• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 2003).

Pada hakekatnya keluarga diharapkan mampu berfungsi untuk mewujudkan proses pengembangan timbal balik rasa cinta dan kasih saying antara anggota keluarga, antar kerabat, serta antar generasi yang merupakan dasar keluarga yang harmonis (Soetjiningsih, 2001). Hubungan kasih sayang dalam kelaurga merupakan suatu rumah tangga yang bahagia. Dalam kehidupan yang diwarnai oleh rasa kasih sayang maka semua pihak dituntut agar memiliki tanggung jawab, pengorbanan, saling tolong menolong, kejujuran, saling mempercayai, saling membina pengertian dan damai dalam rumah tangga (Soetjiningsih, 2001).

Pola keluarga tradisional pada saat ini dimana suami sebagai pencaria nafkah, sedangkan istri yang mengurus rumah tangga dan anak- anak, sudah banyak berubah. Pada saat ini banyak istri yang bekerja, disamping bertujuan untuk membantu perekonomian keluarga juga untuk mengembangkan kariernya. Hal ini akan menyebabkan tanggung jawab istri menjadi sangat

(2)

berat baik fisik maupun mental, tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan cara suami ikut membantu dengan penuh kesadaran untuk ikut serta mengatasi tugas istri (Soetjiningsih, 2001).

2.1.1. Fungsi dukungan keluarga

Caplan (1964) dalam Friedman (2003) menjelaskan bahwa keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan yaitu:

Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti pemberian uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan. Bentuk ini dapat mengurangi stres karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang behubungan dengan materi. Dukungan instrumental sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah yang dianggap dapat dikontrol.

(3)

Dukungan penilaian

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.

Bentuk dukungan ini melibatkan pemberiaan informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan mudah.

Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.

Dukungan emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.

Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh keluarga sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan baik. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol.

(4)

Sumber dukungan keluarga

Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial kelurga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal (Friedman, 2003).

2.1.2. Manfaat Dukungan Keluarga

Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2003).

Wills (1985) dalam Friedman (2003) menyimpulkan bahwa baik efek-efek penyangga (dukungan sosial menahan efek-efek negatif dari stres terhadap kesehatan) dan efek-efek utama (dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) pun ditemukan. Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial

(5)

terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit dan dikalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi (Ryan dan Austin dalam Friedman, 2003).

2.1.3. Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Feiring dan Lewis (1984) dalam Friedman (2003), ada bukti kuat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian daripada anak-anak dari keluarga yang besar. Selain itu, dukungan yang diberikan orangtua (khususnya ibu) juga dipengaruhi oleh usia. Menurut Friedman (2003), ibu yang masih muda cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih egosentris dibandingkan ibu-ibu yang lebih tua.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas sosial ekonomi orangtua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas

(6)

sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah.

2.2. Kepemimpinan

Pemimpin merupakan sumber daya manusia kunci dalam organisasi manapun. Tanpa kepemimpinan sebuah organisasi hanyalah suatu kekacauan manusia dan mesin.

Kebanyakan definisi tentang kepemimpinan mempertalikan fungsi pemimpin dalam organisasi dengan sasaran. Beberapa pengertian diantaranya (Komaruddin, 2000) :

1. Menurut Ordway Tead,

Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar orang-orang itu bekerjasama mencapai tujuan yang mereka inginkan.

2. Menurut George R. Terry

Kepemimpinan merupakan kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar orang-orang-orang-orang itu mencapai tujuan kelompok.

3. Menurut Keith Davis

Kepemimpinan adalah faktor kemanusiaan yang mengikat kelompok menjadi satu dan mendorongnya menuju tujuan.

Dari beberapa pengertian kepemimpinan diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemauan seseorang untuk mempengaruhi orang

(7)

lain agar dapat bekerja sama dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan perusahaan.

2.2.1. Tipe dan Gaya Kepemimpinan

Setiap pemimpin dalam memimpin suatu organisasi mempunyai tipe dan gaya kepemimpinan tersendiri.

1. Tipe kepemimpinan a. Tipe otokratis

Pimpinan yang mendasarkan diri pada perintah/ pemaksaan kehendak dan tidak mempertimbangkan keadaan bawahan.

b. Tipe suportif

Pimpinan yang mempunyai anggapan bahwa para bawahan ingin bekerja dan berkembang oleh karena itu atasan cukup memberi dorongan.

c. Tipe demokratik

Pimpinan yang berpendapat bahwa perencanaan pengambilan keputusan dan pengawasan diambil secara bersama-sama antara anggota organisasi.

d. Tipe birokrasi

Pimpinan yang mendasarkan diri bahwa bawahan harus dibina sesuai aturan sehingga dalam memimpin selalu melaksanakan aturan/ tidak fleksibel sehingga sulit dalam pengambilan keputusan.

(8)

e. Tipe Laissez-faire

Pemimpin yang memberikan kebebasan sepenuhnya pada kelompok atau individu dalam pengambilan keputusan. Dalam hal ini partisipasi pimpinan tidak langsung.

2. Gaya kepemimpinan

Setiap pemimpin bisa mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain, dan tidak mesti suatu gaya kepemimpinan lebih baik atau lebih jelek dari pada gaya kepemimpinan yang ada dengan menggunakan dasar tertentu.

Berikut gaya kepemimpinan menurut Jeff Harris : a. TheAutocratic leader

Seorang pemimpin yang otokratik menganggap bahwa semua kewajiban untuk mengambil keputusan, untuk menjalankan tindakan, dan untuk mengarahkan, memberi motivasi dan pengawasan bawahan terpusat ditangannya.

b. Theparticipative leader

Apabila seorang pemimpin menggunakan gaya partisipasi ia menjalankan kepemimpinannya dengan konsultasi. Ia tidak mendelegasikan wewenangnya untuk membuat keputusan akhir dan untuk memberikan pengarahan tertentu kepada bawahan mengenai keputusan yang akan diambil.

(9)

Di sini pimpinan menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan tersebut kepada para bawahan dalam artian pimpinan menginginkan agar para bawahan bisa mengendalikan diri mereka sendiri di dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.

2.2.2. Teori Kepemimpinan dan Pendekatan Kepemimpinan

Sebelum mencoba untuk menganalisa kedudukan kepemimpinan suatu organisasi, perlu menelusuri perkembangan teori kepemimpinan terlebih dahulu. Beberapa teori tersebut diantaranya (Menurut Davis yang dikutip oleh Reksohadiprojo, dan T. Hani Handoko 2003)

1. Teori kepemimpinan

a. Teori sifat kepemimpinan

Teori ini mengatakan bahwa seseorang itu dilahirkan membawa atau tidak membawa sifat-sifat yang diperlukan bagi pimpinan atau tidak membawa sifat-sifat yang diperlukan bagi pimpinan atau dengan individu yang lahir telah membawa ciri-ciri tertentu yang memungkinkan dia menjadi seorang pemimpin.

b. Teori Path – Goal

Teori ini merupakan pengembangan yang wajar sebab kepemimpinan erat hubungannya dengan motivasi di satu pihak dan kekuasaan di pihak lain. Teori Path – Goal ini menganalisa pengaruh kepemimpinan terhadap motivasi bawahan, kepuasan dan pelaksanaan kerja.

(10)

c. Teori sifat

Teori ini merupakan analisa ilmiah tentang kepemimpinan, dimiliki dengan memusatkan perhatian pada pemimpin itu sendiri. Ada beberapa faktor yang bisa diteliti dari kepemimpinan yaitu: kecerdasan, perasaan humor, kejujuran, simpati, dan percaya diri. d. Teori kelompok

Teori beranggapan bahwa kelompok bisa mencapai tujuannya dengan melalui pertukaran positif antara pimpinan dan bawahan. 2. Pendekatan kepemimpinan

Berbagai studi tentang kepemimpinan mengelompokkan pendekatan kepemimpinan menjadi tiga pendekatan yaitu :

a. Pendekatan atas traits

Yaitu pendekatan berdasarkan sifat, perangai atau kualitas yang diperlukan seseorang untuk menjadi pimpinan.

b. Pendekatan behavior (perilaku)

Yaitu pendekatan yang mempelajari perilaku yang diperlukan untuk menjadi pemimpin yang efektif.

c. Pendekatan contingency

Yaitu pendekatan berdasarkan atas faktor-faktor situasional, untuk menentukan gaya kepemimpinan efektif.

(11)

2.3 Pengertian Koperasi

Koperasi mengandung makna ” Kerja sama”. Koperasi (cooperative) bersumber dari kata co-operation yang artinya ”kerja sama”. Ada juga yang mengartikan koperasi dalam makna lain. Enquires memberikan pengertian koperasi yaitu menolong satu sama lain (to help one another) atau saling bergandengan tangan (hand in hand).

Definisi koperasi sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum, yang memberikan kebebasan kepada anggota untuk masuk dan keluar, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya

Definisi Hatta (2001: 17) ” Bapak Koperasi Indonesia” ini mendefinisikan koperasi lebih sederhana tetapi jelas, padat, dan ada suatu visi dan misi yang dikandung koperasi. Dia mengatakan, ”Koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong. Semangat tolong-menolong tersebut didorong oleh kemungkinan memberi jasa kepada kawan berdasarkan ”seorang buat semua dan semua buat seorang”.

Definisi Munkner (2001 : 18), mendefinisikan koperasi sebagai organisasi tolong-menolong yang menjalankan ”urusniaga” secara kumpulan, yang berazaskan konsep tolong-menolong. Aktivitas dalam urusniaga semata-mata bertujuan ekonomi, bukan sosial seperti yang dikandung gotong-royong

(12)

Definisi UU No. 25/1992 tentang perkoperasian pasal 1, adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat, yang berdasar atas azas kekeluargaan.

Berdasarkan batasan-batasan koperasi ini, koperasi Indonesia mengandung 5 unsur sebagai berikut :

1. Koperasi adalah badan usaha (Business Enterprise) sebagai badan usaha, maka koperasi harus memperoleh laba merupakan elemen kunci dalam suatu sistem usaha bisnis, dimana sistem itu akan gagal bekerja tanpa memperoleh laba.

2. Koperasi adalah kumpulan orang-orang dan atau badan-badan hukum koperasi. Ini berarti bahwa, Koperasi Indonesia bukan kumpulan modal. Dalam hal ini UU Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian memberikan jumlah minimal orang-orang (anggota) yang ingin membertuk organisasi koperasi (minimal 20 orang), untuk koperasi primer dan 3 Badan Hukun koperasi untuk koperasi sekunder.

3. Koperasi Indonesia adalah koperasi yang bekerja berdasarkan ”prinsip-prinsip koperasi”, menurut UU Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian, ada 7 prinsip koperasi Indonesia dan ini akan diuraikan pada tulisan berikutnya. Secara singkat, prinsip koperasi ini pada dasarnya merupakan jati diri koperasi.

4. Koperasi Indonesia adalah ”Gerakan Ekonomi Rakyat”, ini berarti bahwa, Koperasi Indonesia merupakan bagian dari sistem perekonomian nasional.

(13)

Dengan demikian, kegiatan usaha koperasi tidak semata-mata hanya ditujukan kepada anggota, tetapi juga kepada masyarakat umum.

5. Koperasi Indonesia ”Berazaskan Kekeluargaan”, Dengan azas ini, keputusan yang berkaitan dengan usaha dan organisasi dilandasi dengan jiwa kekeluargaan. Segala keputusan yang diambil seyogyanya berdasarkan musyawarah dan mufakat. Inti dari azas kekeluargaan yang dimaksud adalah adanya rasa keadilan dan cinta kasih dalam setiap aktivitas yang berkaitan dengan kehidupan berkoperasi.

Dengan demikian koperasi Indonesia merupakan suatu wadah menyusun perekonomian rakyat yang berdasarkan kekeluargaan dan gotong royong serta merupakan ciri khas kehidupan Indonesia, dimana koperasi hendaknya harus mampu memainkan peran yang benar dalam tatanan ekonomi Indonesia yang berdasarkan pada perkembangan dan aktifitas ekonomi serta kebijaksanaan perekonomian dalam pembangunan.

2.3.1. Fungsi dan Peran Koperasi

Dalam Undang-undang no.25 tahun 1992 tentang perkoperasian Bab III bagian pertama pasal 4, tentang fungsi dan peran koperasi Indonesia telah diperinci sebagai berikut :

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

(14)

2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagi dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.

4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

Dari fungsi dan peran koperasi di atas, dapat diketahui bahwa koperasi mempunyai andil yang cukup dalam menunjang pembangunan ekonomi Indonesia.

2.3.2. Prinsip Koperasi

Dalam Undang-undang no.25 tahun 1992 tentang perkoperasian Bab III bagian kedua pasal 5, prinsip kopersai merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan berkoperasi. Dengam melaksanakan keseluruhan prinsip tersebut koperasi mewujudkan dirinya sebagai badan usaha sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berwatak sosial.

Ayat (1)

Prinsip koperasi ini merupakan esensi dari dasar kerja koperasi sebagai badan usaha dan merupakan ciri khas dan jati diri koperasi yang menbedakannya dari badan usaha lain.

(15)

Huruf a

Sifat kesukarelaan dalam keanggotaan koperasi mengandung makna bahwa menjadi anggota koperasi tidak boleh dipaksakan oleh siapapun. Sifat kesukarelaan juga mengandung makna bahwa seorang anggota dapat mengundurkan diri dari koperasinya sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam Anggaran Dasar Koperasi. Sedangkan sifat terbuka memiliki arti bahwa dalam keanggotaan tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun.

Huruf b

Prinsip demokrasi menunjukkan bahwa pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota. Para anggota itulah yang memegang dan melaksanakan kekuasaan tertinggi dalam koperasi.

Huruf c

Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota dilakukan tidak semata-mata berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam koperasi tetapi juga berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota terhadap koperasi. Ketentuan yang demikian ini merupakan perwujudan nilai kekeluargaan dan keadilan.

(16)

Huruf d

Modal dalam koperasi pada dasarnya dipergunakan untuk kemanfaatan anggota dan bukan untuk sekedar mencari keuntungan. Oleh karena itu balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para anggota juga terbatas, dan tidak didasarkan semata-mata atas besarnya modal yang diberikan. Yang dimaksud dengan terbatas adalah wajar dalam arti tidak melebihi suku bunga yang berlaku di pasar.

Huruf e

Kemandirian mengandung pengertian dapat berdiri sendiri, tanpa bergantung pada pihak lain yang dilandasi oleh kepercayaan kepada pertimbangan, keputusan, kemampuan dan usaha sendiri. Dalam kemandirian tergantung pula pengertian kebebasan yang bertanggung jawab, otonomi, swadaya, berani mempertanggung jawabkan perbuatan sendiri dan kehendak untuk mengelola sendiri.

Ayat (2)

Disamping kelima prinsip sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), untuk pengembangan dirinya koperasi juga melaksanakan dua prinsip koperasi yang lain yaitu pendidikan perkoperasian dan kerja sama antar koperasi. Penyelenggaraan pendidikan perkoperasian dan kerja sama antar koperasi merupakan prinsip koperasi yang penting dalam meningkatkan kemampuan, memperluas wawasan anggota dan memperkuat solidaritas

(17)

dalam mewujudkan tujuan koperasi. Kerja sama dimaksud dapat dilakukan antar koperasi ditingkat lokal, regional, nasional dan internasional

Berdasarkan prinsip tersebut diatas bahwa kegiatan koperasi untuk melayani kepentingan anggotanya harus didasarkan atas kekuatan sendiri, dengan berkoperasi terhimpun suatu kemampuan yang ada pada anggota.

2.3.3. Tujuan Koperasi

Dalam UU No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian pasal 3 disebutkan bahwa, koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional, dalam rangka mewujudkan pancasila dan UUD 1945 Tujuan koperasi dapat berbeda antara koperasi yang satu dengan koperasi yang lain, hal ini sesuai dengan sudut pandang atau kepentingan pihak tertentu.

Teori Rochdale, pada awalnya dipelopori oleh 28 koperasi konsumsi di Rochdale, Inggris pada tahun 2001. Teori Rochdale ini menjadi acuan atau tujuan dasar bagi koperasi diseluruh dunia. Penyesuaian dilakukan oleh berbagai negara sesuai dengan keadaam koperasi, sosial budaya dan perekonomian masyarakat setempat. Adapun unsur-unsr prinsip Rochdale ini menurut bentuk aslinya adalah sebagai berikut :

1. Pengawasan secara demokratis (democratic control) 2. Keanggotaan yang terbuka (open membership)

(18)

3. Bunga atas Modal dibatasai (A Fixed or limited interesr on capital) 4. Penjualan sepenuhnya dengan tunai (trading strictly on a cash basis)

Freidrich William Raiffeisen adalah walikota flammerselft di Jerman. Keadaan perekonomian yang buruk di Jerman pada saat itu, khususnya dalam bidang pertanian, membuat F.W. Raiffeisen mengembangkan koperasi kredit dan ”bank rakyat”. Prinsip Raiffeisen adalah sebagai berikut :

1. Swadaya

2. Daerah kerja terbatas 3. SHU untuk cadangan

4. Tanggung jawab anggota tidak terbatas 5. Pengurus bekerja atas dasar kesukarelaan 6. Usaha hanya kepada anggota

7. Keanggotaan atas dasar watak, bukan uang

Herman Schulze tertarik untuk memperbaiki kehidupan para pengusaha kecil seperti pengrajin, wirausahawan industri kecil, pedagang eceran dan jenis usaha lainnya,. Upaya yang dilakukan oleh Schulze adalah mengembangkan gagasan koperasi bagi pengusaha kecil. Jadi, dalam periode yang hampir bersamaan, di Jerman ada 2 Konsep yang dikembangkan, yaitu koperasi menurut prinsip-prinsip Raiffeisen di daerah pedesaan, dan koperasi menurut prinsip-prinsip Herman Schulze yang dikembangkan di daerah pinggiran kota (urban). Inti prinsip Herman Schulze adalah sebagai berikut :

(19)

1. Swadaya

2. Daerah kerja tak terbatas

3. SHU untuk cadangan dan untuk dibagikan kepada anggota 4. Tanggung jawab anggota terbatas

5. Pengurus bekerja dengan mendapat imbalan 6. Usaha tidak terbatas hanya untuk anggota

Tujuan Koperasi adalah untuk dapat menciptakan perbaikan sosial ekonomi pada anggotanya dan masyarakat daerah kerjanya ”.

Tujuan Koperasi harus dapat meningkatkan efesiensi usaha dari anggota ”, untuk itu Koperasi harus dapat mengusahakan agar biaya usaha :

1. Menjadi lebih rendah

Dengan efesiensi usaha berarti bisa memerlukan waktu yang sedikit ini berarti biaya yang dikeluarkan tidak terlalu banyak.

2. Melindungi kepentingan anggota

Terbentuknya koperasi harus dapat dirasakan penting oleh para anggotanya karena adanya tatanan ekonomi dari pihak koperasi dapat meningkatkan kemudahan para anggotanya, sehingga tidak mengurusi segala sesuatu dengan sendirinya.

3. Menstabilkan usaha

Untuk mengefisiensikan usaha, melindungi kepentingan ekonomi para anggota, meningkatkan kemudian untuk menstabilkan semua usaha tersebut adalah dalam jangka panjang. Misalnya, suatu koperasi yang

(20)

meningkatkan efesiensi usaha para anggota, berarti memberikan kekuatan untuk bersaing sehingga kestabilan usaha terjamin.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan koperasi itu tidak melihat lamanya tetapi yang penting adalah kerja sama antara para anggota, sehingga usaha koperasi dapat dengan mudah untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.

Tujuan koperasi yang ditetapkan diatas merupakan tujuan khusus, apapun yang menjadi tujuan khusus dari koperasi adalah pernyataan bersama anggota merupakan misi yang harus dicapai oleh koperasi yang bersangkutan.

2.3.4. Jenis Koperasi

Penjenisan koperasi yang didasarkan atas fungsi dapat dikelompokkan ke dalam 5 kelompok utama dalam bidang perekonomian. Adapun kelima fungsi tersebut, yaitu (1) pembelian, (2) produksi, (3) pengolahan, (4) penjualan dan (5) pelayanan. Masing-masing fungsi terdapat berbagai kegiatan tergantung pada masalah yang dihadapinya. Adapun empat jenis koperasi ditinjau dari segi fungsi atau kegiatannya tersebut ialah :

1. Koperasi Pembelian

Pembentukan jenis koperasi pembelian ini adalah atas keinginan anggota yang membutuhkan barang-barang yang akan dipergunakan untuk produksi dan untuk kepentingan konsumsi,

(21)

dilakukan secara bersama. Misalnya koperasi yang dibentuk dengan maksud untuk (1) mengusahakan pembelian alat atau sarana produksi secara bersama, seperti yang dilakukan koperasi perikanan, koperasi pertanian dan untuk (2) mengusahakan pembelian secara bersama kebutuhan pokok sehari-hari, seperti pada koperasi konsumen dan pada koperasi aneka usaha.

2. Koperasi Produksi

Koperasi yang menghasilkan sesuatu barang sebagai hasil usaha seluruh anggotanya. Jadi para pekerja pada koperasi ini adalah anggota koperasi dan juga sebagai pemiliknya. Koperasi jenis ini dibagi dalam 2 kelompok besar meskipun masih ada variasinya, misalnya koperasi yang dijalankan dan dikelola oleh anggota yang juga sebagai karyawannya dan koperasi yang merupakan kumpulan pengusaha yang menyatukan hasil produksinya.

3. Koperasi pengolahan dan koperasi pemasaran

Dinegara-negara yang telah maju setiap kegiatan ditangani oleh ahlinya. Demikian juga halnya dengan kegiatan usaha koperasi, misalnya pengolahan bahan sedangkan pemasarannya dilakukan oleh masing-masing anggota. Jadi negara-negara maju telah ada koperasi yang khusus mengolah bahan. Dinegara-negara berkembang kebanyakan koperasi pengolahan disatukan dengan usaha pemasarannya. Pada koperasi semacam ini anggota menyerahkan hasil

(22)

yang berupa bahan mentah untuk diolah sekaligus dipasarkan oleh koperasi untuk kepentingan para anggotanya.

4. Koperasi yang bergerak dibidang pelayanan.

Koperasi yang bergerak memberikan pelayanan ini adalah koperasi yang bersifat menunjang kebutuhan anggota dalam kegiatannya untuk mengembangkan usahanya. Di Indonesia ada beberapa koperasi pelayanan yang disebut juga koperasi jasa, misalnya koperasi kredit, koperasi asuransi, koperasi jasa, koperasi telepon, koperasi kesehatan, koperasi perumahan dan lain-lain.

2.4. Penelitian Terdahulu.

Penelitian terdahulu dapat dijadikan sebagai referensi bagi penulis untuk mendukung penelitian yang akan dilaksanakan. Adapun penelitian terdahulu yang sudah dihimpun oleh penulis adalah sebagai berikut :

No Peneliti Judul Variabel Alat Analisis Hasil 1. Anita Yuli Sutanto (2003). Peranan Gaya Kepemimpinan Dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Kerja Keryawan. Gaya Kepemimpinan , Kepuasan Kinerja Karyawan. Menggunakan analisis SEM Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan secara positif terhadap prestasi kerja karyawan 2. Hernowo Narmodo dan Pengaruh Motivasi dan Motivasi, Disiplin, dan Regresi Linear Berganda.

Motivasi dan disiplin mempunyai pengaruh

(23)

M. Farid Wajdi (2007).

Disiplin Terhadap Kinerja.

Kinerja yang signifikan

terhadap kinerja dan motivasi adalah variabel yang dominan mempengaruhi kinerja. 3. Made Karepesina (2007) Pengaruh Motivasi Kerja Aparat Terhadap Kualitas Layanan Civil. Motivasi, Kualitas Layanan Civil. Model persamaan struktural dengan Menggunakan AMOS. Motivasi sangat berpengaruh terhadap tingkat layanan civil.

4. Ida Ayu Brahmasari dan Agus Suprayetno (2008) Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja serta Dampaknya pada Kinerja Motivasi Kerja, Kepemimpinan , Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja, Kinerja Perusahaan. Menggunakan SEM melalui program AMOS.

Motivasi kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja, budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja, kepemimpinan

(24)

Tabel .01

Terdapat beberapa penelitian mengenai pengaruh motivasi dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan antara lain penelitian dari Anita Yuli Sutamto (2003), meneliti tentang peranan gaya kepemimpinan dalam upaya meningkatkan prestasi kerja karyawan. Penelitian ini dilakukan menggunakan analisis SEM diperoleh hasil tidak semua hipotesis yang dibangun dapat diterima. Dari 7 (tujuh) hipotesis yang dibangun hanya 4 (empat) hipotesis yang diterima, hal ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan secara positif berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan.

Made Karepesina (2007), meneliti pengaruh motivasi kerja aparat terhadap kualitas layanan Civil. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

Perusahaan. berpengaruh positif

terhadap kinerja. 5. Triyoga Agung Wibowo, Intan Ratnawati, Eisha Lataruva, Ismi Darmastuti (2007). Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Motivasi Kerja dan Kinerja Karyawan. Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja, Motivasi kerja dan Kinerja. Menggunakan Analisis SEM. Budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap motivasi. Motivasi berpengaruh signifiakn terhadap kinerja serta kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja.

(25)

model persamaan struktural menggunakan AMOS. Hasil penelitian ini menunjukkan hipotesis yang menyatakan bahwa motivasi sangat berpengaruh terhadap tingkat layanan civil .

Sedangkan Hernowo Narmodo dan M. Farid Wadji (2007), meneliti pengaruh motivasi dan disiplin terhadap kinerja karyawan. Penelitian ini dilakukan pada badan kepegawaian daerah kabupaten Wonogiri, alat analisis menggunakan regresi linear berganda. Dari uji validitas dan relibilitaas, baik variabel terikat maupun variabel bebas menunjukkan bahwa daftar kuesioner yang disampaikan telah memenuhi syarat. Motivasi dan disiplin mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja pegawai badan kepegawaian. Disiplin mempunyai pengaruh paling dominan terhadap kinerja pegawai dibanding dengan motivasi.

Ida Ayu Brahmasari dan Agus Suprayetno (2008), mengadakan penelitian mengenai pengaruh motivasi kerja, kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan serta dampaknya pada kinerja perusahaan. Dalam penelitian ini variabel motivasi kerja secara operasional diukur dengan menggunakan tiga indikator yang diadopsi Brahmasari (2004) yaitu : kebutuhan berpestasi, kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman. Penelitian ini menggunakan SEM melalui program AMOS, hasil dari penelitian ini adalah (1) motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja, (2) kepemimpinan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepuasan kerja, (3) motivasi kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap

(26)

kineja karyawan, (4) kepuasan kerja karyawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

2.5. KERANGKA KONSEPTUAL

2.6. Hipotesis

Berdasarkan Landasan Teori dan Referensi Penelitian Terdahulu diatas, maka dapat diambil rumusan hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga ada pengaruh secara parsial antara dukungan keluarga dan kepemimpinan terhadap kinerja pengurus koperasi Wanita Bangkit di Keluraha Tambak Dono Surabaya.

2. Diduga ada pengaruh secara serempak antara dukungan keluarga dan kepemimpinan terhadap kinerja pengurus koperasi Wanita Bangkit di Keluraha Tambak Dono Surabaya.

Dukungan Keluarga

Kinerja

Referensi

Dokumen terkait

Rasa empati akan mendorong kita untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya. Sebelum kita membangun

4 Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kls II Palembang Perawat D-III Keperawatan II/c 1.. Epidemiolog Kesehatan/Sanitarian D-III Kesehatan

Perceraian, meskipun diizinkan, namun tetaplah menjadi suatu perbuatan yang tidak dianjurkan dalam agama, terutama agama Islam yang menganggap perceraian sebagai

Tujuan dari penelitian ini untuk mengalisis pengaruh Good Corporate Governance dalam meningkatkan Kinerja Rumah Sakit di Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas dengan

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Citra digital yang dibandingkan memiliki format true color image; (2) Algoritma shingling digunakan untuk

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj IP) dibuat dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan sumber daya dan

eksorsis umumnya bukan imam, tetapi sekarang yang dapat melakukan eksorsisme resmi hanya seorang imam. Tetapi itu pun tidak setiap imam, hanya imam yang telah ditunjuk uskup

Untuk adonan dengan penambahan -amilase dan glukoamilase 25 U/g tepung masih dihasilkan adonan yang agak kasar sama dengan roti yang terbuat dari pasta ubi jalar ungu