• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Perusahaan Garuda Indonesia Airlines. Peristiwa penerbangan pesawat Dakota RI-001 Seulawah dari Calcuta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Perusahaan Garuda Indonesia Airlines. Peristiwa penerbangan pesawat Dakota RI-001 Seulawah dari Calcuta"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Responden

4.1.1 Sejarah Perusahaan Garuda Indonesia Airlines

Peristiwa penerbangan pesawat Dakota RI-001 “Seulawah” dari Calcuta menuju Rangoon dalam melaksanakan misi niaga pertama pada tanggal 26 Januari 1949 dijadikan hari lahir Garuda Indonesia Airlines. Garuda Indonesia Airlines pertama kali beroperasi pada tanggal 1 Maret 1950. pada tanggal 31 Maret 1950, Menteri Kehakiman Republik Indonesia Serikat dan De Koninkelijke Luchtaart Maatshappij NV (KLM) dengan wakil Ermile Wan Konijburg mendirikan Garuda Indonesia Airways NV sesuai dengan akte No.137 dengan notaris RadeN Kadiman. Pemerintah Republik Indonesia Serikat memiliki 50% saham sejumlah 39 juta gulden.

Awalnya armada Garuda Indonesia Airlines dalam melayani penerbangan di dalam negeri terdiri atas 20 pesawat DC-3/C-47 dan 8 pesawat jenis PBY Catalina Amphibi. Untuk melebarkan sayapnya, Garuda Indonesia Airlines telah mendapatkan armada baruu sehingga armada Garuda Indonesia Airlines berjumlah 53 pesawat dengan berbagai tipe seperti DC-3/C-47 Conyair Liner-240, Conyair Liner-340, Conyair Liner 440 dan D.Havikind Heron. Pada tanggal 24 Maret 1954, pemerintah RI menandatangani perjanjian dengan KLM NV sehingga semenjak hari itu Garuda Indonesia sepenuhnya merupakan perusahaan nasional dengan akte no.30 Notaris Raden Mester Soewandi. KLM NV sepenuhnya menyerahkan semua sahamnya kepada pemerintah Republik Indonesia.

(2)

Menteri Perhubungan Pimpinan Garuda Indonesia Airlines yang baru melakukan perbaikan – perbaikan secara mendasar dimana seluruh pesawat diganti dengan pesawat yang dapat menunjang kemajuan perusahaan. Jaringan penerbangan kemudian diperluas meliputi seluruh wilayah Republik Indonesia sedangkan untuk penerbangan ke luar negeri telah menjangkau Singapura, Thailand dan Filipina. Dewasa ini jaringan penerbangan Garuda Indonesia Airlines selain di dalam negeri juga telah menjangkau ke seluruh dunia seperti Eropa, Australia, Amerika dan Asia yang dilayani pesawat – pesawat mutakhir seperti tipe B 747-400, B 747-200, Airbus A330, B 737 dan F28.

Kesuksesan yang diraih oleh Garuda Indonesia Airlines tidak luput dari peran pimpinan puncak perusahaan yaitu Direktur Utama. Berikut adalah nama –nama yang pernah menjabat sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia Airlines :

Tabel 4. 1 Nama – Nama Direktur Garuda Indonesia Airlines

no NAMA PERIODE JABATAN

1 Dr.E.Konijnerbur 1950 - 1954

2 Ir.Soetopo 1954 – 1959

3 Marsdya (TNI). Iskandar 1959 – April 1961

4 Captain Pratono April 1961 – April 1965

5 Captain Soedarmo April 1965 – Februari 1968

6 Wiweko Soepono, S.E Februari 1968 – November 1984

7 R.A.J Lumenta November 1984 – Januari 1988

8 M. Soeparno Januari 1988 – Januari 1992

9 W. Mulyono Januari 1992 – Januari 1995

(3)

11 Robby Djohan Juni 1998 – Agustus 1998

12 Abdul Gani Agustus 1999 – Maret 2002

13 Indra Setiawan Maret 2002 – 2005

14 Emirsyah Satar 2005 – sekarang

Sumber : PT. Garuda Indonesia Airlines

4.1.2 Visi dan Misi Garuda Indonesia Airlines

4.1.2.1 Visi Garuda Indonesia Airlines

Visi dari Garuda Indonesia Airlines yaitu menjadi perusahaan penerbangan yang disegani atau memiliki keunggulan bersaing di Asia yang mengalami pertumbuhan secara berkesinambungan (sustainable growth)

4.1.2.2 Misi Garuda Indonesia Airlines

Misi dari Garuda Indonesia Airlines terdiri atas beberapa hal yaitu sebagai berikut :

1. memberikan pelayanan jasa angkutan udara yang berkualitas dan berorientasi kepada kepuasan pengguna jasa melalui pengelolaan secara profesional

2. memupuk keuntungan dengan menyelenggarakan usaha jasa pengangkutan udara baik berupa pengangkutan orang dan barang dari satu tempat ke tempat lainnya baik dalam lingkup domestik maupun internasional serta kegiatan lain yang berkaitan dengan bidang usaha pengangkutan udara

(4)

3. melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintah di bidang pembangunan ekonomi nasional khususnya di bidang jasa pengangkutan udara dan bidang lainnya yang terkait

Garuda Indonesia Airlines merumuskan budaya perusahaan dan mengajak seluruh karyawannya untuk ikut serta dalam mengimplementasikan. Budaya perusahaan yang dimiliki adalah sebagai berikut :

1. Tampil sebagai yang terbaik

2. Unjuk kerja dalam memuaskan pelanggan secara konsisten adalah prestasi kita

3. Bekerja dengan benar sejak awal untuk mencapai kualitas terbaik

4. Selalu proaktif memanfaatkan setiap peluang dan perubahan yang ada

5. Maju bersama menuju sukses

semua hal tersebut dirangkum seluruh maknanya dalam motto Garuda Indonesia Airlines : “ One Spirit, One Goal, One Team “. Hal tersebut menandakan bahwa Garuda Indonesia Airlines dengan seluruh unsurnya akan berusaha maksimal untuk menampilkan yang terbaik darinya melalui kepekaan dan kebutuhan seluruh pihak terkait

4.1.3 Organisasi dan Manajemen Garuda Indonesia Airlines

Struktur manajemen Garuda Indonesia Airlines memiliki tanggung jawab dan tugas yang berbeda. Tanggung jawab dan tugas dari setiap bagian unit dapat dijelaskan sebagai berikut :

(5)

1. Direktur Utama

Direktur Utama bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham. Dalam mengambil langkah dan kebijaksanaan keluar, Direktur Utama mendasarkan keputusan atas kebijakan perusahaan yang dipertimbangkan oleh para direktur serta masukan yang diberikan oleh Staf Ahli yang sesuai dengan bidangnya. Direktur Utama selaku pimpinan tertinggi dan pengambil keputusan, menggariskan kebijakan di tingkat administrasi dalam menyusun rencana kerja manajemen dengan mempertimbangkan masukan dari para Direktur dan juga memperhatikan masukan lainnya.

2. Direktur / Direksi

Di dalam menjalankan tugasnya, Direktur Utama dibantu oleh 5 direktur yaitu Direktur Strategi dan Umum, Direktur Keuangan, Direktur Operasi dan Direktur Niaga. Direktur memiliki tugas dan kewenangan untuk memberikan masukan dan mengkoordinasikan pengelolaan ruang lingkup kegiatan yang dipercayakan serta sebagai penanggung jawab kegiatan yang berlangsung dalam ruang lingkup tersebut kepada Direktur Utama.

Para Direktur juga menggariskan kebijakan perusahaan dan menciptakan rencana kerja di jajaran depan ruang lingkup kegiatan masing-masing serta mengkoordinasikan rencana tersebut dengan jajaran organisasi yang berkaitan dengan pengelolaan kegiatan tersebut.

3. Satuan Pengawas Intern

Satuan Pengawas Intern merupakan suatu badan yang dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan tugas dan wewenang dari seluruh bagian di perusahaan agar tidak terjadi penyimpangan di dalam pelaksanaannya dan melaporkannya langsung kepada Direktur Utama.

(6)

4. Staf Ahli

Staf Ahli merupakan suatu tim yang memberikan masukan dan pendapat kepada Direktur Utama terhadap suatu permasalahan yang dihadapi perusahaan agar tidak terjadi penyimpangan di dalam pelaksanaannya dan melaporkannya langsung kepada Direktur Utama.

5. Direktur Operasi

Tugas dan fungsi dari Direktur Operasi adalah mengorganisasikan seluruh kegiatan operasional pesawat yang meliputi keselamatan penerbangan, operasi penerbangan, perencanaan & pengendalian operasi awak kabin, dukungan operasi serta kerekayasaan dan pengembangan operasi yang memenuhi persyaratan keselamatan penerbangan dan kenyamanan pemakai jasa penerbangan yang sesuai dengan kebijakan perusahaan.

6. Dinas Operasi

Dinas operasi merupakan dinas atau unit yang berada di bawah direktorat operasi. Unit ini berfungsi untuk menyediakan pelayanan operasi penerbangan yang aman dan tepat waktu serta mengutamakan kualitas pelayanan yang terbaik bagi pelanggan. Tugas lain dari unit ini adalah sebagai berikut :

a) Menetapkan rencana kerja dan pelaporan kinerja per bulan serta menyusun anggaran tahunannya

b) Menyediakan sumber daya awak pesawat dan personel pendukung operasi dalam jumlah dan kualitas yang memenuhi standar operasi penerbangan serta Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil.

c) Mengelola / mengatur koordinasi seluruh sumber daya manusia yang ada dalam perencanaan dan pengelolaan operasi penerbangan agar berjalan

(7)

secara efektif, efisien dan tepat waktu dengan menggunakan tekhnologi yang tepat.

d) Menetapkan pelatihan bagi penerbang

e) Menyediakan pelayanan penerbangan profesional setara dengan perusahaan penerbangan terbaik di Asia

4.1.4 Awak Kabin Garuda Indonesia Airlines

Definisi dari awak kabin sendiri tercipta bersamaan dengan nama Garuda Indonesia Airways. Nama Garuda Indonesia Airways tercipta pada tahun 1949 dan sejak saat itu pula para awak kabin yang juga sering disebut dengan pramugara-pramugari terlibat aktif di dalam penerbangan nasional. Pada intinya, tugas awak kabin adalah sama di dalam perusahaan penerbangan manapun yaitu memberikan pelayanan kepada penumpang yang menggunakan jasa penerbangan perusahaan tersebut.

Hellen E.McLaughin dalam buku berjudul Footsteps in The Sky (1994) menyatakan bahwa sejarah munculnya awak kabin bersumber dari kepentingan atas kehadiran juru rawat pesawat udara. Pada tahun 1922, Daimler Airways telah menghadirkan peran awak kabin di dalam penerbangan. Konsep utama dari para awak kabin tersebut adalah mengenai bagaimana meyakinkan penumpang dalam hal pengamanan dan kenyamanan di dalam penerbangan. Tugas lain yang harus diperankan oleh awak kabin udara adalah sebagai garda depan antara hubungan perusahaan dengan masyarakat. Awak kabin terdiri atas pria dan wanita yang bekerja sama sebagai suatu tim dengan awak pesawat lainnya seperti pilot sehingga menghasilkan pelayanan yang maksimal kepada penumpang.

United Airlines yang sebelumnya bernama Boeing Air Transport sebenarnya merupakan pelopor lahirnya peran awak kabin. Menurut Ellen Church, salah seorang

(8)

perintis dan pelaku peran awak kabin di Boeing Air Transport, mengutarakan bahwa latar belakang awak kabin dalam suatu penerbangan sangatlah penting mengingat peran dari awak kabin tersebut sebagai pemberi keyakinan dan keselamatan bagi penumpang. Semakin dikenalnya peran awak kabin membuat Pan American Airlines memperkenalkan konsep yang berasal dari istilah Steward yang terdiri atas Service, Tact, Efficiency, Wisdom, Ability, Responsbility dan Dependability.

Berdasarkan aturan – aturan yang berlaku di dunia penerbangan internasional maka Garuda Indonesia Airlines sebagai perusahaan penerbangan nomor satu di Indonesia juga memiliki persyaratan – persyaratan tertentu untuk menjadi awak kabin di Garuda Indonesia Airlines. Persyaratan tersebut di antaranya adalah minimal pendidikan terakhir berijazah SLTA, memiliki penampilan yang menarik, memiliki sikap dan tingkah laku yang baik seperti kemampuan komunikasi dan adaptasi yang baik. Persyaratan yang telah disebutkan harus terpenuhi untuk menjadi seorang awak kabin. Hal tersebut sangat ditekankan dalam proses seleksi dan rekruitmen yang dilakukan perusahaan karena awak kabin merupakan citra atau cermin perusahaan yang berhubungan langsung dengan pengguna jasa penerbangan.

Setelah berhasil lulus dalam tahapan seleksi, para calon awak kabin diharuskan mengikuti dan lulus dalam pelatihan dasar yaitu pelatihan ‘Initial New Hire’. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan bekal kompetensi yang memadai berdasarkan 2 konsep besar yaitu pelayanan dan keamanan sehingga mampu menunjukkan kinerja awak kabin yang optimal. Yang bertindak sebagai instruktur pada pelatihan ini disebut sebagai Flight Attendant Checker. Flight Attendant Checker merupakan para awak kabin yang ditugaskan untuk melaksanakan

(9)

pelatihan dan evaluasi bagi siswa awak kabin dan juga berperan sebagai awak kabin yang aktif dalam tugas penerbangan.

Setelah para siswa awak kabin berhasil lulus dalam pelatihan tersebut, awak kabin tersebut dapat diikutsertakan dalam penerbangan dengan status sebagai Flight Attendant Junior. Untuk dapat memonitor kinerja dari para awak kabin junior dan senior dalam penerbangan maka pada setiap penerbangan terdapat satu orang awak kabin senior dengan persyaratan yang telah ditetapkan bertindak sebagai Flight Service Manager.

Flight Service Manager ini merupakan penyelia awak kabin yang ditugaskan untuk melaksanakan pelatihan dan evaluasi kinerja awak kabin dalam penerbangan yang dipimpinnya dalam suatu penerbangan. Hasil dari evaluasi kinerja tersebut nantinya akan dilaporkan kepada Deputy Chief awak kabin. Deputy Chief awak kabin ini merupakan pejabat struktural yang membawahi awak kabin secara langsung. Seluruh proses pemantauan yang dilakukan terhadap awak kabin Garuda Indonesia Airlines terangkum menjadi suatu proses yang disebut sebagai Flight Attendance Performance Monitoring.

4.1.5 Kegiatan Usaha Garuda Indonesia Airlines

Garuda Indonesia Airlines menjalankan misi niaga pertama kali di Birma yang diawali dengan penerbangan Dakota RI-001 “Seulawah” dari Kalkuta menuju Rangoon pada tanggal 26 Januari 1949. Sejak itu, Garuda Indonesia memulai karir penerbangan komersial pertama yang dimiliki oleh Indonesia. Saat ini Garuda Indonesia Airlines terus mengalami perubahan secara bertahap dan semakin modern untuk menyelaraskan diri dengan permintaan yang terus meningkat terhadap jasa penerbangan udara.

(10)

Dengan dukungan armada yang memadai, Garuda Indonesia mampu menjangkau 18 kota di Indonesia yaitu Banda Aceh, Medan, Padang, Palembang, Batam, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Semarang, Denpasar, Ampenan, Banjarmasin, Balikpapan, Pontianak, Ujung Pandang, Manado, Biak dan Jayapura. Selain itu, juga menerbangi 24 kota besar di benua Asia, Eropa dan Australia. Selain dukungan yang bersifat fasilitas, Garuda Indonesia juga menerapkan tekhnologi komputer ke berbagai aktivitas perusahaan seperti AMEGA untuk melayani kebutuhan suku cadang dalam perawatan pesawat terbang, ARGA untuk reservasi penerbangan serta sistem komputerisasi operasi penerbangan untuk membantu manajemen penerbangan baik dalam hal fasilitas pesawat maupun penjadwalan penugasan awak kabin. Hal ini dilakukan untuk menjawab tantangan perkembangan zaman dan juga kompetisi bisnis penerbangan yang dinamis.

Keberhasilan Garuda Indonesia Airlines dalam melakukan pembinaan sumber daya manusia dalam manajemen Garuda Indonesia Airlines dapat dibuktikan dengan penghargaan internasional yang didapatkan diantaranya adalah sebagai berikut :

a) Pelatihan Berstandar Internasional

Garuda Aviation Training telah mendapatkan sertifikat ISO-2000 untuk Pelatihan Berstandar Internasional pada tanggal 26 Januari 2000 dari Lembaga Sertifikasi Jerman.

b) Perawatan/ Perbaikan Bersertifikat FAA

Garuda Maintenance Facility pada tanggal 28 Januari 2000 dinyatakan FAA (Federal Aviation Administration) memenuhi persyaratan sehingga layak dan memenuhi jaminan kualitas untuk melaksanakan seluruh perawatan pesawat termasuk mesin dan komponen pesawat.

(11)

c) Sistem Informasi Berstandar Internasional

Garuda Information System mendapatkan ISO-2000 pada tanggal 25 Mei 2000 dari Lembaga Sertifikasi Belanda DNV (Det Norske Varitas)

d) Kepuasan Pelanggan

Lembaga riset pemasaran Frontier bekerja sama dengan majalah bisnis SwaSembada memberikan penghargaan ICSA (Indonesia Customer Satisfaction Award) selama 3 tahun berturut-turut yaitu pada tahun 2000, 2001 dan 2002. Penghargaan tersebut didasarkan pada survei langsung terhadap konsumen di 6 kota besar yaitu Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya, Medan dan Makasar dengan melibatkan 10.200 responden survei dengan 3 parameter utama sebagai berikut :

1) Kepuasan konsumen terhadap kualitas produk atau layanan

2) Kepuasan harga dibandingkan dengan kualitas produk dan layanan 3) Persepsi mengenai ada atau tidaknya merek penerbangan lain

Dalam aspek Total Customer Satisfaction pada tanggal 7 September 2000 untuk pertama kalinya Garuda Indonesia Airlines mendapatkan penghargaan ICSA. Hal ini menandakan bahwa Garuda Indonesia Airlines berhasil memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggannya. Garuda Indonesia Airlines berhasil menyisihkan 2 nominator lainnya yaitu Merpati Nusantara Airlines dan Bouraq. Berikut adalah hal-hal yang dinilai dalam penghargaan tersebut :

1) Tepat Waktu

Pada tanggal 18 Januari 2001, Garuda Indonesia Airlines dinyatakan sebagai ”Punctuality Intercontinental Airline 2000” oleh bandara Schiphol, Amsterdam

(12)

2) Akses Tercepat

PT. SAP Indonesia menyatakan Garuda Indonesia Airlines sebagai pelaksana akses tercepat dalam sistem SAP yang meliputi aplikasi terintegrasi beberapa aspek seperti akuntansi, keuangan,manajemen aset, manajemen sumber daya manusia dan lainnya. Penghargaan tersebut diberikan pada tanggal 17 Oktober 2000.

3) Inovasi

Penghargaan inovasi berupa Crisis Busting Award untuk kategori International Airlines dari majalah Travel Weekly East pada tanggal 30 Juli 2001.

Keberhasilan Garuda Indonesia Airlines ditentukan oleh kerjasama yang kokoh dalam meningkatkan kinerja perusahaan yang baik sehingga menghasilkan penerbangan yang tepat waktu, kualitas layanan yang efisien dan efektif, sumber daya manusia yang berkualitas serta tingkat pendapatan yang semakin meningkat. Peran terbesar dari keberhasilan yang telah dicapai ini dipegang oleh program pelatihan yang diberikan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Garuda Indonesia atau yang dikenal dengan Garuda Indonesia Training Center (GITC).

4.1.6 Implementasi Pelatihan ’Initial New Hire ’

Pelatihan ’Initial New Hire’ merupakan perpaduan kerja dari 2 elemen di Garuda Indonesia Airlines yaitu unit Flight Attendant Standard & Development (CCD) dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Garuda Indonesia. Segala hal yang

(13)

berkaitan dengan pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia dibawahi oleh unit Flight Attendant Standard & Development (CCD) . Tugas dari unit ini diantaranya adalah :

1. Memutuskan dan menjelaskan mengenai Buku Panduan Pelayanan Awak Kabin Reguler dan Haji

2. Memutuskan dan menjelaskan mengenai standar penampilan dan sikap serta tingkah laku dalam pelayanan sebagai awak kabin

3. Menyusun kurikulum dan silabus untuk pelatihan awak kabin

4. Merancang dan menyusun peraturan dan pedoman bagi awak kabin reguler dan haji.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Garuda Indonesia merupakan sarana pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia yang terdapat di Garuda Indonesia Airlines. Pusdiklat Garuda Indonesia dilengkapi dengan sarana gedung kelas, perkantoran, asrama, tempat beribadah, gedung serba guna dan beberapa sarana olahraga seperti lapangan voli, lapangan basket, lapangan tenis dan juga kolam renang. Selain itu, Pusdiklat juga memiliki fasilitas dan peralatan dengan tekhnologi mutakhir untuk menunjang pelatihan keselamatan penerbangan yang sesuai dengan Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (Civil Aviation Safety Regulation).

Seluruh fasilitas yang ada di Pusdiklat juga berstandar internasional seperti simulator penerbangan, Cockpit Procedure Trainer, Flight Safety dan juga Mock Up. Kolam renang yang ada juga memiliki standar tertentu karena digunakan dalam practical drill seperti CPR, fire fighting dan evakuasi di darat dan laut. Selain itu, Pusdiklat juga bekerjasama dengan Akademi Perhotelan Bandung dan Akademi

(14)

Pariwisata Sahid Jaya dalam memberikan pendidikan manajemen transportasi udara bagi para awak kabin.

Komunikasi dalam PT.Garuda Indonesia bersifat cross-sectored dimana komunikasi antar departemen harus terjalin dengan baik. Hubungan antara unit Flight Attendant Standard & Development (CCD) dengan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Garuda Indonesia diantaranya adalah tidak hanya mengenai proses pelatihan seperti tipe pelatihan, silabus pelatihan, training handout , peralatan pegajaran akan tetapi juga meliputi pengembangan prosedur pelatihan, job specification untuk instruktur , jadwal pelatihan serta hasil dan laporan pelatihan.

Program pelatihan yang diadakan bagi awak kabin secara garis besar mengenai 2 hal yaitu service dan safety. Salah satu program pelatihan yang diadakan bagi awak kabin adalah Program Pelatihan ‘Initial New Hire’ merupakan program yang wajib diikuti oleh awak kabin Garuda Indonesia yang belum pernah bertugas. Pelatihan ‘Initial New Hire’ ini bertujuan diantaranya sebagai berikut :

1. memahami dan mengaplikasikan keseluruhan peraturan mengenai keamanan

2. memahami dan mengaplikasikan sistem manajemen mengenai keamanan

3. memahami tipe pesawat dan spesifikasi/perbedaan setiap tipe pesawat

4. mengatur komunikasi diantara awak kabin dalam situasi normal dan darurat

5. menunjukkan kinerja sesuai dengan yang dibutuhkan oleh prosedur dan pekerjaan pada situasi normal

(15)

6. menunjukkan kinerja sesuai dengan yang dibutuhkan oleh prosedur dan pekerjaan pada situasi abnormal

7. menunjukkan kinerja sesuai dengan yang dibutuhkan oleh prosedur dan pekerjaan pada situasi darurat.

Persyaratan untuk mengikuti program Pelatihan ‘Initial New Hire’ ini adalah para awak kabin yang telah memiliki lisensi yang valid. Durasi dari program Pelatihan ‘Initial New Hire’ ini adalah 32 jam. Jumlah partisipan dalam pelatihan ini adalah minimum 12 orang dan maksimum 24 orang. Metode yang digunakan dalam program pelatihan ini adalah perkuliahan, diskusi, Hands On dan Drill. Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta pelatihan diadakan ujian secara tertulis yang memiliki standar kelulusan 80. Apabila peserta tidak lulus dalam ujian maka akan dilakukan re-exam dengan standar kelulusan 85, jika dalam ujian ulang tersebut peserta gagal maka akan diikutsertakan dalam program pelatihan selanjutnya yang disebut pelatihan rekualifikasi.

4.2 Hasil Penelitian

Dalam analisis ini akan diberikan hasil tanggapan responden mengenai efektivitas pelatihan ‘Initial New Hire’ yang diberikan oleh perusahaan kepada para siswa awak kabin. Pernyataan yang diberikan terdiri atas pernyataan yang terkait dengan tingkat analisis efektivitas pelatihan yaitu tingkat reaksi (tingkat 1), tingkat pembelajaran (tingkat 2), tingkat perilaku (tingkat 3) dan tingkat hasil (tingkat 4) . Hasil pengelolaan data sebagai jawaban responden terhadap efektivitas pelatihan

(16)

“Initial New Hire” pada awak kabin Garuda Indonesia Airlines adalah sebagai berikut :

4.2.1 Analisis Efektivitas Pelatihan Tingkat 1

Dalam analisis tingkat reaksi akan diberikan tanggapan responden mengenai tingkat kepuasan peserta terhadap program pelatihan yang diselenggarakan, sehingga dapat dilakukan perbaikan atas program tersebut. Pernyataan yang diberikan pada analisis tingkat reaksi ini terdiri atas pernyataan tentang program pelatihan, fasilitas pelatihan dan metode pengajaran instruktur. Hasil pengelolaan data sebagai jawaban responden terhadap efektivitas tingkat reaksi pada pelatihan initial new hire adalah sebagai berikut :

4.2.1.1 Program Pelatihan

Tanggapan responden terhadap efektivitas tingkat reaksi pelatihan initial new hire pada program pelatihan dapat diliihat pada grafik berikut :

Grafik 4. 1 Grafik Tanggapan Responden Terhadap Program Pelatihan

87 88 97 84

70 80 90 100

Tanggapan Responden terhadap

Program Pelatihan

Series1 87 88 97 84 Sistematika program Kesesuaian w aktu Manf aat pelatihan bagi Kualitas training manual

(17)

Berdasarkan perolehan data yang didapat pada grafik di atas dapat diketahui bahwa rata – rata nilai total yang didapatkan dari tanggapan 30 orang responden terhadap efektivitas program pelatihan dengan skala penilaian 0 – 100 adalah 89 atau dapat dinyatakan dengan prosentase 89 %. Nilai tertinggi terdapat pada aspek penilaian manfaat pelatihan bagi peserta yaitu sebesar 97 % sedangkan penilaian efektivitas terendah terdapat pada aspek penilaian kualitas training manual yaitu 84 %. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa program pelatihan “Initial New Hire” dinilai efektif oleh peserta pelatihan.

4.2.1.2 Fasilitas dan Pelayanan Pelatihan

tabel tanggapan responden terhadap efektivitas tingkat reaksi pelatihan ‘initial new hire’ pada fasilitas dan pelayanan pelatihan

Grafik 4. 2 Tanggapan Responden Terhadap Fasilitas Pelatihan

85 91 96 100 70 80 90 100

Tanggapan Responden Terhadap

Fasilitas Pelatihan

Series1 85 91 96 100 Media pelatihan Kenyamanan ruang

kelas

Kualitas makanan &

minuman yang Pelayanan karyawan

(18)

Berdasarkan perolehan data yang didapat pada grafik di atas dapat diketahui bahwa rata – rata nilai total yang didapatkan dari tanggapan 30 orang responden terhadap fasilitas dan pelayanan pelatihan dengan skala penilaian 0 – 100 adalah 93 atau dapat dinyatakan dengan prosentase 93 %. Nilai tertinggi terdapat pada aspek penilaian pelayanan karyawan yaitu sebesar 100 % sedangkan penilaian efektivitas terendah terdapat pada aspek penilaian media pelatihan yaitu 85 %. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa fasilitas dan pelayanan pelatihan “Initial New Hire” dinilai efektif oleh peserta pelatihan.

4.2.1.3 Instruktur / Fasilitator

Grafik tanggapan responden terhadap efektivitas tingkat reaksi pelatihan ‘Initial New Hire’ pada instruktur pelatihan dapat dijelaskan sebagai berikut :

Grafik 4. 3 Tanggapan Responden Terhadap Instruktur

85 91 89 90 80 85 90 95

Tanggapan Responden Terhadap Instruktur

Series1 85 91 89 90 Penguasaan instruktur terhadap Kejelasan dan sistematika dalam Kemampuan pengelolaan kelas Kehadiran dan ketepatan waktu

Sumber : Diolah Penulis

Berdasarkan perolehan data yang didapat pada grafik di atas dapat diketahui bahwa rata – rata nilai total yang didapatkan dari tanggapan 30 orang responden

(19)

terhadap fasilitas dan pelayanan pelatihan dengan skala penilaian 0 – 100 adalah 89 atau dapat dinyatakan dengan prosentase 89 %. Nilai tertinggi terdapat pada aspek kejelasan dan sistematika dalam penyampaian materi pembelajaran yaitu sebesar 91 % sedangkan penilaian efektivitas terendah terdapat pada aspek penguasaan instruktur terhadap materi pembelajaran yaitu 85 %. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat kepuasan peserta terhadap instruktur tinggi.

4.2.2 Analisis Efektivitas Pelatihan Tingkat 2

Dalam analisis tingkat pembelajaran akan diberikan data yang berkaitan dengan hasil pembelajaran yang didapatkan oleh peserta pelatihan. Tujuan pembelajaran memegang peranan penting dalam mengukur efektivitas pada tingkat 2 karena tujuan pembelajaran memberikan informasi mengenai hasil pelatihan yang diharapkan dan mendefinisikan kompetensi ata kinerja tertentu yang diharapkan sehingga pelatihan dapat dikatakan berhasil. Pengukuran tingkat pembelajaran terdiri atas pengetahuan (knowledge), kemampuan (skill) dan sikap.

Hasil pengelolaan data sebagai jawaban responden terhadap efektivitas tahap pembelajaran pada pelatihan ‘initial new hire’ adalah sebagai berikut :

Grafik 4. 4 Grafik Tingkat Pembelajaran Siswa Pelatihan Initial New Hire

0 1 2 3

Grafik Tingkat Pem belajaran Sisw a Pelatihan Initial New Hire

Series1 2,566 2,24 2,028 2,24 2,06 2,02 Materi 1 materi 2 materi 3 materi 4 materi 5 materi 6

(20)

Berdasarkan perolehan data yang didapat dari 30 orang siswa pelatihan pada grafik di atas dapat diketahui bahwa dengan skala pengukuran tingkat pembelajaran 1-4 tingkat pembelajaran tertinggi peserta pelatihan terdapat pada materi 1 yaitu sebesar 2,566 dan tingkat pembelajaran terendah terdapat pada materi 6 yaitu sebsar 2,02. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa rata –rata tingkat pembelajaran yang didapat peserta pelatihan pada setiap materi adalah sebesar 2,19.

4.3 Evaluasi Hasil Penelitian

4.3.1 Evaluasi Efektivitas Tahap Reaksi

Efektivitas pada tahap reaksi mengukur tingkat kepuasan peserta terhadap komponen pelatihan yang bersifat fisik. Berdasarkan data yang didapat, ketiga komponen pelatihan yang dievaluasi pada tahap reaksi yaitu program pelatihan, fasilitas pelatihan dan instruktur pelatihan, mendapat nilai tingkat kepuasan yang sangat tinggi. Hal ini merupakan suatu indikator yang baik bagi suatu pelatihan bahwa pada tingkat evaluasi terendah mendapat nilai yang sangat baik.

Akan tetapi,evaluasi pada tahapan ini tidak mengindikasikan secara keseluruhan bahwa pelatihan yang dilakukan bersifat tepat guna atau efektif karena efektivitas pelatihan seharusnya mengukur sejauh mana pembelajaran didapatkan dan bagaimana aplikasi pembelajaran tersebut di dalam lingkungan kerja sehari-hari. Data evaluasi tahap reaksi dapat dijadikan sebagai data pendukung dalam memahami permasalahan di dalam tahapan evaluasi selanjutnya.

(21)

4.3.2 Evaluasi Efektivitas Tahap Pembelajaran

Berdasarkan data yang didapat melalui self rating yang dilakukan 30 orang siswa pelatihan dapat diketahui bahwa tingkat pembelajaran tertinggi peserta pelatihan terdapat pada materi 1 yaitu sebesar 2,566 dan tingkat pembelajaran terendah terdapat pada materi 6 yaitu sebsar 2,02. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa rata –rata tingkat pembelajaran yang didapat peserta pelatihan pada setiap materi adalah sebesar 2,19.

Materi 1 merupakan materi yang menjelaskan mengenai dasar- dasar manajemen sumber daya awak kabin. Tujuan pembelajaran dalam materi ini terkait dengan penambahan pengetahuan dan kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan tersebut ke dalam konteks lingkungan kerja. Sedangkan materi 6 secara garis besar menjelaskan mengenai keamanan di dalam pesawat. Tujuan pembelajaran dalam materi ini meliputi penambahan pengetahuan dan kemampuan implementasi di dalam lingkungan kerja. Dilihat dari tujuan pembelajaran, kedua materi ini memiliki jenis tujuan pembelajaran yang sama.

Hal ini terkait dengan teori belajar dewasa yang dikemukakan oleh Malcolm Knowless bahwa individu akan terlibat dalam pembelajaran secara optimal apabila individu tersebut memiliki pengalaman yang dapat dikaitkan dengan materi pembelajaran. Dilihat dari segi pengalaman tentunya sebagai siswa awak kabin yang belum pernah bertugas dalam penerbangan maka mempelajari materi yang berkaitan dengan manajemen sumber daya akan

(22)

lebih mudah dan optimal dibandingkan mempelajari materi yang berkaitan dengan kondisi darurat di dalam penerbangan.

Tingkat kompetensi yang disusun dalam tujuan dan rancangan pembelajaran juga mempengaruhi tingkat keberhasilan pembelajaran dalam suatu pelatihan. Dalam pelatihan ‘initial new hire’ , tingkat kompetensi yang diukur dapat dipetakan sebagai berikut :

no Tingkat kompetensi Item no

1 Pengetahuan 1,2,4,6,8,10,11,12,19,20,24,25,26,27,28,29

2 Afektif 3,21,23,30

3 Psikomotorik 5,7,9,13,14,15,17,18,22,

Keseluruhan tingkat kompetensi di atas mendapat rata-rata penilaian yang tinggi dari siswa pelatihan. Hal ini juga menandakan bahwa tujuan pembelajaran dari pelatihan bukanlah permasalahan yang dihadapi dalam evaluasi efektivitas pelatihan ’Initial New Hire’ pada awak kabin Garuda Indonesia Airlines. Data yang didapat pada tahap pembelajaran digunakan sebagai data pembanding dalam evaluasi tahap selanjutnya.

Gambar

Tabel 4. 1 Nama – Nama Direktur Garuda Indonesia Airlines
Grafik 4. 1 Grafik Tanggapan Responden Terhadap Program Pelatihan
tabel tanggapan responden terhadap efektivitas tingkat reaksi pelatihan
Grafik tanggapan responden terhadap efektivitas tingkat reaksi pelatihan
+2

Referensi

Dokumen terkait

 Akhirnya, murid boleh menyemak semula penyelesaian tersebut untuk menentukan sama ada jawapannya munasabah atau tidak. Di samping itu, murid boleh menyemak jawapan dengan mencari

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan di sub sektor peternakan adalah meningkatnya persediaan pangan asal hewan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal ( ASUH ) dan

Pertumbuhan kinerja usaha Bank NTT juga dapat dilihat dari keberhasilan Perusahaan dalam meningkatkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang hingga akhir Desember 2013 mencapai

Hal ini menunjukan bahwa kemampuan hasil belajar siswa bimbingan balajar lebih baik dari yang tidak Training, dan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar dari siswa pada kedua

Hasil penelitian ini, menunjukan bahwa Rasionalitas Orang Tua dalam memilih lembaga bimbingan belajar mencakup 4 tipe Tindakan Rasionalitas yaitu Rasionalitas Instrumental pada

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Herawati (2008) di Propinsi Kaltim dan DIY untuk program JPKMM, masih mempunyai banyak masalah di lapangan. Adapun permasaJahannya meliputi:

Di dalam dunia pendidikan tentu kita mengenal media pembelajaran, media pembelajaran merupakan saluran atau jembatan dari pesan- pesan pembelajaran yang disampaikan

Ang aming pananaliksik ay pinamagatan naming na ³PANINIWALA AT GAWI NG MGA MAG-AARAL SA ASIGNATURANG na ³PANINIWALA AT GAWI NG MGA MAG-AARAL SA