• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN 4.1. ASPEK LINGKUNGAN - DOCRPIJM_6bd61006a5_BAB IVBab 4. ASPEK EKONOMI, LINGKUNGAN DAN SOSIAL_OK.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN 4.1. ASPEK LINGKUNGAN - DOCRPIJM_6bd61006a5_BAB IVBab 4. ASPEK EKONOMI, LINGKUNGAN DAN SOSIAL_OK.pdf"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB IV

ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN

4.1. ASPEK LINGKUNGAN

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan

RPI2-JM bidang Cipta Karya telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup.

Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai

berikut:

1. UU No.32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup :

“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup

terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan

Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan kesanggupan

Pengelolaan danPemantauanLingkungan Hidup (SPPLH)”

2. UU No.17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu

penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten

di segala bidang”

3. Peraturan Presiden No.5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2010-2014:

“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di

perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan

peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan

(2)

2

4. Permen LHNo. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan

Hidup Strategis:

Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan

untuk penyiapan alternative penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau

program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat

diminimalkan.

5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun

dokumen Amdal, UKL dan UPL atau Surat Pernyataan Kesanggupan

Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan SPPL bagi kegiatan atau

UKL danUPL.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah

kabupaten/kotadalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada

UU No.32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

1. Pemerintah Pusat

a. Menetapkan kebijakan nasional.

b.Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.

c. Menetapkan dan melaksan akan kebijakan mengenai KLHS.

d.Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

e.Melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan

hidup.

f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak

perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.

g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan

nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.

(3)

3

i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.

j. Menetapkan standar pelayanan minimal.

2. Pemerintah Provinsi

a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan,

peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.

e. Mengembangkan dan menerapkan instrument lingkungan hidup.

f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada

kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.

g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

3. Pemerintah Kabupaten

a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

d. Mengembangkan dan menerapkan instrument lingkungan hidup.

e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

4.1.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Menurut UUNo.32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat

KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan

partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan

telah menjadi dasar danterintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah

(4)

4 didalam RPIJM karena:

1. RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan

pembangunan infrastruktur.

2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan karena RPIJM berada

pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS

menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana

dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan

pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatifter

hadap lingkungan hidup.

Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi sangat diperlukan untuk

mentransfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong

terjadinya pembangunan berkelanjutan.

Tahapan Pelaksanaan KLHS

Selanjutnya tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan

rencana/program dalam RPIJM persektor dengan mempertimbangkan

isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan,

dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas

dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau

kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber

daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan an/atau lahan, (6)

peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan

penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko

terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.

Untuk lebih jelasnya tentang Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan

(5)

5

Tabel 4.1. Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta

Karya di Kabupaten Kotawaringin Barat

No. Kriteria Penapisan

Penilaian

Terjadi beberapa tahun

terakhir akibat pengaruh

perubahan iklim Australia, tapi

masih pada batas aman

Tidak signifikan

psesir patai yang berakibat

pada kemerosotan habitat

plasma nutfah. Namun sejauh

ini masih dalam batas aman

Tidak signifikan

3. Peningkatan

intensitas dan

Kabakaran lahan sering terjadi

sebagai akibat kekeringan dan

kebiasaan membakar untuk

pakan ternak, sebagai akibat

perubahan iklim, dan

kebiasaan membakar, tapi

masih terpantau

Tidak signifikan

(6)

6

4. dan kelimpahan

sumber daya alam

untuk industri dan bahan

tabang galian C lainnya di

beberapa tempat yang

berakibat pada penurunan

mutu dan kelimpahan sumber

daya alam, namun sejauh ini

masih dalam batas aman

5.

Peningkatan alih

fungsi kawasan

hutan dan/atau

lahan,

Alih fungsi lahan hutan/semak

belukar menjadi hunian di

pinggir kota dan alih fungsi

lahan hunian menjadi

perdagangan pada jalur jalan

utama pusat Kabupaten

Kotawaringin Barat. Sejauh ini

masih aman namun perlu

Pesatnya pertumbuhan

penduduk migran perdesaan

ke Kabupaten Kotawaringin

Barat dengan keterampilan

yang terbatas mengakibatkan

peningatan jumlah penduduk

miskin perkotaan dan

terbantuknya kampung kumuh

dan Sqoter setlemen pada

beberapa kawasan di

(7)

7 Kabupaten Kotawaringin Barat

7.

Peningkatan risiko

terhadap

kesehatan dan

keselamatan

manusia

Terjadi pencemaran sumber

air permukaan dan sumur

dangkal dalam Kabupaten

Kotawaringin Barat oleh

bakteri Ecoly dan polusi udara

akibat aktifitas Industri tapi

belum sampai pada tingkat

yang mengkwatirkan

Tidak signifikan

Rencana/program dalam RPIJM berpengaruh terhadap kriteria penapisan

diatas maka Satgas RPIJM didukung Badan lingkungan hidup (BPLHD) dapat

menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut:

1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di

Wilayah Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai

berikut:

a) Identifikasi Masyarakatdan Pemangku Kepentingan Lainnya

Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepenting adalah :

 Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan

dalam pelaksanaan KLHS;

 Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU

No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup;

 Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan,

rencana dan/atau program memperoleh legitimasi atau

(8)

8

 Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan

akses untuk menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan

pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui

proses penyelenggaraan KLHS.

Tabel 4.2. Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan

dan Masyarakat dalam penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya

Masyarakat dan Pemangku

Kepentingan Lembaga

Pembuat keputusan

a.Bupati/Walikota

b.DPRD

Penyusun kebijakan, rencana

dan/atau program Dinas PU-Cipta Karya, BPLHD

Instansi a.Dinas PU-Cipta Karya

b.BPLHD

Masyarakat yang memilik Informasi

dan/atau keahlian

(perorangan/tokoh/kelompok)

a.Perguruan tinggi ataulembaga

penelitian lainnya

b.Asosiasi profesi

c.Forum-forum pembangunan

berkelanjutan dan lingkungan hidup

d.LSM/Pemerhati Lingkungan hidup

e.Perorangan/tokoh

f.kelompok yang memiliki data dan

(9)

9 Masyarakat terkena Dampak

a.LembagaAdat

b. Asosiasi Pengusaha

c. Tokoh masyarakat

d. Organisasi masyarakat

e.Kelompok masyarakat tertentu

(nelayan, petani dll)

b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan

Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan:

 Penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi

aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan

antar ketiga aspek tersebut; pembahasan focus terhadap isu

signifikan; dan membantu penentuan capaian tujuan

pembangunan berkelanjutan.

Tabel 4.3. Proses Identifikasi Isu Pembangunan

Berkelanjutan Bidang Cipta Karya

Pengelompokan Isu-isu Pembangunan

Berkelanjutan Bidang CiptaKarya Penjelasan Singkat

Lingkungan Hidup Permukiman

Isu 1: kecukupan air baku untuk air

minum

Sumber mata air permukaan yang

terbatas perlu diantisipasi dengan

sumber alternatif berupa

(10)

10 permukaan pada musim hujan,

sumber air tanah dalam dan/atau

penyulingan air asin.

Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh

infrastruktur yang tidak berfungsi

maksimal

Sumber pencemaran lingkungan

oleh infrastruktur yang tidak

berfungsi maksimal mungkin terjadi

pada instalasi pengolahan limbah

rumah sakit, industri kerajinan

rumah tangga atau pada industri

besar.

Isu 3: dampak kawasan kumuh terhadap

kualitas lingkungan Kawasan kumuh

menyebabkan penurunan kualitas

lingkungan

Penurunan kualitas akibat

permukiman kumuh antara lain

pada daerah sempadan sungai/

Ekonomi

Isu 4: kemiskinan berkorelasi dengan

kerusakan lingkungan Pencemaran

air mengurangi kesejahteraan

masyarakat

Kerusakan lingkungan sebagai

dampak kemiskinan masyarakat

perkotaan dapat dilihat pada

kampung kumuh perkotaan.

Sosial

Isu 5: Pencemaran menyebabkan

berkembangnya wabah penyakit

- Menyebabkan penyakit ispa akibat

pembakaran sampah secara terbuka

Pencemaran lingkungan di

Kabupaten Kotawaringin Barat

terjadi di sekitar tempat

(11)

11

- Menyebabkan penyakit diare depo atau TPA), juga di kawasan

sekitar pasar dan di kawasan indutri

pengolahan serta pada kawasan

kumuh.

c) Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)

Tabel 4.4. Identifikasi KRP

No.

Komponen kebijakan, rencana/

program Kegiatan

1.

Pengembangan Permukiman

Pemb.infrastruktur permukiman

kumuh

Pemb. RSH

2. Penataan Bangunandan

Lingkungan

Akses gedung & Lingkungan

Revit Kawasan

3.

Pengembangan Air Minum SPAM kaw.Kumuh

SPAm kaw. PPI

4.

Pengembangan Penyehatan

Lingkungan Permukiman

Peningk.Infrastruktur Air limbah

setempat

(12)

12 KHLS merupakan instrumen lingkungan yang diterapkan pada

tataran rencana program. Sedangkan pada tataran kegiatan atau

keproyekan, instrumen yang lebih tepat diterapkan adalah AMDAL,

UKL-UPL dan SPPLH. Penjelasan perbendaan antara KHLS dan

AMDAL di sajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.5. Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL

Deskripsi Kajian Lingkungan

Hidup Strategis (KLHS)

Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (Amdal)

Rujukan

Peraturan

Perundangan

UU 32 tahun 2009

tentang Perlindungan

dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup

Permen LH 09/2011

tentang Pedoman umum

KLHS

UU 32 tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup

Permen PPU 10/PRT/M/2008

tentang jenis kegiatan bidang PU

wajib UKLUPL

Permen LH 5/2012 tentang jenis

rencana usaha dan/atau

kegiatanWajib AMDAL

Pengertian

Umum

Rangkaian analisis yang

sistematis, menyeluruh,

dan partisipatif untuk

memastikan bahwa

prinsip pembangunan

berkelanjutan telah

menjadi dasar dan

terintegrasi dalam

Kajian mengenai dampak penting

suatu usaha dan/atau kegiatan

yang direncanakan pada

lingkungan hidup yang diperlukan

bagi proses pengambilan

keputusan tentang

penyelenggaraan usaha dan/atau

(13)

13

Deskripsi Kajian Lingkungan

Hidup Strategis (KLHS)

Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (Amdal)

pembangunan suatu

wilayah dan/atau

kebijakan, rencana,

dan/atauprogram.

Kegiatan adalah segala bentuk

aktivitas yang dapat menimbulkan

perubahan terhadap rona

lingkungan hidup serta

menyebabkan dampak terhadap

lingkungan.

Kewajiban

pelaksanaan

Pemerintah dan

Pemerintah Daerah

Pemrakarsa rencana usaha

dan/atau kegiatan yang masuk

kriteria sebagai wajib AMDAL

Pemerintah/swasta)

Keterkaitan

studi

lingkungan

dengan:

Penyusunan atau

evaluasi RTRW, RPJP dan

RPIM Kebijakan, rencana

dan/atau program yang

berpotensi menimbulkan

dampak dan/atau resiko

lingkungan

Tahap perencanaan suatu usaha

dan atau kegiatan

Mekanisme

pelaksanaan

pengkajian pengaruh

kebijakan, rencana, dan/

atau program terhadap

kondisi lingkungan hidup

di suatu wilayah;

perumusan alternatif

Pemrakarsa dibantu oleh pihak

lain yang berkompeten

sebagaipenyusun AMDAL

Dokumen AMDAL dinilai oleh

komisi penilai AMDAL yang

(14)

14

Deskripsi Kajian Lingkungan

Hidup Strategis (KLHS)

Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (Amdal)

penyempurnaan

kebijakan, rencana,

dan/atau program; dan

rekomendasi perbaikan

untuk pengambilan

keputusan kebijakan

rencana, dan/atau

program yang

mengintegrasikan

prinsip pembangunan

berkelanjutan.

atau Bupati/Walikota sesuai

kewenangannya dan dibantu

olehTim Teknis.

Komisi penilai AMDAL

menyampaikan rekomendasi

berupa kelayakan atau

ketidaklayakan lingkungan kepada

Menteri, gubernur, dan

bupati/walikota sesuai dengan

kewenangannya.

Menteri, gubernur, dan

bupati/walikota berdasarkan

rekomendasi komisi penilai

AMDAL menerbitkan

Keputusan Kelayakan atau

Ketidaklayakan lingkungan

Berkelanjutan Kajian

pengaruh

rencana/program

dengan isu- isu

strategis terkait

i. Kerangkaacuan;

ii. Andal;

iii. RKL-RPL.

Kerangka acuan menjadi dasar

penyusunan Andal dan RKL - RPL.

Kerangka acuan wajib sesuai

(15)

15

Deskripsi Kajian Lingkungan

Hidup Strategis (KLHS)

Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (Amdal)

pembangunan

berkelanjutan.

Alternatif

rekomendasi untuk

rencana/program

wilayah dan/atau rencana tata

ruang kawasan.

Output

Dasar bagi kebijakan,

rencana, dan/atau

program pembangunan

dalam suatu wilayah.

Keputusan Menteri, gubernur dan

bupati/walikota sesuai

kewenangan tentang kelayakan

atau ketidaklayakan lingkungan.

Outcome

Rekomendasi KLHS

digunakan sebagai alat

untuk melakukan

perbaikan kebijakan,

rencana, dan/atau

program pembangunan

yang melampaui daya

dukung dan daya

tamping lingkungan.

Segala usaha dan/atau

kegiatan yang telah

melampaui daya dukung

dan daya tampung

lingkungan hidup sesuai

hasil KLHS tidak

 Dasar pertimbangan penetapan

kelayakan atau ketidak layakan

lingkungan

 Jumlah dan jenis izin

perlindungan hidup yang

diwajibkan

 Persyaratan dan kewajiban

pemrakarsa sesuai yang

(16)

16

Deskripsi Kajian Lingkungan

Hidup Strategis (KLHS)

Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (Amdal)

diperbolehkanlagi.

Pendanaan APBD Kabupaten/Kota

 Kegiatan penyusunan AMDAL

(KA, ANDAL, RKL-RPL) didanai

oleh pemrakarsa,

 Kegiatan Komisi Penilai

AMDAL, Tim Teknis dan

secretariat Penilai AMDAL

dibebankan pada APBN/APBD

 Jasa penilaian KA, AMDAL dan

RKL-RPL oleh komisi AMDAL

dan tim teknis dibiayai oleh

pemrakarsa.

 Dana pembinaan dan

pengawasan dibebankan pada

anggaran instansi lingkungan

hidup pusat, provinsi dan

kabupaten/kota

Partisipasi

Masyarakat

Masyarakat adalah salah

satu komponen dalam

kabupaten/kota yang

dapat mengakses

dokumen

pelaksanaanKLHS

Masyarakatyangdilibatkanadalah:

i. Yangterkenadampak;

ii. Pemerhati lingkungan hidup;

dan/atau

iii. Yang terpengaruh atas segala

(17)

17

Deskripsi Kajian Lingkungan

Hidup Strategis (KLHS)

Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (Amdal)

proses AMDAL

Atribut

Lainnya

:Posisi

Hulu siklus pengambilan

keputusan

Akhir skilus pengambilan

keputusan

Pendekatan Cenderung proaktif Cenderung bersifat reaktif

Fokus

analisis

Evaluasi implikasi

lingkungan dan

pembangunan

berkelanjutan

Identifikasi, prakiraan dan evaluasi

dampak lingkungan

Dampak

kumulatif

Peringatan dini atas

adanya dampak

komulatif

Amat terbatas

Titikberat

meminimalkan dampak negative

Alternatif Banyak alternatif Alternatif terbatas jumlahnya

Kedalaman

Luas dan tidak rinci

sebagai landasan untuk

Mengarahkan visi dan

kerangka umum

Sempit, dalam dan rinci

(18)

18

Deskripsi Kajian Lingkungan

Hidup Strategis (KLHS)

Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (Amdal)

proses tumpang tindih

komponen, KRP

Merupakan proses

interatkif dan kontinu

jelas, mempunyai awal dan Akhir

Fokus

pengendali

andampak

Fokus pada agenda

pembangunan

berkelanjutan

Menangani gejala kerusakan

lingkungan

Institusi Penilai

Tidak diperlukan

institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan KLHS

Diperlukan institusi yang

berwenang memberikan penilaian dan persetujuan AMDAL

Sumber:: Hasil analisa

4.1.2. Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH

Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah

ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012

tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan

Peraturan MenteriPekerjaan Umum No.10 Tahun 2008 Tentang Penetapan

Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang

Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidupdan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:

1. Proyek wajib AMDAL

2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL

3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib

(19)

19

Tabel 4.6.

Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

No. JenisKegiatan Skala/Besaran

A. Persampahan:

a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dg

system Control landfill/sanitary landfill:

b. TPA didaerah pasang surut:

- luas landfill, atau

- KapasitasTotal

c. Pembangunan transfer station

- Kapasitas

d. PembangunanInstalasi PengolahanSampah

terpadu:

- Kapasitas

e. Pengolahandengan insinerator:

- Kapasitas

f. CompostingPlant:

- Kapasitas

g. Transportasi sampahdengankeretaapi:

- Kapasitas

B. Pembangunan Perumahan/Permukiman:

a. Kotametropolitan, luas

b. Kota besar, luas

c. Kota sedang dan kecil, luas

d. keperluan settlement transmigrasi

>25ha

>50ha

> 100ha

(20)

20

No. JenisKegiatan Skala/Besaran

C. Air Limbah Domestik

a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas

penunjang : - Luas, atau Kapasitasnya

b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk

fasilitas penunjangnya:

- Luas,atau

- Kapasitasnya

c. Pembangunansistem perpipaanairlimbah:

- Luaslayanan, atau

a.Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas

penunjang:

Pembangunan Saluran Drainase (Primer

dan/atau sekunder) dipermukiman

a. Kotabesar/metropolitan,panjang:

b. Kotasedang,panjang:

>5km

>10km

E. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan

a. Pembangunan jaringan distribusi

- Luas layanan

b. Pembangunanjaringantrasmisi

- panjang

>500ha

>10km

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas

(21)

21 dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis

kegiatan bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi

dokumen UKL-UPL tercermin dalam tabel berikut :

Tabel 4.7. Penapisan Rencana Kegiatan

Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

a. Persampahan i. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan system

controlled landfill atau sanitary landfill termasuk

instansi penunjang:

• Luas kawasan,atau<10Ha

• Kapasitas total<10.000ton

ii. TPA daerah pasang surut

• Luas landfill,atau< 5Ha

• Kapasitas total<5.000 ton

iii. PembangunanTransfer Station

• Kapasitas< 1.000ton/hari

iv. Pembangunan Instalasi/Pengolahan SampahTerpadu

• Kapasitas< 500ton

v. PembangunanIncenerator

• Kapasitas< 500ton/hari

vi. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos

(22)

22

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

b. Air Limbah

Domestik/

Permukiman

i. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja

(IPLT) termasuk fasilitas penunjang

• Luas <2ha

• Atau kapasitas<11m3/hari

ii. Pembanguna nInstalasiPengolahanAir Limbah(IPAL)

• Luas <3ha

• Atau bahan organik<2,4 ton/hari

iii. Pembangunan sistem perpipaan air limbah

(sewerage/off- site sanitation system)

diperkotaan/permukiman

• Luas <500ha

• Atau debit airlimbah<16.000m3/hari

c. Drainase

Permukaan

perkotaan

i. Pembangunan saluran primer dan sekunder

• Panjang <5km

ii. Pembangunan kolam retensi/polder diarea/kawasan

pemukiman

• Luas kolam retensi/polder (1–5) ha

d. Air Minum i. Pembangunan jaringan distribusi:

• luas layanan:100ha s.d. <500ha

ii. Pembangunan jaringan pipa transmisi

(23)

23

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

• Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d .M10km

• Pedesaan,Panjang: -

iii. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber

air permukaan lainnya (debit)

• Sungai danau: 50 lpss.d. <250 lps

• Mat aair : 2,5lpss.d. <250 lps

iv. Pembangunan Instalas iPengolahan air lengkap

• Debit : >50 lpss.d. <100 lps

v. Pengambilan air tanah dalam(debit) untuk

kebutuhan:

• Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara

SPAM:2,5 lps- <50 lps

• Kegiatan lain dengan tujuan

komersil:1,0lps-<50lps

e. Pembangunan

Gedung

i. Pembangunan bangunan gedungdi atas/bawah

tanah:

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung

perkantoran, perdagangan, perindustrian,

perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan

bangunan gedung tempat penyimpanan : 5000m2

s.d. 10.000m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid

(24)

24

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan

kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000m2

3) Fungsisosial dan budaya, meliputi bangunan gedung

pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan,

kebudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung

pelayanan umum : 5000m2 s.d. 10.000m2

4) Fungsi khusus, seperti reactor nuklir, instalasi

pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis

yang ditetapkan oleh menteri

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk

Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

ii. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah

yang melintasi prasarana dan atau sarana umum :

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung

perkantoran, perdagangan, perindustrian,

perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan

bangunan gedung tempat penyimpanan : 5000m2

s.d. 10.000m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid

termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel,

bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan

kelenteng : 5000 m2s.d. 10.000m2

3) Fungsisosial dan budaya, meliputi bangunan gedung

(25)

25

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

keudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung

pelayana numum : 5000m2 s.d. 10.000m2

4) Fungsik husus, seperti reactor nuklir, instalasi

pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis

yang ditetapkan oleh menteri

Semua bangunan yan gtidak dipersyaratkan untuk

Amdal mak awajib dilengkapi UKLdanUPL

iii. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di

atas air:

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung

perkantoran, perdagangan, perindustrian,

perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan

bangunan gedung tempat penyimpanan :5000m2

s.d.10.000m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid

termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel,

bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan

kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000m2

3) Fungsisosial dan budaya, meliputi bangunan gedung

pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan,

kebudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung

pelayanan umum : 5000m2 s.d. 10.000m2

4) Fungsi khusus, seperti reactor nuklir, instalasi

pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis

(26)

26

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib

dilengkapi UKL dan UPL

f. Pengembanga

n kawasan

permukiman

baru

i. Kawasan Permukiman Sederhana Untuk masyarakat

berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS,

TNI/POLRI, buruh/pekerja;

• Jumlah hunian: < 500 unit rumah; • Luas kawasan:< 10ha

ii. Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai

pusat kegiatan social ekonomi local pedesaan (Kota

Terpadu Mandiri KTM eks transmigrasi, fasilitas

pelintas batas PPLB di perbatasan);

• Jumlah hunian: < 500unitrumah; • Luas kawasan:< 10ha

iii. Pengembangan kawasan permukiman baru dengan

pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap

Bangun/ lingkungan Siap Bangun)

• Jumlah hunian: < 500unitrumah; • Luas kawasan:< 10ha

g. Peningkatan

Kualitas

Permukiman

i. Penanganan kawasan kumuh diperkotaan dengan

pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need

)pelayanan infrastruktur, tanpa pemindaha

npenduduk;

• Luaskawasan:< 10ha

ii. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil,

(27)

27

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

• Luaskawasan:< 10ha

iii. Pengembangan kawasan perdesaan untuk

meningkatkan ekonomi local (penanganan kawasan

agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan

desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP)

• Luas kawasan:< 10ha

h. Penanganan

Kawasan

Kumuh

Perkotaan

i. Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh

berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan

dengan pendekatan peremajaan kota (urban

renewal), disertai dengan pemindahan penduduk, dan

dapat dikombinasikan dengan penyediaan bangunan

rumah susun

• Luas kawasan:< 5ha

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masihdi bawah batas

wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi

dokumen UKL- UPL tetapi wajibdi lengkapi dengan Surat Pernyataan

Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).

Namun sampai saat ini belum terdata lengkap dokumen-dokumen terkait

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Kotawaringin Barat.

4.2. Aspek Sosial

Aspek social terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang

(28)

28 maupun pasca pembangunan/ pengelolaan. Pada taraf perencanaan,

pembangunan infrastruktur permukiman menyentuh aspek-aspek sosial yang

terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saatini, seperti pengentasan

kemiskinan serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan

kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi,

pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman

kembali.

Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi

apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat

atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya

memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:

1. UU No.17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

 Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga

dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok

masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan

masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah

bencana.

 Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak

di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik

gender.

2. UUNo.2/2012 tentang Pengadaan UU No.2/2012 tentang Pengadaan Lahan

bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:

 Pasal 3 : Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan

menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan

(29)

29 tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2010-2014:

 Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah

program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan

kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan,

kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.

 Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses

dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.

4. Peraturan Presiden No.15/2010 tentang Percepatan penanggulangan

Kemiskinan

 Pasal 1 : Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang

dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta

masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui

bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi

mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan

ekonomi.

5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarus utamaan Gender dalam

Pembangunan Nasional

 Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan

gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,

pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan

nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi,

(30)

30 Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah

kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:

1. Pemerintah Pusat:

a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat

strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

b. Menjamin tersedianyapendanaan untuk kepentingan umum yangbersifat

strategisnasional ataupunbersifatlintasprovinsi.

c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan

sosial,

pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta

program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di

tingkatpusat.

d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya

perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas

kebijakan dan program pembangunan nasional berperspektif gender,

khususnya untuk bidang Cipta Karya.

2. Pemerintah Provinsi:

a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat

regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.

b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang

bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.

c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan

sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil,

serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di

tingkat provinsi.

d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya

(31)

31 kebijakan dan program pembangunan ditingkat provinsi berperspektif

gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota:

a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di

kabupaten/kota.

b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di

kabupaten/kota.

c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,

pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta

program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat

kabupaten/kota.

d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya

perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas

kebijakan dan program pembangunan di tingkat kabupaten/kota

berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

4.2.1. Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Kemiskinan

Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya

diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral.

Salah satu aspek yang perlu ditindak- lanjuti adalah isu kemiskinan.

Kajian aspek sosial lebih menekankan pada manusianya sehingga yang

disasar adalah kajian mengenai penduduk miskin, mencakup data

eksisting, persebaran, karakteristik, sehingga kebutuhan

(32)

32

Tabel 4.8. Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk

Miskin Kabupaten Kotawaringin Barat

(33)

33

hunian milik

sendiri, dan

bersama

Sumber : BPS Kab.Kota Waringin Barat 2012

Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk

menentukan keluarga/rumahtanggadikategorikanmiskin, yaitu:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m² per orang.

2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/ bambu/ kayu

murahan.

3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas

rendah/ tembok tanpa diplester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan

rumah tangga lain.

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/

sungai/ air hujan.

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/

minyak tanah.

8. Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam satu kali dalam

seminggu.

9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari.

11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/

poliklinik.

12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani dengan

(34)

34 perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan

dibawah Rp.600.000,- per bulan.

13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah/ tidak

tamat SD/hanya SD.

14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan

minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit/ nonkredit,

emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga

dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.

Pengarusutamaan Gender

Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan

pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah

kegiatan responsive gender bidang Cipta Karya meliputi Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat(PNPM)Mandiri Perkotaan,

Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP),

Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah(PISEW),

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat(PAMSIMAS),

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan(PPIP),

RuralInfrastructureSupport (RIS)to PNPM, Sanitasi Berbasis

Masyarakat(SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL),

dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat

bidang Cipta Karya. Menindaklanjuti hal tersebut maka diperlukan

suatu pemetaan awal untuk mengetahui bentuk responsif gender dari

masing-masing kegiatan, manfaat, hingga permasalahan yang timbul

sebegai pembelajaran dimasa dating di daerah.

Namun belum terdata dengan lengkap aspek pengarusutamaan Gender

(35)

35

4.2.2. Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran

kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk

meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak

maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi,

pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan,

serta permukiman kembali.

1. Konsultasi masyarakat

Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada

masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkinterkena

dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini

sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat,

usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses

perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat

persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan

pembebasan lahan.

2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan

bangunan

Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas

tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta

karya berlokasi diatas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah

ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip

utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil

harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki,

pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat

(36)

36

3. Permukiman kembali penduduk (resettlement)

Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus

mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali

penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk

tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus

dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan

mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk

mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan

dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi

yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi

lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai

persyaratan.

Di Kabupaten Kotawaringin Barat, belum terdata kegiatan

pembangunan Cipta Karya yang menyangkut pemindahan penduduk

dan pemberian kompensasi serta permukiman kembali.

4.2.3. Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya memberi manfaat bagi

masyarakat. Manfaat tersebut dapat terlihat secara kasat mata dan secara

sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan

infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga

pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk

mendapatkan akses pelayanan tersebut.

Penanganan aspek sosial pasca pelaksanaan pembangunan bidang Cipta

Karya di Kabupaten Kotawaringin Barat sudah terlihat, terasa dan terukur

sejak pembangunannya pada tahun-tahun sebelumnya. Seperti

(37)

37

perpipaan dan sebagainya, namun data mengenai identifikasi

Gambar

Tabel 4.1. Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta
Tabel 4.2. Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan
Tabel 4.3. Proses Identifikasi Isu Pembangunan
Tabel 4.4.  Identifikasi KRP
+5

Referensi

Dokumen terkait

fase TKF d sampai te temperatur menjadi TK dapat terben dan memili memiliki de pada β -TK terbentuk p dikenal lebi hidroksiapa kemampuan dibandingka Selain itu, k

Komputer Client tidak terhubung. c) Kembali ke form Tambah Biaya. b) Sistem menutup form Tambah Biaya.. Diagram Aktivitas Form Utama Memilih Menu Tambah Biaya Display Form Tambah

Terkait dengan hal di atas jawaban responden mengenai somasi yang diberikan pihak Rumah Sakit Woodward Palu, dapat diketahui setelah somasi atau surat teguran

Semoga Rencana Kinerja Tahun 2017 Dinas Registrasi Kependudukan Aceh ini dapat menjadi dokumen perencanaan yang bermanfaat sebagai pedoman kerja dan bisa dilaksanakan dengan

Mengingat begitu luasnya permasalahan yang berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi impulse buying , agar permasalahan yang diteliti lebih terfokus maka dalam

(Kolarik dalam Tjiptono, 2000) meneliti terhadap lebih dari 3.000 konsumen di Amerika Serikat, Jerman Barat, dan Jepang, didapatkan hasil bahwa ada berbagai faktor yang

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Ainur Rachman (2015) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh inflasi, nilai tukar rupiah,

Lokal Kitab Fathul Qorib dalam Meningkatkan Pemahaman Mata Pelajaran Fiqih (Studi Kasus di MTs NU Miftahul Falah Cendono Dawe Kudus) ”.