• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan setiap orang melalui aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Menurut Abdillah yang dikutip Aunurrahman (2012:35) menyimpulkan dari beberapa ahli pendidikan bahwa, “Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu. Menurut Wingkel dalam bukunya Psikologi Pengajaran yang dikutip H.J. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto, dan Sutijan (1999:6) menyatakan bahwa “Belajar adalah aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat konstan”.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar melalui latihan dan pengalaman dalam inetraksinya dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan tingkah laku dan pengetahuan yang bersifat konstan. Perubahan tersebut terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya yang berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan adanya interaksi individu dengan lingkungannya membuat individu mendapat pengalaman atau pengetahuan yang baru maupun yang sudah pernah diperoleh. Pengalaman dan pengetahuan baru yang didapat individu akan membuat perubahan tingkah laku individu yang merupakan hasil dari proses belajar. Perubahan yang

(2)

7 dimaksud adalah yang semula tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak bisa menjadi bisa dan sebagainya.

b. Pembelajaran 1) Pengertian

Istilah pembelajaran identik dengan instruction atau pengajaran. Menurut Purwadarminta yang dikutip H.J Gino dkk (1993: 30), bahwa “Pengajaran mempunyai arti : 1. cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan”. Bila pengajaran diartikan sebagai perbuatan mengajar, tentunya ada yang mengajar yaitu guru, dan ada yang diajar atau yang belajar yaitu siswa. Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang primer dalam kegiatan belajar mengajar tersebut, sedangkan mengajar merupakan kegiatan sekunder yang dimaksudkan untuk dapatnya terjadi kegiatan belajar yang optimal.

Sama halnya dengan pendapat Syaiful Sagala (2009:61) yang menyatakan bahwa “Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid”. Sedangkan menurut Corey (1986) berpendapat bahwa “Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan” (Syaiful Sagala, 2009 : 61). Menurut Aunurrahman (2012) menyatakan bahwa:

Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa yang

(3)

8 memiliki pengetahuan. Demikian pula siswa yang memiliki sikap, kebiasaan atau tingkah laku yang belum mencerminkan eksistensi dirinya sebagai pribadi baik atau positif, menjadi siswa yang memiliki sikap, kebiasaan dan tingkah laku yang baik (hlm. 34).

Berdasarkan pernyataan beberapa ahli tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi dua arah antara guru dengan siswa yang dirancang dan dikelola dalam pendidikan untuk dapat mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku siswa yang semula belum terdidik menjadi terdidik, siswa yang semula belum mempunyai pengetahuan menjadi memiliki pengetahuan.

2) Ciri-ciri Pembelajaran

Dalam sebuah proses pembelajaran terdapat suatu ciri-ciri yang menunjukkan terjadinya proses pembelajaran. Menurut H.J. Gino dkk (1993:36) menyatakan bahwa “ciri-ciri pembelajaran adalah tanda-tanda adanya upaya guru mengatur unsur-unsur dinamis tersebut dalam pembelajaran, sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar agar terjadi proses belajar, dan tujuan belajar dapat tercapai”.

Adapun ciri-ciri pembelajaran tersebut terletak pada adanya unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa berikut ini:

a) Motivasi belajar b) Bahan belajar c) Alat bantu belajar d) Suasana belajar

e) Kondisi siswa yang belajar

3) Unsur-unsur Pembelajaran

Unsur yang ada dalam sistem pembelajaran adalah seorang siswa atau peserta didik, suatu tujuan, dan suatu prosedur kerja untuk

(4)

9 mencapai tujuan. Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Kurikulum dan Pembelajaran, mengemukakan unsur-unsur pembelajaran sebagai berikut:

a) Unsur dinamis pembelajaran pada diri guru (1) Motivasi membelajarkan siswa

Guru harus memiliki motivasi untuk membelajarkan siswa. Motivasi itu sebaiknya timbul dari kesadaran yang tinggi untuk mendidik peserta didik menjadi warga negara yang baik. Jadi guru memiliki hasrat untuk menyiapkan siswa menjadi pribadi yang memiliki pengetahuan dan kemampuan tertentu. Namun, diakui bahwa motivasi belajar itu sering timbul karena inventif yang diberikan, sehingga guru melaksanakan tugasnya sebaik mungkin. Kedua jenis motivasi itu diperlukan untuk membelajarkan siswa.

(2) Kondisi guru siap membelajarkan siswa

Guru perlu memiliki kemampuan dalam proses pembelajaran di samping kemampuan kepribadian dan kemampuan kemasyarakatan. Kemampuan dalam proses pembelajaran sering disebut kemampuan professional. Guru perlu berupaya meningkatkan kemampuan-kemampuan tersebut agar senantiasa berada dalam kondisi siap untuk membelajarkan siswa.

b) Unsur pembelajaran kongruen dengan unsur belajar.

(1) Motivasi belajar menuntut sikap tanggap dari pihak guru serta kemampuan untuk mendorong motivasi dengan berbagai upaya pembelajaran.

(2) Sumber yang digunakan sebagai bahan belajar terdapat pada buku pelajaran, pribadi guru, dan sumber masyarakat.

(3) Pengadaan alat-alat bantu belajar dilakukan oleh guru, siswa sendiri , dan bantuan orang tua.

(4) Menjamin dan membina suasana belajar yang efektif.

(5) Subjek belajar yang berada dalam kondisi kurang mantap perlu diberikan binaan. (Oemar Hamalik, 1995:67-68)

4) Kriteria Pembelajaran yang Berhasil

Dalam pembelajaran yang dilakukan antara guru dengan siswa, untuk dapat dikatakan berhasil dalam pembelajaran harus ada kerja sama antar keduanya. Keberhasilan dalam pembelajaran ditentukan oleh guru dengan siswa yang harus memperhatikan faktor-faktor yang menunjang keberhasilan dalam pembelajaran pada saat proses

(5)

10 pembelajaran berlangsung. Menurut Heinich dkk (2005) untuk mencapai sebuah pembelajaran sukses ada beberapa kriteria yaitu: a. Peran aktif siswa

Proses belajar akan berlangsung efektif jika siswa terlibat secara aktif dalam tugas-tugas yang bermakna dan berinteraksi dengan materi pelajaran secara intensif. Keterlibatan mental siswa dalam melakukan proses belajar diyakini akan memperbesar kemungkinan terjadinya proses belajar dalam dirinya.

b. Latihan

Latihan yang dilakukan dalam berbagai konteks akan dapat memperbaiki tingkat daya ingat atau reterisi siswa. Latihan juga akan memberi kemungkinan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan yang sedang dipelajari. Tugas-tugas belajar berupa pemberian latihan akan dapat membantu dalam meningkatkan penguasaan siswa terhadap pengetahuan dan ketrampilan yang sedang dipelajari.

c. Perbedaan individual

Setiap individu memiliki karakteristik yang bersifat unik yang dapat membedakan dari individu yang lainnya. Setiap individu juga memiliki potensi yang perlu dikembangkan secara optimal. Tugas guru atau instruktur dalam hal ini adalah mengembangkan potensi yang dimiliki oleh individu seoptimal mungkin melalui proses pembelajaran yang berkualitas.

d. Umpan balik

Umpan balik sangat diperlukan oleh siswa untuk mengetahui kemampuan dirinya dalam mempelajari isi atau materi pelajaran. Umpan balik pada umumnya dapat diberikan dalam bentuk pengetahuan tentang hasil belajara (learning outcomes) yang telah dicapai siswa setelah menempuh program dan aktivitas pembelajaran. Informasi dan pengetahuan tentang hasil belajar pada hakikatnya akan memacu seseorang untuk berprestasi lebih baik lagi.

e. Konteks nyata

Siswa perlu mempelajari materi pelajaran yang berisi pengetahuan dan ketrampilan yang dapat diterapkan dalam sebuah situasi yang nyata. Siswa yang mengetahui kegunaan dari pengetahuan dan ketrampilan yang tengah dipelajarinya akan memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, pembelajaran perlu dirancang agar siswa dapat menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang dipelajari dalam “setting” yang realistik.

(6)

11 f. Interaksi sosial

Interaksi sosial sangat diperlukan oleh siswa agar dapat memperoleh dukungan sosial dalam belajar. Interakasi yang berkesinambungan dengan sejawat atau sesama siswa akan memberi kemungkinan bagi siswa untuk melakukan konfirmasi terhadap pengetahuan dan ketrampilan yang sedang dipelajari. (Benny A. Pribadi, 2011:16) c. Hasil belajar

Hasil belajar ditandai dari perubahan tingkah laku. Penilaian merupakan salah satu unsur utama yang ada dalam proses pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar yang telah dicapai siswa melalui perubahan tingkah laku yang dapat dilakukan. Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris (2013:15) mengemukakan bahwa “Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran”. Sedangkan menurut Nana Sudjana (2013:3) berpendapat bahwa “Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran”.

Sejalan dengan pengertian di atas maka penilaian berfungsi sebagai:

1) Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional. 2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar.

3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya.

Sedangkan tujuan penilaian adalah untuk:

1) Mendiskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.

2) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan.

(7)

12 3) Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaanya.

4) Memberikan pertanggung jawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Untuk dapat menentukan suatu nilai pada siswa, diperlukan adanya ukuran atau kriteria dalam memberikan nilai. Penilaian terhadap siswa bisa dikatakan baik, sedang, kurang diperlukan adanya ketentuan atau ukuran yang jelas bagaimana bisa dikatakan baik, bagaimana yang sedang, dan bagaimana yang bisa dikatakan kurang. Untuk itu perlu adanya kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara kenyataan atau apa adanya dengan kriteria atau apa harusnya. Menurut Nana Sudjana (2013:3) berpendapat bahwa “Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu”.

Menurut Usman (2001) yang dikutip Asep Jihad dan Abdul Haris (2013:16) menyatakan bahwa “hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumya yang dikelompokkan kedalam tiga kategori, yakni domain kognitif, afektif, dan psikomotor”. Sedangkan menurut Nana Sudjana (2013) menyatakan bahwa:

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotoris (hlm. 22).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil dari belajar siswa yang ditunjukkan dengan perubahan tingkah laku siswa yang diperoleh setelah melakukan proses

(8)

13 pembelajaran dan diukur dengan penilaian yang dilakukan oleh guru yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

2. Permainan Bola Basket a. Pengertian Bola Basket

Bola basket adalah permainan bola besar yang dimainkan secara berkelompok yang dimainkan oleh dua tim yang masing-masing terdiri dari lima pemain setiap timnya. Bola basket dimainkan pada sebuah lapangan yang permukaannya rata dan keras yang bebas dari segala sesuatu yang menghalangi. Lapangan permainan memiliki ukuran panjang 28 meter dan lebar 15 meter yang diukur dari sisi dalam garis batas. Dalam permainan bola basket terdapat sebuah bola yang dimainkan oleh para pemainnya. Bola yang terbuat dari kulit atau karet tersebut dimainkan oleh para pemain dengan tujuan dari masing-masing tim untuk mencetak angka yang sebanyak-banyaknya dengan cara memasukkan bola ke dalam keranjang lawan dan berusaha mencegah tim lawan mencetak angka.

Permainan bola basket diawali dengan bola loncat atau jump ball dari tengah lapangan yang dilakukan oleh wasit. Dalam permainan bola basket terdapat tiga wasit yang memimpin pertandingan. Permainan bola basket dilakukan selama 4 x 10 menit setiap babaknya dengan waktu istirahat permainan selama dua menit diantara babak pertama dan kedua pada babak pertama dan diantara babak ketiga dan keempat pada babak kedua dan akan ada jeda permainan paruh waktu selama lima belas menit. Yang dikatakan memenangkan pertandingan adalah tim yang mengumpulkan angka terbanyak dalam waktu yang ditentukan. Jika terjadi angka yang sama dari kedua tim, maka diberikan waktu tambahan lima menit, jika masih sama diberi waktu tambahan lagi sampai ada selisih angka. Jadi dalam permainan bola

(9)

14 basket tidak ada istilah draw atau imbang. Menurut Imam Sodikun (1992) mengatakan bahwa:

Bola basket merupakan olahraga permainan yang menggunakan bola besar, dimainkan dengan tangan. Bola boleh dioper (dilempar ke teman), bola dipantulkan ke lantai (di tempat atau sambil berjalan) dan tujuannya adalah memasukkan bola ke basket (keranjang) lawan. Permainan dilakukan oleh dua regu masing-masing terdiri dari 5 (pemain) setiap regu berusaha memasukkan bola ke keranjang lawan dan menjaga (mencegah) keranjangnya sendiri kemasukan sedikit mungkin (hlm. 8).

Menurut Agus Margono (2010:9) mengatakan bahwa:

Setiap orang dalam melakukan aktivitas jasmani atau berolahraga mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Kesenangan ataupun keinginan dari seseorang untuk bermain bola basket tidak selalu sama tujuannya, ada orang-orang yang ingin berolahraga dengan bermain bola basket sekedar hanya untuk rekreasi dalam waktu-waktu yang senggang dan terluang saja, tetapi ada pula mereka yang sejak mulai bermain bola basket telah bertujuan untuk menjadi pemain yang ulung dan mahir.

Permainan bola basket dimainkan dengan tujuan yang berbeda-beda, baik itu untuk pendidikan, meraih prestasi maupun hanya untuk mencari kesenangan saja. Hal tersebut terlihat dengan digemarinya permainan bola basket oleh masyarakat luas karena permainan bola basket dapat dimainkan setiap orang, mulai dari anak kecil sampai dengan dewasa. Hal tersebet sesuai dengan prinsip permainan bola basket yang dikemukakan oleh Agus Margono (2010:6) yang mengemukakan bahwa “Pada prinsipnya permainan bola basket dapat dimainkan oleh setiap orang, baik anak-anak, remaja, orang dewasa, maupun orang tua yang usianya diatas lima puluh tahun”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa permainan bola basket adalah permainan bola besar yang dimainkan oleh dua tim dengan jumlah pemain lima orang setiap timnya dan memiliki tujuan yang berbeda-beda bagi setiap orang yang memainkannya.

(10)

15 b. Teknik Dasar Permainan Bola Basket

Permainan bola basket adalah permainan yang memiliki berbagai unsur gerak yang ada di dalamnya. Unsur-unsur gerak yang ada dalam permainan bola basket merupakan suatu rangkaian gerakan yang terkoordinasi dengan rapi untuk dapat bermain bola basket. Serangkaian gerakan yang ada dalam permainan bola basket merupakan berbagai teknik dasar yang harus dikuasai pemain untuk dapat bermain bola basket dengan baik dan efisien. Adapun teknik dasar tersebut antara lain sebagai berikut:

1) Teknik Dasar Mengoper Bola (Passing)

Nuril Ahmadi mengemukakan bahwa “Passing berarti mengoper bola” (2007:13). Passing adalah mengoper atau melempar bola kepada teman. Passing ini terbagi menjadi tiga yaitu chest pass (lemparan dari depan dada), bounce pass (lemparan pantul), dan overhead pass (lemparan dari atas kepala). Ada 3 jenis passing dalam bola basket :

a) Mengoper Bola Setinggi Dada (Chest Pass)

Operan setinggi dada sering dilakukan oleh pemain pada saat bermain bola basket. Operan yang dilakukan dari depan dada dengan cepat, tepat, dan cermat ini sangat tepat untuk operan jarak pendek.

Cara melakukan operan bola setinggi dada menurut Nuril Ahmadi (2007:14) sebagai berikut:

(1) Bola dipegang sesuai dengan teknik memegang bola basket.

(2) Sikut dibengkokkan ke samping sehingga bola dekat dengan dada.

(3) Sikap kaki dapat dilakukan sejajar atau kuda-kuda dengan jarak selebar bahu.

(4) Lutut ditekuk, badan condong kedepan, dan jaga keseimbangan.

(5) Bola didorong ke depan dengan kedua tangan sambil meluruskan lengan dan diakhiri dengan

(11)

16 lecutan pergelangan tangan sehingga telapak tangan menghadap keluar.

(6) Bagi yang baru belajar, gerakan pelurusan dapat dibantu dengan melangkahkan salah satu kaki ke depan.

(7) Arah operan setinggi dada, atau antara pinggang dan bahu penerima.

(8) Bersamaan dengan gerak pelepasan bola, berat badan dipindahkan ke depan.

Gambar 1. Mengoper Bola Setinggi Dada (Sumber: Danny Kosasih, 2008:28) b) Mengoper Bola dari Atas Kepala (Overhead Pass)

Lemparan ini biasanya dilakukan untuk mengoper bola kepada teman dengan jarak yang jauh yang bertujuan untuk menghindari raihan dari lawan.

Cara melakukannya operan dari atas kepala menurut Nuril Ahmadi (2007:14) sebagai berikut:

(1) Cara memegang bola sama dengan lemparan dari depan dada, hanya saja posisi permulaan bola di atas kepala sedikit di depan dahi dan siku agak ditekuk. (2) Bola dilemparkan dengan lekukan pergelangan

tangan yang arahnya agak menyerong ke bawah disertai dengan meluruskan lengan.

(3) Lepasnya bola dari tangan menggunakan jentikan ujung jari tangan.

(4) Posisi kaki berdiri tegak, tetapi tidak kaku. Bila berhadapan dengan lawan, maka untuk mengamankan bola dapat dilakukan dengan meninggikan badan, yaitu dengan mengangkat kedua tumit.

(12)

17

Gambar 2. Mengoper Bola dari Atas Kepala (Sumber: Danny Kosasih, 2008:29) c) Mengoper Bola Pantulan (Bounce Pass)

Operan pantulan dilakukan dengan dua tangan dalam posisi bola di depan dada. Operan ini biasanya dilakukan untuk operan jarak pendek. Operan ini juga sangat efektif dilakukan pemain ketika mendapat penjagaan ketat dari lawan dikarenakan gerakannya yang tidak terduga dan sulit untuk diserobot lawan.

Cara melakukan lemparan pantulan dengan kedua tangan menurut Nuril Ahmadi (2007:15) sebagai berikut:

(1) Metode pelaksanaanya (sikap permulaan) sama dengan operan setinggi dada.

(2) Bola dilepaskan atau didorong dengan tolakan dua tangan menyerong ke bawah dari letak badan lawan dengan jarak kira-kira 1/3 dari penerima.

(3) Pandangan mata kearah bola yang dipantulkan, kemudian ke penerima.

(4) Bila berhadapan dengan lawa, maka sasaran pantulan bola berada di samping kanan atau kiri lawan.

(13)

18

Gambar 3. Mengoper Bola Pantulan

2) Teknik Dasar Menerima Bola (Catching)

Dalam permainan bola basket terdapat teknik dasar mengoper (passing), mengoper merupakan teknik dasar melemparkan bola kepada teman untuk menyusun suatu pola penyerangan. Bola dilemparkan dari satu pemain kepada pemain lain dengan teknik tertentu. Dengan adanya pemain yang melemparkan bola kepada pemain lain tentu saja pemain yang diberi umpan mempunyai tugas untuk menerima bola dengan baik. Agar dapat menerima bola dengan baik dalam berbagai posisi dan situasi, pemain harus menguasai teknik dasar menerima bola dengan baik.

Cara melakukan teknik menerima menurut Nuril Ahmadi (2007:16) sebagai berikut:

a) Berdiri dengan sikap kaki melangkah menghadap arah datangnya bola.

b) Kedua lengan dijulurkan ke depan menyongsong arah datangnya bola dengan sikap telapak tangan menghadap arah datangnya bola.

c) Berat badan bertumpu pada kaki depan.

d) Setelah bola menyentuh telapak tangan, tariklah kaki ke depan ke belakang, siku kedua lengan ditekuk hingga bola ditarik mendekati dada/badan.

e) Badan agak condong ke depan.

f) Berat badan bertumpu pada kaki belakang. g) Posisi bola dipegang di depan badan.

(14)

19

Gambar 4. Menerima Bola (Sumber: Danny Kosasih, 2008:33) 3) Teknik Dasar Menggiring Bola (Dribble)

Menggiring bola adalah gerakan membawa bola ke segala arah dengan cara dipantulkan. Menggiring bola tidak diperkenankan dengan dua tangan, melainkan hanya dengan satu tangan. Menggiring bola merupakan salah satu unsur penting dalam permainan bola basket karena memiliki banyak kegunaan. Selain untuk menerobos pertahanan lawan, menggiring bola juga dapat dilakukan untuk mengatur tempo permainan, menjauhkan bola dari lawan, serta suatu cara untuk menciptakan peluang serangan untuk dapat mendekati ring basket dan mencetak angka. Menggiring bola dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggiring bola tinggi dan menggiring bola rendah.

(15)

20 Cara menggiring bola menurut Nuril Ahmadi (2007:18) sebagai berikut:

a) Pegang bola dengan kedua tangan. Lakukan secara rileks dengan posisi tangan kanan di atas bola dan tangan kiri di bawah bola.

b) Salah satu kaki melangkah ke depan berlawanan dengan tangan yang melakukan giringan, dan lutut sedikit ditekuk.

c) Condongkan badan ke depan, berat badan diantara dua kaki.

d) Bola dipantul-pantulkan, dengan pandangan mata ke depan, tetapi untuk pemula boleh melihat bola.

e) Lakukan gerakan sambil berjalan maju mundur atau di tempat.

f) Setelah menguasai gerakan di atas, lanjutkan gerakan menggiring sambil berlari ke depan.

g) Lakukan gerakan kombinasi antara mengoper, menggiring, dan menembak dengan gerakan yang cepat.

Gambar 5. Menggiring Bola (Sumber: Danny Kosasih, 2008:38) 4) Teknik Dasar Menembak (Shooting)

Menembak merupakan gerakan yang sangat penting dalam permainan bola basket. Dalam permainan bola basket, menembak merupakan gerakan penentu dari serangkaian gerakan teknik dasar dalam permainan bola basket. Dengan demikian untuk dapat mencetak angka, pemain harus bisa memasukkan bola ke dalam

(16)

21 ring dengan cara menembak. Maka dari itu menembak merupakan salah satu unsur gerakan terpenting dalam permainan bola basket.

Menurut Nuril Ahmadi (2007:18-20) mengemukakan bahwa “Usaha memasukkan bola ke keranjang diistilahkan dengan menembak, dapat dilakukan dengan satu tangan, dua tangan, dan lay up”.

a) Tembakan satu tangan (one hand set shoot)

Sikap badan pada waktu akan menembak bola: berdiri tegak, kaki sejajar atau kaki kanan di depan (bagi yang tidak kidal), kaki kiri di belakang, sementara lutut ditekuk. Bola dipegang dengan tangan kanan di atas kepala dan di depan dahi, siku tangan kanan ditekuk ke depan, tangan kiri membantu memegang bola agar tidak jatuh dan berfungsi untuk menjaga keseimbangan, serta pandangan ditujukan ke keranjang (ring basket). Kemudian bola ditembakkan ke keranjang basket dengan gerakan siku, badan, dan lutut diluruskan secara serempak. Pada waktu tangan lurus, bola dilepaskan, jari-jari dan pergelangan tangan diaktifkan.

Gambar 6. Tembakan Satu Tangan (Sumber: Danny Kosasih, 2008:50)

(17)

22 b) Tembakan dua tangan

Sikap badan pada waktu akan melakukan tembakan adalah: badan tegak, kedua kaki dibuka sejajar. Kedua lutut ditekuk. Bola dipegang dengan kedua belah tangan atas dan di depan dahi. Kedua siku ditekuk, pandangan diarahkan ke keranjang basket yang menjadi sasaran tembakan.

Bola ditembakkan ke keranjang basket dengan bantuan dorongan, lengan (siku), badan dan lutut diluruskan secara serempak.

Pada waktu bola lepas, jari-jari tangan dan pergelangan tangan diaktifkan, artinya digerakkan ke atas ke depan dan ke bawah. Jadi jalannya bola ke atas, ke depan, dan akhirnya ke bawah menuju ke keranjang.

Gambar 7. Sikap Menembak dengan Dua Tangan c) Tembakan lay-up

Menurut Nuril Ahmadi (2007:19) mengemukakan bahwa “Tembakan lay-up adalah tembakan yang dilakukan dengan jarak dekat sekali dengan keranjang basket, hingga seolah-olah bola itu diletakkan ke dalam keranjang basket yang didahului dengan gerak dua langkah”. Sedangkan menurut

(18)

23 Imam Sodikun (1992:64) menyatakan bahwa “Tembakan lay-up adalah jenis tembakan yang efektif, sebab dilakukan pada jarak yang sedekat-dekatnya dengan ring basket”.

Tembakan lay-up merupakan tembakan yang mempunyai peluang besar untuk mencetak angka karena dilakukan dengan jarak yang dekat dengan ring basket. Tembakan lay-up diawali dengan gerakan melangkah mendekati ring basket dengan dua langkah gerakan dan pada akhir langkah diakhiri dengan tolakan setinggi-tingginya untuk mendekati ring basket dan kemudian tangan diluruskan mendekati ring basket untuk memasukkan bola ke dalam ring basket. Usahan pantulan bola berada pada kotakan yang ada pada papan pantul. Ketika memantulkan bola pada papan pantul, bola jangan terlalu keras agar supaya bola tidak memantul keras dan keluar dari ring basket. Menurut Nuril Ahmadi (2007:20) mengemukakan bahwa:

Teknik dasar melakukan lay-up shoot dapat dilakukan sebagai berikut:

(1) Bila tolakan pertama dengan kaki kanan maka langkah pertama dengan kaki kiri dan langkah kedua dengan kaki kanan atau sebaliknya.

Gambar 8. Dua Langkah Sebelum Melakukan Lay-Up Shoot (Sumber: Nuril Ahmadi, 2007:20)

(19)

24 (2) Ketika melakukan latihan lay-up, biasakan berlari dengan langkah lebar dengan badan condong ke depan. Kemudian berilah tanda dan rintangan agar dapat melangkahkan kaki sesuai dengan langkah lay-up, langkah pertama lebar dan langkah kedua pendek dan diakhiri dengan lompatan setinggi-tingginya.

(3) Langkah pertama harus lebar dan badan condong ke depan untuk memperoleh jarak maju sejauh mungkin dan memelihara keseimbangan. Langkah kedua pendek dengan maksud mempersipkan diri untuk membuat awalan agar menolakkan kaki sekuat-kuatnya supaya memperoleh lompatan setinggi-tingginya.

(4) Lompatan terakhir harus setinggi-tingginya dengan maksud mendekatkan diri dengan keranjang basket, dan menghilangkan kecepatan ke depan.

(5) Setelah langkah kaki terakhir, kaki ditolakkan sekuat-kuatnya agar dapat mencapai titik tinggi sedekat mungkin dengan keranjang basket. Pada saat berhenti pada titik tertinggi, luruskan tangan memegang bola ke atas, dan pada saat berhenti lepaskan tangan kiri yang membantu memegang bola, serta lecutkan pergelangan tangan yang memegang bola (tangan kanan) hingga jalannya bola tidak kencang.

Berikut ini gerakan langkah lay-up shoot bola basket:

Gambar 9. Lay-Up Shoot (Danny Kosasih, 2008:50) 3. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran

Keberhasilan dalam proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru dalam mengembangkan dan mengaplikasikan model-model pembelajaran yang menitik beratkan pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif dalam proses pembelajaran. Menurut

(20)

25 Joyce & Weil yang dikutip oleh Rusman (2013: 133) Berpendapat bahwa model pembelajaan adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

Aunurrahman (2012: 146) berpendapat bahwa, “model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran”. Sedangkan menurut Agus Suprijono (2012: 46) berpendapat bahwa” model pembelajaran ialah,” pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial”. Sedangkan menurut Arends yang dikutip Agus Suprijono (2012: 46) berpendapat bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpukan bahwa model pembelajaran adalah suatu desain pembelajaran yang digunakan pengajar dalam kegiatan pembelajaran untuk mempermudah siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan.

b. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif adalah teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar besrsama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-6 orang. Menurut Nurul Hayati yang dikutip oleh Rusman (2013: 203) Pembelajaran Kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Sedangkan Menurut Sanjaya

(21)

26 yang dikutip dalam Rusman (2013: 203) Cooperatif merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkain kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Sedangkan Menurut Slavin yang dikutip dalam Rusaman (2013: 201) mengatakan bahwa, “pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah kontruktivisme

Dari pendapat dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelejaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menitik beratkan terciptanya kerjasama antar siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan belajar yang telah dirumuskan.

c. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Pada hakekatnya cooperative sama dengan kerja kelompok, oleh sebab itu banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperative, karena guru telah menganggap telah terbiasa menggunakannya. Walaupun cooperative terjadi dalam bentuk kelompok, tetapi tidak setiap kerja kelompok dikatakan cooperative.

Menurut Roger & David Johson dalam Rusman (2013: 212) ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning), yaitu sebagai berikut:

1) Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakaukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan mereka saling ketergantungan.

(22)

27 2) Tanggung jawab personal (individual accountability), yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu,setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.

3) Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction) , yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain

4) Partisipasi dan komunikasi (participation comunication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

5) Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waku khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja mereka , agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (2005: 33) menyatakan bahwa, “tujuan yang paling penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi”. Menurut Rusman (2012: 210) menyatakan bahwa “tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi”. Menurut Agus Suprijono (2013: 59) menyatakan bahwa “tujuan pembelajaran kooperatif adalah membantu semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat”. Menurut Daryanto dan Mulyo Rahardjo (2012: 229) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika peserta didik mengikuti pembelajaran dan berorentasi menuju pembentukan manusia sosial”.

Berdasarkan pernyataan beberapa ahli tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif ini dirancang untuk meningkatkan partisipasi siswa, memberikan kesempatan dan pengalaman kepada siswa untuk saling mengungkapkan pendapat yang mereka miliki,

(23)

28 mengajarkan siswa belajar hidup bermasyarakat saling membutuhkan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

e. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin yang dikutip oleh Rusman (2012: 213) Ada beberapa variasi dalam pembelajaran kooperatif, model tersebut, adalah sebagai berikut :

1) Model Student Teams Achievement Division (STAD). Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru.

2) Model Jigsaw. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

3) Investigasi kelompok (Group Investigation). Pembelajaran kooperatif model tipe group investigation, setiap kelompok presentasi atas hasil investigasi mereka, tugas kelompok lain adalah melakukan evaluasi sajian kelompok.

4) Model Make A Match (Membuat Pasangan). Pembelajaran kooperatif model Make A Match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.

5) Model TGT (Teams Games Tournaments). Pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu tahap penyajian kelas, belajar dalam kelompok, permainan, pertandingan, dan penghargaan kelompok.

6) Model Struktural. Pembelajaran kooperatif model Struktural terdapat enam komponen utama di dalam pembelajaran, yaitu struktur dan konstruk yang diberikan, prinsip-prinsip dasar, pembentukan kelompok, kelompok, tata kelola, dan keterampilan sosial.

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitiberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Menurut Lie yang dikutip oleh Rusman (2013:

(24)

29 218) “Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri”. Lebih lanjut Lie yang dikutip oleh Rusman (2013: 218) menyatakan bahwa jigsaw merupakan salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang fleksibel.

Menurut Jhonson & Jhonson yang dikutip Rusman, (2013: 219) manfaat atau kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu: (a) meningkatkan hasil belajar; (b) meningkatkan daya ingat; (c) dapat digunakan untuk mencapai taraf penalaran tingkat tinggi; (d) mendorong tumbuhnya motivasi instrinsik (kesadaran individu); (e) meningkatkan hubungan antara manusia yang heterogen; (f) meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah; (g) meningkatkat sifap positif terhadap guru; (h) meningkatkan harga diri anak; (i) meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; dan (j) meningkatkan keterampilan hidup dalam bergotong-royong. Dengan pengertian dan manfaat diatas maka diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang meliputi aspek: kognitif, afektif dan psikomotor.

Lebih lanjut Hamdani (2011: 37) menjelaskan bahwa, Jigsaw didesain untuk meningkatkan tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya dan pembelajaran orang lain. Selain itu unuk meningkatkan rasa tanggung jawab, siswa secara mandiri dituntut memiliki sifat saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan tetapi juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada orang lain. Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk (siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan asal), kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Adapun kelompok ahli adalah kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda-beda ditugaskan untuk mempelajari

(25)

30 dan mendalami topik tertentu. Kelompok ahli dalam hal ini bukanlah seorang siswa yang telah Dan setelah memahami mereka kembali ke kelompok asal dan menjelaskan tentang materi yang mereka pelajari sehingga bagian-bagian materi itu disatukan menjadi sebuah materi yang utuh.

Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah model pembelajaran yang sistematika pembelajarannya membagi materi menjadi beberapa bagian yang akan dipelajari oleh siswa. Siswa akan dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil antar 4-6 siswa tiap kelompok-kelompok.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw akan ada istilah kelompok asal dan kelompok ahli, kelompok asal adalah kelompok awal seterlah guru membagi siswa dalam kelompok sedangkan kelompok ahli adalah kelompok asal yang ditugaskan untuk mempelajari bagian materi yang telah dibagi oleh guru. Tugas anggota kelompok ahli adalah mempelajarai dan memahami materi dan setelah paham mereka kembali kedalam kelompok asal dan menjelaskan materi kedalam anggota kelompok asal, setelah itu dari bagian-bagian materi disatukan menjadi sebuah materi yang utuh. Kelompok ahli bukan berarti siswa tersebut adalah seorang atlet yang pandai atau sudah bisa melakukan permainan bola basket sebelum mempelajari materi, melainkan mereka disebut bagian kelompok ahli karena siswa tersebut mempelajari dan memahami materi itu untuk nantinya disampaikan kepada anggota kelompok asalnya.

b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Menurut M. Sobry Sutikno (2014: 89) Langkah-langkah pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagai berikut

a). Tahap Pendahuluan

(1) Melakukan apresepsi

(2) Guru menjelaskan pada peserta didik tentang model pembelajaran yang dipakai dan menjelaskan manfaat dari model tersebut

(26)

31 (3) Pembentukan kelompok

(4) Untuk setiap kelompok terdiri dari 4-6 peserta didik (5) Pembagian materi pada setiap anggota kelompok b). Tahap Penguasaan

(1) Peserta didik dengan materi yang sama bergabung dalam kelompok ahli dan berusaha menguasi materi sesuai yang diterima

(2) Guru memberi bantuan kepada peserta didik (Bila ada yang kurang memahami)

(3) Setiap peserta didik kembali ke kelompok asalnya (4) Tiap peserta didik dalam kelompok saling

menularkan dan menerima materi dari peserta didik lainnya

(5) Terjadi proses diskusi antara peserta didik dalam kelompok asal

c). Penutup

(1) Guru bersama peserta didik menyimpulkan (2) Pelaksanaan kuis atau evaluasi

Selain langkah-langkah tersebut agar pembelajaran dapat berjalan secara kondusif guru dapat menentukan pemimpin dalam satu kelompok untuk mempermudah jalannya alur pembelajaran. Adapun cara menentukan pemimpin dalam satu kelompok guru harus melihat latar belakang siswa dari hasil belajar passing bola basket sebelumnya. Pemimpin kelompok ini ditentukan berdasarkan kriteria baik atau lulus dalam pembelajaran sebelumnya agar dapat membantu guru mengkoordinasi siswa dalam proses pembelajaran

c. Kelebihan dan kekuranga Jigsaw

Jigsaw adalah model pembelajaran kooperatif yang didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan pembelajaran orang lain.

Menurut imas kurniasih dan berlin sani (2015: 25-26) Kelebihan Model Pembelajaran Jigsaw. Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran lainnya, model pembelajaran jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu :

(27)

32 1) Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.

2) Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.

3) Motede pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.

Kelemahan model pembelajaran jigsaw. Dalam penerapan model pembelajaran jigsaw, sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :

1) Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi.

2) Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan apabila ditunjukan sebagai tenaga ahli.

3) Siswa yang cerdesa cenderung merasa bosan

4) Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.

d. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran Permainan Bola Basket

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada dasarnya membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 anggota tiap kelompok. Ciri khusus dari model ini adalah adanya pemecahan materi yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam kelompoknya berusaha untuk menyatukan pecahan-pecahan materi tersebut menjadi sebuah materi yang utuh.

Berikut adalah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran permainan bola basket:

1) Pendahuluan

Pada bagian pendahuluan kegiatan ini dilaksanakan sama seperti pembelajaran pada umumnya yang terdiri dari membariskan siswa, berdoa, presensi dan apersepsi dan menjelaskan alur pembelajaran dan akir dari kegiaatan pendahuluan adalah pemanasan

a) Guru menjelaskan kepada seluruh siswa tentang akan diterapkanya model pembelajaran jigsaw, sebagai suatu variasi

(28)

33 model pembelajaran dan guru menjelaskan kepada siswa tentang skema atau pola kerjasama antara siswa dalam satu kelompok sebagai berikut

Gambar 10. Skema pembelajaran kooperatif tipe jigsaw (1) Jumlah siswa kelas X DKV adalah 32 siswa, guru membagi

siswa menjadi delapan kelompok, delapan kelompok ini disebut kelompok asal.

(2) Langkah berikutnya guru menjelaskan bahwa setiap anggota kelompok asal akan mendapatkan tugas untuk mempelajari materi telah dipersiapkan oleh guru dalam kelompok ahli dengan pembagian materi sebagai berikut:

(29)

34

Materi

Permainan bola basket

Dibagi menjadi empat sub materi sebagai berikut

Gambar 11. pemecahan materi yang akan dipelajari (3) Kelompok ahli adalah suatu kelompok yang terdiri dari

angota-angota kelompok asal yang mendapat tugas untuk mempelajari materi tersebut.

(4) Di dalam kelompok ahli anggota kelompok asal berbaur dengan anggota kelompok asal dari kelompok lain, tugas mereka adalah belajar bersama memahami materi dan mendiskusikan bagaimana caranya menyampaikan materi kedalam kelompok asal masing-masing.

(5) Setelah anggota kelompok ahli memahami materi, guru menginstruksikan anggota kelompok ahli untuk kembali kedalam kelompok asal dan tugas mereka adalah menyampaikan materi yang telah dipelajari kepada anggota yang lain, setelah semua anggota menyampaikan materi

Sub meteri 1 passing Bola Basket Sub meteri 2 catching Bola basket Sub meteri 3 dribbling Bola Basket Sub meteri 4 shooting Bola Basket

(30)

35 mereka masing-masing, tugas selanjutnya adalah siswa dalam kelompok asal mencoba atau mempraktekan semua materi yang telah mereka diskusikan.

(6) Setelah siswa memahami alur pembelajaran guru memberikan pemanasan.

2) Prosedur Pelaksanaan a) Pemanasan

Pemanasan adalah bagian dari pembelajaran penjas yang sangat penting untuk dilakukan. Karena tujuan dari pemanasan ialah menyiapkapkan otot dan sendi, sebelum melakukan aktivitas sebenarnya. Dengan melakukan pemanasan suhu tubuh akan meningkat, kenaikan suhu ini akan diikuti dengan meningkatnya aktivitas denyut jantung yang akan menyebabkan aliran darah keseluruh tubuh akan lebih cepat sehingga pasokan oksigen dalam otot menjadi lebih banyak.

Dalam pembelajaran guru mengkreasikan pemanasan dalam setiap pertemuan ada yang menggunakan pemanasan statis dan dinamis terkadang guru juga menggunakan pemanasan dalam bentuk permainan seperti estafet bola. Lebih lengkapnya akan terlampir dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b) Pelaksanaan Kegiatan Inti

Pada Kegiatan inti kegiatan akan tergambarkan sebagai berikut:

(1) Guru mencontohkan gerakan permainan bola basket ( passing, catching, dribbling, dan shooting)

(2) Guru menunjuk pemimpin kelompok berdasarkan hasil belajar pada pembelajaran sebelumnya

(3) Guru menginstruksikan siswa dalam kelompok-kelompok asal agar menuju ke kelompok ahli

(31)

36 (4) Pembagian tugas kelompok ahli ditentukan oleh Pemimpin

Kelompok masing-masing kelompok

(5) Setelah itu siswa mempelajari materi dalam kelompok ahli, dalam kelompok ahli siswa bekerja sama mempelajari, mencoba materi dan menyusun cara atau strategi untuk menerangkan materi tersebut kedalam kelompok asal masing-masing

(6) Setelah mempelajari materi guru menginstruksikan siswa untuk kembali kedalam kelompok asal, dan menyampaikan materi yang telah mereka dapatkan.

(7) Ketika anggota kelompok telah menyampaikan materi mereka masing, guru mengintruksikan masing-masing kelompok mempraktekkan atau mencoba materi yang telah mereka diskusikan.

(8) Kemudian sesi selanjutnya adalah kuis, kuis disini akan dibuat kompetsi game antar kelompok asal, sistematika kuis lebih jelasnya akan terlampir dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

(9) Bagi tim yang menjadi juara pada kuis atau game ini akan mendapat hadiah dari pengajar sebagai apresiasi.

c) Pelaksanaan Kegiatan Akhir

Setelah melakukan kegiatan pemanasan dan kegiatan inti, kegitan akhir adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan dalam sistematika pembelajaran, dalam kegiatan ini berisi kegiatan seperti pendinginan, refleksi dan evaluasi, Guru juga dapat memberikan tes kognitif dengan cara memberi soal untuk menilai pemahan siswa setelah mengalami proses pembelajaran

(32)

37 B. Kerangka Berpikir

Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani oleh para guru di sekolah-sekolah pada umumnya masih menggunakan model pembelajaran konvensional , begitu pula pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di SMK Negeri 9 Surakarta. Hal tersebut menumbuhkan kejenuhan pada siswa sehingga menurunkan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani, hal ini mengakibatkan perolehan hasil belajar siswa yang masih rendah.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukan solusi yang tepat untuk melaksnakan pembelajaran pendidikan jasmani agar dapat menarik perhatian dan meningkatkan motivasi siswa. Salah satu solusi yang dapat digunakan oleh guru pendidikan jasmani ialah dengan menerapakan model pembelajaran inovatif, yaitu penerapan model pembelajaran Cooperative tipe Jigsaw .

Pada model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal yaitu kelompok induk dan kelompok ahli. Kelompok ahli adalah siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dalam menyelesaikan tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Model pembelajara Jigsaw ini direncanakan akan dilaksanakan dalam dua siklus. Pada siklus ini, peneliti bersama guru menyusun dan melaksanakan pembelajara Jigsaw dalam pembelajaran permainan bola basket (passing, catching ,dribbling,dan shooting). Dari hasil pelaksanaan siklus I tersebut apabila target hasil belajar yang ditargetkan belum tercapai, maka akan dilaksanakan upaya perbaikan pada siklus II.

Dari pelaksanaan model pembelajaran Jigsaw tersebut, diharapkan dapat meningkatkan perhatian serta motivasi siswa untuk dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai materi yang diajarkan oleh guru. Dengan demikian motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran penjas akan meningkat, maka diharapkan hasil belajar siswa pun juga akan meningkaat.

(33)

38 Perencanaan : 1. Menyusun RPP permainan bola basket 2. Menyusun lembar observasi

3. Menyiapkan media yang diperlukan untuk

membantu dalam proses belajar mengajar

Pelakasanana : Guru & peneliti melaksanakan pengajaran yang bertujuan untuk meningkatan kemampuan permainan bola basket melalui penerapan model pembelajaran jigsaw.

Refleksi : Mengevaluasi hasil observasi dan mengemukakan hasil pada pelaksaan pertama yang menentukan perbaikan pada siklus berikutnya

Pengamatan : pengamatan dilakukan dengan cara mencatat semua kejadian yang terjadi pada siklus I saat proses

pembelajaran pada lembar observasi

Perencanaan :

1. Menyususn RPP permainan bola basket 2. Menyusun lembar observasi

3. Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu dalam proses belajar mengajar

Pengamatan : pengamatan dilakukan dengan cara mencatat semua kejadian yang terjadi pada siklus I saat proses pembelajaran pada lembar observasi

Refleksi :

Mengevaluasi hasil hasil observasi dan mengemukakan hasil pada

pelakasanan kedua

Pelaksanaan : peneliti bersama dengan guru melaksanakan upaya perbaikan dari siklus I, untuk meningkatkan kemampuan permainan bola basket melalui penerapan model pembelajaran Jigsaw

Penetapan Fokus Masalah : Peningkatan hasil belajar permaian bola basket

Indikator : setelah tercapai penelitian bisa diakhiri Indikator : belum tercapai perlu dilakukan siklus III

SIKLUS I

Secara sederhana, kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar

Gambar 1. Mengoper Bola Setinggi Dada             (Sumber: Danny Kosasih, 2008:28)  b)  Mengoper Bola dari Atas Kepala (Overhead Pass)
Gambar 2. Mengoper Bola dari Atas Kepala         (Sumber: Danny Kosasih, 2008:29)  c)  Mengoper Bola Pantulan (Bounce Pass)
Gambar 3. Mengoper Bola Pantulan
Gambar 5. Menggiring Bola         (Sumber: Danny Kosasih, 2008:38)  4)  Teknik Dasar Menembak (Shooting)
+5

Referensi

Dokumen terkait

By inviting their audiences to get to the bottom of their narrative enigmas, conspiratorial television shows encourage precisely such a behavior – and user

Building Approvals adalah sebuah indikator yang menghitung pertumbuhan jumlah rumah baru di suatu negara.Contoh : Jika nilai Building Approvals Ausi lebih tinggi dari nil ai

itu, indikator juga digunakan untuk menentukan konsentrasi ion hidrogen atau pH larutan encer, sejumlah besar indikator yang berisi ion hidrogen, berisi juga gugus asam dan

Penelitian yang dilakukan oleh Olviani (2015) tentang mobilisasi progressif level I terhadap nilai monitoring hemodinamik non invasif pada pasien cerebral injury di

Toisaalta, tulosten perusteella voidaan esittää, että pelaajan ja pelihahmon välinen suhde on myös merkityksellisessä osassa pelaamista sekä pelaajan ja pelihahmon

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan,

Aplikasi sistem informasi geografis ini dapat menampilkan data- data yang berkaitan dengan informasi tempat wisata di wilayah DKI Jakarta, memberikan kemudahan

Berdasarkan uraian di atas maka pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah dengan implementasi model pembelajaran Problem Posing dengan metode Brainstorming diharapkan dapat