• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi nilai karakter syukur di Al-Qur an surat Luqman sebagai upaya penanganan degradasi moral remaja pada Rancangan SMP Islam, Surabaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Aplikasi nilai karakter syukur di Al-Qur an surat Luqman sebagai upaya penanganan degradasi moral remaja pada Rancangan SMP Islam, Surabaya"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

AbstrakDegradasi moral sudah beberapa tahun terakhir ini menjadi permasalahan yang cukup krusial di Indonesia. Sekolah masih tetap menjadi pilihan paling ideal dalam menerapkan pendidikan karakter pada anak didik. Dalam agama islam, acuan paling utama dalam menjalankan kehidupan adalah Al-Qur’an. Di dalamnya terdapat semua ajaran, contoh dan juga perintah, diantaranya juga tentang berkarakter mulia, salah satunya ialah Syukur. Maka dengan Al-Qur’an inilah adanya harapan mampu membentuk perilaku terpuji dan karakter mulia manusia. Peran arsitektur dalam penyelesaian masalah ini diantaranya dalam membentuk ruang belajar, membentuk pola sirkulasi dalam berinteraksi, menciptakan suasana kondusif dalam menyerap materi, serta penerapan kepada kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan pendekatan pada teori perilaku manusia, perancangan menitikberatkan pada proses dan berdasarkan ajaran penting dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 12 tentang Syukur. Maka dibuatlah rancangan SMP Islam dengan konsep syukur yang terbagi menjadi tiga kelompok, syukur kepada Allah, alam, dan sesama manusia. Baik dalam aspek teknis, interior maupun eksterior.

Kata Kunci Islam, Al-Qur’an, Pendidikan, Sekolah, Perilaku, syukur.

PENDAHULUAN I.

EGRADASI moral bukanlah permasalahan baru bagi bangsa Indonesia, sudah beberapa tahun terakhir perkara ini menjadi topik penting yang mengganggu para pendidik di bumi pertiwi. Menurut penelitian Zanden (1984) [1], faktor degradasi moral terbagi menjadi dua, yakni internal dan eksternal. Faktor internal muncul dari diri yang bersangkutan, yakni krisis identitas atau lemahnya kontrol diri atas gangguan dari luar. Sedangkan faktor eksternal diantaranya adalah teknologi, lingkungan, orangtua, masyarakat, dan teman (Gambar 1).

Jenis degradasi moral terbagi menjadi tiga menurut Lickona (1992) [2], pertama penyimpangan etika, yakni penyimpangan hal-hal yang dianggap tidak sopan. Kedua adalah pelanggaran norma hukum, yakni pelanggaran pada aturan-aturan hukum yang berlaku, baik di sekolah, masyarakat, maupun Negara.

Gambar 1. Contoh faktual degradasi moral anak bangsa

Gambar 2. Degradasi moral golongan kenakalan berat

Gambar 3. Gradual Shift of Focus from Analysis to Synthesis Analysis

Synthesis

Input Output

Aplikasi nilai karakter syukur di Al-Qur’an

surat Luqman sebagai upaya penanganan

degradasi moral remaja pada Rancangan SMP

Islam, Surabaya

Ihdina Sabili dan Murni Rachmawati

Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

(ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail:

murnirach@arch.its.ac.id

(2)

Terakhir adalah kenakalan berat, diantaranya adalah narkoba, seks bebas, tawuran, dan lain sebagainya yang pelanggarannya tergolong pelanggaran berat. Seperti yang terlihat pada (Gambar 2). Bahkan di Indonesia menurut survey BPS (Badan Pusat Statistik) 50 – 60 % pengguna narkotika berasal dari kalangan remaja.

METODA PERANCANGAN II.

Metode yang dipilih dalam perancangan ini adalah Gradual

Shift of Focus from Analysis to Synthesis, buah pemikiran

Newkirk (1981) [3], (Gambar 3) yakni metode yang menitikberatkan proses dalam perjalanan perancangannya, dengan melalui pendekatan pada analisa isu, pemecahan masalah, hingga sintesis dan perumusan solusi yang diusulkan, dan evaluasi terhadap solusi yang ditawarkan.

Proses singkat terjadi melalui dasarnya hubungan yang berkelanjutan antara apa yang mungkin dalam arsitektur dan apa yang ingin dilakukan oleh sang perancang. Sebuah desain Arsitektur mempengaruhi perilaku manusia di dalamnya, begitu juga sebaliknya, perilaku manusia yang berlulang-ulang bisa menuntut sebuah desain tertentu dalam arsitektur. (Gambar 4) Semua yang dilakukan oleh perancang adalah memodifikasikan dengan apa yang mungkin jadi solusi pada masalah tersebut, hal ini sebagaimana dipaparkan oleh Joyce (2004) [4].

KONSEP DAN HASIL EKSPLORASI III.

Menurut Asmani (2012) [5], terdapat berbagai jenis pendidikan karakter

• Pendidikan karakter berbasis nilai religius yang merupakan kebenaran wahyu Tuhan (konservasi moral);

• Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, misalnya berupa budi pekerti, pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh sejarah, dan lainnya;

• Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan);

• Pendidikan karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan (konservasi humanis).

Pendidikan karakter memiliki landasan normatif, antara lain: a) Berasal dari ajaran Agama Islam, yaitu dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, berlaku pula untuk ajaran agama lainnya yang banyak dianut manusia. b) Adat kebiasaan atau norma budaya. c) Pandangan-pandangan filsafat yang menjadi pandangan hidup dan asas perjuangan suatu masyarakat atau suatu bangsa. d) Norma hukum yang telah diundangkan oleh Negara berbentuk konstitusi, undang-undang, dan peraturan perundang-undangan lainnya yang bersifat memaksa dan mengikat akhlak manusia. Hal tersebut telah dipaparkan dalam buku Hamid & Saebani (2013) [6].

Landasan utama konsep Terbuka dalam objek ini adalah karakter Syukur yang terbagi menjadi 3 kelompok utama,yakni syukur kepada Tuhan, syukur kepada Alam, dan syukur

Gambar 4. Hubungan keterkaitan Desain arsitektur dan perilaku manusia

Gambar 5. Konsep

Gambar 6. Bentuk Masjid kubus berada di tengah site

Gambar 7. Pemisahan area siswa, siswi dan guru

kepada sesama manusia (Gambar 5). Kesemuanya tersebut berdasarkan surat Luqman yang merupakan ide dasar pendidikan karakter dengan terjemahan ayatnya menurut

(3)

Departemen Agama Republik Indonesia (1978) [7] sebagai berikut :

•Dan sungguh, telah kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, ―Bersyukurlah kepada Allah! Dan barang siapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri ; dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah maha kaya lagi maha terpuji. (QS Luqman ayat 12)

•Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ―Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar. (QS Luqman ayat 13)

•Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku kau kembali. (QS Luqman ayat 14)

Setelah itu, aspek penting untuk diperhatikan dari arsitektur islami adalah

1. Tidak mubazir / efisiensi.

―Dan janganlah engkau bersikap mubazir, karena mubazir itu adalah termasuk saudara syaithan‖

2. Egaliter

―Sesungguhnya manusia di mata Allah itu sama, yang membedakan hanya ketaqwaannya (QS 49:13) . Dalam konteks arsitektur, Ka’bah adalah contoh bangunan yang mencerminkan egalitarian. Berbentuk kubus dengan sisi yang sama di semua arah, tidak ada kekhususan pada sisi mana pun. Tetapi dengan segala kesederhanaannya, Kabah justru menjadi kiblat, simbol pemersatu ummat muslim sedunia. Berkiblat hal tersebut adalah bentuk dan posisi masjid terhadap keseluruhan site dan lingkungan sekitarnya. (Gambar 6).

3. Privasi dalam Islam

Di dalam Islam terdapat konsep privasi yang khas, meskipun istilah yang bermakna secara harfiah sama dengan privasi tidak ada. Dalam hal ini privasi diaplikasikan dalam penempatan area kelas antara gedung siswa dan siswi, dan antara siswa dan gedung guru. (Gambar 7)

4. Kearifan lokal

Arsitektur idealnya memperhatikan budaya lokal yang tidak bertentangan dengan nilai islam. ‖Berbahasalah engkau dengan bahasa kaummu‖. Artinya, agar dakwah atau ajakan untuk amar makruf nahy munkar mampu diterima oleh masyarakat, maka seorang dai mesti mengerti dan menggunakan kultur lokal. Dalam konteks arsitektur, lingkungan lokal mestinya mendapat apresiasi dengan menampilkannya dalam produk rancangan yang beridentitaskan lokal. Pada rancangan ini ditunjukkan diantaranya adalah sistem struktur atap yang menyesuaikan dengan lingkungan jawa sebagai wilayah objek ini berada (Gambar 8).

Gambar 8. Bentuk atap tajuk jawa

Gambar 9. Keserasian pola tapak pada lahan terhadap lingkungan sekitar

Gambar 10. Konsep zonifikasi massa sesuai privasi

Konsep Tapak dalam rancangan ini tidak akan lepas dari pengaruh pergerakan manusia. Sirkulasi manusia dapat berupa pedestrian atau plaza yang membentuk hubungan erat dengan aktivitas kegiatan di dalam tapak. Hal yang perlu diperhatikan, antara lain lebar jalan, pola lantai, kejelasan orientasi, lampu jalan, dan fasilitas penyeberangan (Gambar 9).

Sesuai dengan kurikulum sekolah islam, khususnya jenjang menengah pertama, sekolah ini ditata sedemikian rupa untuk memenuhi kriteria desain yang muncul. Pada (Gambar 10) terlihat zonifikasi massa sesuai tingkat privasi. Gedung pertama di muka adalah gedung pengelola, atau lebih tepatnya

(4)

kantor. Kawasan Putra dan Kawasan Putri terpisahkan pada masing-masing gedung yang dibatasi oleh masjid di tengah, kawasan ini berisikan ruang kelas, dan toilet. Masjid merupakan bangunan tiga lantai lengkap dengan tempat wudlu. Gedung di belakang memuat fasilitas yang bisa dipakai bersama, yakni perpustakaan, aula, dan laboratorium. Total kebutuhan ruang berdasarkan aktivitas pada SMP Islam ini berjumlah 3.867,6 m2 dan dapat dikelompokkan sebagai berikut :

- Area Semi Publik : Gedung Administrasi, dan Open Space terdiri dari lapangan dan taman.

- Area Private : Masjid, gedung pengelola, gedung ruang kelas, dan gedung laboratorium.

Konsep sirkulasi yang diterapkan di dalam bangunan sekolah Islam adalah menggunakan penggabungan pola radial dan pola linier (Gambar 11). Yang dimana untuk sirkulasi pola radial diletakkan pada masjid sekolah sebagai titik bersama dan dibantu pola linier untuk memberikan kesan yang tidak monoton, arah tujuan yang jelas dan tidak membingungkan para penggunanya.

Dari pengolahan konsep utama terbuka dengan berlandaskan karakter syukur yang kemudian terbagi menjadi tiga, yakni Syukur kepada Tuhan, Syukur kepada Alam, dan Syukur kepada manusia. Maka lahirlah dari masing-masing aspek tersebut kriteria desain yang sudah menyesuaikan dengan dasar aspek arsitektur islami di atas (Gambar 12), yakni sebagai berikut :

1. Pengguna berinteraksi langsung dengan alam, aspek ini sesuai dengan konsep syukur kepada alam, dengan realisasi sebuah hubungan terbuka antara siswa dan alam sebagai pemenuhan kebutuhan dalam melangsungkan kegiatan belajar mengajar.

2. Siswa terpantau langsung oleh guru, aspek ini memenuhi konsep utama syukur kepada manusia, bentuk paling nyata adalah dengan mengakui dan menghormati kehadiran seorang guru dalam sepanjang perjalana belajar dan mengajar, tentu hal ini ditumbuhkan secara sadar dan tetap terpantau secara langsung melalui teknologi pengawasan.

3. Mendorong siswa selalu jujur & bertanggungjawab, aspek ini menekankan bahwa setiap keputusan yang diambil dalam proses rancang selalu berkiblat pada konsep utama syukur, dan yang paling utama adalah tanggungjawab seorang hamba kepada Tuhannya.

Gambar 11. Konsep Sirkulasi

Gambar 12. Penjabaran Konsep

Gambar 13. Kriteria 5: Masjid sebagai pusat utama kegiatan ibadah

4. Ruang kelas mengandung unsur islami, sebagaimana dalam kriteria arsitektur islami tersebut di atas, bahwasanya sebuah arsitektur hendaknya memiliki ciri khas, yang telah disesuaikan dengan lingkungan sekitar, hal ini menjadikan objek dapat melebur dengan pola kehidupan masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

5. Masjid sebagai pusat utama kegiatan ibadah, tentu sebagai tujuan utama manusia hidup adalah untuk beribadah kepada Tuhan, hal ini dibuktikan dengan letak dan fungsi dari masjid yang menjadi poin utama dalam pergerakan sekolah (Gambar 13).

6. Masjid sebagai bangunan tertinggi, untuk mencapai titik kesempurnaan maka sebuah rancangan tentunya memiliki komposisi yang setimbang, dalam hal ini masjid dengan fungsi utama sebagai pembeda dari massa di sekitarnya, memiliki bentuk dan skala yang melebihi bangunan sekelilingnya (Gambar 14).

(5)

7. Pemisahan area antara siswa dan siswi, sebagai realisasi aspek arsitektur islami yang mementingkan poin privasi dengan memisahkan area antara siswa dan siswi. Namun tentunya dalam beberapa kegiatan yang bersifat umum, tetaplah keduanya disatukan dalam fasilitas yang sama (Gambar 15).

KESIMPULAN IV.

Sekolah Menengah Pertama Islam Luqman ini dirancang dengan harapan mampu mengatasi degradasi moral yang semakin hari semakin marak terjadi pada kalangan muda khususnya usia wajib belajar. Melalui konsep-konsep yang diterapkan pada desain, semuanya memiliki tujuan untuk memenuhi kriteria dalam membentuk karakter mulia pada pengguna, baik guru maupun siswa-siswi yang ada di sekolah. Dengan menggunakan dasar konsep perintah untuk berbuat syukur pada surat Luqman ayat 12 di dalam Al-Qur’an, lalu dihubungkan dengan teori perilaku berikut kaitannya dengan Arsitektur, maka turunlah beberapa acuan desain khusus pada karakter Syukur. Syukur secara garis besar implementasinya terbagi menjadi tiga, syukur kepada Tuhan, yakni syukur yang paling utama dan penting, yang kemudian disusul dengan syukur kepada manusia dan syukur kepada alam. Ketiga bentuk syukur tersebut dapat dikaitkan dengan keterbukaan di segala aspek, interior maupun eksterior.

Gambar 14. Kriteria 6: Masjid sebagai bangunan tertinggi

DAFTAR PUSTAKA

[1] Zanden, James W. Vander. 1984. Social Psychology. New York: Random House.

[2] Lickona, Thomas. 1992. Educating for Character. New York: Bantam. [3] Dubberly, Hugh. 1981. How do you do design process.San Fransisco:

Dubberly Design Office.

[4] Joyce, Marcella Laurens. 2004. Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: PT Grasindo.

[5] Asmani, Jamal Ma’mur. 2012. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Diva Press.

[6] Hamid, Hamdani dan Beni Ahmad Saebani. 2013. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Penerbit Pustaka Setia.

[7] Departemen Agama Republik Indonesia. 1978. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: PT. Bumi Restu.

Gambar 15. Kriteria 7: Pemisahan area ruang kelas dan fasilitas penunjang siswa dan siswi

Gambar

Gambar 3. Gradual Shift of Focus from Analysis to Synthesis Analysis
Gambar 5. Konsep
Gambar 10. Konsep zonifikasi massa sesuai privasi
Gambar 11. Konsep Sirkulasi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Baldwin dan Holmes (da- lam Calhoun dan Acocella 1995), ter- dapat beberapa faktor pembentuk konsep diri, khususnya konsep diri remaja, yakni (1) orangtua sebagai

Biological control of Sumatra disease bacterium Pseudomonas syzygii with its avirulent strains and Pseudomonas solanacearum.. Hartati SY, Supriadi, Adhi EM,

Renstra Inspektorat tahun 2016-2021 merupakan pedoman bagi aparatur di lingkungan Inspektorat Kota Banjarbaru dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi pengawasan

kedalam proyek-proyek investasi yang mampu menghasilkan laba yang tinggi yang pada akhirnya akan meningkatkan kepercayaan inves- tor. Berdasarkan output SPSS dalam penelitian

Kecuali apabila ditentukan lain oleh Pengekspor Data, Data Pribadi yang ditransfer berhubungan dengan kategori subjek data berikut: pegawai, kontraktor, mitra bisnis atau

Hortikultura adalah komoditas yang masih memiliki masa depan relatif cerah dari keunggulan komparatif dan kompetitif sehingga perlu memulai pengembangannya sejak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan silase dengan penambahan tepung putak 10% dan isi rumen 10% memiliki kualitas nutrisi dan fermentatif terbaik serta

Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode Student Centered Learning (SCL) dengan pendekatan Problem Based Learning (PBL). Metode PBL dilakukan dengan