• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VA SD NEGERI MANDIRANCAN - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VA SD NEGERI MANDIRANCAN - repository perpustakaan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan manusia dan perkembangan bangsa di masa yang akan datang. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan juga merupakan hak mendasar dan menyeluruh bagi setiap warga negara yang merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua serta dilakukan dimana serta kapan saja.

(2)

kondisi belajar yang efektif. Sebagai pengelola kelas guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif. Suasana belajar mengajar yang diharapkan adalah yang dapat menantang dan merangsang belajar siswa sekaligus menjadikan siswa sebagai subjek yang berupaya ikut aktif dalam proses pembelajaran dikelas dengan menggali sendiri, memecahkan sendiri suatu konsep, dan guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Sebagai evaluator maka guru bertindak sebagai penilai terhadap hasil belajar siswa (Uzer, 2006: 12).

Kurikulum pendidikan dasar yang berkenaan dengan sekolah dasar menekankan kemampuan dan keterampilan dasar “Baca-Tulis-Hitung” atau

CALISTUNG. Matematika sebagai bagian dari CALISTUNG memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan seperti yang telah dirumuskan dalam undang-undang. Matematika merupakan mata pelajaran pokok dalam kurikulum di sekolah dasar. Matematika juga merupakan suatu ilmu yang berperan penting dalam menunjang ilmu-ilmu yang lain, juga mempelajari masalah keseharian yang berkaitan dengan hitung menghitung, selain itu matematika berpengaruh bagi setiap individu (siswa) yang mempelajarinya yakni melatih siswa agar memiliki pemikiran yang sistematis, logis, kritis, rasionalis, dan bersikap efektif dalam setiap aktivitasnya.

(3)

memahami apa yang dipelajarinya pada pelajaran matematika. Dalam kegiatan pembelajaran seorang guru mengharapkan kondisi pembelajaran yang kondusif, artinya siswa merasa nyaman dalam belajarnya, tidak merasa bosan, jauh dari ketakutan dan hal-hal lain yang bersifat negatif. Oleh karena itu seharusnya berbagai upaya dapat dilakukan oleh guru agar setiap pembelajaran dilaksankan dengan berpusat pada siswa “student centered” atau multi arah. Dimana guru dan siswa, siswa dengan siswa yang lainnya saling berinteraksi untuk mencapai kondisi yang kondusif.

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu cara pembelajaran yang diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa belajar secara aktif baik fisik, mental, intelektual, maupun sosial. Namun kenyataan di lapangan, berdasarkan pengamatan dan pengalaman di beberapa Sekolah Dasar masih melaksanakan pembelajaran khususnya pelajaran matematika masih berlangsung secara tradisional, yaitu lebih mengutamakan hafalan daripada pemahaman konsep. Guru lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran sebagai pemberi pengetahuan bagi siswa sehingga guru kurang menggali kemampuan siswa untuk bernalar. Metode ceramah seakan menjadi metode utama pada proses pembelajaran.

(4)

menakutkan yang mengakibatkan banyak siswa bermain sendiri dengan teman saat guru sedang menyampaikan materi pelajaran, siswa kurang berani menyampaikan pendapat sendiri dan bertanya tentang materi pelajaran yang belum dikuasai padahal guru selalu memberikan kesempatan bertanya yang seluas-luasnya kepada siswa, siswa cepat bosan dengan pelajaran matematika, siswa tidak memperhatikan guru saat menyampaikan materi pelajaran karena mereka merasa belajar matematika itu kurang menyenangkan. Proses belajar matematika yang dirasa siswa kurang menyenangkan ini dikuatkan dengan pernyataan guru bahwa selama ini belum menggunakan model pembelajaran yang bersifat PAIKEM, dikarenakan masih merasa kesulitan dalam penerapannya.

Pada proses kegiatan pembelajaran guru kurang menggunakan alat peraga, padahal dalam proses pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media dan alat peraga sehingga lebih cepat dipahami, dan dimengerti siswa. Pemilihan alat peraga harus disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari, supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai. Jadi dengan adanya alat peraga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek psikomotor. Ketika proses pembelajaran berlangsung, guru sebenarnya tidak hanya dituntut untuk menyampaikan materi saja kepada siswa, tetapi seorang guru harus bisa menggunakan model pembelajaran yang menarik sehingga dalam proses pembelajaran akan tercipta suasana kelas yang hidup.

(5)

matematika siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu faktor diantaranya adalah proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar secara garis besar ada empat komponen penting yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa antara lain bahan belajar, suasana belajar, media dan sumber belajar, dan subjek belajar.

Hal ini terbukti dari nilai hasil belajar Tahun Pelajaran 2010/2011 masih banyak nilai siswa di bawah standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang telah ditetapkan untuk mata pelajaran Matematika sebesar 60. Tabel 1.1 menunjukan dari jumlah siswa 29, yang mendapatkan nilai di atas KKM yang ditetapkan di SD Negeri Mandirancan sejumlah 10 siswa atau sekitar 34,48% dan yang mendapatkan nilai di bawah KKM atau belum mencukupi KKM sejumlah 19 siswa atau sekitar 65,51%.

Tabel 1.1 Hasil Ulangan Tengah Semester 2010/2011

No Uraian Tahun 2010/2011

1. Jumlah Siswa 29

2. Persentase Ketuntasan 34,48%

3. KKM 60

(6)

matematika. Mengingat bahwa matematika adalah bagian dari pencapaian tujuan pendidikan, yang sangat berguna untuk jenjang pendidikan selanjutnya, berguna untuk kepentingan hidup dalam lingkungan, serta mengembangkan pola pikir siswa, maka permasalahan yang muncul harus segera dicari pemecahan masalahnya agar tujuan pendidikan dan kegunaan matematika dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Penilaian yang selama ini digunakan oleh guru pada siswa kelas VA hanya pada ranah kognitif saja, padahal hasil belajar idealnya adalah menyangkut tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Kedua ranah yaitu afektif dan psikomotor tidak kalah pentingnya dengan ranah kognitif. Selama ini belum ada perhatian yang lebih pada penilaian ranah afektif dan psikomotor siswa. Untuk itu agar pembelajaran benar-benar dapat memperoleh hasil pembelajaran yang ideal, maka penilaian harus mencakup pada tiga ranah tersebut.

(7)

memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar, memberi motivasi pada siswa dan dapat merangsang aktivitas siswa.

Berdasarkan permasalahan di atas, perlu dilakukan suatu perbaikan dalam proses belajar mengajar sehingga pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa yaitu dengan menggunakan salah satu model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (dalam Isjoni 2009: 4) dalam pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.

Banyak tipe dalam pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning yang dikembangkan oleh para ahli antara lain tipe: TPS, NHT, Jigsaw dan banyak tipe lainnya. Namun dalam skripsi ini, diambil satu tipe yaitu tipe Think Pair Share (TPS). Menurut Suprijono (2011:91) Inti dari pembelajaran

kooperatif tipe TPS ini adalah diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka untuk memikirkan jawabannya. Selanjutnya, “Pairing”, pada tahap ini guru meminta peserta didik berpasang -pasangan untuk berdiskusi. Hasil diskusi didiskusikan dengan -pasangan dalam satu kelas tersebut.

(8)

menekankan pada kesadaran siswa perlu belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, keterampilan yang dimiliki kepada siswa yang membutuhkan dan setiap siswa merasa senang menyumbangkan pengetahuannya kepada anggota lain dalam kelompoknya. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.

Berdasarkan permasalahan di atas maka dengan menerapkan pembelajaran kooperati tipe TPS, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa (ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor) pada pokok bahasan pecahan. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ria Rohmanita, 2010 yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar IPS Pada Materi Mengenal Aktivitas Ekonomi Berkaitan Dengan Sumber Daya Alam dan Potensinya Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS di Kelas IV SD Negeri Bentul. Kesimpulannya bahwa Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS pada pembelajaran IPS di kelas IV SD Negeri Bentul Kecamatan Kebasen dapat meningkatkan hasil belajar. Penelitian yang dilakukan peneliti pada materi pecahan melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan hasil belajar matematika di kelas VA SD Negeri Mandirancan.

B. Rumusan Masalah

(9)

1. Apakah dengan menggunakan pembelajaran TPS pada materi pecahan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri Mandirancan pada ranah kognitif ?

2. Apakah dengan menggunakan pembelajaran TPS pada materi pecahan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri Mandirancan pada ranah afektif ?

3. Apakah dengan menggunakan pembelajaran TPS pada materi pecahan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri Mandirancan pada ranah psikomotor?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Masing-masing tujuan tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan Matematika kelas VA di SD Negeri Mandirancan.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian tindakan kelas ini bertujuan:

(10)

b. Meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek afektif pada mata pelajaran Matematika kelas VA SD Negeri Mandirancan melalui pembelajaran Kooperatif Tipe TPS.

c. Meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek psikomotor pada mata pelajaran Matematika kelas VA SD Negeri Mandirancan melalui pembelajaran Kooperatif Tipe TPS.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan alternatif hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika melalui pembelajaran Kooperatif Tipe TPS.

b. Sebagai dasar pemikiran untuk penelitian selanjutnya, baik oleh peneliti sendiri maupun peneliti-peneliti lainnya.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa:

1) Siswa dapat bersosialisasi dengan cara memahami perbedaan-perbedaan yang tumbuh dalam kelompok.

2) Siswa dapat saling tukar pikiran antara sesama anggota kelompok sehingga setiap siswa dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang lebih banyak.

(11)

4) Meningkatkan hasil belajar matematika siswa (kognitif, afektif, dan psikomotor) khususnya materi pecahan.

5) Siswa merasa senang, tertarik, dan memiliki motivasi untuk belajar matematika.

b. Bagi guru

1) Meningkatkan profesionalisme guru dalam menentukan metode dan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, materi pelajaran, dan karakteristik siswa, sehingga hasil pembelajaran khususnya matematika dapat optimal.

2) Meningkatkan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM) sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika.

3) Guru memiliki kemantapan dalam menerapkan Kooperatif Tipe TPS dalam pembelajaran matematika.

c. Bagi sekolah

1) Sebagai bahan pertimbangan terhadap peningkatan kinerja guru. 2) Sekolah dapat meningkatkan pembelajaran Matematika dan

sebagai salah satu acuan untuk membuat atau menggunakan metode-metode yang baru, yang membuat siswa lebih aktif. 3) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran

(12)

d. Bagi Peneliti

1) Membantu peneliti memperoleh pengetahuan yang baru dan inovatif dalam hal metode pembelajaran di kelas.

2) Merangsang daya kreatifitas peneliti dalam menyusun desain stategi pembelajaran matematika di kelas.

Gambar

Tabel 1.1 Hasil Ulangan Tengah Semester 2010/2011

Referensi

Dokumen terkait

Dalam izin lingkungan, pada umumnya terdapat kewajiban hukum yang dibebankan kepada penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan untuk mematuhi RKL-RPL, ANDAL dan

Dalam skripsi ini akan dibangun Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (SPPK) Untuk Menentukan Penjurusan Siswa SMA yang bertujuan untuk membantu kesulitan dari

jika diperhatikan pada tabel – tabel sebelumnya tentang perolehan dan pertumbuhan laba yang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun pada bank – bank.

Pada persamaan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, terlihat bahwa variabel neraca perdagangan Indonesia Amerika Serikat periode sebelumnya

Islam sebagai agama yang hadir ditengah-tengah kondisi sosial ma- syarakat arab yang memandang remeh perempuan, Islam tidak melaku- kan perubuhan secara menyeluruh terhadap tradisi

Nabati, Bahan Bakar Alternatif dari Tumbuhan Sebagai Pengganti Minyak. Bumi

Suwarno , 2003 melakukan penelitian Bahaya dan Resiko Longsor Lahan Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen, PropinsiJawa Tengah. Penelitian ini dilakukan dengan

[r]