• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGALAMAN PERAWAT INSTALASI GAWAT DARURAT DALAM MERAWAT PASIEN PERCOBAAN BUNUH DIRI DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGALAMAN PERAWAT INSTALASI GAWAT DARURAT DALAM MERAWAT PASIEN PERCOBAAN BUNUH DIRI DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

3HUFREDDQ EXQXK GLUL PHUXSDNDQ NRQGLVL JDZDW GDUXUDW \DQJ PHPEXWXKNDQ SHUWRORQJDQ VHJHUD 3HUDZDWGL,*'PHUXSDNDQWHQDJDNHVHKDWDQ\DQJPHPLOLNLSRVLVLSHQWLQJGDQXQLN3HUDZDWGLWXQWXW XQWXNPHPEHULNDQSHOD\DQDQ\DQJHIHNWLIGDQNRPSUHKHQVLIPHOLSXWLDVSHN¿VLN\DQJEHUIRNXVXQWXN PHQFHJDK NHPDWLDQ GDQ DVSHN SVLNRORJLV SDGD SHQFHJDKDQ WLQGDNDQ EXQXK GLUL 0HUDZDW SDVLHQ SHUFREDDQEXQXKGLULDNDQPHPEHULNDQSHQJDODPDQGDQPDNQD\DQJEHUEHGDEDJLVHWLDSSHUDZDW 3HQHOLWLDQ LQL EHUWXMXDQ XQWXN PHQJHNVSORUDVL EDJDLPDQDNDK SHQJDODPDQ SHUDZDW ,*' GDODP PHUDZDW SDVLHQ SHUFREDDQ EXQXK GLUL 'HVDLQ SHQHOLWLDQ LQL DGDODK NXDOLWDWLI GHQJDQ SHQGHNDWDQ IHQRPHQRORJL LQWHUSUHWLI \DQJ PHOLEDWNDQ OLPD SHUDZDW ,*' 568' 'U 0RHZDUGL 6XUDNDUWD 'DWD GLNXPSXONDQGHQJDQPHWRGHLQGHSWKLQWHUYLHZGDQGLDQDOLVLVPHQJJXQDNDQWHKQLN0LOHVGDQ+XEHUPDQ +DVLO SHQHOLWLDQ PHQXQMXNNDQ NHWHUNDLWDQ DQWDU VHPELODQ WHPD \DLWX NHWDNXWDQ SHUDZDW PRWLYDVL WXJDVPRWLYDVLNDVLKDQSDVLHQDJUHVLISDVLHQWLGDNWHUXVWHUDQJSURVHVNHSHUDZDWDQVHQVDVLRQDO PHQJHVDPSLQJNDQ PDQDMHPHQ SVLNRORJLV GDQ SHQJKDUDSDQ .HVLPSXODQ \DQJ ELVD GLDPELO DGDODK PDQDMHPHQNHJDZDWGDUXUDWDQSDGDNDVXVSHUFREDDQEXQXKGLULEHOXPGLODNXNDQVHFDUDNRPSUHKHQVLI GHQJDQ PHOLKDW PDQXVLD VHFDUD KROLVWLN 3LKDN UXPDK VDNLW VHEDLNQ\D PHODNXNDQ XSD\D XQWXN PHQLQJNDWNDQVDUDQDSUDVDUDQDGDQNXDOLWDVVXPEHUGD\DPDQXVLDDJDUELVDPHPEHULNDQSHOD\DQDQ \DQJSULPDNHSDGDSDVLHQ

Kata kunci,QVWDODVL*DZDW'DUXUDWSHQJDODPDQSHUDZDWSDVLHQSHUFREDDQEXQXKGLUL

ABSTRACT

6XLFLGHDWWHPSWLVDQHPHUJHQF\FRQGLWLRQUHTXLULQJLPPHGLDWHDVVLVWDQFH(PHUJHQF\GHSDUWPHQWQXUVH DVPHGLFDOH[SHUWKDYHDQLPSRUWDQWDQGXQLTXHSRVLWLRQ1XUVHDUHUHTXLUHWRSURYLGHDQHIIHFWLYHDQG FRPSUHKHQVLYHVHUYLFHVLQFOXGLQJSK\VLFDODVSHFWIRFXVLQJRQGHDWKSUHYHQWLRQDQGSV\FKRORJLFDODVSHFW RISUHYHQWLYHDFWLRQRQVXLFLGH&DULQJIRUVXLFLGHDWWHPSWSDWLHQWVZLOOSURYLGHH[SHULHQFHDQGGLIIHUHQW PHDQLQJIRUHDFKQXUVH7KHDLPRIWKLVVWXG\ZDVWRH[SORUHWKHH[SHULHQFHRIHPHUJHQF\GHSDUWHPHQW QXUVHLQWDNLQJFDUHRIVXLFLGHDWWHPSWSDWLHQWV7KHGHVLJQRIWKLVUHVHDUFKXVHGTXDOLWDWLYHPHWKRG ZLWKLQWHUSUHWLYHSKHQRPHQRORJLFDODSSURDFKZKLFKLQYROYHG¿YHHPHUJHQF\GHSDUWPHQHWQXUVHVRI'U 0RHZDUGL6XUDNDUWD+RVSLWDO7KHGDWDZDVFROOHFWHGE\LQGHSWKLQWHUYLHZPHWKRGDQGDQDO\]HGXVLQJ 0LOHVDQG+XEHUPDQWHFKQLTXH5HVXOWVRIWKLVUHVHDUFKUHYHDOHGWKDWWKHUHDUHUHOHYDQF\DPRQJQLQH WKHPHVWKHUHDUHWHUUL¿HGQXUVHWDVNPRWLYDWLRQFRPSDVVLRQPRWLYDWLRQDJJUHVVLYHSDWLHQWVSDWLHQWGR QRWIUDQNO\WKHQXUVLQJSURFHVVVHQVDWLRQDORYHUULGHWKHSV\FKRORJLFDOPDQDJHPHQWDQGH[SHFWDWLRQ 7KH FRQFOXVLRQ LV WKH HPHUJHQF\ PDQDJHPHQW RI VXLFLGH DWWHPSW FDVH KDYH QRW EHHQ FRQGXFWHG LQ

PENGALAMAN PERAWAT

INSTALASI GAWAT DARURAT DALAM MERAWAT

PASIEN PERCOBAAN BUNUH DIRI DI RUMAH

SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Ika Subekti Wulandari

1)

, Retty Ratnawati

2)

, Lilik Supriyati

3),

Kumboyono

4)

13URGL',,,.HSHUDZDWDQ67,.HV.XVXPD+XVDGD6XUDNDUWD

(2)

DFRPSUHKHQVLYHPDQQHUZLWKDYLHZWRKXPDQKROLVWLFDOO\7KHKRVSLWDOVKRXOGPDNHDFRQFHUWHGHIIRUW WRLPSURYHWKHLQIUDVWUXFWXUHDQGWKHTXDOLW\RIKXPDQUHVRXUFHVLQRUGHUWRSURYLGHH[FHOOHQWVHUYLFHV WRSDWLHQWV

Keywords(PHUJHQF\GHSDUWPHQWQXUVH¶VH[SHULHQFHVXLFLGHDWWHPSWSDWLHQWV

1. PENDAHULUAN

Percobaan melukai diri merupakan salah satu alasan seseorang dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD). Pasien dibawa ke IGD dan mem-butuhkan perawatan akibat usaha melukai diri diantaranya dengan memotong nadi, membakar diri, menenggelamkan diri, menggantung diri dan meracuni diri (Crawford et al, 2003). Perco-baan melukai diri memiliki hubungan yang erat dengan bunuh diri, dimana biasanya bunuh diri didahului dengan pikiran untuk bunuh diri dan percobaan melukai diri (Conlon & O’Tuathail, 2010).

Tindakan perawat IGD dalam menangani pasien percobaan bunuh diri sering disertai pe-rasaan dilema tersendiri. Conlon dan O’Tuathail (2012) menyatakan bahwa perawat sering merasa frustasi, antipati, tidak berdaya, dihadapkan pada dilema dan mengeluarkan emosi negatif karena pasien percobaan bunuh diri cenderung sensitif dan memiliki konsep diri negatif. Tenaga kese-hatan di IGD merasa cemas dan cenderung meng-hindari pasien dengan percobaan bunuh diri yang berulang karena beranggapan bahwa hal tersebut merupakan tindakan manipulasi dan mencari per-hatian (Sethi & Uppal, 2006).

Percobaan bunuh diri membutuhkan pe-layanan yang komprehensif, holistik dan pari-purna dikarenakan pasien percobaan bunuh diri memiliki karakteristik yang berbeda. Beban kerja IGD yang tinggi disertai anggapan mengenai rumah sakit umum lebih berfokus pada masalah

¿VLNPHPEHQWXNVWLJPDEDKZDSHUFREDDQEXQXK

diri lebih tepat dirawat di rumah sakit khusus jiwa dibandingkan di rumah sakit umum (Martin & Chapman, 2014; Hopkins, 2002).

Perawat dalam memberikan pelayanan lebih suka menghindari pasien yang agresif (resiko menciderai diri sendiri atau orang lain) karena khawatir dengan keselamatan diri (Heslop et al, 2000). Menurut penelitian Friedman et al (2006) dari 107 perawat, sebanyak 55% tidak suka

menangani kasus persobaan bunuh diri. Alasan-nya adalah pasien percobaan bunuh diri lebih sulit ditangani dibandingkan dengan pasien lain (Huband & Tantam, 2000).

Merawat pasien percobaan bunuh diri dalam kondisi yang agresif dimana respon pasien bi-asanya berada diluar kontrol kesadaran sangat beresiko terhadap keselamatan perawat, pasien lain maupun pasien sendiri. Kondisi ini bisa saja membuat perawat stres dan merasakan dilema karena menghadapi kondisi yang sulit di samping

PHQDQJDQLDVSHN¿VLNMXJDKDUXVEHUIRNXVSDGD

aspek psikososial. Disisi lain pendidikan dan

SHODWLKDQ \DQJ VSHVL¿N PHQJHQDL PDQDMHPHQ

kasus percobaan bunuh diri juga masih terbatas, akan tetapi perawat dituntut untuk tetap mem-berikan pelayanan kegawatdaruratan secara kom-prehensif.

Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta merupakan rumah sakit tipe A yang menjadi ru-jukan bagi rumah sakit lain di Surakarta dalam penanganan kasus gawat darurat. Lokasinya yang berdekatan dengan Rumah Sakit Jiwa Dae-rah Surakarta juga menjadikan Rumah Sakit Dr. Moewardi sebagai rujukan terutama kasus per-cobaan bunuh diri yang mengancam

kehidup-DQ SDVLHQ Gkehidup-DQ PHPEXWXKNkehidup-DQ SHQkehidup-DQJkehidup-DQkehidup-DQ ¿VLN

segera.

Penelitian ini penting dilakukan karena setiap manusia memiliki respon yang berbeda terhadap fenomena yang dialami, oleh karena itu perlu dilakukan eksplorasi lebih mendalam mengenai makna pengalaman perawat dalam merawat pasien percobaan bunuh diri di Instalasi Gawat Darurat.

(3)

2. PELAKSANAAN

Tempat penelitian di IGD (Instalasi Gawat Darurat) Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta.

Partisipan yang terlibat sejumlah lima orang dengan pertimbangan telah mencapai saturasi data.

3. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan

feno-PHQRORJL LQWHUSUHWLI EHUGDVDUNDQ ¿ORVR¿ +HL

-degger (Spezial & Carpenter, 2003). Partisipan dipilih dengan SXUSRVLYH VDPSOLQJyang me-menuhi kriteria inklusi yaitu perawat yang beker-ja di IGD Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta, memiliki pengalaman merawat pasien percobaan bunuh diri, bersedia dan setuju untuk berpartisi-pasi dalam penelitian, mampu berbahasa Indone-sia dengan baik.

Pengambilan data dilakukan dengan tehnik LQGHSWK LQWHUYLHZ VHPLVWUXFWXUHHasil wawan-cara dianalisis berdasarkan tahapan Miles dan Huberman, sedangkan proses keabsahan data yang merupakan validitas dan reliabilitas pene-litian dilakukan dengan memenuhi prinsip Cred-LELOLW\'HSHQGHELOLW\&RQ¿UPDELOLW\GDQ7UDQV -ferability

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tema-tema yang ditemukan dalam peneli-tian sebanyak 9 tema dimana saling berinteraksi dan menggambarkan makna pengalaman perawat dalam merawat pasien percobaan bunuh diri. Berikut adalah penjelasan masing-masing tema yang diperoleh:

a. Ketakutan perawat

Respon emosional yang dirasakan perawat ketika menghadapi pasien percobaan bunuh diri adalah takut. Perasaan ini dibangun oleh dua sub tema yaitu takut salah dan takut akan keselamatan diri perawat. Mayoritas partisipan menunjukkan bahwa dalam men-jalankan tugas dan tanggung jawabnya kepa-da pasien sebagai manusia biasa terkakepa-dang rasa takut muncul dikarenakan sikap pasien yang sangat sensitif dan tidak terkontrol se-hingga bisa saja tiba-tiba bertindak agresif

dan dapat mengancam keselamatan perawat sendiri seperti peryataan berikut.

³3HUDVDDQ WDNXW DGD PDNVXGH QHN WLEDWLEDGLDPHPEHURQWDNNHNLWD´, ³7DSL PXQJNLQ QHN DGD ULZD\DW XQWXN NHNHUDVDQ PDNVXGH QJDPXN DWDX DSD LWX\DNKDZDWLU´,

Ketakutan lain yang dirasakan perawat adalah takut salah ketika melakukan peng-kajian atau memberi tindakan. Misalnya ketika perawat melakukan pelevelan triage terkadang perawat menemukan respon ti-dak kooperatif pasien dan sulit membeti-dakan apakah pasien dalam kondisi tidak sadar atau sebenarnya sadar tetapi tidak mau berespon terhadap perawat, seperti pernyataan berikut.

³NDODXSDVIDVHDEXDEX\DLWXSDVLHQ SDVLHQ \DQJ PHQJDODPL NDVXV GHQJDQ GHSUHVLLWXVXVDKRRRGLDLWXWLGXUDWDX tidak sadar, berarti itu kan fase abu-abu yang kadang kita masih kita lebih amannya kalau kita masih ragu-ragu mau masuk ke kuning mending kita ma-VXNNDQ NH PHUDK VDWX OHYHO GLDWDVQ\D Karena takutnya kalau nanti takutnya ya kalau tidur, kalau tidak bernafas NDUHQDDSQHXQDK´,

b. Motivasi kasihan

Motivasi kasihan karena ingin membantu pasien dipengaruhi oleh rasa so sial, mengu-tamakan keselamatan pasien, memposisikan sebagai pasien dan perasaan ikhlas. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan berikut.

³ VHFDUD QDOXUL NHMLZDDQ NLWD UDVD VRVLDO NLWD WHWHS NLWD HHH PHPEHULNDQ SHUWRORQJDQ´,

³-DGLNDQPRWLYDVLVD\DNDPLDGDODK VHDQGDLQ\DSDVLHQLWXDGDODKGLULVD\D LWX´,

³ VD\D GLEHUL VXDWX NHPDPSXDQ XQ -WXN PHOD\DQL RUDQJ XQ-WXN PHQJKDGDSL RUDQJEHUEDJDLMHQLVDSDSXQNLWDODNX -NDQGHQJDQLNKODVGDQLEDGDK´,

(4)

selamat dan dilandasi dengan keikhlasan.

3HUDZDW PHQFRED PHUHÀHNVLNDQ NHDGDDQ

pasien pada diri perawat sendiri sehingga perawat dapat memahami kebutuhan dan perasaan pasien yang sebenarnya.

c. Motivasi tugas

Latar belakang tugas dan tanggungjawab se-bagai seorang perawat yang harus merawat pasien merupakan hal yang menggerakkan perawat untuk memberikan pelayanan, se-perti yang diungkapkan partisipan berikut.

³PHPDQJ VXDWX WDQJJXQJ MDZDE GDQ WXJDVVD\D´,

Memberikan perawatan pada semua pasien sudah merupakan tugas dan tang-gung jawabnya sebagai orang yang berpro-fesi sebagai perawat. Perawat dituntut untuk mau dan mampu meberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien dengan kasus apapun termasuk pada kasus percobaan bunuh diri.

d. Pasien agresif

Pasien percobaan bunuh diri yang datang ke IGD biasanya dalam kondisi yang masih agresif dan sangat aktif sehingga berpotensi mengganggu pasien lain seperti yang diung-kapkan partisipan berikut.

³ NDQ ELDVDQ\D SDVLHQ \DQJ EDUX da tang itu kan masih agresif banget mbak”(I3)

³<DPLVDONDQGLDSDVLHQGDWDQJGHQJDQ SVL PLVDONDQ GHQJDQ KLVWHULV WHULDN teriak, gelisah itu otomatis mengganggu SDVLHQ\DQJVHEHODK´,

Pasien menampilkan respon yang ekspresif terhadap apa yang sedang dira-sakannya atau dapat juga sebagai bentuk usaha mencari perhatian dari orang lain. Perasaan gelisah ini juga berpotensi men-jadi tindakan agresif yang mebahayakan diri sendiri dan orang lain. Respon tidak kooper-atif dari pasien ini membuat perawat merasa kesulitan ketika akan membangun interaksi dengan pasien.

e. Pasien tidak terus terang

Sikap tertutup pasien ditunjukkan de ngan kategori tidak mau mengakui, diam dan menangis. Pasien seringkali tidak mau meng-akui terkait kondisi yang sebenarnya terjadi maupun alasan melakukan percobaan bunuh diri, seperti yang diungkapkan beberapa par-tisipan berikut ini.

³/XNDGLVLQLPHQXQMXNNDQSHUJHODQJDQ tangan) di radialis dia bilangnya kena kaca, terus saya lihat luka kena kaca sama luka kayak gitu kan beda, kalau LQL NDQ SDVWL HHH QJJDN SDN LQL QJJDN mungkin kalau kena kaca saya bilang JLWX´,

Pernyataan menunjukkan bahwa ada sikap pasien yang berusaha menutupi ke-adaan sebenarnya, yaitu pasien mengatakan bahwa luka di pergelangan tangan tersebut disebabkan karena terkena kaca, akan tetapi ketika perawat melakukan analisis terhadap mekanisme cidera, perawat menemukan ke-janggalan bahwa karakteristik luka tersebut tidak menujukkan luka yang disebabkan karena pecahan kaca, melainkan ada upaya kesengajaan. Kondisi seperti ini menuntut perawat harus jeli menganalisa dan cermat dalam melakukan pengkajian, supaya inter-vensi yang diberikan bisa benar-benar efek-tif dan tepat sasaran.

f. Proses keperawatan

Belum adanya ruangan isolasi yang khusus untuk gangguan psikologis menjadi salah satu penyebab pengkajian lebih fokus pada

DVSHN¿VLNGDQtriage psikologis belum

di-lakukan.

³(HHHP EHOXP \D PDVLK XPXP MDGL NLWD PDVLK PHPSHUKDWLNDQ ¿VLN EXNDQ \DQJ SVLNLV 3VLNLV ELDVDQ\D NLWD OL -KDW VHWHODK NHJDZDWDQ WHUWDQJDQL GXOX mbak heem”(I1)

(5)

³LWXNDQSULYDF\SDVLHQNXUDQJWHUMDJD nggih sebenarnya kita isolirkan atau NLWD SRMRNNDQ \DQJ PDQD ELDU VHPXD SDVLHQ DWDX NHOXDUJD SDVLHQ WLGDN PHQJDNVHVNHQDSDWRGLD"/KDLWXSDO -LQJQJJDNNLWDPHQJXUDQJLLWXSULYDF\ SDVLHQ´,

Privacy merupakan hal yang diperhati-kan perawat, terutama ketika dilakudiperhati-kan edu-kasi atau pengkajian terkait masalah pribadi, bisa saja pasien tidak mau mengekspresikan perasaannya dikarenakan banyaknya orang disekitar yang dapat mengetahui masalah pribadinya yang bukan konsumsi umum. Be-lum adanya ruang isolasi membuat perawat menempatkan pasien dipojok ruangan dan campur dengan pasien lain. Faktor tersebut membuat perawat jarang mengkaji masalah pada aspek psikologis.

Pada saat merawat kasus, perawat me-nemui beberapa karakteristik pasien yang bervariasi terkait usia, jenis kelamin, penye-bab dan metode bunuh diri, seperti pernyata-an berikut.

³UDWDUDWD XVLD SURGXNWLI MDGL DGD \DQJVDPSDL´,

³DGD\DQJPDVLKUHPDMD´,

³7DSL LQLQ\D EDQ\DN SHUHPSXDQ PXQJNLQ SHUHPSXDQQ\D WLJD ODNLODNL Q\DVDWXND\DNQ\D´,

³$GD \DQJ VXGDK LEXLEX UXPDK WDQJJD´,

³$GDNDVXVHHHPDKDVLVZD´, ³HHH NHPXGLDQ 60$ 6HNRODK 0HQH QJDK$WDVLWXDMD´,

³ELDVDQ\DPHUHNDSXWXVFLQWDLWX´, ³WHUNDLW VDPD HHH HNRQRPL UXPDK WDQJJDND\DNJLWXODK´,

³EDSDN LEXNQ\D LWX OKR SRNRNQ\D VH -ODPDLQLWLGDNSHUQDKUXNXQ´, ³PHQHQJJDN DQX DSD QDPDQ\D HHH ED\JRQL\DED\JRQ´,

³PHQFREDEXQXKGLULGHQJDQVD\DWDQ GLWDQJDQ´,

Selama penegakan diagnosa, perhatian mengenai masalah psikologis pada pasien

percobaan bunuh diri belum mendapat por-si yang setara dengan penanganan masalah

¿VLN+DO\DQJEHUNDLWDQGHQJDQSVLNRORJLV

jarang diangkat menjadi diagnosa di IGD tetapi biasanya dmunculkan ketika pasien sudah rawat inap diruangan sebagai diagno-sa pendukung, seperti ungkapan berikut ini.

³7DSLNDODXXQWXN\DQJGLDJQRVDSVLNLV yang sifatnya tidak emergency itu kita MDUDQJXQWXNPHPXQFXONDQGLGLDJQRVD DZDO 7DSL XQWXN GLDJQRVD SHQGXNXQJ -Q\DQDQWLLWXEHUNHODQMXWDQHHHSHQJH -lolaanya di bangsal”(I2)

Penyusunan rencana intervensi menga-cu pada kondisi kegawatan yang mengancam nyawa terlebih dahulu. Perawat terkadang ti-dak melakukan semua perencanaan di IGD, akan tetapi hanya melakukan tindakan untuk mengatasi kegawatan saja, sedangkan inter-vensi lainnya yang tidak emergency terma-suk penanganan aspek psikologis dilakukan di ruang bangsal perawatan. Hal tersebut di-ungkapkan oleh partisipan berikut.

³NLWD OHELK PHQJXWDPDNDQ PHPEHUL -NDQ SHUWRORQJDQ SDGD SDVLHQ \DQJ HPHUJHQF\ LWX GXOX MDGL NLWD PHQJHVD -PSLQJNDQ SDVLHQ \DQJ DSD LWX \DQJ WHQWDPHQ VXLFLGH WHWDSL VLIDWQ\D WLGDN PHQJDQFDPMLZD´,

Pada tahap implementasi perawat me-laku kan beberapa tindakan seperti manaje-men live saving, SDWLHQWVDIHW\ memotivasi dan membina hubungan saling percaya di-mana SHUDZDW PHODNXNDQ PDQDMHPHQ ¿VLN dan psikologis sesuai tingkat kegawatan, seperti ungkapan berikut.

(6)

³PLVDOQ\D GLD JDN SHUFD\D GHQJDQ VD\D GLD ELVD EHUFHULWD GHQJDQ VLDSD eee mungkin dia kan disitu sudah bolak-EDOLN\DDVLDSDSHUDZDW\DQJGXOXSHU -QDK PHQDQJDQL DWDX \DQJ GLSHUFD\DL GDQGLDPDXFHULWD´,

Pada tahap evaluasi selama ini lebih berfokus untuk mengevaluasi kondisi

se-FDUD¿VLNGDQSVLNRORJLVVHFDUDXPXPDNDQ

tetapi pada aspek pikiran atau ide bunuh diri belum mendapat perhatian dari perawat, se-perti ungkapan berikut.

³.DODX GL ,*' NDODX GLD VXGDK DSD itu eee dilihat kondisinya sudah layak WUDQVSRU GLPLVDONDQ NDODX GLD SDVLHQ datang dengan tentamen suicide terus GLD NHOXKDQQ\D GHQJDQ Q\HUL SHUXW yang hebat, merasa terbakar, terus dia ada gelisah, muntah-muntah ya kita misalkan nanti sudah teratasi misalnya SHUXWQ\DVXGDKPHUDVDHQDNWHUXVGLD sudah mulai agak tenang, nggak nggak KLVWHULV ODJL DWDX DSD LWX WLGDN DJUHVLI ODJLWHUXVGLDVXGDKPXODLELVDGLDMDN komunikasi, baru nanti kita bisa eee itu UDZDWMDODQDWDXNLWDSRQGRNNDQ´,

g. Sensasional

Perawat merasakan kepuasan tersendiri ke-tika berhasil menolong pasien sekaligus ada rasa ketidakpuasan terhadap hasil kerja yang dilakukan, selain itu perawat juga merasakan ada keunikan tersendiri ketika menangani pasien percobaan bunuh diri yang tidak dite-mui pada pasien lain, seperti ungkapan part-sipan berikut.

³1DK NHSXDVDQQ\D MXJD NHWLND NLWD WDQ\DGLDELVDPHPÀRUNDQPHQJHOXDU -NDQVHPXDLWXNLWDMXJDSXDV´, ³NLWD VXGDK EHUXVDKD PHQJDWDVL ND GDQJSDVLHQDWDXNHOXDUJD\DQJQJJDN QJHUWL LWX NDQ EDQ\DN \DQJ NRPSODLQ MDGLDJDNNHFHZDDMD´,

Perawat merasakan kepuasan tersendiri ketika berhasil membantu masalah pasien atau ketika pasien bersedia menceritakan ma-salahnya. Kesediaan pasien untuk

mencerita-kan masalahnya dianggap se bagai keberhasi-lan perawat dalam membina hubungan saling percaya. Disisi lain perawat merasakan ada sebuah kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan yaitu pasien atau ke luarga pasien tidak memberikan apresiasi terhadap kerja perawat. Perawat merasa kecewa terhadap sikap keluarga pasien yang sering komplain padahal perawat sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien.

Perawat merasakan ada hal yang ber-beda dalam diri pasien percobaan bunuh diri dibanding pada pasien lainnya. Hal ini di-ungkapkan oleh partisipan

³<DDGDXQLNQ\D\DMDGLVDDWNLWDJDOL LWX NDGDQJ±NDGDQJ VHEHQDUQ\D OXFX MXJDNDODXGLGHQJDUNDQNHWHUDQJDQQ\D WDSL\DVHEHUDSDSXQNHWHUDQJDQQ\DNLWD KDUXVWHULPDNDUHQDPXQJNLQLWXZXMXG XQJNDSDQQ\D GLD VHODPD LQL GLD SHQ -GDP\D´,

³,\D PHQXUXW VD\D XQLN NDUHQD NDGDQJNLWDPDNVXGQ\DSDVLHQ\DQJSVL LWXEHUWLQGDNDSD\DQJGLOXDUNLWD¿NLU -NDQJLWX´,

Pernyataan partisipan diatas menunjuk-kan bahwa pada pasien percobaan bunuh diri memiliki pola pikir yang berbeda den-gan orang kebanyakan. Perawat terkadang merasakan bahwa sebenarnya ada kelucuan tersendiri pada keterangan-keterangan yang diungkapkan pasien, akan tetapi perawat berusaha menghargai dan memahami segala bentuk respon perasaan pasien baik yang positif maupun negatif. Perawat mengang-gap apapun respon yang ditampilkan pasien merupakan bagian dari cara pasien untuk mengekspresikan perasaan.

(7)

³NHUMD LWX UXWLQLWDV GDQ VHEDJDLQ\D malas mau mengembangkan diri gitu PDOHV´,

³NRPXQLNDVL NH EDJLDQ SVL Q\D LWX kan kadang nek nggak memang bu-kan bidangnya itu susah to mbak NRPXQLNDVLQ\D´,

³VXGDKVHOHVDLLQIXVVHOHVDLDSD\DQJ sudah kita lakukan berhubungan de-QJDQSDVLHQLWX\DVXGDKJLWXOKRQJJDN PHQXMX\DQJNHSVLSVL´,

³MDGL NLWD NDGDQJ PHQJHVDPSLQJNDQ GDULSVLNRORJLVQ\D´,

Rasa malas menyebabkan motivasi belajar perawat untuk mengembangkan diri masih sangat kurang dikarenakan larut dalam rutinitas pekerjaan. Perawat merasa sulit membangun interaksi karena tehnik ko-munikasi pada pasien gangguan psikologis berbeda dengan pasien lainnya. Kesulitan ini dirasakan karena di rumah sakit umum lebih

EDQ\DN PHQDQJDQL NDVXV NHJDZDWDQ ¿VLN

dan jarang mengelola kasus kegawatan yang disertai gangguan psikologis.

Perawat berpendapat bahwa fokus uta-ma penanganan kegawatan di ruuta-mah sakit

XPXP DGDODK SDGD DVSHN ¿VLNQ\D EXNDQ

psikologisnya, sehingga membuat perawat jarang melihat pasien sebagai manusia yang holistik dan hanya berhenti pada penanganan

DVSHN¿VLNVDMD

i. Pengharapan

Perawat memiliki beberapa harapan yang bisa meningkatkan kualitas layanan, seperti pernyataan berikut ini.

³3HQGLGLNDQ GDQ SHODWLKDQ VLPSR -sium, seminar itu yang selalu saya PLQWD´,

³<D KDUDSDQ VD\D NDODX NHGHSDQQ\D ELVD PHQDQJDQL SDVLHQ LWX VHFDUD HHH SDULSXUQD\D.´,

³SHUOX UXDQJ NKXVXV \DQJ GLGHVDLQ PHPDQJ NKXVXV XQWXN SDVLHQSDVLHQ SVL´,

³PXQJNLQWHVLVLQLKDUDSDQVD\DPXQJ -NLQQDQWLDGDSDOLQJWGDNPHPEXDWQL

-ODLSRVLWLIODKGLGDODPGLGDODPPDQD MHPHQGL,*'XQWXNSHUEDLNDQ´, ³SHUOXNHPXGLDQMXJDUHZDUG\DVD\D NLUD5HZDUG\DGDODPDUWLRRRXQWXN SHUDZDW\DQJNRPSHWHQVLQ\DGL,*'LWX NDQDGDEHGDGHQJDQSHUDZDW\DQJGL EDQJVDO´,

Harapan perawat dalam meningkatkan kualitas layanan khususnya pada manajemen kasus percobaan bunuh diri dimulai dari as-pek terpentingnya yaitu peningkatan kualitas SDM yang didukung dengan adanya sarana dan prasarana yang memadahi serta infor-masi mengenai teori-teori baru yang dite-mukan berdasarkan hasil penelitian selain itu juga dibutuhkan penghargaan dari pihak luar kepada perawat sebagai bentuk motivasi eksternal perawat dalam proses peningkatan kualitas layanan.

Tema-tema yang ditemukan dalam pene-litian ini membentuk sebuah keterkaitan yang dapat menggambarkan makna pengalaman per-awat dalam merper-awat pasien percobaan bunuh diri. Perawat merasakan takut ketika berhadapan dengan pasien akibat kekerasan yang mungkin dilakukan pasien. Tidak bisa dipungkiri bahwa perawat merupakan garda terdepan dalam ber-interaksi kepada pasien, sehingga beresiko tinggi mendapat tindakan kekerasan dari pasien yang masih agresif. Almutairi et al (2013) menyatakan bahwa perawat yang bekerja di unit psikiatri atau IGD memiliki resiko yang tinggi sekitar 62,1% terpapar kekerasan oleh pasien, bahkan Keough et al (2003) menyatakan bahwa perawat yang bekerja di IGD seperti bekerja dalam zona per-ang. Keselamatan perawat merupakan hal yang harus dilindungi dan ini juga merupakan hak perawat sebagai pekerja, akan tetapi selama ini kebijakan atau manajemen belum memberikan perhatian dengan porsi yang cukup terhadap ma-salah ini,

Dampak yang muncul sebagai akibat ke-kerasan yang mengancam perawat tidak hanya

VHFDUD¿VLNDNDQWHWDSLMXJDDNDQPHPSHQJDUXKL

(8)

berpengaruh terhadap kualitas hidup perawat dan

PHQXUXQNDQSURGXNWL¿WDVNHUMDSHUDZDW

Perawat dalam memberikan pelayanan di-gerakkan oleh dua faktor yaitu rasa kasihan dan tugas. Menurut Tomey dan Alligood (2006) teory of caring yang diungkapkan oleh Kristen Swan-son menyatakan bahwa kesediaan perawat mau menolong pasien dimulai dari maintaining belief yang merupakan dasar dan pondasi utama prak-tik caring perawat. Kepercayaan dan keyakinan hati akan menggerakkan perawat dalam mem-bentuk komitmen untuk membantu pasien. Tin-dakan tersebut sebagai usaha untuk mengerti dan memahami makna hidup seseorang (NQRZLQJ).

Keyakinan dan usaha memaknai kehidupan akan menghasilkan respon emosional untuk bersedia berbagi dan saling merasakan arti pengalaman hidup (EHLQJZLWK). Perawat siap dan selalu ada untuk mendampingi pasien tidak hanya secara

¿VLNWHWDSLMXJDVHFDUDHPRVLRDQDO.

Pelaksanaan proses keperawatan pada kasus bunuh diri belum dilakukan secara komprehensif termasuk dalam kegiatan triage. Padahal menu-rut 1DWLRQDOH ,QVWLWXWH IRU &OLQLFDO ([FHOOHQFH (2004) menyatakan bahwa ketika pasien datang ke IGD harus dilakukan triage VHFDUD ¿VLN GDQ mental.

Meletakkan pasien dipojok ruangan meru-pakan salah satu bentuk triage atau pemilahan yang dilakukan oleh perawat. Pemilahan ini ber-tujuan menjaga patient safety dan SULYDF\ pasien. Karena menurut Ando et al (2013) pasien per-cobaan bunuh diri membutuhkan perlindungan SULYDF\ yang tinggi karena karakteristiknya yang sangat sensitif. Belum adanya ruangan isolasi khusus membuat SULYDF\ pasien terganggu, se-hingga penggalian data pada aspek yang sangat pribadi juga tidak bisa dilakukan secara maksi-mal.

Minimnya motivasi perawat dalam mengem-bangkan diri membuat manajemen pada aspek psikologis belum mendapat perhatian yang cu-kup. Menurut Oshvandi et al (2008) ada sembi-lan faktor yang mempengaruhi perawat memiliki motivasi rendah dalam meningkatkan kinerjanya meliputi kesulitan dalam pekerjaan, ketidakber-dayaan, rendahnya gaji, kekerasan pada perawat, lemahnya dukungan, manajemen yang

terpu-sat, budaya bahwa dokter adalah posisi sentral, minimnya fasilitas dan kurang jelasnya MREGLV -FULSWLRQ

Kualitas sumber daya yang baik akan men-dukung terghadap peningkatan mutu pelayanan. Friedman et al (2006) dan Egan et al (2012) me-nyatakan bahwa peningkatan pengetahuan dan kepercayaan diri mengenai manajemen kasus de-ngan gangguan psikologis sangat di butuhkan oleh perawat rumah sakit umum dalam memberikan pelayanan yang paripurna kepada pasien. Selama ini pendidikan dan pelatihan banyak difokuskan

SDGDSHQDQJDQDQNHJDZDWDQVHFDUD¿VLNSDGDKDO

tidak menutup kemungkinan perawat IGD RSU juga akan menerima pasien-pasien yang disertai gangguan psikologis.

Kualitas sumber daya manusia yang baik juga harus ditunjang dengan peningkatan fasili-tas sarana dan prasarana yang memadai. Perawat berharap disediakannya ruang isolasi dan standar operasional prosedur yang didesain khusus un-tuk kasus-kasus kegawatan yang disertai gang-guan psikologis. Manongi et al (2006) bahwa minimnya sarana dan prasarana yang diberikan rumah sakit membuat perawat merasa bingung dalam menentukan masalah pasien. Dibentuknya SOP dan ruangan isolasi akan menghasilkan

SHUDZDWDQ\DQJHIHNWLIGDQH¿VLHQNDUHQDWHODK

disesuaikan dengan kebutuhan perawatan. Perawat telah melakukan segala usaha dan kemampuannya secara maksimal untuk mem-berikan pelayanan yang terbaik pada pasien. Meskipun ada berbagai macam motivasi yang melandasi hal tersebut, akan tetapi perawat tetap membutuhkan penghargaan sebagai bentuk apre-siasi terhadap usaha yang dilakukan. Menurut Oshvandi et al (2008) salah satu faktor rendah-nya motivasi kerja adalah minimrendah-nya penghar-gaan yang diberikan, sehingga apresiasi dapat dijadikan sebagai pemicu perawat untuk lebih meningkatkan kinerjanya.

(9)

Implikasi

Temuan yang dihasilkan pada penelitian ini dapat memberikan pemahaman tentang bagaima-na perawat melakukan pebagaima-nangabagaima-nan pada pasien percobaan bunuh diri terkait tindakan yang di-lakukan dan respon emosional perawat. Hasil penelitian ini juga bisa sekaligus sebagai evaluasi terhadap proses keperawatan pada kasus perco-baan bunuh diri yang selama ini berjalan di IGD. Ditemukannya harapan perawat dapat dijadikan sebagai pertimbangan dan masukan dalam mem-bangun kerjasama dengan beberapa pihak terkait untuk memenuhi aspek-aspek yang dibutuhkan perawat dalam rangka memberikan pelayanan yang prima pada pasien.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu hanya dilakukan di satu region daerah di Sura-karta dimana daerah ini mungkin memiliki karak-teristik sosial dan budaya yang berbeda dengan daerah lain. Sebagain besar wawancara dilaku-kan di ruangan IGD dan bersamaan saat partisi-pan berjaga, sehingga hasil perekaman wawan-cara kurang jernih akibat kondisi IGD yang ramai, selain itu perawat tidak bisa terlalu banyak meluangkan waktu karena harus menjalankan tu-gas melayani pasien. Kasus percobaan bunuh diri merupakan kasus yang jarang terjadi di RSU, se-hingga pengambilan data hanya dilakukan lewat wawancara mendalam dan tidak bisa dilakukan observasi langsung ketika perawat menangani pasien percobaan bunuh diri dikarenakan waktu penelitian yang terbatas.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan makna bahwa dalam memberikan pelayanan perawat belum melihat pasien secara holistik, seperti halnya dalam melakukan triage lebih

ber-IRNXV SDGD DVSHN ¿VLN GDQ PHQJHVDPSLQJNDQ

aspek psikologis. Meletakkan pasien dipojok ru-angan merupakan bentuk triage psikologis yang dilakukan perawat. Pemisahan pasien percobaan bunuh diri dilakukan karena karakteristik pasien yang tidak terus terang dan agresif , kondisi ini menimbulkan ketakutan dalam diri perawat. Perawat tetap memberikan pelayanan meskipun merasa takut karena mengingat adanya rasa ka-sihan dan tugas sebagai seorang perawat. Pe-rawat juga merasakan ada sensasi tersendiri ke-tika merawat pasien dan memiliki harapan untuk bisa memberikan pelayanan yang lebih baik serta membutuhkan apresiasi yang baik terhadap jerih payahnya.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti perlu memberikan rekomendasi demi peningkatan ilmu keperawatan dan pela-yanan kepada pasien. Pada penelitian selanjut-nya perlu eksplorasi pengalaman perawat tidak hanya pada kasus bunuh diri tetapi pada kasus kegawatan dengan gagguan psikologis yang lain di tempat yang berbeda. Metode penelitian

se-EDLNQ\DGLODNXNDQGHQJDQSHQGHNDWDQHWQRJUD¿

atau studi kasus dan disertai pengambilan data observasi kegiatan perawat secara langsung ke-tika melakukan perawatan pada pasien.

Rekomendasi bagi institusi rumah sakit diantaranya perlu meningkatkan kualitas sum-berdaya manusia dengan memberikan pelatihan

\DQJVSHVL¿NWHQWDQJNHJDZDWDQSDGDJDQJJXDQ

psikologis, menyediakan ruangan isolasi dan SOP yang didesain khusus untuk pasien perco-baan bunuh diri, mengembangkan pelayanan berdasarkan HYLGHQFHEDVHGSUDFWLFHdan perkuat motivasi kinerja perawat dengan mem-berikan apresiasi yang baik.

6. REFERENSI

(10)

physical violence and its associated factors against nurses working at Al-Medina Hospi-tals. The Social Sciences 0HGZHOO-RXUQDOV 8 (3): 265-270

Ando, S, Kiyoto.K, Misato M, Yukako H, Hi-royuki, Hi, Nozomu, A. (2013). Psychoso-cial factors associated with suicidal ideation in clinical patients with depression. Journal of Affective Disorders.151: 561–565

Brennan, W.(2001). Dealing with verbal abuse Emergency Nurse. 9 (5):15–17

Crawford, T., Geraghty, W., Street, K., Simonoff, M. (2003). Staff knowledge and attitudes towards deliberate self harm in adolescents. Journal of Adolescence 26 (5), 619–629. Conlon.M, O’Tuathail. (2010). Measuring

emer-gency department nurse’s attittude towards deliberate self harm using the self harm antipathy scale. International Emergency Nursing. 20:3-13

Friedman, T., Newton, C., Coggan, C., Hooley, S., Patel, R., Pickard, M., Mitchell, A.J., (2006). Predictors of A & E staff attitudes to self harm patients who use self-lacerations:

LQÀXHQFH RI SUHYLRXV WUDLQLQJ DQG H[SHUL

-ence. Journal of Psychosomatic Research 60 (3), 273–277.

Grenyer, B., Ilkiw-Lavalle, O., Biro, P., Mid-dleby-Clements, J.,Cominos, A.,Coleman, M., 2004. Safer at work: development and evaluation of an aggression and violence minimization program$XVWUDOLDQDQG1HZ Zealand Journal of Psychiatry. 38: 804–810. Hopkins C. (2002). ‘But what about the really ill,

poorly people? (An ethnographic study into what it means to nurses in medical admis-sion units to have people who have harmed themselves as their patients). Journal of 3V\FKLDWULF DQG 0HQWDO +HDOWK 1XUVLQJ 9(2):147-154

Heslop, L., Elsom S. and Parker N. (2000) Im-proving continuity of care across psychiatric and emergency services: combining patient

data within a participatory action research framework. -RXUQDO RI $GYDQFHG 1XUVLQJ 31: 135–143.

Huband N, Tantam D. (2000). Attitudes to self in-jury within a group of mental health staff. Br J Med Psychol. 73:495– 504.

Keough, V., Schlomer, R., Bollenburg, B. (2003)

6HUHQGLSLWRXV¿QGLQJVIURPDQ,OOLQRLV(' QXUVLQJHGXFDWLRQDOVXUYH\UHÀHFWDFULVLVLQ

emergency nursing. Journal of Emergency Nursing. 29 (1), 17–22.

Martin. C, Chapman. R. (2014). A mixed method study to determine the attitude of Australian emergency health professionals towards pa-tient who present with deliberate self poison-ing. International Emergency Nursing. 22: 98-104

Manongi, R., T. Marchant and C. Bygbjerg. (2006). Improving motivation among prima-ry health care worker in Tanzania: A health worker perapective. Human Resources for Health. 4(6), 1186-1478

National Institute of Health and Clinical Effec-tiveness.(2004). Self-Harm, the Short- Term Physical and Psychological Management and Secondary Prevention of Self-Harm in Primary and Secondary Care. NICE Clinical Guideline 16 (NICE Guideline). KWWSZZZ QLFHRUJXN&* diakses tanggal 25 maret 2014

Oshvandi K, Zamanzadeh V, Ahmadi F. (2008). Barriers to nursing job motivation. Journal of Biological Science. 3 (4): 426-434

Sethi S, Upaal S. (2006). Attitude of clinicians in emergency room towards suicide. Int J Psy-chiatry Clin Pract. 10(3):182-85.

Speziale,H.J.S, Carpenter, D.R . (2003). 4XDOLWD -WLYH5HVHDUFK,Q1XUVLQJWKHG Philadel-phia: Lipincott Williams and Walkins Tomey, A.M. dan Alligood, M.R. (2006).

Nurs-LQJ7KHRULVWDQG7KHLU:RUNWK(GUSA: Mosby Elsevier.

Referensi

Dokumen terkait

spesifik identitas transnasional 26. Selanjutnya Cronin menyebutkan tiga elemen penting di dalam pembangunan Security Community, yakni: 1) identitas transnasional; 2) persepsi

Tentukan lebar dan tinggi talang agar dapat menampung air yang sebanyak-banyaknya dengan bahan talang yang terbatas, yaitu lebar seng 90 cm. Kawat sepajang 100cm

Tujuan penelitian ini adalah menilai peran audior internal dalam mendeteksi fraud dan meningkatkan good corporate governance pada Lion Hotel and Plaza Manado di

Maksimum total drift sebesar 7,3625x10 -5 m, nilai displacement sebesar 1,178x10 -3 m jadi displacement pada gedung tidak melampaui displacement maksimal dan

Dari talang,air kita salurkan kesumur resapan dengan menggunakan pipa (biasanya menggunakan pipa paralon).Sedangkan air hujan yang turun selain diarea genteng atap rumah, dapat

 Rozikhan: ibu hamil yang frekuensi ANCnya kurang atau sama dengan 3 kali mempunyai risiko 1,50 kali untuk terjadi preeklampsi berat... Penggunaan

Informasi mengenai penggunaan air perasan jeruk nipis sebagai acidifier untuk mengubah profil lemak pada ayam pedaging masih kurang sehingga dilakukan penelitian

jadi laba bersih UKM setiap satu ikan asap yaitu Rp.205/buah (wawancara Ibu Maryati, 2016). Untuk gaji karyawan model harian yaitu karyawan laki-laki Rp.60.000/hari dan