• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Lahan Rawa Pasang Surut. sudah dikenal masyarakat. Perbedaannya menyangkut kesuburan tanah, sumber

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Lahan Rawa Pasang Surut. sudah dikenal masyarakat. Perbedaannya menyangkut kesuburan tanah, sumber"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Sifat dan Ciri Lahan Rawa Pasang Surut

Lahan pasang surut berbeda dengan lahan irigasi atau lahan kering yang sudah dikenal masyarakat. Perbedaannya menyangkut kesuburan tanah, sumber air tersedia, dan teknik pengelolaannya. Lahan ini tersedia sangat luas dan dapat dimanfaatkan untuk usaha pertanian. Hasil yang diperoleh sangat tergantung kepada cara pengelolaannya. Untuk itu, petani perlu memahami sifat dan kondisi tanah dan air di lahan pasang surut. Sifat tanah dan air yang perlu dipahami di lahan pasang surut ini berkaitan dengan: tanah sulfat masam dengan senyawa piritnya tanah gambut, air pasang besar dan kecil kedalaman air tanah, kemasaman air yang menggenangi lahan (Adhi, dkk, 1997).

Dalam pengembangan lahan rawa pasang surut yang sering ditakuti ialah munculnya tanah sulfat masam sebagai akibat pengatusan. Tidak diperlukan waktu lama untuk membuang senyawa sulfat masam dari daerah perakaran tanaman. Teknik reklamasi yang terbukti efektif ialah pembuatan surjan dan penggelontoran dengan aliran air surut. Penggelontoran lebih baik bila menggunakan air payau. Air payau berguna untuk menaikkan kejenuhan basa tanah dan mengekstraksi Al. Dalam tanah sulfat masam kejenuhan Al sering meninggi sejalan dengan kemajuan pelapukan sulfat masam. Dengan demikian penggelontoran dengan air payau dapat lebih cepat menurunkan kejenuhan Al. Pirit yang ada dalam endapan anaerob rawa pasang surut di Indonesia kebanyakan terbentuk pada lingkungan marin. Pirit demikian bersifat lebih reaktif, sehingga

(2)

suatu cadangan yang besar pun dapat dihabiskan dalam waktu yang tidak lama (Notohadiprawiro, 2006).

Peranan Kascing Terhadap Sifat Fisika dan Kimia Tanah

Kascing yaitu tanah bekas pemeliharaan cacing merupakan produk samping dari budidaya cacing tanah yang berupa pupuk organik sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah. Kascing mengandung berbagai bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yaitu suatu hormon seperti giberellin, sitokinin dan auxin, serta mengandung unsur hara (N, P, K, Mg dan Ca) serta Azotobacter sp yang merupakan bakteri penambat N non-simbiotik yang akan membantu memperkaya unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman. Dengan pemberian kascing maka diasumsikan mineral dan mikroorganisme yang dapat menyuburkan tanah bertambah sehingga dengan adanya kandungan hara yang tinggi disertai fitohormon tinggi tanaman dapat tumbuh lebih baik dan pertumbuhan vegetatif akan lebih baik pula. Tanaman yang diberi fitohormon mendorong ukuran tanaman menjadi lebih tinggi karena terjadi pembelahan sel yang lebih banyak dan pengembangan jaringan meristem pada ujung batang dan pada interkalar yang lebih baik (Krishnawati, 2003).

Kascing adalah pupuk organik yang melibatkan cacing tanah dalam proses penguraian atau dekomposisi bahan organik. Proses pengomposan dengan melibatkan cacing tanah tersebut dikenal dengan istilah vermi-composting. Sementara hasil akhirnya disebut kascing (bekas cacing). Kascing mengandung partikel-partikel kecil dari bahan organik yang dimakan cacing, dan kemudian

(3)

dikeluarkan lagi dalam bentuk kotoran. Selain kaya unsur hara makro dan mikro, kascing juga memiliki nilai C/N kurang dari 20, sehingga layak dipakai sebagai pupuk. Keunggulan lain dari kascing ialah mampu menggemburkan dan mengembalikan kesuburan tanah-tanah marjinal, seperti tanah kering dan miskin hara (Redaksi Agromedia, 2007).

Penggunaan casting atau kotoran cacing tanah untuk tanaman pot dapat

dipergunakan casting dengan campuran tanah, dengan casting antara 25-75 persen. Hasil yang terbaik adalah campuran sekitar 50 persen, walaupun hal

ini banyak dipengaruhi oleh kualitas tanah yang dipergunakan. Casting mengandung Calsium 40%, Magnesium 204%, Nitrogen 366%, Fosfor 644% dan Kalium 1019%, lebih tinggi yang dikandung tanah biasa. Semua unsur ini siap

diserap oleh tanaman, dan sangat diperlukan tanaman untuk pertumbuhannya (Simanjuntak dan Walujo, 1982).

Aktivitas cacing tanah ini secara konstan dapat meningkatkan pH pada tanah asam. Ini karena, cacing dapat mengeluarkan kapur dalam bentuk kalsium karbonat (CaCO3) atau dolomit pada lapisan di bawah permukaan tanah. Cacing juga dapat menurunkan pH pada tanah yang berkadar garam tinggi. Selain perbaikan sifat kimia dan biologi tanah, pemberian kascing pada tanah dapat memperbaiki kondisi fisik tanah. Cacing mampu menggali lubang di sekitar permukaan tanah sampai kedalaman dua meter dan aktivitasnya meningkatkan kadar oksigen tanah sampai 30 persen, memperbesar pori-pori tanah, memudahkan pergerakan akar tanaman, serta meningkatkan kemampuan tanah untuk menyerap dan menyimpan air. Zat-zat organik dan fraksi liat yang

(4)

dihasilkan cacing bisa memperbaiki daya ikat antar partikel tanah sehingga menekan terjadinya proses pengikisan/erosi hingga 40 persen (Kartini, 2008).

Pupuk dari kotoran cacing mengandung hormon pertumbuhan tanaman, kaya unsur hara makro dan mikro, tidak mengandung racun, serta mampu menggemburkan tanah marjinal atau tanah kering dan miskin hara. Pemakaian pupuk kascing ini dapat memberikan manfaat antara lain meningkatkan produktivitas, mempercepat panen, merangsang pertumbuhan akar, batang dan daun, merangsang pertumbuhan bunga; menggemburkan dan menyuburkan tanah serta cocok sebagai media tanam. Penggunaan pupuk ini relatif sangat mudah. Untuk tanaman semusim, pupuk ini diberikan tiga kali setiap 45 hari.

Pemberiannya dengan cara ditaburkan ke dalam media tanam sebanyak 250-300 g/tanaman. Untuk tanaman tahunan, pupuk ini cukup diberi setiap tiga

bulan sekali dengan dosis 0,5-1 kg/tanaman (Lingga dan Marsono, 2007).

Lahan yang banyak mengandung cacing tanah akan menjadi subur, sebab kotoran cacing tanah yang bercampur dengan tanah atau bahan lainnya (kascing) telah siap untuk diserap akar tumbuh-tumbuhan. Dengan begitu merupakan bahan pupuk yang sangat baik bagi lahan pertanian. Cacing tanah juga berperan dalam memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah. Lubang-lubang cacing, kascing dan humus secara langsung menjadikan tanah gembur. Kegemburan tanah akan menjamin peredaran udara dalam tanah, sehingga memungkinkan pertumbuhan bakteri yang bersimbiose dengan berbagai jenis tanaman. Dengan demikian, tanah yang rusak dapat diperbaiki dan struktur fisik tanah juga dapat dipertahankan (Tim Penulis, 1993).

(5)

Kadar nutrien pupuk organik kascing adalah sangat baik apabila diaplikasikan ke dalam tanah akan mampu meningkatkan pH tanah serta mampu melepaskan beberapa unsur-unsur nutrisi yang terjerap, misalnya Al-P. Kandungan unsur hara pupuk kascing adalah N (1.99%), P (3.92%), K (0.69 %), S (0.92%), Cu (0.045 %) dan Fe (0.081 %) serta mengandung zat tumbuh (Auksin) yang mampu merangsang pertumbuhan akar dengan baik. Dengan kondisi seperti diatas maka pupuk kascing sangat baik diaplikasikan pada tanaman pangan maupun perkebunan (Aribawa dan Kariada, 2005).

Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Mulat (2003), pupuk dasar yang digunakan untuk tanaman cabai dapat berupa urea, TSP, dan KCl dengan

dosis masing-masing 250 kg/Ha (10 gram/pot), 350 kg/Ha (15 g/pot), dan 250 kg/Ha (10 gram/pot). Perlakuan yang diberikan adalah pemberian bahan

organik dalam 6 tingkatan dosis, yaitu 0,10 ton/ha (420 g/pot), 20 ton/ha (840 g/pot), 30 ton/ha (1260 g/pot), 40 ton/ha (1680 g/pot), 50 ton/ha (2100 g/pot). Jenis bahan organik yang digunakan berupa kotoran sapi dan

kascing. Ember-ember plastik diisi dengan 7,5 kg tanah (Mulat, 2003).

Selain asam humat, kascing mengandung kapasitas tukar kation (KTK) yang tinggi. Kapasitas tukar kation kascing adalah kemampuan tanah untuk memberi atau menerima kation, hara atau nutrisi tanaman. Kapasitas tukar kation kascing bervariasi dari 35 me/100 gram sampai 130 me/100 gram. Kapasitas tukar kation tanah lebih rendah daripada kapasitas tukar kation kascing. Dengan demikian, kascing dapat meningkatkan kesuburan tanah (Mulat, 2003).

(6)

Semakin tua umur kascing, nitrogen total dan nisbah C dan N cenderung turun. Kandungan N-total kascing pada minggu kedua adalah 2,06% turun menjadi 1,71% pada minggu ke-12. Nisbah C dan N turun dari minggu kedua sampai minggu ke-12 yakni dari 11,4 menjadi 9,1. Disamping itu, semakin lama umur kascing, semakin tinggi kandungan kalium dan natriumnya. Kalium kascing yang berumur 2 minggu sekitar 0,68% naik menjadi 0,96% pada umur 12 minggu. Natrium saat berumur 2 minggu naik sedikit sekali dari 0,08% dan ketika berumur 12 minggu menjadi 0,13% (Mulat, 2003).

Bobot buah dari tanaman tanpa diberi kascing paling rendah diantara tanaman lainnya. Hal ini membuktikan bahwa penambahan kotoran sapi dan kascing meningkatkan bobot basah buah cabai. Dosis 40-50 ton kascing/Ha mampu menghasilkan bobot buah yang maksimal. Hal ini berarti bahwa penambahan kascing pada dosis selanjutnya tidak menghasilkan peningkatan produksi buah (Mulat, 2003).

Dari hasil penelitian Nurmayani (2007) diketahui bahwa pemberian kascing dan limbah tembakau serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah setelah dua minggu inkubasi dan pada akhir masa vegetatif, namun secara umum menunjukkan terjadinya peningkatan pH tanah.

Dari hasil penelitian Purba (2008) diketahui bahwa pemberian kascing setelah inkubasi 4 minggu berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah, KTK tanah, C-organik dan N-total tanah dan setelah panen berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah, KTK tanah, N-total tanah namun berpengaruh nyata terhadap C-organik.

(7)

Dari hasil penelitian Syafwan (2009) diketahui bahwa pemberian kascing dan zeolit setelah 2 minggu inkubasi dan setelah panen berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah Ultisol dan pemberian kascing setelah panen berpengaruh tidak nyata terhadap P-tersedia, C-organik dan N-total tanah.

Peranan Gipsum Terhadap Sifat Fisika dan Kimia Tanah

Gipsum menggantikan ion sodium dalam tanah dengan kalsium, dan sebagai akibatnya secara aktif membuang sodium dan meningkatkan perkolasi

tanah. Pilihan ini dapat diaplikasikan hanya ketika pH tanah lebih tinggi dari 8,5 (misalnya tanah sodik) dan jika cara mekanis sederhana tidak efektif

menghancurkan lapisan padat liat/debu (Yosepa, dkk, 2006).

Untuk mengatasi masalah sodisitas diperlukan bahan amelioran seperti gipsum. Kebutuhan gipsum sangat tergantung pada kadar Na tertukar di dalam tanah. Penetapan sodium tertukar dan Kapasitas Tukar Kation (KTK) sangat membantu dalam estimasi jumlah amelioran. Tanah dengan kedalaman 0-30 cm mengandung Na tertukar 4 cmol (+) kg-1, KTK 10 cmol (+) kg-1, dengan demikian ESP sama dengan 40. Jika ESP ingin diturunkan menjadi 10, diperlukan untuk mengganti Na sebanyak 3 cmol (+) kg-1, sehingga diperlukan bahan amelioran pada level 3 cmol (+) kg-1 tanah (Subagyono, 2008).

Natrium dapat ditukar, yang tinggi jumlahnya harus diusir dengan Ca terlarut, dan dicuci dari daerah perakaran tanaman karena menghambat

pertumbuhan. Bubuk kapur atau gipsum dapat digunakan dalam pengapuran ini. Cara pemberiannya disertai dengan penggenangan tanah berupa air tawar melalui saluran khusus dari tempat yang lebih tinggi. Jadi penggunaan gipsum hanya

(8)

memungkinkan pada tanah lembab dan semacamnya, sedangkan pada lahan kering tindakan terbaik adalah menjaga agar permukaan air tanah tetap rendah, dan menanam tanaman yang tahan air asin (Kuswandi, 1993).

Anion yang tergabung dalam senyawa kapur harus juga dipertimbangkan. Umpamanya garam Ca dan Mg berasal dari asam kuat biasanya kurang memuaskan. Alasannya adalah sederhana. Kalau karena penukaran kation, hidrogen yang diadsorpsi diganti oleh kation logam dari garam seperti CaSO4, asam kuat dibebaskan dalam larutan tanah. Jadi meskipun jumlah kalsium aktif meningkat, pH larutan tanah yang sebenarnya dapat dikurangi. Karena itu garam seperti gipsum dan kalsium khlorida jarang dianjurkan sebagai bahan pengapuran. Garam tersebut hanya digunakan kalau banyak kalsium diperlukan dengan tidak meningkatkan pH (Buckman and Brady, 1982).

Sifat Fisika Tanah Permeabilitas Tanah

Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air. Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi dan dengan demikian, menurunkan laju air larian. Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya. Berarti suatu lapisan tanah berbutir kasar yang mengandung butiran-butiran halus memiliki harga k yang lebih rendah dan pada tanah ini koefisien permeabilitas merupakan fungsi angka pori. Kalau

(9)

tanahnya berlapis-lapis permeabilitas untuk aliran sejajar lebih besar dari pada permeabilitas untuk aliran tegak lurus. Lapisan permeabilitas lempung yang bercelah lebih besar dari pada lempung yang tidak bercelah (unfissured). Permeabilitas ini merupakan suatu ukuran kemudahan aliran melalui suatu media poreus (Pasaribu, 2004).

Contoh tanah yang diambil dari pot dengan ring sampler direndam dalam baki perendam berisi air 3 cm dari dasar baki selama 24 jam. Setelah perendaman selesai, contoh tanah yang sudah jenuh air dengan ringnya dipindahkan ke alat pengukur permeabilitas atau unit permeameter kemudian dialiri air. Pengukuran jumlah air yang tertampung pertama dilakukan selama 6 jam, selanjutnya setiap hari sampai 4 kali pengukuran. Terakhir diamati volume air yang telah keluar setelah melalui masa tanah selama 1 jam lagi. Setelah itu diambil ratarata dari keenam pengukuran itu dan disesuaikan dengan Kelas Permeabilitas Tanahnya.

Perhitungan permeabilitas tanah diperoleh dari rumus: Permeabilitas (K) = Q/ t X l/A X 1/A (cm/jam); dimana : Q = banyaknya air

yang mengalir pada setiap pengukuran (ml), t = waktu pengukuran (jam), l = tebal contoh tanah (cm), h = tinggi permukaan air dari permukaan contoh tanah (cm) A = luas permukaan contoh tanah (cm2) (Adianto, dkk, 2004).

Permeabilitas tanah dapat ditentukan dengan melihat faktor lereng dan tekstur tanah. Semakin besar kemiringan lereng dan semakin kasar tekstur tanah maka permeabilitas akan semakin cepat (Cahyo, 2001).

Kemampuan tanah melewatkan air (Permeabilitas tanah) erat kaitannya dengan ion-ion dapat tukar yang ada dalam larutan tanah, seperti tingginya kadar Na yang ada dalam larutan tanah dapat menyebabkan tanah terdispersi, sehingga

(10)

permeabilitas tanah berkurang. Menurut Mariana (1991), menyatakan bahwa kation bervalensi dua (Ca2+) cenderung memperbesar atau memperbaiki permeabilitas tanah (dari 8,53.10-3 cm/detik menjadi 6,30.10-2 cm/detik) sedangkan kation bervalensi satu (Na+) dapat menurunkan permeabilitas tanah (dari 8,53.10-3 cm/detik menjadi 1,83.10-3 cm/detik). Meningkatnya permeabilitas tanah disebabkan karena jika pada titik pertama awal pengambilan sampel tempatnya dekat dengan sungai maka ada kemungkinan karena terjadinya pasang surut air laut yang masih mempengaruhi daerah yang dekat dengan sungai tersebut, sehingga selalu tergenang dan menyebabkan terjadinya pengendapan yang membuat pori-pori tanah tertutup dan permeabilitas tanah akhirnya menjadi sangat rendah (Tutty, 2008).

Indeks Plastisitas Tanah

Plastisitas adalah kemampuan tanah menyesuaikan perubahan bentuk pada volume konstan tanpa retak-retak atau remuk. Bergantung pada kadar air, tanah dapat berbentuk cair, plastis, semi padat, atau padat. Kedudukan fisik tanah berbutir halus pada kadar air tertentu disebut konsistensi. Atterberg, 1911 memberikan cara untuk menggambarkan batas konsistensi dari tanah berbutir halus dengan mempertimbangkan kandungan kadar airnya. Batas-batas tersebut adalah batas cair (liquid limit), batas plastis (plastic limit), dan batas susut (shrinkage limit). Menurut Atterberg, 1911 tingkat plastisitas tanah dibagi dalam 4 tingkatan berdasarkan nilai indeks plastisitasnya yang ada dalam selang antara 0 % dan 17 % (Wiqoyah, 2006).

(11)

Batas cair tanah adalah kandungan lengas maksimum suatu massa tanah yang tidak menyebabkan mengalir jika dikenai tekanan. Batas cair ini kira-kira setara dengan kakas menahan air. Tanah-tanah yang mempunyai batas cair tinggi akan mempunyai kakas menahan air yang tinggi. Tanah yang berada pada batas cairnya mempunyai kandungan air tertinggi yang dapat digunakan tanaman. Batas plastis tanah adalah kelengasan minimum sebelum massa tanah menunjukkan gejala meretak, tapi tidak patah jika diuli diatas suatu alas berpermukaan rata. Indeks keplastisan tanah adalah selisih antara nilai batas cair dan batas plastis tanah, yang dihitung dengan persamaan:

Indeks keplastisan = Batas Cair – Batas Plastis (Poerwowidodo, 1992).

Dalam cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah ini metode penggelengan terdiri dari 2 prosedur yaitu penggelengan menggunakan telapak tangan dan penggelengan menggunakan alat geleng batas cair (sebagai prosedur alternatif). Batas cair (liquid limit/LL) adalah kadar air ketika sifat tanah pada batas dari keadaan cair menjadi plastis. Batas plastis (plastic limit/PL) merupakan batas terendah kondisi kadar air ketika tanah masih pada kondisi plastis. Indeks plastisitas (plasticity index/PI) adalah selisih antara batas cair tanah dan batas plastis tanah. Indeks plastisitas (PI) = batas cair (LL) – batas plastis (PL) a) jika batas cair atau batas plastis tidak dapat ditentukan, indeks plastisitas

dinyatakan dengan: NP (non plastis);

b) jika batas plastis sama atau lebih besar dari batas cair, indeks plastisitas dinyatakan juga dengan: NP (non plastis).

(12)

Kadar air dinyatakan dalam persen, dari tanah yang dibutuhkan untuk menutup goresan yang berjarak 0,5 in (12,7 mm) sepanjang dasar contoh tanah di dalam mangkok (lihat gambar 2.3c dan 2.3d) sesudah 25 pukulan didefinisikan sebagai batas cair (liquid limit). Batas plastis didefinisikan sebagai kadar air, dinyatakan dalam persen, dimana tanah apabila digulung sampai dengan diameter 1/8 in (3,2 mm) menjadi retak-retak. Batas plastis adalah batas terendah dari tingkat keplastisan suatu tanah. Indeks Plastisitas (plasticity index (PI)) adalah perbedaan antara batas cair dan batas plastis suatu tanah (http://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/.doc, 2008).

Plastisitas (plasticity) adalah derajat kohesi tanah atau kemampuan tanah berubah di bawah pengaruh tekanan dan meninggalkan bentuk setelah tekanan dihentikan. Plastisitas ditentukan dengan cara menggulung tanah dengan tangan sampai terbentuk suatu benang atau semacam kawat berdiameter ±3 cm.

Berikut cara penetapan plastisitas tanah di lapangan:

Kelas dan penjelasan cara penetapan plastisitas tanah di lapangan. Plastisitas Penjelasan

Tidak plastis Apabila dibentuk dengan 4 cm panjang dan 6 mm tebal, dipegang ujungnya, bentuk tersebut akan hancur.

Agak plastis Lempeng 4 cm panjang dan 6 mm tebal dapat dibentuk, dipegang pada ujungnya masih dapat terbentuk, tetapi bila tebalnya dibuat 4 mm bentuk tersebut akan hancur.

Plastis Lempeng 4 cm panjang dan 4 mm tebal dapat terbentuk dan kalau dipegang pada ujungnya bentuk tersebut tidak rusak. Apabila tebalnya menjadi 2 mm, bentuk tersebut akan rusak Sangat plastis Lempeng 4 cm panjang dan 2 mm tebal dapat terbentuk, bila

dipegang pada ujungnya tidak akan rusak bentuknya.

(13)

Untuk penyiapan tanah, kisaran jangka olah merupakan hal yang sangat penting. Tanah yang baik harus mudah diolah pada kondisi lengas yang cukup lebar tanpa menimbulkan masalah dalam pengolahan maupun pengaruhnya terhadap tanah yang diolah.

Harkat Plastisitas (BC-BG) % Kisaran (BL-BG) % Kisaran (BC-BBW) % Tekstur

Sangat rendah 0-5 1-3 <20 Ringan

Rendah 6-10 4-8 21-30 Ringan

Sedang 11-17 9-15 31-45 Ringan

Tinggi 18-30 16-25 46-60 Berat

Sangat Tinggi 31-43 36-40 61-100 Berat

Luar Biasa Tinggi >43 >40 >100 Sangat Berat (Sutanto, 2005).

Dari hasil penelitian Silaban (1998) diketahui bahwa perlakuan teknik pengendalian alang-alang berpengaruh nyata terhadap indeks plastisitas tanah. Sedangkan perlakuan pemupukan dan interaksi kedua faktor perlakuan tidak berpengaruh nyata. Bahan organik yang telah terdekomposisi menyumbang muatan negatif terhadap kation liat sehingga koloid liat akan netral. Oleh sebab itu, koloid liatnya akan berkurang, sehingga sifat plastis juga berkurang.

Sifat Kima Tanah pH Tanah

Reaksi Tanah merupakan ukuran keasamaan dan kebasaan larutan tanah, pH = - log (H+). pH tanah merupakan indikator pelapukan tanah, kandungan

mineral dalam batuan induk, lama waktu dan intensitas pelapukan, terutama

pelindihan kation-kation basa dari tanah. Tanah asam banyak mengandung H yang dapat ditukar, sedang tanah alkalis banyak mengandung basa dapat ditukar

(14)

unsur-unsur hara seperti besi, copper, fosfor, Zn, dan hara lainnya serta substansi toksik (Al3+, Pb2+) dikontrol oleh pH. Kandungan Al3+, Pb2+ akan berpengaruh sedikit bagi pertumbuhan tanaman pada tanah alkali calcareous tapi akan sangat serius pada tanah asam. Nutrient seperti P banyak tersedia (optimum) pada pH asam sampai netral, dan akan sedikit pada pH dibawah atau diatas nilai optimum tersebut (Agus, 2008).

Keasaman (pH) tanah diukur dengan nisbah tanah : air 1 : 2,5 (10 g tanah dilarutkan dengan 25 ml air) dan ditulis dengan pH2,5 (H2O). Di beberapa laboratorium, pengukuran pH tanah dilakukan dengan perbandingan

tanah dan air 1 : 1 atau 1 : 5. Pengukuran pada nisbah ini agak berbeda dengan pengukuran pH2,5 karena pengaruh pengenceran terhadap konsentrasi ion H. Untuk tujuan tertentu, misalnya pengukuran pH tanah basa, dilakukan terhadap pasta jenuh air. Hasil pengukuran selalu lebih rendah daripada pH2,5 karena lebih kental dan konsentrasi ion H+ lebih tinggi (Viklund, 2009).

Faktor lain yang mempengaruhi pH tanah ada hubungannya dengan jumlah perbandingan basa khusus yang ada dalam kompleks koloida. Tanah jenuh dengan natrium mempunyai nilai pH lebih tinggi daripada yang didominasi oleh Ca dan Mg. Jadi pada persentase kejenuhan basa, katakan 90, adanya ion-ion Ca, Mg, K, dan Na dengan perbandingan 10-3-1-1 mengasilkan nilai pH yang lebih rendah daripada jika perbandingannya 4-1-1-9. Pada kejadian yang pertama kalsium dominan, pada keadaan kedua kita mempunyai tanah dengan kompleks natrium-kalsium didominasi oleh natrium (Buckman and Brady, 1982).

(15)

C-organik

Karbon merupakan bahan organik yang utama. Karbon ditangkap tanaman berasal dari CO2 udara. Kemudian bahan organik didekomposisikan kembali dan membebaskan sejumlah karbon. Pengaruh bahan organik pada ciri fisika tanah : a. Kemampuan menahan air meningkat

b. Warna tanah menjadi cokelat hingga hitam

c. Merangsang granulasi agregat dan memantapkannya

d. Menurunkan plastisitas, kohesi dan sifat buruk lainnya dari liat Pengaruh bahan organik pada kimia tanah:

a. Meningkatkan daya jerap dak Kapasitas Tukar Kation b. Kation yang mudah dipertukarkan meningkat

c. Unsur N,P,S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali

d. Pelarutan sejumlah unsur hara dari mineral oleh asam humus (Hakim, dkk, 1986).

Daya Hantar Listrik (DHL)

Konduktivitas atau daya hantar listrik dan salinitas atau konsentrasi garam kascing juga menurun, setelah 12 minggu. Konduktivitas pada minggu kedua adalah 2,05, turun menjadi 0,80 Ms/CM. Salinitas turun dari 1,31 pada minggu kedua menjadi 0,51 pada minggu ke-12. Penurunan salinitas ini membuktikan bahwa kascing cocok sebagai bahan penyubur tanah dan media tanam, tanpa menyebabkan keracunan (Mulat, 2003).

(16)

Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Kapasitas Tukar Kation (KTK) suatu tanah dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan kation. Mudah tidaknya kation-kation tersebut dapat digantikan oleh ion H+ dari akar tergantung pada kejenuhan kation tersebut di kompleks jerapan. Kejenuhan suatu kation adalah perbandingan kation tersebut dengan seluruh kation terjerap (KTK). Suatu tanah yang mengandung KTK tinggi memerlukan pemupukan kation tertentu dalam jumlah banyak agar dapat tersedia bagi tanaman. Bila diberikan dalam jumlah sedikit maka ia kurang tersedia bagi tanaman karena lebih banyak terjerap. Sebaliknya pada tanah-tanah ber-KTK rendah, pemupukan kation tertentu tidak boleh banyak karena mudah tercuci bila diberikan dalam jumlah berlebihan. Pemupukan kation dalam jumlah banyak pada tanah ber-KTK rendah adalah tidak efisien (Hakim, dkk, 1986).

Natrium dapat ditukar (Na-dd)

Natrium dapat diserap dalam bentuk ion Na. Natrium bukan merupakan unsur hara tanaman yang penting. Walaupun dalam tanaman tidak mengandung Na, tanaman tidak menunjukkan adanya gangguan metabolisme. Tanaman selalu mengandung unsur Na dalam konsentrasi yang berbeda-beda. Natrium sering berpengaruh terhadap kualitas produksi, baik yang bersifat positif maupun negatif.

Keberadaan garam dalam tanah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Kadar garam Harkat

< 4 (mmhos/cm) Bebas garam 4-8 (mmhos/cm) Sedikit bergaram

8-16 (mmhos/cm) Bergaram

> 16 (mmhos/cm) Sangat bergaram (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

(17)

Tanaman Cabai (Capsicum annum, L)

Cabai dapat hidup pada daerah yang memiliki ketinggian antara 0-1.200 m dpl. Berarti tanaman ini toleran terhadap dataran tinggi maupun dataran

rendah. Jenis tanah yang ringan ataupun yang berat tak ada masalah asalkan diolah dengan baik. Namun, untuk pertumbuhan dan produksi terbaik, sebaiknya ditanam pada tanah berstruktur remah atau gembur dan kaya bahan organik. Sedangkan pH tanah yang dikehendaki antara 6,0-7,0. Benih cabai dapat diperoleh dari buah yang tua yang bentuknya sempurna, tidak cacat, dan bebas hama-penyakit (Anonimous, 2005).

Cabai keriting memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan cabai merah lainnya. Bentuk fisiknya berkelok-kelok sehingga disebut cabai keriting. Cabai keriting mulai dipanen pertama kali pada umur 3-4 bulan. Dalam satu periode, panjang umur produktifnya hingga 4-5 bulan. Tanaman dapat berproduksi hingga umur 8-9 bulan. Puncak umur produktif terjadi saat tanaman berumur 6 bulan (Redaksi Trubus, 2008).

Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang diinginkan tanaman cabai adalah 6,0-7,0, tetapi akan lebih baik kalau pH tanahnya 6,5. Tanah harus berstruktur remah atau gembur. Walaupun demikian, cabai masih dapat ditanam di tanah lempung, tanah agak liat, tanah merah, maupun tanah hitam. Tanah yang demikian memang harus diolah terlebih dulu sebelum ditanami. Cabai juga dapat ditanam di dalam polibag. Media tanam dalam polibag dapat berupa campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos. Sebelum dicampurkan, tanah harus diayak dahulu. Hasil ayakan tanah inilah yang kemudian dicampurkan dengan pupuk

(18)

kandang atau kompos. Dosis pupuk kandang atau kompos adalah setiap satu bagian tanah ayakan dicampur dengan satu bagian pupuk (Setiadi, 2008).

Jenis-jenis hama yang banyak menyerang tanaman cabai antara lain kutu daun dan trips. Kutu daun menyerang tunas muda cabai secara bergerombol. Daun yang terserang akan mengerut dan melingkar. Serangan hama trips amat berbahaya bagi tanaman cabai, karena hama ini juga vektor pembawa virus keriting daun. Gejala serangannya berupa bercak-bercak putih di daun karena hama ini mengisap cairan daun tersebut. Bercak tersebut berubah menjadi kecokelatan dan mematikan daun. Serangan berat ditandai dengan keritingnya daun dan tunas. Daun menggulung dan sering timbul benjolan seperti tumor. Adapun jenis-jenis penyakit yang banyak menyerang cabai antara lain patek yang disebabkan oleh cendawan Colletotricum capsici dan Colletotricum piperatum, bercak daun (Cercospora capsici), dan yang cukup berbahaya ialah keriting daun (TMV, CMVm, dan virus lainnya). Bila tanaman diserang penyakit keriting daun

maka tanaman dicabut dan dibakar. Sedang pengendalian keriting daun secara kimia masih sangat sulit. Panen pertama cabai dataran rendah sudah dapat dilakukan pada umur 70-75 hari. Cabai yang sudah berwama merah

sebagaian berarti sudah dapat dipanen. Ada juga petani yang sengaja memanen cabainya pada saat masih muda (berwarna hijau). Kriteria panennya saat ukuran cabai sudah besar, tetapi masih berwama hijau penuh

Referensi

Dokumen terkait

Pemerintah telah menindaklanjuti saran-saran yang diajukan BPK, antara lain dengan: (1) menetapkan peraturan rekonsiliasi perpajakan; (2) membebankan PBB atas KKKS yang

Respon yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap dan minat siswa terhadap pembelajaran fisika setelah diterapkan Video Based Laboratory dalam model inkuiri

Konflik yang terjadi antara nelayan rawai dengan nelayan yang menggunakan jaring batu di perairan Bengkalis dua dekade belakangan ini disebabkan penambahan jumlah

sehingga timeworks tidak terjalin dengan baik dan ini akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Agar kepuasan kerja karyawan meningkat yang berdampak pada kinerja

Dengan demikian, buku ini dapat membantu siswa memahami materi yang diberikan guru.. Bagi guru, buku ini membantu dalam menyampaikan materi

Berdasarkan penjelasan Pasal 30 ayat (1) huruf d yang dimaksud dengan jaksa dapat melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu yang diatur oleh undang- undang ialah

Peserta didik dapat memahami apa itu gaya gesek kinetis Alat dan bahan.. 2) Dengarkan dengan baik dan teliti, pertanyaan/ persoalan yang disampaikan guru : “Jika benda dalam hal

Salah satu model regresi yang dapat digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel respon Y yang berupa data diskrit dengan variabel prediktor X berupa data