• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Kerja (Renja) Perubahan OPD Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rencana Kerja (Renja) Perubahan OPD Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Bab I - 1 -

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkebunan sesuai dengan Undang–Undang Nomor 18 Tahun 2004 pasal 4, memiliki multifungsi: (1) Fungsi ekonomi, yaitu peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional; (2) fungsi ekologi, yaitu peningkatan konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen, dan penyangga kawasan lindung; dan (3) fungsi sosial budaya, yaitu sebagai perekat dan pemersatu bangsa.

Gambaran dari fungsi ekonomi keberadaan sub sektor perkebunan sebagaimana tersebut diatas, ditunjukkan dengan kondisi peran penting sub sektor perkebunan di tingkat nasional, yang berdasarkan data statistik memberi gambaran kondisi yang cukup baik, sebagaimana diuraikan dalam data capaian indikator-indikator sebagai berikut:

- Nilai realisasi PDB sub sektor perkebunan (berdasar harga berlaku), pada Tahun 2008 adalah sebesar Rp 105,9 Trilyun, Tahun 2012 sebesar Rp 159,7 Triliun, dan Tahun 2013 data prediksi sementara sekitar Rp. 170 triliun.

- Nilai Ekspor komoditas perkebunan pada Tahun 2008 adalah sebesar US$ 27.369.363 ribu, menjadi sebesar US $ 40.689.768 ribu pada Tahun 2012. - Nilai Impor komoditas perkebunan pada Tahun 2008 adalah sebesar US$

4.535.918 ribu, menjadi US $ 8.843.792 ribu pada Tahun 2013.

- Neraca perdagangan komoditas perkebunan pada Tahun 2008 adalah sebesar US $ 22,8 miliar, Tahun 2012 sebesar US $ 27,5 Miliar, dan Tahun 2013 diperkirakan surplus Rp 19,5 trilyun dibanding tahun 2012.

- Nilai ekspor komoditi perkebunan Tahun 2012 sekitar 97,7 % dari total nilai ekspor produk pertanian, sedangkan volume ekspornya sekitar 96,3 % dari Total volume ekspor produk pertanian.

(2)

Bab I - 2 - - Jumlah tenaga kerja sub sektor perkebunan secara nasional Tahun 2008 adalah sebesar 12,077 juta Jiwa, menjadi sekitar 21,4 juta jiwa pada Tahun 2013.

- Investasi sektor perkebunan pada Tahun 2010 sekitar Rp 48,7 Triliun dan pada Tahun 2012 sudah mencapai sekitar Rp 79,4 Triliun.

Keberadaan sub sektor perkebunan di Provinsi Jawa Barat, hakekatnya tidak dapat dipisahkan dari sejarah pertumbuhan Jawa Barat sejak masa kolonial sampai sekarang, karena sub sektor ini memiliki arti yang sangat penting dan menentukan dalam pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat Jawa Barat. Bahkan dalam konteks masa lalu sejarah keberadaan kolonialisme dan imperialisme di Indonesia termasuk di Jawa Barat dipandang sebagai sejarah perkebunan itu sendiri. Dalam kondisi saat ini, peran penting sub sektor perkebunan di tingkat regional Jawa Barat juga menunjukan peran yang cukup besar. Hal tersebut ditunjukan oleh capaian indikator-indikator sebagai berikut:

- PDRB sub sektor perkebunan Jawa Barat menurut harga berlaku Tahun 2008 sebesar Rp 4.338.444 juta, menjadi sebesar Rp 6.393.011,00 juta Tahun 2012.

- LPE Sub Sektor Perkebunan Tahun 2008 adalah sebesar 11,23, Tahun 2009 sebesar 13,92, Tahun 2010 sebesar 15,84, Tahun 2011 sebesar 7,02, dan Tahun 2012 sebesar 4,33.

- Nilai Tukar Petani (NTP) Sub Sektor Perkebunan Jawa Barat menunjukan perkembangan yang terus meningkat, hal tersebut ditunjukan dengan perolehan NTP rata-rata pada Tahun 2008 sebesar 105,71, Tahun 2009 sebesar 107,73, Tahun 2010 sebesar 112,23, Tahun 2011 sebesar 116,62, Tahun 2012 sebesar 117,41, dan Tahun 2013 sebesar 107,89. Nilai rata-rata NTP sub sektor perkebunan tersebut setiap tahunnya selalu lebih tinggi dari nilai rata-rata NTP sub Sektor lainnya. Hal tersebut terlihat dari perbandingan nilai rata-rata NTP tahun 2012: NTP Perkebunan 117,41, NTP Hortikultura 117,15, NTP Perikanan 112,50, NTP Pangan 106,30 dan NTP Peternakan 98,26.

(3)

Bab I - 3 - - Perkiraan tenaga kerja yang terlibat pada Sub Sektor perkebunan Jawa Barat pada tahun Tahun 2011 adalah sebesar 496.174 jiwa, Tahun 2012 mencapai 542.094 orang atau + 2,48% dari total angkatan kerja penduduk Jawa Barat. Sedangkan jumlah petani yang menangani perkebunan Tahun 2014 tercatat sebanyak 1.517.457 KK.

Jawa Barat yang dikaruniai dengan kesuburan lahan serta limpahan potensi sumberdaya alam lainnya, menyebabkan tumbuhnya aneka macam komoditas perkebunan yang bernilai ekonomis tinggi. Dari luas areal perkebunan Jawa Barat Tahun 2014 adalah seluas 492.901 Ha, terbagi menjadi Perkebunan Rakyat sebesar 365.491 Ha (74,15%), Perkebunan Besar Negara sebesar 54.764 Ha (11,11%) dan Perkebunan Besar Swasta sebesar 72.646 Ha (14,74%). Kondisi tersebut pada Tahun 2008 adalah seluas 501.006 Ha, terdiri dari Perkebunan Rakyat seluas 373.012 Ha (74,45%), Perkebunan Besar Negara seluas 76.420 Ha (15,25), dan Perkebunan Besar Swasta seluas 51.574 Ha (10,29%).

Dari seluruh areal perkebunan tersebut di atas, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat memiliki komoditas binaan sebanyak 30 jenis. Adapun beberapa komoditas yang dianggap sebagai komoditas strategis yang menjadi prioritas untuk terus didorong perkembangannya di Jawa Barat, adalah: Teh, Kopi, Kakao, Cengkeh, Kelapa dan Tebu. Disamping itu terdapat beberapa komoditas Prospektif yang mulai menunjukan kecenderungan perkembangan positif, yaitu: Karet, Kelapa Sawit, Tembakau, Kelapa Hibrida, Aren, Pala, Lada, Nilam, Jambu Mete, Kemiri, Kemiri Sunan, Panili, Pinang, Kapok, Kayu Manis dan Jarak. Sedangkan beberapa komoditas lain yang dipandang sebagai komoditas unggulan spesifik lokal adalah: Akar Wangi, Sereh Wangi, Kina, Kenanga, Mendong, Pandan, Guttapercha dan Kumis Kucing. Namun demikian dari ke-30 komoditas binaan tersebut berdasarkan data statistik perkebunan tidak dipungkiri adanya beberapa komoditas yang secara ekonomis mulai kurang diminati, antara lain: Jarak Pagar, Pinang, Kapok, Guttapercha dan Kumis Kucing.

(4)

Bab I - 4 - Diluar ke-30 komoditas binaan yang selama ini dikelola oleh Dinas Perkebunan Jawa Barat, berdasarkan infomasi dan identifikasi lapangan di beberapa wilayah Kabupaten/Kota mulai terdapat pembudidayaan komoditas perkebunan lainnya yang bersifat prospektif di pasaran dalam negeri, antara lain adalah: Haramay dan Stevia. Komoditas-komoditas baru ini perlu terus dikawal prospek pengembangannya di masa depan

Kondisi sumber daya perkebunan Jawa Barat yang cukup melimpah tersebut dalam pengembangan/pemanfaatannya tentu saja perlu direncanakan secara benar melalui mekanisme perencanaan pembangunan daerah, dengan menggunakan kaidah-kaidah perencanaan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Perencanaan Pembangunan Daerah berdasarkan pemahaman teoritis adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan pembangunan, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumberdayayang ada secara efektif dan efisien, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial untuk jangka waktu tertentu.

Dalam mekanisme kepemerintahan, perencanaan pembangunan tersebut telah lama dijalankan melalui suatu sistem perencanaan pembangunan yang terkoordinasi dan terintegrasi. Pemahaman Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah itu sendiri adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintah daerah dan masyarakat di Daerah, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan.

Sistem perencanaan pembangunan Daerah dimaksudkan untuk memberikan landasan hukum dalam menyusun, menetapkan, melaksanakan perencanaan, dan mengendalikan serta mengevaluasi pelaksanaan rencana pembangunan Daerah yang berkelanjutan dan membentuk suatu siklus perencanaan yang utuh.

Sistem perencanaan pembangunan Daerah sebagaimana tersebut diatas bertujuan untuk :

(5)

Bab I - 5 - a. Mewujudkan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergitas perencanaan pembangunan, baik antarpemangku kepentingan pembangunan, antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah dan antarsusunan pemerintahan;

b. Mewujudkan keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan;

c. Menjamin tercapainya pemanfaatan sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan.

Berdasarkan pemahaman-pemahaman perencanaan tersebut diatas, maka Rencana Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 ini perlu disusun.

1.1.1 Pendekatan Penyusunan Renja

Merujuk pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat, berikut Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 79 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, bahwa pendekatan yang digunakan dalam penyusunan Renja Provinsi Jawa Barat yaitu:

1) Pendekatan teknokratik, pendekatan yang menggunakan metode dan kerangka berfikir ilmiah yang dilaksanakan secara fungsional, kewilayahan, lintas sektor, dan lintas pelaku;

2) Pendekatan partisifatif, pendekatan perencanaan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki;

3) Pendekatan politik, merupakan penjabaran agenda-agenda pembangunan yang berdasarkan kebijakan kepala daerah maupun aspirasi masyarakat melalui DPRD;

(6)

Bab I - 6 - 4) Pendekatan atas-bawah (top down), dan bawah-atas (bottom-up) yang dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan melalui musyawarah baik di tingkat nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan maupun di tingkat Desa;

5) Pendekatan Kompetitif, dilaksanakan dengan metode seleksi proposal usulan program dan kegiatan dengan kriteria tertentu dan melalui beberapa tahapan seleksi;

6) Pendekatan Sosio-kultural, dilaksanakan dengan melalui pendekatan budaya dan nilai-nilai kearifan lokal.

1.1.2 Proses Penyusunan Renja

Proses penyusunan Rencana Kerja (Renja) Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Membentuk Tim Penyusun Renja Dinas Perkebunan Tahun 2015, yang

melibatkan seluruh unsur personal Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, yang didukung oleh Nara Sumber yang berkompeten dibidangnya;

2) Konsolidasi tim penyusun Renja dan pembagian tugas;

3) Mengumpulkan bahan penyusunan Renja, termasuk data/informasi internal dan eksternal yang terkait;

4) Proses penyusunan Draft Awal Renja, meliputi: a) Penelaahan tugas dan fungsi organisasi;

b) Menghimpun dan memahami semua kebijakan yang terkait dan relevan dengan Rencana Kerja Tahunan yang disusun;

c) Mempedomani seluruh dokumen perencanaan terkait, diantaranya: RPJPN, RPJPD, RTRWN, RTRWP, RPJMN, RPJMD, RKP, RKPD, Renja K/L, dan dokumen perencanaan Kabupaten/Kota;

d) Mempedomani analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats) dan menentukan faktor-faktor kunci keberhasilan yang termuat pada Rencana Stratejik;

e) Menganalisis Data/Informasi tentang kondisi dan perkembangan potensi perkebunan Jawa Barat;

(7)

Bab I - 7 - f) Memformulasikan potensi, kendala, tantangan dan rancangan

pengembangan pembangunan sub sektor perkebunan;

g) Memilih/menentukan sasaran prioritas yang ada pada rencana stratejik untuk dilaksanaan pada tahun rencana kerja yang disusun. Setiap sasaran dibuat indikator keberhasilan sasaran (outputs dan outcomes); h) Menentukan rencana kinerja tingkat capaian (target) sasaran;

i) Memilih/menentukan program prioritas yang ada pada rencana stratejik untuk dilaksanakan pada tahun rencana kinerja yang disusun;

j) Dalam satu program, memilih dan menentukan kegiatan apa yang menjadi prioritas pada tahun rencana kerja yang disusun;

k) Setiap kegiatan yang telah ditentukan tersebut disusun indikator keberhasilan kegiatan (inputs, outputs, outcomes, benefits, dan impacts);

l) Menentukan satuan setiap indikator;

m) Menyusun rencana tingkat capaian (target) setiap indikator keberhasilan kegiatan;

n) Mengkonsolidasikan seluruh konsep rumusan rencana dalam satu kesatuan Draft Awal Renja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat. 5) Melaksanakan pembahasan Draft Awal Renja dalam forum internal Dinas

Perkebunan;

6) Melaksanakan Forum OPD untuk membahas Draft Awal Renja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat Tahun 2015, dengan melibatkan segenap unsur pemangku kepentingan pembangunan sub sektor perkebunan di Jawa Barat dengan konsep “Jabar Masagi”, yaitu: Unsur Pemerintah Pusat (Ditjen Perkebunan), Unsur Pemerintah Daerah (Bappeda dan OPD terkait), Unsur Pemerintah Kabupaten/Kota (Bappeda dan OPD yang membidangi perkebunan), Unsur Akademisi (Perguruan Tinggi), Unsur Pelaku Usaha (Kelembagaan Pekebun, Poktan/Gapoktan, Asosiasi, dlsb) serta Unsur Lembaga Swadaya Masyarakat maupun pemerhati dunia perkebunan Jawa Barat.

(8)

Bab I - 8 - 7) Melakukan proses Verifikasi Renja hasil pembahasan kepada Bappeda Provinsi Jawa Barat, yang dikaitkan dengan substansi Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2015.

8) Finalisasi Renja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat Tahun 2015.

1.1.3 Prinsip Penyusunan Renja

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (SISRENBANGDA), serta Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 79 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, maka penyusunan Rencana Kerja Dinas Perkebunan Tahun 2015 ini dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Renja Dinas Perkebunan merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah Provinsi Jawa Barat;

2) Renja Dinas Perkebunan dilakukan berdasarkan peran dan kewenangan Dinas Perkebunan;

3) Renja Dinas Perkebunan mengintegrasikan substansi dokumen perencanaan pembangunan daerah (RPJPD, RTRWP, RPJMD dan RKPD), substansi perencanaan pembangunan nasional (RPJPN, RTRWN, RPJMN, RKP dan Renstra K/L), serta substansi dokumen perencanaan pembangunan Kab/Kota yang terkait dengan kebijakan pembangunan sub sektor perkebunan di Jawa Barat;

4) Perencanaan pembangunan perkebunan yang dituangkan dalam Renja Dinas Perkebunan dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi daerah yang dimiliki, sesuai dinamika perkembangan di tingkat Kabupaten/Kota; 5) Renja Dinas Perkebunan dirumuskan secara transparan, responsif, efisien,

efektif, akuntable, partisipatif, berkeadilan dan berkelanjutan;

6) Renja Dinas Perkebunan dirumuskan dengan spesifik (Specific), terukur (Measurable), dapat dilaksanakan (Achievable), memperhatikan

(9)

Bab I - 9 - ketersediaan sumberdaya (Resources Availability) dan memperhatikan fungsi waktu (Times), yang disingkat dengan SMART.

1.2 Landasan Hukum

Peraturan perundang-undangan yang melatarbelakangi Rancangan Awal Rencana Kerja (Renja) OPD adalah sebagai berikut :

1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);

2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478);

3) Undang-undang Nomor: 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 No. 75, Tambahan Lembaran Negara No 3851);

4) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

6) Undang-undang RI Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan;

7) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

(10)

Bab I - 10 - 8) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

9) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

10) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

11) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068);

12) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tanggal 30 Desember 1995 tentang Pembenihan Tanaman;

13) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 14) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

15) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4816);

16) Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar;

(11)

Bab I - 11 - 17) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2010 Tentang Usaha Budidaya

Tanaman;

18) Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2010 - 2014;

19) Peraturan Menteri Pertanian No.03/Kpts/HK.060/1/2005 Pedoman Penyiapan dan Penerapan Teknologi Pertanian;

20) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 38/Permentan/OT.1408/2006 Tentang Pemasukan dan Pengeluaran Benih;

21) Peraturan Menteri Pertanian No. 39/Permentan/OT.1408/2006 tgl 31 agustus 2006 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina; 22) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan

atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

23) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/KPVS/OT/GO/4/2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani;

24) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

25) Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah:

26) Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 83.1/Permentan/RC.110/12/2011 Tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014;

27) Keputusan Menteri Pertanian No.511/Kpts/ PD.310/9/2006 tanggal 22 September 2006 dan No.3399/Kpts/PD.310/10/2009 tgl 19 Oktober 2009 tentang Jenis Komoditi Tanaman Binaan Ditjen Tanaman Pangan, Ditjen Horti dan Ditjen Perkebunan;

(12)

Bab I - 12 - 28) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat;

29) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 9 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 46);

30) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Jawa Barat (lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 11 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 47);

31) Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (Sisrenbangda) Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Nomor Tahun 2009 Nomor 6 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 64);

32) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029.

33) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 24 Tahun 2010 Tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2025;

34) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 28 Tahun 2010 tentang Pengembangan Wilayah Jawa Barat Bagian Selatan Tahun 2010-2029; 35) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2013 Tentang

Pedoman Penyelenggaraan Perkebunan;

36) Peraturan Daerah No 25 Tahun 2013 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 (Lembaran Daerah Tahun 2013 Nomor 25 Seri E);

(13)

Bab I - 13 - 37) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 38 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat;

38) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 54 Tahun 2010 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Di Lingkungan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Nomor 53 Seri D);

39) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 79 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah;

40) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 63 Tahun 2011 Tentang Perubahan Peraturan Gubernur Nomor 55 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Penganggaran, Pelaksanaan dan Penatausahaan, Pertanggungjawab dan Pelaporan Serta Monitoring dan Evaluasi Belanja Hibah dan Belanja Bantuan Sosial yang Bersumber dari APBD.

1.3 Maksud dan Tujuan

Rencana Kerja (Renja) OPD Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 dimaksudkan sebagai rujukan pelaksanaan program/kegiatan pembangunan perkebunan di Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2015 mendatang.

Adapun tujuan penyusunan Rencana Kerja (Renja) OPD Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 ini adalah :

1) Mengoptimalkan peran dan fungsi perencanaan perkebunan dalam pembangunan daerah;

2) Mewujudkan perencanaan pembangunan perkebunan yang akuntabel, partisipatif, bermanfaat, tepat sasaran dan berkesinambungan;

3) Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang lebih berdaya guna dan berhasil guna sebagai wujud pertanggungjawaban dalam mencapai visi, misi dan tujuan pembangunan daerah, khususnya bidang perkebunan;

(14)

Bab I - 14 - 4) Mewujudkan integrasi, sinkronisasi dan sinergitas pembangunan

perkebunan antara Pemerintah, Provinsi, dan Kabupaten/Kota;

5) Mewujudkan keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan;

6) Mengoptimalkan partisipasi masyarakat dan dunia usaha;

7) Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan.

1.4 Sistematika Penulisan BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menjelaskan pengertian ringkas tentang rancangan awal Rencana Kerja (Renja), visi dan misi pembangunan jangka menengah daerah serta pendekatan, proses dan prinsip penyusunan renja.

1.2. Landasan Hukum

Memuat tentang undang – undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah dan peraturan gubernur yang berkaitan tentang pedoman dalam penyusunan perencanaan dan pengganggaran OPD.

1.3. Maksud dan Tujuan

Menjelaskan tentang maksud dan tujuan dari penyusunan Renja OPD Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat

1.4. Sistematika Penulisan

Mengemukakan kerangka penulisan dokumen Renja sesuai dengan kebutuhan uraian substansi secara terstruktur.

(15)

Bab I - 15 -

BAB II. EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA OPD TAHUN LALU

2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja OPD Tahun Lalu dan Capaian Renstra OPD, yaitu menjelaskan hasil evaluasi pelaksanaan Renja OPD tahun lalu (n-2) dan perkiraan capaian tahun berjalan (n-1), mengacu pada APBD tahun berjalan dan pencapaian target Renstra OPD berdasarkan realisasi program dan kegiatan pelaksanaan Renja OPD tahun – tahun sebelumnya, dengan dilengkapi tabel (Formulir J-1).

2.2. Analisis Kinerja Pelayanan OPD, yaitu menjelaskan capaian kinerja pelayanan OPD berdasarkan indikator kinerja yang sudah ditentukan dalam Renstra OPD, dengan dilengkapi tabel (Formulir J-2).

2.3. Isu – Isu Penting Penyelenggaran Tugas dan Fungsi OPD Menjelaskan tingkat kinerja pelayanan OPD, permasalahan dan hambatan yang dihadapi dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi OPD, dampak terhadap pencapaian visi dan misi kepala daerah, terhadap capaian program nasional/ internasional seperti SPM dan MDGs (Millenium Development Goals), serta tantangan dan peluang dalam meningkatkan pelayanan OPD.

2.4. Review terhadap Rancangan Awal RKPD, yaitu menjelaskan hasil review terhadap rancangan awal RKPD dengan hasil analisis kebutuhan pada OPD.

2.5. Penelaahan Usulan Program dan Kegiatan Masyarakat, yaitu menjelaskan hasil kajian terhadap program/ kegiatan yang diusulkan para pemangku kepentingan

(16)

Bab I - 16 - dengan dilengkapi tabel usulan program dan kegiatan para pemangku kepentingan (Formulir J-3).

BAB III. TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

3.1. Telaahan terhadap Kebijakan Nasional, yaitu menjelaskan hasil telaahan terhadap arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional dan yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi OPD.

3.2. Tujuan dan Sasaran Renja OPD, yaitu menjelaskan tujuan dan sasaran isu – isu penting penyelenggaraan tugas dan fungsi OPD yang dikaitkan dengan sasaran target kinerja Renstra OPD.

3.3. Program dan Kegiatan, yaitu menjelaskan program dan kegiatan OPD pada tahun rencana yang dilengkapi dengan lokasi dan indikasi pendanaan yang dibutuhkan berdasarkan sumber dana APBD Provinsi dan APBN/ PHLN (Formulir J-4).

BAB IV. PENUTUP

Menjelaskan kaidah pelaksanaan kegiatan sesuai dengan Renja OPD, penegasan komitmen OPD terhadap terhadap pelaksanaan Renstra OPD dan RJPMD, serta penegasan Renja OPD sebagai acuan penyusunan RKA OPD pada tahun rencana.

Referensi

Dokumen terkait

lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam dasar yang

Widodo, R., 2004, Panduan Kelurga Memilih Dan Menggunakan Obat, Penerbit Kreasi Wacana, Yogyakarta.. Pustaka Widyasarana

[r]

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam mengenai permasalahan tersebut diatas untuk mengetahui secara

DIJUAL RMH di Jl. Teluk Gong Timur No. Segitiga Emas Halimun, Kuningan.. Iklan Baris Iklan Baris TANAH DIJUAL TEMPAT USAHA TV /RADIO /VIDEO VILA DIKONTRAKAN Serba Serbi..

Risiko operasional merupakan risiko yang muncul terhadap seluruh material yang dapat mempengaruhi kegiatan operasional bank, di antaranya: risiko kerugian yang disebabkan oleh

Setelah diberi perlakuan perendaman dalam larutan daun kumis kucing dan perlakuan perebusan, kandungan Pb mengalami penurunan, sedangkan pada perlakuan perendaman dalam

Peneliti fokus untuk mendapatkan data dari semua kelompok responden yaitu semua jajaran Pimpinan Universitas mulai dari Rektor, Pembantu Rektor, Dekan, Ketua