• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN PRAMUWISATA DI PURO MANGKUNEGARAN SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN PRAMUWISATA DI PURO MANGKUNEGARAN SURAKARTA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN PRAMUWISATA DI

PURO MANGKUNEGARAN SURAKARTA

A. Etika Dan Tata Cara Pemanduan Wisata Di Puro Mangkunegaran

Surakarta

1. Etika dan tata cara pemanduan wisata di Puro Mangkunegaran

menurut M. Ng. Joko Pramodyo :

Menurut M. Ng. Joko Pramodyo etika pemanduan wisata yang baik di Puro Mangkunegaran adalah mengacu pada dasar- dasar yang dicanangkan oleh pemerintah seperti “Sapta Pesona” atau sebutan dari tujuh unsur pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata di Indonesia yang terdiri dari; aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, kenangan. Ditambah dengan etika yang berkaitan dengan adat tradisi yg bisa diharapkan bahwa tamu bisa terakomodir, terlayani dengan baik tanpa melanggar tatanan atau etika yang sudah ada sehingga menimbulkan sebuah kenangan yang baik dan menumbuhkan rasa keinginan untuk kembali berkunjung ke Puro Mangkunegaran (Wawancara dengan Joko Pramodyo tanggal 10 April 2016).

a. Tips pemanduan wisatawan menurut Bapak Joko Pramodyo

Ketika akan melakukan pemanduan, seorang pemandu wisata harus memperhatikan teknik pemanduan, yang pertama yaitu mempersiapkan diri sendiri mulai dari penampilan harus menarik, gerak tubuh, bahasa, gaya penyampaian harus menarik, menguasai materi yang akan disampaikan.

(2)

Pemanduwisata juga harus mengetahui karakter tamu karena setiap tamu memiliki karakter yang berbeda sesuai dengan darimana asal wisatawan. Di sela- sela dalam penyampaian informasi, supaya wisatawan tidak jemu Pak Joko menambahkan gurauan yang tanpa menyimpang dari informasi sehingga dapat membuat wisatawan kembali memperhatikan ketika wisatawan mulai bosan, contoh gurauan yang berkaiatan dengan informasi misalnya tentang “Soko Guru” yang dikemas dengan cerita yang menarik “Yang konon katanya ketika kita bisa memeluk tiang Soko Guru maka doa yang dipanjatkan akan terkabulkan” cerita tersebut sebenarnya hanya mitos supaya wisawawan tertarik untuk menyimak informasi. Selain itu, jokes yang biasanya dapat menarik wisatawan adalah berkaitan dengan benda koleksi yang ada di museum yaitu Badong, yang dalam pemanduan selalu disampaikan bahwa “Badong adalah alat pelindung kelamin raja supaya tidak berbuat serong” pada dasarnya cerita tersebut dibuat dan

Gambar 17: Joko Pramodyo Selesai Pemanduan

(3)

dikemas supaya dapat menarik wisatawan, sebenarnya Badong adalah benda penemuan peninggalan pada jaman Hindu- Budha yang digunakan untuk meditasi (Wawancara dengan Joko Pramodyo tanggal 12 April 2016).

b. Tips melayani tamu grup menurut Bapak Joko Pramodyo

Setiap hari di Puro Mangkunegaran selalu didatangi wisatawan baik individu maupun kelompok.Teknik yang digunakan dalam membawa tamu antara individu maupun grup tentu saja berbeda. Berikut tips menangani wisatawan berbentuk grup menurut Bapak Joko Pramodyo; pertama kali yang dilakukan sebagai pemanduwisata yaitu memberitahu terlebih dahulu kalau didalam Mangkunegaran terdapat beberapa area yang tidak boleh dikunjungi oleh wisatawan seperti Bale Peni. Kemudian wisatawan diberi pengarahan bahwa ketika berada di Dalem Ageng wisatawan dilarang untuk mendokumentasikan apapun yang ada di Dalem Ageng dan ketika memasuki area Pendopo Agung alas kaki harus dilepas dan memberitahukan supaya pengunjung tetap menjaga etika yang baik selama berada di area Mangkunegaran. Ketika harus membawa wisatawan dengan jumlah cukup banyak maka biasanya Pak Joko menggunakan TOA sebagai pengeras suara karena rata- rata tamu grup yang dibawa oleh Pak Joko adalah tamu domestik dan Pak Joko lebih dominan membawa wisatawan domestik.

Untuk tetap menarik perhatian tamu grup yang dibawa oleh Bapak Joko biasanya beliau menyisipkan gurauan- gurauan yang berhubungan dengan informasi sehingga dapat membangkitkan minat wisatawan untuk terus menyimak informasi yang diberikan oleh Pak Joko (Wawancara dengan Joko Pramodyo tanggal 12 April 2016).

(4)

c. Tips melayani tamu lansia menurut Bapak Joko Paramodyo

Berbicara tentang jenis- jenis wisatawan dilihat dari segi umur maka wisatawan terdiri dari anak- anak, remaja, dewasa, dan lansia. Penanganan setiap jenis wisatawan memiliki perbedaan dan disini akan dijelaskan sedikit tips dalam menangani wisatawan lansia menurut Bapak Joko Pramodyo; yang paling utama adalah sangat pelan- pelan baik ketika menjelaskan informasi maupun cara berjalan selama berada di area, kemudian sebagai pemanduwisata ketika membawa tamu lansia harus lebih sabar karena biasanya orang yang sudah berumur lansia akan lebih rewel seperti anak kecil selain itu karakter tamu lansia domestik biasanya sangat tertarik dengan cerita sejarah atau jaman- jaman dahulu yang berkaitan dengan mistik dan sangat menyukai benda- benda koleksi peninggalan, disitu sebagai pemanduwisata harus bisa mengembangkan cerita supaya dapat menarik minat wisatawan lansia untuk selalu menyimak (Wawancara dengan Joko Pramodyo tanggal 12 April 2016).

d. Tips melayani tamu difabel menurut Bapak Joko Pramodyo

Setiap manusia pasti memiliki rasa ingin bergembira dengan berbagai cara tak sedikit orang yang mencari rasa gembira dengan cara berwisata berkunjung ke tempat yang sebelumnya belum pernah dikunjungi, bukan hanya orang yang mempunyai fisik normal, namun kaum difabel yang memiliki fisik kurang sempurna juga memiliki rasa ingin berwisata.

Selama menjadi pemanduwisata di Puro Mangkunegaran Bapak Joko pernah mendapati tamu dengan keadaan fisik yang kurang sempurna atau bisa juga disebut wisatawan difabel, namun tamu difabel yang berkunjung ke Puro Mangkunegaran biasanya anggota fisik yang kurang sempurna berada di kaki.

(5)

Cara menangani tamu dengan keadaan seperti itu adalah dengan melihat kondisi tamu tersebut ketika tamu tersebut sanggup berdiri sendiri biasanya selama berjalan tamu tersebut dipapah, namun ketika melihat kondisi wisatawan yang sudah tidak memungkinkan untuk berdiri sendiri biasanya tetap menggunakan kursi roda yang diangkat menuju tempat- tempat yang jumlah anak tangganya tidak terlalu banyak, karena di Puro Mangkunegaran terdapat banyak anak tangga yang menghubungkan dari area satu dengan yang lain dan belum di desain untuk wisatawan difabel (Wawancara dengan Joko Pramodyo tanggal 12 April 2016). e. Karakterisik wisatawan domestik yang berkunjung ke Puro Mangkunegaran:

 Wisatawan domestik yang berkunjung ke Mangkunegaran biasanya

menyukai cerita mitos

 Lebih suka untuk berfoto atau mengambil gambar Puro Mangkunegaran

 Lebih banyak bertanya tentang hal- hal yang berkaitan dengan silsilah keluarga Mangkunegara dan sering menanyakan hubungan antara Mangkunegaran dengan Keraton Kasunanan Surakarta dan Keraton Kasultanan Yogyakarta

 Sering bertanya tentang benda- benda koleksi

 Kurang fleksibel karena terkadang ketika wisatawan remaja terlalu banyak membawa benda yang berkaitan untuk dokumentasi seperti tongkat narsis (tongsis) (Wawancara dengan Joko Pramodyo tanggal 12 April 2016).

(6)

2. Etika dan tata cara pemanduan wisata di Puro Mangkunegaran

menurut M. Ng. Purwanto, SH, S.ST. Par.

Menurut M. Ng. Purwanto, SH, S.ST. Par. Pemanduan wisata yang baik di Puro Mangkunegaran adalah mampu menempatkan diri bahwa beliau selain menjadi pemanduwisata beliau juga menjadi abdi dalem di Mangkunegaran sehingga harus mampu menjunjung tinggi etika atau tata krama budaya Jawa, dengan beretika seperti itu wisatawan juga akan mengenal bagaimana budaya Jawa ( Wawancara dengan Purwanto tanggal 12 April 2016 ).

a. Tips pemanduan wisatawan menurut Bapak Purwanto

Dalam memandu wisatawan Belanda sebelumnya harus memperhatikan jenis kelamin wisatawan, usia wisatawan kira- kira tergolong dewasa, remaja, atau lansia, serta mendeteksi asal wisatawan tersebut dari Belanda bagian selatan atau utara melalui aksen bahasanya yang berbeda. Dengan mengetahui asal wisatawan

Gambar 18: Pemanduan Oleh Purwanto

(7)

tersebut biasanya Pak Purwanto bertanya misal “apakah anda berasal dari Belanda Utara? biasanya wisatawan tersebut akan merasa surprised dan bertanya darimana Pak Pur mengetahui hal tersebut, dengan begitu wisatawan akan merasa nyaman karena mereka merasa akan dilayani oleh orang yang tepat.

Disela- sela pemanduan tak jarang Pak Purwanto menyisipkan lelucon- lelucon yang dapat membuat wisatawan merasa lebih santai dan tidak tegang salah satu diantara beberapa lelucon yaitu yang berkaitan dengan benda koleksi seperti Badong untuk Ratu, dalam pemanduan dijelaskan bahwa Badong adalah alat protect Ratu supaya tidak berbuat serong ketika sedang ditinggal oleh Raja, Badong tersebut akan dikunci dan kuncinya akan dibawa oleh sang Raja. Biasanya Pak Pur memberi pertanyaan lelucon kepada tamunya seperti, Kalau Badong sang Ratu di kunci dan ternyata kuncinya hilang maka siapa yang akan mendapatkan keuntungan? kalau seperti itu biasanya wisatawan akan menerka- nerka kalau semua akan mendapat masalah dan tidak ada yang untung, namun Pak Pur menjawab kalau yang akan mendapat keuntungan adalah tukang kunci, dengan begitu biasanya wisatawan akan tertawa dan merasa lebih ingin menyimak informasi-informasi yang disampaikan oleh Pak Pur ( Wawancara dengan Purwanto tanggal 12 April 2016 ).

b. Tips melayani tamu grup menurut Bapak Purwanto

Untuk menangani tamu grup khususnya Belanda biasanya dilihat terlebih dahulu jumlah pax yang dibawa karena jumlah pax menunjukan jumlah tas plastik yang harus dibawa, pemanduwisata juga harus menyesuaikan posisi dimana beliau berbicara apakah harus ditengah, disamping kanan, kiri yang suaranya dapat didengar oleh wisatawan. Pak Pur biasanya tidak menggunakan pengeras suara

(8)

ketika sedang membawa tamu grup dari Belanda namun volume suara akan lebih dinaikkan supaya dapat didengar oleh banyak wisatawan karena di Dalem Ageng suasananya juga harus terjaga tidak boleh berisik ( Wawancara dengan Purwanto tanggal 12 April 2016 ).

c. Tips melayani tamu lansia menurut Bapak Purwanto

Dalam melayani tamu lansia harus memiliki penanganan khusus namun juga harus menyesuaikan apakah tamu tersebut masih kuat dan berenergi atau sudah lemah. Berkaitan dengan penanganan wisatawan lansia yang sudah lemah dan membutuhkan bantuan maka sebagai pemandu wisata harus lebih helpful, cara berbicara harus lebih pelan supaya para lansia dapat menyimak perlahan, dan cara berjalan yang lebih pelan dari biasanya karena wisatawan yang sudah lansia biasanya akan berjalan lebih lambat serta membantu tamu ketika menaiki atau menuruni anak tangga yang ada supaya wisatawan tidak jatuh atau terpeleset ( Wawancara dengan Purwanto tanggal 12 April 2016 ).

d. Tips melayani tamu difabel menurut Bapak Purwanto

Selain wisatawan lansia, wisatawan difabel juga harus dilayani secara khusus karena tamu difabel merupakan tamu yang spesial. Untuk menangani tamu difabel menurut Pak Purwanto adalah dengan cara melihat dahulu kekurangan tamu tersebut dibagian apa, misalkan tangannya kurang sempurna maka tidak akan menjadi masalah ketika melakukan pemanduan, tetapi jika kaki wisatawan yang kurang sempurna dan diharuskan memakai kursi roda maka biasanya Pak Pur akan membawa tamu tersebut lewat jalur belakang yaitu di Bale Warni ke museum baru menuju ke Pendopo. Untuk tamu yang keadaannya tuna netra biasanya Pak Pur membantu untuk memegang benda yang sedang dijelaskan dan

(9)

benda yang dapat dijangkau contohnya ketika sedang menyampaikan informasi tentang Gamelan maka Pak Pur akan membantu wisatawan tersebut untuk meraba Gamelan, namun untuk benda- benda yang berada di dalam museum yang dilindungi oleh kaca maka Pak Pur cukup menjelaskan saja tentang benda tersebut ( Wawancara dengan Purwanto tanggal 12 April 2016 ).

e. Karakteristik wisatawan Belanda yang berkunjung ke Puro Mangkunegaran:

 Sangat menyukai bentuk bangunan Puro Mangkunegaran

 Sangat tertarik dengan kebudayaan yang ada di Mangkunegaran seperti tarian, gamelan

 Tertarik dengan cerita- cerita yang berhubungan dengan negaranya, seperti koleksi pemberian dari Raja Belanda kepada Mangkunegara

 Sangat menyukai cerita sejarah yang berkaitan dengan negara asalnya ( Wawancara dengan Purwanto tanggal 12 April 2016 ).

3. Etika dan tata cara pemanduan wisata di Puro Mangkunegaran

menurut Nyi Ng. Endang Widiastuti, A.Md.

Menurut Nyi Ng. Endang Widiastuti, A.Md. pemanduan wisata yang baik di Puro Mangkunegaran adalah dengan tetap mematuhi norma yang ada di Mangkunegaran contohnya seperti cara berpakaian yang menunjukkan bahwa beliau seorang pemandu wisata di Mangkunegaran, tingkah laku yang mencerminkan seorang abdi dalem di istana yaitu lebih sopan. Ketika akan melakukan pemanduan beliau memberitahu kepada wisatawan aturan- aturan yang ada di Mangkunegaran mana yang diperbolehkan, dan mana yang dilarang (Wawancara dengan Endang Widiastuti tanggal 12 April 2016).

(10)

a. Tips pemanduan wisatawan menurut Ibu Endang Widiastuti

Dalam memandu wisatawan khususnya dari Negara Jepang Ibu Endang biasanya memiliki cara sendiri untuk menarik wisatawan selama beliau melakukan pemanduan, seperti biasanya beliau memperagakan menari, mengajari wisatawan sedikit gerakan pada tarian, serta berpenampilan yang menarik dan selalu memakai batik karena orang Jepang sangat menyukai batik. Biasanya wisatawan Jepang yang berkunjung ke Mangkunegaran adalah berasal dari travel maka jumlah waktu untuk berkunjung ke Mangkunegaran sangat terbatas sehingga untuk menyampaikan informasi yang lebih mendetail lumayan sulit

karena waktu yang terbatas berhubungan dengan hal tersebut karakter wisatawan Jepang memang sangat disiplin terutama untuk masalah waktu (Wawancara dengan Endang Widiastuti tanggal 12 April 2016).

Gambar 19: Pemanduan Oleh Endang Widiastuti

(11)

b. Tips melayani tamu grup menurut Ibu Endang Widiyastuti

Untuk menangani wisatawan dari Jepang menurut Ibu Endang tidak terlalu rumit karena pada dasarnya tamu dari Jepang yang berkunjung ke Puro Mangkunegaran kurang tertarik dengan cerita tentang sejarah Mangkunegaran karena mereka cenderung lebih suka untuk mendokumentasikan apa yang dilihat. Biasanya wisatawan Jepang akan lebih tertarik jika guide menceritakan tentang koleksi yang berhubungan dengan negara asal wisatawan seperti Samurai.

Kembali lagi kepada jumlah waktu yang digunakan untuk berkunjung di Mangkunegaran sangat terbatas maka Ibu Endang tidak memberikan informasi secara maksimal kepada wisatawan dan lebih memberi kesempatan kepada wisatawan untuk mendokumentasikan (Wawancara dengan Endang Widiastuti tanggal 12 April 2016).

c. Tips melayani tamu lansia dan difabel menurut Ibu Endang Widiastuti Selama menjadi pemanduwisata di Puro Mangkunegaran Ibu Endang belum pernah menjumpai wisatawan Jepang yang sudah lansia dan difabel karena rata- rata pengunjung dari Jepang adalah dewasa dan masih sehat (Wawancara dengan Endang Widiastuti tanggal 12 April 2016).

d. Karakteristik wisatawan Jepang yang berkunjung ke Puro Mangkunegaran:  Sebagian besar tamu Jepang yang berkunjung ke Puro Mangkunegaran

adalah grup, dan sangat takut terpisah dengan rombongan grupnya

 Sangat disiplin waktu, sehingga ketika pihak travel mengatakan berkunjung di Mangkunegaran hanya satu jam maka pemanduwisata Puro mangkunegaran juga harus menyesuaikan dan tidak boleh molor

(12)

 Menyukai batik (Wawancara dengan Endang Widiastuti tanggal 12 April 2016).

4. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemanduan Wisata Di Puro

Mangkunegaran Surakarta:

Di Puro Mangkunegaran terdapat langkah- langkah yang biasa dilakukan oleh pramuwisata ketika akan, sedang, dan setelah melakukan pemanduan. Setelah wisatawan melakukan pendaftaran dan pembayaran di front office pemandu wisata yang bertugas membawa wisatawan tersebut menyiapkan tas plastik dengan jumlah yang sesuai dengan wisatawan yang dibawa guna meletakkan alas kaki karena ketika mulai memasuki Pendopo Agung alas kaki harus dilepas dan diperbolehkan dipakai lagi ketika keluar dari Balewarni menuju ke Pracimoyoso.

Langkah berikutnya yaitu pramuwisata melakukan greeting, introduction dan menjelaskan bahwa beliau adalah guide yang akan memandu wisatawan selama berada di Puro Mangkunegaran. Kemudian pramuwisata melakukan pemanduan dengan cara memberi penjelasan informasi yang wisatawan butuhkan, memberi jawaban yang mudah dipahami atas pertanyaan yang wisatawan berikan. Setelah melakukan pemanduan pramuwisata melakukan penutupan tak lupa untuk mengucapkan terima kasih atas kunjungan wisatawan, dan apabila wisatawan memberikan tip maka seorang pemanduwisata harus menerima berapapun nominal yang diberikan karena dengan menerima pemberian tersebut wisatawan akan merasa senang dan dihargai, tak lupa untuk tetap mengucapkan terimakasih (Sumber: Wawancara tanggal 12 April 2016).

(13)

B. Upaya Yang Dilakukan Pramuwisata Puro Mangkunegaran Surakarta

Untuk Meningkatkan Pelayanan

Adapun upaya yang dilakukan pramuwisata Puro Mangkunegaran Surakarta untuk meningkatkan pelayanan yaitu dengan cara mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Kementrian Pariwisata, Kementrian Pendidikan dan Budaya, Museum Ronggowarsito, Dinas Pariwisata Kota Surakarta, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, dan Badan Pemeliharaan Cagar Budaya.

1. Pelatihan yang Diikuti Pramuwisata Puro Mangkunegaran Surakarta

a. Pelatihan etos kerja, pelatihan ini diselenggarakan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan, profesionalisme serta memperhatikan kode etik profesi pramuwisata.

b. Pelatihan pengelolaan museum, pelatihan ini diselenggaran untuk memberi wawasan tentang bagaimana cara memanajemen dan menata museum. Pramuwisata Puro Mangkunegaran mengikuti pelatihan tersebut karena pramuwisata di Puro Mangkunegaran juga berperan dalam pemeliharaan museum yang ada di Puro Mangkunegaran Surakarta.

c. Pelatihan Sarana Prasarana, pelatihan ini diselenggarakan bertujuan untuk memberi wawasan tentang sarana dan prasarana yang ada disebuah obyek wisata.

d. Pelatihan Tosan Aji, pelatihan ini adalah pelatihan yang berhubungan dengan konservasi. Tujuan diselenggarakan pelatihan ini untuk memberi pengarahan kepada pramuwisata agar melestarikan senjata peninggalan jaman kuno,

(14)

karena benda peninggalan adalah hal yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung.

e. Pelatihan pemasaran, pelatihan ini bertujuan memberi wawasan tentang pemasaran obyek wisata, seperti; strategi pemasaran, promosi obyek wisata, promosi produk wisata, dan lain- lain (Sumber: Wawancara kepada Joko Pramodyo tanggal 22 Juli 2016).

C. Kendala Yang Dihadapi Pramuwisata Di Puro Mangkunegaran

Surakarta

Setiap pekerjaan pasti mempunyai kendala, baik sebelum maupun ketika sedang dalam melakukan pekerjaan. Ketika menjadi pemanduwisata kendala adalah suatu hal yang sudah biasa dihadapi ketika sedang melakuan pemanduan. Berikut kendala yang dihadapi pramuwisata di Puro Mangkunegaran Surakarta:

1. Complaint Wisatawan Berdasarkan Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di Puro Mangkunegaran Surakarta belum memenuhi standar Internasional sehingga banyak wisatawan yang mengeluh. Contoh fasilitas yang belum memenuhi standar Internasional yaitu toilet, serta kebersihan lantai yang kurang terjaga karena terbatasnya cleaning service untuk membersihkan lingkungan Mangkunegaran secara keseluruhan, selain berkaitan dengan kebersihan ada pula kelemahan dari Puro Mangkunegaran yaitu tidak ada akses jalan untuk wisatawan difabel, jadi hampir setiap area itu dihubungkan dengan beberapa anak tangga.

Solusi untuk meminimalisir complaint dari wisatawan yaitu dengan cara meningkatkan fasilitas yang sesuai dengan standar Internasional, menjaga

(15)

kebersihan lingkungan Mangkunegaran dengan cara menambah cleaning service, dan menambahkan akses jalan untuk wisatawan difabel (Sumber: Wawancara kepada Joko Pramodyo tanggal 12 April 2016)

2. Etika Wisatawan yang Sulit Dikendalikan

Wisatawan yang merasa sudah membayar sehingga menyamakan situasi dan kondisi Puro Mangkunegaran sama dengan tempat wisata yang lain, padahal siapapun yang berkunjung di Puro Mangkunegaran harus menjaga etika dan sopan santun, karena Puro Mangkunegaran masih digunakan untuk tinggal Sri Paduka Mangkunegara, selain etika wisatawan yang kurang dijaga ketika berkunjung adapula wisatawan yang tidak mau menggunakan jasa pemandu padahal aturan bagi wisatawan yang berkunjung diwajibkan menggunakan jasa pemanduan.

Solusi untuk kendala tersebut yaitu memberitahu terlebih dahulu saat memulai pemanduan untuk menjaga etika dan mengingatkan kembali ketika wisatawan mulai tidak kondusif lagi. Solusi untuk wisatawan yang tidak mau

Gambar 20: Toilet Pengunjung Puro Mangkunegaran Surakarta

(16)

menggunakan jasa pemanduan yaitu dengan cara memberitahu wisatawan bahwa untuk bisa masuk kedalam museum maka wisatawan harus ditemani oleh pemanduwisata Puro Mangkunegaran (Sumber: Wawancara kepada Joko Pramodyo tanggal 12 April 2016).

3. Guide Bahasa Asing yang Terbatas

Puro Mangkunegaran adalah salah satu wisata budaya dan sejarah yang menjadi daya tarik wisatawan baik domestik maupun asing, maka dari itu peran pramuwisata sangat dibutuhkan untuk memberikan informasi mengenai Puro Mangkunegaran. Mayoritas wisatawan asing yang berkunjung ke Puro Mangkunegaran berasal dari Negara Belanda, Perancis, Inggris, Jerman, Cina, dan Malaysia. Tantangan yang harus dihadapi oleh pramuwisata di Puro Mangkunegaran ketika melayani wisatawan dari Negara Perancis, Cina, atau Jerman yang tidak bisa berbahasa Inggris, karena Pramuwisata di Puro Mangkunegaran yang menguasai bahasa asing selain Bahasa Inggris hanya dua orang, yaitu Purwanto sebagai guide berbahasa Belanda dan Endang Widiastuti sebagai guide berbahasa Jepang.

Solusi untuk menangani kendala terbatasnya guide berbahasa asing dengan cara perekrutan pramuwisata Puro Mangkunegaran khusus bahasa asing selain Bahasa Inggris, atau dengan cara mengkursuskan bahasa asing pramuwisata Puro Mangkunegaran yang semula hanya mampu berbahasa Inggris (Sumber: Wawancara kepada Joko Pramodyo tanggal 12 April 2016).

4. Kurangnya Kesejahteraan Pramuwisata Puro Mangkunegaran

Pramuwisata di Puro Mangkunegaran adalah abdi dalem pariwisata yang bekerja memandu wisatawan sekaligus menjaga benda koleksi museum

(17)

Mangkunegaran. Status abdi dalem di sebuah Kerajaan adalah orang yang mengabdi kepada Raja tanpa mengharapkan gaji melainkan akan merasa puas jika bisa mengabdi dan hanya berkah yang diharapkan. Mengingat status abdi dalem adalah suatu pekerjaan yang gajinya tidak cukup untuk menutup kebutuhan hidup, maka pramuwisata di Puro Mangkunegaran kurang sejahtera.

Solusi dari kendala tersebut yaitu dengan cara memberikan tarif pemanduan kepada wisatawan sesuai dengan kemampuan bahasa asing yang dimiliki, dengan begitu pramuwisata Puro Mangkunegaran akan lebih sejahtera (Sumber: Wawancara kepada Joko Pramodyo tanggal 12 April 2016)

Gambar

Gambar 17: Joko Pramodyo Selesai Pemanduan
Gambar 18: Pemanduan Oleh Purwanto
Gambar 19: Pemanduan Oleh Endang Widiastuti
Gambar  20: Toilet Pengunjung Puro Mangkunegaran Surakarta

Referensi

Dokumen terkait

Data ini menunjukkan bahwa ketiga kultur bakteri ini mampu melakukan proses denitrifikasi pada media yang mengandung 1000 ppm carbaryl, yang berarti kultur bakteri cukup

Prinsip kedua dalam tata cara penyimpanan di gudang berkaitan dengan similarity (kemiripan) item yang disimpan. yaitu item yang diterinia dan dikirim bersama harus

Osnovni namen diplomskega dela je bil prikaz utaje davka na dodano vrednost s poudarkom na davčnih vrtiljakih in opozoriti odgovorne, da je skrajni čas, da na področju davčne

In the novel by Frank McCourt entitled Angela’s Ashes: A Memoir of a Childhood that talks about life; Frank the main character has to struggle for life because of the problems

Tujuan penelitian ini adalan untuk memperoleh data tentang gambaran kualitas pelayanan karyawan dan gambaran kepuasan nasabah Koperasi Simpan Pinjam Syari’ah

selaku wakil dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, sekaligus menjadi pembimbing 2 terima kasih untuk berbagai masukan, saran-saran yang diberikan kepada

pembelajaran yang hendak dicapai dari pembelajaran. Peserta didik memperhatikan teks bacaan Halaman 1. Penilaian Sikap Melalui observasi 2.. Indonesia atau bahasa