• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rongga Mulut

Mulut atau rongga mulut merupakan pintu masuk dari traktus gastrointestinal. Ianya adalah tempat permulaan bagi proses digestif mekanis yaitu dengan cara masktikasi dan juga proses digestif kimiawi melalui enzim yang terdapat dalam saliva. Hampir seluruh bagian dari rongga mulut dilapisi dengan epithelial yaitu dari jenis nonkeratinized stratified squamous epithelial yang berfungsi untuk melindungi dari aktifitas yang abrasif sewaktu proses digestif (Eroschenko, 2007). Lapisan ini sentiasa dilembapi dengan sekresi saliva secara terus menerus.

(2)

Rongga mulut dibatasi secara anterior oleh gigi dan lidah sementara secara posterior oleh oropharynx. Batas superior dibentuk oleh soft palate dan hard palate. Lantai atau permukaan bawah rongga mulut dibentuk oleh mylohyoid muscle yang dilapisi dengan membran mukosa. Lidah hanya melekat pada

mylohyoid muscle dan bukanlah batas dari permukaan bawah rongga mulut (McKinley dan O’Loughlin, 2008).

2.1.1 Pipi, Bibir, dan Palatum

Dinding lateral dari rongga mulut dibentuk oleh pipi, dan dilapisi secara keseluruhan oleh kulit dan mengandungi buccinator muscles. Buccinator muscles

akan menekan pipi terhadap gigi supaya makanan solid tetap berada pada tempatnya sewaktu proses mengunyah. Selain itu, pada permukaan luar juga mengandungi kelenjar rambut dan kelenjar keringat.

Permukaan pipi sebelah dalam juga dilapisi mukosa yang melekat erat dengan struktur otot di bawahnya. Permukaan pipi dekat area gigi molar 2 rahang atas terdapat duktus (pintu keluar kelenjar air liur besar parotis). Hal ini dapat menyebabkan banyaknya karang gigi di daerah tersebut. Daerah ini juga sering ditemui sisi makanan terselip sehingga tertinggal antara pipi dan gigi. Hal inilah yang dapat menyebabkan karies gigi. Apalagi, posisi gigi belakang yang tidak harmonis dapat mengakibatkan terjadinya gigitan berulang pada permukaan dalam pipi. Secara klinis hal ini dapat dilihat dengan adanya garis horizontal berwarna keputihan (Pratiwi, 2009). Pipi terminasi pada bibir atau labia yang membentuk bagian anterior dari rongga mulut.

Bibir dibentuk oleh orbicularis oris muscle dan dilapisi oleh keratinized stratified squamous epithelium (Eroschenko, 2007). Bibir memberikan warna kemerahan kerana suplai darah yang banyak oleh pembuluh darah superfisial dan juga kurangnya jumlah keratin pada lapisan epithelial luar. Permukaan bagian dalam bibir memiliki lapisan epitel tipis dan agak cembung karena mengandung beberapa kelenjar air liur kecil (Pratiwi, 2009).

Profil bibir atas dan bawah dapat menjelaskan kelainan gigi yang terjadi. Misalnya, pada maloklusi kelas II atau disebut juga profil wajah burung dengan

(3)

kondisi gigi atas lebih maju daripada gigi bawah (lebih dari empat milimeter). Hal ini dapat menyebabkan terjepitnya bibir bawah di antara gigi atas dan bawah. Namun dapat diatasi dengan perwatan ortodontik atau bedah rahang (Pratiwi, 2009).

Palatum membentuk bagian atas dari rongga mulut dan berfungsi sebagai pelindung untuk memisahkan ia dari rongga hidung. Dua per tiga dari bagian anterior palatum adalah keras dan bertulang yang dikenal sebagai hard palate

manakala satu per tiga dari bagian posterior adalah lunak dan berotot yang dikenal sebagai soft palate. Hard palate dibentuk oleh palatum processes of maxillae dan

horizontal plate of palatine bones. Ianya dilapisi oleh jaringan ikat padat dan

nonkeratinized stratified squamous epithelium. Lengkung pada soft palate terdiri dari otot skeletal dan dilapisi oleh nonkeratinized stratified squamous epithelium.

Palatum durum atau hard palate menutupi sebagian besar langit-langit mulut kita dan berperan penting dalam sistem pengunyahan. Fungsinya selain memperjelas ucapan kita juga memperkuat melekatnya gigi tiruan. Torus palatinus yaitu tonjolan di tengah-tengah palatum dengan ukuran yang bervariasi sering terjadi. Hal ini selain menimbulkan rasa tidak nyaman saat pemakaian gigi tiruan juga menyulitkan saat pemasangannya. Palatum molle atau soft palate

membagi dua daerah faring. Faring mengatur aliran udara melalui mulut dan hidung saat bernafas dan berbicara.

Terdapat tonjolan berbentuk kon di medial dan mengarah ke inferior yang dikenal sebagai uvula. Sewaktu proses menelan makanan, soft palate dan uvula

akan terangkat ke atas untuk menutup pintu posterior dari nasopharynx supaya mengelakkan dari bahan yang ingin ditelan masuk ke dalam ruangan nasal.

2.1.2 Lidah

Lidah merupakan organ aksesori dari sistem digestif yang dibentuk oleh otot skeletal dan dilapisi oleh stratified squamous epithelium. Pada permukaan superior lidah terdapat papila yang mengandungi banyak reseptor untuk deria rasa. Hanya filiform papillae yang dilapisi oleh keratinized stratified squamous epithelium manakala bagian lain dari lidah dilapisi seluruhnya oleh nonkeratinized

(4)

stratified squamous epithelium (Eroschenko, 2007). Selain dari deria rasa, lidah juga berperan dalam pembentukan suara dan membantu dalam proses mengunyah. Lidah akan mencampurkan bahan yang telah dimakan dan kemudian akan menekannya pada palatum supaya menjadi bolus agar mudah untuk ditelan.

Lidah dapat dibagi menjadi dua area. Area dua per tiga yang berbentuk V terdiri dari tonjolan-tonjolan kecil yang disebut papilla. Papilla-papilla ini mengandung saraf dan organ pengecap (taste bud). Daerah ini memerlukan pembersihan dengan cara penyikatan dan berkumur, untuk membersihkan sisa makanan yang tidak terlihat. Bila dibiarkan maka dapat terbentuk lapisan jamur atau plak yang tebal. Cekungan berupa garis terkadang muncul di tengah permukaan lidah. Bagian satu per tiga belakang lidah biasanya berwarna lebih pucat, mengandung jaringan limfoid menghadap faring.

Jika lidah diangkat, pada bagian bawah lidah akan terlihat lapisan tipis yang disebut frenulum yang menyambungkan lidah dengan dasar mulut tepat di tengahnya. Kadang terjadi di mana frenulum terlalu pendek dan ketat sehingga tidak dapat mengangkat lidah, termasuk pembersihan gigi bawah juga menjadi sulit. Hal ini biasanya diatasi dengan pengguntingan melalui pembedahan.

2.1.3 Gigi

Gigi berperan dalam masktikasi atau mengunyah makanan yang merupakan bagian dari proses digestif mekanis. Menurut bentuknya, gigi terbagi menjadi dua jenis yaitu homodontal dan heterodontal. Homodontal merupakan bentuk gigi geligi yang sama dalam satu rongga mulut. Bentuk tersebut terdapat pada makhluk hidup seperti ikan dan burung. Sedangkan gigi geligi manusia termasuk jenis heterodontal, karen memiliki gigi geligi dengan berbagai bentuk dan fungsi.

(5)

Gambar 2.2. Jenis-jenis gigi manusia. Sumber: Pratiwi, 2009.

Terdapat empat jenis gigi manusia yaitu gigi insisif, gigi kaninus, gigi premolar dan gigi molar. Fungsi gigi insisif adalah memotong atau mengiris makanan, gigi kaninus adalah untuk merobek makanan, gigi premolar berfungsi untu merobek dan menggiling makanan dan yang terakhir yaitu gigi molar berfungsi untuk mengunyah dan menggiling makanan.

Gigi seri dan gigi taring memiliki empat permukaan sementara gigi geraham besar dan kecil memiliki lima permukaan. Masing-masing permukaan gigi berbeda, maka berbeda pula bentuk anatomisnya. Sehingga hal ini menjadi ciri khas masing-masing gigi.

(6)

Gambar 2.3. Struktur gigi manusia. Sumber: Pratiwi, 2009.

Gigi terdiri dari dua bagian besar yaitu akar dan mahkota. Mahkota gigi diselubungi lapisan sementum. Kedua lapisan ini bertemu pada cemento-enamel junction berupa garis pada leher gigi. Pada gigi orang dewasa yang sehat, garis ini berada di bawah atau tertutup oleh area perlekatan gusi. Jadi secara klinis atau yang tampak oleh mata, mahkota gigi adalah bagian gigi yang berada di atas area perlekatan gusi. Sementara secara anatomis, atau sesungguhnya batas mahkota gigi masih diteruskan berada di bawah area perlekatan gusi.

(7)

Panjang mahkota gigi yang tampak oleh mata sangat bervariasi, tergantung letak area perlekatan gusi. Penyikatan gigi yang berlebihan dapat mengakibatkan turunnya area perlekatan gusi, sehingga gigi tampak lebih panjang. Sedangkan mahkota gigi akan tampak lebih pendek pada pemakaian gigi yang berlebihan (Pratiwi, 2009).

2.1.4 Gingiva

Gingivae atau gusi terdiri dari dense irregular connective tissue yang dilapisi oleh nonkeratinized stratified squamous epithelium yang menutupi

alveolar processes pada rahang atas dan bawah serta meliputi leher bagian gigi. Permukaan internal bibir atas dan bawah kedua-duanya melekat pada gusi pada lipatan nipis di bagian garis tengah yang dikenal sebagai labia frenulum

(McKinley dan O’Loughlin, 2008).

Gingiva berjalan melapisi tonjolan alveolar dan berakhir pada leher gigi. Gingiva yang mengelilingi leher gigi direkatkan oleh cincin yang disebut

junctional epithelium. Gingiva yang sehat biasanya berwarna merah muda, tergantung etnis individu. Makin gelap kulit seseorang, makin gelap pula warna merah gingivanya. Konsistensinya padat dan melekat pada tulang alveolar di bawahnya.

Gingiva dibagi menjadi tiga area yaitu area paling atas disebut free marginal gingiva yaitu gingiva yang tidak melekat pada tulang alveolar. Di bawahnya adalah attached gingiva, yaitu area gingiva yang melekat pada tulang alveolar dengan lebar yang bervariasi. Interdental gingiva adalah bagian gingiva yang berada di antara gigi. Sulkus gingiva pula adalah kantung yang berjalan dari

marginal gingiva sampai junctional epithelium.

Serat periodontal adalah penyambung akar gigi dengan tulang alveolar yang mengandung serat kolagen, sel saraf, dan pembuluh darah. Serat ini berfungsi untuk memegang gigi dan tempat perlekatannya tersebar merata di sepanjang sementum akar gigi.

(8)

2.1.5 Air Liur

Air liur atau saliva merupaan campuran berbagai cairan yang terdapat dalam rongga mulut. Cairan ini berasal dari kelenjar saliva mayor dan minor. Saliva berfungsi sebagai cairan pembersih dalam mulut, sehingga diperlukan dalam jumlah yang cukup. Kekurangan saliva akan membuat tingginya jumlah plak dalam mulut. Tingkat keasaman saliva juga berpengaruh terhadap timbulnya lubang gigi atau karies. Semakin asam, semakin mudah terjadinya karies gigi.

2.2 Konsep Dasar Oral Hygiene

Kebersihan rongga mulut adalah tindakan untuk membersihkan dan menyegarkan mulut,gigi dan gusi untuk mecegah dari penyakit gigi dan mulut, mencegah penyakit penularan yang penularannya melalui mulut, mempertinggi daya tahan tubuh badan, dan memperbaiki fungsi mulut untuk meningkatkan nafsu makan (Hermawan, 2010).

Mengapa oral hygiene amat penting dalam kehidupan kita? Menurut Hermawan (2010), terdapat teori tentang infeksi fokal yang banyak mendapat perhatian selama abad 19 dan awal abad 20. Teori ini menyebutkan bahawa infeksi bertanggungjawab atas inisiasi dan progresi berbagai penyakit inflamasi seperti radang sendi, tukak lambung dan radang usu buntu.

Kemajuan dalam klasifikasi dan identifikasi kuman bakteri rongga mulut dan bidang imunologi, semakin meyakinkan adanya peran penting infeksi gigi terhadap berbagai penyakit sistemik seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit paru, penyakit gula, stroke, kanker dan sebagainya. Juga menjadi semakin jelas bahawa gigi dan rongga mulut dapat menjadi tempat asal bagi desiminasi mikroorganisme penyebab penyakit kebagian tubuh yang lain.

Tidak semua bakteri rongga mulut membahayakan. Sebagian besar justru dibutuhkan sebagai flora normal mulut. Bakteri yang potensial menimbulkan penyakit gigi dan banyak pula dijumpai pada penyakit sistemik yaitu golongan bakteri anaerob negatif. Antara lain adalah P.Gingivilis, B.Intermedius dan

A.Actinomyecetemcommitans. Bakteri-bakteri ini dominan pada radang gusi dan radang sekitar hujung akar gigi sampai terjadi bengkak atau abses.

(9)

Bakteri rongga mulut yang dapat menyebar melalui aliran darah disebut sebagai bakteriemia. Yang menyebar bisa bakteri itu sendiri maupun racun yang dihasilkannya yaitu dikenal sebagai endotoksin atau eksotoksin. Beberapa penelitian mengenai bakteriemia ini layak disimak. Bakteriemia diamati pada 100% pasien setelah cabut gigi, 70% setelah pembersihan karang gigi, pada 55% setelah pembedahan gigi geraham bungsu, 20% setelah perawatan akar gigi, dan 55% setelah operasi amandel.

Pada kondisi kesehatan mulut normal, hanya sejumlah kecil bakteri fakultatif dan tidak membahayakan masuk ke aliran darah. Namun pada kondisi kebersihan mulut jelek, jumlah bakteri pada permukaan gigi meningkat dua hingga sepuluh kali lipat sehingga peluang untuk menjadi bakteriemia menjadi lebih besar. Kecuali lewat bakteriemia, adanya rangkaian reaksi imunologis yang dipicu oleh infeksi di rongga mulut, merupakan penjelasan lain mengapa problem gigi dapat merambat ke penyakit-penyakit serius yang bisa berujung dengan kematian.

Cara penjagaan oral yang baik adalah seperti berikut:

 Melakukan pembersihan gigi yang dilakukan secara mandiri dan profesional. Perawatan mandiri dapat dilakukan di rumah dengan sikat gigi teratur, dua kali sehari dengan metode yang benar. Tindakan dengan membersihkan gigi dengan benang gigi (flossing) dapat dilakukan satu hingga dua kali sehari. Guna pasta gigi berfluorida. Hindari dari makan makanan ringan dan minuman manis untuk mengurangkan kerusakan gigi.Secara profesional, kita hendaklah mengunjungi dokter gigi secara rutin tiap enam bulan sekali untuk pembersihan yang tidak dapat dilakukan di rumah dan dapat melakukan pendeteksian awal gangguan-gangguan gigi dan mulut yang kita belum sadari ( Razak, 2007).

 Makanan yang lengket dan kenyal, seperti permen atau buah yang dikeringkan sebaiknya dimakan saat makan biasa dan bukan antara waktu makan. Jika perlu, sikat gigi setiap kali habis makan.

 Penggunaan pelapis gigi (dental sealants) sangat perlu untuk mencegah gigi berlubang. Lapisannya yang tipis seperti plastik dioleskan pada daerah

(10)

permukaan gigit gigi geraham. Pelapisan ini berguna untuk mencegah akumulasi plak pada cekungan gigi yang dalam dan sulit dicapai sikat untuk dibersihkan. Sealants ini biasanya diaplikasikan pada anak-anak saat gigi geraham tetapnya tumbuh. Sealant juga dapat diaplikasikan pada gigi dewasa yang masih utuh atau belum berlubang.

 Fluorida sering direkomendasikan sebagai perlindungan terhadap lubang gigi. Penelitian juga menunjukkan jumlah lubang gigi lebih sedikit setelah mengkonsumsi air yang mengandung fluor. Fluor dapat dikonsumsi saat struktur email gigi sedang mengalami tumbuh kembang, dengan demikian fluor dapat melindungi email dari asam. Anak yang berusia di bawah 12 tahun haruslah mengkonsumsi air atau mengkonsumsi suplemen yang mengandungi fluor jika tinggal di daerah yang tidak menerima pelayanan fluor pada air mereka (Anonim, 2007).

 Peletakan fluor secara topikal juga direkomendasikan untuk melindungi permukaan gigi. Hal ini didapat dari kandungan fluor dalam pasta gigi atau obat kumur. Pelapisan fluor secara topikal ini dapat juga dilakukan saat kunjungan ke dokter gigi, setelah pembersihan rutin gigi.

 Makan permen karet dengan xylitol mulai banyak dilakukan di beberapa negara untuk melindungi gigi. Efeknya dalam mengurangi jumlah plak yang dilihat berdasarkan kerja bakteri terhadap xylitol untuk memproduksi asam, tidak seperti pada jenis gula lainnya (Pratiwi, 2009).

Dengan penjagaan gigi yang baik bukan saja dapat mencegah penyakit oral, melainkan juga untuk memelihara kesehatan umum yang baik selain dari memperlihatkan tampang wajah yang bagus, memudahkan untuk makan dan juga berbicara tanpa merisaukan bau mulut.

2.3 Pendidikan Kesehatan Gigi

Pendidikan kesehatan gigi merupakan metode untuk memotivasi pasien agar membersihkan mulut mereka dengan efektif. Pendekatan ini sebaiknya tidak dianggap sebagai instrukter dokter tetapi lebih merupakan dorongan atau ajakan agar pasien sadar akan pentingnya menjaga kebersihan mulut.

(11)

Pendekatan ini ditujukan sedini mungkin pada anak-anak, dan orang dewasa yang belum memiliki pemahaman yang benar. Suksesnya pendidikan ini sangat tergantung dari intensitas dokter gigi dalam memberikan dorongan setiap kali pasien datang.

Apa saja pendidikan kesehatan gigi itu? Pendidikan kesehatan gigi meliputi metode penyikatan gigi, flossing, dan pengontrolan pola makan. Pendidikan kesehatan gigi dapat diberikan saat pasien datang ke dokter gigi dan pada setiap kunjungan terdapat beberapa metode yang akan dilakukan.

Pada kunjungan pertama, biasanya akan dilakukan pemeriksaan menyeluruh tentang kebersihan mulut, pemeriksaan tentang kebiasaan pasien dalam membersihkan mulut, penjelasan serta anjuran dokter gigi. Dokter gigi akan memeriksa berapa banyak plak dan sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi. Hasil pemeriksaan ini kemudian dimasukkan dalam catatan status kebersihan mulut pasien dan dikelompokkan dengan pernyataan baik, sedang atau buruk.pencatatan hasil kebersihan mulut ini akan dibandingkan dengan hasil pada kunjungan berikutnya.

Jika status kesehatan mulut pasien adalah sedang atau buruk, maka pasien akan diminta untuk menunjukkan cara membersihkan gigi yang biasa dilakukan dirumah. Dengan mengamati hal ini, barulah dokter gigi dapat menentukan apakah pasien perlu diberikan saran tertentu untuk memperbaiki kebiasaan cara membersihkan mulut.

Dalam memberi penjelasan serta anjuran oleh dokter gigi, biasanya mereka akan menjelaskan tentang pentingnya kebersihan rongga mulut dan gigi. Selain itu, dokter gigi akan medemonstrasikan cara pembersihan gigi pada model contoh gigi, merekomendasikan pemakaian jenis sikat gigi yang baik dan pasta gigi yang mengandung fluor serta merekomendasikan frekuensi penyikatan gigi dalam sehari dan kapan waktu yang tepat untuk menyikat gigi serta durasi waktu berapa lama setiap kali pembersihan mulut dilakukan.

Pada kunjungan kedua biasanya akan dilakukan evaluasi dan mengulangi anjuran secara lebih terperinci. Dokter gigi akan melihat dan mengevaluasi apakah ada kemajuan pada hasil pemeriksaan kebersihan mulut. Karena tindakan

(12)

pembersihan yang efektif baru diajarkan dan tidak mudah untuk dilaksanakan. Seringkali hasil yang didapatkan tidak menunjukkan kemajuan seperti yang diharapkan. Dalam hal ini, dokter gigi selalu menganjurkan untuk tetap memotivasi pasien. Selain itu, juga akan dilakukan pertanyaan tentang kesulitan pasien saat membersihkan gigi sendiri di rumah dan memberikan solusi teknik yang mudah untuk diaplikasi.

Pada kunjungan yang berikutnya, dokter gigi akan mengulangi seluruh proses seperti pada kunjungan pertama dan akan memberikan dorongan untuk mempertahankan tingkat kebersihan mulut yang sudah baik. Ini karena, kebiasaan yang baik biasanya akan bertahan jika terus diberikan motivasi.

2.3.1 Sikat Gigi

Sikat gigi yang dijual di pasaran terdiri dari dua jenis yaitu manual dan elektrik. Antara ciri-ciri sikat gigi yang baik adalah bulu sikat yang halus sehingga tidak merusak email dan gusi serta kepala sikat yang ramping atau bersudut, sehingga mempermudah pencapaian sikat di daerah mulut bagian belakang yang sulit dijangkau.

Ada dua macam bulu yang digunakan untuk sikat gigi yaitu bulu asli dari rambut hewan dan bahan sintetik seperti nilon. Tetapi kini, sikat gigi umumnya dibuat dengan bahan sintetik. Walaupun bahan buku hewan dan sintetik termasuk efektif dalam mengangkat plak, tetapi bahan sintetik lebih unggul dalam hal keseragaman ukuran, elastisitas, daya tahan terhadap kepatahan dan dorongan air.

Dalam hal ini, bulu sikat yang lembut lebih dianjurkan pemakaiannya karena fleksibel dan efektif membersihkan lekukan dan daerah yang sulit dijangkau. Sedangkan bulu sikat yang keras tidak dapat menghilangkan karang, noda, atau memutihkan gigi.

Sebaiknya sikat gigi diganti setelah tiga bulan pemakaian. Tetapi jika dalam waktu seminggu sikat sudah terlihat tidak laya pakai, berarti terdapat kesalahan cara kita menyikat gigi. Satu hal yang dapat diperhatikan, tiap orang sebaiknya memiliki sikat gigi peribadi dan jangan dipakai bersama-sama dengan anggota keluarga yang lainnya.

(13)

Walaupun kita selalu mengatakan telah menyikat gigi dua kali sehari, namun sebagian besar orang tetap memiliki plak dalam mulutnya. Hal ini menunjukkan bahawa metode pembersihan yang dilakukan belum tepat. Ada beberapa metode yang disarankan para ahli, namun belum dapat dibuktikan metode mana yang terbaik. Antara metode tersebut adalah Scrub, Roll, Bass, Stillman, Fones, dan Charters.

 Pada metode Scrubs, dia telah memperkenalkan cara sikat gigi dengan menggerakkan sikat secara horizontal. Ujung bulu sikat diletakkan pada area batas gusi dan gigi, kemudian digerakkan maju dan mundur berulang-ulang.

 Roll pula memperkenalkan cara menyikat gigi dengan gerakan memutar mulai dari permukaan kunyah gigi belakang, gusi dan seluruh permukaan gigi sisanya. Bulu sikat diletakkan pada area batas gusi dan gigi dengan posisi paralel dengan sumbu tegaknya tinggi.

 Bass memperkenalkan cara dengan meletakkan bulu sikatnya pada area batas gusi dan gigi sambil membentuk sudut 45 derajat dengan sumbu tegak gigi. Sikat gigi digetarkan di tempat tanpa mengubah-ubah posisi bulu sikat.

 Stillman mengaplikasikan metode dengan menekan bulu sikat dari arah gusi ke gigi secara berulang. Setelah sampai dipermukaan kunyah, bulu sikat digerakkan memutar. Bulu sikat diletakkan pada area batas gusi dan gigi sambil membentuk sudut 45 derajat dengan sumbu tegak gigi seperti metode Bass.

 Fones mengutarakan metode gerakan sikat secara horizontal sementara gigi ditahan pada posisi menggigit atau oklusi. Gerakan dilakukan memutar dan mengenai seluruh permukaan gigi atas dan bawah.

 Charters pula memperkenalkan cara dengan meletakkan bulu sikat menekan gigi dengan arah bulu sikat menghadap permukaan kunyah atau oklusal gigi. Arahkan 45 derajat pada daerah leher gigi. Tekan pada daerah gigi dan sela-sela gigi kemudian getarkan minimal sepuluh kali pada tiap-tiap area dalam mulut. Gerak berputar dilakukan terlebih dahulu untuk

(14)

membersihkan daerah mahkota gigi. Metode ini baik untuk membersihkan plak di daerah sela-sela gigi, pada pasien yang memakai alat ortodontik kawat gigi dan pada pasien dengan gigi tiruan yang permanen.

Setiap metode yang telah disarankan oleh beberapa dokter gigi ahli memiliki kesulitan tersendiri. Bagi anak-anak disarankan memulai dengan metode Scrubs dan dilanjutkan dengan metode Bass. Secara umum, sampai saat ini disimpulkan bahawa cara sikat gigi yang paling efektif adalah dengan mengkombinasikan metode-metode tersebut.

2.3.2 Pasta Gigi

Pasta gigi adalah pasta atau gel yang digunakan untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut dengan cara mengangkat plak dan sisa makanan, termasuk menghilangkan bau atau mengurangi bau mulut. Pasta gigi juga dapat membantu menguatkan struktur gigi dengan kandungan fluor.

Jumlah pasta gigi yang diletakkan pun tidak perlu sepanjang pemukaan bulu sikat, melainkan seperlunya saja. Jadi bukan jumlah pasta gigi yang berpengaruh terhadap kebersihan gigi, tetapi cara menyikatnya. Kemudian, busa yang terbentuk saat menyikat gigi sebaiknya tidak ditelan.

Apakah kandungan pasta gigi? Pasta gigi mengandungi sodium fluorida (NaF) yang merupakan bahan aktif yang paling utama dan popular dalam pasta gigi untuk mecegah lubang pada gigi. Beberapa merek mengandung sodium monofluorofosfat (SMFP). Hampir seluruh pasta gigi yang dipasarkan di Amerika memiliki 1000-1100 bagian per milion NaF atau SMFP. Konsistensi ini menunjukkan bahawa pasta gigi yang murah sama bagusnya dengan yang mahal.

Banyak pasta gigi mengandung sodium lauryl sulfate (SLS). SLS juga biasa terkandung dalam shampu atau sabun yang kita pakai sehari-hari. SLS pada beberapa orang dapat menyebabkan luka pada mulut seperti ulkus karena bersifat mengeringkan lapisan pelindung mulut sehingga jaringan di bawahnya menjadi rusak.

Bahan seperti baking soda, enzim, vitamin, herbal, kalsium dan hidrogen peroksida biasanya dikombinasikan untuk lebih menyempurnakan fungsi pasta

(15)

gigi. Beberapa pasta gigi dapat menimbulkan rasa mual atau muntah dan diare jika ditelan dalam jumlah yang tertentu. Jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan fluorosis. Karena itu, penggunaan pasta gigi pada balita perlu dilakukan pengawasan orang tua.

Kalsium dalam pasta gigi dapat berasal dari tulang hewan atau dari jeruk nipis. Kaum vegetarian biasanya menghindari penggunaan produk yang berasal dari hewan. Oleh karena itu, di India dipasarkan pasta gigi khusus untuk para vegetarian.

2.3.3 Flossing atau Benang Gigi

Flossing merupakan tindakan pembersihan gigi dengan menggunakan

dentalfloss atau yang lebih dikenal dengan benang gigi. Flossing bertujuan untuk mengangkat sisa makanan di antara gigi yang tidak tercapai dengan sikat gigi. Idealnya, flossing dilakukan setelah menyikat gigi sehingga upaya pembersihan gigi menjadi sempurna.

American Dental Association (ADA) menyarankan flossing dilakukan minimal sekali sehari. Caranya dengan melingkarkan benang gigi di sekeliling gigi berbentuk huruf C dan menggeserkannya pada permukaan gigi dari arah garis gusi ke luar sampai tiga kali per gigi dan diulangi di bagian sebelahnya. Tetapi, cara flossing yang salah dapat menyebabkan luka pada gusi dan tidak membersihkan plak dengan efektif.

ADA telah membuat penelitian tentang efek terhadap flossing dan mendapati terjadi penurunan kasus lubang gigi jika dilakukan flossing setiap hari sekali. Sebagian dokter gigi merekomendasikan penggunaan pengangkat plak berbentuk seperti tusuk gigi sebagai pengganti flossing. Namun tampaknya penggunaannya masih kurang mendapat dukungan. Hal ini disebabkan banyaknya keluhan iritasi dan infeksi gusi terjadi akibat penggunaan alat tersebut.

Cara pemakaian benang gigi yang benar menurut Pratiwi (2009) adalah: 1. Ambil benang gigi secukupnya (kira-kira 10-15cm).

(16)

3. Lewatkan benang perlahan melalui titik kontak dengan menggerakkan benang dari arah depan ke belakang. Hindari penekanan yang berlebihan karena dapat mengiritasi daerah gusi antara gigi.

4. Gerakkan benang dari arah gusi ke gigi (jangan sebaliknya) dengan penekanan ke arah gigi supaya dapat mengangkat sisa-sisa kotoran dengan sempurna.

5. Setelah melakukan flossing di seluruh gigi, berkumurlah untuk mengangkat sisa-sisa kotoran yang masih terjebak di antara gigi.

2.3.4 Obat Kumur

Obat kumur biasanya bersifat antiseptik yang dapat membunuh kuman sebagai timbulnya plak, radang gusi, dan bau mulut. Namun, tindakan berkumur tidak mengeliminir perlunya penyikatan gigi. Obat kumur juga dapat menjadi penyegar mulut atau mengurangi bau mulut seusai makan.

Penggunaan obat kumur biasanya sekitar 20ml setiap habis bersikat gigi dua kali sehari. Obat kumur dikulum dalam mulut selama 30 detik dan kemudian dikeluarkan.

Bahan lain yang juga digunakan adalah air, pemanis seperti sorbitol dan sodium sakarin, dan alkohol 20 persen. Kandungan alkohol ini perlu diwaspadai karena ada kontraindikasi. Beberapa merek obat kumur akhir-akhir ini banyak yang tidak memiliki kandungan alkohol di dalamnya.

Beberapa obat kumur dibuat khusus untuk mengatasi plak gigi. Bahan aktif yang terkandung adalah mentol (0,042%), timol (0,064%), metal salisilat (0,060%), dan eukaliptol (0,092%). Bahan lain yang juga terkandung adalah air, alkohol 21,6%, sorbitol, perasa, sodium sakarin, dan asam benzoat.

Obat kumur yang mengandung garam dapat dibuat sendiri di rumah. Caranya dengan melarutkan garam dengan takaran satu sendok teh dalam segelas air hangat. Namun hal ini secara spesifik hanya dilakukan untuk mengatasi keluhan abses atau keradangan lainnya di dalam mulut, dan bukan untuk menyegarkan.

(17)

2.3.5 Pola Makan

Faktor yang paling penting dalam hubungan diet dan kesehatan gigi adalah frekuensi konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, terutama sukrosa. Jika sisa makanan ini membentuk plak yang kemudiaanya menghasilkan asam dengan pH di bawah 5,5 maka terjadilah pengrusakan email gigi sebagai tahap awal munculnya gigi berlubang. Sukrosa ini banyak terkandung pada makanan manis dan camilan. Karena itu, tujuan utama diet yang berhubungan dengan kesehatan gigi adalah motivasi setiap orang untuk mengontrol frekuensi dalam mengkonsumsi jenis makanan yang mengandung karbohidrat.

Oleh itu, perlu dilakukan analisis diet yang dilakukan sendiri sehari-hari agar dapat memantau dan mengelakkan dari kesehatan gigi kita menurun. Dalam menganalisis diet, pasien akan disosialisasikan mengenai jenis makanan dengan risiko rendah terhadap gigi berlubang atau disebut dengan makanan nonkariogenik. Daging atau produk yang mengandung daging, wortel, dan jenis sayuran lainnya, serta kacang dan keju termasuk jenis makanan yang direkomendasikan (Pratiwi, 2009).

Gambar

Gambar 2.1. Rongga mulut manusia. Sumber: Tortora dan Derrickson, 2006.
Gambar 2.2. Jenis-jenis gigi manusia. Sumber: Pratiwi, 2009.

Referensi

Dokumen terkait

The objective of this research is to find the effects of inflation, interest rates, money supply and exchange rates on LQ 45 and Jakarta Islamic Index in Indonesia

Bila kita tindak lanjutin permasalahan yang terjadi di antrian ini adalah di antrian ini adalah bagaimana bagaimana kita bisa menemukan suatu nilai atau suatu waktu yang

PLTU yang menjadi objek penelitian adalah PLTU Suralaya unit 1-4 yang memiliki transformator pemakaian sendiri yaitu unit SST (Station Service Transformator)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas X MAN 1 Stabat dalam materi trigonometri, faktor-faktor penyebab

1 INPUT B pimpinan UGD A Administrasi 2 PROSES 3 OUTPUT D1 Kriteria D2 Pasien D3 Layanan D6 Hasil Data Kriteria C Pasien Data pasien Data Kriteria Data Dokter Data Hasil Data

Dapat pula dikatakan bahwa seorang karyawan di perusahaan yang menerapkan keadilan prosedur evaluasi tetap akan merasa puas dengan pekerjaannya walaupun tanpa

E-Commerce merupakan satu set dinamis teknologi, aplikasi, dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan, konsumen, dan komunitas tertentu melalui transaksi

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah diadakan evaluasi atas Dokumen Kualifikasi Seleksi Umum Pengadaan Jasa Konsultansi oleh Pokja Jasa Konsultansi ULP Kabupaten Bolaang