1
BAB IV
ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN
4.1. ASPEK LINGKUNGAN
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan
RPI2-JM bidang Cipta Karya telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai
berikut:
1. UU No.32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup :
“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan
Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan kesanggupan
Pengelolaan danPemantauanLingkungan Hidup (SPPLH)”
2. UU No.17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu
penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten
di segala bidang”
3. Peraturan Presiden No.5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di
perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan
peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan
2
4. Permen LHNo. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan
Hidup Strategis:
Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan
untuk penyiapan alternative penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau
program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat
diminimalkan.
5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun
dokumen Amdal, UKL dan UPL atau Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan SPPL bagi kegiatan atau
UKL danUPL.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kotadalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada
UU No.32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
1. Pemerintah Pusat
a. Menetapkan kebijakan nasional.
b.Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c. Menetapkan dan melaksan akan kebijakan mengenai KLHS.
d.Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
e.Melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup.
f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak
perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan
nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.
3
i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.
j. Menetapkan standar pelayanan minimal.
2. Pemerintah Provinsi
a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan,
peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.
e. Mengembangkan dan menerapkan instrument lingkungan hidup.
f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada
kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.
g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
3. Pemerintah Kabupaten
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d. Mengembangkan dan menerapkan instrument lingkungan hidup.
e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
4.1.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Menurut UUNo.32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat
KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan
partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan
telah menjadi dasar danterintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah
4 didalam RPIJM karena:
1. RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan
pembangunan infrastruktur.
2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan karena RPIJM berada
pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS
menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana
dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan
pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatifter
hadap lingkungan hidup.
Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi sangat diperlukan untuk
mentransfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong
terjadinya pembangunan berkelanjutan.
Tahapan Pelaksanaan KLHS
Selanjutnya tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan
rencana/program dalam RPIJM persektor dengan mempertimbangkan
isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan,
dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas
dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau
kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber
daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan an/atau lahan, (6)
peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan
penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko
terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.
Untuk lebih jelasnya tentang Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan
5
Tabel 4.1. Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta
Karya di Kabupaten Kotawaringin Barat
No. Kriteria Penapisan
Penilaian
Terjadi beberapa tahun
terakhir akibat pengaruh
perubahan iklim Australia, tapi
masih pada batas aman
Tidak signifikan
psesir patai yang berakibat
pada kemerosotan habitat
plasma nutfah. Namun sejauh
ini masih dalam batas aman
Tidak signifikan
3. Peningkatan
intensitas dan
Kabakaran lahan sering terjadi
sebagai akibat kekeringan dan
kebiasaan membakar untuk
pakan ternak, sebagai akibat
perubahan iklim, dan
kebiasaan membakar, tapi
masih terpantau
Tidak signifikan
6
4. dan kelimpahan
sumber daya alam
untuk industri dan bahan
tabang galian C lainnya di
beberapa tempat yang
berakibat pada penurunan
mutu dan kelimpahan sumber
daya alam, namun sejauh ini
masih dalam batas aman
5.
Peningkatan alih
fungsi kawasan
hutan dan/atau
lahan,
Alih fungsi lahan hutan/semak
belukar menjadi hunian di
pinggir kota dan alih fungsi
lahan hunian menjadi
perdagangan pada jalur jalan
utama pusat Kabupaten
Kotawaringin Barat. Sejauh ini
masih aman namun perlu
Pesatnya pertumbuhan
penduduk migran perdesaan
ke Kabupaten Kotawaringin
Barat dengan keterampilan
yang terbatas mengakibatkan
peningatan jumlah penduduk
miskin perkotaan dan
terbantuknya kampung kumuh
dan Sqoter setlemen pada
beberapa kawasan di
7 Kabupaten Kotawaringin Barat
7.
Peningkatan risiko
terhadap
kesehatan dan
keselamatan
manusia
Terjadi pencemaran sumber
air permukaan dan sumur
dangkal dalam Kabupaten
Kotawaringin Barat oleh
bakteri Ecoly dan polusi udara
akibat aktifitas Industri tapi
belum sampai pada tingkat
yang mengkwatirkan
Tidak signifikan
Rencana/program dalam RPIJM berpengaruh terhadap kriteria penapisan
diatas maka Satgas RPIJM didukung Badan lingkungan hidup (BPLHD) dapat
menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut:
1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di
Wilayah Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai
berikut:
a) Identifikasi Masyarakatdan Pemangku Kepentingan Lainnya
Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepenting adalah :
Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan
dalam pelaksanaan KLHS;
Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU
No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan,
rencana dan/atau program memperoleh legitimasi atau
8
Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan
akses untuk menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan
pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui
proses penyelenggaraan KLHS.
Tabel 4.2. Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan
dan Masyarakat dalam penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya
Masyarakat dan Pemangku
Kepentingan Lembaga
Pembuat keputusan
a.Bupati/Walikota
b.DPRD
Penyusun kebijakan, rencana
dan/atau program Dinas PU-Cipta Karya, BPLHD
Instansi a.Dinas PU-Cipta Karya
b.BPLHD
Masyarakat yang memilik Informasi
dan/atau keahlian
(perorangan/tokoh/kelompok)
a.Perguruan tinggi ataulembaga
penelitian lainnya
b.Asosiasi profesi
c.Forum-forum pembangunan
berkelanjutan dan lingkungan hidup
d.LSM/Pemerhati Lingkungan hidup
e.Perorangan/tokoh
f.kelompok yang memiliki data dan
9 Masyarakat terkena Dampak
a.LembagaAdat
b. Asosiasi Pengusaha
c. Tokoh masyarakat
d. Organisasi masyarakat
e.Kelompok masyarakat tertentu
(nelayan, petani dll)
b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan
Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan:
Penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi
aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan
antar ketiga aspek tersebut; pembahasan focus terhadap isu
signifikan; dan membantu penentuan capaian tujuan
pembangunan berkelanjutan.
Tabel 4.3. Proses Identifikasi Isu Pembangunan
Berkelanjutan Bidang Cipta Karya
Pengelompokan Isu-isu Pembangunan
Berkelanjutan Bidang CiptaKarya Penjelasan Singkat
Lingkungan Hidup Permukiman
Isu 1: kecukupan air baku untuk air
minum
Sumber mata air permukaan yang
terbatas perlu diantisipasi dengan
sumber alternatif berupa
10 permukaan pada musim hujan,
sumber air tanah dalam dan/atau
penyulingan air asin.
Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh
infrastruktur yang tidak berfungsi
maksimal
Sumber pencemaran lingkungan
oleh infrastruktur yang tidak
berfungsi maksimal mungkin terjadi
pada instalasi pengolahan limbah
rumah sakit, industri kerajinan
rumah tangga atau pada industri
besar.
Isu 3: dampak kawasan kumuh terhadap
kualitas lingkungan Kawasan kumuh
menyebabkan penurunan kualitas
lingkungan
Penurunan kualitas akibat
permukiman kumuh antara lain
pada daerah sempadan sungai/
Ekonomi
Isu 4: kemiskinan berkorelasi dengan
kerusakan lingkungan Pencemaran
air mengurangi kesejahteraan
masyarakat
Kerusakan lingkungan sebagai
dampak kemiskinan masyarakat
perkotaan dapat dilihat pada
kampung kumuh perkotaan.
Sosial
Isu 5: Pencemaran menyebabkan
berkembangnya wabah penyakit
- Menyebabkan penyakit ispa akibat
pembakaran sampah secara terbuka
Pencemaran lingkungan di
Kabupaten Kotawaringin Barat
terjadi di sekitar tempat
11
- Menyebabkan penyakit diare depo atau TPA), juga di kawasan
sekitar pasar dan di kawasan indutri
pengolahan serta pada kawasan
kumuh.
c) Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)
Tabel 4.4. Identifikasi KRP
No.
Komponen kebijakan, rencana/
program Kegiatan
1.
Pengembangan Permukiman
Pemb.infrastruktur permukiman
kumuh
Pemb. RSH
2. Penataan Bangunandan
Lingkungan
Akses gedung & Lingkungan
Revit Kawasan
3.
Pengembangan Air Minum SPAM kaw.Kumuh
SPAm kaw. PPI
4.
Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman
Peningk.Infrastruktur Air limbah
setempat
12 KHLS merupakan instrumen lingkungan yang diterapkan pada
tataran rencana program. Sedangkan pada tataran kegiatan atau
keproyekan, instrumen yang lebih tepat diterapkan adalah AMDAL,
UKL-UPL dan SPPLH. Penjelasan perbendaan antara KHLS dan
AMDAL di sajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.5. Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL
Deskripsi Kajian Lingkungan
Hidup Strategis (KLHS)
Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (Amdal)
Rujukan
Peraturan
Perundangan
UU 32 tahun 2009
tentang Perlindungan
dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Permen LH 09/2011
tentang Pedoman umum
KLHS
UU 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Permen PPU 10/PRT/M/2008
tentang jenis kegiatan bidang PU
wajib UKLUPL
Permen LH 5/2012 tentang jenis
rencana usaha dan/atau
kegiatanWajib AMDAL
Pengertian
Umum
Rangkaian analisis yang
sistematis, menyeluruh,
dan partisipatif untuk
memastikan bahwa
prinsip pembangunan
berkelanjutan telah
menjadi dasar dan
terintegrasi dalam
Kajian mengenai dampak penting
suatu usaha dan/atau kegiatan
yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan
keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau
13
Deskripsi Kajian Lingkungan
Hidup Strategis (KLHS)
Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (Amdal)
pembangunan suatu
wilayah dan/atau
kebijakan, rencana,
dan/atauprogram.
Kegiatan adalah segala bentuk
aktivitas yang dapat menimbulkan
perubahan terhadap rona
lingkungan hidup serta
menyebabkan dampak terhadap
lingkungan.
Kewajiban
pelaksanaan
Pemerintah dan
Pemerintah Daerah
Pemrakarsa rencana usaha
dan/atau kegiatan yang masuk
kriteria sebagai wajib AMDAL
Pemerintah/swasta)
Keterkaitan
studi
lingkungan
dengan:
Penyusunan atau
evaluasi RTRW, RPJP dan
RPIM Kebijakan, rencana
dan/atau program yang
berpotensi menimbulkan
dampak dan/atau resiko
lingkungan
Tahap perencanaan suatu usaha
dan atau kegiatan
Mekanisme
pelaksanaan
pengkajian pengaruh
kebijakan, rencana, dan/
atau program terhadap
kondisi lingkungan hidup
di suatu wilayah;
perumusan alternatif
Pemrakarsa dibantu oleh pihak
lain yang berkompeten
sebagaipenyusun AMDAL
Dokumen AMDAL dinilai oleh
komisi penilai AMDAL yang
14
Deskripsi Kajian Lingkungan
Hidup Strategis (KLHS)
Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (Amdal)
penyempurnaan
kebijakan, rencana,
dan/atau program; dan
rekomendasi perbaikan
untuk pengambilan
keputusan kebijakan
rencana, dan/atau
program yang
mengintegrasikan
prinsip pembangunan
berkelanjutan.
atau Bupati/Walikota sesuai
kewenangannya dan dibantu
olehTim Teknis.
Komisi penilai AMDAL
menyampaikan rekomendasi
berupa kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan kepada
Menteri, gubernur, dan
bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
Menteri, gubernur, dan
bupati/walikota berdasarkan
rekomendasi komisi penilai
AMDAL menerbitkan
Keputusan Kelayakan atau
Ketidaklayakan lingkungan
Berkelanjutan Kajian
pengaruh
rencana/program
dengan isu- isu
strategis terkait
i. Kerangkaacuan;
ii. Andal;
iii. RKL-RPL.
Kerangka acuan menjadi dasar
penyusunan Andal dan RKL - RPL.
Kerangka acuan wajib sesuai
15
Deskripsi Kajian Lingkungan
Hidup Strategis (KLHS)
Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (Amdal)
pembangunan
berkelanjutan.
Alternatif
rekomendasi untuk
rencana/program
wilayah dan/atau rencana tata
ruang kawasan.
Output
Dasar bagi kebijakan,
rencana, dan/atau
program pembangunan
dalam suatu wilayah.
Keputusan Menteri, gubernur dan
bupati/walikota sesuai
kewenangan tentang kelayakan
atau ketidaklayakan lingkungan.
Outcome
Rekomendasi KLHS
digunakan sebagai alat
untuk melakukan
perbaikan kebijakan,
rencana, dan/atau
program pembangunan
yang melampaui daya
dukung dan daya
tamping lingkungan.
Segala usaha dan/atau
kegiatan yang telah
melampaui daya dukung
dan daya tampung
lingkungan hidup sesuai
hasil KLHS tidak
Dasar pertimbangan penetapan
kelayakan atau ketidak layakan
lingkungan
Jumlah dan jenis izin
perlindungan hidup yang
diwajibkan
Persyaratan dan kewajiban
pemrakarsa sesuai yang
16
Deskripsi Kajian Lingkungan
Hidup Strategis (KLHS)
Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (Amdal)
diperbolehkanlagi.
Pendanaan APBD Kabupaten/Kota
Kegiatan penyusunan AMDAL
(KA, ANDAL, RKL-RPL) didanai
oleh pemrakarsa,
Kegiatan Komisi Penilai
AMDAL, Tim Teknis dan
secretariat Penilai AMDAL
dibebankan pada APBN/APBD
Jasa penilaian KA, AMDAL dan
RKL-RPL oleh komisi AMDAL
dan tim teknis dibiayai oleh
pemrakarsa.
Dana pembinaan dan
pengawasan dibebankan pada
anggaran instansi lingkungan
hidup pusat, provinsi dan
kabupaten/kota
Partisipasi
Masyarakat
Masyarakat adalah salah
satu komponen dalam
kabupaten/kota yang
dapat mengakses
dokumen
pelaksanaanKLHS
Masyarakatyangdilibatkanadalah:
i. Yangterkenadampak;
ii. Pemerhati lingkungan hidup;
dan/atau
iii. Yang terpengaruh atas segala
17
Deskripsi Kajian Lingkungan
Hidup Strategis (KLHS)
Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (Amdal)
proses AMDAL
Atribut
Lainnya
:Posisi
Hulu siklus pengambilan
keputusan
Akhir skilus pengambilan
keputusan
Pendekatan Cenderung proaktif Cenderung bersifat reaktif
Fokus
analisis
Evaluasi implikasi
lingkungan dan
pembangunan
berkelanjutan
Identifikasi, prakiraan dan evaluasi
dampak lingkungan
Dampak
kumulatif
Peringatan dini atas
adanya dampak
komulatif
Amat terbatas
Titikberat
meminimalkan dampak negative
Alternatif Banyak alternatif Alternatif terbatas jumlahnya
Kedalaman
Luas dan tidak rinci
sebagai landasan untuk
Mengarahkan visi dan
kerangka umum
Sempit, dalam dan rinci
18
Deskripsi Kajian Lingkungan
Hidup Strategis (KLHS)
Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (Amdal)
proses tumpang tindih
komponen, KRP
Merupakan proses
interatkif dan kontinu
jelas, mempunyai awal dan Akhir
Fokus
pengendali
andampak
Fokus pada agenda
pembangunan
berkelanjutan
Menangani gejala kerusakan
lingkungan
Institusi Penilai
Tidak diperlukan
institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan KLHS
Diperlukan institusi yang
berwenang memberikan penilaian dan persetujuan AMDAL
Sumber:: Hasil analisa
4.1.2. Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH
Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012
tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan
Peraturan MenteriPekerjaan Umum No.10 Tahun 2008 Tentang Penetapan
Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang
Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidupdan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:
1. Proyek wajib AMDAL
2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL
3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib
19
Tabel 4.6.
Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
No. JenisKegiatan Skala/Besaran
A. Persampahan:
a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dg
system Control landfill/sanitary landfill:
b. TPA didaerah pasang surut:
- luas landfill, atau
- KapasitasTotal
c. Pembangunan transfer station
- Kapasitas
d. PembangunanInstalasi PengolahanSampah
terpadu:
- Kapasitas
e. Pengolahandengan insinerator:
- Kapasitas
f. CompostingPlant:
- Kapasitas
g. Transportasi sampahdengankeretaapi:
- Kapasitas
B. Pembangunan Perumahan/Permukiman:
a. Kotametropolitan, luas
b. Kota besar, luas
c. Kota sedang dan kecil, luas
d. keperluan settlement transmigrasi
>25ha
>50ha
> 100ha
20
No. JenisKegiatan Skala/Besaran
C. Air Limbah Domestik
a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas
penunjang : - Luas, atau Kapasitasnya
b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk
fasilitas penunjangnya:
- Luas,atau
- Kapasitasnya
c. Pembangunansistem perpipaanairlimbah:
- Luaslayanan, atau
a.Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas
penunjang:
Pembangunan Saluran Drainase (Primer
dan/atau sekunder) dipermukiman
a. Kotabesar/metropolitan,panjang:
b. Kotasedang,panjang:
>5km
>10km
E. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan
a. Pembangunan jaringan distribusi
- Luas layanan
b. Pembangunanjaringantrasmisi
- panjang
>500ha
>10km
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas
21 dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis
kegiatan bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi
dokumen UKL-UPL tercermin dalam tabel berikut :
Tabel 4.7. Penapisan Rencana Kegiatan
Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
a. Persampahan i. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan system
controlled landfill atau sanitary landfill termasuk
instansi penunjang:
• Luas kawasan,atau<10Ha
• Kapasitas total<10.000ton
ii. TPA daerah pasang surut
• Luas landfill,atau< 5Ha
• Kapasitas total<5.000 ton
iii. PembangunanTransfer Station
• Kapasitas< 1.000ton/hari
iv. Pembangunan Instalasi/Pengolahan SampahTerpadu
• Kapasitas< 500ton
v. PembangunanIncenerator
• Kapasitas< 500ton/hari
vi. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos
22
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
b. Air Limbah
Domestik/
Permukiman
i. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT) termasuk fasilitas penunjang
• Luas <2ha
• Atau kapasitas<11m3/hari
ii. Pembanguna nInstalasiPengolahanAir Limbah(IPAL)
• Luas <3ha
• Atau bahan organik<2,4 ton/hari
iii. Pembangunan sistem perpipaan air limbah
(sewerage/off- site sanitation system)
diperkotaan/permukiman
• Luas <500ha
• Atau debit airlimbah<16.000m3/hari
c. Drainase
Permukaan
perkotaan
i. Pembangunan saluran primer dan sekunder
• Panjang <5km
ii. Pembangunan kolam retensi/polder diarea/kawasan
pemukiman
• Luas kolam retensi/polder (1–5) ha
d. Air Minum i. Pembangunan jaringan distribusi:
• luas layanan:100ha s.d. <500ha
ii. Pembangunan jaringan pipa transmisi
23
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
• Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d .M10km
• Pedesaan,Panjang: -
iii. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber
air permukaan lainnya (debit)
• Sungai danau: 50 lpss.d. <250 lps
• Mat aair : 2,5lpss.d. <250 lps
iv. Pembangunan Instalas iPengolahan air lengkap
• Debit : >50 lpss.d. <100 lps
v. Pengambilan air tanah dalam(debit) untuk
kebutuhan:
• Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara
SPAM:2,5 lps- <50 lps
• Kegiatan lain dengan tujuan
komersil:1,0lps-<50lps
e. Pembangunan
Gedung
i. Pembangunan bangunan gedungdi atas/bawah
tanah:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung
perkantoran, perdagangan, perindustrian,
perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan
bangunan gedung tempat penyimpanan : 5000m2
s.d. 10.000m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid
24
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan
kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000m2
3) Fungsisosial dan budaya, meliputi bangunan gedung
pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan,
kebudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung
pelayanan umum : 5000m2 s.d. 10.000m2
4) Fungsi khusus, seperti reactor nuklir, instalasi
pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis
yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk
Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
ii. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah
yang melintasi prasarana dan atau sarana umum :
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung
perkantoran, perdagangan, perindustrian,
perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan
bangunan gedung tempat penyimpanan : 5000m2
s.d. 10.000m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid
termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel,
bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan
kelenteng : 5000 m2s.d. 10.000m2
3) Fungsisosial dan budaya, meliputi bangunan gedung
25
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
keudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung
pelayana numum : 5000m2 s.d. 10.000m2
4) Fungsik husus, seperti reactor nuklir, instalasi
pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis
yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yan gtidak dipersyaratkan untuk
Amdal mak awajib dilengkapi UKLdanUPL
iii. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di
atas air:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung
perkantoran, perdagangan, perindustrian,
perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan
bangunan gedung tempat penyimpanan :5000m2
s.d.10.000m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid
termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel,
bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan
kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000m2
3) Fungsisosial dan budaya, meliputi bangunan gedung
pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan,
kebudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung
pelayanan umum : 5000m2 s.d. 10.000m2
4) Fungsi khusus, seperti reactor nuklir, instalasi
pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis
26
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib
dilengkapi UKL dan UPL
f. Pengembanga
n kawasan
permukiman
baru
i. Kawasan Permukiman Sederhana Untuk masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS,
TNI/POLRI, buruh/pekerja;
• Jumlah hunian: < 500 unit rumah; • Luas kawasan:< 10ha
ii. Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai
pusat kegiatan social ekonomi local pedesaan (Kota
Terpadu Mandiri KTM eks transmigrasi, fasilitas
pelintas batas PPLB di perbatasan);
• Jumlah hunian: < 500unitrumah; • Luas kawasan:< 10ha
iii. Pengembangan kawasan permukiman baru dengan
pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap
Bangun/ lingkungan Siap Bangun)
• Jumlah hunian: < 500unitrumah; • Luas kawasan:< 10ha
g. Peningkatan
Kualitas
Permukiman
i. Penanganan kawasan kumuh diperkotaan dengan
pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need
)pelayanan infrastruktur, tanpa pemindaha
npenduduk;
• Luaskawasan:< 10ha
ii. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil,
27
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
• Luaskawasan:< 10ha
iii. Pengembangan kawasan perdesaan untuk
meningkatkan ekonomi local (penanganan kawasan
agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan
desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP)
• Luas kawasan:< 10ha
h. Penanganan
Kawasan
Kumuh
Perkotaan
i. Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh
berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan
dengan pendekatan peremajaan kota (urban
renewal), disertai dengan pemindahan penduduk, dan
dapat dikombinasikan dengan penyediaan bangunan
rumah susun
• Luas kawasan:< 5ha
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masihdi bawah batas
wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi
dokumen UKL- UPL tetapi wajibdi lengkapi dengan Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).
Namun sampai saat ini belum terdata lengkap dokumen-dokumen terkait
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Kotawaringin Barat.
4.2. Aspek Sosial
Aspek social terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang
28 maupun pasca pembangunan/ pengelolaan. Pada taraf perencanaan,
pembangunan infrastruktur permukiman menyentuh aspek-aspek sosial yang
terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saatini, seperti pengentasan
kemiskinan serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan
kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi,
pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman
kembali.
Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi
apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat
atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya
memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:
1. UU No.17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:
Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga
dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok
masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan
masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah
bencana.
Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak
di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik
gender.
2. UUNo.2/2012 tentang Pengadaan UU No.2/2012 tentang Pengadaan Lahan
bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:
Pasal 3 : Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan
menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan
29 tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah
program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan
kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan,
kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.
Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses
dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.
4. Peraturan Presiden No.15/2010 tentang Percepatan penanggulangan
Kemiskinan
Pasal 1 : Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui
bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi
mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan
ekonomi.
5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarus utamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional
Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan
gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan
nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi,
30 Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:
1. Pemerintah Pusat:
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat
strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
b. Menjamin tersedianyapendanaan untuk kepentingan umum yangbersifat
strategisnasional ataupunbersifatlintasprovinsi.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan
sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta
program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di
tingkatpusat.
d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas
kebijakan dan program pembangunan nasional berperspektif gender,
khususnya untuk bidang Cipta Karya.
2. Pemerintah Provinsi:
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat
regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang
bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan
sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil,
serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di
tingkat provinsi.
d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya
31 kebijakan dan program pembangunan ditingkat provinsi berperspektif
gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota:
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di
kabupaten/kota.
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di
kabupaten/kota.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta
program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat
kabupaten/kota.
d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas
kebijakan dan program pembangunan di tingkat kabupaten/kota
berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
4.2.1. Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Kemiskinan
Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya
diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral.
Salah satu aspek yang perlu ditindak- lanjuti adalah isu kemiskinan.
Kajian aspek sosial lebih menekankan pada manusianya sehingga yang
disasar adalah kajian mengenai penduduk miskin, mencakup data
eksisting, persebaran, karakteristik, sehingga kebutuhan
32
Tabel 4.8. Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk
Miskin Kabupaten Kotawaringin Barat
33
hunian milik
sendiri, dan
bersama
Sumber : BPS Kab.Kota Waringin Barat 2012
Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk
menentukan keluarga/rumahtanggadikategorikanmiskin, yaitu:
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m² per orang.
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/ bambu/ kayu
murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas
rendah/ tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan
rumah tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/
sungai/ air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/
minyak tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam satu kali dalam
seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/
poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani dengan
34 perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan
dibawah Rp.600.000,- per bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah/ tidak
tamat SD/hanya SD.
14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan
minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit/ nonkredit,
emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga
dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.
Pengarusutamaan Gender
Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan
pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah
kegiatan responsive gender bidang Cipta Karya meliputi Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat(PNPM)Mandiri Perkotaan,
Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP),
Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah(PISEW),
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat(PAMSIMAS),
Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan(PPIP),
RuralInfrastructureSupport (RIS)to PNPM, Sanitasi Berbasis
Masyarakat(SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL),
dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat
bidang Cipta Karya. Menindaklanjuti hal tersebut maka diperlukan
suatu pemetaan awal untuk mengetahui bentuk responsif gender dari
masing-masing kegiatan, manfaat, hingga permasalahan yang timbul
sebegai pembelajaran dimasa dating di daerah.
Namun belum terdata dengan lengkap aspek pengarusutamaan Gender
35
4.2.2. Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran
kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk
meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak
maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi,
pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan,
serta permukiman kembali.
1. Konsultasi masyarakat
Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada
masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkinterkena
dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini
sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat,
usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses
perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat
persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan
pembebasan lahan.
2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan
bangunan
Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas
tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta
karya berlokasi diatas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah
ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip
utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil
harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki,
pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat
36
3. Permukiman kembali penduduk (resettlement)
Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus
mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali
penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk
tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan
mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk
mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan
dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi
yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi
lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai
persyaratan.
Di Kabupaten Kotawaringin Barat, belum terdata kegiatan
pembangunan Cipta Karya yang menyangkut pemindahan penduduk
dan pemberian kompensasi serta permukiman kembali.
4.2.3. Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya memberi manfaat bagi
masyarakat. Manfaat tersebut dapat terlihat secara kasat mata dan secara
sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan
infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga
pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk
mendapatkan akses pelayanan tersebut.
Penanganan aspek sosial pasca pelaksanaan pembangunan bidang Cipta
Karya di Kabupaten Kotawaringin Barat sudah terlihat, terasa dan terukur
sejak pembangunannya pada tahun-tahun sebelumnya. Seperti
37
perpipaan dan sebagainya, namun data mengenai identifikasi