• Tidak ada hasil yang ditemukan

REFORMASI ADMINISTRASI PUBLIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REFORMASI ADMINISTRASI PUBLIK"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Agus Hendrayady

1

ABSTRACT

Government basically is a civil servant to his people. He can not be available to serve himself only, but he is available to serve the people to create the possible condition that every people develop their ability and creativity to get their goal together. Because of that he need public administration reform. Key Word : Reform, Civil Servant.

Pendahuluan

Reformasi di Indonesia sedang berada dalam suatu gelombang yang cukup besar. Tantangan akan adanya perubahan dan kritik datang bertubi-tubi. Selama lebih dari dua belas tahun setelah Presiden Soeharto jatuh, pucuk pimpinan pemerintahan di Indonesia telah lima kali berganti dengan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjabat untuk yang kedua kalinya dengan Wakil Presiden yang berbeda.

Kelemahan-kelemahan yang masih ada terutama pada posisi atau peran administrasi publik dalam proses pengelolaan pemerin-tahan. Pengelolaan pemerintahan masih ken-tal terpengaruh oleh pendekatan bisnis dari-pada sebagai fungsi pelayanan publik. Hal ini diakibatkan sejak dahulu administrasi publik di Indonesia tidak mendapat posisi yang sig-nifikan dalam proses pengelolaan pemerin-tahan, administrasi publik di Indonesia hanya dipandang sebagai urusan kesekretariatan

atau ketatausahaan belaka. Dengan demikian keahlian dalam bidang administrasi publik belum dipandang sebagai suatu kemampuan profesional atau keahlian, melainkan hanya dianggap sebagai suatu keterampilan yang tidak perlu didalami, cukup dikembangkan berdasarkan pengalaman saja.

Akibatnya, urusan-urusan publik ditangani tidak secara profesional, melainkan secara

common sense belaka. Salah satu contoh dari

pengabaian peran administrasi publik dapat dilihat pada belum adanya pengakuan bagi gelar kesarjanaan ilmu administrasi publik (S.Sos, ini karena gelar sarjana administrasi publik sekedar hanya digolongkan sebagai bagian dari sarjana ilmu sosial). Meskipun gelar pasca sarjana dari luar negeri tetap diakui penggunaannya (MPA).

Indikasi lain dari pengabaian profesiona-lisme administrasi publik terlihat pada ba-nyaknya jabatan publik yang tidak diduduki oleh para ahli administrasi publik, sementara

(2)

na lain yang tidak punya keahlian di bidang administrasi publik menduduki jabatan-jabatan lain di luar profesinya. Sebab itu tidak heran jika banyak fungsi pelayanan dan tugas-tugas publik lainnya ditangani secara tidak profesio-nal, dengan organisasi dan prosedur yang cen-tang-perenang. Karena itu, ketika pemerintah menghadapi kesulitan baru yang belum per-nah terjadi sebelumnya, tidak terdapat aturan main yang tepat dan baku untuk menangani-nya. Satu-satunya yang dapat diandalkan ada-lah ketangguhan pribadi presiden dan wakil presiden dan legitimasi politik yang diperoleh sebagai hasil dari pilihan rakyat secara lang-sung.

Ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian dalam tulisan ini, yaitu (1) Pengertian Refor-masi; (2) Reformasi Administrasi Publik; (3) Strategi Reformasi Administrasi Publik.

Reformasi

Kata reformasi berasal dari kata bahasa asing “reformation” (Inggris) atau “reformatie” (Belanda). Kata dasar reformation berasal dari kata reform, yang berarti membentuk kembali.

Reform berasal dari kata form, yang berarti

bentuk atau membentuk.

Konsepsi dasar reformasi adalah melaku-kan perubahan, perbaimelaku-kan, penataan dan pengaturan secara komprehensif dan sistem-atik terhadap banyak hal, terutama yang ber-kaitan dengan pimpinan dan kepemimpinan, serta sistem bernegara, berorganisasi dan ber-pemerintahan.

Reformasi diartikan sebagai proses per-ubahan dari kondisi lama menuju kondisi baru yang dikehendaki (Abidin, 2006:17). Sedang-kan menurut pendapat Wibawa (2005:207-208) adalah gerakan untuk mengubah bentuk dan perilaku suatu tatanan, karena tatanan tersebut tidak lagi disukai atau tidak sesuai kebutuhan zaman – baik karena tidak efisien, tidak bersih, tidak demokratis, dll. Menurut Hi-dayat (2007:1), reformasi adalah perbaikan atau perubahan bentuk.

Dari beberapa pendapat tentang pengertian reformasi didapat suatu kesimpulan bahwa proses reformasi ini bermula sebagai akibat dari adanya kesenjangan yang luas antara aspirasi dan keinginan masyarakat dengan kenyataan yang ada. Berbeda dengan revolusi, ketika kesenjangan tidak mungkin lagi dijembatani sehingga menimbulkan gejolak perubahan yang dapat menjungkirbalikkan landasan berfikir yang ada, reformasi jelas tidak memerlukan timbulnya perombakan secara menyeluruh. Namun karena perubahan itu terjadi pada bidang-bidang yang strategis, dampaknya juga terasa di semua bidang kehidupan, sehingga reformasi sering dipan-dang sebagai sebuah revolusi.

Satu hal yang harus diingat oleh kita, sebagai suatu proses, reformasi tidak terjadi dalam sekejap mata, tetapi berlangsung dalam suatu jangka waktu yang lamanya tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhi proses itu. Diantara faktor-faktor tersebut adalah tingkat kesadaran masyarakat akan hak-hak demokrasi, konsep dan ide yang terkandung dalam reformasi tersebut serta kepemimpinan yang baik dan dapat diterima masyarakat.

Reformasi Administrasi Publik

Reformasi Administrasi Publik menurut Suk Choon Cho (dalam Zauhar, 1996:10) adalah

“Administrative reform as a consious human effort to introduce changes into the behavior and performances of administrators”. Dan

Reformasi Administrasi Publik menurut Montgomery (dalam Hidayat, 2007:1), adalah suatu proses politik yang didesain untuk menyesuaikan hubungan antara birokrasi dan elemen-elemen lain dalam masyarakat, atau di dalam birokrasi itu sendiri, dengan kenyataan politik. Sedangkan menurut Ibrahim (2008:13), dan Zauhar (1996:11), Reformasi Administrasi Publik adalah usaha yang sadar dan terencana untuk mengubah struktur dan prosedur birokrasi (aspek reorganisasi kelembagaan, sikap, dan perilaku birokrat/aspek perilaku atau

(3)

kinerja), meningkat efektivitas organisasi (aspek program), sehingga dapat diciptakan administrasi publik yang sehat dan terciptanya tujuan pembangunan nasional. Reformasi Administrasi Publik diartikan secara sederhana oleh Abidin (2006:19) adalah proses reformasi atas paradigma dan sistem administrasi publik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Reformasi Administrasi Publik adalah suatu upaya perubahan yang dilakukan secara sadar dan terencana dari segala aspek kehidupan terutama aspek penyelenggaraan administrasi negara sehingga dapat mencapai tujuan secara rasional.

Walaupun kegiatan terencana merupakan ciri utama dari reformasi administrasi, namun konsep tersebut belum menjadi sosok yang jelas, apalagi baku. Sebagai contoh misalnya, dapatkah setiap kegiatan terencana dalam tubuh administrasi pemerintahan dikategorikan sebagai reformasi administrasi publik? Terhadap permasalahan ini Dror (dalam Zauhar, 1996:11), dengan tegas dan berani mengatakan bahwa perubahan tersebut hanya sebatas pada aspek utama, yang secara lebih khusus ia sebut sebagai perubahan yang : 1). Kekomprehensifannya sedang dan

keino-vatifannya tinggi.

2). Kekomprehensifannya tinggi dan keinova-tifannya sedang.

Lebih lanjut Dror mengatakan bahwa wa-laupun istilah sedang (medium) tinggi, kom-prehensif dan inovatif masih merupakan istilah yang melahirkan perbedaan interpretasi, na-mun reformasi administrasi secara tegas me-ngeluarkan atau mengesampingkan peruba-han-perubahan organisasi dan prosedur admi-nistrasi yang kecil (minor). Keuntungannya dari adanya kualifikasi ini adalah bahwa reformasi administrasi hanya mengkonsentrasikan pada perubahan-perubahan yang utama atau men-dasar. Sehingga perubahan-perubahan yang sifatnya kurang mendasar akan diabaikan, walaupun seharusnya perubahan tersebut

sa-ngat berguna di dalam memahami karakteris-tik dan masalah reformasi.

Secara umum tujuan reformasi adminis-trasi publik diklasifikasikan ke dalam 6 kelom-pok, 3 bersifat intra-administrasi yang dituju-kan untuk menyempurnadituju-kan administrasi in-ternal, dan 3 lagi berkenaan dengan peran masyarakat di dalam sistem administrasi.

Tiga tujuan internal reformasi administrasi publik adalah sebagai berikut :

1. Efisiensi administrasi, dalam arti penghe-matan uang, yang dapat dicapai melalui penyederhanaan formulir, perubahan prosedur, penghitungan duplikasi dan kegiatan organisasi metode yang lain. 2. Penghapusan kelemahan atau penyakit

administrasi seperti korupsi, pilih kasih dan sistem teman dalam sistem politik dan lain-lain.

3. Pengenalan dan penggalakan sistem merit, pemakaian PPBS, pemrosesan data melalui sistem informasi yang otomatis, peningkatan penggunaan pengetahuan ilmiah dan lain-lain.

Sedangkan 3 tujuan lain yang berkaitan dengan masyarakat adalah :

1. Menyesuaikan sistem administrasi terha-dap meningkatnya keluhan masyarakat. 2. Mengubah pembagian pekerjaan antara

sistem administrasi dan sistem politik, seperti misalnya meningkatkan otonomi profesional dari sistem administrasi dan meningkatkan pengaruhnya pada suatu kebijakan.

3. Mengubah hubungan antara sistem admi-nistrasi dan penduduk, misalnya melalui relokasi pusat-pusat kekuasaan (sentralisa-si versus desentralisa(sentralisa-si, demokratisa(sentralisa-si dan lain-lain).

Strategi Reformasi Administrasi Publik

Pada awalnya, konsep strategi digunakan dalam kalangan militer, yang diartikan sebagai seni memenangkan peperangan melawan

(4)

musuh dengan pemanfaatan kekuatan yang dimiliki secara maksimal. Reformasi adminis-trasi publik pun berkaitan erat dengan penger-tian strategi, karena pada hakekatnya reforma-si administrareforma-si publik merupakan aktivtas un-tuk meningkatkan kemampuan memenang-kan “peperangan” melawan ketidakberesan administrasi dan beberapa jenis penyakit ad-ministrasi yang lain yang banyak dijumpai di kebanyakan negara sedang berkembang.

Berbicara tentang strategi reformasi administrasi publik pada dasarnya sangat beragam dalam ruang lingkupnya, mulai dari yang paling luas, sampai yang paling sempit. Fokus strategi reformasi administrasi publik yang komprehensif adalah pada keseluruhan perangkat administrasi pemerintah, buka pada satu instansi khusus maupun pada satu prosedur tertentu. Dengan kata lain, perubahan atau inovasi yang dilakukan ialah pada seluruh jajaran birokrasi pemerintah, dan bukanlah yang bersifat bagian per bagian. Ini artinya bahwa apabila reformasi administrasi publik dilaksanakan secara komprehensif, maka harus didasarkan pada pertimbangan yang masak dengan memperhatikan faktor waktu, personel dan keuangan. Konsekuensi logisnya ialah bahwa reformasi administrasi publik yang komprehensif hanya dilakukan secara berkala saja, jika kondisi umum memungkinkan.

Strategi reformasi terhadap administrasi reformasi menurut Abidin (2006:27) dapat dilakukan melalui :

1. Peningkatan kemampuan birokrasi agar mampu mewujudkan kebijakan-kebijakan yang normatif menjadi kenyataan di la-pangan. Hal ini dapat dilakukan melalui perbaikan institusi publik, perbaikan prose-dur pelayanan dan peningkatan kemam-puan sumber daya manusia aparatur. 2. Perbaikan prosedur dan tata laksana

pengelolaan kekayaan negara dengan mendahulukan kepentingan publik, kese-lamatan kekayaan negara dan kebenaran secara hukum.

3. Penetapan pejabat publik melalui kriteria dan prosedur terbuka dengan menempat-kan persyaratan ketaatan, kejujuran dan keahlian sebagai syarat pokok.

Sedangkan reformasi administrasi sendiri menurut Abidin (2006:28) dilakukan melalui : 1. Perubahan paradigma administrasi publik.

Seperti yang telah disebutkan, orientasi ekonomi administrasi publik cenderung mengabaikan nilai-nilai sosial, sementara orientasi sosial yang berlebihan memper-sulit penilaian mengenai kinerja keberha-silan. Karena itu dalam perubahan para-digma itu diupayakan adanya keseim-bangan antara kedua orientasi itu. 2. Menempatkan peran administrasi publik

secara proporsional, sehingga administrasi publik mendapat tempat sebagai salah satu sarana pokok dalam merealisasikan pro-gram-program reformasi. Kesan yang salah tentang administrasi publik harus di-hilangkan melalui penyebaran informasi yang benar dan luas. Untuk itu, perlu di-upayakan lebih banyak lagi buku-buku ten-tang administrasi publik yang harus diter-bitkan, baik yang sudah ditulis oleh penulis dalam negeri maupun dengan memper-banyak masuknya buku-buku administrasi publik yang baru dari luar negeri, dan pe-nerbitan jurnal-jurnal administrasi publik yang lebih banyak lagi. Lebih dari itu ada-lah penghargaan bagi gelar kesarjanaan bidang administrasi publik (mungkin diberi gelar S.Adm) yang setara dengan gelar-gelar kesarjanaan lainnya.

Sedangkan menurut penulis, strategi yang mutlak dilakukan bagi reformasi administrasi publik ini adalah sebagai berikut :

1. Kelembagaan

Kelembagaan merupakan hal pertama yang harus kita reformasi. Ini dikarenakan di dalam organisasi, struktur merupakan salah satu hal krusial. Karena dengan

(5)

struk-tur organisasi merupakan kerangka yang dipergunakan sebagai tata aliran proses bagaimana kultur bisa diterapkan dan di-wujudkan. Disamping struktur, ada lagi fak-tor kultur didalam organisasi. Kultur meru-pakan perpaduan tata nilai, kepercayaan dan kebiasaan yang diyakini kebenaran-nya untuk diperjuangkan. Dengan kultur maka akan terbentuk suatu boundary yang membedakan sebuah lembaga dengan lembaga yang lainnya.

Hal lain mengatakan bahwa sistem oto-nomi daerah menuntut adanya lembaga pemerintah daerah yang sesuai dengan lingkungan yang bersifat khusus agar mam-pu mendukung pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan yang sesuai dengan itu. Tidak semua dinas yang ada pada suatu daerah diperlukan di daerah lain. Begitu juga sebaliknya. Sistem kelembagaan daerah harus diperlakukan secara spatial. Artinya, sesuai dengan tempat dan waktu tertentu.

2. Ketatalaksanaan

Ketatalaksanaan menyangkut tentang sistem dan prosedur, yaitu suatu upaya un-tuk menyempurnakan sistem dan prose-dur dari berbagai dimensi pekerjaan yang ada. Salah satu upaya yang dilakukan de-ngan membuat Standard Operating

Pro-cedures (SOP) yang memadai bagi semua

aktivitas tugas/pekerjaan. Meskipun tiap instansi mempunyai SOP yang baku dalam pelayanan, namun ada daerah yang mam-pu berkreasi untuk menyederhanakan dan ada daerah yang tidak mampu. Bahkan ada daerah yang cenderung mempersulit dari-pada mempermudah pelayanan. Sangat tergantung pada kreatifitas masing-masing pimpinan sebagai perwujudan dari dedi-kasi, kompetensi dan moralitas aparatur. Selain SOP, yang perlu juga disusun yaitu

job Description

3. Sumber Daya Manusia

Permasalahan sumber daya manusia

merupakan permasalahan yang pelik, hal ini diawali dari munculnya angka kelebihan pegawai sehingga terkadang tidak diper-lukan oleh organisasi, disisi lain kita meng-alami kekurangan pegawai yang kompe-tensinya dibutuhkan organisasi.

Disisi lain, rasio sumber daya manusia aparatur jika dibandingkan dengan jumlah masyarakat sangat tidak seimbang, di-samping tingkat pendidikan dan pelatihan pada masing-masing jenjang jabatan, ke-terampilan, prasarana dan sarana kerja yang tersedia serta tingkat kesejahteraan. Hal lain adalah berhubung dengan sem-pitnya lapangan kerja dan rendahnya pendapatan masyarakat serta pengaruh budaya masa lampau yang feodalistis, ba-nyak aparat daerah yang lebih menghayati dirinya sebagai pejabat daripada pelayan publik.

Pelayanan lebih dihayati sebagai pe-kerjaan bisnis, karena itu pelayanan yang diberikan dianggap sebagai pengadaan barang atau jasa yang harus dibayar oleh rakyat. Sebaliknya, rakyat juga masih mera-sa berkewajiban untuk membayar harga dari pelayanan yang diterima. Kondisi aparatur yang demikian menjadi lebih berkembang dengan maraknya peme-karan daerah-daerah baru yang penda-patan daerahnya belum mampu menutupi anggaran rutin. Karena itu kesejahteraan aparatur daerah “diserahkan pada inisiatif masing-masing”

Strategi-strategi yang ada ini hendak-nya dilaksanakan dengan sungguh-sung-guh sehingga kita jangan sampai melak-sanakan reformasi sekedarnya dan lebih cenderung bersifat status quo, tetapi refor-masi yang menyeluruh tanpa mendapat pengaruh dominan dari luar.

Penutup

(6)

berikut ini akan penulis kemukakan kesim-pulan, yaitu :

1. Reformasi administrasi publik merupakan suatu upaya perubahan yang dilakukan secara sadar dan terencana dari segala aspek kehidupan terutama aspek penye-lenggaraan administrasi negara sehingga dapat mencapai tujuan secara rasional. Oleh karena itu, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan reformasi ini tidaklah

da-pat dikatakan sangat singkat, tetapi mem-butuhkan waktu.

2. Reformasi administrasi publik sangat membutuhkan strategi dalam melakukan-nya, dan strategi yang dibutuhkan bukan-lah sekedar sebuah strategi.

3. Strategi reformasi administrasi publik yang paling tepat adalah reformasi kelem-bagaan, reformasi ketatalaksanaan dan reformasi sumber daya manusia.

(7)

Daftar Pustaka

Abidin, Said Zainal, 2006, Dinamika Reformasi

dan Revitalisasi di Indonesia, Suara Bebas.

Jakarta

Dwiyanto, Agus, dkk, 2003, Reformasi Tata

Pemerintahan dan Otonomi Daerah,

Yogyakarta, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM.

Frinces, Z. Heflin, 2008, Manajemen Reformasi

Birokrasi, Mida Pustaka, Yogyakarta.

Hidayat, L. Misbah, 2007, Reformasi

Administrasi : Kajian Komparatif Pemerintahan Tiga Presiden, PT.

Gramedia Pustka Utama, Jakarta. Said, Ismail, 2003, Tantangan Sumber Daya

Aparatur, dalam Jurnal Ilmiah Good

Governance Vol. 2 No. 1, Maret Tahun 2003,

Jakarta, STIA-LAN.

Sedarmayanti, 2003, Good Governance

(Kepemrintahan Yang Baik) dalam rangka Otonomi Daerah : Upaya Membangun Organisasi Efektif dan Efisien melalui Restrukturisasi dan Pemberdayaan,

Bandung, CV. Mandar Maju.

Wibawa, Samodra, 2005, Reformasi

Administrasi : Bunga Rampai Pemikiran Administrasi Negara/

Publik, Yogyakarta, Gava Media.

Zauhar, Soesilo, 1996, Reformasi Administrasi

: Konsep, Dimensi dan Strategi, Bumi

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi, jika skalar yang dikalikan dengan angka negatif, maka disamping besarnya berubah, arah vektor pun menjadi kebalikannya (berputar sebesar 1800),vektor negatif dari

Terkait batas nilai bilangan dominasi jarak- k, penelitian telah dilakukan antara lain oleh Tian [1] dan Meierling [2] untuk graf pohon, sedangkan Sridharan [3] lebih

Adanya keterkaitan antara sains teknologi dan masyarakat yang menekankan bahwa peserta didik membentuk dan membangun pengetahuan melalui interaksi dengan

Secara teoretis, terutama teori struktural fungsional yang memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari bagian yang saling berhubungan, hasil yang di

Perpustakaan akan memerlukan anggaran yang lebih besar untuk memenuhi tuntutan pengembangan TI ini, staf / tenaga perpustakaan dituntut untuk meningkatkan kemampuannya

Jumlah pakan yang diberikan tidak efisien artinya ikan tidak dapat mencerna pakan menjadi bobot tubuh dengan baik, penyebab dari tingginya nilai rasio konversi

Hasil analisis tersebut akan menjadi dasar kajian dalam menentukan luas area yang dibutuhkan untuk penyediaan Ruang Terbuka Hijau pada lokasi penelitian dengan membandingkan

Hasil dari penelitian ini yaitu pelanggan dapat mengetahui informasi terkait mobil yang disewakan, melakukan transaksi sewa mobil secara online, dapat memudahkan