• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 8 Aspek Lingkungan dan Sosial - DOCRPIJM 438ac1ad63 BAB VIIIBab 8 Aspek Lingkungan dan Sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Bab 8 Aspek Lingkungan dan Sosial - DOCRPIJM 438ac1ad63 BAB VIIIBab 8 Aspek Lingkungan dan Sosial"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 8

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

RPI2JM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal

lingkungan dan sosial untuk meminimalisir pengaruh negatif pembangunan infrastruktur

bidang CiptaKarya terhadap lingkungan permukiman di perkotaan. Kajian aspek

lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting

lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta pemetaan antisipasi dan

rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan

8.1.

Aspek Lingkungan

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan

RPI2JM bidang Cipta Karya oleh pemerintah kota telah mengakomodasi prinsip

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan

pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:

1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:

“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri

atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya

Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan

Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”

2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup

yang baik perlu penerapan

prinsip-

prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional Tahun 2010-2014

(2)

4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup

Strategis

Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk

menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar

dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan

5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun

dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan

Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak

membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah

kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU

No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu

1. Pemerintah Pusat

a. Menetapkan kebijakan nasional.

b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.

d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak

perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.

g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan

nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.

h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.

j. Menetapkan standar pelayanan minimal.

2. Pemerintah Provinsi

a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan,

peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kota.

e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

(3)

g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

3. Pemerintah Kota

a. Menetapkan kebijakan tingkat kota.

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kota.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

8.1.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah

rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan

bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam

pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. KLHS

perlu diterapkan di dalam RPI2JM antara lain karena:

1. RPI2JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan

infrastruktur.

2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI2JM adalah karena

RPI2JM berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS

menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau

program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang

berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup

Tahapan Pelaksanaan KLHS Tahapan pelaksanaan KLHS dilakukan melalui

beberapa tahap yaitu

1. Tahap ke 1, diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPI2JM per

sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti

a. perubahan iklim,

b. kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati,

c. peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor,

kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan,

d. penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam,

e. peningkatan alih fungsi lahan,

f. peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan

penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau

(4)

2. Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan

Jika melalui proses penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program

dalam RPI2JM tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka

berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum

KLHS, Tim Satgas RPI2JM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan

bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas

RPI2JM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen

RPI2JM.

Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2JM berpengaruh

terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPI2JM didukung dinas

lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut:

a. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah

Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:

(1) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya

(2) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan

(3) Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)

(4) Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah

b. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP

c. Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

8.1.2. Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH

Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah

ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis

rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau

Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan

Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:

1. Proyek wajib AMDAL

2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL

3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH

(5)

Tabel 8.1

Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

No Jenis Kegiatan Skala/Besaran

A. Persampahan

a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dg sistem Control landfill/ sanitary landfill

 luas kawasan TPA, atau

 Kapasitas Total

≥ 10 ha ≥ 100.000 ton b. TPA di daerah pasang surut:

 luas landfill, atau

 Kapasitas Total

semua

kapasitas/besaran c. Pembangunan transfer station:

 Kapasitas ≥ 500 ton/hari

d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu:

 Kapasitas ≥ 500 ton/hari

e. Pengolahan dengan insinerator:

 Kapasitas semua kapasitas

f. Composting Plant:

 Kapasitas ≥ 500 ton/hari

g. Transportasi sampah dengan kereta api:

 Kapasitas ≥ 500 ton/hari

B. Pembangunan Perumahan/Permukiman

a. Kota metropolitan, luas ≥ 25 ha

b. Kota besar, luas ≥ 50 ha

c. Kota sedang dan kecil, luas ≥ 100 ha d. keperluan settlement transmigrasi ≥ 2.000 ha C Air Limbah Domestik

a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang

 Luas, atau

 Kapasitasnya

≥ 2 ha ≥ 11 m3/hari b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk fasilitas

penunjangnya

 Luas, atau

 Kapasitasnya

≥ 3 ha/hari ≥ 2,4 ton c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah

 Luas layanan, atau

 Debit air limbah

≥ 500 ha

≥ 16.000 m3/hari

D Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau sekunder) di permukiman

a. Kota besar/metropolitan, panjang ≥ 5 km

b. Kota sedang, panjang ≥ 10 km

E Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan a. Pembangunan jaringan distribusi

 Luas layanan ≥ 500 ha

b. Pembangunan jaringan transmisi

 panjang ≥ 10 km

Sumber: Permen LH 5/2012

(6)

karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin

dalam table di bawah ini

Tabel 8.2

Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL

No Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

1 Persampahan a. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instansi penunjang:

• Luas kawasan, atau < 10 Ha • Kapasitas total < 10.000 ton b. TPA daerah pasang surut

• Luas landfill, atau < 5 Ha • Kapasitas total < 5.000 ton c. Pembangunan Transfer Station • Kapasitas < 1.000 ton/hari

d. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu • Kapasitas < 500 ton

e. Pembangunan Incenerator • Kapasitas < 500 ton/hari

f. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos • Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha 2 Air Limbah Domestik/

Permukiman

a. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang

• Luas < 2 ha

• Atau kapasitas < 11 m3/hari

b. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) • Luas < 3 ha

• Atau bahan organik < 2,4 ton/hari

c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/offsite sanitation system) diperkotaan/permukiman

• Luas < 500 ha

• Atau debit air limbah < 16.000 m3/hari 3 Drainase Permukaan

Perkotaan

a. Pembangunan saluran primer dan sekunder • Panjang < 5 km

b. Pembangunan kolam retensi/polder di area/kawasan pemukiman

• Luas kolam retensi/polder (1 – 5) ha 4 Air Minum a. Pembangunan jaringan distribusi:

• luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha b. Pembangunan jaringan pipa transmisi

• Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d <10 km • Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d. M 10 km • Pedesaan, Panjang : -

c. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lainnya (debit)

• Sungai danau : 50 lps s.d. < 250 lps • Mata air : 2,5 lps s.d. < 250 lps

d. Pembangunan Instalasi Pengolahan air lengkap • Debit : > 50 lps s.d. < 100 lps

e. Pengambilan air tanah dalam (debit) untuk kebutuhan: • Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara • Kegiatan lain dengan tujuan komersil: 1,0 lps - <

50 lps 5 Pembangunan

Gedung

(7)

No Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2 3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan

gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

b. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang melintasi prasarana dan atau sarana umum:

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2 3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan

gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

c. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air:

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2 3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan

(8)

No Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya s.d. 10.000 m2

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

6 Pengembangan kawasan Permukiman baru

a. Kawasan Permukiman Sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja;

 Jumlah hunian: < 500 unit rumah;

 Luas kawasan: < 10 ha

b. Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu Mandiri KTM eks transmigrasi, fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan);

 Jumlah hunian: < 500 unit rumah;

 Luas kawasan: < 10 ha

c. Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan Siap Bangun)

 Jumlah hunian: < 500 unit rumah;

 Luas kawasan: < 10 ha 7 Peningkatan Kualitas

Permukiman

a. Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need) pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan penduduk;

 Luas kawasan: < 10 ha

b. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil;

 Luas kawasan: < 10 ha

c. Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP). Luas kawasan: < 10 ha

8 Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan

a. Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota (urban renewal), disertai dengan pemindahan penduduk, dan dapat dikombinasikan dengan penyediaan bangunan rumah susun

 Luas kawasan: < 5 ha Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008

(9)

8.2.

Aspek Sosial

Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta

Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca

pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur

permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan

isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan

gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak

sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian

kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau

pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya

tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi

masyarakat sekitarnya.

Dasar peraturan perundang - undangan yang menyatakan perlunya

memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:

1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

 Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan

dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang

kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di

wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.

 Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di

tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.

2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi

Pembangunan untuk Kepentingan Umum:

 Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan

tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan

kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin

kepentingan hukum Pihak yang Berhak

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional Tahun 2010-2014:

 Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program

pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan

kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan

percepatan pembangunan infrastruktur dasar.

 Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan

(10)

4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan

 Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan

oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,

pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil,

serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.

5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam

Pembangunan Nasional

 Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan

gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,

pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional

yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta

kewenangan masing-masing.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah

kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:

1 Pemerintah Pusat:

a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat strategis

nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yangbersifat

strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,

pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program

lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat pusat.

d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,

penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan

program pembangunan nasional berperspektif gender, khususnya untuk bidang

Cipta Karya.

2 Pemerintah Provinsi:

a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat regional

ataupun bersifat lintas kota.

b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat

regional ataupun bersifat lintas kota.

(11)

d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,

penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan

program pembangunan di tingkat provinsi berperspektif gender, khususnya untuk

bidang Cipta Karya.

3 Pemerintah Kota:

a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kota.

b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.

c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,

pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program

lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kota.

d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,

penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan

program pembangunan di tingkat kota berperspektif gender, khususnya untuk

bidang Cipta Karya.

8.2.1. Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Kemiskinan

(12)

Tabel 8.3

Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kota

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang sudah dilakukan Kebutuhan penanganan

A Kecamatan Banjarsari

1 Kelurahan Kestalan 602 jiwa  60% penduduk bekerja sebagai buruh

 Sanitasi menggunakan WC umum sebanyak 60% penduduk kelurahan ada di kelurahan tersebut

2 Kelurahan Manahan 1.862 jiwa  81% KK memiliki sertipikat rumah

 Mayoritas penduduk bekerja sebagai buruh, 45% dr jumlah total penduduk kelurahan telah memiliki sertipikat rumah

 penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 20%, PNS 15%, Pekerja Informal 15% dan lain-lain 50%

 Sebanyak 73% masyarakat telah sampah di Kel Punggawan

4 Kelurahan Setabelan 946 jiwa  22% KK atau sebanyak 902 KK telah memiliki sertipikat rumah

 penduduk bekerja sebagai buruh telah memiliki sertipikat rumah

(13)

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang sudah dilakukan Kebutuhan penanganan

 penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 20%, pengusaha 10%, PNS 10% dan lain-lain 50%

 Sebanyak 84% masyarakat telah memiliki WC pribadi

6 Kelurahan Timuran 686 jiwa  84% KK atau sebanyak 775 KK telah memiliki sertipikat rumah

 penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 30%, pekerjaan infromal 10%, PNS 15% dan lain-lain 35%

 Sebanyak 69% masyarakat telah memiliki WC pribadi

 Tumupukan sampah di sungai

 Banjir sungai.

 Belum ada  Normalisasi sungai

 Pembersihan sampah dari sungai

7 Kelurahan Banyuanyar

1183 jiwa  92% KK atau sebanyak 2445 KK telah memiliki sertipikat rumah

 penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 40%, petani 10%, PNS 10% dan lain-lain 40%

 Sebanyak 80% masyarakat telah memiliki WC pribadi

 Drainase buruk

 Banjir.

 Belum ada  Perbaikan drainase

 Normalisasi sungai

8 Kelurahan Gilingan 4541 jiwa  64% KK atau sebanyak 2979 KK telah memiliki sertipikat rumah

 penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 40%, petani 10%, PNS 10% dan lain-lain 40%

 Sebanyak 80% masyarakat telah memiliki WC pribadi

 Drainase buruk

 Banjir.

 Belum ada  Perbaikan drainase

 Normalisasi sungai

9 Kelurahan Kadipiro 6074 jiwa  53% KK atau sebanyak 7218 KK telah memiliki sertipikat rumah

 penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 35%, sektor informal 15%, pedaganga sebanyak 30% dan lain-lain 20%

 Sebanyak 79% masyarakat telah

 Jaringan jalan masih kurang

 Banjir.

 Belum ada  Perbaikan jalan yang rusak

(14)

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang sudah dilakukan Kebutuhan penanganan

memiliki WC pribadi

10 Kelurahan Keprabon 6090 jiwa  79% KK atau sebanyak 732 KK telah memiliki sertipikat rumah

 penduduk bekerja disektor privat sebanyak 20%, sektor informal 25%, pekerja formal 30% dan lain-lain 20%

telah memiliki sertipikat rumah

 penduduk bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 5%, sektor informal 10%, PNS 15% dan lain-telah memiliki sertipikat rumah

 penduduk bekerja sebagai Pedagang sebanyak 15%, sebagai buruh sebanyak 10%, PNS 20% telah memiliki sertipikat rumah

(15)

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang sudah dilakukan Kebutuhan penanganan

B Kecamatan Jebres

1 Kelurahan Gandekan 1.386 jiwa  72 % KK atau sebanyak 876 KK telah memiliki sertipikat rumah

 penduduk bekerja sebagai Pedagang sebanyak 5%, sebagai buruh sebanyak 80%, sektor informal 10% dan lain-lain 5%

 Sebanyak 49% masyarakat telah telah memiliki sertipikat rumah

 penduduk bekerja sebagai PNS sebanyak 10%, sebagai buruh sebanyak 55%, sektor informal 15% dan pedagang kecil 20%

 Sebanyak 52% masyarakat telah telah memiliki sertipikat rumah

 penduduk bekerja sebagai PNS sebanyak 10 %, sebagai buruh sebanyak 30 %, sektor informal 40 % dan usaha kecil 20 %

 Penambahan ruang publik

 Perbaikan sanitasi lingkungan

4 Kelurahan Kepatihan Kulon

332 jiwa  82 % KK atau sebanyak 478 KK telah memiliki sertipikat rumah

(16)

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang sudah dilakukan Kebutuhan penanganan

5 Kelurahan Kepatihan wetan

810 jiwa  16 % KK atau sebanyak 135 KK telah memiliki sertipikat rumah

 penduduk bekerja sebagai PNS sebanyak 11 %, sebagai buruh sebanyak 50 %, pedagang kecil 24 % dan lain-lain 15 % telah memiliki sertipikat rumah

 penduduk bekerja sebagai PNS sebanyak 10 %, sebagai buruh sebanyak 50 %, pedagang kecil 20 % dan usaha kecil 5 % telah memiliki sertipikat rumah

 penduduk bekerja sebagai PNS sebanyak 10 %, sebagai buruh sebanyak 35 %, pedagang kecil 25 % dan pengusaha 5 % telah memiliki sertipikat rumah

(17)

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang sudah dilakukan Kebutuhan penanganan

sudiroprajan telah memiliki sertipikat rumah

 penduduk bekerja sebagai PNS telah memiliki sertipikat rumah

 penduduk bekerja sebagai PNS sampah, sehingga dapat memudahkan untuk pengambilan sampah untuk dibawa ke TPA 11 Kelurahan Tegalharjo 921 jiwa  80 % KK atau sebanyak 888 KK

telah memiliki sertipikat rumah

 penduduk bekerja sebagai pengusaha sebanyak 15%, sebagai buruh sebanyak 20%, sektpr informal 50 % dan lain-lain 15 %

 Sebanyak 88% masyarakat telah memiliki WC pribadi

 Kurangnya lahan terbuka

 Drainase yang buruk telah memiliki sertipikat rumah

(18)

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang sudah dilakukan Kebutuhan penanganan

 Sebanyak 66% masyarakat telah memiliki WC pribadi

PDAM

2 Kelurahan Jajar 771 jiwa  85 % KK atau sebanyak 1.282 KK telah memiliki sertipikat rumah

 penduduk bekerja sebagai PNS sebanyak 12%, sebagai pekerja formal sebanyak 25%, pedagang kecil 30% dan wiraswasta telah memiliki sertipikat rumah

 penduduk bekerja sebagai PNS sebanyak 45%, sebagai pekerja informal sebanyak 15%, pedagang kecil 25% dan pengusaha kecil telah memiliki sertipikat rumah

 penduduk bekerja sebagai PNS telah memiliki sertipikat rumah

 penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 37%, sebagai pekerja informal sebanyak 42%,

(19)

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang sudah dilakukan Kebutuhan penanganan

pengusaha besar 12% dan pengusaha kecil sebanyak 9%

 Sebanyak 73% masyarakat telah mengelola limbah yang berasal dari industri batik 6 Kelurahan Pajang 3.644 jiwa  84 % KK atau sebanyak 4.267 KK

telah memiliki sertipikat rumah

 penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 40%, sebagai industry kecil sebanyak 15%, PNS 12% dan pedagang kecil sebanyak 9%

 Sebanyak 73% masyarakat telah

telah memiliki sertipikat rumah

 penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 9%, sebagai pekerja informal sebanyak 5%, PNS 2% dan pedagang kecil sebanyak 38%

 Sebanyak 62% masyarakat telah melayani seluruh wilayah kelurahan

8 Kelurahan Penumping 731 jiwa  86 % KK atau sebanyak 1.147 KK telah memiliki sertipikat rumah

 penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 50 %, sebagai pekerja informal sebanyak 20 %, PNS 10% dan usaha kecil sebanyak 20%

 Sebanyak 67% masyarakat telah memiliki WC pribadi

(20)

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang sudah dilakukan Kebutuhan penanganan

9 Kelurahan Purwosari 1.678 jiwa  74 % KK atau sebanyak 1.619 KK telah memiliki sertipikat rumah

 penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 9%, sebagai pekerja informal sebanyak 75%, PNS 4% dan pedagang kecil sebanyak 11%

 Sebanyak 75 % masyarakat telah melayani seluruh wilayah kelurahan

10 Kelurahan Sondakan 1.673 jiwa  84 % KK atau sebanyak 2.562 KK telah memiliki sertipikat rumah

 penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 37%, sebagai pekerja informal sebanyak 47%, PNS 5% dan pedagang kecil sebanyak 6%

 Sebanyak 92 % masyarakat telah drainase terutama di bagian timur kelurahan

 Perbaikan sanitasi lingkungan

11 Kelurahan Sriwedari 626 jiwa  73 % KK atau sebanyak 785 KK telah memiliki sertipikat rumah

 penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 37%, sebagai pekerja informal sebanyak 38%, PNS 5% dan pedagang kecil sebanyak 17%

 Sebanyak 83 % masyarakat telah masyarakat untuk hidup sehat masyarakat tentang hidup sehat

D Kecamatan Pasar Kliwon

(21)

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang sudah dilakukan Kebutuhan penanganan

1 Kelurahan Baluwarti 1.282 jiwa  0 % KK yang memiliki sertipikat rumah, karena semua lahan merupakan milik Keraton

 penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 50%, sebagai pekerja informal sebanyak 10%, PNS 30% dan pedagang kecil sebanyak 10%

 Sebanyak 58 % masyarakat telah boleh merusak bangunan bersejarah yang ada di Kelurahan Baluwarti

2 Kelurahan Gajahan 443 jiwa  89 % KK atau sebanyak 886 KK yang memiliki sertipikat tanah tempat tinggalnya,

 penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 63 %, sebagai sektor informal sebanyak 10%, PNS 5% dan pedagang sebanyak 17%

 Sebanyak 20 % masyarakat telah memiliki WC pribadi

 Banjir karena terkena genangan air yang berasal dari saluran drainase yang meluap yang memiliki sertipikat tanah tempat tinggalnya,

 penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 70 %, sebagai PNS 10%, pedagang sebanyak 15% dan pensiunan sebanyak 5%

 Sebanyak 59 % masyarakat telah memiliki WC pribadi

 Banjir karena terkena genangan air yang berasal dari saluran drainase yang meluap yang memiliki sertipikat tanah tempat tinggalnya,

(22)

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang sudah dilakukan Kebutuhan penanganan

pegawai sebanyak 5% yang memiliki sertipikat tanah tempat tinggalnya,

 penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 70 %, sebagai PNS 10%, pedagang sebanyak 15% dan pensiunan sebanyak 5%

 Sebanyak 70 % masyarakat telah memiliki WC pribadi

 Banjir karena terkena genangan air yang berasal dari saluran drainase yang meluap

 Saluran drainase yang buruk

 Kualitas air bersih yang rendah, karena banyaknya limbah batik yang masuk ke dalam yang memiliki sertipikat tanah tempat tinggalnya,

 penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 60 %, sebagai PNS 5%, pedagang kecil sebanyak 25% dan sector informal sebanyak 10%

 Sebanyak 51 % masyarakat telah banyaknya limbah batik yang masuk ke dalam tanah

 Permukiman kumuh dan tidak sehat

(23)

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang sudah dilakukan Kebutuhan penanganan

sebanyak 50 %, sebagai PNS 15%, pedagang sebanyak 30% dan lain-lain sebanyak 5%

 Sebanyak 45 % masyarakat telah memiliki WC pribadi

rendah, karena banyaknya limbah batik yang masuk ke dalam tanah

 Sanitasi lingkungan yang buruk yang memiliki sertipikat tanah tempat tinggalnya,

 penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 50 %, sebagai PNS 10%, pedagang sebanyak 10% dan sector informal sebanyak 30%

 Sebanyak 64 % masyarakat telah banyaknya limbah batik yang masuk ke dalam tanah

 Sanitasi lingkungan yang buruk yang memiliki sertipikat tanah tempat tinggalnya,

 penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 40 %, sebagai PNS 10%, pedagang sebanyak 35% dan pensiunan sebanyak 15%

 Sebanyak 50 % masyarakat telah banyaknya limbah batik yang masuk ke dalam tanah

(24)

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang sudah dilakukan Kebutuhan penanganan

 penduduk bekerja sebagai buruh banyaknya limbah batik yang masuk ke dalam tanah

 Sanitasi lingkungan yang buruk yang memiliki sertipikat tanah tempat tinggalnya,

 penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 40 %, sebagai PNS 10%, wiraswasta sebanyak 20% dan pekerja informal sebanyak 30% yang memiliki sertipikat tanah tempat tinggalnya,

 penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 40 %, sebagai pengusaha sebanyak 10%, pedagang kecil sebanyak 25 % yang memiliki sertipikat tanah tempat tinggalnya,

 penduduk bekerja sebagai Pekerja

(25)

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang sudah dilakukan Kebutuhan penanganan

formal sebanyak 10%, sebagai wiraswasta sebanyak 20%, pedagang kecil sebanyak 30 % dan pekerja informal sebanyak 40 %

 Sebanyak 59 % masyarakat telah memiliki WC pribadi

 Sanitasi lingkungan yang buruk

5 Kelurahan Kratonan 683 jiwa  86 % KK atau sebanyak 1.034 KK yang memiliki sertipikat tanah tempat tinggalnya,

 penduduk bekerja sebagai Pekerja formal sebanyak 15%, sebagai buruh sebanyak 20%, pedagang kecil sebanyak 50 % dan PNS sebanyak 15 %

 Sebanyak 69 % masyarakat telah memiliki WC pribadi

 Akses PDAM yang rendah

 Sedikitnya ruang public yang ada di kelurahan ini

 Belum ada  Peningkatan saluran air bersih perpipaan dari PDAM agar menjangkau seluruh wilayah kelurahan

 Penambahan ruang public yang dapat berupa taman

6 Kelurahan Serengan 1.660 jiwa  88 % KK atau sebanyak 2.439 KK yang memiliki sertipikat tanah tempat tinggalnya,

 penduduk bekerja sebagai Pekerja informal sebanyak 20%, sebagai buruh sebanyak 2%, pedagang kecil sebanyak 40 % dan pengusaha kecil sebanyak 20%

 Sebanyak 62 % masyarakat telah memiliki WC pribadi

 Banjir  Belum ada  Perbaikan saluran drainase

 Normalisasi sungai

7 Kelurahan Tipes 1.776 jiwa  71 % KK atau sebanyak 2.168 KK yang memiliki sertipikat tanah tempat tinggalnya,

 penduduk bekerja sebagai Pekerja informal sebanyak 11%, sebagai buruh sebanyak 33%, pedagang

 Banjir

 Akses PDAM yang rendah

 Kesadaran lingkungan yang rendah

 Belum ada  Normalisasi sungai

 Perbaikan saluran drainase

(26)

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang sudah dilakukan Kebutuhan penanganan

kecil sebanyak 41 % dan PNS sebanyak 15 %

 Sebanyak 23 % masyarakat telah memiliki WC pribadi

seluruh wilayah kelurahan

 Penyuluhan/sosialisasi tentang hidup sehat dan peduli lingkungan

(27)

Gambar

Tabel 8.1 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
Tabel 8.3 Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kota

Referensi

Dokumen terkait

Premis P 1 : Jika prestasi belajar siswa tidak tinggi, maka bebera siswa belajar tidak dengan.. sungguh-sungguh, maka prestasi belajar

Kreativitas guru dalam proses pembelajaran menulis puisi siswa kelas VII-C MTsN Panekan Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan dapat dilihat dengan media yang telah

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien program jaminan kesehatan nasional (JKN) sangat puas dengan kualitas pelayanan RSUD Muntilan berdasarkan perhitungan

Penerapan permainan bowling pada anak kelompok A TK Eka Puri Mandiri I Manahan dimulai dengan mengadakan observasi proses pembelajaran anak, wawancara terhadap

Joni dan Lina (2010) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dengan variabel pertumbuhan aktiva, ukuran perusahaan, profitabilitas, risiko bisnis,

Sistem Informasi Pengelolaan Inventaris di Fasilkom (Fakultas Ilmu Komputer) Universitas Widya Dharma Klaten adalah sebuah sistem yang dapat membantu petugas

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya serta nikmat kesehatan yang telah diberikan kepada penulis sehingga atas ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan

Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung, dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari