• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur dan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP disebutkan bahwa dalam rangka mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur dan bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dengan berpedoman pada SPIP. Dengan mempedomani SPIP tersebut diharapkan dapat memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan SPIP, terdapat lima unsur yang harus dilaksanakan yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi komunikasi dan pemantauan pengendalian intern. Kelima unsur SPIP tersebut harus dilaksanakan secara menyatu dan menjadi bagian yang integral dari kegiatan instansi pemerintah. Dalam pasal 47 PP No Nomor 60 tahun 2008 dinyatakan bahwa pihak yang menjalankan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara adalah Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).

(2)

dan Inspektorat Kabupaten/Kota. Dalam menjalankan fungsinya, APIP melaksanakan kegiatan pengawasan berupa audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan secara efektif dan efesien dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik.

Dalam pasal 11 PP Nomor 60 tahun 2008, APIP dikatakan efektif apabila sekurang-kurangnya harus memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi, memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah, dan memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah.

Seiring dengan berkembangnya audit sektor publik di dunia, The Institute of Internal Auditors (IIA) selaku organisasi profesi auditor intern dunia mengembangkan kerangka kerja yang dikenal dengan Internal Audit Capability Model (IACM). IACM mengidentifikasi aspek-aspek fundamental yang dibutuhkan bagi pengembangan audit intern yang efektif. Kerangka kerja IACM diselesaikan oleh tim research IIA pada tahun 2009 dan dipublikasikan pada 2010. Kemudian BPKP mengadopsi kerangka kerja tersebut dengan menyusun Peraturan Kepala BPKP pada tahun 2011 dan dikembangkan kembali pada tahun 2015 dengan dikeluarkannya Peraturan Kepala BPKP Nomor 6 Tahun 2015 tentang Grand Design Peningkatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah 2015-2019 dan Peraturan Kepala BPKP Nomor 16 Tahun 2015

(3)

tentang Pedoman Teknis Peningkatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.

Dalam IACM terdapat lima tingkatan level yaitu level 1 (initial), level 2 (infrastructure), level 3 (integrated), level 4 (managed) dan level 5 (optimizing). Tingkatan level ini dapat membantu organisasi dalam menilai kemampuan APIP dan membantu rencana APIP dalam meningkatkan kapabilitas organisasi ke level selanjutnya. Selain itu juga APIP dapat memperoleh gambaran mengenai tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan tata kelola yang baik. Berdasarkan Peraturan Kepala BPKP Nomor 16 Tahun 2015, dalam menentukan level IACM ini dilakukan penilaian terhadap enam elemen dengan menggunakan pemenuhan pernyataan (240 pernyataan) yang dikembangkan untuk seluruh key process area (KPA). Enam elemen tersebut adalah sebagai berikut 1). Peran dan Layanan, 2). Pengelolaan Sumber Daya Manusia, 3). Praktik Profesional, 4). Akuntabilitas dan Manajemen Kinerja, 5). Budaya dan Hubungan Organisasi, 6). Struktur dan Tata Kelola. Berdasarkan hasil penilaian tersebut akan diperoleh simpulan umum kapabilitas APIP berdasarkan lima tingkatan level.

Gambaran APIP berdasarkan assessment dari 2010 s.d. 2014, dari 474 APIP Pusat dan Daerah, sebanyak 404 APIP atau 85,23% berada pada level 1 (Initial), 69 APIP atau 14,56% berada pada level 2 (Infrastructure), dan baru 1 APIP atau 0,21% yang berada di level 3 (Integrated) (BPKP, 2015). Sebanyak 404 APIP tingkat kapabilitasnya berada di level 1 (Initial), level ini menunjukkan masih terkandung risiko bahwa APIP belum optimal dalam memberikan nilai tambah

(4)

APIP belum mampu mencegah tindak korupsi. Banyak aparatur sipil negara yang tertangkap tangan melakukan korupsi, mulai dari kepala daerah, kepala dinas sampai dengan bendahara yang terdapat di unit terkecil sekalipun.

Hal ini sejalan dengan kasus korupsi yang sejak semester I tahun 2012 sampai dengan semester I tahun 2016 tercatat total ada 448 orang pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah kota/kabupaten dan provinsi yang terjerat korupsi (Indonesian Corruption Watch [ICW], 2016). Banyaknya kasus korupsi yang tertangkap seharusnya membuat kita sadar bahwa masih lemahnya pengawasan intern yang ada pada pemerintah.

Pengawasan intern yang telah berjalan di roda pemerintahan seharusnya dapat mengurangi bahkan mencegah perbuatan korupsi. APIP selaku mata dan telinga pimpinan memiliki peranan yang strategis dan penting. Keterlibatan APIP dalam proses keuangan negara dimulai dari perencanaan anggaran, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban APBN/APBD serta pemberian rekomendasi perbaikan pada kebijakan yang telah dan akan diimplementasikan sehingga APIP diharapkan bekerja secara profesional dan peka terhadap permasalahan negara dan mencegah perbuatan korupsi di semua sektor (Sugihardjo, 2016).

Pemerintah berupaya untuk menaikkan tingkat kapabilitas APIP melalaui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Pemerintah menargetkan pada tahun 2019 kapabilitas APIP telah mencapai level 3 (integrated). Hal ini dipertegas kembali pada Rapat Koordinasi Nasional Pengawasan Intern Pemerintah tanggal 13 Mei 2015 oleh Presiden Republik Indonesia bahwa kapabilitas APIP meningkat secara bertahap dan berkesinambungan (BPKP, 2015).

(5)

Sejalan dengan RPJMN dan arahan Presiden RI, Inspektorat Kota Padang yang saat ini telah mencapai level 2 dengan catatan (infrastructure) yang artinya belum semua KPA level 2 terpenuhi harus berupaya keras untuk meningkatkan kapabilitasnya dari level 2 catatan menjadi level 2 penuh bahkan menjadi level 3 (integrated) pada tahun 2019.

Heriyanto, Tommy Indra (2016) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) berdasarkan Standar IACM Pada Pemerintah Kota Padang Panjang. Hasil penelitian ditemukan bahwa level entitas APIP Pemerintah Kota Padang Panjang berada di level 2, yang dianggap telah mampu menjamin proses tata kelola sesuai dengan peraturan dan mendeteksi terjadinya tindak pidana korupsi. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Joga Widyarwo Aditantra (2017) dengan judul Kajian Strategi Peningkatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Studi Kasus Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan dalam hasil penelitian nya menyebutkan bahwa Inspektorat Jenderal telah mencapai level 3 (tiga) IACM. Hingga tahun 2015 kapabilitas APIP Kementerian Keuangan telah mengalami perbaikan dan usaha peningkatan level IACM sejak pertama kali dilakukan assessment oleh BPKP pada tahun 2011.

Dengan latar belakang fenomena diatas, penulis tertarik melakukan penelitian terkait kapabilitas APIP khususnya Inspektorat Kota Padang dengan judul penelitian “Analisis Peningkatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Berdasarkan Internal Audit Capability Model (IACM) Pada Inspektorat Kota Padang”.

(6)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi kapabilitas APIP Inspektorat Kota Padang berdasarkan IACM?

2. Bagaimana hambatan dan tantangan yang dihadapi Inspektorat Kota Padang dalam meningkatkan kapabilitas APIP?

3. Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan oleh Inspektorat Kota Padang dalam upaya peningkatan kapabilitas APIP?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi terkait:

1. Kondisi kapabilitas APIP Inspektorat Kota Padang berdasarkan IACM.

2. Hambatan dan tantangan apa saja yang dihadapi Inspektorat Kota Padang dalam meningkatkan kapabilitas APIP.

3. Langkah-langkah apa yang dilakukan Inspektorat Kota Padang dalam upaya peningkatan kapabilitas APIP.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini antara lain:

1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan penulis dalam hal audit internal pemerintah khususnya peningkatan kapabilitas APIP berdasarkan IA-CM.

2. Bagi Inspektorat Kota Padang, penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan masukan terkait peningkatan kapabilitas APIP untuk mencapai level 2.

(7)

3. Bagi akademisi, sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait kapabilitas APIP.

1.5. Sistematika Penulisan

Bab satu adalah pendahuluan, diawali dengan pembahasan latar belakang masalah. Selanjutnya rumusan masalah yang menjelaskan fokus permasalahan. Berdasarkan rumusan masalah, dijabarkan tujuan dari penelitian. Setelah itu penulis memaparkan manfaat yang diharapkan atas penelitian ini. Bab satu diakhiri dengan sistematika penulisan yang secara umum menjelaskan konten penelitian ini.

Bab dua merupakan studi pustaka yang berisi penjelasan teori dan fakta yang relevan dengan penelitian ini. Adapun teori yang dipaparkan adalah Audit Internal, APIP, Kapabilitas APIP, IACM dan tinjauan penelitian terdahulu yang memiliki kemiripan dalam metode penelitiannya.

Bab tiga berisi tentang metode penelitian. Pada bab ini diuraikan mengenai rancangan penelitian. Selain rancangan penelitian, pada bab ini juga dijabarkan terkait fokus penelitian. Setelah itu penulis menjabarkan mengenai jenis data dan metode pengumpulan data. Pada bagian akhir dijelaskan mengenai metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini.

Bab empat berisi mengenai Gambaran Umum Inspektorat Kota Padang, Kondisi Kapabilitas APIP Inspektorat Kota Padang, Hambatan dan Tantangan Inspektorat Kota Padang dalam Mencapai Level 2 IACM dan Langkah-langkah Inspektorat Kota Padang dalam Meningkatkan Kapabilitasnya.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan semakin tingginya jumlah pasien terinfeksi COVID-19 di Indonesia yang melebihi kapasitas kemampuan rumah sakit dalam penerimaan pasien penyakit menular, maka dibutuhkan

Berdasarkan penjelasan di atas dan dengan melihat pentingnya pelanggan bagi kelangsungan usaha, maka yang menjadi msalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2010) yaitu antara kecerdasan linguistik, kecerdasan matematis-logis, kecerdasan

Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan dalam Pasal 1 ayat (1) yang berbunyi, Organisasi Kemasyarakatan atau disingkat dengan

Penelitian ini bertujuan mengkarakterisasi berat molekul enzim bromelin dari kulit buah nanas dan papain dari getah buah pepaya dari dua varietas yaitu varietas Subang dan

Hasil analisis persentase tersebut menunjukkan bahwa indikator memprediksi mampu dicapai oleh siswa sehingga bisa menyelesaikan soal yang telah diberikan dan

Berdasarkan analisis hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Guided Teaching dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas

c. Menceritakan hasil kegiatannya membuat Bunga Mawar dari Playdough 5) Pada Group Whatshaap, guru memberikan sebuah arahan pada orang tua untuk:.. Mendampingi anak untuk mencari