• Tidak ada hasil yang ditemukan

BABI PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak kemasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BABI PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak kemasa"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar belakang masalah

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak kemasa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik, mental, sosial dan emosional. Remaja berada pada masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa, status remaja agak kabur, baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya. Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi yang meningkat, sedangkan pengendalian diri belum sempurna.

Data demografi menunjukkan bahwa jumlah populasi remaja di dunia merupakan populasi yang besar. Pada tahun 2012 jumlah remaja berumur 12-17 tahun sekitar 721 juta dari 6.1 miliar penduduk didunia (Departement of Economic and Social Affairs, 2012). Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (2010), kelompok umur 10-19 tahun adalah 22 % yang terdiri dari 50.9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan

Remaja yang sedang berada di fase perubahan, sering kali memicu terjadinya konflik dengan lingkungan sekitarnya. Apabila konflik tersebut tidak bisa diatasi dengan baik, maka dalam perkembangannya akan membawa dampaknegatif terutama terhadappematangan karakter remaja dan tidak jarang memicu terjadinya gangguan mental(Wiguna, 2009).

Masalah emosi dan perilakupada anak dan remaja merupakan masalah yang cukup serius karena berdampak terhadapperkembangan, serta menimbulkan

(2)

hendaya dan menurunkan produktivitas serta kualitas hidup mereka. Satu setengah juta anak dan remaja di Amerika Serikat dilaporkan oleh orang tuanya memiliki masalah emosional, perkembangan dan perilaku yang persisten (Blanchard et al, 2006).

Pada studi dibeberapa negara di dunia, didapatkan prevalensi gangguan emosi dan perilakupada remaja berkisar 16,5% sampai 40,8 % dan di India berkisar 13,7% sampai 50%(Pathaket al, 2011).Singapura, 12,5 % anak usia 6-12 tahun memiliki masalah emosi dan perilaku(Woo et al, 2007).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007, prevalensi gangguan mental dan emosional 11,6 % dan terbanyak didaerah pedesaan sedangkan padatahun 2013 prevalensi tidak jauh berbeda, namun terdapat pergeseran tempat menjadi dikota lebih tinggi dari pada pedesaan( Balitbangkes RI, 2013).

Penelitian di Poliklinik Jiwa Anak dan Remaja Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo (RSCM) didapatkan bahwa proporsi terbesar dari masalah emosi dan perilakupada anak usia sekolah, 54,81% masalah dengan teman sebaya dan 42,2% dengan masalah emosional. Masalah dengan teman sebaya lebih banyak terdapat pada anak berusia < 12 tahun (39,1%) dan pada anak yang berusia > 12 tahun lebih banyak mengalami masalah emosi (33,5 %) (Wiguna et al, 2010).

Berbagai stresor psikososial seringkali dikaitkan dengan terjadinya masalah emosi dan perilakupada anak dan remaja, seperti adanya penyakit fisik, pola asuh yang inadekuat, kekerasan rumah tangga, hubungan dengan teman

(3)

sebaya yang inadekuat serta kemiskinan. Masalah emosi dan perilaku yang terjadi berdampak terhadap tumbuh kembang dan kehidupan anak sehari-hari. Gangguan perkembangan kognitif, kesulitan belajar karena mereka tidak mampu berkonsentrasi terhadappelajaran, kemampuan mengingat yang buruk atau bertingkah yang tidak sesuai didalam lingkungan sekolah,meningkatkan angka kenakalan dan kriminalitas dimasa mendatang hingga bunuh diri (Wigunaet al, 2010).

Pada tahun 2010, Word Health Organization (WHO) melaporkan angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1.8 per 100.000 jiwa. Pada tahun 2012 meningkat menjadi 4,3 per 100.000 jiwa atau sekitar 10.000 per tahun (Beritasatu, 2014)MenurutKusumawardani (2014)bunuh diri merupakan penyebab utama kematian remaja di Indonesia. Bunuh diri terjadi karena rasa putus asa yang dikaitkan dengan gangguan depresi, yang terjadi karena masalah emosional remaja yang tidak tertanganiKenakalan remaja yang merupakan perilaku menyimpang seperti tawuran antar pelajar, penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang lainnya, seks pranikah terjadi peningkatan dari tahun ke tahun. MenurutSyarief (2013)salah satu penyebabnya adalah faktor keluarga, dimana orang tua terlalu sibuk dan kurangnya komunikasi

Berdasarkan data diatas timbul pertanyaan mengapa ada remaja yang mengalami masalah emosional dan perilaku sedangkan yang lainnya tidak? Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya masalah emosional dan perilaku seperti biologi/penyakit fisik, faktor keluarga, faktor sekolah dan budaya. Pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor risiko terjadinya masalah emosional

(4)

dan perilaku remaja(Mulyati, 2014). Faktor protektif berperan menyebabkan tidak terjadinya masalah emosional dan perilaku pada individu yang terpapar faktor risiko.

Hubungan yang dekat antara orang tua dan anak sejak kanak- kanak sampai remaja sangat mempengaruhi perkembangan remaja karena hubungan ini merupakan contoh yang akan dibawa remaja secara terus-menerus yang akan mempengaruhi pembentukan hubungan baru (Santrock, 2007).

Peran orang tua dalam menjalani masa tumbuh kembang anak sangat penting. Orang tua berperan dalam pembentukan perilaku, watak, moral dan pendidikan anak. Pada keluarga yang menerapkan pola asuh yang autoritatif,merupakansebuah keluarga hangat, penuh penerimaan, mau saling mendengar, peka terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk berperan serta dalam mengambil keputusan didalam keluarga. Pola asuh yang hangat ini mengakibatkan anak merasa dekat dan nyaman dengan orang tuanya, sehingga bila mempunyai suatu masalah anak akan berani mengungkapkannya pada orang tuanya, sehingga akan menurunkan masalah emosional dan perilaku. Anak dengan pola asuh ini berkompeten secara sosial, energik, bersahabat, ceria, memiliki keingintahuan yang besar dapat mengontrol diri, memiliki harga diri yang tinggi, serta memiliki prestasi yang tinggi (Baumrid,2008).

Masa remaja merupakan masa yang kritis dimana remaja mengalami pengalaman kehidupan yang berbeda. Efikasi diri merupakan salah satu faktor dari diri remaja untuk dapat mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya . Efikasi diri adalah keyakinan individu untuk mengatasi situasi khusus sehubungan

(5)

dengan kemampuannya untuk melakukan suatu tindakan yang ada hubungannya dengan tugas khusus atau situasi khusus. Remaja yang mempunyai efikasi diri yang tinggi akan merasa yakin bisa menghadapi berbagai masalah yang dihadapinya dan tidak mengalami stres, cemas, depresi ataupun terlibat dalam berbagai kenakalan remaja(Bandura, 1997).Pada remaja yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan terhindar dari masalah emosional dan perilaku, karena dengan efikasi yang tinggi remaja sangat yakin mampu mengatasi masalah dan hambatan yang dihadapinya dengan baik sehingga perasaan tertekan dapat diatasi (Rustika, 2014).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Shiomi & Matshushima (2003) didapatkan efikasi diri berhubungan negatif dengan stres individu dan berhubungan positif dengan koping stres individu. Berbagai penelitian yang meneliti hubungan antara efikasi diri dan depresi, menemukan bahwa efikasi diri berhubungan negatif dengan depresi. Menurut Melvin, et al.(2010) peningkatan efikasi diri memberikan luaran yang baik pada remaja yang mengalami depresi

Berdasarkan Rikesda Bali tahun 2013,prevalensi gangguan mental dan emosi di Kabupaten Klungkung sebesar 9,5 %, terjadi peningkatan dari hasil Riskesda tahun 2007 sebesar 6,1 % dan menempati urutan kedua setelah Bangli 12,5%. Angka tersebut berada diatas angka prevalensi gangguan mental dan emosional di Bali (4,4%) (Pranataet al, 2013)

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin mengetahui masalah emosi dan perilaku remaja di kabupaten Klungkung dihubungkan dengan pola asuhAutoritatiforang tua dan efikasi diri remaja.

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan pernyataan sebagai berikut: Apakah pola asuh autoritatifdan efikasi diri berhubungan dengan masalah emosional dan perilaku remaja Sekolah Menengah Atasdi Kabupaten Klungkung?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Mengetahui hubungan antara pola asuh autoritatiforang tua dengan masalah emosional dan perilaku siswa siswi Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Klungkung?

1.3.2 Mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan masalah emosinal dan perilaku siswa siswi Sekolah Menengah Atasdi Kabupaten Klungkung 1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi untuk berkembangnya ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu kedokteran jiwa dan psikologi.

1.4.2 Manfaat praktis

a. Bagi orang tua siswa, memberi masukan pada orang tua tentangperan pola asuh autoritatif dan efikasi diri terhadapmasalah emosional dan perilaku sehingga orang tua dapat bertindak sedini mungkin untuk menghasilkan efikasi diri remaja yang tinggi dan mencegah terjadinya gangguan yang lebih berat.

(7)

b. Bagi guru agar dalam proses belajar dan mengajar dapat menerapkan pola asuh yang baik sehingga murid akan merasa lebih nyaman berinteraksi dengan guru. Lebih mengintensifkan pengawasan pada siswa siswinya dan meningkatkan tindakan promotif, preventif gangguan emosional dan perilaku dengan melakukan skrening secara rutin.

c. Bagi pemerintah daerah Klungkung, sebagai masukan tentang pola asuh orang tua , efikasi diri dan masalah emosional dan perilaku remaja, sebagai bahan pertimbanganpemerintah untuk menambahkan kegiatan penyuluhan dan simulasi pola asuh yang baik pada ibu-ibu Program Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan bahan masukan menambah kegiatan skrening emosi dan perilakupada remaja pada program anak dan remaja di puskesmas.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penulisan artikel ini adalah membahas tentang pengaruh pelaksanaan kebijakan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) terhadap manajemen pembelajaran bahasa Inggris

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi media tanam tanah, arang sekam, dan pupuk kandang sapi yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap, norma subjektif, motivasi karir, motivasi ekonomi, motivasi gelar dan motivasi prestasi berpengaruh positif dan

Kini, surat menyurat melalui E-mail tidak hanya dapat dilakukan melalui kompoter meja atau desktop dan komputer junjing (laptop) melainkan juga telepon genggam (seluler)

Prosedur pengambilan dan pengumpulan data meliputi: data primer yaitu data umum tentang karakteristik ibu hamil dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan

Secara garis besar berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari tahun 2004 hingga 2013, disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat sumber daya manusia

Sedangkan menurut Donousodo (2008) tokoh masyarakat adalah seseorang yang berpengaruh dan ditokohkan oleh lingkungannya. Penokohan tersebut karena pengaruh posisi,

Pemberdayaan dan Pembinaan Generasi Muda serta Pembinaan Keolahragaan di arahkan dalam rangka mewujudkan manusia Indonesia baru, yang berkualitas merupakan salah satu