190 Al-Muaddib, Volume. 1 Nomor 2, Oktober 2019
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TERPADU MELALUI PENGGUNAAN LKS BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 44 SURABAYA TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Sukinah
Email: Mss-Sknahh@yahoo.co.id SMP NEGERI 44 SURABAYA
Received: 04-07-2019 Revised: 24-07-2019 Approved: 26-09-2019
Abstrak
Penelitian Tindakan kelas ini menggunakan metode CTL
(contectual teaching and Learning ). Penelitian ini masalah yang
akan dibahas adalah rendahnya kemampuan siswa dalam mengkonstruksi, menemukan, bertanya dan mengemukakan pendapat bekerja sama dengan kelompok, menjelaskan dengan model dan melakukan refleksi pada siswa Kelas VIII tahun pelajaran 2017/2018. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan metode ini sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Pada aspek Aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan pada siklus I dan II.
Kata kunci : CTL, IPA Terpadu, LKS
Abstract
This classroom action research uses the method of CTL (contextual teaching and learning). This research problem to be discussed is the low ability of students to construct, find, ask and express opinions in collaboration with groups, explain with models and reflect on Class VIII students in the academic year 2017/2018. The results showed the use of this method was very effective in improving student learning outcomes. In the aspect of student activity in learning has increased in cycles I and II.
Al-Muaddib, Volume. 1 Nomor 2, Oktober 2019 191
PENDAHULUAN
Pelaksanaan Kurikulum 2013 memberikan kebebasan kepada pada lembaga pendidikan dalam melakukan pengembangan program pendidikan disesuaikan dengan lingkungan belajar. Penyesuaian yang dilakukan pada aspek kapitas peserta didik, dan ketersediaan sumber belajar. Sekolah diberikan dalam pengembangan indikator berpedoman pada kompetensi yang sudah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Prasetiya (2017) bahwa sekolah yang sehat dan kondusif akan sangat memungkinkan para peserta didik mampu mengembangkan kemampuan, serta dapat bersikap yang bebas dari melakukan kesalahan
Guru diharapkan memiliki peranan yang penting dalam pendidikan, sehingga hampir semua usaha pembaharuan di bidang pendidikan bergantung pada guru. Guru memiliki kewajiban menguasai bahan pelajaran, strategi belajar mengajar, mendorong siswa belajar untuk mencapai prestasi yang tinggi (Prasetiya, 2018)
Berkaitan dengan hal tersebut, pembelajaran yang disarankan dalam K13 adalah pembelajaran yang kontekstual. Pembelajaran kontekstual mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran dengan fakta yang ada di lingkungan sehingga pengetahuan yang diperoleh lebih bermanfaat. Pembelajaran yang kontekstual memudahkan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran. Pembelajaran menjadi lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa. Pembelajaran kontekstual lebih menuntut keaktifan siswa, sehingga proses belajar mengajar lebih konkrit dan bermakna.
Proses pembelajaran yang dilakukan secara terpadu akan meningkatkan keaktifan siswa baik secara intelektual, fisik, mental, maupun emosional. Pembelajaran IPA di SMP seharusnya diberikan sesuai dengan Permendiknas No. 22 tahun 2006 yaitu substansi mata pelajaran IPA pada SMP/MTs merupakan IPA terpadu. IPA sebagai mata pelajaran hendaknya diajarkan secara utuh atau terpadu, tidak dipisah-pisahkan antara Biologi, Fisika, dan Kimia. Hal yang demikian itu dimaksudkan agar siswa SMP/MTs dapat mengenalkan kebulatan IPA sebagai Ilmu (Listyawati, 2012).
192 Al-Muaddib, Volume. 1 Nomor 2, Oktober 2019
Kurikulum yang diberlakukan sekarang menyatakan bahwa keberhasilan proses belajar mengajar tidak hanya ditentukan oleh hasil akhir saja, akan tetapi proses pembelajarannya juga diperhatikan. Dalam penerapan kurikulum K13 ini guru dituntut untuk dapat menyampaikan materi tidak hanya dalam bentuk hafalanhafalanmelainkan harus menanamkan pemahaman yang mendalam kepada siswa yang pada akhirnya siswa dapat memahami dan mengembangkan apa yang telah diperolehnya. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah pendekatan Contextual Teaching Learning.
Sebagaimana menurut Sanjaya (2011) pembelajaran Contextual Teaching and Learning adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi. Kedua, CTL mendorong agar siswa menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan. Observasi yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran IPA masih belum terpadu. Salah satu yang menjadi penyebab adalah pendidik seringkali merasa kesulitan dalam penerapan pembelajaran terpadu. Proses pembelajarannya masih didominasi oleh pembelajaran yang bersifat konvensional yang mengedepankan kemampuan peserta didik dalam menghafal tanpa mengetahui pemahman terhadap materi yang dipelajari. Proses pembelajaran ini nampaknya sangat tidak baik dalam mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Sehingga hampir sekitar 75% siswa kelas VII yang nilainya masih dibawah kriteria ketuntasan minimal dengan standar ketuntasan 80.
Persoalan diatas menginspirasi peneliti dalam melakukan PTK yang menggunakan metode CTL (contectual teaching and Learning). Di mana di dalamnya mereka mempelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan sehari hari. Ditunjang oleh pengunaan teknik dan Pembelajaran CTL dan fasilitas pendukung yang kondusif untuk
Al-Muaddib, Volume. 1 Nomor 2, Oktober 2019 193 meningkatkan keterampilan proses siswa. Kompetensi dasar yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah Struktur dan fungsi jaringan tumbuhan serta pemanfaatannya dalam teknologi . Sehingga PTK ini berjudul “Peningkatan Hasil belajar IPA terpadu Melalui Penggunaan LKS berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa Kelas VIII SMP Negeri 44 Surabaya tahun pelajaran 2017/2018.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 44 Surabaya Tahun Pelajaran 2017/2018 jumlah siswanya 38 pada semester 2 bulan Pebruari 2018. Prosedur PTK ini dilakukan dengan dua siklus, setiap siklus dilaksanakan sesuai alur prosedur PTK yang terdiri dari Perencanaan (Planning), 2). Pelaksanaan tindakan (Action), Observasi (Observation), dan refleksi (reflektion).
Untuk melihat apakah ada peningkatan kemampuan siswa dalam mengkonstruksi, menemukan, bertanya dan mengemukakan pendapat bekerja sama dengan kelompok, menjelaskan dengan model dan melakukan refleksi dengan melihat hasil observasi. Hasil observasi awal siswa dan guru, maka dalam refleksi awal diperlukan perubahan-perubahan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengkonstruksi, menemukan, bertanya dan mengemukakan pendapat, bekerja sama dengan kelompok, menjelaskan dengan model dan rnelakukan refleksi di dalam kelas.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang diuraikan meliputi hasil tes dan nontes, baik pada siklus I maupun siklus II. Hasil penelitian yang berupa tes keterampilan bercerita disajikan dalam bentuk data kuantitatif, sedangkan hasil penelitian nontes disajikan dalam bentuk deskripsi data kualitatif. Selanjutnya, hasil penelitian siklus I dan siklus II dapat disajikan sebagai berikut ini.
1. Hasil Penelitian Siklus I
Penelitian pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 1 Pebruari 2018. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:
194 Al-Muaddib, Volume. 1 Nomor 2, Oktober 2019
Pelaksanaan Penelitian pembelajaran IPA diKelas VIII SMP Negeri 44 Surabaya ini dilakukan dalam dua siklus. Pada setiap siklus dilaksanakan satu kali pertemuan, data yang diambil adalah nilai evalusi pada akhir siklus setelah pelaksanaan pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan, pada siklus 1 pada materi “konsep Struktur dan fungsi jaringan tumbuhan serta pemanfaatannya dalam teknologi ” sudah mengalami perubahan atau peningkatan, walaupun masih ada beberapa siswa yang tidak atau belum mengalami perubahan sama sekali.
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung siswa cukup aktif melakukan percobaan-percobaan bersama anggota kelompok masing-masing, dengan tugas yang berbeda dengan kelompok yang lain. Namun masih sedikit siswa yang dapat bekerja sama menyelesaikan tugas, sehingga berpengaruh pada kemampuan menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Dengan demikian dapat direnungkan bahwa penelitian pada siklus I belum menunjukkan keberhasilan suatu proses pembelajaran sehingga peneliti merencanakan lagi untuk siklus berikutnya. Berdasarlah hasil analisis tentang hasil nilai kognitif atau belajar siswa pada siklus I ternyata belum menunjukkan peningkatan hasil belajar yang signifikan bahkan belum memenuhi kriteria belajar tuntas maka peneliti mengadakan tindakan untuk siklus berikutnya.
Selanjutnya hasil obeservasi di sajikan pada tabel berikut ini: Tabel 4.2 Hasil observasi perilaku siswa Siklus I
No Kategori Pengamatan Jumlah Siswa Porsentase 1 Aktif mendengarkan penjelasan guru 27 71% 2 Aktif menjawab pertanyaan guru 26 68%
3 Kreativitas dan inisiatif siswa meningkat
30 79%
4 Motivasi dan minat untuk bertanya
35 92%
Dari hasil observasi di atas diketahui antusias siswa Aktif mendengarkan penjelasan guru adalah baik dengan jumlah siswa 27 dan porsentase 71 %. Kreativitas dan inisiatif siswa meningkat
Al-Muaddib, Volume. 1 Nomor 2, Oktober 2019 195 adalah baik dengan jumlah siswa 30 dan porsentase 79%. Sedangkan Aktif menjawab pertanyaan guru dan Motivasi dan minat untuk bertanya adalah sangat baik dengan jumlah siswa 26 dan porsentase 68 %.
2. Hasil Penelitian Siklus II
Penelitian pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 8 Pebruari 2018. Pelaksanaan penelitian pada siklus II ini dilaksanakan dengan rencana dan persiapan yang lebih matang daripada siklus I. Dengan adanya perbaikan- perbaikan pembelajaran yang mengarah pada peningkatan hasil belajar, hasil penelitian yang berupa nilai tes siswa meningkat. Selain itu, pada siklus II ini suasana pembelajaran berubah menjadi lebih baik dibandingkan dengan suasana pembelajaran pada siklus I.Selengkapnya, hasil tes dan nontes pada siklus II ini dijelaskan pada bagian berikut ini.
a. Hasil Tes
Mengingat hasil analisis terhadap pekerjaan siswa pada siklus 1 tersebut sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep. Maka rancangan kegiatan pembelajaran menekankan pada pemahaman konsep yang dilakukan dengan kegiatan eksperimen dan penjelasan, serta pemajangan hasil kerja kelompok dan pemajangan ringkasan materi pelajaran. Jadi segala kegiatan ditujukan untuk memantapkan dan memperjelas pengetahuan siswa tentang konsep yang telah dipelajarinya sekaligus merupakan pengulangan/pendalaman materi dari kegiatan pada siklus 1.
Peningkatan ini tidak lepas dari perbaikan tindakan yang dilakukan pada siklus II, di antaranya penggantian model dalam pembelajaran, dan adanya motivasi yang peneliti berikan kepada siswa. Dari ke-38 siswa yang diteliti, terdapat 2 siswa atau 54,3% yang memperoleh nilai <70 dalam kategori kurang.
Proses pembelajaran pada siklus II ini lebih kondusif dibandingkan dengan siklus I. Hasil yang dicapai siswa sudah baik dan antusias siswa masih tinggi dalam mengikuti pembelajaran. Antusias siswa ini diketahui dari respon atau ekspresi sebagian besar siswa yang peneliti ajar. Sebagian besar wajah mereka menampakkan ekspresi kagum terhadap teknik mengajar yang peneliti gunakan.
196 Al-Muaddib, Volume. 1 Nomor 2, Oktober 2019 Tabel 4.5 hasil observasi perilaku siswa Siklus II
No Kategori Pengamatan Jumlah
Siswa
Porsentase 1 Aktif mendengarkan penjelasan guru 38 100 % 2 Aktif menjawab pertanyaan guru 38 100 % 3 Kreativitas dan inisiatif siswa
meningkat
38 100 %
4 Motivasi dan minat untuk bertanya 38 100 % Dari hasil observasi di atas diketahui siswa Aktif mendengarkan penjelasan guru, Aktif menjawab pertanyaan guru, Kreativitas dan inisiatif siswa meningkat dan Motivasi dan minat untuk bertanya adalah sangat baik dengan jumlah siswa 38 dan porsentase 100%.
PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, yang masing- masing siklus dilakukan melalui empat tahap, yaitu perencanaan, pengamatan, tindakan, dan refleksi. Siklus II dilakukan sebagai pelaksanaan tindakan yang merupakan perbaikan pembelajaran dari siklus I. Untuk memperoleh hasil penelitian, dilakukan penjaringan data tes dan nontes dengan menggunakan instrumen tes dan nontes, baik pada siklus I maupun siklus II.
Pada siklus I menunjukkan bahwa secara mencapai nilai total nilai rata-rata 73,6 dalam kategori cukup. Pada siklus I ini siswa yang dinyatakan tuntas adalah 27 Siswa yaitu siswa yang memperoleh nilai KKM diatas 70. Sehingga porsentase ketuntasan mencapai 76,5. Sedangkan pada siklus II total nilai rata-rata 82,4 dalam kategori baik. Pada siklus II ini siswa yang dinyatakan tuntas adalah 36 siswa yaitu siswa yang memperoleh nilai KKM diatas 70 dengan porsentase ketuntasan mencapai 94,7. Dengan demikian pembelajaran ini dinyatakan Tuntas secara klasikal.
Peningkatan ini tidak lepas dari perbaikan tindakan yang dilakukan pada siklus II, di antaranya penggantian model dalam pembelajaran, dan adanya motivasi yang peneliti berikan kepada siswa. Dari ke-38 siswa yang diteliti, terdapat 2 siswa atau 4,3% yang memperoleh nilai <70 dalam kategori kurang.
Al-Muaddib, Volume. 1 Nomor 2, Oktober 2019 197 Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan, pada siklus 1 pada materi “konsep Struktur dan fungsi jaringan tumbuhan serta pemanfaatannya dalam teknologi ” sudah mengalami perubahan atau peningkatan, walaupun masih ada beberapa siswa yang tidak atau belum mengalami perubahan sama sekali.
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung siswa cukup aktif melakukan percobaan-percobaan bersama anggota kelompok masing-masing, dengan tugas yang berbeda dengan kelompok yang lain. Namun masih sedikit siswa yang dapat bekerja sama menyelesaikan tugas, sehingga berpengaruh pada kemampuan menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Dengan demikian dapat direnungkan bahwa penelitian pada siklus I belum menunjukkan keberhasilan suatu proses pembelajaran sehingga peneliti merencanakan lagi untuk siklus berikutnya. Berdasarlah hasil analisis tentang hasil nilai kognitif atau belajar siswa pada siklus I ternyata belum menunjukkan peningkatan hasil belajar yang signifikan bahkan belum memenuhi kriteria belajar tuntas maka peneliti mengadakan tindakan untuk siklus berikutnya.
Dari hasil observasi di atas diketahui antusias siswa Aktif mendengarkan penjelasan guru adalah baik dengan jumlah siswa 36 dan porsentase 76,5 %. Kreativitas dan inisiatif siswa meningkat adalah baik dengan jumlah siswa 38 dan porsentase 100%. Sedangkan Aktif menjawab pertanyaan guru dan Motivasi dan minat untuk bertanya adalah sangat baik dengan jumlah siswa 47 dan porsentase 100 %. Sedangkan pada siklus II siswa Aktif mendengarkan penjelasan guru, Aktif menjawab pertanyaan guru, Kreativitas dan inisiatif siswa meningkat dan Motivasi dan minat untuk bertanya adalah sangat baik dengan jumlah siswa 38 dan porsentase 100%
Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu model pembelajaran yang secara garis besar terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka dengan melakukan penyelidikan inkuri.
Pembelajaran kontekstual menekankan pada berfikir tingkat tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin, serta pengumpulan, penganalisaan dan pensintesisan informasi dan data dari berbagai
198 Al-Muaddib, Volume. 1 Nomor 2, Oktober 2019
sumber dan pandangan. Dengan konsep itu pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Program pembelajaran berbasis CTL memerlukan peran guru dengan segenap instrumen penilaian yang memadai sehingga tidak satupun tahap dan variabe penilaian yang dapat merugikan atau timbul ketidakadilan bagi siswa, sarana dan prasarana penunjang sangat diperlukan seperti tempat diskusi, alat peraga, LCD dan lebih penting lagi adalah program pembelajaran berbasis apapun harus sesuai dan menunjang visi lembaga yaitu menjadikan siswa mandiri, unggul dalam mutu dan berakhlak mulia
Menemukan merupakan bagian inti dari pembelajaran berbasis pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi dari hasil menemukan sendiri. Guru selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan. Siklus inkuiri meliputi observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), dan penyimpulan (conclusion).
PENUTUP
Berdasarkan pada pembahasan disimpulkan Melalui pembelajaran CTL (contectual teaching and Learning ) dapat meningkatkan pemahaman konsep Struktur dan fungsi jaringan tumbuhan serta pemanfaatannya dalam teknologi siswa Kelas VIII SMP Negeri 44 Surabaya tahun pelajaran 2017/2018. Aktivitas siswa dalam penerapan pembelajaran CTL (contectual teaching
and Learning ) kompetensi dasar konsep Struktur dan fungsi
jaringan tumbuhan serta pemanfaatannya dalam teknologi siswa Kelas VIII SMP Negeri 44 Surabaya tahun pelajaran 2017/2018 mengalami peningkatan pada siklus I dan II.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohamad, 2003, Penelitian Kependidikan Prosedur & Strategi, Angkasa, Bandung
Al-Muaddib, Volume. 1 Nomor 2, Oktober 2019 199 Arikunto, Suharsini. 2000. Prosedur Penelitian Bina aksara Jakarta Arikunto, Suharsini.Suharjono. Supardi. 2007. Penelitian tindakan
kelas Bumi aksara: Jakarta
Cece Wijaya, 2000, Pendidikan Remedial Sarana Pengembangan
Mutu Sumber Daya Manusia, Remaja Rosdakarya, Bandung
Depdiknas. 2003 Pendekatan Kontekstual (CTL). Jakarta:
Listyawati, Muji. 2012. Pengembangan Perangkat Pembeljaran IPA
Terpadu Di. SMP. Journal Of Innovative Science Education. Vol. 1. Juni 2012. 61-. 69
Moh. Uzer Usman, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung
Nasution, S (2000) Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Nurhadi. 2002. Pendekatan konstekstual. Contextual Teaching and
Learning (CTL). Departemen Pendidikan Nasional.
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Prasetiya, B. (2017). Studi Korelasi Persepsi Kompetensi Profesionalisme Guru dan Lingkungan Sekolah dengan Motivasi Belajar PAI Kelas XI di SMA/SMK/MA se Kota Probolinggo. Edukasi, 05(02), 149–170.
Prasetiya, B. (2018). Peningkatan Kemampuan Guru Madrasah Dalam Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas Di Probolinggo. Proceedings of Annual Conference on
Community Engagement, 441–465.
Sanjaya, Wina(2011). Strategi pembelajaran berorientasi standar