BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latarbelakang Masalah
Biologi merupakan ilmu yang mempelajari makhluk hidup, lingkungan, dan
hubungan makhluk hidup dengan lingkungannya. Materi biologi yang diajarkan
dalam pembelajaran biologi bukan hanya berupa fakta-fakta, konsep maupun
prinsip saja, namun juga terdapat adanya proses penemuan. Proses belajar
mengajar materi biologi tidak cukup hanya mengajarkan materi atau pengetahuan
biologi saja kepada siswa. Siswa seharusnya diajak mempelajari biologi menurut
cara berpikirnya sehingga siswa dapat menemukan dan membangun sendiri
pengetahuannya terhadap materi yang sedang dikaji. Menurut Tim Pengembang
Ilmu Pendidikan (2007), hasil belajar biologi bukan hanya pengetahuan dan
ketrampilan, melainkan juga sikap ilmiah dan bernalar yang dikembangkan sesuai
dengan karakteristik materinya. Oleh karena itu, pembelajaran biologi merupakan
serangkaian proses yang digunakan sebagai wahana untuk meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai serta tanggung jawab terhadap
lingkungan dan masyarakat.
Biologi sebagai salah satu disiplin dalam sains yang memiliki serangkaian
proses yang dikenal dengan metode ilmiah atau kerja ilmiah. Pada proses
pembelajarannya diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir sesuai
dengan metode ilmiah. Untuk itu, pada proses pembelajaran biologi harus
memberikan pengalaman belajar secara langsung. Menurut Edgar Dale dalam
pengalaman langsung. Pentingnya pengalaman belajar siswa secara langsung ini
harus dilakukan dengan melibatkan siswa secara aktif, baik individual maupun
kelompok untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Pembelajaran biologi saat ini harus disesuaikan dengan kurikulum yang
telah ditetapkan yakni kurikulum 2013 sebagai penyempurna kurikulum
sebelumnya. Menurut Mulyasa (2013), kurikulum 2013 merupakan kurikulum
yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter (competency and character
based curriculum), yang dapat membekali siswa dengan berbagai sikap dan
kemampuan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tuntutan
teknologi sehingga diharapkan dapat menghasilkan peserta didik yang produktif,
kreatif, inovatif dan afektif. Oleh karena itu, dalam implementasinya guru dituntut
secara profesional untuk merancang pembelajaran yang efektif dan bermakna.
Pada pembelajaran efektif dan bermakana, peserta didik perlu dilibatkan secara
aktif. Hal tersebut dikarenakan peserta didik adalah pusat dari pembelajaran serta
pembentukan kompetensi dan karakter
Pada kurikulum 2013, proses pembelajaran biologi dilakukan melalui
pendekatan ilmiah (Scientific Approach). Menurut Sudarwan dalam Majid (2013),
pendekatan sceintific merupakan pendekatan pembelajaran yang bercirikan
penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan
penjelasan tentang suatu kebenaran sehingga proses pembelajaran harus
dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah.
Pembelajaran dengan pendekatan scientific mencakup 5 tahapan yang saling
mencipta yang dapat dimunculkan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran
scientific menuntut keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pencarian
pengetahuan melalui berbagai aktivitas sains sehingga siswa tidak hanya
mengetahui produk-produk sains namun juga diharapkan mahir dalam
melaksanakan proses dan sikap ilmiah. Pada umumnya proses pembelajaran
biologi di sekolah lebih berpusat kepada guru (Teacher Centered Learning).
Manasikana et al. (2012), penerapan TCL (Teacher Centered Learning) masih
banyak diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Guru hanya menyajikan
materi secara teoritik dan abstrak sedangkan siswa pasif, siswa hanya
mendengarkan guru ceramah di depan kelas. Kegiatan pembelajaran seperti ini
hanya menekankan pada tujuan pembelajaran berupa transfer ilmu (transfer of
knowlage) yang dapat menyebabkan siswa kurang mampu memahami ilmu yang
diberikan, takut berpendapat, tidak berani mencoba, dan kreativitas siswa menjadi
rendah. Kondisi yang demikian akhirnya cenderung menjadi pembelajaran yang
pasif sehingga aktivitas belajar siswa pun kurang berkembang. Dengan demikian,
maka diperlukan proses pembelajaran yang berpusat kepada siswa (Student
Centered Learning) yang diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara
aktif dalam proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran Student Centered
Learning (SCL) siswa diberi kesempatan untuk membangun sendiri pengetahuan,
sikap, dan kreativitanya melalui aktivitas belajar yang siswa lakukan.
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran yang berpusat kepada siswa
(Student Centered Learning) telah dilaksanakan oleh SMA Negeri 2 Purwokerto.
Centered Learning), pada proses pembelajaran masih banyak siswa yang belum
melakukan aktivitas belajar. Hal tersebut belum sesuai dengan tuntutan kurikulum
2013 yang berbasis scientific, dimana dalam implementasinya menekankan
adanya keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian,
maka proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan.
Bardasarkan hasil survey dan wawancara dengan guru mata pelajaran
biologi di kelas X diperoleh keterangan bahwa, pada proses pembelajaran biologi
sudah menunjukan adanya aktivitas belajar siswa namun belum mendekati pada
kualitas dan produk belajar. Hal tersebut dibuktikan pada saat proses diskusi dan
presentasi hanya sebagian siswa yang aktif berpendapat dan menyanggah
pendapat teman sedangkan sebagian besar siswa lainnya cenderung masih pasif.
Bukan hanya itu, pada kegiatan praktikum juga hanya beberapa siswa yang aktif
melaksanakan praktikum dan ikut bekerja sama dalam kelompok.
Meskipun proses pembelajaran sudah menggunakan model atau metode
yang inovatif di kelas yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013, namun
faktanya pelaksanaan pembelajaran masih menekankan pada ketuntasan materi
yang harus diselesaikan tepat waktu sehingga aktivitas belajar siswa belum
memperoleh porsi yang seimbang dalam proses pembelajaran. Kondisi yang
demikian jika dibiarkan akan menyebabkan proses pembelajaraan kurang efektif,
siswa kurang antusias dalam belajar, siswa kurang memahami isi dari materi yang
sedang dikaji, dan siswa kurang berani dalam mengungkapkan pendapat maupun
sangat penting dan perlu dikembangkan sehingga proses pembelajaran yang
berlangsung benar-benar dapat memperoleh hasil yang maksimal. Hal ini
dikarenakan dengan bekerja siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan
ketrampilan serta perilaku lainnya termasuk sikap dan nilai (Rintayanti &
Sulistya, 2011). Oleh karna itu, keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu
saja tanpa diimbangi dengan adanya aktivitas belajar.
Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu adanya solusi untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu solusi
yang dapat digunakan adalah memilih dan menentukan model pembelajaran yang
tepat sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang menarik, menyenangkan,
tidak membosankan, dan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Model
pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran Kreatif-Produktif.
Model pembelajaran Kreatif-Produktif pada mulanya khusus dirancang
untuk pembelajaran apresiasi sastra. Namun pada perkembagannya model
pembelajaran ini dapat digunakan untuk berbagai bidang studi setelah melalui
berbagai modifikasi. Menurut Suryosubroto (2009), pembelajaran
Kreatif-Produktif merupakan model yang dikembangkan dengan mengacu pada berbagai
pendekatan yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas dan hasil belajar.
Pendekatan tersebut antara lain belajar aktif dan kreatif (CBSA) yang juga dikenal
dengan strategi inkuiri, pembelajaran konstruktif, pembelajaran kolaboratif dan
kooperatif. Menurut Wena (2011), model pembelajran Kreatif-Produktif memiliki
5 tahapan, tahapan tersebut antara lain; orientasi, eksplorasi, interpretasi,
mengutamakan metode praktikum dalam pembelajarannya, tetapi juga dapat
melibatkan siswa untuk merencanakan kegiatan dan merefleksi apa yang telah
diperoleh dari kegiatan pembelajaran. Karakteristik model pembelajaran ini
adalah melibatkan siswa secara aktif baik intelektual maupun emosional melalui
eksplorasi konsep yang sedang dikaji, siswa mampu mengkonstruksi sendiri
konsep yang sedang dikaji, bertanggung jawab menyelesaikan tugas bersama,
bekerja keras, berdedikasi tinggi, serta percaya diri untuk menjadi kreatif
(Pujiastuti, 2009). Model pembelajaran Kreatif-Produktif mengajak siswa untuk
membengun pengetahuan awal yang dimiliki dari suatu konsep atau masalah yang
sedang dikaji, kemudian mendorong siswa untuk mencari dan menemukan
jawaban dari pengetahuan maupun pengalaman langsung sehingga menghasilkan
sesuatu yang baru sebagai hasil dari pemahamannya.
Berbagai penelitian tentang penggunaan model Kratif-Produktif telah
banyak dilaksanakan. Beberapa diantarnya terbukti dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran. Sebagai contohnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yennita et
aI. (2009), tentang penerapan strategi Kreatif-Produktif untuk meningkatkan hasil
belajar fisika siswa kelas X. Kemudian penelitian yang dilakukan Nurfitri et al.
(2013), tentang penerapan model pembelajaran Kreatif-Produktif dalam
pembelajaran fisika untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMA. Selain itu
penelitian lain yang dilakukan Oya & Asri (2014), tentang peningkatan motivasi
dan hasil belajar bahasa indonesia menggunakan model pembelajaran
Kreatif-Produktif. Serta penelitian yang dilakukan oleh Sahrin et al. (2015), tentang
hasil belajar fisika siswa kelas X SMAN 1 Ranah Batahan. Berdasarkan beberapa
hasil penelitian tersebut diharapkan model pembelajaran Kreatif-Produktif juga
mampu untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran biologi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian
tentang pengaaruh model pembelajaran Kreatif-Produktif terhadap peningkatan
aktivitas belajar siswa kelas X dalam pembelajaran biologi di SMA Negeri 2
Purwokerto.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut , maka rumusan masalah ini adalah:
Apakah model pembelajaran Kreatif-Produktif berpengaruh terhadap peningkatan
aktivitas belajar siswa kelas X dalam pembelajaran biologi di SMA Negeri 2
Purwokerto?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
Kreatif-Produktif terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa kelas X pada
pembelajaran biologi di SMA Negeri 2 Purwokerto.
1.4. Manfaat Penelitian
Selain untuk mencapai tujuan tersebut, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi siswa, sekolah, dan peneliti.
1. Bagi Siswa
a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mencapai tujuan
b. Dapat memberikan suasana proses pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan dengan model pembelajaran yang diterapkan.
2. Bagi guru
Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menentukan model
pembelajaran yang tepat dan inovatif sehingga dapat menciptakan kondisi
kelas yang aktif.
3. Bagi sekolah
Dapat memberikan masukan pada sekolah tentang penggunaan model
pembelajaran Kreatif-Produktif untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa,
sehingga sekolah dapat menentukan kebijakan untuk dapat menggunakan
model pembelajaran tersebut pada semua mata pelajaran.
4. Bagi peneliti
Dapat memperoleh data penelitian tentang pengaruh model
pembelajaran Kreatif-Produktif terhadap peningkatan aktivitass belajar siswa