1.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PT TransNusa Aviation Mandiri biasa disingkat menjadi TransNusa merupakan maskapai penerbangan domestik di Indonesia yang menyediakan layanan transportasi udara untuk daerah Indonesia Timur sesuai dengan izin terbang dari Kementerian Perhubungan. Setiap unit pesawat harus dalam kondisi baik untuk menghindari kerusakan teknis ketika terbang.
Sampai dengan penelitian ini dilakukan, pengelolaan data inspeksi pesawat pada maskapai penerbangan TransNusa ditulis secara manual pada dokumen Aircraft
Flight & Maintenance Log (AFML). Terdapat lima buah pesawat dengan total 24 rute
penerbangan. Satu pesawat yang sedang beroperasi memiliki satu dokumen AFML yang memuat minimal dua rute penerbangan. Setiap dokumen harus diisi datanya oleh pilot dan engineer yang bertugas saat itu. Kemudian Divisi Technical Service harus memindahkan data dari dokumen AFML ke file dalam format excel sebelum membuat Job Order dan Task Card. Jika terdapat angka yang kurang jelas, maka Divisi
Technical Service harus menunggu dokumen asli untuk menghindari kesalahan
pencatatan atau meminta konfirmasi dari engineer yang mencatat dokumen tersebut. Hal ini bisa menyebabkan keterlambatan dari Divisi Technical Service dalam menyerahkan Job Order dan Task Card ke Divisi Line Maintenance, akibatnya Divisi
Line Maintenance bekerja secara cepat karena pesawat harus kembali terbang sesuai
dengan jadwal yang ditentukan. Proses inspeksi yang cepat akan mengurangi tingkat ketelitian yang mengakibatkan pesawat belum tentu dalam kondisi baik ketika terbang.
membantu divisi Technical Serice dan divisi Line Maintenance dalam pengolahan data tentang pemeliharaan dan perbaikan pesawat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana pilot/engineer mampu melaporkan flight hours dan flight cycle setiap pesawat kurang dari 30 menit yang sebelumnya membutuhkan waktu satu jam? b. Bagaimana membantu Technical Service memformulasikan laporan dari
pilot/engineer secara otomatis sehingga dapat menentukan unit pesawat dan
komponennya yang harus dilakukan inspeksi/perawatan?
c. Bagaimana membantu Technical Service melakukan estimasi tentang lokasi yang tepat sebagai tempat untuk inspeksi pesawat (bandara, hangar, atau bengkel
overhaul) berdasarkan jumlah flight hours dan flight cycle?
d. Bagaimana membantu memfasilitasi Divisi Technical Service dalam membuat jadwal inspeksi dan Job Order?
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai adalah membangun aplikasi Aircraft Maintenance System (AMS) Pesawat Fokker 50 yang mampu:
a. Membantu pilot/engineer melaporkan flight hours dan flight cycle setiap pesawat kurang dari 30 menit setelah landing;
b. Memformulasikan laporan dari Technical Service sehingga dapat menentukan unit pesawat dan komponennya yang harus dilakukan inspeksi/perawatan; c. Menentukan estimasi tentang lokasi yang tepat sebagai tempat untuk inspeksi
pesawat (bandara, hangar, atau bengkel overhaul);
d. Membantu petugas Divisi Technical Service dalam memilih jadwal inspeksi dan menyediakan Job Order berdasarkan komponen yang akan diinspeksi.
1.4 Batasan Masalah
Dalam pembuatan aplikasi Aircraft Maintenance System (AMS) Pesawat Fokker 50 terdapat beberapa batasan masalah yaitu:
a. Aplikasi dibangun hanya untuk melakukan pengelolaan flight hours dan flight
cycle dan pembuatan Job Order perawatan pesawat;
b. Aplikasi tidak menangani data sumber daya yang terlibat baik pada divisi
technical service maupun divisi line maintenance;
c. Aplikasi tidak menangani stok spare part;
d. Aplikasi tidak menangani pergantian unit pesawat;
e. Aplikasi tidak menangani prosedur penanganan unit pesawat yang sudah tidak layak terbang;
f. Aplikasi tidak mengelola jadwal penerbangan pilot maupun jadwal pegawai yang sedang bertugas.
1.5 Definisi Operasional
Aplikasi Aircraft Maintenance System (AMS) Pesawat Fokker 50 merupakan aplikasi/perangkat lunak berbasis web perawatan pesawat yang dibuat untuk membantu divisi Technical Service dan divisi Line Maintenance dalam pengolahan data tentang pemeliharaan dan perbaikan pesawat berdasarkan flight hours dan
flight cycle.
Aplikasi ini digunakan oleh Technical Service untuk mengelola flight hours dan flight
cycle setiap pesawat beserta komponennya. Selain itu Technical Service juga dapat
membuat Job Order beserta Task Card yang ditujukan kepada divisi Line
Maintenance untuk melakukan inspeksi terhadap pesawat. Divisi Line Maintenance
juga menggunakan aplikasi ini untuk melihat jadwal inspeksi, mengirim laporan
Maintenance Release, dan mengirim kembali Job Order, dan Task Card kepada divisi Technical Service.
jadwal yang dibuat Technical Service yang berisi daftar pesawat yang harus melakukan inspeksi.
1.6 Metode Pengerjaan
Pembangunan aplikasi “Aircraft Maintenance System (AMS) Pesawat Fokker 50 pada PT TransNusa Aviation Mandiri Berbasis Web” menggunakan model prototipe. Model prototipe merupakan pendekatan yang fleksibel karena model prototipe dirancang secara eksplisit mampu untuk mengakomodasi suatu produk yang akan berubah secara perlahan sepanjang waktu. Model proses evolusioner ini bersifat iteratif. Model proses evolusioner ini dicirikan dalam bentuk yang memungkinkan kita mengembangkan perangkat lunak yang semakin kompleks pada versi-versi yang berikutnya [1].
Berikut adalah tahapan-tahapan model prototipe yang digunakan untuk membangun aplikasi “Aircraft Maintenance System (AMS) Pesawat Fokker 50 pada PT TransNusa Aviation Mandiri Berbasis Web”, yaitu:
a. Komunikasi
Tahap komunikasi berupa survey data dan tanya-jawab mengenai proses bisnis dan kendala yang dihadapi ketika melakukan aktifitas inspeksi pesawat pada maskapai TransNusa. Hasil dari survey data dan tanya-jawab menghasilkan beberapa data berikut:
1) Dokumen Aircraft Flight & Maintenance Log (AFML); 2) Dokumen Job Order & Task Card;
3) Dokumen Next Inspection Schedule; 4) Struktur organisasi;
5) Proses bisnis inspeksi pesawat. b. Perencanaan
Tahap perencanaan berupa penyusunan sistem usulan terkomputerisasi berbasis web. Tahap ini berupa analisis kebutuhan sistem yang akan dibangun, fitur yang ditawarkan, dan perangkat lunak serta perangkat keras yang dibutuhkan selama pembangunan aplikasi.
c. Pemodelan
Tahap pemodelan berupa desain/prototipe dari sistem yang akan dibangun. Desain sistem dibuat dalam bentuk gambar sesuai dengan kebutuhan sistem yang direncanakan untuk memudahkan proses penyusunan kode program. Desain yang sudah disetujui akan diimplementasikan pada tahapan selanjutnya yaitu konstruksi.
d. Pembentukan prototipe
Tahap pembentukan prototipe merupakan tahap penyusunan kode program dan pengujian. Kode program akan menggunakan bahasa pemrograman java sebagai dasarnya. Penyusunan kode program untuk aplikasi mengikuti desain yang sudah disetujui. Kode program yang sudah jadi aplikasi akan diuji performansinya sebelum diserahkan ke maskapai TransNusa.
e. Penyerahan Sistem
Tahap penyerahan sistem merupakan tahap akhir dari metode model prototipe. Pada tahap ini aplikasi serta dokumen yang sudah jadi diserahkan kepada maskapai TransNusa dan di-install pada divisi yang membutuhkan, yaitu Divisi
Technical Service dan Divisi Line Maintenance.
1.7 Jadwal Pengerjaan
Berikut ini adalah jadwal pengerjaan aplikasi yang terdiri dari tiga tahap. Setiap tahap terdapat enam kegiatan sesuai dengan pemodelan prototipe yaitu komunikasi, perencanaan, pemodelan, pembentukan prototipe, penyerahan sistem, dan dokumentasi. Tahap pertama merupakan perancangan awal aplikasi sesuai dengan standar operasional prosedur sistem yang ada saat ini.
Tabel 1-1 Jadwal Pengerjaan tahap 1
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Komunikasi 2 Perencanaan 3 Pemodelan No Jenis Kegiatan Jadwal Pengerjaan
Pada pengerjaan tahap kedua melanjukan pemembuatan aplikasi sesuai dengan rencana tahap satu. Terdapat pengulangan komunikasi untuk konfirmasi bahwa prototipe sudah sesuai dengan rencana tahap pertama dan terdapat penyesuaian fungsional.
Tabel 1-2 Jadwal Pengerjaan tahap 2
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Komunikasi 2 Perencanaan 3 Pemodelan 4 Pembentukan prototipe 5 Penyerahan Sistem 6 Dokumentasi No Jenis Kegiatan Jadwal Pengerjaan
Juni'15 Jul'15 Nov'15 Des'15 Jan'16 Juni'16
Pengerjaan tahap ketiga fokus untuk menyelesaikan aplikasi sesuai dengan beberapa penyesuaian fungsionalitas dan formula yang digunakan.
Tabel 1-3 Jadwal Pengerjaan tahap 3
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Komunikasi 2 Perencanaan 3 Pemodelan 4 Pembentukan prototipe 5 Penyerahan Sistem 6 Dokumentasi No Jenis Kegiatan Jadwal Pengerjaan