dan atau
penebalan dinding ventrikel
Peningkatan tekanan transmural dan
Etiologi HVKi
Hipertrofi Ventrikel Kiri
Kriteria EKG untuk HVKI
1. Kriteria Voltase ; voltase ventrikel kiri meninggi. Ada macam-macam kriteria, yang dapat dipilih salah satu :
R atau S di sandapan ekstremitas 20 mm,
atau
S di kompleks Vka 25 mm, atau R di kompleks Vki 25 mm, atau S di Vka + R di Vki 35 mm
2. Depresi ST dan inversi T di kompleks Vki. Ini sering disebut
strain pattern
.3. AAKi
5. Interval QRS atau WAV di kompleks Vki memanjang :
Interval QRS 0.09 detik WAV 0.04 detik
Salah satu sistem skoring yang sering dipakai ialah:
sistem skoring Romhilt-Estes : No. 1 = nilai 3
No. 2 = nilai 3 No. 3 = nilai 3 No. 4 = nilai 2 No. 5 = nilai 1
Bila jumlah nilai 5 maka dianggap ada kemungkinan HVKi
Kriteria LHV :
Indeks Sokolow-Lyon
Jumlah amplitudo gelombang S di V1 dan
tinggi gelombang R di V5 atau V6 > 3,5
mV
Kriteria Voltase Cornell
Laki-laki : S V3 + R aVL > 2,8 mV
Hipertrofi Ventrikel Kanan
(HVKa)
Kriteria EKG untuk HVKa :
1. Rasio R/S yang terbalik :
R/S di V1 > 1 R/S di V6 < 1
2. Sumbu QRS pada bidang frontal yang
bergeser ke kanan, meskipun belum mencapai DSKa
3. Beberapa kriteria tambahan yang tidak
begitu kuat misalnya : WAV di V1 0.035
detik, depresi ST dan inversi gelombang T di V1, S, di I, II dan III
Etiologi
Tekanan tinggi persisten pada ventrikel
Berdasarkan konfigurasi QRS di V1, maka HVKa dibagi menjadi 3 tipe :
1. Tipe A
Gelombang R yang tinggi. Sering disertai depresi ST dan inversi T di V1 dan V2. Tipe ini
menunjukkan beban tekanan yang tinggi.
2. Tipe B
Di sini terdapat bentuk RS, yang menunjukkan HVKa yang sedang.
3. Tipe C
Terdapat bentuk rsR, yang merupakan blok
cabang berkas kanan yang inkomplit. Bentuk ini biasanya menunjukkan adanya hipertrofi jalur ke luar ventrikel kanan.
Hipertrofi Ventrikel Kiri
Blok Cabang Berkas Kanan (BCBKa)
Gambaran EKG pada BCBKa :
Interval QRS memanjang 0.10 detik S yang lebar di I dan V6
R yang lebar di V1
Bila interval QRS 0.10 – 0.12 detik : BCBKa inkomplit. Bila interval QRS 0.12 detik : BCBKa komplit.
Blok Cabang Berkas Kiri (BCBKi)
Gambaran EKG pada BCBKi :
Interval QRS melebar 0.10 detik
Gelombang R yang lebar, sering berlekuk di I, V5
dan V6 dengan WAV > 0.08 detik.
rS atau QS di V1, disertai rotasi searah jarum jam.
Bila interval QRS 0.10 – 0.12 detik : BCBKi inkomplit. Bila interval QRS 0.12 detik : BCBKi komplit.
EKG pada Sindrom Koroner Akut
Dr S. Harun SpPD, KKV, SpJP ( K )
Dr Hanafi B. Tisnohadi SpPD, KKV, SpJP, Sp JP ( K ) Dr Idrus Alwi SpPD, KKV
Gambaran EKG pada infark Miokard Akut Fase awal atau fase hiperakut :
Elevasi ST yang nonspesifik T yang tinggi dan melebar
Fase evolusi yang lengkap :
Elevasi ST yang spesifik, konveks ke atas T yang negatif dan simetris
Q patologis
Fase infark lama :
Q patologis, bisa QS atau Qr ST yang kembali iso-elektrik T bisa normal atau negatif
Aritmia
Dr S Harun
Dr Daulat Manurung Dr M Yamin
Divisi Kardiologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI RSUPN Dr Cipto-Mangunkusumo
Batasan dan Pembagian Aritmia
Pada umumnya aritmia dibagi
menjadi 2 golongan besar :
I.
Gangguan pembentukan impuls
Irama Sinus Normal
Gelombang P :
- harus ada
- mendahului kompleks QRS
- positif di II, aVF
- inverted di aVR
Interval PR :
- durasi 0,12- 0,20 detik dan konstan
Kompleks QRS :
- durasi < 0,10 detik
Gangguan Pembentukan Impuls
a
.Gangguan pembentukan
impuls di sinus
1. Takikardia sinus
2. Bradikardia sinus
3. Aritmia sinus
4. Henti sinus
Takikardia Sinus
Bradikardia Sinus
Aritmia Sinus
Pengaruh respirasi melalui stimulasi reseptor saraf vagus di paru
Aritmia Sinus
Perbedaan rate maksimum dan minimum > 10 % atau > 120 mdet Rate maks- rate min/ rate min > 10 %
Henti
Sinus
b.
Pembentukan impuls di atria
(aritmia atrial)
1. Ekstrasistol atrial
2. Takikardia atrial
3. Gelepar atrial
4. Fibrilasi atrial
Ekstrasistol Atrial
Kriteria : - gelombang P prematur dari atrium
Tipe Ekstrasistol
Atrial
Couplet : 2 EA, Takikardia atrial : 3 atau lebih EA Bigemini : 1 kompleks sinus diikuti 1 EA
Atrial ekstrasistol unifokal, multifokal dan wandering atrial pacemaker
Multifokal : 2 atau lebih fokus ektopik Unifokal : satu fokus ektopik
Wandering PM : fokus ektopik berbeda-beda
Fokus – fokus Re-entry pada Takikardia Supraventrikular a. Nodus SA b. Miokard atrium c. Nodus AV d. Jalur bypass
Takikardia
Atrial
Kriteria : 3 atau lebih ekstrasitol atrial berturutan Gambaran EKG : - frekuensi biasanya 160-250 /menit
- sering P sukar dikenali karena bertumpuk pada T - interval P-P dan R-R teratur
Fibrilasi Atrial
Gelombang f ( fibrilasi ) : gelombang-gelombang P yang tak teratur, frekuensi 350-600/menit
Gelombang QRS tak teratur, frekuensi 140-200/menit FA halus ( fine ) : defleksi gelombang P < 1 mm
Fluter Atrial
Denyut atria cepat dan teratur, frekuensi 250-350/menit Gelombang fluter : seperti gergaji
Biasanya terdapat konduksi 2:1, karena simpul AV tak dapat Meneruskan semua impuls dari atria
Gangguan Pembentukan Impuls
c.Pembentukan impuls di
penghubung AV
(aritmia penghubung)
1. Ekstrasistol penghubung AV
2. Takikardia penghubung AV
3. Irama lolos penghubung AV
Irama Junctional
Gelombang P prematur berasal dari penghubung AV : vektor P lawan arus ( P negatif di II, III dan aVF )
Gangguan
Pembentukan impuls
Pembentukan impuls di ventrikel
( aritmia ventrikular )
1.
Ekstrasistol ventrikular
2. Takikardia ventrikular
4. Fibrilasi ventrikular
5. Henti ventrikular
Ekstrasistol Ventrikel
Gelombang QRS prematur, melebar dan bizarre ( tak teratur dan aneh ) P dari sinus tak terpengaruh oleh QRS ekstrasistol
Tipe Ekstrasistol Ventrikel
Couplet : 2 EV, Takikardia atrial : 3 atau lebih EV Bigemini : 1 kompleks sinus diikuti 1 EV
Fenomena R on T
Takikardia Ventrikular
Kriteria diagnosis :
- terdapat 3 atau lebih ekstrasistol ventrikel yang berturutan
Gambaran EKG :
- frekuensi biasanya 160-200/menit
- bila P dapat dikenali, maka P dan QRS tidak berhubungan : disosiasi AV
Takikardia Ventrikel Polimorfik
Fibrilasi
Ventrikel
Gelombang QRS dan T menyatu menjadi undulasi yang tidak teratur dan cepat
FV halus ( fine ) : gelombang f < 3 mm FV kasar ( coarse ) : gelombang f > 3 mm
II.
Gangguan Penghantaran Impuls
Blok sino – atrial
Blok atrio – ventrikular
Blok intraventrikular
Gangguan Penghantaran Impuls
Pada umumnya suatu blok mempunyai Beberapa derajat :
Blok derajat I :
impuls masih bisa diteruskan, tetapi dengan lambat.
Blok derajat II :
sebagian impuls dapat diteruskan, dan sebagian lagi terhenti.
Blok derajat III :
impuls tak bisa lewat sama sekali. Juga disebut blok total.
Blok Atrio-Ventrikular
Blok yang paling penting karena
menyebabkan gangguan pada
koordinasi antara atrium dan ventrikel
sehingga sangat mengganggu fungsi
jantung
Blok AV adalah blok yang paling sering
Blok AV Derajat Satu
Dasar diagnosis :
Interval PR memanjang lebih dari
Blok AV Derajat Dua
Blok AV derajat dua dapat dibagi menjadi :
1.
Blok AV tipe Wenckebach atau tipe
Mobitz I
2.
Blok AV tipe Mobitz II
Blok AV Tipe Wenckebach
Dasar diagnosis :
Interval PR makin memanjang, suatu
saat ada gelombang QRS yang hilang.
Blok AV Tipe Mobitz II
Dasar diagnosis :