• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM ZONASI PADA PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU DI SMA NEGERI 1 GOWA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM ZONASI PADA PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU DI SMA NEGERI 1 GOWA SKRIPSI"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

JULIANI 105431102116

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020/2021

(2)
(3)
(4)

i

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Mahasiswa : JULIANI

NIM : 105431102116

Jurusan : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Judul Penelitian : Implementasi Kebijakan Sistem Zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru di SMA Negeri 1 Gowa

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, September 2020 Yang membuat pernyataan Juliani

(5)

i

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Mahasiswa : JULIANI

NIM : 105431102116

Jurusan : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Judul Penelitian : Implementasi Kebijakan Sistem Zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru di SMA Negeri 1 Gowa

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun). 2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan

pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi. 4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya

bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Demkian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, September 2020 Yang membuat pernyataan

Juliani Mengetahui

Ketua Jurusan

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Dr.Muhajir,M.Pd NBM.998861

(6)

i

MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto :

Pada dasarnya semua butuh perjuangan dan pengorbanan, maka dari itu tetap berusaha untuk mencapai tujuan. Karena usaha tidak akan mengkhianati hasil.

Saya persembahkan karya untuk : Kedua orang tua dan keluarga saya

yang selalu memberikan doa dan dukungan, serta teman-teman yang

(7)

i ABSTRAK

Juliani. 2020. Implementasi Kebijakan Sistem Zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru di SMA Negeri 1 Gowa. Skripsi. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing A. Rahim dan Auliah Andika Rukman.

Masalah utama dalam penelitian ini adalah Implementasi kebijakan sistem zonasi adalah (1) Dampak yang ditimbulkan dengan adanya kebijakan sistem zonasi di SMA Negeri 1 Gowa. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mngetahui implemmentasi kebijakan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Gowa (2) Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh adanya kebijkan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Gowa.

Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data dengan cara mereduksi data, menyajikan data serta memverifikasi dan membuat kesimpulan. Dengan adanya penerapan kebijakan sistem zonasi, sehingga dapat menimbulkan pemerataan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Gowa.

Hasil penelitian ini menunjukkan implementasi kebijakan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru sudah baik. Adapun dampak yang ditimbulkan dengan adanya sistem zonasi adalah dampak positif pemerataan pendidikan dan dampak negatif adalah siswa tidak bisa memilih sekolah yang dia inginkan di Kabupaten Gowa.

Kata Kunci : Implementasi Kebijakan, Sistem Zonasi, Penerimaan Peserta didik Baru

(8)

i ABSTRAK

Juliani. 2020. The implementation the zoning system policy on the admission of new students at SMA Negeri Gowa. Pancasila and civics education study program, the faculty of teacher training and educational sciences, Muhammdiyah Makassar university. Supervisor A. Rahim and Auliah Andika Rukman.

The main problem in this research is the implementation of the zoning system policy for the admission of new student. The purpose of (1) this study is to determine teh implementation of the zoning system policy in SMA Negeri 1 Gowa (2) To determine the impact of the zoning system policy on the admission of new student at SMA Negeri 1 Gowa. This type of research is qualitative recearch. Data collection techniques used include obsevasion, interviews, and documentation. As for data analysis techniques by reducing data, presenting data and verifying and making conclusions.

The result of the study indicate that the implementation of the zoning system policy on the admission of new students is good. As for the impacts caused by the zoning system are positive and negative impacts. Positive impacts of the equitable distribution of education in the district of Gowa. Negative impacts students are not free to choose the school he want.

(9)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa ta‟Ala. Atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai yang diharapkan. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah atas Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi wasallam, nabi yang terakhir diutus ke bumi persada ini, untuk menyempurnakan akhlak umat manusia. Dan dialah Nabi yang menjadi perombak peradaban Islam hingga kita dapat merasakaannya saat ini.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban sebagai salah satu persyaratan guna menempuh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidi kan Pancasila dan Kewarganegaraan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Terima kasih yang teramat tulus dari relung hati yang paling dalam dipersembahkan kepada Dahlan dan St. Haliah selaku Ayahanda dan Ibunda saya atas pengorbanan mulia dan suci serta restunya demi keberhasilan penulis mencapai apa yang dicita-citakan. Semoga Allah Subhanahu Wa ta‟Ala memberikan rahmat, berkah dan hidayah-Nya serta meninggikan derajat di sisi-Nya.

Penyelesaian skripsi ini tidak akan berjalan sebagaimana mestinya tanpa ada keterlibatan berbagai pihak yang dengan tulus ikhlas memberikan bantuannya. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak Dr. A. Rahim,M. Hum. dan Auliah Andika Rukman, SH.,MH. selaku pembimbing yang selalu memberikan dorongan, semangat, dan membuka wawasan berpikir dalam memecahkan masalah dalam penyelesaian penulisan ini.

Ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. selaku rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

(10)

i

Muhammadiyah Makassar, serta Bapak Dr. Muhajir, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Muhammadiyah Makassar, serta seluruh dosen dan para staf dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar karena berkat bimbingan dan arahan kepemimpinan mereka pula penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh keluarga, sahabat, kakak, adik-adik, teman kelas, dan teman-teman Program Studi PPKn FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar yang tidak dapat disebut namanya satu persatu, yang telah memberikan masukan mengenai materi yang perlu ditambahkan dalam skripsi ini, motivasi dan semangat ketika penulis sedang mengalami kesulitan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Rasa syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa ta‟Ala. atas bantuan yang diberikan selama proses penyelesaian skripsi ini. Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang dapat menyempurnakan Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis.

Billahi Fii Sabililhaq Fastabiqul Khaerat Wassalamu’alaikum Wr. Wb..

Makassar, Agustus 2020 Penulis

(11)

i DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix DAFTAR TABEL ... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Masalah ... 5 D. Mamfaat Penelitian ... 5 E. Defenisi Istilah ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Dasar Hukum ... 8

B. Implementasi Kebijakan Sistem Zonasi ... 11

C. Proses Penerimaan Peserta didik Baru ... 16

D. Kerangka Pikir ... 20

E. Defenisi Operasional ... BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 21

B. Informan Penelitian ... 21

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

D. Sumber Data Penelitian ... 24

E. Instrumen Penelitian... 25

F. Teknik Pengumpulan Data ... 26

(12)

i BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskriptif Lokasi Penelitian ... 31 B. Hasil Penelitian ... 40 C. Pembahasan ... 54 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 60 B. Sara ... 60 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ... DOKUMENTASI ...

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan setiap individu dan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya masyarakat. Pendidikan dirasa sangat penting karena pendidikan merupakan kebutuhan dalam meningkatkan kualitas SDM setiap invidu. Kualitas pendidikan akan menjadi dasar utama dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang akan membentuk karakter penerus bangsa yang siap dalam menghadapi situasi apapun. Pendidikan merupakan wadah yang sangat penting untuk generasi yang akan mendatang.

Sistem pendidikan di Indonesia telah diatur secara jelas dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang “Sistem Pendidikan Nasional”. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peninngkatan mutu serta relevansi dan efesiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaruan. Selain itu dalam penyelenggaraan juga harus dalam proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan membangun kreativitas. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, diakses dari jdih.kemendikdub.go.)

(14)

Pasal tersebut menjelaskan bahwa setiap warga negara wajib mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan, dan pemerintah bertanggung jawab penuh dalam memenuhi hak warganya dengan menyelenggarakan sistem pendidikan secara objektif, akuntabel, transparan, dan tanpa diskriminasi sehingga dapat mendorong peningkatan akses layanan pendidikan saat ini salah satunya dengan melakukan pembenahan pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang banyak menuai permasalahan mulai dari berbagai kekeliruan seperti kurang efesiennya sistem yang dipakai, mekanisme yang tidak transparan, serta maraknya kecurangan yang terjadi.(Lemabaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112, diakses www.jdih.kemendikbud.go.id)

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) adalah salah satu mekanisme dari penyelenggara sistem pendidikan yang dilakukan saat menjelang tahun pelajaran baru, dimana terjadinya penyeleksian calon peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan berdasarkan syarat dan ketentuan yang berlaku guna diterima sebagai peserta didik dalam satuan pendidikan tersebut.

Di Indonesia sejak tahun 2018, penerimaan peserta didik baru (PPDB) baik pada jenjang SD, SMP maupun SMA telah diberlakukan system zonasi. Sistem zonasi merupakan system penerimaan peserta didikan baru yang diberlakukan dengan penentuan radius zona oleh pemerintah daerah masing-masing dan sekolah wajib menerima calon peserta didik yang berdomisili pada radius zona terdekat dengan persentase tertentu dari total jumlah peserta didik yang akan diterima dalam satuan sekolah.

(15)

Awalnya, kebijakan penerimaan siswa berbasis zonasi ini mengalokasikan minimal 90% kuota sekolah negeri untuk menerima calon siswa berdasarkan jarak rumah ke sekolah dan 10% sisanya untuk prestasi dan perpindahan. Namun setelah kebijakan tersebut berjalan selama kurang lebih setahun, maka, kebijakan tersebut mengalami perubahan yang dipakai kemendikbud untuk tahun ajaran yang tertuang pada Permendikbud No.51 Tahun 2018 tentang penerimaan peserta didik baru tahun ajaran 2019/2020. Kuota siswa diubah oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjadi minimal 80% untuk jalur zonasi, 15% jalurprestasi, dan 5% jalur pindahan. (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1918 di Jakarta pada tanggal 31 Desember 2018)

Melalui Permendikbud Nomor 51 Tahun 2018, prinsip yang dikedepankan dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) adalah non diskriminatif, objektif, transparan, akuntabel, dan berkeadilan untuk mendorong peningkatan akses layanan pendidikan.

Sistem zonasi, atau pertimbangan jarak rumah ke sekolah yang didaftar, masih jadi patokan bagi untuk menerima calon peserta didik baru. Zonasi menjadi basis data dalam perumusan kebijakan yang berkaitan dengan peta sebaran distribusi guru, ketersediaan sarana prasarana dan fasilitas sekolah, termasuk Wajar (Wajib Belajar) 12 tahun. Sistem zonasi mempermudah pemerintah pusat dan daerah untuk memetakan dan memberikan peningkatan akses pendidikan, baik terkait fasilitas sekolah, metode pembelajaran, maupun kualitas dan distribusi guru, sehingga dapat mempercepat pemerataan mutu

(16)

pendidikan di seluruh daerah. Selain itu, sistem zonasi juga digunakan untuk menghapuskan label “sekolah favorit” yang kerap melekat pada sekolah-sekolah yang dibanjiri pendaftar. Pembagian zonasi tiap-tiap sekolah-sekolah nantinya diserahkan kepada pihak Pemerintah Daerah (Pemda) terkait faktor geografis dan sebaran penduduk di wilayah tersebut. Apakah pembagian zonasi ditentukan lewat jarak tempuh dari rumah ke sekolah, atau diklasifikasikan per Kelurahan akan menjadi wewenang Pemda setempat.

Kemendikbud mewajibkan setiap sekolah menampung sedikitnya 90 persen murid yang berasal dari sistem zonasi. Artinya, murid-murid yang berdomisili dekat dengan sekolah yang didaftarakan mendapat peluang lebih besar untuk diterima. Jumlah 90 persen sebut juga termasuk calon siswa yang mendaftar lewat jalur keluarga tidak mampu dan disabilitas. Siswa yang menggunakan jalur prestasi akademik dan non akademik mendapatkan jatah kuota 5 persen dari Kemendikbud di tiap-tiap sekolah. Sedangkan 5 persen sisanya digunakan untuk calon siswa yang mendaftar di sekolah yang terletak di luar zona rumahnya.(JDIH Kemendikbud/ES, setkab.go.id)

Pada tahun 2018,Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) menjadi syarat wajib bagi calon peserta yang mengikuti PPDB 2018 lewat jalur keluarga tidak mampu. Kini, dengan Permendikbud Nomor 51 Tahun 2018, calon peserta didik dari keluarga tidak mampu harus menyertakan bukti keikutsertaan dalam program penanganan keluarga tidak mampu dari pemerintah pusat atau daerah, dan bukan dengan SKTM.(Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Gowa No. 10 Tahun 2013)

(17)

Kebijakan system zonasi dalam PPDB di sekolah-sekolah Indonesia memang menuai banyak polemik, tidak terkecuali pada masyarakat Kabupaten Gowa selaku orangtua siswa yang ingin menyekolahkan anaknya lewat jalur zonasi. Apalagi dengan adanya Perda Kabupaten Gowa tentang pendidikan gratis sebagaimana tertuang dalam Perda Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pendidikan Gratis yang diundangkan dan diberlakukan pada tanggal 09 September 2013.

Sejak tahun 2018, Kebijakan Sistem Zonasi Nomor 51 Tahun 2018 telah diberlakukan sistem zonasi, dimana kebijakan ini berdasarkan peraturan Permendikbud. Calon Peserta Didik Baru yang mendaftar di SMA Negeri 1 Gowa harus berdasarkan kartu keluarga (KK) yang berlaku selama kurang lebih 1 tahun. Para calon pendaftar pada saat melakukan registrasi harus berdasarkan KK yang bertempat tinggal dekat dari zona tersebut. Tentunya calon siswa baru harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh sekolah agar bisa masuk ke sekolah favorit.

Adanya kebijakan pemkab Gowa tentang pendidikan gratis semakin membuat warga masyarakat berlomba-lomba mengusahakan anaknya untuk terdaftar pada sekolah-sekolah favorit yang menurut mereka memiliki kualitas dan mutu yang bagus, baik pada jenjang SD, SMP maupun SMA, seperti di SMA Negeri 1 Gowa sebagai salah satu sekolah ternama dan terlama serta terfavorit bagi kebanyakan masyarakat Gowa dan sekitarnya khususnya yang berdomisili di tengah kota Kabupaten Gowa. Oleh sebab itu, menjadi suatu hal yang menarik untuk dikaji “Implementasi Kebijakan Sistem Zonasi pada

(18)

Penerimaan Peserta Didik Baru di SMA Negeri 1 Gowa”. Perihal kebijakan pemerintah mengenai system zonasi sebagaimana yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 51 Tahun 2018.

Oleh karena itu, melalui kebijakan sistem zonasi inilah diharapkan mampu sebagai salah satu kebijakan untuk pemerataan penerimaan peserta didikan baru di jenjang sekolah menengah atas. Namun hal ini juga harus ditopang oleh Peraturan Perundang-undangan yang berlaku di Sekolah tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah implementasi kebijakan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Gowa ?

2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh adanya penerapan kebijakan sistem zonasi terhadap penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Gowa ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui implementasi kebijakan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Gowa.

2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh adanya penerapan kebijakan sistem zonasi terhadap penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Gowa.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penulisan kajian ini diharapkan dapat member manfaat sebagai berikut:

(19)

1. Sebagai bahan referensi untuk menambah sumber-sumber terkait wujud pemerataan kualitas pendidikan, penciptaan sekolah non favorit.

2. Sebagai bahan referensi untuk studi kajian system pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan di Kabupaten Gowa.

E. Defenisi Ilmiah a. Analisis

Analisis adalah proses pemecahan suatu masalah kompleks menjadi bagian-bagian-bagian kecil sehingga lebih mudah dipahami. b. Implementasi

Arti implementasi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) yaitu pelaksanaan/penerapan. Sedangkan pengertian umum adalah suatu tindakan atau pelaksana rencana yang telah disusun secara cermat dan rinci (matang).

c. Kebijakan

Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak.

d. Sistem Zonasi

Sistem zonasi adalah sebuah sistem pengaturan proses penerimaan siswa baru sesuai dengan wilayah tempat tinggal. Sistem tersebut diatur dalam Permendikbud Nomor 14 Tahun 2018 dan ditujukan agar tak ada sekolah-sekolah yang dianggap sekolah favorit dan non-favorit.

(20)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Dasar Hukum Kebijakan Sistem Zonasi

Dasar hukum mengenai Zonasi Sekolah di Kabupaten Gowa di Lingkungan Dinas pendidikan khususnya di tingkat kabupaten/kota dilandasi oleh beberapa aturan perundangan.

Undang-Undang yang mengatur yaitu sebagai berikut :

1. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2019 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1591)

a. Persyaratan PPDB Zonasi

a) Memiliki ijazah SMP/sederajat atau dokumen lain yang menjalankan telah menyelesaikan kelas IX SMP;

b) Akta kelahiran yang menjelaskan usia paling tinggi 21 (dua puluh satu) tahun pada tanggal 1 juli tahun berjalan;

c) Kartu keluarga atau surat keterangan domisili dari rukun tetangga atau rukun warga yang dilegalisir oleh lurah/kepala desa atau pejabat setempat lain yang berwenang.

b. Seleksi Jalur Zonasi

a) Seleksi calon peserta didik baru jalur zonasi, dilakukan dengan prioritas jarak terdekat dari tempat tinggal ke satuan pendidikan dari zona yang sudah ditentukan;

b) Seleksi dilakukan dengan menggunakan peringkat jarak yang diukur menggunakan sistem teknologi informasi hingga batas kuota;

c) Jika jarak tempat tinggal calon peserta didik dengan satuan pendidikan sama, maka seleksi untuk pemenuhan kuota/daya

(21)

tampung terakhir menggunakan peserta didik yang lebih tua berdasarkan surat keterangan lahir atau akta kelahiran.

d) Teknologi dan sistem informasi akan menentukan calon peserta didik baru diterima pada satuan pendidikan terdekat dari tempat tinggalnya bukan berdasarkan urutan pilihan satuan pendidikan. 2. Permendikbud Nomor 14 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik

Baru pada Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan ini ada yang baru pada pasal 45 yang menyatakan :

Bahwa “Khusus pelaksanaan PPDB tahun ajaran 2019/2020, tentu mengenai domisili calon peserta didik berdasarkan alamat pada kartu keluarga atau surat keterangan domisili sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (2) dapat diterbitkan paling singkat 6 (enam) bulan belum pelaksanaan PPDB”.(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1591)

B. Implementasi Kebijakan Sistem Zonasi 1. Pengertian Implementasi Kebijakan

Proses formulasi dan implementasi kebijakan pendidikan tidaklah bersifat “sui generi” dan steril dari aneka pengaruh eksternal. Proses formulasi dan kebijakan pendidikan tersebut berada dalam ranah dinamik yang rentang terhadap aneka pengaruh kepentingan politik dan biroratik. Mulai dari pemunculan isu, kemudian berkembang menjadi debat publik melalui media massa serta forum-forum terbatas, lalu ditangkap apresiasinya oleh partai politik untuk diartikulasikan dan dibahas dalam lembaga legislatif, sehingga menjadi kebijakan publik pendidikan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kebijakan-kebijakan terlahir melalui proses-proses politik yang tidak sederhana.(Arif Rahman, Education Policy:3).

(22)

Sebagaimana dijelaskan Mudjia Rahardjo dalam bukunya bahwa “Grindle menempatkan implementasi kebijakan sebagai suatu proses politik dan administratif. Dengan memamfaatkan diagram yang dikembangkan, jelas bahwa proses implementasi kebijakan hanya dapat dimulai apabila tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang semula bersifat u mum telah dirinci, program-program aksi telah dirancang dan sejumlah dana/biaya telah dialokasikan untuk mewujukan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran tersebut. Ini merupakan syarat pokok bagi implementasi kebijakan publik apapun.(Mudjia Rahardjo, Pemikiran Kebijakan Pendidikan:6)

2. Sistem Zonasi

Sistem zonasi merupakan sistem penerimaan peserta didik baru yang diberlakukan dengan penentuan radius zona oleh pemerintah daerah masing – masing dan sekolah wajib menerima calon peserta didik ya ng berdomisili pada radius zona terdekat dengan persentase tertentu dari total jumlah peserta didik yang akan diterima.

Penerimaan siswa baru yang mengacu pada sistem zonasi saat ini banyak diperbincangkan masyarakat luas. Sistem yang mulai diterapkan sejak Tahun Ajaran 2018/2019 ini banyak menuai pro dan kontra karena dinilai membatasi siswa dengan nilai yang tinggi untuk mendapatkan sekolah favorit.

Di sisi lain, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merancang kebijakan ini untuk menciptakan pemerataan pendidikan dan meniadakan konsep sekolah favorit. Memasuki

(23)

tahun kedua penerapan sistem zonasi, inilah ketentuan mendasar yang perlu diketahui masyarakat tentang sistem penerimaan siswa baru ini. Ketentuan ini berdasarkan Pasal 16 Permendikbud RI No. 14 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, atau Bentuk Lain yang Sederajat.

3. 90 Persen siswa baru dari zona terdekat

Penerapan sistem zonasi menyebabkan calon siswa yang berdomisili jauh dari lokasi sebuah sekolah kehilangan kesempatan untuk bisa terdaftar menjadi salah satu siswa di sekolah tersebut. Hal itu dikarenakan sekolah di bawah pemerintah atau berstatus negeri dalam proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) wajib menerima minimal 90 persen siswa baru yang yang berasal dari di dekat sekolah.

4. 10 persen lainnya

Setelah 90 persen kuota siswa baru didapat dari pendaftar yang berdomisili di sekitar sekolah. Maka 10 persen sisanya dibuka untuk pendaftar yang berasal dari luar daerah zonasi. Namun, masih ada persyaratan lain yang harus dipenuhi jika mengacu pada pasal 16 ayat (6) Permendikbud No. 14 Tahun 2018 ini. Sebanyak 10 persen siswa dari luar daerah zonasi terbagi menjadi dua kriteria, 5 persen untuk mereka yang berprestasi, 5 persen yang lain diperuntukkan untuk calon peserta didik yang memiliki alasan khusus. Alasan khusus itu misalnya perpindahan domisili orangtua/wali siswa dan terjadi bencana alam/sosial.

(24)

5. Keterangan domisili

Bukti domisili yang digunakan sebagai parameter zonasi nantinya didapat dari alamat yang tertera di Kartu Keluarga yang diterbitkan paling lambat 6 bulan sebelum PPDB dilaksanakan. Jadi, pendaftar yang tidak memenuhi prasyarat ini tidak dapat digolongkan menjadi calon siswa yang berasal dari daerah zonasi. Namun pada kenyataannya, peraturan ini membuat sebagian masyarakat berpikir pendek dan memanipulasi data kependudukannya dengan membuat KK palsu yang beralamatkan dekat dengan sekolah.

6. Ketentuan detil zonasi

Jarak zonasi yang diterapkan masing-masing sekolah berbeda tergantung pada kesepakatan yang diambil oleh pihak-pihak terkait di masing-masing daerah. Keputusan pemerintah daerah atau musyawarah para kepala sekolah bisa ditempuh untuk menetapkan jarak zonasi. Kesepakatan itu diambil dengan didasarkan pada ban yak sedikitnya ketersediaan anak usia sekolah dan kapasitas atau daya tampung sekolah di daerah tersebut. Sementara untuk sekolah yang berada di daerah perbatasan provinsi/kabupaten/kota, penetapan jarak zonasi dan persentase zonasi diambil berdasarkan kesepakatan tertulis antarpemerintah daerah yang saling berbatasan. Jadi dalam menentukan radius zonasi, pemerintah pusat tidak terlibat secara langsung namun menyerahkannya pada masing-masing sekolah untuk dapat menentukan jarak yang dianggap paling ideal untuk kondisi

(25)

sekolahnya. Tidak heran jika angka jarak zonasi masing-masing sekolah akan berbeda antara satu dan lainnya.

Kebijakan sistem zonasi tidak hanya digunakan untuk Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) saja. Kebijakan zonasi yang diterapkan sejak tahun 2016 menjadi pendekatan baru yang dipilih pemerintah untuk mewujudkan pemerataan akses pada layanan dan kualitas pendidikan di seluruh Indonesia.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengimbau agar pemerintah daerah dapat turut memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai kebijakan zonasi ini. Mendikbud kembali menegaskan bahwa pendekatan zonasi tidak hanya digunakan untuk PPDB saja, tetapi juga untuk membenahi berbagai standar nasional pendidikan. “Mulai dari kurikulum, sebaran guru, sebaran peserta didik, kemudahan kualitas sarana prasarana. Semuanya nanti akan ditangani berbasis zonasi,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy pada Rapat Koordinasi dengan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi dan jajarannya di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

“Penerapan sistem zonasi untuk pemerataan pendidikan yang berkualitas sehingga diharapkan dapat mengatasi persoalan ketimpangan di masyarakat”. Di masa mendatang, redistribusi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan akan menggunakan pendekatan zonasi, hal ini diharapkan dapat mempercepat pemerataan kualitas pendidikan. Menurut Mendikbud, setiap

(26)

sekolah harus mendapatkan guru-guru kualitas yang sama baiknya. Rotasi guru di dalam zona menjadi keniscayaan sesuai dengan amanat Undang-Undang.

“Pemerataan guru diprioritaskan di dalam setiap zonasi itu. Apabila ternyata masih ada kekurangan, guru akan dirotasi antarzona. Rotasi guru antarkabupaten/kota baru dilakukan jika penyebaran guru benar-benar tidak imbang dan tidak ada guru dari dalam kabupaten itu yang tersedia untuk dirotasi”. Dalam rangka meningkatkan kepatuhan terhadap norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) Mendikbud telah menerbitkan edaran bersama dengan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) terkait implementasi PPDB sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 14 Tahun 2018.

C. Proses Penerimaan Peserta Didik Baru

Proses penerimaan pesrta didik baru ini dalam sebuah lembaga pendidikan termasuk dalam manajemen peserta didik yang sangat penting. Hal ini dikarenakan juga menjadi salah satu faktor penentu dalam mempengaruhi mutu lembaga. Bagaimana manajemen peserta didik ini diatur dengan baik. Dalam penerimaan peserta didik ini memang haruslah memperhatikan beberapa hal seperti kebijakan penerimaan peserta didik baru, kriteria, prosedur, dan memperhatikan permasalahan-permasalahan penerimaan peserta didik baru.

Kebijakan penerimaan peserta didik baru memang haruslah memenuhi beberapa persyaratan tertentu. Meskipun setiap peserta didik

(27)

memiliki hak yang sama dalam mendapatkan layanan pendidikan, namun tidak serta merta semua peserta didik dapat diterima dengan mudah disuatu lembaga pendidikan. Hal ini dikarenakan ada beberapa kewajiban yang harus dipenuhi oleh peserta didik. Kewajiban operasional dalam penerimaan peserta didik baru ini memuat tentang daya tampung peserta didik. Penentuan ini didasarkan pada kenyataan-kenyataan yang ada di sekolah. Kondisi sekolah ini meliputi : jumlah daya tampung kelas, kriteria peserta didik yang dapat diterima, sarana prasarana yang ada, anggaran yang tersedia, tenaga pendidik yang ada, jumlah peserta didik yang tinggal. Kebijakan ini juga memuat tentang seleksi dan penyaringan peserta didik.(Badrudin, Manajemen Peserta Didik. 2014: 37-38)

Sistem penerimaan peserta didik baru ini merujuk pada cara penerimaan peserta didik baru. Badrudin dalam bukunya menyebutkan terdapat dua macam penerimaan peserta didik baru. Pertama, dengan sistem promosi. Dan kedua, dengan sistem seleksi. Sistem promosi merupakan penerimaan peserta didik tanpa adanya seleksi, tetapi diterima begitu saja tidak ada yang ditolak. Sistem ini digunakan sekolah yang memilki jumlah pendaftar kurang dari daya tampung yang ada. Sedangkan sistem seleksi digolongkan menjadi bebrapa macam seperti: a) seleksi berdasarkan nilai UN, b) berdasarkan pada penelusuran minat dan kemampuan (PMDK)/jalur prestasi, c) Berdasarkan pada hasil tes masuk.

Sekolah menentukan terlebih dahulu kriteria penerimaan peserta didik diantaranya :

(28)

a. Kriteria acuan patokan (standar criterian referenced) yaitu status penerimaan peserta didik yang didasarkan atas patokan-patokan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam hal ini, sekolah terlebih dahulu membuat patokan bagi peserta didik dengan kemampuan minimal setingkat mana yang dapat diterima disekolah tersebut. Sebagai konsekuensi dari penerimaan yang didasarkan atas kriteria acuan patokan demikian, jika semua calon peserta didik yang mengikuti seleksi memenuhi patokan minimal yang ditentukan, maka mereka diterima semua, sebaliknya jika calon peserta didik yang mendaftar kurang dari patokan minimal yang telah ditentukan, haruslah ditolak atau diterima. b. Kriteria acuan norma (norma criterian referenced) yaitu status

penerimaan calon peserta didik yang didasarkan atas keseluruhan prestasi peserta didik yang mengikuti seleksi. Keseluruhan prestasi peserta didik dijumlah, kemudian dicari rata-ratanya. Calon peserta didik yang nilainya berada diatas rata-rata, digolongkan sebagai calon yang dapat diterima sebagai calon peserta didik. Sementara yang berada di bawah rata-rata termasuk peserta didik yang tidak diterima.

c. Kriteria yang didasarkan daya tampung sekolah, sekolah terlebih dahulu menentukan berupa daya tampungnya, atau berapa calon peserta didik yang akan diterima. Setelah sekolah menentukan, kemudian merangking prestasi siswa mulai dari prestasi paling tinggi sampai dengan prestasi paling rendah. Penentuan peserta didik yang diterima dilakukan dengan

(29)

cara mengurut dari atas ke bawah, sampai daya tampung tersebut terpenuhi.

Badrudin dalam bukunya menyebutkan diantara permasalahan dalam penerimaan peserta didik baru diantaranya : pertama, adanya calon peserta didik yang memiliki hasil tes, nilai UN, dan kecakapan yang sama dengan mereka yang ada pada batas bawah penerimaan. Kedua, adanya calon peserta didik yang memiliki kemampuan dibawah calon peserta didik lainnya, namun orang tua yang memiliki kekuasaan tertinggi di daerah tersebut. Ketika terbatasnya daya tampung sedangkan banyak calon peserta didik yang memiliki kecakapan tinggi.(Ali Imron, Manajemen Peserta Didik, 2011: 46)

1. Permasalahan implementasi kebijakan

Permasalahan yang muncul dilingkungan masyarakat dan peserta didik diantaranya:

a. Saat sistem zonasi diterapkan beberapa kecamatan tidak memiliki sekolah negeri, kasus inipun terjadi di gresik. Akibatnya hanya beberapa persen anak-anak diterima dibeberapa kecamatan itu yang diterima di sekolah negeri.

b. Di Tangerang Banten sistem PPDB menerapkan batas usia maksimal. Hal ini mengakibatkan beberapa calon peserta didik tidak dapat diterima di SMPN 3 Tangerang karena usianya lewat dari 15 tahun.

2. Kendala dalam Implementasi Kebijakan

Dalam sebuah implementasi suatu kebijakan, tidak akan luput dari suatu kendala. Kendala ini akan mengiringi setiap langkah suatu penerapan

(30)

kebijakan. Hal ini dikarenakan semua lapisan masyarakat akan pro dengan kebijkan diterapkan. Kendala dalam implementasi pendidikan ini disebut implementation gap oleh Dunsire sebagaimana yang dikutip Hasbullah.

Implementation gap yaitu, suatu keadaan dalam proses kebijakan selalu terbuka untuk kemungkinan terjadinya perbedaan antara apa yang diharapkan oleh pembuat kebijakan dengan apa senyatanya dicapai ( sebagai hasil atau prestasi dari pelaksanaan kebijakan). Perbedaan tersebut tergantung pada “implementation capacy” dari organisasi birokrasi pemerintah atau kelompok organisasi atau aktor yang dipercaya mengembang tugas mengimplementasikan kebijakan tersebut.(M. Hasbullah, Kebijakan Pendidikan: 107)

Implementasi kebijakan dalam kenyataannya tidak jarang menghadapi masalah dilapangan sebagaiman disebutkan Hasbullah dalam bukunya yaitu :

a. Dalam keadaan senyatanya, organisasi sering dihadapkan pada adanya perbedaan pandangan atau persepsi dalam melihat suatu masalah. b. Suatu kebijakan sering telah mengatur bagaimana program tersebut

dilaksanakan melalui juklak dan jukni.

c. Organsasi pelaksanaan tidak mempunyai mekanisme sistem komunikasi yang antar masin-masing organisasi.

d. Suatu kebijakan dalam implementasinya mengalami masalah waktu (time permalahan) karena karena kelambatan komunikasi dan hilangnya momentum yang tepat dalam implementasi.

(31)

e. Masalah penyampaian informasi dalam pelakasanaan implementasi karena akumulasi kesalahan penyampaian informasi dari bawah keatas. 3. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan adalah penelitian yang biasa digunakan untuk mencari persamaan dan perbedaannya. Dalam hal ini penelitian yang berkaitan dengan penerapan kebijakan Permendikbud No. 14 Tahun 2018, hal ini dikarenakan kebijakan ini merupakan sebuah kebijakan yang baru yang diterapkan. Maka, belum ada penelitian tentang kebijakan-kebijakan pendidikan lainnya telah diteliti, antara lain :

Rita Anggorowati, melakukan penelitian dengan judul skripsi “Analisis Implementasi Kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru Sekolah Menengah Negeri di Kota Bandung”. Ditemukan bahwa 1) Aktor utama membuat kesalahan pada saat mengambil keputusan untuk membuat kebijakan dalam kebijakan. Hal ini menimbulkan permasalahan baru pada saat seleksi dilaksanakan dimana terjadi gejolak di kalangan orang tua dan calon peserta didik baru yang merasa apa yang diputuskan tidak adil. Namun, gejolak ini tidak berpengaruh terhadap kondisi kehidupan bermasyarakat baik secara ekonomi, sosial dan politik, hanya perlu menjadi tolak pembelajaran pada proses seleksi PPDB selanjutnya. 2) Perlu adanya penjabaran seacara rinci mengenai isi dari kebijakan. Kurangnya sosialisasi kebijakan baik dari pihak pelaksana kebijakan terlebih lagi kepada pihak yang terimbas kebijakan, menyebabkan pelaksanaan seleksi PPDB 2015 kurang efektif. 4) Lemahnya pengawasan dari aparat pemerintah.

(32)

Tri Mulyani, melakukan penelitian dengan judul skripsi “Analisis Yuridis Mengenai Sistem Zonasi Dalam Penerimaan Peserta Didik”. Ditemukan bahwa 1) Implikasi positif antara lain calon peserta didik baru memperoleh akses pendidikan dan terjadinya terjadinya pemerataan pendidikan. 1) Implikasi negatif antara lain calon peserta didik baru tidak bisa memilih sekolah yang sesuai harapan, dan bagi calon peserta didik yang berprestasi kurang mendapat penghargaan. Perbedaan kedua penelitian yaitu penerapan sebuah kebijakan sistem zonasi haruslah jelas dan sosialisasinya dalam masyarakat perlu ditingkatkan lagi.

D. Kerangka Pikir

Dalam proses pelaksanaan sebuah kebijakan haruslah memperhatikan beberapa hal. Menurut George C Edward III terdapat empat variabel yang harus diperhatikan ketika melaksanakan sebuah kebijakan yaitu : komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur organisasi. Keempat hal ini saling berkaitan demi keberhasilan pelaksanaan suatu kebijakan. Dalam penelitian ini kebijakan sistem zonasi merupakan sebuah kebijakan dikeluarkan oleh menteri pendidikan sebagai bentuk upaya pemerintah dalam menanggulangi permasalahan pemerataan pendidikan. Dengan adanya kebijakan sistem zonasi ini diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan pemerataan pendidikan, penyebaran murid yang merata sehingga tidak ada lagi label sekolah favorit. Pemerintah berharap bahwa semua sekolah akan menjadi sekolah favorit.

(33)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Implementasi Kebijakan

Sistem Zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru di SMA Negeri 1 Gowa.

Kebijakan Sistem Zonasi pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Gowa berdasarkan Permendikbud No. 51 Tahun 2018

Dampak yang

ditimbulkan oleh adanya penerapan kebijakan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Gowa.

Terlaksananya pemerataan penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Gowa.

(34)

E. Defenisi Operasional

Untuk memudahkan peneliti dalam proses penelitian, berikut akan mengemukakan beberapa konsep yang digunakan oleh peneliti dalam mengkaji implementasi kebijakan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Gowa. Berikut ini beberapa rumusan konsep-konsep tersebut :

1. Kebijakan

Kebijakan adalah suatu rangkaian konsep yang menjadi pedoman dan darsar rencana dalam pelakasanaan suatu pekerjaan. Kebijakan dibuat atas dasar kepentingan umum, bukan hanya untuk kepentingan pribadi maupun kelompok.(Di akses dari, id.m.wikipedia.org.)

2. Sistem zonasi

Sistem zonasi adalah sebuah sistem pengaturan proses penerimaan siswa baru sesuai dengan wilayah tempat tinggal.(Di akses dari, id.m.wikipedia.org.)

3. Dampak

Dampak secara sederhana bisa diartikan sebagai pengaruh atau akibat. Dalam setipa keputusan yang diambil oleh seorang atasan biasanya mempunyai dampak tersendiri, baik dampak positif maupun dampak negatif.(Di akses dari, id.m.wikipedia.org.)

(35)

Penerimaan siswa baru adalah proses pendaftaran, penyeleksian, siswa dari sekolah lama menjadi siswa barudi satu sekolah dengan beberapa persyaratan yang telah ditentukan oleh sekolah.(Di akses dari, id.m.wikipedia.org.)

5. Pemerataan

Pemerataan adalah memiliki arti lebih menekankan bagaimana upaya yang dilakukan agar seluruh masyarakat dapat memperoleh hak yang sama. (Di akses dari, id.m.wikipedia.org.)

(36)

20 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian dengan memberikan gambaran secara jelas dan sistematis terkait dengan objek yang diteliti demi memberi informasi dan data yang valid terkait dengan fakta dan fenomena yang ada di lapangan.

Menurut Lexy J. Moleong dalam penelitian kualitatif, peneliti atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data. Hal ini dikarenakan orang-orang bisa sebagai instrumen yang sangat luwes dapat menilai keadaan dan mengambil keputusan. Selain itu hanya manusia sajalah yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya dan hanya manusia yang mampu memahami kaitannya dengan kenyataan di lapangan. B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Gowa tepatnya di SMA Negeri 1 Gowa yang notabenenya dianggap menjadi sekolah favorit di Kabupaten Gowa dan mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lainnya. Alasan peneliti mengambil sekolah tersebut adalah merupakan sekolah yang memiliki brand sekolah favorit dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.

Selain itu, SMA Negeri 1 Gowa juga merupakan sekolah yang memiliki budaya belajar sangat bagus. Dengan adanya kebijakan zonasi ini sekolah harus tetap mempertahankan budaya belajarnya dan bagaimana

(37)

sekolah dapat memberikan pengaruh budaya belajar ini kepada murid yang berasal dari zonasi ini. Dengan kebijakan zonasi tidak ada lagi sekolah terfavorit ini yang menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat.

C. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus - 22 Oktober 2020. D. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian kualitatif yaitu informan yang memahami informasi tentang objek penelitian. Informan yang dipilih harus memiliki kriteria agar informasi yang didapatkan bermamfaat untuk penelitian yang dilakukan. Terdapat kriteria-kriteria untuk menentukan informan penelitian yang dikatakan oleh para ahli.

Penelitian ini akan dilakukan dengan mengumpulkan data dari beberapa informan yaitu :

1. Informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki beberapa informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informan yang dimaksud adalah Kepala sekolah.

2. Informan utama yaitu panitia pelaksana dan guru-guru di sekolah sebanyak 5 orang.

3. Informan tambahan yaitu calon peserta didik baru dan wali calon peserta didik. Calon peserta didik sebanyak 15 orang dan orang tua/wali sebanyak 5 orang.

(38)

E. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Data merupakan komponen yang dugunakan sebagai bahan untuk melakukan penelitian. Dalam penelitian ini, ada dua sumber data, yakni sumber data primer dan data sekunder, berikut adalah paparan terkait kedua sumber data tersebut:

1. Jenis data

a. Data primer yaitu data yang dikumpulkan secara langsung dari informan dengan menggunakan teknik wawanara (Interview Guide).

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pengkajian bahan pustaka berupa buku-buku, jurnal, serta dokumen-dokumen pada instansi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dengan menggunakan teknik dokumentasi.

2. Sumber data

a. Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari para informan yakni : peserta didik baru, panitia pelaksana, guru, dan kepala sekolah SMA Negeri 1 Gowa.

b. Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui informasi tertulis, dan dokumentasi serta dari jurnal dan buku yang mempunyai hubungan dengan masalah yang akan dibahas.

F. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

(39)

1. Pedoman wawancara

Adalah pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang terkait dengan penelitian sehingga data yang dikumpulkan bersifat valid/sah.

2. Alat/bahan dokumentasi

Seperti alat perekam, kamera serta alat catatan (pulpen dan buku). G. Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data primer ( data yang diperoleh langsung dari sumbernya) dan data sekunder (data yang diperoleh tidak langsung dari sumbernya) dengan melalui wawancara dan dokumentasi.

1. Wawancara

Teknik pengumpulan data primer dari para pihak yang dijadikan informan penelitian. Teknik wawancara dilakukan dengan mempersiapkan terlebih dahulu pedoman wawancara. Pedoman wawancara tersebut berisi pokok-pokok pertanyaan terbuka untuk diajukan kepada para informan penelitian. Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara, yaitu :

a. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Dalam hal ini perlu adanya kreativitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan pedoman wawancara model ini sangat tergantung pada pewawancara.

(40)

b. Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai checklist. Pewawancara hanya tinggal memberi tanda v (check).

Dalam pelaksanaan penelitian dilapangan, wawancara biasanya dilaksanakan dalam bentuk “semi structured”. Dimana interview menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam dalam menggali keterangan lebih lanjut. Dengan model wawanara seperti ini, maka semua variabel yang ingin digali dalam penelitian akan dapat diperoleh secara lengkap dan mendalam.

2. Dokumentasi

Mengumpulkan bahan atau dokumen yang ada berkaitan dengan proses penerimaan calon peserta didik baru.

H. Teknik Analisis Data

Menurut Moleong dalam bukunya Andi Prastowo yang berjudul Metode Penelitian Kualitatif, Analisis data adalah “proses mengorganisasikan dan mengurutkan data dalam kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dirumuskan kerja seperti disarankan oleh data.”(Andi Prastowo,Metode Penelitian:238)

Adapun langkah-langkah dalam mengumpulkan data kualitatif dalam model Miles dan Huberman sebagaimana sebagaimana yang dikutip Andi Prastowo dalam bukunya adalah sebagai berikut :

(41)

Pada tahap ini peneliti melakukan pemilihan, penyederhanaan dan transformasi data dari catatan lapangan untuk menggolongkan dan menyusunnya menjadi lebih sistematis. Memilih hal-hal yang penting untuk ditonjolkan. Memisahkan data mengelompokkannya.

2. Penyajian data

Pada tahap ini penyusunan data dari yang bersifat kelompok ke bentuk yang sistematis sehingga dapat dipahami dengan mudah. Sehingga membantu peneliti untuk memahami apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Adapaun jenis dan bentuk penyajiannya adalah berupa matriks, grafik, jaringan bagan dan lain sebagainya.

Dalam penelitian ini setelah peneliti melakukan reduksi data maka langkah selanjutnya peneliti akan penyajian data. Dari data yang sudah dikelompokkan maka akan diuraikan data bentuk bagan agar mudah dipahami.

3. Penarikan Kesimpulan

Pada tahap ini, peneliti mulai menarik kesimpulan adalah langkah yang terakhir dilakukan oleh peneliti dalam menganalisis data dengan terus menerus, baik pada saat pengumpulan data. Pada awalnya kesimpulan dapat dibuat longgar dan terbuka kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar pada pokok temuan. Pada penarikan kesimpulan ini peneliti berusaha untuk mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur sebab akibat dan proporsi. Jadi dari data yang diperoleh peneliti sejak mulanya mencoba mengambil

(42)

kesimpulan. Kesimpulan tersebut senantiasa harus diverifikasi dapat singkat dan mencari data baru.(Lexy J. Moleong, Metode penelitian kualitatif,2005:129)

Jadi analisis data ini dilaksanakan dimulai dari terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data yang kemudian disusun secara sistematis agar memproleh gambaran yang sesuai dengan tujuan.

(43)

32 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. SMAN 1 Sungguminasa a. Sejarah

SMAN 1 Sungguminasa merupakan salah satu sekolah favorit yang terletak di Kabupaten Gowa. Tepatnya di Jl. Andi Mallombassang No. 1 A, Sungguminasa. Sekolah ini dibangun pada tahun 1960 dan merupakan sekolah ke-4 yang didirikan di Sulawesi Selatan. Saat ini SMAN 1 Sungguminasa menyandang predikat Sekolah Percontohan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa se-Sulawesi Selatan.

Sebelum berganti nama menjadi SMAN 1 Sungguminasa dahulunya sekolah ini SMAN 159 Sungguminasa, yang menunjukkan bahwa sekolah ini merupakan sekolah ke- 159 yang didirikan di seluruh Indonesia. Adapun saat itu, sekolah ini terkenal dengan sebutan SALIS, yang diperoleh dari singkatan angka nama sekolah ini.

1 (satu)= SA 5 (lima)= LI 9(sembilan)= S

Tetapi, seiring berjalannya waktu dan terjadinya modernisasi persamaan sekolah, maka sekolah ini berganti nama menjadi SMAN 1 Sungguminasa (hingga sekarang). Meskipun telah berganti nama, sapaan SALIS tetap melekat terhadap sekolah yang terken al dengan budaya 5S (senyum, sapa, sopan, dan santun) ini.

(44)

Adapun kepala sekolah yang pernah menjabat dan membesarkan SMA Negeri 1 Gowa adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Daftar Nama-nama Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Gowa

No Nama Periode

1 Paduppa Tahun 1960 – 1963

2 Anshar Tahun 1963 – 1967

3 Drs. Kaharuddin Yunus Tahun 1967 – 1981 4 Drs. Kadir Amasyah Tahun 1981 - 1993 5 Drs. H. Sjaiful Alam Tahun 1993 – 1996 6 Dra. Bagra Syawal Tahun 1996 - 2003 7 Drs. H. Abd. Basir Hakim Tahun 2003 – 2008 8 Drs. H. Muhammad Hasbi,

M.Pd.

Tahun 2008 – 2012 9 Dra. Hj. Andi Wartiah, M.M Tahun 2012 – 2017 10 Drs. Muh. Arsyad S, M.Pd Tahun 2017 -

sekarang

Dari tabel di atas diketahui bahwa SMA telah dipimmpin 10 Kepala Sekolah. Dimana kepala sekolah pada tahap pertama yaitu bapak Paduppa hingga pada saat sekarang dipimpin oleh bapak Drs. Muh Arsyad S., M.Pd. Tentunya banyak perubahan yang terjadi ketika sekolah ini dipimpin oleh beberapa orang di atas. Dengan perjalanan yang sangat lama dan bertahun-tahun hingga dapat menjadikan sekolah ini unggul dalam bidang pelayanan akademik dan pembentukan karakter.

b. Identitas sekolah

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Gowa

(45)

Kecamatan/Kota : Somba Opu/Gowa Kode Pos : 92111

Telepon/Fax : -

E-Mail/Website : sma.salis159@gmail.com Propinsi : Sulawesi Selatan

NSS/NSM/NDS : 301190301001

NPSN : 40301034

Tahun Berdiri : 1960 Status Bangunan : Pemerintah Luas Seluruh Bangunan : 5.939 m2 Luas Lahan/tanah kosong: 729 m2 Luas Gedung/Bangunan : 5210 m2 c. Visi dan Misi

Visi

“Unggul dalam bidang mutu, kompetisi, beriman dan budi pekerti luhur serta berprestasi dalam bidang IPTEK, Olahraga, dan Seni”

Misi

Untuk mencapai Visi tersebut, SMA Negeri 1 Gowa mengembangkan misi sebagai berikut :

1. Mengaktifkan proses Belajar Mengajar dan bimbingan agar siswa dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya 2. Menumbuhkan dorongan untuk bersaing bagi seluruh warga sekolah

(46)

3. Membantu siswa dalam mengenali potensi dirinya untuk selanjutnya dapat dikembangkan secara optimal

4. Menumbuhkan pemahaman dan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut sebagai sumber kearipan dan berperilaku

5. Menerapakan manajemen terbuka sehingga tumbuh rasa memiliki, rasa kebersamaan, dan rasa tanggung jawab semua warga sekolah

6. Meningkatkan/mengoptimalkan partisipasi stakeholder sekolah. B. Deskripsi Informan

Informan (subjek) dalam penelitian ini terdiri 25 orang. Jumlah informan subjek terdiri dari 25 orang dari berbagai macam profesi dan kalangan yang berinisial MA, SU, AA, NN, SHR, ML, EN, AD, MT, LL, NR, BL, HF, NF, NRS, NS, AD, AR, AZNA, AP, FFR, KH, AL, NRA, dan KF. Berikut ini profil dari masing-masing responden.

1. Informan I, dengan inisial MA 58 Tahun selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Gowa pada tanggal 26 Agustus 2020 pada pukul 10.30 sampai dengan 10.45 WITA.

2. Informan II, dengan inisial SU 55 Tahun selaku Wakasek Kurikulum SMA Negeri 1 Gowa pada tanggal 26 Agustus 2020 pada pukul 10.50 sampai dengan 11.10 WITA.

3. Informan III, dengan inisial AA 48 Tahun selaku Wali Kelas X MIPA 1 SMA Negeri 1 Gowa pada tanggal 26 Agustus 2020 pada pukul 11.45 sampai dengan 11.55 WITA.

(47)

4. Informan IV, dengan inisial NN 45 Tahun selaku Wali Kelas X MIPA 2 SMA Negeri Gowa pada tanggal 27 Agustus 2020 pada pukul 9.32 sampai dengan 10.53 WITA.

5. Informan V, dengan inisial SHR 52 Tahun selaku Staff Kesiswaan SMA Negeri 1 Gowa pada tanggal 07 September 2020 pada pukul 10.02 sampai sengan pukul 11.20 WITA.

6. Informan VI, dengan inisial ML 56 Tahun selaku Panitia Pelaksana Penerimaan Peserta Didik Baru SMA Negeri 1 Gowa pada tanggal 07 September 2020 pada pukul 11.25 sampai dengan 12.05 WITA.

7. Informan VII, dengan inisial AD 39 Tahun selaku Orang tua/wali siswa pada tanggal 05 September 2020 pada pukul 15.04 sampai dengan pukul 15.30 WITA.

8. Informan VIII, dengan inisial MT 39 Tahun selaku orang tua siswa pada tanggal 06 September 2020 pada pukul 14.00 sampai dengan pukul 14.20 WITA

9. Informan IX, dengan inisial LL 35 Tahun selaku Orang tua/wali siswa pada tanggal 06 September 2020 pada pada pukul 09.00 sampai dengan pukul 09.30 WITA.

10. Informan X, dengan inisial NR 33 Tahun selaku Orang tua/wali siswa pada tanggal 05 September 2020 pada pukul 10.00 sampai dengan pukul 10.15 WITA.

(48)

11. Informan XI, dengan inisial BL 40 Tahun selaku orang tua/wali siswa pada tanggal 06 September 2020 pada pukul 11.00 sampai dengan pukul 11.20 WITA.

12. Informan XII, dengan inisial HF 30 Tahun selaku orang tua/wali siswa pada tanggal 06 September 2020 pada pukul 11.30 sampai dengan pukul 11.45 WITA.

13. Informan XIII, dengan inisial NRF 15 Tahun selaku siswa X MIPA 2 pada tanggal 26 Agustus 2020 pada pukul 09.00 sampai dengan pukul 09.20 WITA.

14. Informan XIV, dengan inisial NS 15 Tahun selaku siswa X MIPA 2 pada tanggal 26 Agustus 2020 pada pukul 09.30 samapai dengan pukul 10.00 WITA.

15. Informan XV, dengan inisial AD 15 Tahun selaku siswa X MIPA 1 pada tanggal 27 Agustus 2020 pada pukul 11.00 sampai dengan 11.20 WITA.

16. Informan XVI, dengan inisial AR 15 Tahun selaku siswa X MIPA 1 pada tanggal 27 Agustus 2020 pada pukul 09.02 samapai dengan pukul 09.15 WITA.

17. Informan XVII, dengan inisial AZNA 15 Tahun selaku siswa X MIPA 1 pada tanggal 28 Agustus 2020 pada pukul 08.00 sampai dengan 08.20 WITA.

(49)

18. Informan XVIII, dengan inisial AP 15 Tahun selaku siswa X MIPA 1 pada tanggal 30 Agustus 2020 pada pukul 09.00 sampai dengan pukul 09.20 WITA.

19. Informan XIX, dengan inisial FFR 15 Tahun selaku siswa X MIPA 1 pada tanggal 30 Agustus 2020 pada pukul 09.45 sampai dengan pukul 10.00 WITA.

20. Informan XX, dengan inisial KH 15 Tahun selaku siswa X MIPA 1 pada tanggal 31 Agustus 2020 pada pukul 09.45 sampai dengan pukul 10.10 WITA.

21. Informan XXI, dengan inisial AL 15 Tahun selaku siswa X MIPA 1 pada tanggal 31 Agustus 2020 pada pukul 10.15 sampai dengan pukul 10.35 WITA.

22. Informan XXII, dengan inisial 15 Tahun selaku siswa X MIPA 1 pada tanggal 30 Agustus 2020 pada pukul 08.00 sampai dengan pukul 08.30 WITA.

23. Informan XXIII, dengan inisial KH 15 Tahun selaku siswa X MIPA 1 pada tanggal 01 September 2020 pada pukul 09.00 sampai dengan 09.20 WITA.

24. Informan XXIV, dengan inisial NF 15 Tahun selaku siswa X MIPA 2 pada tanggal 01 September 2020 pada pukul 10.00 sampai dengan pukul 10.20 WITA

(50)

25. Informan XXV, dengan inisial NRA 15 Tahun selaku siswa X MIPA 1 pada tanggal 01 September 2020 pada pukul 10.30 sampai dengan 11.00 WITA.

C. Hasil Penelitian

Proses implementasi kebijakan pendidikan menjadi suatu tahapan penting kebijakan pendidikan. Tanpa adanya implementasi, kebijakan hanya akan menjadi sebuah dokumen saja. Dahulu dimana peneliti lebih memusatkan pada proses perumusan sehingga melupakan proses implementasinya. Jika dilihat pada kenyataannya implementasi kebijakan menjadi informasi penting mengenai kebijakan itu sendiri. Implementasi kebijakan menjadi sebuah informasi penting sebagai evaluasi kebijakan tersebut. Karena dengan implementasi kebijakan akan terlihat permasalahan yang muncul serta faktor keberhasilan kebijakan itu sendiri.

Dalam implementasi kebijakan tidak akan serta merta terjadi secara sempurna. Akan terjadi kesenjangan antara rumusan dan pelaksanaannya, yang pada akhirnya akan menimbulkan permasalahan. Permasalahan yang muncul ini akan menjadi kendala dalam proses implementasi kebijakan itu sendiri.(Hasbullah, Kebijakan,107)

1. Implementasi Kebijakan Sistem Zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru di SMA Negeri 1 Gowa

Pada dasarnya sistem zonasi di Kabupaten Gowa telah dilakukan sejak tahun 2017, sebelum menteri pendidikan mengeluarkan peraturan

(51)

perundang-undangan mengenai kebijakan sistem zonasi. Kebijakan sistem zonasi diatur berdasarkan pasal 16 ayat 1 Permendikbud Nomor 14 Tahun 2018.

Kebijakan sistem zonasi ini adalah kebijakan yang di ambil pemerintah dalam rangka pemerataan pendidikan serta pemerataan fasilitas pendidikan. Sedangkan PPDB jalur Zona/Wilayah adalah proses penerimaan peserta didik baru yang dengan mempertimbangkan jarak satuan pendidikan yang dituju dengan tempat tinggal calon peserta didik baru. Sedangkan kuota yang ditentukan oleh pemerintah adalah 90%. Namun, pada awal tahap penerapan pemerintah masih memberikan wewenang pada daerah untuk menentukan kuota zonasi. Untuk SMA Negeri 1 Gowa kuota berdasarkan Zona/Wilayah adalah sebesar 90%, dari total jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima. Selebihnya, 5% kuota untuk jalur prestasi dan 5% lagi untuk siswa yang pindahan domisili.

Berdasarkan wawancara dengan MA, Selaku Kepala Sekolah, sebagai berikut :

“Penerimaan Peserta Didik Baru di SMA Negeri 1 Gowa itu berdasarkan Zona terdekat yaitu 90% , selebihnya 5% untuk jalur prestasi dan 5% untuk jalur perpindahan orang tua”. (Wawancara, 24 Agustus 2020)

Seperti yang telah dituturkan di atas, penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Gowa itu dalam pelaksanaannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang telah diberlakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

(52)

Berdasarkan wawancara di atas maka dapat dikatakan bahwa PPDB di SMA Negeri 1 Gowa sesuai dengan pasal 16 Permendikbud Nomor 14 Tahun 2018.

Pelaksanaan kebijakan sistem Zonasi itu sudah diterapkan sebagaimana yang diungkapkan ibu ML, sebagai berikut :

“Calon Peserta didik baru yang dekat dengan sekolah bisa terjaring, tetapi disamping itu ada kelemahannya, baru-baru ini ada calon siswa yang dekat rumahnya dengan sekolah malahan justru tidak lolos masuk sehingga harus melapor ke pihak yang berwenang untuk menangani masalah tersebut”. (wawancara, 07 September 2020)

Dari hasil wawancara di atas, dapat kita ketahui bahwa pelaksanaan kebijakan sistem zonasi di SMA Negeri 1 Gowa sudah bagus. Tetapi disamping itu ada kelemahannya, baru-baru ini telah terjadi kesalahan dikarenakan ada siswa yang berdomisili dekat dengan sekolah justru tidak lolos masuk di SMA Negeri 1 Gowa.

Hal serupa yang dituturkan oleh NRS, sebagai berikut :

“Sistem zonasi diberlakukan di seluruh sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah Daerah. Dengan sistem zonasi, sekolah wajib menerima calon peserta didik yang berdomisili pada radius zona terdekat paling sedikit sebesar 90%, dari total jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima. Selebihnya, 5% kuota untuk jalur prestasi, dan 5% lagi untuk siswa yang pindah domisili”.( Wawancara, 29 Agustus 2020)

Berdasarkan wawancara di atas maka dapat dikatakan bahwa Implementasi Kebijakan Sistem Zonasi pada Penerimaan Peserta Didik baru di SMA Negeri 1 Gowa dapat diketahui dengan diselenggarakannya sistem zonasi diseluruh sekolah yang ada di Kabupaten Gowa.

(53)

Berdasarkan wawancara dengan AR sebagai berikut :

“Sekolah menggunakan sistem zonasi dengan kebijakan yang fleksibel untuk mengakomodasi ketimpangan akses dan kualitasnya. Komposisi PPDB jalur zonasi dapat menerima siswa minimal 50%, jalur afirmasi minimal 15%, dan jalur perpindahan 5%. Untuk jalur prestasi atau sisa 0-30% lainnya disesuaikan dengan kondisi sekolah. Sekolah menentukan proporsi final dan menetapkan wilayah zonasi”. (Wawancara, 29 Agustus 2020) Berdasarkan wawamcara di atas, dapat di ketahui bahwa penerimaan calon peserta didik baru di SMA Negeri 1 Gowa berdasarkan Peraturan Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan Dinas Pendidikan. PPDB Sekolah Menengah Atas (SMA) terdiri dari 4 (empat) jalur pendaftaran, yaitu jalur zonasi, jalur afirmasi, jalur prestasi, yang terbagi menjadi 2 (dua) jalur, yaitu jalur prestasi akademik dan non-akademik serta perpindahan tugas orang tua/wali.

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

Nomor : 188.4 / 821-Sekret.1 / Disdik TENTANG

PETUNJUK DAN TEKNIS PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU JENJANG SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI, SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI DAN SEKOLAH LUAR BIASA

TAHUN PELAJARAN 2020/2021 A. Jalur Zonasi

1) Kuota paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari jumlah peserta didik yang diterima oleh satuan pendidikan;

2) Kuota jalur zonasi termasuk bagi anak penyandang disabilitas. 3) Menggunakan sistem zonasi yang memperhitungkan lokasi

geografis dan lokasi satuan pendidikan;

4) Zona satuan pendidikan adalah wilayah kecamatan dimana satuan pendidikan itu berlokasi, termasuk wilayah kecamatan yang beririsan dengan wilayah satuan pendidikan tersebut;

(54)

5) Zona satuan pendidikan ditentukan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan usulan dari Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah (MKPS) dan disetujui oleh Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah;

6) Domisili calon peserta didik berdasarkan alamat pada kartu keluarga yang ditterbitkan paling singkat 1 (satu) tahun sejak tanggal pendaftaran PPDB.

7) Kartu keluarga dapat diganti dengan surat keterangan domisili dari rukun tetangga atau rukun warga yang telah dilegalisir oleh lurah/kepala desa atau pejabat setempat yang berwenang menrangkan bahwa peserta didik yang bersangkutan telah berdomisili paling singkat (satu) tahun sejak diterbitkannya surat keterangan domisili.

8) Surat keterang domisili dari rukun tetangga atau rukun warga wajib dilengkapi dengan surat pernyataan orang yua/wali calon peserta didik baru yang menyatakan bersedia diproses secara hukum apabila terbukti memalsukan domisilinya.

9) Satuan pendidikan yang berlokasi di daerah perbatasan propinsi, zonasi diberlakukan berdasarkan perjanjian tertulis yang ditandatangani antara pemerintah daerah.

10) Jarak dari tempat tinggal terdekat ke satuan pendidikan dihitung menggunakan sistem teknologi informasi.

Jalur zonasi memiliki kuota paling sedikit 50% dari jumlah peserta didik yang akan diterima. Kuota jalur zonasi termasuk penyandang anak disabilitas dengan memperhitungkan lokasi geografis dan lokasi satuan pendidikan. Lokasi satuan pendidikan adalah wilayah kecamatan satuan pendidikan itu berlokasi, zona satuan pendidikan ditentukan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan usulan dari Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah (MKPS), dan disetujui oleh Cabang Dinas Pendidikan Wilayah. Domisili calon peserta didik berdasarkan alamat pada kartu keluarga yang telah diterbitkan paling singkat 1 (satu) tahun sejak tanggal pendaftaran PPDB. Dapat diganti dengan surat keterangan domisili dari rukun tetangga dan rukun warga yang telah dilegalisir oleh Lurah/Kepala Desa atau pejabat setempat yang berwenang yang menerangkan bahwa yang bersangkutan telah berdomisili

Gambar

Tabel 1 Daftar Nama-nama Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Gowa

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan sistem zonasi telah membawa suatu perubahan pada pelaksanaan PPDB yaitu ketika sebelum diimplementasikan sistem zonasi peserta didik bebas memilih sekolah

Efektivitas hukum terhadap penerapan sistem zonasi bagi penerimaan peserta didik tingkat sekolah menengah atas berkaitan erat dengan kebijakan pemerintah yang mana

Berkenaan dengan hal tersebut, hal yang terpenting dalam kebijakan ini adalah: (i) sosialisasi dan advokasi terkait dengan agenda kebijakan PPDB zonasi ini di masa saat

187 sekolah yang dituju, sehingga dengan terpaksa mereka harus mendaftar ke sekolah di zona terdekatnya yang mutunya mungkin saja kurang baik. Sebaliknya, banyak

Ketiga, implementasi Permendikbud nomor 14 tahun 2018 tentang penerimaan peserta didik baru menggunakan sistem zonasi memiliki faktor pendukung adanya

Definisi konsepsional dari penelitian yang diteliti oleh penulis dengan judul Implementasi Program Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Online di SMP Negeri 21

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2017 Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah

Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, atau bentuk lain yang sederajat. Keputusan Kepala Dinas