• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VIII ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL - DOCRPIJM 1504702667Bab8 Aspek Lingkungan dan Sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VIII ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL - DOCRPIJM 1504702667Bab8 Aspek Lingkungan dan Sosial"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VIII

ASPEK LINGKUNGAN

DAN SOSIAL

Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai gambaran umum dan kondisi eksisting lingkungan, analisis perlindungan lingkungan dan sosial seperti Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), AMDAL, UKL – UPL, dan SPPLH, serta perlindungan sosial pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pasca pelaksanaan pembangunan bidang CiptaKarya.

8.1. ASPEK LINGKUNGAN

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:

1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:

Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).

2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang. 3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional Tahun 2010-2014:

Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis:

Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan

5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

(2)

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

1. Pemerintah Pusat

a. Menetapkan kebijakan nasional.

b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.

d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL. e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak

perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.

g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.

h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat. j. Menetapkan standar pelayanan minimal.

2. Pemerintah Provinsi

a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.

e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.

g. Melaksanakan standar pelayanan minimal. 3. Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL. d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

8.1.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:

1. RPI2-JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.

2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam JM adalah karena RPI2-JM bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Kabupaten Tabanan telah disusun pada tahun 2011. Rekomendasi berdasarkan kajian KLHS terhadap Kebijakan, Rencana dan Program (KRP) untuk RTRWK Kabupaten Tabanan Tahun 2011-2031, khususnya yang terkait dengan RPI2JM Bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut :

(3)

terhadap lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan maka diperlukan upaya sebagai berikut:

a. Implementasi PROKASIH secara terpadu terhadap sungai-sungai di kawasan perkotaan;

b. Pemetaan dan menyusun strategi implementasi pengembangan RTHK min 40% di Kaw. Perkotaan Tabanan;

c. Pengembangan mitigasi bencana diprioritaskan pada penguatan institusi penanganan bencana, meningkatkan kemampuan tanggap darurat, meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, meningkatkan keamanan pada sistem infrastruktur/utilitas, bangunan strategis, permukiman dan fasilitas umum (perumahan, sekolah, rumah sakit),

d. Pengembangan kawasan perkotaan dilakukan secara seimbang dengan pengembangan perdesaan untuk menekan urbanisasi.

2) Dalam rangka memitigasi potensi timbulnya konflik pemanfaatan air dalam pemantapan, peningkatan dan pengembangan SPAM maka diperlukan upaya Pengembangan kemitraan pengelolaan sumberdaya air, Perencanaan Teknis Pengembangan Kebutuhan Air (Master Plan), Pola Kerjasama Pemanfaatan Air, Pemberdayaan masyarakat dan kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya air 3) Dalam rangka memitigasi pengaruh/dampak negatif pengembangan tanaman

hortikultura dan pemantapan kawasan Agropolitan Baturiti diperlukan upaya sebagai berikut:

a. Konservasi tanah dan air;

b. Pengembangan green belt danau dan sungai;

c. Pengaturan waktu pengolahan lahan disesuaikan dengan musim;

d. Pengembangan jebakan sedimen (sediment trap) pada daerah rawan sedimentasi di sungai dan danau;

e. Pengawasan dan penegndalian secara ketat kegiatan pertanian yang berbatasan dengan kawasan/hutan konservasi;

f. Mempertegas batas-batas hutan konservasi

4) Dalam rangka memitigasi pengaruh/dampak negatif pengembangan Kawasan Minapolitan berbasis perikanan budidaya terhadap timbulnya konflik pemanfaatan sumberdaya air maka pemanfaatan air dalam pengembangan Kawasan Minapolitan perlu dilakukan melalui:

a. Pengembangan kemitraan pengelolaan sumberdaya air,

b. Perencanaan Master Plan dan Rencana Tapak Pengembangan Minapolitan, c. Pola Kerjasama Pemanfaatan Air dengan melibatkan Forum Pekaseh dalam

pengembangan minapolitan

5) Dalam rangka memitigasi pengaruh/dampak negatif pengembangan sentra-sentra industri kecil pengolahan hasil perikanan terhadap pencemaran air sungai maka diperlukan upaya mitigasi sebagai berikut:

a. Pengaturan lokasi/penempatan unit-unit pengolahan hasil perikanan pada sentra-sentra industri pada daerah aliran sungai;

(4)

d. Pemanfaatan kembali (reuse) secara maksimal limbah industri.

6) Dalam rangka memitigasi pengaruh/dampak negatif Pengembangan zona industri Cepaka, Kaka-Kaba dan Pejaten terhadap meningkatnya pencemaran air maka diperlukan upaya sebagai berikut:

a. Penerapan PROPER terhadap industri pengolahan;

b. Mewajibkan industri pengolahan mengelola air limbah secara baik dan benar; c. Membangun Unit percontohan IPAL Komunal untuk industri skala kecil;

7) Dalam rangka memitigasi pengaruh/dampak negatif Pengembangan agroindustri di kawasan agropolitan terhadap meningkatnya pencemaran air sungai limbah industri hasil pertanian dan menurunnya keanekaragaman hayati akibat meningkatnya pencemaran air maka diperlukan upaya pengaturan/penataan lokasi agroindustri pada daerah aliran sungai dan pengelolaan limbah industri

8.1.2. Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH

Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL sebagimana tercantum dalam Tabel 8.1: Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

Tabel 8.1 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

No Jenis Kegiatan Skala/Besaran

A Persampahan

a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan sistem Control landfill/sanitary landfill:

˗ Luas kawasan TPA, atau ≥ 10 ha

˗ Kapasitas Total ≥ 100.000 ton

b. TPA di daerah pasang surut:

˗ Luas Landfill, atau Semua kapasita/besaran

˗ Kapasitas Total

c. Pembangunan transfer station: Kapasitas ≥ 500 ton/hari d. Pemb. Instalasi Pengolahan Sampah terpadu: Kapasitas ≥ 500 ton/hari e. Pengolahan dengan insinerator: Kapasitas Semua kapasitas

f. Composting Plant: Kapasitas ≥ 500 ton/hari

g. Transportasi sampah dengan kereta api: Kapasitas ≥ 500 ton/hari B Pembangunan Perumahan/Permukiman:

a. Kota metropolitan, luas ≥ 25 ha

b. Kota besar, luas ≥ 50 ha

c. Kota sedang dan kecil, luas ≥ 100 ha

d. keperluan settlement transmigrasi ≥ 2.000 ha

C Air Limbah Domestik

a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang:

˗ Luas, atau ≥ 2 ha

˗ Kapasitasnya ≥ 11 m3/hari

b. Pemb. IPAL limbah domestik, termasuk fas penunjangnya:

˗ Luas, atau ≥ 3 ha

˗ Kapasitasnya ≥ 2,4 ton/hari

c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:

˗ Luas layanan, atau ≥ 500 ha

˗ Debit air Limbah ≥ 16.000 m3/hari

D Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau sekunder) di permukiman

a. Kota besar/metropolitan, panjang: ≥ 5 km

b. Kota sedang, panjang: ≥ 10 km

(5)

No Jenis Kegiatan Skala/Besaran

b. Pembangunan jaringan transmisi; Panjang ≥ 10 km

Sumber: Permen LH 5/2012

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin dalam Tabel 8.2

Tabel 8.2 : Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

a. Persampahan

(i). Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instalasi penunjang:

 Luas kawasan < 10 Ha; atau  Kapasitas total < 10.000 ton (ii). TPA daerah pasang surut

 Luas landfill < 5 Ha; atau  Kapasitas total < 5.000 ton (iii). Pembangunan Transfer Station  Kapasitas < 1.000 ton/hari

(iv). Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu  Kapasitas < 500 ton

(v). Pembangunan Incenerator  Kapasitas < 500 ton/hari

(vi). Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos  Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha

b. Air Limbah Domestik / Permukiman

(i). Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang

 Luas < 2 ha

 Atau kapasitas < 11 m3/hari

(ii). Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah  Luas < 3 ha

 Atau bahan organik < 2,4 ton/hari

(iii). Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/off-site sanitation system) diperkotaan/permukiman

 Luas < 500 ha

 Atau debit air limbah < 16.000 m3/hari c. Drainase Permukiman

Perkotaan

(i). Pembangunan saluran primer dan sekunder  Panjang < 5 km

(ii). Pembangunan kolam retensi/polder di area/kawasan pemukiman  Luas kolam retensi/polder (1 – 5) ha

d. Air Minum

(i). Pembangunan jaringan distribusi:  luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha (ii). Pembangunan jaringan pipa transmisi

 Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d <10 km  Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d. M 10 km  Pedesaan, Panjang : -

(iii). Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lainnya (debit)  Sungai danau : 50 lps s.d. < 250 lps

 Mata air : 2,5 lps s.d. < 250 lps

(iv). Pembangunan Instalasi Pengolahan air lengkap  Debit : > 50 lps s.d. < 100 lps

(v). Pengambilan air tanah dalam untuk kebutuhan:

 Pelayanan masy. oleh penyelenggara SPAM : 2,5 lps - < 50 lps  Kegiatan komersil: 1,0 lps - < 50 lps

(6)

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri.

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk

Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

(ii). Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang melintasi prasarana dan atau sarana umum:

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri.

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

(iii). Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air:

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri.

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk

Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

f. Pengembangan kawasan permukiman baru

(i). Kawasan Permukiman Sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja;

 Jumlah hunian: < 500 unit rumah;  Luas kawasan: < 10 ha

(7)

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya pelintas batas PPLB di perbatasan);  Jumlah hunian: < 500 unit rumah;  Luas kawasan: < 10 ha

(iii). Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan Siap Bangun)

 Jumlah hunian: < 500 unit rumah;  Luas kawasan: < 10 ha

g. Peningkatan Kualitas Permukiman

(i). Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan pemenuhan kebutuhandasar (basic need) pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan penduduk;

 Luas kawasan: < 10 ha

(ii). Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil;

 Luas kawasan: < 10 ha

(iii). Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP)

 Luas kawasan: < 10 ha

h. Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan

(i). Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota (urban renewal), disertai dengan pemindahan penduduk, dan dapat dikombinasikan dengan penyediaan bangunan rumah susun

 Luas kawasan: < 5 ha

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tetapi wajib dilengkapi dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).

Bedasarkan usulan kegiatan masing-masing sektor sebagaimana disajikan pada Bab VI maka dapat ditentukan kegiatan wajib Amdal, kegiatan wajib UKL UPL, dan kegiatan dengan SPPLH sesuai ketentuan dalam penapisan rencana kegiatan sebagaimana tercantum dalam Tabel tersebut di atas. Namun pada laporan ini hanya disajikan kegiatan dari sumber dana APBN berdasarkan informasi yang diperoleh dari Satker sektor terutama mengenai batasan kapasitas (volume, panjang,luas, dsb) yang dijadikan paramater untuk menentukan suatu kegiatan apakah wajib Amdal, wajib UKL UPL,atau SPPLH. Semua usulan kegiatan pada Bab VI baik dari sumber dana APBN, APBD Provinsi ataupun Kabupaten/Kota belum mencantumkan batasan kapasitas volume, panjang, luas dsb.

(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)

Mengacu pada Tabel 8.3 tersebut diatas terdapat 26 kegiatan di Sektor Bangkim seluruhny wajib disertai dengan SPPLH.

Di sektor PBL Tabel 8.4 terdapat 52 kegiatan 33 diantaranya merupakan kegiatan wajib SPPLH.

Sedangkan di Sektor PKPAM, Tabel 8.5; dari 15 kegiatan terdapat 1 (satu) kegiatan wajib Amdal yakni kegiatan Pembangunan IPA 100 lt/dt, pembangunan unit distribusi 10.000 m, pembangunan genset 1 unit, pengembangan SR 8.000 unit Desa Surabrata.Kegiatan lainnya merupakan kegiatan perencanaan yang tidak memerlukan dokumen lingkungan

Selanjutnya di Sektor PPLP, Tabel 8.6 terdapat 15 kegiatan; 1(satu) kegiatan yakni Revitalisasi TPA Tabanan merupakan kegiatan wajib Amdal; 1 (satu) kegiatan merupakan kegiatan wajib UKL-UPL yakni kegiatan Pembangunan Drainase di Kabupaten Tabanan (kec. Tabanan dan kec. Kediri), 5 (lima) kegiatan merupakan kegiatan wajib SPPLH dan 8 (delapan) kegiatan tidak memerluukan dokumen lingkungan yakni kegiatan terkait dengan penyusunan rencana, dan kegiatan pemberdayaan.

8.2. ASPEK SOSIAL

8.2.1. Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Aspek sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya terutama dalam rangka penanganan isu strategis seperti permasalahan kemiskinan, dan isu pengharusutamaan gender (PUG).

Berdasarkan data Program Perlindungan Sosial (PPLS) tahun 2011 , bahwa persetase jumlah rumah tangga miskin(RTM) di Kabupaten Tabnan sebesar 21,81 % dengan persebaran persentase tertinggi berada di Kecamatan Selemadeg 37,53 %, kemudian disusul di Kecamatan Semadeg Timur 35,03 %, di Kecamatan Pupuan 34,31 %, di Kecamatan Baturiti 30,44 % dan di Kecamatan lainnya antara 11,58 % s/d < 30,44 %. Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat bidang Cipta Karya.

Pada Tabel 8.3 s/d Tabel 8.6 tersebut diatas telah terindikasi kegiatan yang bersasaran masyarakat miskin dan kegiatan responsif gender. Usulan kegiatan Sektor Bangkim jumlahnya 26 kegiatan seluruhnya direncanakan untuk menyasar masyarakat miskin. Namun sektor lain (PBL, PKPAM dan PPLP) tidak mengindikasikan bersasaran masyarakat miskiin. Demikian pula untuk rancangan kegiatan responsif dari semua sektor tidak mengindikasikan adanya kegiatan responsif gender.

8.2.2. Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Aspek Sosial pada pelaksanaan pembangunan Bidang Cipta Karya terutama dalam rangka konsultasi masyarakat, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi, dan permukiman kembali penduduk (resettlement).

(15)

bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.

Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini. Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.

Pada Tabel 8.3 s/d Tabel 8.6 tersebut diatas telah terindikasi kegiatan konsultasi masyarakat, pengadaan lahan beserta kompensasi, dan permukiman kembali (resettlement). Usulan kegiatan sektor Bangkim (Tabel 8.3) jumlahnya 26 kegiatan, seluruhnya mengindikasikan adanya konsultasi masyarakat, dan adanya pembebasan lahan beserta kopensasinya.Usulan kegiatan Sektor PBL (Tabel 8.4) jumlahnya 52 kegiatan seluruhnya mengindikasikan adanya konsultasi masyarakat. Usulan kegiatan PKPAM (Tabel 8.5) jumlahnya 15 kegiatan, seluruhnya mengindikasikan adanya pembebasan lahan dan kompesasinya. Usulan kegiatan sektor PPLP (Tabel 8.6), jumlahnya 15 kegiatan; 7 (tujuh) kegiatan menginikasikan adanya konsultasi masyarakat, dan pengadaan tanah beserta kompensasinya; 3 (tiga) kegiatan mengindikasikan adanya konsultasi masyarakat; dan 5 (lima) kegatan lainnya tidak mengindikasikan adanya konsulasi masyarakat dan pembebesan lahan berserta kompensasinya.

8.2.3. Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.

Gambar

Tabel 8.1  Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
Tabel 8.2 : Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL
Tabel 8.3 Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan dan Sosial pada Program Cipta Karya (Sektor Bangkim)
Tabel 8.4 Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan dan Sosial pada Program Cipta Karya (Sektor PBL)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan penelitian ini menyatakan bahwa kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja karyawan hal ini dapat dikatakan bahwa hasil dari pelaksanaan aktivitas

Komitmen perusahaan untuk memenuhi perjanjian perlindungan asuransi syariah kepada peserta yang diasuransikan dan/atau pemegang polis telah menjadi filosofi perusahaan

Walaupun banyak faktor-faktor lain yang akan mempengaruhi kecerdasan emosional, tetapi dalam penelitian ini yang akan diteliti hanyalah faktor verbal abuse

Strategi penentuan harga sangat signifikan dalam memberikan nilai kepada konsumen dan mempengaruhi citra produk, serta keputusan konsumen untuk membeli. Penentuan

Dengan demikian perayaan hari besar keagamaan Islam dan Khong Hu.. Chu telah ditentukan atau dinyatakan dalam kitab suci, atau

Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung, dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari

Sedangkan menurut Riva’i (2008:4 77), kredit macet merupakan kesulitan nasabah di dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya terhadap bank/lembaga keuangan non bank,

Kedua, terdapat perbedaan antara peserta didik yang memiliki kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis dan interpersonal terhadap kemampuan komunikasi