• Tidak ada hasil yang ditemukan

"Ijtihad itu Tidak Dapat Dibatalkan dengan Ijtihad": A. Makna Kaidah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan ""Ijtihad itu Tidak Dapat Dibatalkan dengan Ijtihad": A. Makna Kaidah"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

1 1

"Ijtihad itu Tidak Dapat Dibatalkan dengan

"Ijtihad itu Tidak Dapat Dibatalkan dengan

Ijtihad"

Ijtihad"

! akna #aidah ! akna #aidah

Ka

Kaidaidah h tertersebsebut ut makmaknananyanya, , babahwa hwa ijtijtihaihad d yanyang g tertercapcapaiai sya

syaratrat-sy-syaraaratnytnya, a, apaapabilbila a berberhubhubungungan an dendengan gan susuatu atu hukhukumum at

atau au kkepepututususan an mamakka a tetetatap p beberlrlakaku u (i(ijtjtihihad ad ititu) u) dadan n titidadakk dib

dibataatalklkan an dendengan gan kkebeeberadradaan aan ijtijtihaihad d lailain n yanyang g barbaru u kakarerenana penguatan. Sayut}i> berkata karena itu pengamalan ijtihad yang penguatan. Sayut}i> berkata karena itu pengamalan ijtihad yang kedua pada suatu hal dan tidak membatalkan yang telah berlalu kedua pada suatu hal dan tidak membatalkan yang telah berlalu sesuai kesepakatan para imam.

sesuai kesepakatan para imam. p

pabiabila la se!se!ranrang g hakhakim im ("a("adi) di) berberijtijtihaihad d daldalam am masmasalaalahh keagama

keagamaan, kemudian diajukan kepadanya masalah an, kemudian diajukan kepadanya masalah yang serupayang serupa mak

maka a hukhukum um (k(kepueputustusan) an) padpada a masmasalaalah h barbaru u tertersebsebut ut sessesuaiuai de

dengngan an papandndanangagan n yayang ng lalainin. . #j#jtitihahad d yayang ng pepertrtamama a titidadakk dibatalkan dengan ijtihad yang kedua. $engan demikan kalau dibatalkan dengan ijtihad yang kedua. $engan demikan kalau se

se!r!ranang g mumujtjtahahid id mememumututuskskan an papada da susuatatu u mamasasalalah h sesesusuaiai den

dengan gan ijtijtihaihadnydnya a kkemuemudiadian n mujmujtahtahid id yanyang g lailain n memmemutuutuskskanan pad

pada a masmasalaalah h tertersebsebut ut makmaka a ijtijtihaihad d kkeduedua a mujmujtahtahid id tertersebsebutut berbeda. %ukum yang dipegangi !leh ijtihad yang pertama tidak berbeda. %ukum yang dipegangi !leh ijtihad yang pertama tidak rusak kar

rusak karena ijtihad tidak batal dengan ijtihad ena ijtihad tidak batal dengan ijtihad yang lain.yang lain.

&aksud dari ijtihad yang tidak batal dengan keberadaan &aksud dari ijtihad yang tidak batal dengan keberadaan yang lainnya ada'ah ijtihad yang telah berlalu hukumnya. adi yang lainnya ada'ah ijtihad yang telah berlalu hukumnya. adi memutuskan dengan ijtihad yang pertama kemudian merubah memutuskan dengan ijtihad yang pertama kemudian merubah hukum dikem

hukum dikemudian hari dengan perubahan ijtihad udian hari dengan perubahan ijtihad pula.pula.

 

(2)
(3)

 

*midi> berkata mengenai sebab tidak rusaknya ijtihad *midi> berkata mengenai sebab tidak rusaknya ijtihad de

dengngan an ijijtitihahad d yayang ng lalainin, , babahwhwasasananya ya seseanandadaininya ya rurusasaknknyaya keputusan se!rang hakim itu b!leh apakah dengan berubahnya keputusan se!rang hakim itu b!leh apakah dengan berubahnya ij

ijtitihahadndnya ya atatau au dedengngan an kkepepututususan an hahakikim m yayang ng lalainin, , mamakkaa memungkinkan rusaknya hukum dengan memberikan kerusakan memungkinkan rusaknya hukum dengan memberikan kerusakan ya

yang ng lalaininnynya a tatanpnpa a adada a ujujunungngnyaya, , kkehehararususan an dadari ri hahal l itituu be

berbrbededananya ya kkepepututususan an dadan n titidadak k teterprperercacayayanynya a kkepepututususanan se!r

se!rang ang hakimhakim, , dan dan itu itu merumerupakpakan an berbberbedanyedanya a kekemaslamaslahatahatann yang dibuat !leh hakim.

yang dibuat !leh hakim. +l

+lamama a sesepapakkat at babahwhwasasananya ya sesekikiraranynya a sese!r!ranang g "a"adidi memutuskan

memutuskan dengan ijtihadnya kdengan ijtihadnya kemudian ia merubah emudian ia merubah keputuskeputusanan ter

tersebsebut ut dendengan gan ijtijtihaihad d yanyang g lailain n makmaka a ijtijtihaihad d yanyang g perpertamtamaa tidak batal sekalipun yang ijtihad yang kedua lebih kuat dari tidak batal sekalipun yang ijtihad yang kedua lebih kuat dari ya

yang ng pepertrtamama a dedengngan an dedemimikikian an apapababilila a ia ia memempmpererbabahaharuruii keputus

keputusannya maka ia annya maka ia tidak mengamalkan kecuali dengan ijtihadtidak mengamalkan kecuali dengan ijtihad yan

yang g kekeduadua. . !n!nt!ht!hnyanya, , se!se!ranrang g mujmujtahtahid berijid berijtihtihad dalamad dalam m

masasalalah ah ararah ah kikiblblat at kkememuudidian an ia ia rragagu u ddenenggan an dadalilil l yyanangg dip

dipakakainainya, ya, kkemuemudiadian n menmendatdatangangkakan n daldalil il yanyang g lailain n makmaka a iaia taw

tawa""a""u u (pe(pendinding) ng) untuntuk uk menmengamgambil bil padpada a masmasa a yanyang g akakanan datang, dan tidak rusak

datang, dan tidak rusak yang lalu sesua kesepakatan para imam.yang lalu sesua kesepakatan para imam. Se

Sesusuai ai dedengnga a yayang ng teterrdadahuhululu, , sesekikiraranynya a mumujtjtahahidid me

memumututuskskan an dadalalam m sesebubuah ah kkepepututususan an lalalu lu ia ia memengnganangkgkatat keputusan tersebut sesuai ijtihadnya, kemudian mujtahid yang keputusan tersebut sesuai ijtihadnya, kemudian mujtahid yang lain memutuskan pada masalah tersebut lalu ia mengangkatnya lain memutuskan pada masalah tersebut lalu ia mengangkatnya dalam masalah tersebut maka tidak b!leh bagi mujtahid yang dalam masalah tersebut maka tidak b!leh bagi mujtahid yang

(4)

 

k

kededua ua memembmbatatalalkakan n kkepepututususan an yayang ng lalain in apapababila ila kkededuauanana berbeda pandangan.

berbeda pandangan. $e

$emikmikian ian jugjuga, a, dua dua !ra!rang ng yanyang g berberperperkakara ra menmendatdatangangii hakim lalu ia berkata di antara kami ada sebuah perkara tentang hakim lalu ia berkata di antara kami ada sebuah perkara tentang hal ini lalu kami melimpahkan kepada "adi si anu (

hal ini lalu kami melimpahkan kepada "adi si anu (fula>nfula>n) tetapi) tetapi kami menginginkan keputusan dari awal kepadamu (hakim lain) kami menginginkan keputusan dari awal kepadamu (hakim lain) maka tidak b!leh bagi

maka tidak b!leh bagi hakim kedua menerima tuntutannya, akanhakim kedua menerima tuntutannya, akan tet

tetapi api yanyang g berberlaklaku u adaadalah lah kekeputputususan an yanyang g terterdahdahulu ulu sessesuaiuai ma/ahb yang dipilih yang sahih.

ma/ahb yang dipilih yang sahih. $! Dalil #aidah

$! Dalil #aidah

$alil menunjukkan bahwa ijtihad tidak batal dengan ijtihad $alil menunjukkan bahwa ijtihad tidak batal dengan ijtihad yang lain, karena ijtihad merupakan hasil dari dugaan (

yang lain, karena ijtihad merupakan hasil dari dugaan ( z}anni> z}anni>)) te

terrhahadadap p kketetepepatatan an sasasasararan n dedengngan an mamasisih h mememumungngkikinknkanan terjadi kesalahan. Setiap ijtihad bisa jadi benar bisa juga salah. terjadi kesalahan. Setiap ijtihad bisa jadi benar bisa juga salah. $engan demikian bahwa ijtihad yang kedua tidak lebih kuat dari $engan demikian bahwa ijtihad yang kedua tidak lebih kuat dari ijtihad yang pertama, karena ijtihad yang pertama merupakan ijtihad yang pertama, karena ijtihad yang pertama merupakan d

duuggaaaan n ddaan n yyaanng g kkeedduua a jjuugga a dduuggaaaan n (( z}anni z}anni>)>), , bubukkanan penguatan salah satu dari kedua dugaan terhadap yang lain.

penguatan salah satu dari kedua dugaan terhadap yang lain.

#nilah yang kemudian ditetapkan dan diputuskan !leh ijmak #nilah yang kemudian ditetapkan dan diputuskan !leh ijmak ssahahababat at sesebbagagaiaimamanna a yyanang g teterrttuauang ng dadalalamm a>s\a>r a>s\a>r  dandan pen

pendapdapat-at-penpendapdapat at yanyang g diadiambimbil l dardari i mermerekeka. a. $i $i antantararanyanya,a, +ma

+mar r ra. ra. menmenetaetapkpkan an daldalam am sebsebuauah h kekeputputususan an bahbahwa wa tidtidakak b!lehnya bersyerikat antara saudara-saudara laki-laki kandung b!lehnya bersyerikat antara saudara-saudara laki-laki kandung de

dengngan an sasaududarara-a-sasaududarara a seseibibu u papada da sesepepertrtigiga a kkememududiaian n iaia menggabungkan mereka pada kasus se!rang perempuan waat menggabungkan mereka pada kasus se!rang perempuan waat da

(5)

0

kandung, lalu +mar menggabungkan saudara seibu dan saudara kandung pada sepertiga, kemudian se!rang laki-laki berkata kepada +mar Sesungguhnya kamu tidak menggabungkan mereka suatu waktu begini dan begitu, kemudian +mar berkata begitulah yang kami putuskan pada saat ini. Kemudian berlakulah hal itu dengan istilah umariyah (amarain).

+mar memutuskan juga pada kasus kakek dengan keputusan yang berbeda dalam tenggang waktu yang berbeda. $iriwayatkan dari #bn Si>ri>n berkata bahwa saya memutuskan dalam kasus kakek keputusan-keputusan berbeda saya tidak mengurangi haknya.

2ada kasus-kasus tersebut terdapat dalil bahwa setiap ketetapan (hukum) yang berlalu dengan ijtihad tidak batal dengan ijtihad yang serupa. 3as-nas dan keputusan-keputusan yang di nukil tersebut merupakan petunjuk yang mengindikasikan bahwa kaidah dasar ketika hendak mengambil ketetapan di antara dua hal dalam #slam. $ari hal itu ukaha dan ulama usul sepakat tentang kekuatan kaidah tersebut.

dapun kasus-kasus berikut maka wajib bagi mujtahid dan muti untuk memulai kembali memberikan keputusan (hukum), kemdian mengamalkan dengan ijtihad yang baru. 4arkasyi> berkata bahwa pembatalan yang dapat dicegah hanyalah pada hukum-hukum yang terdahulu, dan perubahan hukum pada masa yang akan datang karena tidak adanya penguatan. &akna tersebut sesuai dengan perkataan #mam Sayu>t}i> dalam kitab al-asyba>h wa al-naz}a>’ir  bahwa ijtihad tidak batal dengan

(6)

5

ijtihad yang lain pada waktu yang lalu, tetapi hukum berubah pada masa yang akan datang karena tidak adanya penguatan (tarji>h}).

%! Furu>‘  #aidah

Kaidah tersebut dianggap !leh ukaha dan ulama usul merupakan kaidah kulli>  (uni6ersal) dengan perkataan mereka bahwa tidak batal ijtiha dengan ijtihad yang lain. &ereka menganggap hal itu sebagai sebuah dasar dan mereka membentuk banyak aplikasi (cabang) yang muncul dari kaidah. abang tersebut semuanya menguatkan bahwa ijtihad tidak batal dengan ijtihad yang serupa, karena syarat pembatalan adalah bersatunya peristiwa hukum dan terdapat perbedaan dugaan yang tidak dapat disatukan maka ijtihad tidak batal dengan ijtihad yang lain.

$i antara cabang itu sebagai berikut

1. Kalau terjadi perubahan ijtihad dalam masalah aah kiblat maka yang diamalkan yang kedua, tidak ada qada>’ hingga sekiranya ia salat empat rakaat karena ia menghadap empat arah dengan sebuah ijtihad maka ia tidak b!leh meng"ada, karena ijtihad pada dua hal tidak membatalkan sebelumnya.

 7irmi/8i>, h}mad dan 79abra>ni> mentakhrij dari hadis :*mir bin ;abi>:ah dengan laal <Kami bersama 3abi saw. pada suatu malam gelap gulita tidak tampak mana kiblat dan se!rang laki-laki di antara kami salat sesuai keinginannya, ketika kami bangun kami menceritakan kepada 3abi saw. lalu turun ayat <fa’ainama> tuwallu> fas\amma wajhulla>h=. $alam sebuah

(7)

riwayat ?a>bir dengan laal <Kami salat pada malam yang gelap dan kiblat samar-samar bagi kami, ketika kami berlalu kami menyadari bahwa kami salat bukan arah kiblat lalu kami menceritakan kepada ;asulullah saw. lalu bersabda Sungguh kalian berlaku baik, dan tidak memerintahkan untuk mengulang. . Kalau sese!rang berijtihad lalu ia ragu terhadap kesucian dua bejana lalu ia menggunakannya dan meninggalkan yang lain kemudian ia merubah dugaannya pada ijtihad yang lain maka ia tidak b!leh mengamalkan yang kedua, tetapi ia bertayammum, karena yang pertama dibentuk dengan dugaan dan yang kedua dibentuk dengan dugaan juga, tidak ada penguatan di antara keduanya terhadap yang lain maka ia wajib bertayammum dan meninggalkan dua bejana tersebut.

. Kalau "adi memutuskan dengan men!lak kesaksian !rag asik, kemudian !rang asik tersebut bertaubat dan mengulang kesaksian pada kasus yang sama maka tidak diterima sesuai dengan kesepakatan, karena penerimaan kesaksian setelah taubat menjamin pembatalan ijtihad dengan ijtihad yang lain. Keputusan hukum dengan keasikannya adalah ijtihad dan penerimaan kesaksiannya setelah bertaubat adalah ijtihad yang lain, dan sesuai kaidah ijtihad tidak batal dengan ijtihad yang lain.

0. 2engakuan nasab dengan qiya>fah (mengetahui dengan @rasatnya). a>Ai adalah !rang yang mengetahui nasab sesuai dengan @rasatnya dan penglihatannya kepada !rgan anak yang lahir, kalau sekiranya "a>Ai tersebut menganggap anak dengan

(8)

B

salah se!rang yang mengguggat dengan tidak mengetahui di sisinya, kemudia ia merubah ijtihadnya dan menganggap anak itu dengan penggugat yang lain maka hal itu tid"k diterima, karena yang pertama merupakan ijtihad dan yang kedua ijtihad  juga, yang pertama bukan lebih kuat dari yang kedua.

Qiya>fahmerupakan salah satu dalil agama untuk menentukan nasab ketika terjadi pengakuan. isyah ra. berkata ;asulullah saw. mendukhulku suatu waktu yang dirahasiakan.

2engamalan dengan qiya>fah dikhususkan pada suatu waktu yang lampau, adapun pada masa sekarang yang tampak ada keterbukaan maka qiya>fah merupakan pekerjaan !rang-!rang ahli yang dapat memutuskan pengakuan keturunan anak kepada bapaknya.

5. Kalau se!rang suami mengkhuluk istrinya tiga kali kemudian ia menikahinya untuk keempat kalinya tanpa adanya muh}allil karena dengan keyakinannya bahwa khuluk adalah asakh kemudian ia merubah ijtihadnya maka ia tetap dalam pernikahan kepada istrinya. %ukum yang pertama tidak batal dengan ijtihad yang kedua, kalau se!rang "adi menetapkan kemudian ada "adi yang lain yang berpadangan lain, maka keputusan hakim yang lain tersebut tidak berhubungan karena dasar pada sebuah keputusan yaitu sejak mujtahid memutuskan pada suatu kasus dan "adi yang lain tidak b!leh men!lak karena ijtihad yang kedua sama dengan ijtihad yang pertama. #jtihad yang pertama kuat karena bersambungnya keputusan dan ijtihad yang kedua tidak membatalkannya. $iriwayatkan bahwa +mar bin Khattab

(9)

C

ketika dihadapkan dengan suatu kasus ia meminta kepada 4aid bin SDa>bit, kemudian +mar bertemu salah se!rang yang berkasus lalu !rang itu berkata sesungguhnya 4aid memutuskan kepadaku begini, lalu +mar berkata kalau saya dalam p!sisinya maka saya akan memutuskan kepadamu begini, lalu !rang itu berkata apa yang menghalagimu maka putuskanlah untukku, lalu +mar berkata sekiranya ada nas maka pasti saya memutuskan, tetapi di sini adalah sebuah pendapat dan pendapat itu saling berkaitan.

pabila se!rang hakim menetapkan bahwa tidak b!leh membatalkan pada masalah yang dapat menimbulkan ijtihad karena ada maslahat, kalau batalnya hukum itu b!leh maka dengan merubah ijtihadnya atau dengan ketetapan hakim yang lain.

 Eang hanya memungkinkan untuk membatalakannya adalah apabila menyalahi dalil qat}‘i>dari nas, ijmak, qiya>s  jali> atau selainya.

 7erdapat beberapa c!nt!h, di antaranya

a. Kalau "adi menetapakan atau hakim memutuskan sahnya pernikahan yang hilang suaminya setelah empat tahun dan masa iddah tidak batal hukumnya aka tetapi dihubungkan, karena merupakan tempat berijtihad pada kasus tersebut. #mam &alik, #mam hmad dan sebuah pendapat #mam Sya@:i yang qadi>m beranggapan bahwa istri menahan diri empat tahun dan itu merupakan peri!de kehamilan, kemudian istri mengalami iddah waat empat bulan sepuluh hari dan halal setelah pernikahan

(10)

F

yang mana berbeda pendapat bu %aniah dan #mam Sya@:i pada pendapatnya yang jadi>d.

b. Kalau "adi menetapkan sahnya pernikahan tanpa wali maka memadai dan hukumnya tidak batal. Karena ijtihad tidak batal dengan ijtihad !leh karena masalah tersebut berbeda. bu %aniah mengatakan bahwa pernikahan perempuan yang berakal sah dengan kerelaannya tanpa wali, berbeda dengan #mam Sya@:i, hmad dan &alik dalam riwayat syhab dan bu Eu>su  dan sungguh berbeda anggapan dengan bu %aniah karena kasus tersebut adalah tempat untuk melakukan ijtihad, bahwa perempuan berkuasa terhadap haknya yaitu dari keluarganya karena perempuan tersebut berakal dan mumayyizah  (dapat membedakan baik dan buruk). $engan demikian, b!leh baginya melakukan transaksi terhadap hartanya, tetapi baginya hak untuk memilih tentang pernikahannya, hanya saja wali meminta dalam pernikahan.

c. Kalau "adi menetapkan sahnya pernikahan tanpa ada saksi maka memadai dan ketetapannya tidak batal karena masalah tersebut berbeda !leh karena ijtihad tidak batal dengan ijtihad yang lain. #mam &alik mensyaratkan pengumuman (i‘la>n) pada pernikahan dan tidak memadai dengan kesaksian dan sungguh hal itu berbeda karena kedudukannya adalah kedudukan penyamaan dalil, pengaggapan pernikahan dengan seluruh transaksi tercapai tanpa adanya syarat kesaksian.

d. Kalau "adi menetapkan batalnya khiya>r al-majlis  maka memadai dan ketetapannya tidak batal seperti besarnya

(11)

1G

masalah-masalah yang diperselisihkan. bu %aniah beserta sahabatnya, &alik beserta sahabatnya kecuali #bn %9abi>b berpendapat tidak adanya khiya>r al-majlis, berbeda dengan Sya@:i, hmad dan #bn %9abi>b yang menganggap bahwa bu %aniah dan &alik menyalahi khabar  yang terdapat dalam

khabar a>h}ad yang menyalahi kias (qiya>s) karena merupakan akad yang penggantian maka adanya khiya>r al-majlis  memiliki pengaruh seperti setiap akad transaksi misalnya nikah, khuluk, gadai, dan damai dari pembunuhan sengaja.

e. Kalau "adi menetapkan kesaksian suami terhadap istrinya atau kesaksian istri terhadap suaminya maka memadai dan tidak batal ketetapannya karena merupakan masalah khila@yah. #mam Sya@i berpendapat diterimanya kesaksian kedua suami istri. dapun pandangan yang diungkapkan !leh Sya@i bahwa hasil di antara keduanya adalah akad yang terjadi tanpa disangka-sangka dan tidak terhalangi untuk menerima kesaksian, seperti kalau penagih bersaksi terhadap !rang yang berhutang padanya, seperti kalau pemberi sewa bersaksi bagi penyewa maka kesaksian diterima.

. Kalau "adi menetapkan pembunuhan !rang tua terhadap anaknya maka tidak memadai dan ketetapannya tidak batal karena merupakan masalah ijtihadiyah yang diperselisihkan. &alik dan #bn al-&un/8ir dari kalangan Sya@iyah berpendapat pembunuhan !rang tua terhadap anaknya merupakan kepemilikan. Hrang yang berbeda menganggap bahwa al-uraAan dan sunah mewajibkan kisas karena keduanya (!rang

(12)

11

tua dan anak) adalah muslim yang merdeka yang dapat dikisas maka wajib dibunuh salah satu dari keduanya seperti pembunuhan terhadap !rang lain.

l-;a@:i> dan #bn al-;u:ah dari kalangan Sya@iyah berpendapat bahwa bisa batal dan tidak memadai, karena menyalahi nas yang s{arih{  yang jauh dari penakwilan, tetapi #mam 3awawi dalam kitab al-raud{ah  memberikan kesahihan dan al-;u>ya>ni> bahwa tidak batal seperti masalah-masalah yang diperselisihkan.

g. Kalau "adi menetapkan pelarangan kisas pada pembunuhan dengan alat berat dan batu besar maka may!ritas ulama mengatakan, dan al-;a@:i> serta #bn al-;u:ah memastikan bahwa batal dan tidak memadai karena menyalahi teks yang sarih lagi sahih, dan karena menyalahai al-qiya>s al-jali> dan tanggungan jiwa dari pembunuhan dengan alat berat. #jtihad batal apabila menyalahi nas, ijmak, al-qiya>s al-jali>atau kaidah-kaidah uni6ersal (kulliyah).

Sebagian yang lain berpendapat bahwa tidak batal karena merupakan masalah ijtihadiyah karena dalam pembunuhan tersebut serupa dengan kesengajaan (syibh al-‘amd) demikian yang dikatakan !leh al-;u>ya>ni> dan al-3awawi>.

h. Kalau "adi menetapkan dibunuhnya se!rang muslim karena membunuh ka@r z\immi>, maka may!ritas ulama berpandangan bahwa batal dan tidak memadai, dipastikan !leh al-;a@:i> dan #bn al-;u:ah serta dikuatkan !leh al-Sayu>t}i> karena menyalahi nas sahih lagi sarih yang jauh dari takwil.

(13)

1

Sebagian yang lain berpendapat bahwa tidak batal karena merupakan masalah ijtihadiyah yang diperselisihkan. bu %aniah menyatakan bahwa se!rang muslim dibunuh (dikisas) karena membunuh ka@r z\immi>  maka dianggap kebalikannya karena ijmak bahwa tangan pencuri dip!t!ng apabila mencuri harta ka@r  z\immi>, maka apabila haramnya harta /8immi> dicuri seperti haramnya mencuri harta !rang #slam maka haram darahnya seperti haram darahnya !rang #slam.

2endapat pertama yang mengatakan batal itulah pendapat yang terkuat (arjah}) karena keberadaan nas sahih lagi sarih yang jauh dari takwil yang menetapkan demikian. l-Iukha>ri* meriwayatkan dari bu %aniah berkata Saya berkata kepada li pakah kalian memiliki sesuatu dari wahyu yang tidak terdapat dalam al-urAanJ #a berkata 7idak. Kemudian berkata Ketahuilah tidak dibunuh !rang #slam karena membunuh ka@r.

$an dari :li ra. berkata ;asulullah saw bersabda <7idak dibunuh !rang #slam karena membunuh ka@r dan tidak memiliki tanggungan dalam tanggungannya=. $alam sebuah riwayat <7idak dibunuh !rang beriman karena membunuh ka@r=.

l-#snawi> berkata Sesungguhnya pembatalan yang tercegah hanya yang terdapat pada hukum-hukum yang lampau dan kami tidak menentangnya, tetapi kami mengganti hukum karena tidak adanya penguatan sekarang seperti mujtahid dalam masalah kiblat dan selainnya jika dugaannya itu memiliki dalil lalu ia mengambilnya kemudian menemukan dalil yang lain maka

(14)

1

terjadi pr!ses tawaqquf  (pending hukum) pada masa yang akan datang dan tidak batal hukum yang terdahulu.

D! &enge'ualian da(i )u(u*+

Kaidah tersebut memiliki uru>: (cabang) penegcualian yang menyalahi kaidah. 7erdapat hukum yang bukan hukum dari kaidah tersebut dan membatalkan ijtihad dengan ijtihad yang lain. Kami menyebutkan cabang yang paling penting sebagai berikut

1. pabila mujtahid berijtihad lalu berpendapat bahwa khuluk itu adalah asakh, lalu menikahi perempuan yang ia khuluk tiga kali kemudian ia merubah ijtihadnya lalu ia menganggap khuluk itu adalah talak maka ia wajib menceraikannya dan tidak halal untuk mendatanginya yang sebelumnya b!leh dengan ijtihad yang pertama agar dapat menyentuhnya dan terjadi senggama haram yang ia anggap, kecuali jika hakim memutuskan sahnya pernikahan tidak wajib menceraikannya. pabila ia merubah ijtihadnya yang harus menceraikannya dari perubahan hukum se!rang hakim dengan dalam masalah ijtihadiyah, maka itu merupakan dasar keputusan hakim yang sudah memadai secara tersembunyi. kan tetapi kami mengatakan Sudah memadai secara jelas, maka tidak harus menceraikannya karena batalnya keputusan hakim pada mujtahi, karena hal itu pengambilan hukum pada kekhususan dirinya dan pen!lakan pembatalan karena keputusan hakim dalam masalah ijtihadiyah. aidah yang terdapat adalah bahwa wajib perceraian sama adanya dengan

(15)

10

hakim memutuskan tidak terjadinya perceraian karena keyakinan mujtahid, demikian yang dipilih !leh al-a>d}i> dan bu Eu>su. .  Al-H{ima>  (penjagaan) maknanya adalah perlindungan (al-man‘u). $engan demikian, #mam menjaga tanah secara khusus karena adanya manaat yang ia lihat seperti membangun sek!lah atau rumah sakit ataupun selain keduanya dari kemaslahatan yang umum, maka b!lehnya pembatalan penjagaan itu dan mengembalikannya seperti semula jika tampak maslahat dalam pembatalan setelah munculnya pada saat penjagaan.

&akna batalnya ijtihad dengan ijtihad yang lain, maka gambaran tersebut merupakan pengecualian sebagai bentuk terhadapat pendapat itu dan merupakan pendapat yang paling sah (al-as}ah}).

Kebalikan al-as}ah} tidak batal apa yang dijaga !leh imam karena ijtihad tidak batal dengan ijtihad yang lain, dan karena perubahan yang dihasilkan adalah kerena kemaslahatan. ?ika maslahat berubah maka hukumnya berubah, karena maslahat seperti ilat (‘illah) bagi hukum yaitu berkisar ada atau tidak adanya.

dapun yang dilindungi !leh ;asulullah saw. tidak batal. ;asulullah saw. melindungi tanah baqi>‘(kuburan yang ada di &adinah) maka perlindungan tetap berlaku sampai hari kiamat karena sesuai dengan nas dan tidak ada ijtihad ketika ada nas. . Kalau kalangan %ana@ memutuskan untuk kalangan Sya@iyah dengan syuf‘ah, maka halal baginya atau tidakJ Kalangan Sya@iyah berselisih dalam hal itu, sebagian berpendapat bahwa

(16)

15

tidak halal sebagai bentuk bahwa keputusan hakim sudah memadai secara jelas bagi kalangan Sya@iyah dan jumhur, kalaupun ia mengambil keputusan itu maka pengambil sesuatu tidak memiliki hak. Sebagian berpendapat bahwa halal sebagai bentuk keyakinan "adi, karena hal itu merupakan tempat ijtihad dan ijtihad bagi "adi bukan bagi dirinya, itulah yang pendapat tersahih (as}ah}) menurut al-Iagawi> dan selainnya.

0. Sebahagian ulama mengecualikan dari kaidah tersebut batalnya pembagian apabila muncul penipuan !rang yang keji, maka terjadi ijtihad itu dengan ijtihad yang lain, maka bagaimana mungkin ijtihad batal dengan yang serupanyaJ #bn 3ujaim berkata Iatalnya karena tidak tercapai syaratnya dari permulaan yaitu keadilan. 7ampak dari awal tidak sah yaitu seperti kalau muncul kesalahan "adi karena tidak tercapai syaratnya yaitu batal keputusannya. Kalau sese!rang membagi dengan pembagian yang rata kemudian terdapat bukti kekeliruan pembagi maka batal karena pembagi membagi dengan ijtihadnya. Iatalnya pembagian adalah masalah karena merupakan ijtihad batal dengan ijtihad yang lain, dan yang terjadi tidak ada masalah karena batalnya pembagian yang pertama karena tidak tercapai syaratnya pada pembagi atau karena pembatalan merupakan penyebab tidak adanya syarat yang dianggap dalam pembagian.

5. $i antara masalah yang dikecualikan pabila imam melihat sesuatu kemudia meninggak atau pensiun maka bagi yang kedua merubahnya karena merupaka hal yang penting, sekalipun

(17)

1

#mam al-%aramain melarang pengecualian ini kemudian berkata %al ini bukan merupakan batalnya ijtihad dengan ijtihad yang lain, tetapi hanya merubah kemaslahatan, hukum itu berkisar dengan kemaslahatan ada atau tidaknya, maka apabila imam kedua melihatnya wajib mengikutinya.

. pabila sese!rang membangun rumah atau m!bil lalu berkata rumah ini atau m!bil ini senilai 1GG.GGG misalnya kemudian muncul yang dapat menambah atau mengurangi dan menjelaskan bahwa nilai sebenarnya berbeda dengan apa yang dibuatnya maka batal pembangunan yang pertama, ini serupa batalnya ijtihad dengan nas bukan dengan ijtihad yang lain. #ni bukan merupakan batalnya ijtihad dengan ijtihad yang lain, tetapi hanya batalnya ijtihad karena menyalahi nas.

B. $ua !rang saling berselisih pada sebuah rumah, salah se!rang di luar rumah dan yang kedua dalam rumah. Hrang yang di luar memiliki bukti yang menggugat bahwa rumah itu adalah miliknya, dan sese!rang yang ada di dalam rumah itu merampasnya, lalu ia mengangkat kasus tersebut kepada "adi lalu "adi tersebut menetapkan sesuai dengan buktinya. Kemudian !rang yang ada dalam rumah memiliki bukti yang disaksikan bahwa rumah itu adalah warisan bapaknya atau ia telah membelinya lalu "adi menetapkan sesuai bukti dan memegangnya. &aka yang paling sah bahwa ijtihadnya yang pertama adalah salah. 7ampak jelas bukti !rang kedua yang memegang buktinya itulah yang terkuat, keadilan "adi pada kasus tersebut tidak dinamakan pembatalan tetapi hanya

(18)

1B

memberikan bukti yang salah pada kasus tersebut, maka ia harus memberikan keputusan bagi !rang yang kuat dalilnya sesuai bukti yang ada di tangannya maka dinamakan keadilan dari kesalahan, maka pada bentuk ini bukan pengecualian.

 ?elaslah dari segala bentuk gambaran tersebut bahwa b!leh membatalkan keputusan "adi apabila menyalahi nas, ijmak ataupun qiya>s jali>. 2enjelasan sebagai berikut

2ertama menyalahi al-urAan misalnya keputusan dengan satu saksi dan sumpah maka keputusan itu menyalahi, karena irman llah swt. 7entang saksi yakni laki-laki dua !rang dan saksi perempuan

@rman-3ya

  

LLLLLLLLLLL

    

LL

 adalah mujmal tasirannya dengan dua jenis dua laki-laki atau satu laki-laki ditambah dua perempuan. Mujmalapabila ditasirkan maka sebagai bukti bagi seluruh yang mencakup laalnya. &aka saksi dan sumpah merupakan bukti tambahan bagi nas dengan adanya khabar yaitu yang menempati p!sisi nasakh maka tidak b!leh mengamalkan. Sebagian ulama membatalkan pengamalan di antaranya bu haniah beserta sahabatnya, al-SDauri> dan selainnya.

Kedua &enyalahi Sunah, c!nt!hnya Keputusan halal wanita tertalak tiga kali, bagi yang pertama sebelum didukhul !leh yang kedua, maka itu menyalahi sunnah seperti yang diriwayatkan dari isyah ra. berkata Se!rang suami menalak istrinya tiga kali, kemudian laki-laki lain menikahinya lalu menalaknya sebelum mendukhulnya, kemudian suaminya yang pertama untuk

(19)

1C

menikahinya, lalu ia bertanya kepada ;asulullah saw. tentang hal itu, kemudian ;asulullah saw. bersabda tida b!leh, hingga !rang lain merasakan manisnya seperti suaminya yang pertama.

Ketiga &enyalahi ijmak, misalnya pabila "adi menetapkan sah nikah mutAah. Keputusan itu menyalahi ijmak karena sahabat sepakat batalnya nikah mutAah.

Keempat 2embatalan hukum ijtihadi dengan hukum ijtihadi yang lain yang serupa apabila hukum yang pertama tidak memiliki dalil atau menyalahi syarat tawa""u, karna syaratnya seperti nas syari: maka tidak b!leh menyalahi kecuali pada waktu darurat.

./0 12

. &akna Kaidah

#jtihad tidak dituntut pada masalah yang terdapat nas, karena keb!lehan ijtihad disyaratkan tidak adanya nas yang

qat‘i>al-s\ubu>t al-dala>lah pabila terdapat nas maka ijtihad dilarang. Eang dimaksud dengan nas di sini adalah al-urAan dan sunah.

 7idak semua hukum agama merupakan lapangan ijtihad, tetapi ada yang b!leh ijtihad ada yang tidak diperb!lehkan ijtihad. da dua macam, pertama yang dib!lehkan ijtihad, kedua tidak dib!lehkan ijtihad. dapun yang tidak diperkenankan ijtihad adalah hukum-hukum yang dinamakan al-qat}‘i>. rtinya tidak ada tempat bagi akal untuk mengetahui kecuali hukum yang dikandungnya saja maka wajib untuk mengikuti hukum yang

(20)

1F

terkandung dalam nas. #tu adalah hal yang statis tidak berubah dan tidak akan berganti sekalipun berubahnya waktu dan tempat seperti wajibnya salat, puasa ramadan, /akat, haji, disyaratkan kerelaan dalam jual beli, kewarisan nenek seperenam, terhalangnya kewarisan cucu laki-laki dari anak laki-laki dengan adanya anak laki-laki serta batalnya pernikahan wanita muslim dengan laki-laki bukan muslim. Segala bentuk hukum tersebut tidak ada tempat untuk berijtihad karena hukum yang qat}‘i>

tidak akan terbentuk mengerahkan segaka kemampuan. 7idak b!leh bagi siapapun untuk berpendapat dengan ijtihadnya jika hukum itu statis yang tidak dapat perubahan dan penggantian sekalipun berubahnya waktu dan ruang. Seperti keharaman /ina, pembunuhan, minum khamar, percaya kepada segala agama karena darurat, maka dalam k!ndisi tersebut tidak ada tempat untuk berijtihad. Majib bagi setiap muslim untuk mengamalkan karena hukum-hukum tersebut adalah qat}‘i> yang sampai kepada kita dengan cara al-tawa>tur al-qat}‘i> serta dinukil sejak /aman kenabian sampai sekarang.

dapun yang dib!lehkan berijtihad yaitu hukum-hukum yang dinamakan  z}anni>  yaitu yang tidak tetap dengan dalil yang mutawatir yang masih memungkinkan penakwilan. Kadang-kadang berubah dan berganti waktu ke waktu yang lain, ruang ke ruang yang lain. l-Na/a>li> membatasi hukum yang diijtihadkan adalah segala hukum agama yang tidak memiliki dalil qat}}‘i>. Oapangan ijtihad luas untuk mengeluarkan (istinba>t}) hukum pada kasus-kasu baru. 2embahasan tentang

(21)

G

hukumnya dengan dalil-dalil akal dari sumber yang mengikuti seperti "iyas yang merupakan warna warni ijtihad menurut  jumhur pada k!ndisi tidak ditemukan nas. Sya@i berkata #jtihad adalah "iyas. Seperti juga istih}sa>n! al-maslah}at al-mursalah!

al-‘urf! al-istis}h}a>b dan selainnya dari dalil yang

diperselisihkan. De6ni7i Ijtihad

#jtihad diambil dari kata al-juhd yaitu menurut bahasa bermakna mengerahkan segala kemampuan untuk mencari sesuatu, hasilnya adalah pembebanan dan kesulitan.

&enurut ulama usul bahwa ijtihad memiliki beberapa pengertian yang paling kuat adalah pengertian yang diungkapkan !leh al-Iaid}awi> yaitu mengerahkan kemampuan untuk mengetahui hukum-hukum agama. &engetahui hukum itulah hasilnya, bisa dengan cara dugaan atau kepastian. $ipahami dari de@nisi tersebut bahwa se!rang ahli hukum tidak disiati sebagai mujtahid selama tidak mengerahkan kemampuan dan kekuatannya untuk mengeluarkan hukum agama dari dalil karena ketidakmampuannya untuk mengerahkan yang lebih dari itu. pabila mujtahi mengerahkan kemampuannya untuk mencari hukum karena k!ndisi dirinya seperti tua maka itu adalah ijtihad yang sempurna.

8ajib Ijtihad

#jtihad wajib bagi setiap !rang yang memiliki syarat-syarat untuk berijtihad. $ewasa ini, ijtihad menjadi tuntutan agama untuk mengeluarkan hukum bagi semua masalah masalah dan

(22)

1

kasus-kasus baru yang ditemukan hukum llah swt., bisa dengan dirinya atau selainnya. pabila ia tidak melakukan maka berd!sa dan tidak gugur d!sanya kecuali setelah melakukan ijtihad.

+lama berdalil mengenai wajibnya ijtihad dari al-urAan, sunah dan analisis akal.

dapun dari al-urAan @rman llah swt.  7erjemahnya 

<%ai !rang-!rang yang beriman, taatilah llah dan taatilah ;asul (3ya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan 2endapat tentang sesuatu, &aka kembalikanlah ia kepada llah (l uran) dan ;asul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada llah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

 7erjemahnya

$an apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada ;asul dan ulil mri di antara mereka, tentulah !rang-!rang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (;asul dan ulil mri) kalau tidaklah karena karunia dan rahmat llah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).

&aksud dari kembali kepada llah dan ;asulullah hanya kembali kepada hukum llah yang terdapat dalam al-urAan dan sunah. %al tersebut tidak diketahui kecuali dengan mencari dan menganalisa hingga istinba>t} hukum itu tercapai dengan cara yang baik. 2engetahuan tentang sumber hukum dan ilat-ilatnya serta ijtihad, itulah cara yang wajib.

dapun dari sunah, terdapat banyak hadis di antaranya diriwayatkan dari :mr bin al-:****s} bahwa ia mendengar ;asulullah saw. bersabda pabila se!rang hakim memutuskan dan berijtihad kemudian ia benar maka baginya dua pahala, apabila ia memutuskan dan berijtihad lalu salah maka baginya

(23)



satu pahala. $ari SDauba>n berkata ;asulullah saw. bersabda  7idak dihilangkan g!l!ngan dari umatku yang menampakkan

kebenaran, tidak membuat mereka binasa hingga datang perintah llah dan mereka bersikap demikian. &aksud g!l!ngan adalah para mujtahid dalam bidang hukum dan akidah agama #slam. &aksuda perintah llah yaitu syariat dan agama-3ya. ;asulullah saw. memberitakan bahwa pr!ses kebenaran tetap berlangsung hingga mendekati akhir dunia dan terjadinya kiamat. Eang dimaksud dengan ijtihad dalam bidang akidah adalah menampakkan kebenaran dan agama.

3abi saw. menetapkan banyak ijtihad dari para sahabat ra. dalam memahami nas-nas atau maksud dari nas tersebut serta yang tidak ada nasnya.

dapun dalil dari analisa akal yaitu bahwa llah swt. mengakhiri kerasulan dan syariat-syariat dengan syariat yang dibawa !leh &uhammad saw. yang menjadikan kerasulannya tetap bagi setiap waktu dan ruang. 3as-nas agama terbatas, tidak menyebut kasus-kasus manusia yang tidak ditemukan atau urusan hamba yang terbaru maka wajib mengetahui terhadap hukum-hukum yang terbaru dengan cara ijtihad dengan mengiyaskannya demi mencapai kemaslahatan yang dijadikan tujuan !leh agama. 7anpa hal tersebut syariat menjadi beku dan tidak berkembang. &aka tidak menjadi salih bagi segala waktu dan ruang.

a'a9 Ijtihad

(24)



2ertama #jtihad dalam memahami nas-nas untuk diamalkannya, ini wajib bagi setiap mujtahid. Secara khusus apabila nas itu umum, mujmal  ataupun mut}laq. Kalau umum dikhususkan, mujmal dirinci dan mut}laq dimukayyadkan.

Kedua #jtihad dengan cara "iyas atau rakyu (bi al-ra’y ). #ni tidak b!leh disandarkan kecuali setelah kita temukan hukum masalah yang dicari dengan suatu pengetahuan dari al-urAan, sunah dan ijmak. tau seperti yang diungkapkan !leh #bn al-ayyim Sesuatu yang dilihat !leh hati setelah ber@kir dan mencari pengetahuan yang benar yang bertentangan dengan hawa nasu. #jtihad dengan rakyu (bi al-ra’y ) terjadi ketika tidak ada nas, dan bentuk penjelasannya sebagai berikut8

2ertama, hukum-hukum praktis yang disandarkan kepada nas-nas  z}anni>al-wuru>d. #ni merupakan lapangan ijtihad dalam batas pembahasan dan cara sampainya kepada kita serta tingkat periwayatnya adil, kuat, terpercaya dan kejujuran. Hleh karena itu, kemampuan mujathid berbeda sesuai dengan dalil.

bu %aniah memberikan syarat pada hadis harus masyhur di tangan !rang terpercaya, serta tidak periwayat tidak mengamalkan yang kebalikan dari apa yang diriwayatkannya.  7idak menjadi bencana umum (‘umu>m al-balwa>). Kadang-kadang ia meninggalkan "iyas karena darurat atau mengambil dasar yang umum atau "iyas yang paling kuat dan itu dinamakan istih}sa>n.

Kedua, hukum praktis yang disandarkan pada nas-nas  z}anni> al-dila>lah.

(25)

0

#ni merupakan lapangan ijtihad dalam batas memahami nas-nas dan tidak keluar dari kisarannya. #jtihad tersebut membahas untuk mengetahui makna yang dikandung !leh nas dari segi penasirannya, penakwilannya, kekuatan dila>lahnya terhadap makna, keselamatannya dari pertentangan ataupun bertentangan yang berpengaruh terhadap nasakh, ta"yi>d, takhs}i>s, nas yang kuat, serata yang masuk dan tidak masuknya dalam hal-hal yang parsial ( juz’iya>t )

Ketiga, hukum-hukum yang menunjukkan nas-nas pada dasarnya tidak secara qat}‘i> dan tidak secara z}anni>  serta tidak meyakini ijmak para mujtahid pada suatu masa.

Oapangan ijtihad di sini luas untuk mengeluarkan hukum-hukum pada kasus-kasus baru. Oapangan ijtihad yaitu mencari hukumnya dengan dalil akal dari sumber yang diikutinya yaitu nas 7uhan seperti "iyas yang merupakan ragam bentuk ijtihad menurut jumhur dalam keadaan ada nas hingga #mam Sya@i mengatakan bahwa ijtihad adalah "iyas, atau seperti istih}sa>n! al-mas}lah}at al-mursalah! al-‘urf! al-istis}h}a>b dan semacamnya dari dalil yang diperselisihkan.

#mam al-Sya>t}ibi> mengatakan tidak tetap bagi agama sebuah kaidah yang dibutuhkan dalam kebutuhan primer (d}aru>riya>t ), sekunder (h}a>jiya>t ) dan penyempurna (takmi>liya>t ) kecuali dijelaskan dalam bentuk penjelasan. Ietul, tetap dipakai hal-hal yang parsial dalam hal uni6ersal yang diwakilkan kepada analisa mujtahid. Kaidah ijtihad juga statis dalam al-urAan dan sunah, maka harus diamalkan dan tidak

(26)

5

meninggalkan lebih jauh. pabila statis dalam syariat maka menjadi lapangan berijtihad. 7idak ditemukan untuk berijtihad kecuali yang tidak ada nasnya.

Keempat, ijtihad pada maqa>s}id syari>‘ah. #mam al-Sya>t}ibi> berkata tentang itu bahwa mujtahid hanya meluaskan lapangan ijtihadnya dengan memberikan ilat-ilat. Kalau tidak mendatangkan pelaksanaan hukum yang sesuai dengan kemaslahatan kecuali dengan nas dan ijmak. 3as-nas apabila diambil ke/ahirannya dan har@yahnya saja maka sempit. pabila diambil dengan ilat-ilatnya dan tujuan-tujuannya maka sesuai yang dapat membuka bab "iyas, hukum tetap dalam merealisasikan maksud-maksud 7uhan dalam mendatangkan kemaslahatan dan men!lak kemudarata.

;ingkasan dari hal tersebut adalah bahwa ijtihad bi al-ra’y  terjadi ketika tidak ada nas yang statis secara qat}‘i s\ubu>t  dala>lah. ;inciannya Iisa dengan ukaha mengeluarkan hukum yang terbaru dari kaidah umum yang datang dari al-urAan dan sunah. Iisa juga dengan meng"iyaskan masalah baru yang tidak ditemukan nas pada hukum-hukum cabang yang lain. Iisa pula dengan mujtahid menanggung r!h syariat, maksudnya yang umum dan asas perundang-undangan syariat #slam yaitu kemudahan, menghilangkan kesulitan, menyedikitkan pembebanan dan menegakkan keadilan.

:;a(at Ijtihad

$alam lapangan ijtihad, istinba>t  hukum agama dari sumbernya yang asli dituntut bagi !rang yang mendalaminya.

(27)



%al tersebut memiliki syarat seperti yang disebutkan !leh ukaha sebagai berikut

1. &ahir (ahli) dalam mengetahui dalil-dalil syariat yaitu al-urAan, sunah, ijmak dan "iyas serta yang serupa dari dalil yang lain seperti al-mas}lah}at al-mursalah! al-istih}sa>n! khabar  wa>h}id! qaul al-s}ah}abi>! al-‘urf serta mengetahui yang disyaratkan pada dalil dari segi bentuk dala>lahnya.

. &engetahui ulum al-urAan, hadis, na>sikh mansu>kh, ilmu nahwu, bahasa dan ilmu sara, perbedaan dan kesepakatan ulama.

. &engetahui ilmu @kih dan menguasai p!k!k permasalahan dan cabng-cabangnya.

0. %ukum-hukum agama dalam akalnya. 7idak disyaratkan ia sebagai penghapal seluruh hukum tetapi cukup menghapal hukum yang umum dari sebagiannya ketika dibutuhkan.

5. &empertahtikan cara pengkiyasan dan pemaknaan. &enyempurnakan pada takhrij dan istinba>t} hukum, ahli dalam menyamakan yang tidak ada nasnya sesuai dengan yang dijadikan nas !leh para imam mujtahid.

Iarang siapa yang memiliki siat-siat tersebut maka ia mampu untuk meng-istinba>t} hukum dari sumbernya dan menjadi mujtahid dalam agama. 2elaksanaanya merupaka ardu kiayah.

%ukum yang bersiat ijtihadi merupakan hukum yang bersiat  z}anni> bisa salah dan benar. 7idak ada siat yang seharusnya (ilza>m) kecuali bagi mujtahid dan bagi yang rela

(28)

B

pengucapannya yaitu menyalahi perbedaan pendapat disekitarnya. 2erbedaan antara ukaha merupakan hal yang alami dalam menyelesaikan hukum-hukum masalah ijtihadiyah. Hleh karena itu, ;asulullah saw. melatih para sahabat untuk berijtihad dan istinba>t} hukum yang tidak ada nasnya secara statis untuk menjadikan syariat #slam memberikan penerangan yang abadi dan salih untuk memberikan kemaslahatan hamba.

&ujtahid berpegang dalam ber-istinba>t} hukum agar sah ijtihadnya harus memiliki hal sebagai berikut

1. &engetahui dalil-dalil al-sam‘iyah(al-urAan dan sunah) yang penakwilannya kepada al-urAan, sunah, ijmak serta sumber yang diperselisihkan ulama.

. 2enguatan dari petunjuk laal dalam bahasa rab dan dalam penggunaan balagah. 2etunjuk laal (dala>lah) tersebut dengan mant}u>", mahu>m, ma:"u>l, "iyas serta jenis istidla>l yang diperselisihkan !leh para imam.

. &ampu untuk menimbang antara dalil serta memilih yang paling rajih dan yang kuat.

&engetahui dalil-dalil al-sam‘iyah! penguatan dari dala>lah kebahasaan dan mampu menimbang dan mentarjih antara dalil merupakan unsur-unsur yang harus dimiliki !leh mujtahid untuk membentuk pentingnya ijtihad dan istinba>t}, memberikan hukum terhadup kasus dalam hidup. $alil-dalil al-sam‘iyah! met!de penguatan dari makna serta penguatan di antaranya adalah sesuatu yang dibahas !leh ilmu usul dan ijtihad.

(29)

C

Seharusnya bagi akih dan !rang berilmu apabila ingin menjadi mujtahid dari pengetahuan tentang al-urAan misalnya "iraatnya dan na>sikh mansu>k nya, mengetahui sunah dan mustalahatnya, tingkatannya, p!sisinya dari al-urAan, harus mengetahui ilmu usul dan bahasa, pendapat ukaha, sebab perbedaan ukaha, met!de istidla>l dari dalil al-sam:iyah (al-urAan dan sunah) dan aqliyah ("iyas dan lain-lain) serta maqa>s}id al-syari>‘ah.

#bn al-ayyim menyebutkan bahwa #mam Sya@i ra. berkata dalam riwayat al-Khat}i>b dalam kitabnya faqi>h wa al-mutafaqqih 7idak halal bagi sese!rang untuk mematwakan pada agama llah kecuali se!rang yang bijaksanaPmenguasai (a>rif ) al-urAan, menguasai hadis ;asulullah saw, mengetahui hadis seperti ia mengetahui al-urAan, menguasai syair dan sesuatu yang dibutuhkan demi sunah dan al-urAan. 2enggunaan hal tersebut dengan kesadaran dan setelahnya terhadap perbedaan para ahli. pabila dengan begitu maka b!leh baginya berbicara dan memberi atwa dalam masalah halal dan haram. pabila tidak memiliki siat demikian tidak b!leh baginya memberikan atwa, maka tidak sah terhadap k!ndisi begitu untuk berijtihad dan atwa selama tidak ada seluruh syarat-syarat ijtihad. 7idak menjadi syarat-syarat menguasai @kih atau beribu-ribu pada masalah @kih, atau menghapal kumpulan hadis-hadis lalu dianggap sebagai mujtahid.

(30)

F

$i antara cabang kaidah tersebut bahwa hakim kalau menetapkan tidak sah rujuknya istri dalam talam raj‘i>  tanpa keridaannya tidak memadai keputusan itu karena bertentangan dengan @rman llah swt. dalam al-Ia"arah C.

Kalau hakim menetapkan halal wanita yang tertalak tiga dengan hanya akad nikah yang kedua maka tidak memadai hukumnya karena hadis bertentangan dengannya.

#<:I&=>?

Suatu kasus yang telah ditetapkan hukumnya melalui ijtihad (dengan syarat-syarat yang telah ditentukan dalam

(31)

G

berijtihad) dan hukum tersebut telah diamalkan, tidak bisa dibatalkan !leh ijitihad lain (baru) yang berbeda hukumnya dari ijtihad pertama. Iaik !leh mujtahid yang sama atau mujtahid yang lain. %al ini dikarenakan akan munculnya suatu hukum yang tidak stabil dan tidak akan ada keputusan hukum pada masalah yang terjadi andai dib!lehkan membatalkan hasil ijtihad yang telah dilakukan para mujtahid.

Selain itu, k!nsep tarjih tidak berlaku disini, sebab hasil ijtihad pertama maupun kedua adalah sama kedudukannya, tidak ada yang lebih tinggi, kerena keduanya berisiat d/!nni. +ntuk itu, se!rang mujtahid yang melakukan ijtihad pada satu permasalahan, kemudian ia berijtihad lagi dengan simpulan keputusan hukum yang berbeda dari yang pertama, maka ijtihad tersebut tidak membatalkan pada ijtihad yan pertama, sekalipun yang kedua lebih kuat argumennya, namun begitu, hanya ijithad yang kedua yang harus di amalkan. $emikian juga mujtahid yang lain, ia tidak bisa membatalkan hasil ijtihad mujtahid lain, sebab ia harus mengh!rmati hasil ijtihad yang dilakukan para mujtahid lain.

da empat hal yang perlu diperhatikan, pertama, ijtihad antara kasus lama yang telah di amalkan hukumnya dengan kasus baru yang serupa (tidak satu kasus), maka hasil ijtihad

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang Mengingat Memperhatikan Menetapkan Pertama Kedua Ketiga Keempat Kelima SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK Nomor : 4205 lPLl6lDT 12013 Tentang REVISI

Menimbang Mengingat Memperhatikan Menetapkan Pertama Kedua Ketiga Keempat SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK NOMOR : 0622lPL16lDT 12015 Tentang PEITIBIMBING

Menimbang Mengingat Memperhatikan Menetapkan Pertama Kedua Ketiga Keempat SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK NOMOR : 4185/P116/0T12014 Tentang PANITIA

Menetapkan ; Pertama Kedua Ketiga Keempat MEMUTUSKAN : KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS TENTANG KONSULEN LAPORAN JAGA PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER

Menimbang Mengingat Memperhatikan : Menetapkan Pertama Kedua Ketiga Keempat SURAT KEPUTUSAN OIREKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK NOMOR : 0888 /P116/DT12012 Tentang PANITIA

lvlenimbang Mengingat Memoerhatikan Menetapkan Pertama Kedua Ketiga Keempat SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR POLITEKNlK NEGERI PONTIANAK NOMOR : 1?46 lPL16lDTl2011 Tentang PANITIA

Menimbang Mengingat Memperhatikan Menetapkan Pertama Kedua Ketiga Keempat SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR POLITEKNIK NEGERl PONTIANAK NOMOR : 1148 /0116/KM12011 Tentang PANITIA

Menimbang Mengingat Memperhatikan Menetapkan Pertama Kedua Ketiga Keempat SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK NOMOR : 1992/PLl6lDTl20ll Tentang PEMBIMBING KERJA