• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VIII ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VIII ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VIII

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

Aspek Lingkungan 8.1

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPIJM bidang Cipta Kary a oleh Pemerintah Kabupaten Banyuasin telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut :

UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 

UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 

Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah 

Nasional Tahun 2010-2014

Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup 

Strategis

Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan 

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah

kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) 8.1.1

Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena:

RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan o

infrastruktur.

KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJM adalah karena RPIJM o

(2)

prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup

KLHS disusun oleh Tim Satgas RPIJM Kabupaten Banyuasin dengan dibantu oleh Badan Lingkungan Hidup sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung

dengan perlindungan dan pengelolaan li ngkungan hidup di Kabupaten Banyuasin . Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan. Tahap awal dilakukan dengan penapisan (screening) dengan menyusun tabel 5.1

Tabel 8. 1. Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya No. Kriteria Penapisan

Penilaian Uraian

Pertimbangan* Kesimpulan:(Signifikan/ Tidak Signifikan) 1. Perubahan Iklim Sektor Pengembangan Permukiman, Sektor

Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sektor Pengembangan Air Minum, Sektor

Pengembangan Penyehatan lingkungan permukiman berdampak terhadap lingkungan

Signifikan untuk di-KLHS-kan

2. Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati

Sektor Pengembangan Permukiman, Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sektor Pengembangan Air Minum, Sektor

Pengembangan Penyehatan lingkungan permukiman berdampak terhadap lingkungan

Signifikan untuk di-KLHS-kan

3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaranhutan dan lahan,

Sektor Pengembangan Permukiman, Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sektor Pengembangan Air Minum, Sektor

Pengembangan Penyehatan lingkungan permukiman berdampak terhadap lingkungan

Signifikan untuk di-KLHS-kan

4. Penurunan mutu dan kelimpahan

sumber daya alam

Sektor Pengembangan Permukiman, Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sektor Pengembangan Air Minum, Sektor

Pengembangan Penyehatan lingkungan permukiman berdampak terhadap lingkungan

Signifikan untuk di-KLHS-kan

5. Peningkatan alih fungsi kawasan

hutan dan/atau lahan,

Sektor Pengembangan Permukiman, Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sektor Pengembangan Air Minum, Sektor

Pengembangan Penyehatan lingkungan permukiman berdampak terhadap lingkungan

Signifikan untuk di-KLHS-kan

(3)

6. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat

Sektor Pengembangan Permukiman, Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sektor Pengembangan Air Minum, Sektor

Pengembangan Penyehatan lingkungan permukiman berdampak terhadap lingkungan

Signifikan untuk di-KLHS-kan

7. Peningkatan risiko terhadap

kesehatan dan keselamatan manusia

Sektor Pengembangan Permukiman, Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sektor Pengembangan Air Minum, Sektor

Pengembangan Penyehatan lingkungan permukiman berdampak terhadap lingkungan

Signifikan untuk di-KLHS-kan

Tahapan KLHS sebagai berikut :

Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Kabupaten 1

Banyuasin, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut: Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya

(4)

Tabel 8.2 Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya

Masyarakat dan Pemangku

Kepentingan Lembaga di Banyuasin

Pembuat keputusan a. Bupati

Pembuat keputusan b. DPRD

Penyusun kebijakan, rencana dan/atau program

Dinas PU-Cipta Karya

Instansi a. Dinas PU-Cipta Karya

b. BLH Masyarakat yang memiliki

informasi dan/atau keahlian (perorangan/tokoh/ kelompok)

a. Perguruan tinggi atau lembaga penelitian

Masyarakat yang memiliki informasi dan/atau keahlian

b. Asosiasi profesi Masyarakat yang memiliki

informasi dan/atau keahlian (perorangan/tokoh/ kelompok)

c. Forum-forum pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup Masyarakat yang memiliki

informasi dan/atau keahlian

d. LSM/Pemerhati Lingkungan hidup Masyarakat yang memiliki

informasi dan/atau keahlian

e. Perorangan/tokoh Masyarakat yang memiliki

informasi dan/atau keahlian (perorangan/tokoh/ kelompok)

f. kelompok yang memiliki data dan informasi berkaitan dengan SDA Masyarakat terkena Dampak a. Lembaga Adat

Masyarakat terkena Dampak b. Asosiasi Pengusaha Masyarakat terkena Dampak c. Tokoh masyarakat Masyarakat terkena Dampak d. Organisasi masyarakat

(5)

Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan b.

Tabel 8.3 Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya

Isu

Pembangunan

Berkelanjutan

(PB)

Deskripsi Isu (Data dan Informasi Terkait Isu PB)

Badan Air

Ketersediaan air tawar bagi para pengguna secara umum dan

saat kemarau (populasi perkotaan, irigasi, keperluan industri,

dsb.)

Kualitas air secara umum dan saat kemarau

Habitat penting yang membutuhkan air (lahan basah, tempat

pemijahan) dan keterkaitannya

Spesies ekosistem air tawar yang terancam punah ataupun

hampir punah

Praktek penangkapan jenis ikan air tawar yang bernilai

ekonomi tinggi/jenis ikan yang bermigrasi

(atau jenis ikan

yang menjadi sumber mata pencaharian dari penduduk

setempat)

Praktek penangkapan jenis ikan air tawar yang bernilai

ekonomi tinggi/jenis ikan yang bermigrasi

(atau jenis ikan

yang menjadi sumber mata pencaharian dari penduduk

setempat)

Erosi tepian sungai dan sedimentasi

Banjir

Wilayah Pesisir

Kualitas perairan pesisir secara umum dan saat kemarau

Habitat penting (mangrove, terumbu karang , dsb. ) dan

keterkaitannya

Spesies ekosistem pesisir/laut yang terancam punah

Penangkapan jenis ikan laut yang bernilai ekonomi tinggi

(atau jenis ikan yang menjadi sumber mata pencaharian

penduduk setempat)

Erosi pantai dan sedimentasi wilayah pesisir

Kawasan Hutan

dan

Perkebunan

Habitat darat yang penting dan keterkaitannya

Deforestasi (total luasan, distribusi ruangnya ) dan pemicu

utama deforestasi (pertambangan, perkebunan kelapa sawit,

dsb.)

Rata-rata pemanenan hasil hutan

(dibandingkan dengan

kemampuan regenerasi hutan)

Spesies ekosistem darat yang terancam punah atau hampir

punah.

Ketersediaan lahan perkebunan

Akuisisi lahan perkebunan

Kebakaran hutan

(6)

Kualitas, fertilitas dan polusi tanah

Degradasi lahan

Penebangan ilegal

Pertanian

Umum (dalam

arti luas

meliputi

peternakan,

perikanan dan

kelautan)

Ketersediaan lahan pertanian

(dibandingkan dengan

kebutuhan bahan pangan)

Degradasi lahan (desertifikasi dan erosi)

Kualitas, fertilitas dan polusi tanah

Akuisisi lahan pertanian

Kawasan

Perkotaan dan

Industri

Kualitas air

Limbah rumah tangga (total jumlah dan laju penumpukan ,

pemisahan, proses daur ulang dan pembuangan) – baik padat

maupun limbah cair

Limbah B3 industri (total jumlah dan laju penumpukan ,

pemisahan, proses daur ulang dan pembuangan) – baik padat

maupun limbah cair

Pemisahan sarana t

ransportasi (jalan/rel kereta /moda

transportasi air dan keterkaitan antar moda)

Kualitas transportasi publik

Sarana untuk pengendara sepeda dan pejalan kaki

Ruang publik (total luas, distribusi dan kualitas ruang)

Daya tahan terhadap resiko gempa dan bencana alam lainnya

Kesehatan

Ketersediaan pelayanan kesehatan

Infrastruktur

Jalan dan

Jembatan

Kekurangan aksesibilitas

Kerusakan jalan

Pelebaran badan jalan dan peningkatan kualitas jalan

Industri

Pencemaran lingkungan akibat industri

Lokasi yang tidak sesuai dengan peruntukan

Distribusi hasil industri yang kurang merata

Daya beli masyarakat yang masih kurang

SDM yang kurang baik kualitas maupun kuantitas

Daya saing produk yang masih rendah

Pertambangan

dan Migas

Pencemaran lingkungan akibat penggalian

Kerusakan bentang alam dan bentang lahan

Eksploitasi yang melebihi daya tampung dan daya dukung

lingkungan

Peraturan yang tidak diterapkan

Distribusi hasil galian yang belum merata

Pengolahan hasil tambang yang belum maksimal

SDM yang kurang baik kualitas maupun kuantitas

Energi

Kekurangan energi

Infrastruktur

Pelabuhan dan

terminal

Belum adanya pelabuhan penumpang

(7)

Perumahan dan

permukiman

Rentan terbentuknya kawasan kumuh

Sarana dan prasarana yang tidak memadai

Kurangnya ruang terbuka hijau

Penataan lingkungan yang tidak sesuai peraturan

Lokasi yang tidak sesuai peruntukan

Daya beli masyarakat yang kurang akibat mahalnya harga

rumah

Kualitas bangunan yang kurang maksimal

Perdagangan

dan Jasa

Distribusi hasil perdagangan yang kurang merata

Daya beli masyarakat yang masih kurang

SDM yang kurang baik kualitas maupun kuantitas

Daya saing produk yang masih rendah

Pariwisata

Akses menuju lokasi

Sarana dan prasarana pariwisata

Promosi pariwisata

Kurangnya destinasi

Pengembangan dan Pemeliharaan tempat pariwisata

Pengelolaan tempat wisata

Persampahan

dan Limbah

Budaya masyarakat yang kurang peduli

Sarana dan prasarana yang kurang memadai

Belum maksimal fungsi TPA

Jumlah SDM persampahan yang masih kurang

Tingkat kesadaran dunia usaha masih rendah

Transmigrasi

Pembebasan lahan

Prosedur transmigrasi

Pembekalan transmigrasi

Sanitasi

Budaya buang air besar sembarangan

Kurangnya sarana dan prasarana sanitasi

Sosialisasi terhadap masyarakat masih kurang

Perhubungan

Sarana dan prasarana telekomunikasi

Kurangnya jumlah sarana dan prasarana perhubungan darat

Optimalisasi infrastruktur perhubungan

Trayek dan rute perhubungan darat

Jalur pelayaran

Pengembangan perhubungan udara

Perencanaan

Pembangunan

SDA Perencanaan

Peraturan daerah perencanaan

Penanaman

modal

Kurangnya investor

Promosi daerah

Daya saing daerah

SDM yang kurang memadai

Degradasi

Ekologi

Pencemaran udara, air, tanah

Pencemaran sungai dan laut

Degradasi wilayah pesisir

Erosi, abrasi, intrusi air laut

Bencana alam dan penanggulangannya

(8)

Infrastruktur

(Availabilitas)

Pengembangan dan Rehabilitasi sarana parasarana baru

Pelayanan Publik yang buruk akibat ketidaktersediaan

infrastruktur

Perikanan dan

Kelautan

Pencemaran akibat industri perikanan

Teknologi peningkatan kualitas perikanan

Pengolahan hasil perikanan

Distribusi hasil perikanan

Peternakan

Distribusi hasil peternakan

Teknologi peningkatan kualitas ternak

Penanggulangan penyakit ternak

Pengelolaan

pasar

Anggaran kurang memadai

Tidak adanya instansi induk pengelolaan pasar tingkat pusat

Pencemaran akibat sampah pasar

Sarana dan prasarana pasar

Jumlah pasar yang masih kurang

Air Minum

Sumber air baku

Sarana dan prasarana air minum

Sistem birokrasi dan prosedur yang rumit

SDM yang kurang memadai

Anggaran pengembangan air minum

Tata Ruang

Sanksi terhadap pelanggaran tata ruang

Pemanfaatan tata ruang yang tidak sesuai zonasi

Rendahnya penegakan hukum terkait tata ruang

Konversi Lahan

Komitmen pemerintah melaksanakan peraturan

Pembukaan lahan untuk kepentingan negara

Alih fungsi lahan kawasan lindung

Alih fungsi lahan kawasan budidaya

Daya Saing

Daerah

Pariwisata yang mandeg dan tidak bergairah

Produk daerah yang kurang terdistribusi dengan baik

Promosi produk daerah yang masih kurang

Kemandirian

Sosial dan

Ekonomi

Kemiskinan

Pendapatan Perkapita yang rendah

Kecilnya PAD

Kesenjangan sosial

Pengangguran

Pelayanan Publik yang buruk

Ketahanan pangan yang masih rawan

Dan lain-lain

Sumber: Hasil diskusi internal Tim Satgas RPIJM tahun 2013

(9)

Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP) c.

Tabel 8.4 Tabel Identifikasi KRP

No Komponen Kebijakan,Rencana / Program Kegiatan (Kelurahan)Lokasi

1 Pengembangan Permukiman Pengembangan kawasan 1) permukiman perkotaan Pengembangan kawasan 2) permukiman perdesaan Pembinaan Teknis 3)

Peningkatan jalan lingkungan 

dan saluran

Peningkatan sarana dan 

prasarana kawasan agropolitan Kawasan Bisnis dan

 Permukiman KM 14; Kawasan Permukiman Jakabaring , Rambutan; Kawasan Permukiman Menengah-Atas KM 14; Program Pengembangan Perumahan Sukomoro-Sukajadi, Merah  Mata

Tanjung Lago, Sembawa, 

Muara Padang

Tanjung Lago, Pangkalan 

(10)

2 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman 1) Pengembangan Drainase 2) Pengembangan Pengelolaan Persampahan 3) Pembangunan/Rehabilitasi Saluran  Drainase Pembangunan TPA 3R 

Pembangunan fasilitas instalasi 

Instalasi Pengelolaan Air 

Limbah

Kenten Laut, Kedondong 

Raye, Pangkalan Balai, Betung, Banyuasin I, Banyuasin III

Tersebar di Kab. Banyuasin 

3 Penataan Bangunan dan Lingkungan Pembinaan Teknis 1) bangunan gedung Penataan Lingkungan 2) Permukiman Peningkatan Pencegahan 3) Bahaya Kebakaran Penyusunan RISPK 

PSD RTH Kawasan hutan larangan 

Penyusunan RTBL 

Dukungan PSD RTH 

DED Minapolitan Desa Bunga Karang  Kab. Banyuasin  Kab. Banyuasin  Betung  Pemkab Banyuasin  Tanjung Lago 

4 Pengembangan Air Minum 1) Pembangunan SPAM IKK 2) SPAM Pedesaan

3) Peningkatan SPAM IKK

Pembangunan SPAM IKK Kap.50 

L/det

SPAM desa mendukung KPDT 

Rambutan (Sungai Dua) 

Rantau Bayur, Betung, SP2, 

Pangkalan Balai

(11)

Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah d.

Tabel 8.5

Penilaian dan Pendeskripsian Pengaruh Program Prioritas terhadap Isu PB

No PrioritasProgram Nilai Deskripsi Perkiraan Pengaruh Program Prioritas terhadap Isu PB

Lingkungan Ekologi InfrastrukturAvailabilitas Kemandirian Sosial & Ekonomi Daya Saing Daerah

1. Program Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman dan Perumahan

++

(namun dapat bernilai “__” jika disandingkan dengan isu Lingkungan Ekologi)

Menurunnya kualitas air dan tanah, meningkatnya kebisingan dan polusi udara, meningkatnya emisi

gas rumah kaca (GRK), meningkatnya debu, meningkatnya limbah domestik, terganggunya ekosistem darat, degradasi

vegetasi dan lahan, menurunnya populasi biota

darat, terganggunya pasokan air bersih, terpicunya kejadian genangan air bahkan banjir bila pembangunan drainase tidak terintegrasi dengan baik, terganggunya aliran tanah, konversi lahan, dll

Terpicunya pembangunan, pengembangan dan atau peningkatan prasarana pendukung kawasan permukiman, terciptanya RTH permukiman, tertatanya permukiman masyarakat, tersedianya kawasan perdagangan dan jasa yang representatif, tertatanya bangunan dan lingkungan perumahan, terciptanya drainase yang baik, terkelolanya limbah dan sampah dengan baik, terpicunya iklim usaha yang

kompetitif dan berkualitas, dll Teratasinya permasalahan kawasan kumuh, berkurangnya penyakit masyarakat, meningkatnya taraf hidup masyarakat, tersedianya tempat tinggal yang layak, meningkatnya PAD,

meningkatnya pendapatan perkapita, terserapnya tevnaga kerja

lokal, terpicunya pertumbuhan ekonomi,

mempermudah masyarakat dalam hal mendapatkan kebutuhan hidup, dll Tersedianya kawasan perdagangan dan jasa yang representatif dan bergairah, meningkatnya kerjasama perdagangan dan jasa dengan daerah lain, terbukanya peluang menjadi kawasan bisnis, terbukanya peluang menjadi proyek percontohan kawasan permukiman terpadu nan sehat, dll

(12)

Keterangan:

++ ada pengaruh positif yang sangat tinggi (misalnya, implementasi program prioritas dapat berkontribusi untuk mencapai target dari masing-masing isu)

+ ada kemungkinan pengaruh positif yang tinggi (misalnya, implementasi program prioritas kemungkinan dapat berkontribusi untuk mencapai target dari masing-masing isu)

-- ada pengaruh negatif yang sangat tinggi (misalnya, implementasi program prioritas tidak dapat berkontribusi untuk mencapai target dari masing-masing isu, bahkan akan menghambat pencapaian target dimaksud dan menimbulkan pengaruh negatif yang baru)

- ada kemungkinan pengaruh negatif yang tinggi (misalnya, implementasi program prioritas kemungkinan tidak dapat berkontribusi untuk mencapai target dari masing-masing isu, bahkan akan menghambat pencapaian target dimaksud dan menimbulkan pengaruh negatif yang baru)

(13)

Tabel 8.6

Analisis Perkiraan Pengaruh kumulatif

No

Prioritas

Program

Situasi terburuk

apabila program

prioritas

diimplementasikan

Kelompok

masyarakat

yang akan

terkena

pengaruh

negatif

Pengaturan

implementasi

langkah-langkah

mitigasi

1. Program Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman dan Perumahan

Akan berdampak buruk pada lingkungan

ekologi, seperti: Menurunnya kualitas air dan tanah, meningkatnya kebisingan dan polusi udara, meningkatnya emisi

gas rumah kaca (GRK), meningkatnya debu, meningkatnya limbah domestik, terganggunya ekosistem darat, degradasi

vegetasi dan lahan, menurunnya populasi biota darat, terganggunya

pasokan air bersih, terpicunya kejadian genangan air bahkan banjir bila pembangunan drainase tidak terintegrasi dengan baik, terganggunya

aliran tanah, konversi lahan, dll Kelompok Masyarakat, baik yang tinggal di sekitar proyek maupun masyarakat umum, dll Pemerintah Kabupaten melalui Dinas PU Cipta Karya

dan

Diskop,UKM,Perindag sebagai leading sector

bersama dengan Bappeda dan PM harus menentukan saat yang tepat untuk memulai proyek yaitu

di saat tidak ada penolakan dari masyarakat setempat

dan di saat telah ada konsep

pengimplementasian proyek yang berwawasan lingkungan.

Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP 2.

(14)

Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program untuk mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan kebijakan, rencana, dan/atau program dan menjamin pembangunan berkelanjutan.

(15)

Tabel 8.7

Mitigasi Dampak KRP terhadap Isu Pembangunan Berkelanjutan

No

Rumusan Program Pembangunan Dampak Mitigasi/Adaptasi/Alternatif

1.

Program Pembangunan dan Pengembangan Kawasan

Permukiman dan Perumahan.

Akan berdampak buruk pada lingkungan ekologi, seperti: Menurunnya kualitas air dan tanah, meningkatnya kebisingan dan polusi udara, meningkatnya emisi gas rumah

kaca (GRK), meningkatnya debu, meningkatnya limbah domestik, terganggunya ekosistem darat, degradasi

vegetasi dan lahan, menurunnya populasi biota darat, terganggunya pasokan air bersih, terpicunya kejadian

genangan air bahkan banjir bila pembangunan drainase tidak terintegrasi

dengan baik, terganggunya aliran tanah, konversi lahan, dll

Pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan supaya berfungsi sebagaimana mestinya, seperti tersedianya tempat pembuangan sampah, drainase lingkungan dan sistem pembuangan yang baik, Minimalisasi pengaruh bangunan pada lingkungan sekitar, seperti pemanfaatan ruang, fasilitas pelayanan, jaringan infrastruktur

sebaiknya direncanakan secara efisien, Perlindungan sumber-sumber alam dan sumber-sumberdaya lahan untuk generasi selanjutnya, seperti melindungi pemakaian sumberdaya air, tanah dan udara,

Pengurangan limbah yang dihasilkan oleh bangunan hunian, seperti mengolah limbah yang berasal dari bangunan-bangunan

sehingga tidak menimbulkan polusi terhadap lingkungan di sekitarnya dan menanam tanaman-tanaman yang dapat melindungi

ekologi kawasan, Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam menggalakkan pemeliharaan lingkungan, seperti menyosialisasikan

pentingnya permukiman yang berkelanjutan sehingga masyarakat juga turut serta memelihara lingkungan, Sosialisasi pentingnya

lingkungan sosial yang sehat, seperti keamanan lingkungan, kesehatan lingkungan dan partisipasi masyarakat, Penerapan

konsep teknologi hijau, hemat energi dan sumberdaya pada bangunan seperti sedapat mungkin mengurangi ketergantungan

terhadap bahan bakar fosil, menggunakan energi dengan lebih efisien dan bijaksana, Pemanfaatan sumber-sumber alam yang

tersedia, seperti tenaga surya.

Sebagai tambahan, perlu diperhatikan penghematan sumber energi, pengutamaan transportasi umum, massal dan hemat energi serta

pendayagunaan pencahayaan dan penghawaan alami pada bangunan. Lalu dapat diadopsi pula konsep-konsep permukiman

yang memadukan antara suasana perkotaan dengan pedesaan, seperti konsep new town, ecological city, garden city, dll Sumber: Hasil FGD Tim Satgas RPIJM Kab. Banyuasin 2014-2018 dengan Pemangku Kepentingan Tahun 2013

Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS 3.

(16)

Tabel 8.8

Instrumen Perumusan Rekomendasi

No Rumusan Program Pembangunan Rekomendasi Perbaikan atau Penguatan 7 Program Pembangunan dan

Pengembangan Kawasan Permukiman dan Perumahan.

Program Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman, Perumahan, Perdagangan dan Jasa harus berwawasan lingkungan (Langkah-langkah rekomendasi perbaikan dan atau penguatan dapat dilihat pada kolom mitigasi).

Tambahan:

Rancangan awal RPJMD Kabupaten Banyuasin tahun 2014-2018 memuat program-program Dinas PU CK seperti Program Lingkungan Sehat Perumahan ; Program Pengembangan Komunitas Perumahan ; Program Pengembangan Perumahan. Hal ini sejalan dengan rencana Bupati terpilih di bidang perumahan yaitu antara lain: Kawasan Permukiman KM 14; Kawasan Permukiman Jakabaring , Rambutan; Kawasan Permukiman Menengah-Atas KM 14. Hanya saja pembangunan ini harus menerapkan sungguh-sungguh prinsip keadilan sehingga target masyarakat tidak tebang pilih dan pendataan mengenai kategorisasi masyarakat yang akan dijadikan target harus benar-benar dikoordinasikan dengan BPS. Sebaiknya kegiatan ini diimplementasikan dan tidak ditunda-tunda karena dampaknya akan sangat baik bagi usaha pemerintah meningkatkan taraf hidup masyarakat di bidang sosial.

Sumber: Hasil FGD Tim Satgas RPIJM Kab. Banyuasin 2014-2018 dengan Pemangku Kepentingan Tahun 2013 Catatan: Pembangunan dan Pengembangan Permukiman dan Perumahan berwawasan lingkungan terlampir

(17)

Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH 8.1.2

Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana

usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang

Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu :

Proyek wajib AMDAL 1.

Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL 2.

Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH 3.

Tabel 8.9 Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan pada Program Cipta Karya

No. Komponen Kegiatan Lokasi Amdal UKL/UPL SPPLH

1. Pengembangan Permukiman 1).

2). Dst

2. Penataan Bangunan dan Lingkungan 1). 2). Dst 3. Pengembangan Air minum 1). 2). 4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman 1) 2)

(18)

Aspek Sosial 8.2

Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca

pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur

permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:

1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional: 2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi

Pembangunan untuk Kepentingan Umum:

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:

4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan 5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya 8.2.1

Kemiskinan a.

Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti adalah isu kemiskinan. Kajian aspek sosial lebih menekankan pada manusianya sehingga yang disasar adalah kajian mengenai penduduk miskin, mencakup data

eksisting, persebaran, karakteristik, sehingga kebutuhan penanganannya, seperti tertuang pada tabel 5.12 berikut :

(19)

Tabel 8.10 Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin

No. Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasal ahan Bentuk Penanganan yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penangan an 1. Kawasan ... Kelurahan … Kecamatan ….. Jml Penduduk: … Jml KK: … Mata Pencaharian secara umum: … Kondisi lingkungan: … Kondisi hunian umum: … Status kepemilikan hunian secara umum:… Program / Kegiatan:… Tahun:…. Bentuk Penanganan: …. 2. Dst. ..

Catatan: Masih dalam proses pendataan

Pengarusutamaan Gender b.

Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

Perkotaan Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdaya an Masyarakat bidang Cipta Karya Menindaklanjuti hal tersebut maka diperlukan suatu pemetaan awal untuk mengetahui bentuk responsif gender dari masing-masing kegiatan, manfaat, hingga permasalahan yang timbul seba gai pembelajaran di masa datang di daerah.

Tabel 8.11 Kajian Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Bidang Cipta Karya bagi Pengarusutamaan Gender

(20)

No. Program / Kegiatan Loka si Tahu n Bentuk Keterlibat an/ Akses Tingkat Partisipasi Perempuan (jumlah) Kontrol Pangambilan Keputusan oleh Perempuan Manfa at Permasalahan yang Perlu Diantisipasi di Masa Datang 1 Pemberdayaan Masyarakat a PNPM Perkotaan a PNPM a PNPM b PISEW b PISEW b PISEW c PAMSIMAS c PAMSIMAS c PAMSIMAS d PPIP d PPIP d PPIP e. RIS PNPM e. RIS PNPM e. RIS PNPM f. SANIMAS f. SANIMAS f. SANIMAS

2 Non Pemberdayaan Masyarakat a Penyusuna n RTBL a Penyusuna a Penyusuna b. Dll. b. Dll. b. Dll.

Catatan: Masih dalam proses pendataan

8.2.2 Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.

Konsultasi masyarakat 1.

Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam

(21)

proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan

Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan 2.

Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan

bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.

Permukiman kembali penduduk (resettlement) 3.

Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan

Tabel 8.12 Kegiatan Pembangunan Cipta Karya yang membutuhkan Konsultasi Pemindahan Penduduk dan Pemberian Kompensasi serta Permukiman Kembali

(22)

No.

Komponen Program dan

Kegiatan

Tahap I Tahap II Arahan Lokasi

No. Komponen Program dan Kegiatan Konsultasi Pemindahan Penduduk / Pemberian Kompensasi Permukiman Kembali Sebelum Pemindahan Setelah Pemindahan 1. Pengembangan Permukiman 1). 2). Dst 2. Penataan Bangunan dan Lingkungan 1). 2). Dst 3. Pengembangan Air minum 1). 2). 4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman 1) 2)

Catatan: Masih dalam proses pendataan

Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya 8.2.3

Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan

infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.

Tabel 8.13 Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

(23)

No. Sektor Program/ Kegiatan Lokasi Tahun Pelaksanaan Jumlah Penduduk yang memanfaatkan Keterangan 1. Pengembangan Permukiman 1. Pengembangan 1. Pengembangan 2. Penataan Bangunan dan Lingkungan 2. Penataan 2. Penataan 3. Pengembangan Air Minum 3. Pengembangan 3. Pengembangan 4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman 4. Pengembangan 4. Pengembangan Penyehatan

Gambar

Tabel 8. 1. Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya
Tabel 8.2  Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam penyusunan  KLHS Bidang Cipta Karya
Tabel 8.3  Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya
Tabel 8.4 Tabel Identifikasi KRP
+4

Referensi

Dokumen terkait

Proses produksi susu kedelai berbuah ini dimulai dengan pembelian bahan baku seperti, susu kedelai (kami tidak membuat susu kedelai sendiri, kami meminta

taylor terutama bidang kreatif pro- duktif dapat mengembangkan kete- rampilan berpikir kreatif. Modifikasi konten, proses, produk, dan lingkungan. Anak yang tinggi dalam

Penambahan suplemen Spirulina platensis dan Curcuma longa serta kombinasi induksi Oodev dapat menghasilkan induk tengadak yang bertelur 100% dan induk matang gonad 60-220%

Guru memberikan tugas akhir berupa diskusi kelompok untuk membuat sebuah slide presentasi untuk dikerjakan selama 1 minggu dengan komposisi slide sesuai dengan materi

Teknik analisa data yang digunakan dari hasil rerata skor tertinggi (22,23), dengan metode berprograma dan (17,67) metode ceramah, kemudian dari hasil perhitungan,

a. Kefasihan dalam membaca Alquran. Fasih dalam membaca Alquran maksudnya terang atau jelas dalam pelafalan atau pengucapan lisan ketika membaca Alquran. Ketepatan pada

Namun metode yang paling baik untuk menghindari penilaian yang bersifat subjektif diantara kedua metode tersebut adalah AHP, dikarenakan AHP langsung memproses

Suspensi sporocyst hasil isolasi tersebut masih terdapat beberapa unsur lain (kotoran) yang terikut bersama sporocyst, sehingga saat penghitungan jumlah sporocyst harns