BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Obat dan Jenis-Jenis Obat
Secara umum obat dapat diartikan sebagai semua bahan
tunggal/campuran yang dipergunakan oleh semua mahluk hidup untuk bagian
dalam maupun luar, guna mencegah, meringankan ataupun menyembuhkan
penyakit.Menurut undang-undang kesehatan, yang dimaksud dengan obat adalah
suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada
manusia atau hewan,termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh (Syamsuni,
2006).
Para ahli farmasi menyediakan obat dalam berbagai bentuk sediaan. Hal ini
disesuaikan untuk masing-masing cara pemberian dan keadaan yang diperlukan.
Beberapa bentuk sediaan yang dikenal adalah:
a. Larutan, berisi obat yang diberi gula dan disebut sirup dengan tujuan
memudahkan pemberian obat pada anak-anak. Selain air sebagai bahan pelarut,
dapat pula dipakai lemak cair maupun padat, alkohol, emulsi, minyak atsiri,
dan bermacam pelarut lainnya. Beberapa sirup disediakan dalam bentuk tepung
dan dilarutkan jika akan dipakai.
b. Serbuk, merupakan bentuk tepung dari suatu obat atau bermacam paduan obtat.
Biasanya serbuk dibungkus untuk sekali minum dan sekali pakai.
d. Kapsul, merupakan tempat serbuk atau obat cair, untuk memudahkan obat
ditelan. Kadang-kadang obat dimasukkan kedalam kapsul agar tidak dirusak
oleh asam lambung.
e. Supositoria, adalah bentuk pil bulat panjang dengan bermacam ukuran bagi
anak atau dewasa dan digunakan untuk pengobatan melalui rectum, vagina atau
uretra. Supositoria akan mencair di dalam rongga-rongga tersebut pada suhu
tubuh. Sekalipun dimasuukan melalui rectum, namun bentuk supositoria dapat
juga dipergunakan untuk mendapatkan efek sistematik.
f. Cairan steril, untuk obat infus maupun suntikan (Yahya.M,1992)
g. Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam dasar yang sesuai (Anonim, 1995).
2.2. Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau
lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam dasar yang sesuai. Sediaan
setengah padat ini mempunyai konsisten relatif cair diformulasi sebagai emulsi air
dalam minyak atau minyak dalam air (Anonim, 1995).
Tipe krim ada 2 yaitu : tipe air dalam minyak (A/M) dan tipe minyak
dalam air (M/A). Krim menggunakan zat pengemulsi, umumnya berupa
surfaktan-surfaktan anionik, kationik, dan non-ionik. Untuk menstabilkan krim
ditambah zat antioksidan dan zat pengawet(Anief, 1999).
Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan
kebagian kulit badan. Obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui
termasuk obat luar adalah obat luka, obat kulit, obat hidung, obat mata, obat tetes
telinga, obat wasir, dan sebagainya (Widjajanti, 1988).
Krim dalam sistem emulsi sediaan semipadat mempunyai penampilan
tidak jernih, berbeda dengan salep yang tembus cahaya. Konsistennyatergantung
pada jenisnya emulsinya, apakah jenis air dalam minyak atau atau minyak dalam
air, dan juga pada sifat zat padat dalam fase internal. Sediaan semipadat ini juga
digunakan pada kulit, dimana umumnya sediaan tersebut berfungsi sebagai
pembawa pada obat-obat topikal, sebagai pelunak kulit, atau sebagai pembalut
pelindung atau pembalut penyumbat (oklusif) (Lachman, L and Lieberman H,A,
1994).
2.3.Obat Kulit
Penyakit kulit dikenal bermacam-macam, seperti kudis, eksema, kutu air,
biang keringat, koreng dan sebagainya. Untuk mengobati penyakit-penyakit kulit
tersebut di atas, digunakan bahan-bahan yang mampu melindungi kulit yang luka
atau sakit, bahan-bahan yang mampu menghaluskan dan melemaskan kulit,
bahan-bahan yang dapat mengurangi rasa gatal, bahan-bahan yang mempunyai
pekerjaan khusus. Obat –obat tersebut dapat dipakai pada kulit sebagai kompres,
pasta,salep, dan lotion (Widjajanti, 1988).
Sistem pemberian dan bentuk sediaan obat dalam pemakaiannya pada
kulit dapat berupa salep krim melalui kulit, lotion, larutan topikal merupakan
bentuk sediaan dermatologi yang paling sering dipakai, tapi preparat lain seperti
pasta, serbuk dan aerosol juga bisa digunakan. Preparat yang digunakan pada kulit
dan lain-lain, atau untuk efek khusus dari bahan obat yang ada. Absorpsi dari
bahan obat dan preparat dermatologi yang lain seperti cairan, gel, salep, krim, atau
pasta tidak hanya tergantung pada sifat kimia dan fisika dari bahan obat saja,
tetapi juga pengaruh pembawa dan zat tambahan lain dan juga kondisi dari kulit
(Ansel,1989).
Obat bebas untuk pengobatan kulit biasanya ditujukan untuk
penyakit-penyakit yang sering terjadi seperti panu, kadas, jerawat, kudis, kutil, ketombe,
dan sebagainya. Bentuk obatnya berupa salep atau cairan. Secara umum obat-obat
luar memiliki keamanan yang lebih baik karena ia hanya digunakan secara lokal
pada bagian luar . Efek samping yang mungkin terjadi adalah iritasi kulit, atau
rasa terbakar (Widodo, 2004).
Obat Kortikosteroid mempunyai daya anti alergi dan antiradang. Obat
kulit topikal Kortikosteroid yang terdapat dalam Daftar Obat Wajib Apotek No.1
meliputi betametason ,Flupredniliden ,Triamsinolon,Fluokortolon/Diflukortolon,
dan Desoksimetason. Salah satu obat produksi dari PT. Kimia Farma (Persero)
Tbk.Plant Medan yang digunakan melalui kulit adalah krim
N.Betametason merupakan suatu senyawa turunan Kortikosteroid. Krim
Betason-N adalah golongan Kortikosteroid yang sangat efektif untuk obat kulit yang
disebabkan penyakit alergi. Krim Betason-N juga digolongkan ke dalam obat
Antiinflamantory analgesik yaitu obat untuk penyakit yang ditandai dengan
adanya rasa nyeri, bengkak, kekakuan, dan gangguan alat fungsi penggerak(Anief,
2.4 Betametason
Betametaso valerat memiliki rumus molekul : C27H37FO6 dengan struktur
sebagai berikut ( Gambar 2.1 )
Nama kimia dari senyawa ini adalah 9-Flouro-11β,17,21-Trihodroksi-16β-Metil
pregna-1,4-Diena 3,20;Dion17- valerat
Berat molekul : 476,58
Pemerian : -serbuk putih sampai praktis putih
- melebur pada suhu 190 °C disertai peruraian.
Kelarutan :- tidak larut dalam air
- mudah larut dalam aseton dan kloroform
- larut dalam etanol serta sukar larut dalam benzen dan eter.
Betametason adalah senyawa dari golongan kortikosteroid yang paling efektif
untuk obat kulit. Betamethasone masuk dalam kelompok obat yang disebut
steroid. Betamethason berfungsi mencegah pelepasan zat di dalam tubuh yang
menyebabkan pembengkakan. Betamethason digunakan untuk mengobati banyak
kondisi berbeda seperti alergi, sakit kulit, ulcerative kolitis, arthritis, lupus,
psoriasis atau masalah pernapasan. Krim betamethason mengandung betametason
valerat, neomisin sulfat yang dikenal sebagai suatu antibiotik yang aktif terhadap
sejumlah besar bakteri yang umumnya menyertai radang kulit., serta mengandung
antibakteri dan antijamur untuk infeksi yang disebabkan oleh jamur maupun
bakteri.
2.4.2 Pengujian betametason 2.4.2.1 Uji Kualitatif
Cara pemeriksaan betametason dapat dilakukan dengan metode
Kromotografi Lapis Tipis (KLT).Kromotografi lapis tipis merupakan prosedur
pemisahan zat terlarut dalam sistem yang terdiri dari dua fase. Dalam
kromatografi, menggunakan dua fase tetap yaitu : fase diam (stasionary phase)
dan fase gerak (mobile phase), dimana pemisahan senyawa tergantung pada
gerakan dari dua fase ini.Menurut Farmakope Indonesi Ed. V, lempeng yang
tercapai dapat didasarkan pada absorbsi, partisi, atau kombinasi dari keduanya,
tergantung dari jenis zat penyangga, cara pembuatan dan jenis pelarut yang
digunakan. Pemisahan pada KLT ini pada umumnya dihentikan sebelum semua
fase gerak melewati seluruh permukaan fase diam. Pemisahan pada kromatografi
lapis tipis yang optimal akan diperoleh hanya jika menotolkan sampel dengan
ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin. Sebagaimana dalam prosedur
kromatografi yang lain, jika sampel yang digunakan terlalu banyak maka akan
menurunkan resolusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penotolan sampel
secara otomatis lebih dipilih daripada penotolan secara manual. Penotolan sampel
yang tidak tepat akan meyebabkan bercak yang menyebar dan puncak ganda. (
Rohman, 2007 )
2.4.2.2. Uji kuantitatif
Uji kuantitatif dapat dilakukan dengan cara kromatografi cair kinerja
tinggi (KCKT). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi atau KCKT atau biasa juga
disebut dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatografi) dikembangkan
pada akhir tahun 1960-an. KCKT merupakan metode yang dapat digunakan baik
untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif.Prinsip dasar dari HPLC
adalah pemisahan zat yang akan dianalisis berdasarkan kepolarannya. Adapun
prinsip kerja dari alat HPLC adalah ketika suatu sampel yang akan diuji
diinjeksikan ke dalam kolom maka sampel tersebut kemudian akan terurai dan
terpisah menjadi senyawa-senyawa kimia ( analit ) sesuai dengan perbedaan
afinitasnya. Hasil pemisahan tersebut kemudian akan dideteksi oleh detector
tertentu, hasil yang muncul dari detektor tersebut selanjutnya dicatat oleh recorder
yang biasanya dapat ditampilkan menggunakan integrator atau menggunakan
personal computer (PC) yang terhubung online dengan alat HPLC tersebut.
Pada prinsipnya kerja HPLC adalah sama yaitu pemisahan zat yang akan
dianalisis berdasarkan kepolarannya, alatnya terdiri dari kolom (sebagai fasa
diam) dan larutan tertentu sebagai fasa geraknya. Yang paling membedakan
HPLC dengan kromatografi lainnya adalah pada HPLC digunakan tekanan tinggi
untuk mendorong fasa gerak. Campuran analit akan terpisah berdasarkan
kepolarannya dan kecepatannya untuk sampai kedektetor (waktu retensinya) akan
berbeda, hal ini akan teramati pada spektrum yang puncak-puncaknya terpisah.
KCKT paling sering digunakan untuk menetapkan kadar
senyawa-senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat, dan
protein-protein, menentukan kadar senyawa-senyawa aktif obat, memurnikan senyawa
dalam suatu campuran, serta kontrol kualitas (Rohman, 2007).
KCKT pada saat ini merupakan metode kromatografi cair paling akhir.
Dalam beberapa tahun terakhir ini teknologi KCKT dan pemakaiannya sangat
berkembang, walaupun membutuhkan biaya yang relatif tidak sedikit tapi saat ini
merupakan suatu teknik yang banyak digunakan pada perusahaan obat,diantaranya
adalah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan.
Hampir semua produk obat baru yang dikembangkan akhir-akhir ini
menggunakan KCKT sebagai metode pilihan untuk analisis stabilitas sediaanya.
KCKT dapat memisahkan dan menentukan jumlah zat berkhasiat dan hasil
pemeriksaan resmi berangsur-angsur digantikan oleh metode KCKT yang lebih
spesifik , peka dan teliti (Lachman, L and Lieberman H, A, 1994).
Alat utama KCKT terdiri dari:
1. Tandon pelarut
Bahan tandon pelarut harus lembam terhadap fase gerak berair dan tidak
berair. Sehingga baja antikarat dan gelas menjadi pilihan. Baja antikarat jangan
dipakai pada pelarut yang mengandung ion halida dan jika tandon harus
bertekanan, hindari penggunaan gelas. Daya tampung tandon harus lebih dari 500
ml digunakan selama 4 jam untuk kecepatan alir 1-2 ml/menit.
2. Pipa
Pipa merupakan penyambung dari seluruh bagian sistem. Garis tengah
dalam pipa sebelum penyuntik tidak terpengaruh. Hanya saja harus lembam, tahan
tekanan dan mampu dilewati pelarut dengan volume yang memadai.
3. Pompa
Pompa harus lembam terhadap semua pelarut. Bahan yang umum
digunakan adalah gelas, baja anti karat, teflon, dan batu nilam. Aliran pelarut
dalam pompa harus tanpa denyut atau diredam untuk menghilangkan denyut,
karena denyut air pelarut dapat menyebabkan hasil yang rancu bagi beberapa
detektor. Kecepatan alir pompa harus tetap, baik untuk keperluan jangka pendek
maupun jangka panjang.
4. Penyuntik / Sistem Penyuntik Cuplikan
Teknik penyuntikan harus dilakukan dengan cepat untuk mencapai
ketelitian maksimum analisis kuantitatif. Yang terpenting sistem harus dapat
pengisian cuplikan, cuplikan dialirkan melewati lingkar cuplikan dan
kelebihannya dikeluarkan ke pembuangan. Pada saat penyuntikan, katup diputar
sehingga fase gerak mengalir melewati lingkar cuplikan ke kolom.
5. Kolom
Kolom merupakan jantung kromotograf, keberhasilan atau kegagalan
analisis bergantung pada pilihan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Dianjurkan
untuk memasang penyaring 2µm di jalur antara penyuntik dan kolom, untuk
menahan partikel yang dibawa fase gerak dan cuplikan. Hal ini dapat
memperpanjang umur kolom (Munson, 1991).
Kolom dapat diibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
a. Kolom analitik : garis tengah dalam 2-6 mm. untuk kemasan mikropartikel
biasanya panjang kolom 10-30 cm.
b. Kolom preparatif : garis tengah 6 mm atau lebih panjang 25-100 cm (Johnson,
1991). Kolom kromotografi untuk pengaliran oleh gaya tarik bumi (gravitasi) atau
sistem bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang dilengkapi kran jenis
tertentu pada bagian bawahnya untuk mengatur aliran pelarut. Salah satu konsep
penting KCKT ialah mengusahakan volum pelarut antara penjerap dan detektor
atau fraksinator sekecil mungkin untuk mencegah pencampuran kembali
fraksi-fraksi setelah terpisah (Gritter, R. J.,dkk., 1991).
6. Detektor
Detektor harus memberi tanggapan pada cuplikan, tanggapan yang dapat
diramal, peka, hasil yang efesien dan tidak terpengaruh oleh perubahan suhu atau
komposisi fase gerak. Detektor yang dipakai pada KCKT biasanya adalah UV 254
pita yang memperburuk pemisahan. Pemilihan detektor KCKT tergantung pada
sifat sampel, fase gerak dan kepekaan yang tinggi dicapai.
7. Penguat Sinyal
Pada umumnya sinyal yang berasal dari detektor diperkuat terlebih
dahulu sebelum disampaikan pada alat perekam potensiometrik. Dapat pula sinyal
dikirimkan kepada suatu integrator digital elektronik untuk mengukur luas puncak
kromatogram secara otomatik.
8. Perekam
Perekam merupakan salah satu dari bagian peralatan yang berfungsi
untuk merekam atau menunjukkan hasil pemeriksaan suatu senyawa berupa pelak
(puncak). Dari daftar tersebut secara kualitatif kita dapat menentukan atau
mengetahui senyawa apa saja yang diperiksa, luas dan tinggi puncak berbanding
lurus dengan konsentrasi. Dari data ini dapat pula dipakai untuk memperoleh
secara kuantitatif. Sebagai perekam biasanya dipakai bersama-sama dengan
integrator (Munson, 1991).
Dalam pemisahan suatu senyawa secara KCKT biasanya digunakan
suatupelarut landasan yaitu pelarut yang sifat kepolarannya biasanya diubah-ubah,
sesuai dengan kebutuhan. Bila sampel telah dimasukkan dengan suatu penyuntik
KCKT, maka akan dibawa melalui kolom bersama suatu fase gerak akibat adanya
tekanan dari suatu pompa. Data yang dihasilkan akan ditunjukkan berupa puncak
2.4.3 Proses kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Pemisahan dalam KCKT berdasarkan perbedaan interaksi antara analit
yang di bawa oleh aliran fase gerak dengan permukaan fase diam sehingga
menghasilkan perbedaan waktu tambat untuk suatu campuran analit ( Kazakevich
dan LoBrutto,2007 )
Berdasarkan pernyataan di atas terdapat dua fase yang berbeda yang
terlibat dalam kromatografi yaitu satu fase yang berfungsi membawa analit
biasanya disebut fase gerak, dan fase lain yang tidak bergerak atau disebutfase
diam. Suatu campuran komponen zat biasanya disebut analit, yang didispersikan
dalam fase gerakpada tingkat molekuler sehingga menghasilkan transpor yang
seragam daninteraksi dengan fase gerak dan fase diam ( Kazakevich dan
LoBrutto, 2007)
Komposisi fase gerak dalam analisis KCKT berperan penting
dalamkeberhasilan pemisahan. Pada kromatografi fase normal dan balik,
kelarutandari campuran komponen baik dalam fase gerak dan fase diam
berperandalam besarnya pemisahan. Campuran komponen zat yang
kelarutanyatinggi dalam fase gerak tetapi kelarutanya rendah dalam fase diam
akanmenghasilkan waktu retensi yang singkat. Karena pengaruh kelarutan
padapolaritas molekul, maka penting untuk membandingkan polaritas
Gambar 2.2. Diagram Skematik Alat KCKT