A. Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Arends (Trianto, 2009) pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri. Menurut Permendikbud No 60 Tahun 2014 pembelajaran berbasis masalah juga merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Pada pembelajaran ini masalah digunakan sebagai langkah awal untuk mendapatkan pengetahuan baru, dan permasalahan tersebut diselesaikan di dalam kelompok dimana dalam menyelesaikannya memerlukan kerjasama antar anggota kelompok.
Ciri- ciri pembelajaran berbasis masalah menurut Trianto (2009) adalah sebagai berikut:
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah. 2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. 3. Penyelidikan autentik.
Berdasarkan ciri- ciri di atas maka pembelajaran berbasis masalah memiliki tujuan:
1. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan menyelesaikan masalah.
2. Belajar peranan orang dewasa yang autentik. 3. Menjadi pembelajar yang mandiri.
Adapun kelebihan dari pembelajaran berbasis masalah menurut Trianto (2009) adalah:
1. Realistik dengan kehidupan siswa 2. Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa 3. Memupuk inkuiri siswa
4. Retensi konsep menjadi kuat
5. Memupuk kemampuan pemecahan masalah
Menurut Trianto (2009) selain kelebihan dari pembelajaran tersebut ada pula kekurangannya yaitu:
1. Memerlukan persiapan pembelajaran yang kompleks. 2. Sulit mencari masalah yang relevan
3. Sering terjadimiss-konsepsi 4. Membutuhkan waktu yang lama.
Sintaks pembelajaran berbasis masalah menurut Ibrahim (Trianto, 2009) memiliki lima langkah utama sebagai berikut:
Tabel 3
Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahap-1 Orientasi siswa pada
masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.
Tahap-2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual
maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap-4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses- proses yang mereka gunakan.
B. Problem Posing
diberi kesempatan untuk mengembangkan proses berpikirnya. Problem Posing tidak terbatas pada pembentukan soal yang betul-betul baru, tetapi juga dapat berarti merumuskan kembali soal-soal yang diberikan (Mahmudi, 2008).
Pengajuan masalah dalam bentuk pertanyaan oleh siswa dilakukan dengan cara pembuatan soal. Pembentukan soal yang dilakukan mencakup 2 kegiatan yaitu:
1. Pembentukan soal baru dari situasi atau pengalaman siswa. 2. Pembentukan soal dari soal yang sudah ada.
Pengajuan soal dapat diaplikasikan dalam 3 bentuk aktivitas kognitif matematika yaitu :
1. Pre solution posing
Pre solution posingdilaksanakan dengan cara siswa membuat soal dari situasi yang diadakan. Melalui kegiatan tersebut siswa diharapkan mampu membuat pertanyaan yang berkaitan dengan pertanyaan yang dibuat sebelumnya.
2. Within solution posing
Within solution posing dilaksanakan dengan cara siswa merumuskan ulang pertanyaan soal tersebut menjadi sub-sub pertanyaan baru yang urutan penyelesaiannya seperti yang telah diselesaikan sebelumnya. Jadi siswa diharapkan dapat membuat sub-sub pertanyaan baru dari sebuah pertanyaan yang ada.
Post solution posingdilaksanakan dengan cara siswa memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru yang sejenis.
Pembelajaran denganProblem Posing menurut Menon (1996) dapat dilakukan dengan tiga cara berikut :
1. Berikan kepada siswa soal cerita tanpa pertanyaan, tetapi semua informasi yang diperlukan untuk memecahkan soal tersebut ada. Tugas siswa adalah membuat pertanyaan berdasar informasi tadi.
2. Guru menyeleksi sebuah topik dan meminta siswa untuk membagi kelompok. Tiap kelompok ditugaskan membuat soal cerita sekaligus penyelesaiannya. Kemudian soal-soal tersebut dipecahkan oleh kelompok-kelompok lain.
3. Siswa diberikan soal dan diminta untuk mendaftar sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan masalah.
C. Pembelajaran Berbasis Masalah dengan StrategiProblem Posing Type Within Solution Posing
Pembelajaran berbasis masalah dengan strategi problem posing type within solution posing merupakan pembelajaran dimana sintaks pembelajarannya menggunakan sintaks pembelajaran berbasis masalah sedangkan dalam pengajuan masalahnya menggunakan cara pada pembelajaranproblem posing type within solution posing.
Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahap-1
Orientasi siswa pada masalah
Tahap-2
Pembelajaran Berbasis Masalah dengan StrategiProblem Posing Type Within Solution Posing
Pada pembelajaran berbasis masalah dengan strategiproblem posing type within solution posing ada 5 tahap yang digunakan. Selanjutnya pada pengajuan masalahnya pada tahap 2 yaitu mengorganisasi siswa untuk belajar siswa juga diberikan soal berupa LKS selanjutnya pada tahap 3 yaitu membimbing penyelidikan individu maupun kelompok siswa juga diminta untuk mendaftar sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan masalah. Kegiatan tersebut akan membantu siswa memahami masalah sebagai aspek untuk memecahkan masalah.
D. Perbedaan Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Pembelajaran
Berbasis Masalah Menggunakan StrategiProblem Posing Type Within
Solution Posing
dilakukan sebagai langkah awal untuk mendapatkan pengetahuan baru. Masalah tersebut selanjutnya dicari pemecahan masalahnya, dalam mencari pemecahan masalah tersebut cara yang dilakukan oleh siswa tidak memiliki aturan khusus sedangkan pada pembelajaran berbasis masalah menggunakan strategi problem posing type within solution posing siswa diminta mendaftar sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan masalah sebagai langkah untuk mencari pemecahan masalah dari masalah yang diberikan.
E. Motivasi Belajar
Menurut Mc. Donald (Sardiman, 2011) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Hakikat motivasi belajar menurut Hamzah (2006) adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
Menurut Hamzah (2006) indikator motivasi belajar adalah sebagai berikut:
1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. 3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan. 4. Adanya penghargaan dalam belajar.
5. Adanya keinginan yang menarik dalam belajar.
Selain hal tersebut menurut Sardiman (2011) indikator motivasi belajar adalah sebagai berikut:
1. Tekun menghadapi tugas. 2. Ulet menghadapi kesulitan.
3. Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah. 4. Lebih senang bekerja mandiri.
5. Cepat bosan pada tugas- tugas rutin. 6. Dapat mempertahankan pendapatnya.
7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. 8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal- soal.
Dalam penelitian ini indikator motivasi belajar yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. 3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan. 4. Adanya penghargaan dalam belajar.
5. Adanya keinginan yang menarik dalam belajar.
6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu:
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau raport angkanya baik-baik.
2. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut.
3. Saingan/ kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individu maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
4. Ego- involvemen
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.
5. Memberi ulangan
6. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi jika terjadi kemajuan maka akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar.
7. Pujian
Supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta membangkitkan harga diri.
8. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip pemberian hukuman.
9. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud belajar, memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.
10. Minat
Motivasi muncul karena ada kebutuhan begitu juga minat sehingga merupakan alat motivasi yang pokok.
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, merupakan alat motivasi yang sangat penting karena memahami akan menimbulkan gairah untuk terus belajar.
F. Pemahaman Konsep
Menurut Arikunto (2010) pemahaman adalah bagaimana seorang mempertahankan membedakan, menduga, menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan. Oleh sebab itu dalam belajar harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasinya serta bagaimana aplikasinya sehingga siswa mampu memahami suatu situasi.
Konsep merupakan ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengelompokan atau menggolongkan suatu objek atau kejadian. Beberapa konsep merupakan pengertian dasar yang dapat ditangkap secara alami. Beberapa konsep lain diturunkan dari konsep-konsep yang mendahuluinya, sehingga berjenjang (Wardhani, 2008). Konsep juga dapat diartikan sebagai satuan arti yang mewakili objek yang memiliki ciri- ciri yang sama (Winkel, 1996). Selain itu konsep juga merupakan sebutan untuk mendeskripsikan sejumlah ide atau objek.
memahami konsep dan dalam melakukan prosedur secara luwes, akurat, efisien dan tepat.
Indikator pemahaman konsep dalam permendiknas Nomor 506/ PP/ 2004 tanggal 11 november 2004 adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep
2. Kemampuan mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya.
3. Kemampuan memberi contoh dan bukan contoh.
4. Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
5. Kemampuan mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup yang terkait dengan suatu materi.
6. Kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu.
7. Kemampuan mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah.
G. Materi
Menurut silabus, kompetensi dasar materi komposisi fungsi dan fungsi invers adalah:
1. Mendeskripsikan konsep fungsi dan menerapkan operasi aljabar (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian) pada fungsi. 2. Menganalisis konsep dan sifat suatu fungsi dan melakukan manipulasi
3. Mendeskripsikan dan menganalisis sifat suatu fungsi sebagai hasil operasi dua atau lebih fungsi yang lain.
4. Mendeskripsikan konsep komposisi fungsi dengan menggunakan konteks sehari-hari dan menerapkannya.
H. Kerangka Berpikir
Siswa kelas XI Multimedia di SMK MIDA Pesawahan, Rawalo 1Cilongok
Rendahnya motivasi belajar dan kemampuan pemahaman konsep matematika
Gambar 2
Kerangka Berpikir Masalah
Dari hasil wawancara dan observasi menunjukan bahwa motivasi belajar dan pemahaman konsep matematika siswa kelas XI Multimedia SMK Mida Pesawahan masih rendah. Untuk mengatasi hal tersebut perlu tindakan untuk dapat meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep siswa kelas XI Multimedia SMK Mida Pesawahan. Oleh karena itu pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep ini yaitu pembelajaran berbasis masalah dengan strategi problem posing type within solution posing.
Pembelajaran berbasis masalah dengan strategiproblem posing type within solution posingmerupakan pembelajaran yang menyajikan suatu masalah sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar dengan bentuk permasalahan berupa soal dimana perumusan soal tersebut dijadikan sub-sub soal yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal awal. Dengan menyajikan masalah maka akan merangsang siswa untuk belajar maka hal ini akan meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain hal tersebut dengan menyelesaikan masalah yang berupa soal dimana soal tersebut dirumuskan menjadi sub-sub soal maka siswa
Melalui pembelajaran berbasis masalah dengan metodeProblem Posing Type Within Solution Posing
diduga dapat meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
akan berusaha menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan sehingga pemahaman konsep siswa akan ditingkatkan.
Menggunakan pembelajaran berbasis masalah dengan strategi problem posing type within solution posing siswa dapat meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep yaitu pada tahap orientasi siswa pada masalah akan menimbulkan hasrat dan keinginan berhasil. Kemudian langkah berikutnya pada tahap mengorganisasikan siwa untuk belajar dan guru juga memberikan latihan soal, dengan ini siswa dapat mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya dan pada tahap ini ada dorongan dan kebutuhan belajar serta adanya harapan dan cita-cita masa depan.
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah maka akan menyebabkan lingkungan yang kondusif dalam belajar.
Berdasarkan penjelasan diatas maka diduga pembelajaran berbasis masalah dengan stategi problem posing type within solution posing dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar siswa
I. Hipotesis Tindakan