• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VIII ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL - DOCRPIJM 32fde7c841 BAB VIIIBab8 Aspek Lingk. dan Sosial Gia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VIII ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL - DOCRPIJM 32fde7c841 BAB VIIIBab8 Aspek Lingk. dan Sosial Gia"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VIII

ASPEK LINGKUNGAN

DAN SOSIAL

Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai gambaran umum dan kondisi eksisting lingkungan, analisis perlindungan lingkungan dan sosial seperti Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), AMDAL, UKL – UPL, dan SPPLH, serta perlindungan sosial pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pasca pelaksanaan pembangunan bidang CiptaKarya.

8.1. ASPEK LINGKUNGAN

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:

1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:

Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).

2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang. 3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional Tahun 2010-2014:

Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis:

Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan

5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

(2)

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

1. Pemerintah Pusat

a. Menetapkan kebijakan nasional.

b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.

d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL. e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak

perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.

g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.

h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat. j. Menetapkan standar pelayanan minimal.

2. Pemerintah Provinsi

a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.

e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.

g. Melaksanakan standar pelayanan minimal. 3. Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL. d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

8.1.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:

1. RPI2-JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.

2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam JM adalah karena RPI2-JM bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup

(3)

1) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Dinas KLH Kabupaten Gianyar, baik teknis, Manjemen dan Penegakan Hukum.

2) Meningkatkan pendekatan sosialisasi kepada masyarakat, para pelaku Usaha dan/atau Kegiatan dan para Pelajar tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

3) Meningkatkan Koordinasi dalam sistem kerja lembaga Lingkungan Hidup dengan instansi tehnis untuk pengelolaan lingkungan hidup.

4) Mengupayakan Para Pelaku Usaha dan/atau Kegiatan secara keseluruhan telah memiliki Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan Izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5) Menyiapkan data dan Peta Sumber Air Kabupaten Gianyar.

6) Terlaksananya proses lidik dan sidik dan penanganan kasus-kasus lingkungan hidup untuk meningkatkan supremasi hukum lingkungan hidup.

7) Terlaksananya penyuluhan hukum dan pengembangan jaringan kemitraan penaatan hukum lingkungan dengan perusahaan.

8.1.2. Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH

Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL sebagimana tercantum dalam Tabel 8.1: Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

Tabel 8.1 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

No Jenis Kegiatan Skala/Besaran

A Persampahan

a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan sistem Control landfill/sanitary landfill:

˗ Luas kawasan TPA, atau ≥ 10 ha

˗ Kapasitas Total ≥ 100.000 ton

b. TPA di daerah pasang surut:

˗ Luas Landfill, atau Semua kapasita/besaran

˗ Kapasitas Total

c. Pembangunan transfer station: Kapasitas ≥ 500 ton/hari d. Pemb. Instalasi Pengolahan Sampah terpadu: Kapasitas ≥ 500 ton/hari e. Pengolahan dengan insinerator: Kapasitas Semua kapasitas

f. Composting Plant: Kapasitas ≥ 500 ton/hari

g. Transportasi sampah dengan kereta api: Kapasitas ≥ 500 ton/hari B Pembangunan Perumahan/Permukiman:

a. Kota metropolitan, luas ≥ 25 ha

b. Kota besar, luas ≥ 50 ha

c. Kota sedang dan kecil, luas ≥ 100 ha

d. keperluan settlement transmigrasi ≥ 2.000 ha C Air Limbah Domestik

a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang:

˗ Luas, atau ≥ 2 ha

˗ Kapasitasnya ≥ 11 m3/hari

b. Pemb. IPAL limbah domestik, termasuk fas penunjangnya:

˗ Luas, atau ≥ 3 ha

˗ Kapasitasnya ≥ 2,4 ton/hari

c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:

˗ Luas layanan, atau ≥ 500 ha

˗ Debit air Limbah ≥ 16.000 m3/hari

(4)

No Jenis Kegiatan Skala/Besaran

a. Kota besar/metropolitan, panjang: ≥ 5 km

b. Kota sedang, panjang: ≥ 10 km

E a. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan; Luas layanan ≥ 500 ha b. Pembangunan jaringan transmisi; Panjang ≥ 10 km Sumber: Permen LH 5/2012

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin dalam Tabel 8.2

Tabel 8.2 : Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

a. Persampahan

(i). Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instalasi penunjang:

 Luas kawasan < 10 Ha; atau

 Kapasitas total < 10.000 ton (ii). TPA daerah pasang surut

 Luas landfill < 5 Ha; atau

 Kapasitas total < 5.000 ton (iii). Pembangunan Transfer Station

 Kapasitas < 1.000 ton/hari

(iv). Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu

 Kapasitas < 500 ton (v). Pembangunan Incenerator

 Kapasitas < 500 ton/hari

(vi). Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos

 Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha

b. Air Limbah Domestik / Permukiman

(i). Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang

 Luas < 2 ha

 Atau kapasitas < 11 m3/hari

(ii). Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah

 Luas < 3 ha

 Atau bahan organik < 2,4 ton/hari

(iii). Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/off-site sanitation system) diperkotaan/permukiman

 Luas < 500 ha

 Atau debit air limbah < 16.000 m3/hari c. Drainase Permukiman

Perkotaan

(i). Pembangunan saluran primer dan sekunder

 Panjang < 5 km

(ii). Pembangunan kolam retensi/polder di area/kawasan pemukiman

 Luas kolam retensi/polder (1 – 5) ha

d. Air Minum

(i). Pembangunan jaringan distribusi:

 luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha (ii). Pembangunan jaringan pipa transmisi

 Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d <10 km

 Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d. M 10 km

 Pedesaan, Panjang : -

(iii). Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lainnya (debit)

 Sungai danau : 50 lps s.d. < 250 lps

 Mata air : 2,5 lps s.d. < 250 lps

(iv). Pembangunan Instalasi Pengolahan air lengkap

 Debit : > 50 lps s.d. < 100 lps

(v). Pengambilan air tanah dalam untuk kebutuhan:

(5)

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

 Kegiatan komersil: 1,0 lps - < 50 lps

e. Pembangunan Gedung

(i). Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah tanah:

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri.

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk

Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

(ii). Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang melintasi prasarana dan atau sarana umum:

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri.

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

(iii). Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air:

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri.

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk

Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

f. Pengembangan kawasan permukiman baru

(i). Kawasan Permukiman Sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja;

 Jumlah hunian: < 500 unit rumah;

(6)

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

(ii). Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu Mandiri eks transmigrasi, fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan);

 Jumlah hunian: < 500 unit rumah;

 Luas kawasan: < 10 ha

(iii). Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan Siap Bangun)

 Jumlah hunian: < 500 unit rumah;

 Luas kawasan: < 10 ha

g. Peningkatan Kualitas Permukiman

(i). Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan pemenuhan kebutuhandasar (basic need) pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan penduduk;

 Luas kawasan: < 10 ha

(ii). Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil;

 Luas kawasan: < 10 ha

(iii). Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP)

 Luas kawasan: < 10 ha

h. Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan

(i). Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota (urban renewal), disertai dengan pemindahan penduduk, dan dapat dikombinasikan dengan penyediaan bangunan rumah susun

 Luas kawasan: < 5 ha

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tetapi wajib dilengkapi dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).

Bedasarkan usulan kegiatan masing-masing sektor sebagaimana disajikan pada Bab VI maka dapat ditentukan kegiatan wajib Amdal, kegiatan wajib UKL UPL, dan kegiatan dengan SPPLH sesuai ketentuan dalam penapisan rencana kegiatan sebagaimana tercantum dalam Tabel tersebut di atas. Namun pada laporan ini hanya disajikan kegiatan dari sumber dana APBN berdasarkan informasi yang diperoleh dari Satker sektor terutama mengenai batasan kapasitas (volume, panjang,luas, dsb) yang dijadikan paramater untuk menentukan suatu kegiatan apakah wajib Amdal, wajib UKL UPL,atau SPPLH. Semua usulan kegiatan pada Bab VI baik dari sumber dana APBN, APBD Provinsi ataupun Kabupaten/Kota belum mencantumkan batasan kapasitas volume, panjang, luas dsb.

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)

Mengacu pada Tabel 8.3 tersebut diatas terdapat 48 kegiatan di Sektor Bangkim, 29 kegiatan wajib disertai dengan SPPLH, sedangkan kegaiatan lainnya tidak terkait dengan aspek lingkungan (kegiatan supervisi) yang akan dibahas pada aspek perlindungan sosial.

Di sektor PBL Tabel 8.4 terdapat 60 kegiatan, 46 diantaranya merupakan kegiatan wajib SPPLH, dan 14 kegiatan lainnya merupakan kegiatan perencanaan pengawasan yang memerlukan analisis aspek perlindungan sosial.

Sedangkan di Sektor PKPAM, Tabel 8.5; dari 15 kegiatan seluruhnya merupakan kegiatan wajib SPPLH.

Selanjutnya di Sektor PPLP, Tabel 8.6 terdapat 36 kegiatan; 1(satu ) kegiatan termasuk kegiatan wajib Amdal; 4 (empat) kegiatan termasuk kegiatan wajib UKL UPL; 19 kegiatan termasuk kegiatan wajib SPPLH; yang lainnya merupakan kegiatan koordinasi, perencanaan, dan supervisi akan dibahas pada aspek perlindungan sosial.

8.2. ASPEK SOSIAL

8.2.1. Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Aspek sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya terutama dalam rangka penanganan isu strategis seperti permasalahan kemiskinan, dan isu pengharusutamaan gender (PUG).

Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah dilakukan kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat bidang Cipta Karya.

Pada Tabel 8.3 s/d Tabel 8.6 tersebut diatas telah terindikasi kegiatan yang bersasaran masyarakat miskin dan kegiatan responsif gender. Usulan kegiatan Sektor Bangkim jumlahnya 48 kegiatan 27 diantaranya direncanakan untuk menyasar masyarakat miskin. Namun sektor lain (PBL, PKPAM dan PPLP) tidak mengindikasikan bersasaran masyarakat miskiin. Demikian pula untuk rancangan kegiatan responsif gender dari semua sektor tidak mengindikasikan adanya kegiatan responsif gender.

8.2.2. Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Aspek Sosial pada pelaksanaan pembangunan Bidang Cipta Karya terutama dalam rangka konsultasi masyarakat, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi, dan permukiman kembali penduduk (resettlement).

Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.

(12)

diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini. Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.

Pada Tabel 8.3 s/d Tabel 8.6 tersebut diatas telah terindikasi kegiatan konsultasi masyarakat, pengadaan lahan beserta kompensasi, dan permukiman kembali (resettlement).

Usulan kegiatan sektor Bangkim (Tabel 8.3) jumlahnya 48 kegiatan, seluruhnya memerlukan konsultasi masyarakat, 27 kegiatan mengindikasikan adanya pengadaan tanah dan kompensasinya.

Usulan kegiatan Sektor PBL (Tabel 8.4) jumlahnya 60 kegiatan seluruhnya merupakan kegiatan yang mengindikasikan adanya konsultasi dengan masyarakat.

Usulan kegiatan PKPAM (Tabel 8.5) jumlahnya 15 kegiatan, seluruhnya mengindikasikan adanya pembebasan lahan dan kompesasi atas tanah dan bangunan. Usulan kegiatan sektor PPLP (Tabel 8.6), jumlahnya 36 kegiatan; 19 kegiatan mengindikasikan adanya konsultasi masyarakat, dan pengadaan tanah beserta kompensasi atas tanah dan bangunan; 5 (lima) kegiatan mengindikasikan adanya konsultasi masyarakat; dan 12 kegatan lainnya tidak mengindikasikan adanya kebutuhan perlindungan sosial karena hanya kegiatan koordinasi, perencanaan, dan supervisi.

8.2.3. Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.

Gambar

Tabel 8.1  Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
Tabel 8.2 : Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL
Tabel 8.4 (sektor PBL); Tabel 8.5 (Sektor PKPAM);  dan Tabel 8.6 (sektor PPLP).

Referensi

Dokumen terkait

Komitmen perusahaan untuk memenuhi perjanjian perlindungan asuransi syariah kepada peserta yang diasuransikan dan/atau pemegang polis telah menjadi filosofi perusahaan

Walaupun banyak faktor-faktor lain yang akan mempengaruhi kecerdasan emosional, tetapi dalam penelitian ini yang akan diteliti hanyalah faktor verbal abuse

Strategi penentuan harga sangat signifikan dalam memberikan nilai kepada konsumen dan mempengaruhi citra produk, serta keputusan konsumen untuk membeli. Penentuan

Dengan demikian perayaan hari besar keagamaan Islam dan Khong Hu.. Chu telah ditentukan atau dinyatakan dalam kitab suci, atau

Penulis melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) ditinjau dari Self- Confidence terhadap pemahaman konsep

Kedua, terdapat perbedaan antara peserta didik yang memiliki kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis dan interpersonal terhadap kemampuan komunikasi

Meter aliran jenis orifice adalah alat ukur aliran tipe penghalang ( obstruction ) yang menggunakan plate orifice sebagai diafragma untuk membentuk beda tekanan lihat

Penurunan kualitas (degradasi) dan dalam waktu bersamaan alih fungsi lahan pangan menjadi perkebunan kelapa sawit terus berlanjut dan berlangsung secara masif, tidak saja