BUDGET IN BRIEF
APBNP
2015
BUDGET IN BRIEF APBNP 2015
BUDGET IN BRIEF
APBNP
2015
Disusun oleh Direktorat Penyusunan APBN, Direktorat Jenderal Anggaran Penanggung jawab:
Direktur Jenderal Anggaran Editor:
Direktur Penyusunan APBN
Kontributor:
Kasubdit Analisis Ekonomi Makro dan Pendapatan Negara Kasubdit Penyusunan Anggaran Belanja I
Kasubdit Penyusunan Anggaran Belanja II Kasubdit Penyusunan Anggaran Belanja III
Kasubdit Penyusunan Pembiayaan Anggaran dan Penganggaran Risiko Fiskal Kasubdit Data dan Dukungan Teknis Penyusunan APBN
Para pejabat dan pegawai Direktorat Penyusunan APBN Desain dan layout:
BUDGET IN BRIEF APBNP 2015
BUDGET IN BRIEF
APBNP 2015
Menteri Keuangan Republik Indonesia
Puji syukur kami sampaikan ke hadirat Allah SWT, karena dengan taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Budget in Brief untuk yang kedua kalinya. Budget in Brief disusun berdasarkan APBN Perubahan Tahun 2015 yang telah disetujui oleh DPR RI dalam Sidang Paripurna pada tanggal 13 Februari 2015.
Tahun 2015 merupakan tahun pertama bagi pelaksanaan visi, misi, dan agenda prioritas Presiden baru sesuai janji-janji dalam Pemilu. Presiden telah menyusun program Kabinet Kerja, sasaran dan prioritas pembangunan yang tertuang dalam konsep Nawacita dan Trisakti. Nawacita merupakan agenda prioritas dalam mewujudkan visi Presiden. Sementara itu, Trisakti merupakan visi Presiden yang meliputi: (1) berdaulat secara politik; (2) mandiri dalam ekonomi; dan (3) berkepribadian dalam budaya.
Tahun 2015 juga merupakan momentum yang sangat penting bagi Pemerintah baru untuk melakukan langkah-langkah terobosan dalam kebijakan fiskal guna mendukung APBN yang lebih sehat dan berkualitas. Hal ini tercermin pada penekanan Pemerintah menjadikan penerimaan perpajakan sebagai sumber pendanaan yang utama. Dalam APBNP 2015, penerimaan perpajakan meningkat 29,9% dari realisasi 2014. Selain itu, Pemerintah juga berupaya untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas belanja negara, melalui penyesuaian harga BBM bersubsidi pada bulan November tahun 2014, dan penerapan subsidi tetap (fixed subsidy) untuk minyak solar serta penghapusan subsidi untuk premium mulai awal tahun 2015.
Kebijakan fiskal tersebut bertujuan untuk meningkatkan fiscal space bagi program-program yang lebih produktif, dan meminimalkan kerentanan fiskal yang disebabkan oleh fluktuasi harga minyak mentah dan nilai tukar. Pemerintah juga melakukan penghematan terhadap belanja perjalanan dinas dan paket meeting/konsinyering
untuk kemudian dilakukan refocusing pada kegiatan prioritas nasional yang produktif pada masing-masing Kementerian Negara/Lembaga (K/L). Serangkaian langkah tersebut dilakukan oleh Pemerintah dengan tujuan untuk mengubah postur APBN menjadi lebih produktif dan berkualitas.
Bersamaan dengan itu, Pemerintah juga melakukan penataan K/L melalui pembentukan kementerian baru, pemisahan K/L, dan penggabungan K/L baik keseluruhan maupun sebagian yang tercermin dalam perubahan nomenklatur K/L. Penataan kebijakan fiskal tersebut dilakukan Pemerintah untuk menciptakan ruang gerak fiskal guna mendukung ketersediaan anggaran. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendukung pencapaian sasaran dan prioritas pembangunan yang telah ditetapkan dalam Nawacita dan Trisakti. Oleh karena itu, APBN Perubahan tahun 2015 dipercepat pengajuannya menjadi awal tahun 2015 dan telah disahkan pada bulan Februari 2015, sehingga semua K/L diharapkan mempunyai cukup waktu untuk melakukan penyesuaian program-program sesuai dengan nomenklatur yang baru.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua kontributor yang membantu kami dalam menyelesaikan
Budget in Brief. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pejabat/pelaksana di lingkungan DJA yang sudah memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penyelesaian
Budget in Brief.
Harapan kami semoga Budget in Brief dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas kepada para pembaca yang budiman, yaitu masyarakat luas, akademisi, pelaku ekonomi dan mahasiswa. Namun demikian, kami merasa bahwa Budget in Brief ini masih banyak memiliki kekurangan, sehingga kami membutuhkan saran, kritik dan tanggapan yang bersifat konstruktif dari para pembaca yang budiman.
Terima Kasih.
Jakarta, Maret 2015
Bambang P.S Brodjonegoro
Perkembangan indikator perekonomian terkini (antara lain: Nilai Tukar Rupiah, Harga Minyak Dunia, dan Lifting Migas) yang signifikan berpengaruh terhadap APBN 2015.
Reformasi subsidi BBM di akhir tahun 2014 dan awal tahun 2015 memberikan
ruang fiskal bagi Pemerintah dalam merumuskan kembali sasaran-sasaran pembangunan yang direncanakan, dan merealokasi belanja kepada yang lebih produktif.
APBN 2015 bersifat baseline yang disusun di masa transisi pemerintahan,
sehingga perlu dilakukan perubahan sesuai RPJMN 2015-2019 dan RKP 2015 (revisi), serta menampung visi misi dan agenda Pemerintah sesuai struktur (nomenklatur) baru Kabinet Kerja.
LATAR BELAKANG
APBNP 2015
BUDGET IN BRIEF APBNP 2015
Penyesuaian asumsi dasar ekonomi makro dengan kondisi perekonomian
terkini sebagai dasar penyusunan APBNP 2015.
Optimalisasi penerimaan pajak non-migas dan cukai untuk
mengompensasi penurunan PNBP karena dampak penurunan harga minyak dunia.
Perubahan belanja pemerintah pusat terutama adanya pengalihan
subsidi energi kepada program-program prioritas yang lebih produktif.
Peningkatan anggaran transfer ke daerah dan dana desa.
Penurunan defisit APBNP 2015 menjadi 1,90% terhadap PDB untuk
menjaga ketahanan dan kesinambungan fiskal.
Perubahan pembiayaan anggaran, antara lain untuk penyertaan modal
negara (PMN) terutama dalam rangka peningkatan peran BUMN sebagai agen pembangunan dalam mendukung agenda prioritas nasional.
POKOK-POKOK PERUBAHAN
APBNP 2015
PROSES PENYUSUNAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA NEGARA PERUBAHAN
TAHUN 2015
Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat RI telah membahas dan menyepakati Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2015 dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah RI Januari-Februari 2014 19 Maret 2014 3 Juni-10 Juli 2014 10 Juli 2014 15 Agustus 2014 Agustus-September 2014 September 2014 Oktober 2014 November 2014 Desember 2014 2014 2015
Penyusunan Kapasitas fiskal
Pembicaraan Pendahuluan SB Pagu Indikatif Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas
Pidato Presiden Penyampaian Nota Keuangan & RAPBN
Pembahasan dengan DPR
Sidang Paripurna DPR tentang Pengesahan UU APBN
UU tentang APBN 2015
Peraturan Presiden tentang Rincian APBN
Penyerahan DIPA
Januari-Desember 2015 Pelaksanaan APBN
Keputusan Menteri Keuangan tentang Pagu Anggaran K/L
UU Nomor 27 tahun 2014 tentang APBN 2015
14 29
Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat RI telah membahas dan menyepakati Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2015 dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah RI Januari-Februari 2014 19 Maret 2014 3 Juni-10 Juli 2014 10 Juli 2014 15 Agustus 2014 Agustus-September 2014 September 2014 Oktober 2014 November 2014 Desember 2014 2014
Penyusunan Kapasitas fiskal
Pembicaraan Pendahuluan SB Pagu Indikatif Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas
Pidato Presiden Penyampaian Nota Keuangan & RAPBN
Pembahasan dengan DPR
Sidang Paripurna DPR tentang Pengesahan UU APBN
UU tentang APBN 2015
Peraturan Presiden tentang Rincian APBN
Penyerahan DIPA
Pelaksanaan APBN
Keputusan Menteri Keuangan tentang Pagu Anggaran K/L
Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat RI telah membahas dan menyepakati perubahan atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2015 dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah RI
4
Sidang Paripurna DPR tentang Pengesahan UU APBN 2015 Pidato Presiden Penyampaian Nota Keuangan & RAPBN 2015
17 Oktober 2014
Peraturan Presiden Nomor 162 Tahun 2014 tentang Rincian APBN tahun 2015
Penyampaian RAPBNP 2015 ke DPR
Rapat Paripurna DPR
Raker Banggar DPR RI dengan Pemerintah dan Gubernur BI; Panja A, B, C, dan Panja RUU, serta Komisi-Komisi terkait
Raker Banggar (Pembicaraan Tk.I)
Rapat Paripurna Pengambilan Keputusan RUU APBNP 2015
13 Januari 2015 15 Januari 2015 19 Januari-2 Februari 2015 13 Februari 2015 13 Februari 2015 2015 Jan Mar
UU Nomor 3 tahun 2015 tentang Perubahan APBN 2015
6 Maret 2015
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2015 tentang Rincian APBN 2015
BUDGET IN BRIEF APBNP 2015
%
ARAH KEBIJAKAN FISKAL
Penguatan Kebijakan Fiskal dalam Rangka Percepatan
Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan dan Berkeadilan
Pengendalian defisit dalam batas aman, melalui optimalisasi pendapatan dengan tetap menjaga iklim investasi dan menjaga konservasi lingkungan, serta meningkatkan kualitas belanja dan memperbaiki struktur belanja.
EMPAT LANGKAH UTAMA
Pengendalian rasio utang pemerintah terhadap PDB melalui pengendalian pembiayaan yang bersumber dari utang dalam batas aman dan
terkendali, serta mengarahkan pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif
Pengendalian risiko fiskal dalam batas toleransi antara lain melalui pengendalian rasio utang terhadap pendapatan dalam negeri, debt service ratio, dan menjaga komposisi utang dalam batas aman serta penjaminan yang terukur.
Efisiensi belanja negara melalui refocusing ke kegiatan yang lebih prioritas
dan lebih produktif, serta mendukung berbagai program prioritas (sesuai visi dan misi Presiden), meliputi: dukungan sektor pendorong
pertumbuhan (pangan, energi, maritim, pariwisata, dan industri); pemenuhan kewajiban dasar (pendidikan, kesehatan, dan perumahan); pengurangan kesenjangan antar kelas pendapatan dan antar wilayah; dan pembangunan infrastruktur konektivitas.
5
refocusing
debt service ratio,
.
Efisiensi belanja negara melalui refocusing ke kegiatan yang lebih produktif, serta mendukung berbagai program prioritas (sesuai visi dan misi Presiden), meliputi dukungan sektor pendorong pertumbuhan (pangan, energi, maritim, pariwisata, dan industri); pemenuhan kewajiban dasar (pendidikan, kesehatan, dan perumahan); pengurangan kesenjangan antar kelas pendapatan dan antar wilayah; dan pembangunan infrastruktur konektivitas. Selain itu juga dilakukan reformasi subsidi agar lebih tepat sasaran.
Asumsi Dasar Ekonomi Makro disusun berdasarkan sasaran yang
terdapat pada RPJMN 2015-2019 dan RKP tahun 2015 (revisi) serta
perkembangan perekonomian global maupun domestik terkini.
ASUMSI DASAR
EKONOMI MAKRO
6
900
lifting minyak (ribu barel/hari)1.248
lifting gas (MBOEPD)105
harga minyak (USD/barel)11.900
IDR USD nilai tukar (IDR/USD)5,8
pertumbuhan ekonomi (%)4,4
6,0
APBN
2015
suku bunga SPN 3 bulan (%)5,7
5,0
6,2
825
1.221
60
12.500
APBNP
2015
BUDGET IN BRIEF APBNP 2015
Dalam UU APBNP tahun 2015, telah ditetapkan target-target
pembangunan dalam beberapa indikator kesejahteraan yang lebih
terukur,
INDIKATOR
KESEJAHTERAAN DAN
TARGET PEMBANGUNAN
7
Tingkat
Kemiskinan (%)
Tingkat
Pengangguran (%)
Gini Ratio
IPM
(indeks)
APBN
2015
APBNP
2015
9,0-10,0
10,3
5,5-5,7
5,6
0,40
69,4
Rp2.039,5
triliun
BELANJA
NEGARA
Rp1.984,1
triliun
2,7%
MENURUN DARI APBN 20158,7%
MENINGKAT DARI APBNP 2014KESEIMBANGAN
PRIMER
- Rp93,9
triliun
- Rp66,8
triliun
Keseimbangan primer menggambarkan kemampuan Pemerintah membayar pokok dan bunga utang dengan menggunakan pendapatan negara. Keseimbangan primer merupakan total pendapatan negara dikurangi belanja negara di luar pembayaran bunga utang. Apabila nilai keseimbangan primer negatif, maka Pemerintah harus menerbitkan utang baru untuk membayar pokok dan bunga utang. Sebaliknya apabila nilai keseimbangan primer positif, maka Pemerintah bisa menggunakan sumber pendapatan negara untuk membayar sebagian atau seluruh pokok dan bunga utang.
...
...
...
1,8%
MENURUN DARI APBN 2015PENDAPATAN
NEGARA
Rp1.793,6
triliun
Rp1.761,6
triliun
9,7%
MENINGKAT DARI APBNP 2014APBN 2015
APBNP 2015
2,21%
DEFISIT
ANGGARAN
Rp245,9
triliun
Rp222,5
triliun
TERHADAP PRODUKDOMESTIK BRUTO
1,90%
TERHADAP PRODUKDOMESTIK BRUTO-atau-BUDGET IN BRIEF APBNP 2015 ... ... ... Penerimaan Perpajak an PNBP PNBP Penerimaan Perpajak an Belanj a Pemerintah Pusa t Tr ans fe r ke
Daerah & Dana Desa
Belanj a Pemerintah Pusa t Utang Non-Utang Non-Utang Utang Hibah Pemanfaatan F iska l ... ... ... ... ... Kapasitas Fi skal Rp1.380,0 T Rp410,3 T Rp269,1 T Rp1.489,3 T Rp647,1 T Rp1.392,4 T Rp1.319,5 T APBN 2015 APBN 2015
APBN
P
Peny es ua ia n as um si d as ar e ko no mi m ak ro d en ga n ko ndis i pe re ko no mi an t er ki ni s eb ag ai d as ar p eny us un an A PBN P 20 15 Op ti ma lisa si p en er imaa n paja k no n-mi ga s da n cu ka i un tu k m engo mp en sa si p enu ru na n PN BP ka rena da mp ak pe nu ru na n ha rg a m inya k d un ia Pe ru ba ha n be la nja pe me ri nt ah p us at t er utam a ada nya pe ng al ih an s ub si di e nerg i ke pada p ro gr am -pro gr am pr io ri ta s ya ng l ebi h p rodu kt if Pe ni ng kat an a ng ga ra n t ra nsf er ke da era h d an d ana d es a Pen ur un an d ef isit A PBN P 20 15 m eng al am i m enja di 1,9 0% te rh adap PDB u nt uk m enja ga k et ah an an d an ke si na mb un ga n f is ka l. Pe ru ba ha n pe m biay aa n an gg ar an , an ta ra la in u nt uk p enye rtaa n moda l ne ga ra (P MN ) te ru ta ma d al am r an gka pe ni ng kat an p er an B UM N se ba ga i agen pe mb an gu na n da la m me nduk ung a gen da p ri orit as na si on alPOK
OK PERUBAHAN
Rp254,9 T Rp-9,0 T Rp279,4 T Rp-56,9 T ... ... Tr ans fe r keDaerah & Dana Desa Rp664,6
T Rp Rp Rp Subsidi BBM turun Rp21 1,3 T Ta mbahan T ransfe r ke Daer
ah & Dana Desa
Tambahan PMN DEFISIT APBNP 2015
1,90%
TERHAD AP PD B ... ... Rp63,1 T ... ... PEMBI AY AAN ANGGARAN BELANJA NEGARA PEN DA PA TA N NEGARA APBNP 2015 APBNP 2015 APBNP 2015 APBN 2015 Pening ka tan Pajak Nonmigas Rp131,7 T Penghematan Subsidi BBM Rp211,3 T Penurunan PNBP SDA M igas Rp142,9 T - Pembangunan sektor pendor
ong per
tumbuhan
- P
emenuhan kewajiban dasar
- P engurangan kesenjangan - Infrastruktur konektivitas D AK Rp23,0 T Dana Desa Rp11,7 T Kenaikan Belanja K/L Rp148,2 T Hibah
2015
Pening ka tanpendapatan kepabeanan dan cu
ka i Rp16,7 T Rp Rp Rp
Rp
Rp3,3 T Rp3,3 T - Belanja yang pr oduktif - P engurangan defisitPENDAPATAN NEGARA
APBNP 2015
Pajak
PNBP
Kepabeanan dan Cukai
Penerimaan Hibah
Terdiri atas penerimaan PPh Migas, PPh Nonmigas, PPN, PBB, dan pajak lainnya.
Terdiri atas penerimaan SDA Migas, SDA Nonmigas (pertambangan mineral dan batubara, kehutanan, perikanan, dan panas bumi), bagian laba BUMN, PNBP lainnya (PNBP yang dipungut oleh K/L), serta Pendapatan BLU.
Terdiri atas penerimaan cukai (hasil tembakau, etil alkohol, dan minuman mengandung etil alkohol), bea masuk, dan bea keluar.
Terdiri atas penerimaan hibah yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri.
Pajak
Kepabeanan dan Cukai
PNBP Penerimaan Hibah Rp269,1 T Rp3,3 T
74%
11%
15%
Rp1.294,3 T Rp195,0 TPENDAPATAN
NEGARA
Rp1.761,6 T
BUDGET IN BRIEF APBNP 2015 TRILIUN RUPIAH
PENDAPATAN NEGARA
2004-2015
Pajak Hibah PNBP Kepabeanan dan Cukai2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
APBNP
2014
APBN
2015
Rp403,4 T
Rp495,2 T
Rp638,0 T
Rp707,8 T
Rp981,6 T
Rp848,8 T
Rp995,3 T
Rp1.210,6 T
Rp1.338,1 T
Rp1.438,9 T
Rp1.635,4 T
Rp1.793,6 T
238,6 41,9 122,5 0,3 298,5 48,5 146,9 1,3 358,2 51,0 227,0 1,8 425,4 65,6 215,1 1,7 571,1 87,6 320,6 2,3 544,5 75,4 227,2 1,7 620,2 95,1 268,9 3,0 742,7 131,1 331,5 5,3 835,8 144,7 351,8 5,8 921,4 156,0 354,8 6,8 1.072,4 173,7 386,9 2,3 1.201,7 178,3 410,3 3,3APBNP
2015
Rp1.761,6 T
1.294,3 195,0 269,1 3,3 628,2 REALISASI 2014 985,1 161,7 398,7 5,1Rp1.550,6 T
PERUBAHAN TARGET
PENDAPATAN NEGARA
APBNP 2015
Kebijakan Perpajakan
Optimalisasi penerimaan perpajakan melalui penyempurnaan peraturan
perundang-undangan perpajakan, ekstensifikasi dan intensifikasi perpajakan, dan penggalian potensi penerimaan perpajakan secara sektoral sesuai ketentuan perundang-undangan.
Menjaga stabilitas ekonomi nasional dengan melakukan penyesuaian
kebijakan di bidang PPh nonmigas, bea masuk, dan bea keluar.
Meningkatkan daya saing dan nilai tambah melalui pemberian insentif
fiskal dan penerapan kebijakan hilirisasi pada sektor/komoditas tertentu.
Penguatan Direktorat Jenderal Pajak melalui penggunaan anggaran, SDM,
dan perubahan struktur organisasi.
Pengendalian konsumsi barang kena cukai melalui penyesuaian tarif cukai.
Peningkatan upaya pemberantasan cukai ilegal dan penyelundupan.
Kebijakan PNBP
Efisiensicost recovery dengan berpedoman pada peraturan yang berlaku.
Optimalisasi tarif iuran produksi/royalti mineral logam dan batubara.
Optimalisasi tarif iuran produksi/royalti mineral bukan logam dan batuan
sesuai dengan amanat UU Pertambangan Minerba.
Mengelola sumberdaya alam secara berkelanjutan.
Revisi atas tarif dan jenis PNBP K/L dan BLU.
Pendapatan negara diproyeksikan lebih rendah dari APBN 2015, terutama sebagai akibat dari turunnya harga minyak mentah (ICP). Namun, penerimaan
perpajakan meningkat secara signifikan.
POKOK- POKOK
KEBIJAKAN
PENDAPATAN
NEGARA 2015
APBN 2015
APBNP 2015
1.380,0 410,3 1.489,3 269,1 Penerimaan Perpajakan PNBP TRILIUN RUPIAH Penerimaan Hibah Penerimaan Perpajakan 3,3 3,3BUDGET IN BRIEF APBNP 2015
PENERIMAAN PERPAJAKAN
APBNP 2015
Perubahan target penerimaan perpajakan dipengaruhi oleh:
Penurunan PPh Migas disebabkan turunnya lifting dan perubahan asumsi (ICP dan kurs).
Langkah-langkah perbaikan di sektor pajak, antara lain: Perbaikan administrasi perpajakan melalui penerapan e-tax
invoice dan pencegahan transfer pricing;
Perbaikan regulasi (intensifikasi) terkait PPh, PPN dan PPnBM; Ekstensifikasi WP baru;
Optimalisasi kepabeanan dan cukai serta perbaikan mekanisme fasilitas penundaan pembayaran cukai.
Kepabeanan dan Cukai
Rp195,0 T 87% Pajak Rp1.294,3 T
Penerimaan Perpajakan
Rp1.489,3 T
13% Cukai Rp145,7 T Bea Masuk Rp37,2 T Bea Keluar Rp12,1 T 75% 6% 19% Kepabeanan dan CukaiRp195,0 T PPN Rp576,5 T PPh Nonmigas Rp629,8 T PPh Migas Pajak Lainnya PBB Rp26,7 T Rp11,7 T Rp49,5 T 49% 44% 2% 4% 1%
Pajak
Rp1.294,3 T
PENERIMAAN PERPAJAKAN 2015
KEBIJAKAN
PENERIMAAN
PERPAJAKAN
2015
TAX
RATIO
PERBANDINGAN
TAX
RATIO
10 NEGARA
2013
Optimalisasi penerimaan perpajakan dengan menggali potensi wajib pajak orang pribadi golongan pendapatan tinggi dan menengah, serta sektor non
tradable seperti properti, jasa keuangan,
dan perdagangan, serta beberapa transaksi ekonomi strategis.
Tax ratiodalam definisi luas membandingkan total nilai penerimaan perpajakan (pajak pusat), penerimaan SDA migas dan pertambangan minerba dengan PDB nominal. Sedangkan tax ratio dalam definisi sempit membandingkan total nilai penerimaan perpajakan (pajak pusat) dengan PDB nominal.
Tax ratiountuk tahun 2015 ditargetkan meningkat dari APBNP 2014 (definisi sempit). Pemberian insentif fiskal dan penerapan kebijakan hilirisasi pada komoditas tertentu untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah.
Penyesuaian kebijakan di bidang bea masuk, bea keluar, dan PPh.
Penyesuaian tarif cukai hasil tembakau untuk pengendalian barang kena cukai.
13,8 11,3 11,8 11,9 11,9 12,4 12,4 13,2 14,6 14,3 14,6 14,6 2010 2011 2012 2013 2014 APBNP APBN2015 Rp723,3 T Rp 873,9 T Rp980,5 T Rp1.077,3 T Rp1.246,1 T Rp1.380,0 T Tax Ratio definisi sempit (%) Tax Ratio definisi luas (%) 13,7 12,7 Rp1.489,3 T 2015 APBNP
Sumber: OECD, CIA 2013 *) tax ratio arti luas
Jerman Jepang Inggris Amerika
Serikat Korea Selatan Meksiko China Indonesia Filipina India 36,7% 34,7% 32,9% 25,4% 24,3% 19,7% 19,4% 14,3% * 14,3% 10,3%
BUDGET IN BRIEF APBNP 2015
KEBIJAKAN
PENERIMAAN
NEGARA
BUKAN
PAJAK 2015
Optimalisasi penerimaan migas
(merealisasikan produksi sumur minyak baru, menahan penurunan alamiah
lifting migas, dan pengendalian cost recovery).
Penyesuaian tarif PNBP dan ekstensifikasi.
Peningkatan kinerja BUMN.
Peningkatan pengawasan dan pelaporan PNBP.
Perbaikan administrasi dan sistem PNBP.
Perbaikan regulasi PNBP.
PENERIMAAN NEGARA
BUKAN PAJAK APBNP 2015
Perubahan target PNBP dipengaruhi oleh:
Pendapatan SDA Migas turun Rp142,9 T disebabkan turunnya ICP dan lifting minyak.
Pendapatan pertambangan minerba ditargetkan naik Rp7,1 T melalui optimalisasi produksi/royalti minerba.
Pendapatan Bagian Laba BUMN mengalami penurunan sebesar Rp7,0 T, dalam rangka peningkatan peran BUMN sebagai
agent of development guna mendukung Agenda Prioritas (Nawacita).
14%
33%
14%
30%
9%
PNBP Lainnya Rp90,1 T SDA Nonmigas Rp37,6 T SDA MigasBagian Laba BUMN
Pendapatan BLU Rp81,4 T Rp37,0 T Rp23,1 T
Penerimaan Negara
Bukan Pajak
Rp269,1 T
PERKEMBANGAN
PENERIMAAN NEGARA
BUKAN PAJAK 2004-2015
TRILIUN RUPIAH nilai tukar
(IDR/USD1)
harga minyak (USD/bar
harga minyak (USD/barrel)
Catatan: Realisasi 2014 merupakan data yang dirilis oleh Direktorat Jenderal Perbendaharan, Kemenkeu 2004 21,2 9,8 91,5 23,6 12,8 110,5 38,0 21,5 167,5 2,1 56,9 23,2 132,9 3,7 63,3 29,1 224,5 8,4 53,8 26,0 139,0 10,6 59,4 30,1 168,8 20,1 69,4 28,2 213,8 21,7 73,5 30,8 225,8 24,6 69,7 34,0 226,4 29,6 85,8 40,3 242,9 22,2 89,8 44,0 254,3 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 APBN 2015 Rp122,5 T Rp146,9 T Rp227,0 T Rp215,1 T Rp320,6 T Rp227,2 T Rp268,9 T Rp331,5 T Rp351,8 T Rp354,8 T Rp398,7 T Rp410,3 T APBNP 2015 Rp269,1 T 23,1 90,1 37,0 118,9
SDA Migas & Non Migas Bagian Laba BUMN PNBP Lainnya Badan Layanan Umum REALISASI
37
8.939
52
9.705
64
9.164
70
9.140
97
9.691
62
10.408
79
9.087
112
8.779
113
9.400
106
10.460
100
11.878
105
11.900
60
12.500
BUDGET IN BRIEF APBNP 2015
PERKEMBANGAN
PENERIMAAN NEGARA
BUKAN PAJAK LAINNYA
2010-2015
5 Kementerian Negara/ Lembaga penyumbang PNBP terbesar:
a. Kementerian Komunikasi dan Informatika
b. Kepolisian Negara Republik Indonesia
c. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
d. Kementerian Hukum dan HAM
e. Kementerian Perhubungan
P
Catatan: Realisasi 2014 merupakan data yang dirilis oleh Direktorat Jenderal Perbendaharan, Kemenkeu
9,2 11,8 12,3 12,9 15,5 14,0 5,9 7,9 8,1 9,8 14,1 16,1 5,8 8,0 4,7 5,2 4,3 14,7 17,7 17,5 18,4 20,3 23,0 25,6 20,8 24,2 19,5 29,9 21,4 28,9
Rp59,4 T
Rp69,4 T
Rp73,5 T
Rp69,7 T
Rp85,8 T
Rp89,8 T
Domestic Market Obligation (DMO) Penjualan Hasil Tambang Pendapatan dari Penerimaan TAY endapatan 5 K/L Besar Lainnya
TRILIUN RUPIAH
2010
2011
2012
2013
REALISASI
2014
APBN
2015
APBNP
2015
8,5 20,5 14,6 25,8 20,7Rp90,1 T
Pendapatan dari Penerimaan Kembali Belanja TAYL
Pembayaran Bunga Utang
Belanja Pemerintah Pusat atas penggunaan utang dalam dan luar negeri. Dihitung dari utang yang sudah ada dan perkiraan utang baru, termasuk biaya yang timbul terkait pengelolaan utang.
Belanja lainnya
Pengeluaran negara untuk pembayaran atas kewajiban Pemerintah yang tidak masuk dalam kategori belanja Kementerian Negara/Lembaga, transfer daerah, subsidi, pembayaran bunga utang, dan dana desa, antara lain untuk pembayaran pensiun PNS dan TNI/ Polri.
Transfer ke Daerah
Dialokasikan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan antara pusat dan daerah,
mengurangi kesenjangan pendanaan urusan pemerintahan antar daerah, mengurangi kesenjangan layanan publik antardaerah, mendanai pelaksanaan otonomi khusus dan keistimewaan daerah.
Dana Desa
Dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Belanja Kementerian Negara/ Lembaga
Anggaran belanja yang dialokasikan melalui Kementerian Negara/ Lembaga untuk membiayai urusan tertentu dalam pemerintahan.
Subsidi
Pemberian dukungan dalam bentuk alokasi anggaran kepada perusahaan negara, lembaga pemerintah, atau pihak ketiga berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menyediakan barang atau jasa yang bersifat strategis atau menguasai hajat hidup orang banyak sesuai kemampuan keuangan negara.
BELANJA NEGARA
APBNP 2015
Dana Desa Rp20,8 T Transfer ke Daerah Belanja LainnyaPembayaran Bunga Utang Subsidi Belanja Kementerian Negara/Lembaga Rp643,8 T Rp156,2 T Rp155,7 T Rp212,1 T Rp795,5 T
40%
32%
8%
8%
11%
BELANJA NEGARA
Rp1.984,1 T
1 %BUDGET IN BRIEF APBNP 2015
Reformasi subsidi BBM dengan skema kebijakan fixed subsidy untuk
solar dengan subsidi maksimum Rp1.000/liter untuk setiap level harga dan kebijakan harga keekonomian yang ditetapkan Pemerintah untuk premium. Reformasi tersebut menyebabkan penghematan subsidi BBM.;
Penghematan subsidi LPG karena perubahan asumsi (terutama ICP);
Pengalokasian tambahan anggaran untuk berbagai program prioritas
(sesuai visi dan misi Presiden), meliputi:
- Dukungan sektor pendorong pertumbuhan (pangan, energi, maritim, pariwisata, dan industri);
- Pemenuhan kewajiban dasar (pendidikan, kesehatan, dan perumahan); - Pengurangan kesenjangan antarkelas pendapatan dan antarwilayah; - Pembangunan infrastruktur konektivitas.
Efisiensi belanja melalui penghematan belanja perjalanan dinas untuk
direalokasikan ke kegiatan yang lebih prioritas dan lebih produktif sesuai usulan K/L (refocusing);
Mengakomodasi perubahan nomenklatur K/L;
Revisi anggaran yang bersumber dari pinjaman dan hibah luar negeri,
pagu penggunaan PNBP/BLU, SBSN-PBS, serta realokasi anggaran dari Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara ke Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga.
POKOK-POKOK
PERUBAHAN KEBIJAKAN
BELANJA PEMERINTAH
PUSAT
BELANJA PEMERINTAH
PUSAT 2015
BELANJA
PEMERINTAH
PUSAT MENURUT
FUNGSI 2015
Fungsi Pelayanan Umum a.l. terdiri atas Pembinaan, Pengembangan Pembiayaan dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (Anggaran PBI Jamkes), Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya, Pengelolaan dan Konservasi Waduk, Embung, Situ serta Bangunan Penampung Air Lainnya, Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku dan seluruh Belanja Non K/L (Subsidi, Pembayaran Bunga Utang, Belanja Lain-lain);
Fungsi Pertahanan a.l. terdiri atas Pengadaan Barang dan Jasa Militer, Produksi Alutsista Industri dalam Negeri dan Pengembangan Pinak Industri Pertahanan, Penyelenggaraan Perawatan Personel Matra Darat, Laut dan Udara;
Fungsi Ketertiban dan Keamanan a.l. terdiri atas Penyelenggaraan Pemasyarakatan di Wilayah, Pengembangan Peralatan Polri, Peningkatan Pelayanan Keamanan dan Keselamatan Masyarakat di Bidang Lantas;
Fungsi Ekonomi a.l. terdiri atas Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Pertanian, Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara, Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana dan Fasilitas Pendukung Kereta Api, Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana dan Fasilitas Lalu Lintas Angkutan Jalan, Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional;
Fungsi Lingkungan Hidup a.l. terdiri atas Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan, dan Pengelolaan Pertanahan Provinsi;
Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum a.l. terdiri atas Fasilitasi Pemberdayaan Adat dan Sosial Budaya Masyarakat, Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;
Fungsi Kesehatan a.l. terdiri atas Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan, Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan;
Fungsi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif a.l. terdiri atas Pemberdayaan Masyarakat di Destinasi Pariwisata, Peningkatan Promosi Pariwisata Luar Negeri;
Fungsi Agama a.l. terdiri atas Pengelolaan Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Pengelolaan dan Pembinaan Urusan Agama Kristen, Katolik, Hindu, Budha;
Fungsi Pendidikan a.l. terdiri atas Penjaminan Kepastian Layanan Pendidikan SD, SMP, dan Peningkatan Penjaminan Mutu Pendidikan;
Fungsi Perlindungan Sosial a.l. terdiri atas Jaminan Kesejahteraan Sosial (Bantuan Tunai Bersyarat/Program Keluarga Harapan). Pelayanan Umum 0,8% 0,4% 0,1% Ekonomi Pendidikan Pertahanan Ketertiban dan Keamanan Perumahan dan Fasilitas Umum Kesehatan Perlindungan Sosial Lingkungan Hidup Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Agama 891,8 T 143,5 T 146,4 T 96,8 T 46,1 T 21,1 T 8,3 T 10,7 T 5,3 T 1,9 T 20,5 T 64,0% 10,3% 10,5% 7,0% 3,3% 1,5%1,5% 0,6%
Belanja
Pemerintah
Pusat
Rp1.319,5 T
APBN 2015
Rp1.392,4 T
Pelayanan Umum 52,7% 16,4% 11,8% 7,8% 4,1% 1,9%1,8% 1,7% 0,9% 0,5% 0,3% Ekonomi Pendidikan Pertahanan Ketertiban dan Keamanan Perumahan dan Fasilitas Umum Kesehatan Perlindungan Sosial Lingkungan Hidup Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Agama 695,3 T 216,3 T 156,2 T 102,3 T 54,7 T 25,6 T 24,2 T 22,6 T 11,7 T 6,9 T 3,8 TBelanja
Pemerintah
Pusat
Rp1.319,6 T
APBNP 2015
BUDGET IN BRIEF APBNP 2015
ANGGARAN BELANJA
KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
K/L Lainnya Rp84,9 T Rp118,5 T Rp96,9 T Rp102,3 T Rp44,9 T Rp64,9 T Rp56,4 T Rp60,3 T Rp51,6 T Rp57,1 T Rp46,8 T Rp53,3 T Rp47,7 T Rp51,3 T Rp42,3 T Rp43,6 T Rp15,9 T Rp32,8 T Rp18,7 T Rp25,7 T Rp141,1 T Rp185,7 T APBN 2015 APBNP 2015 Rp647,3 T Rp795,5 TKementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Kementerian Pertahanan
Kementerian Perhubungan
Kementerian Agama
Polri
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kementerian Kesehatan
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Kementerian Pertanian
Kementerian Keuangan
Rp65,0 T
Rp47,8 T
ANGGARAN BELANJA
TEMATIK 2011-2015
0 100 200 300 400 500ANGGARAN PENDIDIKAN
2011 2012 2013 2014 2015 APBN 2015APBNP 0 100 200 300 400 500ANGGARAN INFRASTRUKTUR
2011 2012 2013 2014 2015 APBN 2015APBNP 0 100 200 300 400 500ANGGARAN KESEHATAN
2011 2012 2013 2014 2015 APBN 2015APBNP 0 100 200 300 400 500ANGGARAN KETAHANAN
PANGAN
2011 2012 2013 2014 2015 APBN 2015APBNP TRILIUN RUPIAHBUDGET IN BRIEF APBNP 2015
BELANJA PEMERINTAH
PUSAT 2015
PEMBANGUNAN
MANUSIA
Peningkatan peserta Penerima
Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan Nasional menjadi 88,2 juta jiwa antara lain: tambahan 1,8 juta orang Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang meliputi kelompok masyarakat miskin, rentan miskin, serta tuna wisma dan sekitar 32 ribu orang miskin penghuni lapas dan rutan.
Peningkatan akses dan mutu
pelayanan kesehatan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal, dan perbatasan dengan penguatan 3 rumah sakit rujukan nasional dan 37 rumah sakit rujukan regional.
Penurunan angka kematian ibu dan bayi di 64 kab/kota sasaran MDGs melalui penguatan 125 RSU Daerah dengan prioritas utama peningkatan sarana prasarana sesuai standar pada layanan UGD, ICU, UTD/Bank Darah RS, tempat tidur kelas III RS dan PONEK.
Tercapainya Angka Partisipasi Murni (APM) SD/SDLB/MI sebesar 91,23%; Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/ SMPLB/MTs sebesar 102,8%; APK SMA/SMALB/SMK/MA sebesar 82,42%. Cakupan Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang merupakan lanjutan dari Bantuan Siswa Miskin meningkat menjadi 25% rumah tangga miskin dari semula 13%. Anak usia 7-18 tahun yang mendapatkan KIP meningkat menjadi 21,7 juta siswa. Alokasi KIP menurut jenjang dan jenis pendidikan pada tahun 2015 sbb:
1) SD/SDLB: semula 6,0 juta siswa
menjadi 10,7 juta siswa
2) MI/ULA: semula 0,8 juta siswa menjadi 0,9 juta siswa
3) SMP/SMPLB: semula 2,2 juta siswa menjadi 4,7 juta siswa
4) MTs/Wustha: semula 0,8 juta siswa menjadi 1,0 juta siswa
5) SMA/SMALB/SMK: semula 975 ribu siswa menjadi 3,8 juta siswa
6) MA/Ulya: semula 356,4 ribu siswa menjadi 553,0 ribu siswa
Tambahan fasilitasi penyediaan hunian layak untuk 60.000 rumah tangga berpendapatan rendah dan penanganan kawasan permukiman kumuh untuk 1.300 Ha. Fasilitasi penyediaan hunian layak tersebut dilakukan melalui pembangunan rusunawa sebanyak 3.600 satuan rumah susun untuk nelayan dan pekerja; revitalisasi rusunawa terbengkalai di 10 lokasi; pembangunan rumah khusus sebanyak 1.580 unit; fasilitasi uang muka kepada 55.000 rumah tangga berpendapatan rendah; serta pencadangan lahan untuk perumahan.
Penambahan penyediaan hunian layak untuk TNI dan Polri beserta sarana dan prasarana pendukungnya.
Percepatan pencapaian universal akses air minum melalui tambahan penyediaan akses air minum untuk 10,3 juta RT.
Perumahan, air minum, dan sanitasi **)
Kesehatan Pendidikan
Difokuskan pada pemenuhan kewajiban dasar:
Pembangunan pendidikan yang berkualitas untuk melahirkan SDM yang bermutu, menguasai iptek, terampil, dan berdaya saing.
Pembangunan kesehatan diutamakan pada pemantapan pelaksanaan SJSN kesehatan melalui KIS, serta penyediaan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, terutama di daerah terpencil, tertinggal, dan perbatasan.
Pemenuhan hunian layak yang didukung oleh prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai, khususnya untuk masyarakat berpendapatan rendah, dalam rangka mewujudkan kota tanpa pemukiman kumuh dan akses universal untuk air minum dan sanitasi.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: APBN 2015 --Rp46,8 triliun APBNP 2015 --Rp53,3 triliun *) Kementerian Agama: APBN 2015 --Rp56,4 triliun APBNP 2015 --Rp60,3 triliun
Kementerian Ristek dan Dikti:
APBN 2015 --Rp42,3 triliun APBNP 2015 --Rp43,6 triliun *) Kementerian Kesehatan: APBN 2015 --Rp47,6 triliun APBNP 2015 --Rp51,3 triliun BKKBN: APBN 2015 --Rp3,3 triliun APBNP 2015 --Rp3,3 triliun
*) angka dengan struktur dan nomenklatur baru
**) Anggaran dialokasikan melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Kedaulatan Pangan
Optimalisasi pemanfaatan lahan dengan tambahan sasaran 530 ribu ha sehingga mencapai 730 ribu ha.
Penyediaan pupuk dan benih untuk peningkatan produksi padi dan jagung yang sedianya hanya untuk Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) seluas 885 ribu ha, rencananya diperluas 4 juta ha di luar lokasi PTT.
Peningkatan produksi ikan untuk mencapai 13,6 juta ton yang ditekankan pada perbaikan kualitas produksi.
Peningkatan produksi gula melalui penyediaan benih tebu untuk seluas 12 ribu ha.
Peningkatan produksi ternak melalui inseminasi buatan sebanyak 2 juta akseptor dan penyediaan bibit 1.200 ekor dan indukan 30 ribu ekor.
Pengembangan tanaman hortikultura, khususnya cabai di 33 provinsi dan bawang merah di 25 provinsi.
Penyediaan alat mesin pertanian untuk mendukung produksi dan pasca panen sebanyak 49.200 unit.
Rehabilitasi dan pengembangan jaringan irigasi tersier 700 ribu ha; Pengembangan air tanah dangkal, air permukaan, embung, dan dam parit 23 ribu unit; serta pembangunan/rehabilitasi jalan usaha tani 9.400 km
Kedaulatan energi
Meningkatkan aksesibilitas energi untuk mendukung perekonomian nasional dan pemenuhan rasio elektrifikasi mencapai 85,15% melalui pembangunan pembangkit listrik berikut jaringan penyalurannya, serta fasilitasi pembangunan pembangkit listrik berikut jaringan penyalurannya yang dilaksanakan BUMN. Tambahan konversi minyak tanah ke LPG 3 kg sebanyak 2,05 juta paket. Pelaksanaanpilot project konversi BBM ke BBG untuk nelayan sebanyak 50 ribu paket.
Pembangunan sarana BBG untuk transportasi.
Pembangunan listrik perdesaan melalui pembangunan jaringan distribusi 718,40 kms, gardu distribusi 14,75 MVA, penyambungan instalasi listrik gratis untuk nelayan dan rakyat tidak mampu sebanyak 28.066 RTS.
Pembangunan PLTD Hybrid pada daerah terpencil dan pulau terluar (47 lokasi dengan total kapasitas 59,35 MW)
Pembangunan pilot unit pengolahan BBM sintetis 1 unit Pembangunan biogas komunal sebanyak 15 unit
PEMBANGUNAN
SEKTOR UNGGULAN
Diarahkan untuk tercapainya peningkatan ketersediaan pangan yang bersumber dari produksi dalam negeri, didukung terbangunnya dan meningkatnya layanan irigasi.
Pemenuhan kebutuhan lokal untuk mendukung perekonomian nasional dan akses energi bagi masyarakat
Kementerian Pertanian: APBN 2015 --Rp15,9 triliun APBNP 2015 --Rp32,8 triliun Kementerian ESDM: APBN 2015 --Rp10,2 triliun APBNP 2015 --Rp15,1 triliun
BUDGET IN BRIEF APBNP 2015
Ekonomi Maritim dan Kelautan
Termanfaatkannya sumber daya kelautan untuk pembangunan ekonomi dan kesejahteraan nelayan secara berkelanjutan
Pengembangan armada perikanan tangkap 30 GT di wilayah perbatasan sebanyak 25 unit.
Pembangunan sentra perikanan dan sistem informasi nelayan sebanyak 30 sentra perikanan
Penyediaan 22 unit cold storage di sentra perikanan
Pengembangan pelabuhan strategis untuk mendukung tol laut sebanyak 6 pelabuhan di Indonesia Timur
Pengembangan dan pembangunan pelabuhan sebagai pelabuhan pengumpan tol laut di 77 lokasi terutama Indonesia Timur
Pembangunan dermaga penyeberangan yang meliputi pembangunan baru, lanjutan, peningkatan, dan rehabilitasi di 65 lokasi.
Peningkatan pertumbuhan sektor industri skala besar dan menengah untuk mencapai kontribusi sektor industri 20,8% dari PDB dan industri pengolahan tumbuh 6,1%. Pengembangan 13 kawasan industri di luar pulau Jawa yang terintegrasi.
Peningkatan produksi pertanian berkelanjutan khususnya kakao di 9 provinsi.
Percepatan pembangunan infrastruktur yang mendukung penguatan industri nasional. Penyederhanaan dan peningkatan kualitas layanan perijinan investasi.
Pariwisata
Pembangunan destinasi pariwisata dan peningkatan pemasaran pariwisata, dengan target 259 juta wisatawan nusantara dan 11,2 juta wisatawan mancanegara.
Pengembangan ekowisata maritim dengan pembangunan 4 titik labuh yacht. Pengembangan ekowisata sungai di Kalimantan dengan 2 dermaga.
Pengembangan 10 lokasi kawasan percontohan ekonomi inklusif berbasis sektor pariwisata.
PEMBANGUNAN
SEKTOR UNGGULAN
Pengembangan Kawasan Industri
Difokuskan pada menghubungkan pulau-pulau melalui jaringan Peningkatan daya saing pariwisata melalui pembangunan destinasi pariwisata dan peningkatan pemasaran pariwisata
Pengembangan wilayah industri (sektor
industri skala besar dan menengah) untuk meningkatkan kontribusi sektor industri dalam PDB
Kementerian Kelautan dan Perikanan: APBN 2015 --Rp6,7 triliun APBNP 2015 --Rp10,6 triliun Kemenko Kemaritiman APBN 2015 -- - APBNP 2015 -- Rp0,1 triliun Kementerian Pariwisata: APBN 2015 --Rp1,7 triliun APBNP 2015 --Rp2,4 triliun Kementerian Perindustrian: APBN 2015 --Rp2,7 triliun APBNP 2015 --Rp4,5 triliun BKPM: APBN 2015 --Rp0,6 triliun APBNP 2015 --Rp0,6 triliun Kementerian Perdagangan: APBN 2015 --Rp2,5 triliun APBNP 2015 --Rp3,5 triliun
Antarkelas pendapatan
Menciptakan pertumbuhan yang inklusif melalui pengurangan kesenjangan sosial dan penanggulangan kemiskinan, meningkatkan kualitas dan daya saing tenaga kerja, target angka kemiskinan 10,3% melalui pemberian perlindungan sosial terintegrasi dan akses pengembangan keterampilan, pendampingan, modal usaha, dan pengembangan teknologi kepada petani, nelayan, buruh, dan usaha kecil/mikro.
Pemberian kartu keluarga sejahtera (KKS) sebanyak 15,9 juta jiwa.
Perbaikan Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) yang mencakup pemutakhiran dan validasi data.
Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan dasar. Penerapan sistem pelatihan kerja terpadu, dengan target 32 ribu orang pelatihan berbasis kompetensi dan 35 ribu sertifikasi berbagai sektor.
Peningkatan kesejahteraan ekonomi keluarga berbasis pemberdayaan masyarakat.
Antarwilayah
Pembangunan yang inklusif dan komprehensif, membangun wilayah perdesaan, daerah tertinggal, dan wilayah perbatasan.
Pembangunan jalan baru sepanjang 616,75 Km, jalan bebas hambatan sepanjang 125 Km, peningkatan kapasitas/pelebaran jalan nasional sepanjang 3.869,74 Km.
Penguatan kapasitas pemerintah dan masyarakat desa.
Pembangunan dan revitalisasi pasar rakyat sebanyak 1.000 unit.
Pembangunan jalan di wilayah perbatasan terutama Kalimantan dan NTT dengan tambahan sasaran sepanjang 300,1 Km sehingga mencapai 390,66 Km. Pembangunan pengembangan 8 bandara untuk dapat didarati pesawat tipe Boeing 737, serta pembangunan dan pengembangan bandara serta fasilitas penunjang di 34 lokasi termasuk pada wilayah terdalam, terluar dan perbatasan.
Pembangunan jalan akses di pelabuhan sepanjang 167 Km.
Pembangunan infrastruktur perkeretaapian di luar Jawa serta jalur ganda lintas selatan Jawa, pengadaan sarana kereta api perintis untuk lintas Sumatera dan Sulawesi, penyelesaian DED dan persiapan jalur KA Trans Papua dan Kalimantan serta ruas-ruas lainnya di luar Jawa, serta proses pengadaan lahan yang diperlukan dengan tambahan sasaran panjang jalur KA mencapai 400 Km.
PEMERATAAN DAN
KEWILAYAHAN
Pengembangan sistem perlindungan sosial, pengembangan penghidupan berkelanjutan bagi masyarakat kurang mampu dan rentan. Pemberian pelatihan dasar bagi pengembangan kewirausahaan dan perbaikan pendataan masyarakat miskin, serta pembangunan wilayah perdesaaan dan perbatasan.
Pembangunan infrastruktur konektivitas nasional
Kementerian Sosial:
APBN 2015 --Rp8,1 triliun
APBNP 2015 --Rp22,4 triliun
Kementerian Koperasi dan UKM:
APBN 2015 --Rp1,4 triliun
APBNP 2015 --Rp1,6 triliun
Kementerian Tenaga Kerja
APBN 2015 --Rp3,7 triliun
APBNP 2015 --Rp4,2 triliun
Kementerian Perhubungan: APBN 2015 --Rp44,9 triliun
APBNP 2015 --Rp65,0 triliun
Kementerian PU dan Perumahan Rakyat APBN 2015 --Rp84,9 triliun APBNP 2015 --Rp118,5 triliun Kementerian Perdagangan APBN 2015 --Rp2,5 triliun APBNP 2015 --Rp3,5 triliun
BUDGET IN BRIEF APBNP 2015
SUBSIDI
APBNP 2015
Arah Kebijakan Subsidi Tahun 2015:
- Stabilitas harga kebutuhan pokok
- Daya beli masyarakat tetap terjaga terutama masyarakat miskin
- Ketersediaan pasokan kebutuhan pokok
- Daya saing produksi dan akses permodalan UMKM makin meningkat
Subsidi Energi
Alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang menyediakan dan mendistribusikan BBM, BBN,LPG tahung 3 kg, LGV, dan tenaga listrik sehingga harga jualnya terjangkau oleh masyarakat.
Subsidi Nonenergi
Alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang memproduksi dan/atau menjual barang dan/atau jasa tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah selain produk energi.
Subsidi Nonenergi Subsidi Energi Rp137,8 T Rp74,3 T 65% 35%
Subsidi
Rp212,1 T
Catatan: Realisasi 2014 merupakan data yang dirilis oleh Direktorat Jenderal Perbendaharan, Kemenkeu
PERKEMBANGAN
SUBSIDI 2004-2015
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 APBNP 2014 APBN 2015 71,3 20,2Rp91,5 T
Rp120,7 T
Rp107,4 T
Rp150,2 T
Rp275,3 T
Rp138,1 T
Rp192,7 T
Rp295,4 T
Rp346,4 T
Rp355,0 T
Rp414,7 T
104,4 16,3 94,6 12,8 116,9 33,3 223,0 52,3 94,6 43,5 140,0 52,8 255,6 39,7 306,5 39,9 310,0 45,1 350,3 52,7 344,7 70,0 TRILIUN RUPIAHSubsidi Energi Subsidi Nonenergi Persentase terhadap Belanja Negara
21% 24% 16% 20% 28% 15% 18% 23% 23% 22% 21% 20%
Rp91,5 T
Rp120,8 T
Rp107,4 T
Rp150,2 T
Rp275,3 T
Rp138,1 T
Rp192,7 T
Rp295,4 T
Rp346,4 T
Rp355,0 T
Rp414,7 T
APBNP 2015 344,7 74,3 137,8Rp212,1 T
11%Rp392,0 T
50,2 341,8 REALISASI 2014 22%BUDGET IN BRIEF APBNP 2015 42% 42% Subsidi Listrik Subsidi BBM Rp137,8 T Rp74,3 T 53% 47%
Subsidi Energi
Rp137,8 T
SUBSIDI ENERGI
APBNP 2015
Volume Minyak Tanah:
0,85 juta KL Volume Minyak Solar: 17,1 juta KL Volume LPG Tabung 3 KG: 5,8 metrik ton
Subsidi BBM
Subsidi Listrik
Memberikan subsidi tetap untuk BBM jenis minyak solar sebesar Rp1.000,00/ liter dan subsidi selisih harga untuk minyak tanah
Harga BBM jenis premium, solar, minyak tanah ditetapkan Pemerintah
Melanjutkan program konversi BBM ke BBG terutama untuk angkutan umum di kota-kota besar
Mendukung pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) antara lain melalui konversi biofuel dan gas
Meningkatkan dan mengembangkan pembangunan jaringan gas kota untuk rumah tangga
Meningkatkan efisiensi anggaran subsidi listrik dan ketepatan target sasaran.
Meningkatkan rasio elektrifikasi. Menurunkan susut jaringan.
Menurunkan komposisi pemakaian BBM dalam pembangkit tenaga listrik.
Meningkatkan kapasitas
pembangkit listrik tenaga panas bumi.
Subsidi Listrik terutama untuk golongan pelanggan 450-900 VA Subsidi BBM, BBN, LPG,
LGV terutama untuk rumah tangga, usaha mikro, usaha perikanan dan transportasi
Rp64,7 T
PERKEMBANGAN SUBSIDI
ENERGI 2004-2015
54,6 2004 2010 2011 2012 2013 2014 APBNP 2015 APBN 2005 2006 2007 2008 2009 37,059,7 JUTA KILO LITER
38,2 37,5 41,8 38,7 45,0 38,1 46,2 46,0 46,0
VOLUME KONSUMSI
BBM BERSUBSIDI
2004-2015
TRILIUN RUPIAH 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 APBNP 2014 APBN 2015 69,0 2,3Rp71,3 T
Rp104,4 T
Rp94,6 T
Rp116,9 T
Rp233,0 T
Rp344,7 T
Rp310,0 T
Rp306,5 T
Rp255,6 T
Rp94,6 T
Rp140,0 T
95,6 8,9 64,2 30,4 83,8 33,1 139,1 83,9 45,0 49,5 82,4 57,6 165,2 90,4 211,9 94,6 210,0 100,0 246,5 103,8 276,0 68,7 BBM, LPG Tabung 3kg, dan LGV ListrikRp71,3 T
Rp104,4 T
Rp94,6 T
Rp116,9 T
Rp223,0 T
Rp94,6 T
Rp140,0 T
Rp255,6 T
Rp306,5 T
Rp310,0 T
Rp344,7 T
Rp137,8 T
APBNP 2015 64,7 73,117,9
APBNP 2015 terendah selama 10 tahun terakhir REALISASI 240,0 101,8Rp341,8 T
REALISASI 2014BUDGET IN BRIEF APBNP 2015
SUBSIDI NONENERGI
APBNP 2015
Subsidi Pangan
Subsidi Bunga
Kredit Program
Subsidi Pajak
Subsidi Pupuk
Subsidi Benih
Subsidi PSO
Penyediaan beras dengan harga tebus/jual Rp1.600/Kg bagi 15,5 juta RTS @15 Kg/RTS selama 12 bulan.
Mendukung program pengembangan UMKM, peningkatan ketahanan pangan, dan program diversifikasi energi.
Mendukung program stabilitas harga kebutuhan pokok dan pengembangan industri strategis. Membantu petani memenuhi
kebutuhan pupuk dan benih dengan harga terjangkau, serta mendukung upaya peningkatan ketahanan pangan.
Diberikan untuk penumpang angkutan kereta api, penumpang angkutan kapal laut kelas ekonomi, dan penyediaan informasi publik.
Rp
%
Subsidi PanganRp18,9 T Subsidi Pupuk Subsidi Pajak Subsidi PSO Subsidi Bunga Kredit Program Subsidi Benih Rp9,2 T Rp3,3 T Rp2,5 T Rp0,9 T Rp39,5 TSubsidi Nonenergi
Rp74,3 T
53% 26% 12% 5% 3% 1%PERKEMBANGAN SUBSIDI
NONENERGI 2004-2015
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 APBNP 2014 APBN 2015 TRILIUN RUPIAHRp70,0 T
Rp52,7 T
Rp45,1 T
Rp39,9 T
Rp39,7 T
Rp52,8 T
Rp43,5 T
Rp52,3 T
Rp33,3 T
Rp12,8 T
Rp16,3 T
Rp20,2 T
4,8 6,4 1,2 2,5 0,7 0,9 12,0 0,3 1,3 6,2 5,3 3,2 6,2 0,9 0,3 1,5 6,6 6,3 17,1 1,0 0,3 12,1 15,2 21,0 1,7 0,10,1 0,10,3 0,5 0,3 1,0 1,6 0,9 13,0 18,3 8,2 1,3 1,1 2,2 15,2 18,4 14,8 1,4 0,8 0,1 16,5 16,3 3,4 1,81,5 0,1 19,1 14,0 3,8 1,9 1,1 0,4 20,3 17,6 4,1 1,51,1 18,2 6,1 2,2 0,9 18,9 35,7 8,7 3,3 2,5 4,8 6,4 1,2 2,5 0,7 0,9 12,0 0,3 1,3 6,2 5,3 3,2 6,2 0,9 0,3 1,5 6,6 6,3 17,1 1,0 0,3 12,1 15,2 21,0 1,7 0,10,1 0,10,3 0,5 0,3 1,0 1,6 0,9 13,0 18,3 8,2 1,3 1,1 2,2 15,2 18,4 14,8 1,4 0,8 0,1 16,5 16,3 3,4 1,81,5 0,1 19,1 14,0 3,8 1,9 1,1 0,4 20,3 17,6 4,1 1,51,1 0,4 18,2 21,1 2,2 1,1 0,9 18,9 35,7 8,7 3,3 2,5 0,9 18,9 39,5 9,2 3,3 2,5Rp74,3 T
REALISASI 2014 APBNP 2015 Subsidi PanganSubsidi Bunga Kredit Program
Subsidi Pupuk Subsidi Pajak Subsidi Lainnya
Subsidi PSO Subsidi Benih
21,0 5,8 2,1 2,8
0,3
Rp50,2 T
BUDGET IN BRIEF APBNP 2015
PEMBAYARAN BUNGA
UTANG APBNP 2015
Penyebab Perubahan, terutama:
1. Perubahan asumsi dasar ekonomi makro:
- Tingkat suku bunga SPN 3 bulan dari 6,0% menjadi 6,2%
- Rata-rata kurs rupiah terhadap dolar AS dari Rp11.900/USD menjadi Rp12.500/USD;
2. Perubahan target penerbitan SBN neto;
3. Pergeseran alokasi anggaran dari BA 999.01 (Program Pengelolaan Utang Negara) ke BA 999.02 (Program Pengelolaan Hibah Negara) untuk belanja terkait pendapatan hibah (banking commission) sebesar Rp200 juta.
Memenuhi kewajiban Pemerintah untuk menjaga kredibilitas dan kesinambungan pembiayaan;
Menjaga efisiensi pembayaran bunga utang, antara lain melalui pemilihan komposisi instrumen utang dan melaksanakan transaksi lindung nilai.
KEBIJAKAN PEMBAYARAN
BUNGA UTANG 2015
Luar Negeri Dalam Negeri Rp141,2 T Rp14,5 T 9% 91%Pembayaran
Bunga Utang
Rp155,7 T
TRANSFER KE DAERAH
DAN DANA DESA
APBNP 2015
Dana Perimbangan Dana Otonomi Khusus Dana Keistimewaan DIY Dana Transfer Lainnya Dana Desa Rp17,1 T Rp0,5 T Rp104,4 T Rp20,8 T 79% 3% 16% 3%Transfer ke Daerah
dan Dana Desa
Rp664,6 T
Dana Alokasi Umum Dana Bagi Hasil
Dana Alokasi Khusus Rp110,1 T Rp58,8 T Rp352,9 T 68% 11% 21% Dana Perimbangan Rp521,8 T Rp521,8 T Dana Perimbangan
merupakan dana yang bersumber dari pendapatan dalam APBN yang dialokasikan untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dana Otonomi Khusus
diberikan kepada daerah-daerah yang menjalankan otonomi khusus, yaitu Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, dan Provinsi Aceh
Dana Transfer Lainnya
merupakan dana yang dialokasikan kepada daerah untuk melaksanakan kebijakan tertentu berdasarkan undang-undang.
Dana Desa
adalah dana yang bersumber dari APBN untuk desa melalui mekanisme transfer
melalui APBD kabupaten/kota yang digunakan untuk membiayai pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan
masyarakat.
Dana Daerah Keistimewaan Yogyakarta
adalah dana yang dialokasikan untuk penyelenggaraan urusan keistimewaaan Daerah Istimewa Yogyakarta
REALISASI 2014
BUDGET IN BRIEF APBNP 2015
PERKEMBANGAN TRANSFER KE
DAERAH DAN DANA DESA 2004-2015
122,9 1,6 5,2 143,2 1,8 5,5 222,1 3,5 0,6 244,0 4,0 5,3 278,7 7,5 6,2 287,3 9,5 11,8 316,7 9,1 18,9 347,2 10,4 53,7 411,3 12,0 57,4 430,4 13,4 0,1 69,3 491,9 16,1 0,5 87,9 516,4 16,6 0,5 9,1 104,4 516,4
Rp129,7 T
Rp150,5 T
Rp226,2 T
Rp253,3 T
Rp292,4 T
Rp308,6 T
Rp344,7 T
Rp411,3 T
Rp480,6 T
Rp511,3 T
Rp596,5 T
Rp647,0 T
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 APBNP 2014 APBN 2015 TRILIUNR UPIAH APBNP 2015 17,1 0,5 104,4 20,8Rp664,6 T
Dana Perimbangan Dana Transfer Lainny ana Desa
Dana Otonomi Khusus Dana Keistimewaan DIY
TRILIUN RUPIAH
Dana Desa Dana Transfer Lainnya
Dana Perimbangan
APBNP 2015
Dana Otonomi Khusus Dana Keistimewaan DIY
521,8 477,1 0,4 80,1
Rp573,7 T
REALISASI REALISASI 2014Meningkatkan kapasitas fiskal daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.
Mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara pusat dan daerah dan mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antardaerah.
Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antardaerah.
Memprioritaskan penyediaan pelayanan dasar di daerah tertinggal, terluar, terpencil, terdepan, dan pascabencana. Mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan infrastruktur dasar.
Meningkatkan kualitas pengalokasian Transfer ke Daerah dengan tetap memperhatikan akuntabilitas dan transparansi.
Meningkatkan kualitas pemantauan dan evaluasi dana Transfer ke Daerah. Menetapkan alokasi Dana Desa sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Mendorong peningkatan kualitas pengelolaan keuangan daerah yang lebih efisien, efektif, transparan, dan akuntabel.
KEBIJAKAN TRANSFER KE
DAERAH DAN DANA DESA
2015
Perubahan Transfer ke Daerah dan Dana Desa dalam APBNP 2015
dipengaruhi oleh perubahan pendapatan negara sebagai akibat perubahan di dalam asumsi dasar ekonomi makro yang digunakan dalam penyusunan APBN tahun 2015 dan bergantinya pemerintahan dari pemerintah lama (Kabinet Indonesia Bersatu II) menjadi pemerintah baru (Kabinet Kerja). Pengaruh pertama memerlukan adanya penyesuaian terhadap Dana Bagi Hasil, sedangkan pengaruh kedua memerlukan adanya penyesuaian Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Tambahan Otonomi Khusus Infrastruktur Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, serta Dana Desa.
PERUBAHAN TRANSFER KE
DAERAH DAN DANA DESA
APBNP 2015
BUDGET IN BRIEF APBNP 2015
Dana Alokasi
Umum
Rp352,9 T
dia lo ka si ka n s eb ag ai a lat p em erat aa n kem am pua n keua ng an a nt ar da era h da n m eng ura ng i ke senja ng an f is ka l a nt ar da era h. Pa pu a Ba ra t Pa pu a Rp 7, 4 T Rp 21 ,0 T M al uk u Rp 6, 8 T M al uk u U ta ra Rp 5, 6 T Su la we si Ten ga h Go ro nt al o Su la we si Ba ra t Su la we si Ten gg ar a Su la we si Se la ta n Rp 15 ,8 T Rp 3, 8 T Rp 8, 5 T ,6 T Rp 3, 6 T Rp 8, 2 T Su la we si U ta ra Rp 7 Ka lim an ta n Ba ra t Ka lim an ta n U ta ra Ka lim an ta n Ti m ur Ka lim an ta n Se la ta n Ka lim an ta n Ten ga h Rp 10 ,8 T Rp 9, 4 T Rp 6, 9 T Rp 3, 1 T Rp 2, 3 T N an gg ro e A ce h D ar us sal am Su m at er a U ta ra Ri au Ke pu la ua n Ri au Ja m bi Bangka Be lit un g La m pun g Su m at er a Se la ta n Su m at er a Ba ra t Bengk ul u Rp 13 ,2 T Rp 20 ,7 T Rp 12 ,1 T Rp5, 8T Rp 11 ,2 T Rp 10 ,4 T Rp 3, 9 T Rp 2, 8 T Rp 2, 8 8 T Rp 6, 4 T 6 Ba nt en Ja wa Ba ra t Ja wa Ten ga h DI Yo gy ak ar ta Ja wa Ti m ur Rp 32 ,7 T Rp 31 ,9 T Rp 35 ,9 T Rp 5, 0 T Rp 7, 6 T Ba li Rp 6, 1 T N us a Ten gg ar a Ba ra t Rp 7, 7T N us a Ten gg ar a Ti m ur Rp 12 ,0 TDana Alokasi Khusus
Rp58,8 T
Alokasi DAK dalam APBNP tahun 2015 direncanakan sebesar Rp58,8 T, yang mencakup:
a. DAK reguler Rp33,0 T untuk daerah yang memenuhi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis;
b. DAK tambahan untuk afirmasi kepada kabupaten/kota daerah tertinggal dan perbatasan yang memiliki kemampuan keuangan relatif rendah sebesar Rp2,8 T;
c. DAK untuk Pendukung Program Prioritas Kabinet Kerja (P3K2) dan DAK usulan Pemerintah Daerah yang disetujui oleh DPR RI sebesar Rp23,0 T
Dana Bagi Hasil
Rp110,1 T
Dialokasikan kepada daerah bersumber dari pendapatan APBN berdasarkan persentase tertentu guna mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. DBH tersebut mencakup penyelesaian kurang bayar Rp11,9 T.
DANA PERIMBANGAN
APBN 2015 APBNP 2015 DBH Pajak: APBN 2015 --Rp50,6 triliun APBNP 2015 --Rp54,2 triliunDBH Sumber Daya Alam:
APBN 2015 --Rp77,1 triliun APBNP 2015 --Rp55,8 triliun TRILIUN RUPIAH DAK Pendidikan DAK Kesehatan DAK Transportasi
DAK Infrastruktur Irigasi
DAK Lingkungan Hidup
DAK Keluarga Berencana
DAK Kehutanan
DAK Sarana Perdagangan DAK Prasarana dan Pemerintah Daerah
DAK Infrastruktur Air Minum dan Sanitasi
DAK Pertanian
DAK Kelautan dan Perikanan
10,0
10,0
3,4 6,2
8,7
20,8
2,45 ,5
2,5
2,5
0,6
DAK Perumahan dan Permukiman
DAK Energi Pedesaan
0,7
2,7
2,06,7
2,02,5
0,6
0,6
0,6
0,6
0,7
0,7
0,8
1,7
0,3
0,3
0,7
0,7
0,6
0,6
5,5
BUDGET IN BRIEF APBNP 2015
Dana Transfer Lainnya
Rp104,4 T
Dialokasikan untuk:
Tunjangan Profesi Guru PNS Daerah Rp70,3 T untuk guru bersertifikasi; dan
Rp1,1 T untuk tambahan penghasilan
guru PNS Daerah nonsertifikasi.
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Rp31,3 T untuk menstimulasi penyediaan anggaran pendidikan di daerah.
Dana Proyek Pemerintah Daerah
dan Desentralisasi (P2D2) Rp0,1 T
dialokasikan sebagai insentif kepada daerah percontohan Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi.
Dana Insentif DaerahRp1,7 T
diberikan kepada daerah berprestasi. DID diberikan agar daerah berupaya untuk mengelola keuangannya dengan lebih baik yang ditunjukkan dengan perolehan opini WTP/WDP Badan Pemeriksa Keuangan atas laporan keuangan pemerintah daerah dan menetapkan APBD secara tepat waktu.
DANA TRANSFER
LAINNYA
Dana Otonomi Khusus
Rp17,1 T
Dalam APBNP tahun 2015, Dana Otonomi Khusus dialokasikan sebesar Rp17,1 triliun, yang berarti naik Rp500,0 miliar atau 3,0 persen dari pagunya dalam APBN tahun 2015 sebesar Rp16,6 triliun
Kenaikan alokasi dana otonomi khusus tersebut disebabkan adanya kenaikan dana tambahan infrastruktur dalam rangka otonomi khusus untuk Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.
Sejalan dengan visi Pemerintah untuk “Membangun Indonesia dari Pinggiran dalam Kerangka NKRI”, dialokasikan dana yang lebih besar pada APBNP 2015 untuk memperkuat pembangunan desa. Pengalokasian Dana Desa dilakukan dengan menggunakan alokasi yang dibagi secara merata dan alokasi yang dibagi berdasarkan jumlah penduduk, luas wilayah, angka kemiskinan, dan tingkat kesulitan geografis. Dengan tambahan anggaran sebesar Rp11,7triliun, jumlah Dana Desa yang bersumber dari APBN mencapai Rp20,8 triliun.
DANA DESA
Rp20,8 T
Rp
RpRp
Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta
Rp547,5 miliar
Dialokasikan untuk mendanai urusan Keistimewaan DIY, meliputi: a) tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur; b) kelembagaan Pemerintah Daerah DIY; c) kebudayaan; d) pertanahan; dan e) tata ruang
DANA KEISTIMEWAAN
DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
BUDGET IN BRIEF APBNP 2015
DEFISIT ANGGARAN
2004-2015
Kebijakan defisit anggaran diarahkan untuk memperkuat stimulus fiskal dalam
rangka percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan
dengan tetap mengendalikan risiko dan menjaga kesinambungan fiskal. Untuk menjaga kesinambungan fiskal jangka menengah, pemerintah menjaga
defisit kumulatif APBN dan APBD dibawah ambang batas 3,0 % terhadap PDB.
Hal ini sesuai dengan amanah UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
TRILIUN RUPIAH
Catatan: Realisasi 2014 merupakan data yang dirilis oleh Direktorat Jenderal Perbendaharan, Kemenkeu
2004 2005 2005 * 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1,04 0,52 0,52 0,87 1,26 0,08 1,58 0,73 1,14 1,86 2,24 2,30 1,14 0,77 0,94 1,28 1,55 2,11 2,40 2,14 2,09 2,23 2,38 2,40 1,90 23,8 26,3 14,4 20,3 14,4 24,9 29,1 40,0 49,8 58,3 94,5 4,1 129,8 88,6 133,7 46,8 150,8 84,4 190,1 13,3 224,2 209,5 241,5 216,7 222,5
Nominal Defisit APBNP Nominal Defisit LKPP
APBNP Defisit terhadap PDB (%) LKPP Defisit terhadap PDB (%) 2,21 245,9 2015 APBNP 2005 APBN 2015 APBNP 2015