i
REALITAS KEHIDUPAN 3 MAHASISWA KOS
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IAIN SALATIGA:
PENDEKATAN DRAMATURGI ERWIN GOFFMAN
SKRIPSI
Disusun Oleh:
Faisal Abdillah
NIM 111 08 053
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
ii
REALITAS KEHIDUPAN 3 MAHASISWA KOS
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IAIN SALATIGA:
PENDEKATAN DRAMATURGI ERWIN GOFFMAN
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S.Pd.I)
pada Program Studi Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh:
Faisal Abdillah
NIM 111 08 053
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
vi MOTTO
“Ada atau tidak ada yang penting kita gembira”!
“jangan pernah takut melangkah, tetapi kalau lelah ya istirahatlah”!
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Kedua orang tuaku atas darah yang engkau turunkan
vii ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah perilaku mahasiswa di era modern saat ini, begitu banyak mahasiswa yang salah dalam menempatkan dirinya di suatu lingkungan. Tujuan sekripsi ini untuk mengetahui bagaimana mahasiswa kos Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga (diwakili oleh 3 orang Mahasiswa) bila dilihat dari sisi dipanggung depan dan panggung belakang dan pengaruh diantara keduanya.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang sifatnya kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang–orang dan perilaku yang dapat diamati atau permasalahan yang sedang dihadapi .Field research adalah research yang dilaksanakan di kancah atau medan terjadinya gejala-gejala. Penelitian ini ditempuh dengan langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi dan analisis atau pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif dari suatu diskripsi. Adapun pendekatan yang menurut peneliti sesuai dengan tema penelitian ini adalah pendekatan sosiokultural.
Dari data dan penjelasan pada penelitian ini bisa menjadi gambaran bagi pembaca dan menjadi cerminan bagi penulis untuk dapat menjaga diri, dan dapat mengaktualisasikan diri secara baik dimanapun berada.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis serta memberikan nikmat
kesehatan dan kesempatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Sholawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW
yang telah memberikan petunjuk kepada umat manusia dengan kemuliaan akhlaknya
untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Penyusunan skripsi ini merupakan kajian singkat tentang ”Realitas kehidupan
anak kost pendekatan Dramaturgi Erwin Goffman pada mahasiswa PAI IAIN Salatiga”
Penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya doa, bantuan, bimbingan, dan
motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. ... , selaku Ketua jurusan
3. ... , selaku Pembimbing Skripsi
4. ... , selaku Pembimbing akademik
5. yang telah memberi motifasi untuk kuliah hingga skripsi ini.
6. Seluruh dosen pengajar dan staf di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Pendidikan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
7. Bapakku H. Rodhi dan Ibuku Ngatmiyati yang tidak pernah telah
merawat dan mendoakanku hingga saat ini.
8. Kakak-kakakku yang selalu memberi motifasi dan semangat hingga
ix
9. Semua keponakan kecilku yang selalu menyegarkan pikiranku di saat
jenuh.
10. 3 orang Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan yang telah
menjadi obyek penelitian saya.
11. Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Teater getar sebagai UKM
kampus yang memberikan banyak tentang kehidupan.
12. Kawan seperjuangan 2008 di UKM : Mapala Mitapasa, SMC dan SSC
yang telah menjadi teman berjuang.
13. Kantin SASA yang telah menjadi tumpahan pikiran bersama
kawan-kawan dan memenuhi kebubutuhan perut di waktu tidak punya uang
sekalipun.
14. Raprika dan Giri yang telah membantu memberikan ide dalam skripsiku.
15. Terima kasih kepada KPK (Keroncong Pemuda Kekinian) dan kawan
yang biasa berkumpul di Kandang Art Galeri yang telah memberi
kesempatan untuk menambah ilmu di bidang musik.
16. Seluruh Teater di Salatiga yang telah membuka pikiran untuk berbagi
ilmu di bidang Teater.
17. Gairah Tanggal Tua yang mengenalkanku dengan seniman-seniman
Salatiga.
18. Forum Seni Salatiga dan How Art You atas pemikiran pemikiran gila
dan segala konflik yang membuatku Semangat.
19. Teman-teman kampung Sindon yang selalu setia menemaniku saat
x
20. Dan semua masyarakat dimanapun berada, yang menjadi tempat saya
berproses. Terima Kasih.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari
para pembaca sangat penulis harapkan, sehingga dapat dijadikan bahan masukan yang
bermanfaat bagi pembaca maupun penulis sendiri dalam mengembangkan penelitian.
Salatiga
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………...………...……… i
Halaman Pengajuan …………...………...………. ii
Halaman Surat Pernyataan ………...……...………....…………. iii
Halaman Persetujuan Pembimbing ………...………...…………....……. iv
Halaman Motto ………...…...………...………. v
Abstrak ………..………...………. vi
Kata Pengantar ………...………... vii
Daftar Isi ………...……… viii
Daftar Gambar ………...………... xii
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………...………...…...………… 1
B. Penegasan Istilah ………...…………...…….. 6
C. Rumusan Masalah ….………...…………...……… 7
D. Maksud dan Tujuan Penelitian……...………...……… 8
E. Manfaat Penelitian ………....…...…….. 8
F. Kajian Pustaka ………...…...…….. 9
G. Metode Penelitian ………...………...…...…….. 12
1. Jenis Penelitian ………...………...………. 12
2. Lokasi Penelitian ………..………...………….. 13
3. Sumber Data ………..…...………...….. 13
xii
b. Sumber Data Sekunder………..….……...…….. 14
4. Metode Pengumpulan Data ………...……...………. 14
a. Observasi ………...……….. 14
b. Wawancara ………...………...………. 15
c. Dokumentasi ………...………...……… 15
d. Metode Analisis Data ………..…………...…… 16
H. Metode Penelitian ………...………...…... 16
BAB II KAJIAN TEORI A. Biografi Erwin Goffman ………...……… 19
B. Dramaturgi ………...………...23
C. Dramaturgi Dalam Pendidikan ……….……… 28
D. Sekilas Tentang Mahasiswa ………...……….. 32
E. Perilaku Remaja Islam ………...………36
F. Perilaku Remaja Masa Kini ………....……….. 40
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Pengertian Rumah Tinggal Sementara ………..……….. 43
B. Selayang Pandang Kost sekitar Kampus IAIN Salatiga ……….. 47
C. Karakteristik Informan ………...……… 51
D. Panggung Depan Mahasiswa IAIN Salatiga ……… 53
xiii BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Panggung Depan ..………...…...…………59
1. Tatto ………...………...…………...…….. 59
2. Gaya Berpakaian ………...…….. 60
3. Perilaku………...…...…….. 64
4. Interaksi Sosial ………...………...…...…….. 69
5. Religiusitas ………...………...…...…….. 66
B. Panggung Belakang ………...…………...………. 66
1. Tatto …………...………..….………...………….. 67
2. Gaya Berpakaian …………...…...………...….. 70
3. Perilaku …………...…...……...………...….. 71
4. Interaksi Sosial …………...…...………...….. 76
5. Religiusitas …………...…...………...….. 77
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………...………...………. 78
B. Saran ………...………...……… 80
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR SUMBER LAINNYA
WEBTOGRAFI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Erwin Goffman ………..…………...…… 19
Gambar 2 Penokohan Dalam Adegan Teater ………..……...…… 23
Gambar 3 Pendidikan Dalam Keluarga ………..…………...…… 31
Gambar 4 Suasana Perkuliahan Mahasiswa PAI IAIN Salatiga …...……33
Gambar 5 Mahasiswa IAIN Salatiga Melakukan Aksi Turun ke Jalan...… 35
Gambar 6 Menyantuni Anak Yatim Adalah Sikap Terpuji ……...…… 37
Gambar 7 Perilaku Pemuda Masa Kini ………..…………...……41
Gambar 8 Gedung IAIN Salatiga Kampus I ………..…………....… 43
Gambar 9 Kost Daerah Pengilon ………..…………...…… 45
Gambar 10 Peta Kota Salatiga ………..…………...…… 48
Gambar 11 Peraturan Kost Putra di Daerah Kebon Sari ………...…… 58
Gambar 12 Mahasiswa PAI Bertatto ………..…………...…… 68
Gambar 13 Gaya Berpakaian Mahasiswa PAI ………..………..…… 71
Gambar 14 Berpelukan Mahasiswa PAI ………..…………...…… 72
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dibalik suatu citra kehidupan kampus Islam IAIN Salatiga sebagai
sarana dan prasarana dalam membina dan pembentukan identitas mahasiswa
yang benafaskan Islam, banyak ditemui karakter-karakter yang menarik untuk
dipelajari, antara aktifitas mahasiswa di kampus dengan kehidupan
mahasiswa di luar kampus. Mahasiswa yang notabene sebagai agen of change atau agen perubahan suatu bangsa. Hal tersebut ternyata tidak serta-merta
benar dalam menapaki jalan hidup mahasiswa. Banyak hal yang
melatarbelakangi terbentuknya sikap, perilaku, dan gaya hidup seorang
mahasiswa, antara lain pengaruh pendidikan dalam keluarga, dan lingkungan
sosial.
Hal utama yang mempengaruhi terbentuknya kepribadian seseorang adalah “keluarga”. Keluarga sangat berperan dalam pembentukan
kepribadian seseorang, keluarga merupakan media pertama dalam
berinteraksi dengan lingkungan saat seseorang tersebut lahir, intensitas dan
frekuensi pertemuan dengan keluarga cenderung lebih tetap dan rutin
daripada lingkungan sosial lainnya. Hal lain yang mempengaruhi
pembentukan kepribadian seseorang adalah lingkungan sosial di luar keluarga
2
Interaksi sosial yaitu individu dengan lingkungannya sebagai
akibat dari komunikasi, yaitu proses pengaruh mempengaruhi dalam
masyarakat, dengan akibat terjadinya perubahan-perubahan dalam masyarakat
ataupun proses sosial (I.L.Pasaribu & B.Simanjutak, 1984:63).
Skripsi ini akan membahas mengenai kehidupan mahasiswa IAIN
Salatiga, jurusan PAI (Pendidikan Agama Islam) dilihat pada kehidupan
mahasiswa yang tinggal di rumah kos, yang notabene jauh dari pantauan
keluarga. Dalam hal ini penulisan skripsi ini berpedoman pada konsep
Dramaturgi yang dikemukakan oleh Erwin Goffmen salah satu tokoh
sosiologi yang berasal dari Rusia.
Seorang mahasiswa kos pastinya dituntut untuk hidup lebih
mandiri karena kehidupan di luar daerah memaksa mereka untuk berinteraksi
dengan lingkungan di luar keluarga. Bergaul dengan teman-teman sesama
jurusan ataupun dari jurusan dan universitas lain mendorong terbentuknya
kepribadian seorang mahasiswa dari komunitas sebelum dirinya menjadi
seorang mahasiswa, Cara berpenampilan, dan tingkah laku yang pantas
menurut lingkungan pergaulannya merupakan cover yang biasa diperlihatkan
oleh mahasiswa dalam lingkungan pergaulan mereka.
Seperti diketahui bersama bahwa orang lain menilai kita
berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diberikan, dan dari penampilan tersebut
mempengaruhi sikap orang lain dalam memperlakukan kita. Bila mereka
menilai diri kita berstatus rendah kita tidak mendapatkan pelayanan istimewa.
3
menampilkan diri kita (self presentation) seperti yang kita kehendaki (Rakhmat, 2012:95).
Seseorang yang masih dalam masa mencari jati diri selalu berusaha
mencoba-coba hal-hal yang baru seperti hal’nya mahasiswa yang keluar dari
daerah asalnya dan tinggal di luar daerah. Apabila tidak adanya kontrol dari
keluarga ataupun masyarakat maka seseorang tersebut akan terjerumus dalam
perbuatan yang bersifat negatif dan mempengaruhi jati diri seseorang. Jati diri
sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ciri atau keadaan
khusus yang ada pada seseorang. Adapun menurut wikipedia.com, jati diri memiliki arti sebuah pribadi atau realitas pada diri yang melekat erat menyatu
dan tak terpisahkan.
Dalam hal ini Kampus merupakan suatu gambaran dunia yang
penuh dengan ilmu, melatih keterampilan, dan pengetahuan yang outputnya
diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan
siap menghadapi tantangan perubahan jaman yang terus berkembang. Hal
tersebut meyakinkan kita bahwa pendidikan itu penting, seolah-olah tidak ada
lagi nilai tawar untuk satu kata yakni pendidikan. Akan tetapi kita tidak
selamanya akan hidup dalam dunia ide, atau sadar bahwa kita ada dalam
realita kehidupan atau kehidupan yang nyata di dalam masyarakat dan
lingkungan.
Jika diperhatikan dengan sungguh-sungguh maka setiap hari
sebenarnya setiap orang dalam berkomunikasi antar pribadi telah melakukan
4
komunikasi tanda-tanda verbal diwakili dalam penyebutan kata-kata
pengungkapannya, baik yang lisan maupun tertulis. Sedangkan tanda-tanda
nonverbal terlihat dalam mimik wajah, gaya tubuh, dan pakaian, hal demikian
setiap saat dilakukan oleh siapa saja tanpa kecuali. Jika hendak mengatakan apa yang diperbuat oleh seorang individu”dengan lingkungannya”, maka
dalam usaha menyesuaikan diri adjusment, itu (baik dalam mengubaah dirinya atau lingkungannya, maupun keduanya) kadang-kadang ia berhasil
atau gagal. Jika ia menghadapi karang yang menghalangi perjalanannya,
mungkin ia menyesuaikan diri dengan jalan yang berkarang itu .
Bila dilihat bagaimana menanggapi perilaku orang lain
menerangkan sifat-sifatnya, mengambil kesimpulan tentang penyebab
perilakunya, dan menentukan apakah petunjuknya yang nampak itu orisinil
atau hanya pulasan belaka (masih ingat dengan impression management dari Erwin Goffman). Ternyata kita tidak hanya menanggapi orang lain tetapi juga
mempersepsi diri. Diri kita bukan hanya persona penanggap, tetapi persona
stimuli sekaligus (Rahkmat,1989:111).
Bagaimana bisa terjadi, kita menjadi subjek dan objek persepsi
sekaligus? Menurut Charles Horton Cooley, melakukan dengan
membayangkan diri kita sebagai orang lain di dalam benak. Cooley menyebut
gejala ini looking glass self (diri cermin) seakan-akan kita menaruh cermin di depan kita. Pertama, kita membayangkan kita tampak pada orang lain, kita
melihat diri kita sekilas seperti dalam cermin. Misalnya kita merasa wajah
5
penampilan kita. Kita pikir mereka menganggap kita tidak menarik. Ketiga,
kita mengalami perasaan bangga atau kecewa; orang mungkin merasa sedih
atau malu (Vander Zanden, 1975:79).
Dalam lingkungan sosialnya objek atau orang yang diteliti pada
penelitian ini merupakan individu yang menjalani kehidupan layaknya seperti
makhluk sosial lainnya, bergaul dengan orang lain, bekerjasama dalam
sebuah team, bahkan mereka terlihat seperti orang alim, pendiam dan berperilaku baik. Sungguh suatu pertunjukan yang dilematis ketika tubuh
dibalut oleh pakaian bagus sehingga terkesan sopan, agamis, feminine dan
elegan seketika harus berganti dengan menggunakan pakaian yang lebih
terbuka atau memperlihatkan kemolekan tubuh. Bagaikan dua sisi mata uang
yang berbeda atau saling bertolak belakang.
Fenomena ini merupakan suatu gejala di masyarakat yang cukup
menarik untuk diteliti, peneliti berharap penelitian ini nantinya berguna dan
sekaligus menjadi suatu informasi bagi masyarakat, maka untuk mengkaji
lebih dalam mahasiswa PAI IAIN Salatiga akan diteliti melalui pendekatan
dramaturgi. Maka peneliti akan menuliskannya dalam skripsi yang berjudul ”Realitas Kehidupan 3 Mahasiswa Kos Jurusan Pendidikan Agama Islam
IAIN Salatiga : Pendekatan Dramaturgi Erwin Goffman”. Dalam Dramaturgi
juga dibahas mengenai konsep front stage adalah istilah untuk menjelaskan Manusia ketika berada di lingkungan sosial, maka disebut sebagai bagian
6
Manusia ketika berada di lingkungan Pribadi, maka disebut sebagai bagian
back stage.
B. Penegasan Istilah
Realitas, fakta atau kenyataan, sesuatu hal yang benar-benar terjadi
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999:96).
Kost atau in de kost (bahasa Belanda) tempat tinggal sementara yang berupa kamar, biasanya dibayar dan disewa perbulan. (penjelasan pada
bab II pengertian kost)
Dramaturgi adalah teori yang mengemukakan bahwa teater dan
drama mempunyai makna yang sama dengan interaksi sosial dalam
kehidupan manusia (Sri Suneki dan Haryono, 2012:2). Dramaturgi
merupakan pendalaman dari konsep interaksi sosial, yang menandai ide-ide
individu yang kemudian memicu perubahan sosial masyarakat menuju era
kontemporer. Teori dramaturgi muncul sebagai reaksi atas konflik sosial dan
rasial dalam masyarakat. Dramaturgi berada di antara interaksi sosial dan
fenomenologi.
Mahasiswa atau Mahasiswi adalah panggilan untuk orang yang
sedang menjalani pendidikan di sebuah Perguruan Tinggi.
Mahasiswa PAI (Pendidikan Agama Islam) adalah mahasiswa
yang sedang menempuh pendidikan Strata Satu (S1) dalam Jurusan Tarbiyah
dan Ilmu Pendidikan Agama.
Mahasiswa kos merupakan mahasiswa yang bertempat tinggal jauh
7
C. Rumusan Masalah
Pada dasarnya suatu penelitian harus mempunyai masalah yang
akan diteliti. Masalah tersebut ada dalam topik atau judul penelitian. Agar
dapat dipecahkan maka masalah dalam topik atau judul tersebut harus
dirumuskan secara operasional. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Dari latar belakang penelitian di atas, maka peneliti dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana front stage mahasiswa PAI IAIN Salatiga dalam konsep Dramaturgi?
2. Bagaimana back stage mahasiswa PAI IAIN Salatiga dalam konsep dramaturgi?
3. Bagaimana realitas kehidupan mahasiswa PAI IAIN Salatiga saat berada
di Kampus maupun di Kost?
D. Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini agar mencapai hasil
yang optimal adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kehidupan anak kos mahasiswa PAI IAIN Salatiga
secara panggung depan di kampus.
2. Untuk mengetahui kehidupan anak kos mahasiswa PAI IAIN Salatiga
secara panggung belakang di kost.
3. Untuk mendeskripsikan realitas kehidupan mahasiswa PAI IAIN Salatiga
8 E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara
teoritis maupun praktis yaitu sebagai berikut.
1. Kegunaan Teoritis kegiatan penelitian ini berguna untuk
mengembangkan kajian keilmuan yang berhubungan dengan masalah
penelitian tentang, religiusitas, ilmu Komunikasi, dan moral untuk
pengembangan kepribadian luhur dan interaksional simbolik secara
khusus.
2. Kegunaan Praktis penelitian ini berguna bagi peneliti sebagai aplikasi
ilmu pendidikan nonverbal, melalui kajian Dramaturgi (2 panggung)
yang dimiliki oleh anak kos mahasiswa PAI IAIN Salatiga dan kajian
tentang presentasi diri.
3. Untuk Akademik (Literatur)
Penelitian ini berguna bagi mahasiswa Universitas secara umum,
program pendidikan agama sebagai literatur atau untuk sumber tambahan
dalam memperoleh informasi tentang Presentasi Diri mahasiswa PAI IAIN
Salatiga khususnya yang akan melaksanakan penelitian pada kajian yang
sama.
4. Kegunaan Untuk Masyarakat
Kegunaan penelitian ini bagi masyarakat umum adalah
memberikan informasi tentang perilaku anak kos mahasiswa PAI IAIN
9
mengawasi mengawal anaknya supaya tidak salah dalam melangkah serta
sadar tempat dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
F. Kajian Pustaka
Penelitian tentang kehidupan anak kos pada mahasiswa PAI IAIN
Salatiga dalam kehidupan sosial bukanlah hal yang baru, namun sangat
menarik dikaji dalam pemikiran sosial dan akhlak pada perkembangan konsep
keilmuan. Akan tetapi pada kenyataannya pemahaman dinamika sosial dalam
konteks drama turgi dalam kehidupan mahasiswa PAI IAIN Salatiga masih
minim, ini ditujukan dengan realitas yang belum menjadi pembelajaran bagi
masyarakat pada umumnya.
Dalam penulisan sekripsi ini, penulis meneliti tentang “Realitas
Kehidupan 3 Mahasiswa Kos Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga
: Pendekatan Dramaturgi Erwin Goffman” untuk diteliti secara rinci. Dan
dalam waktu beberapa hari penulis melakukan penelusuran untuk mencari
informasi beberapa tempat buku (perpustakaan, toko buku, kolektor dan
lain-lain). Ditemukan penelitian yang berkaitan dengan presentasi diri kehidupan
anak kos melalui pendekatan drama turgi Erwin goffmen pada mahasiswa
PAI IAIN Salatiga.
10
Buku-buku lain yang membahas tentang kehidupan mahasiswa
sehingga mendukung penelitian skripsi ini ialah :
1. Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja karya, 1989), buku ini membahas mengenai interaksi-interaksi sosial yang lebih
tertuju pada psikologi individu terhadap sekitar atau lingkungan.
2. Cahyaningrum Dewojat, Drama sejarah Teori dan Penerapannya( Javakarsa Media ), Buku ini membahas drama dan teater dari sejarah
awal sampai drama masuk Indonesia, drama bukan hanya wujud karya
seni berbentuk pertunjukan tapi juga sudut pandang seni sastra.
3. I.L.Pasaribu & B.Simanjutak, Teori Kepribadian ( Bandung:Tarsito,1984). Buku ini membahas tentang psikologi diri,
faktor-faktor yang mempengaruhi, tokoh-tokoh tantang kepribadian, serta
antropologi filsafatnya.
4. Syamsu Yusuf LN & A. Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian ( Bandung: PT Remaja Rosadakarya,2008). Buku ini membahas tentang kepribadian
sebai interaksi sosial, dalam konteks akademis, kepribadian menjadi
salah satu kajian dalam bidang psikologi, kalau dari termitologi Islam
kepribadian dapat disebut akhlak.
5. M.Alaika Salamulloh, Akhlak Hubungan Horizontal (
Yogyakarta:Pustaka Insan Madani,2008). Buku ini membahas akhlak
sesama manusia, Islam adalah agama yang komplek menyeluruh dan
terperinci. Hubungan yang digarap Islam mencangkup banyak hal,
11
teman, dengan agama lain dan sebagainya, intinya buku ini membahas
individu muslim dengan lingkungan sekitar.
Penjelasan sekilas tentang gambaran umum dari isi buku-buku
diatas akan mempermudah penulis dalam melakukan penelitian, sehingga
peneliti berharap dengan menggunakan literatur diatas dan dapat mengetahui
tentang Realitas kehidupan anak kost pada mahasiswa PAI IAIN Salatiga.
G. Metodologi Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan ialah deskriptif
analitis. Dari situ, langkah awal yang ditempuh adalah mengumpulkan
data-data yang dibutuhkan, baru kemudian dibutuhkan klasifikasi, deskripsi
kemudian analisis. Adapun alat penelitian ini digunakan: lokasi penelitian,
jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis
data, dan ruang lingkup penelitian sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang sifatnya kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang–orang dan
perilaku yang dapat diamati atau permasalahan yang sedang dihadapi
(Lexy J. Moloeng, 2007:4.). Field research adalah research yang
dilaksanakan di kancah atau medan terjadinya gejala-gejala. Penelitian
ini ditempuh dengan langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi dan
analisis atau pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan dengan
12
obyektif dari suatu diskripsi. Adapun pendekatan yang menurut peneliti
sesuai dengan tema penelitian ini adalah pendekatan sosiokultural.
2. Lokasi Penelitian.
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kampus 1(satu) IAIN
STAIN Salatiga Jawa Tengah dan kost sekitar kampus ( Kali Cacing,
Jangkungan, Bonsari, Pengilon, dan Klaseman)
3. Sumber Data
Sumber data diperoleh dari data di lapangan dalam hal ini tentu
menggunakan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data
merupakan langkah strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2013:224). Adapun
sebagai sumber datanya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh
langsung dari sumber-sumber yang diamati dan dicatat untuk
pertama kalinya. Sedangkan menurut J. Supranto, sumber data
perimer adalah data yang langsung dikumpulkan sendiri oleh
perorangan/organisasi langsung melalui objeknya (Sugiyono
2003;20), Dalam penelitian ini, sumber data primer adalah langsung
dari lokasi penelitian yaitu mahasiswa kost PAI IAIN Salatiga Jawa
13 b) Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh
atau yang dikumpulkan dari orang yang telah melakukan penelitian
dan dari sumber-sumber yang telah ada sebagai pelengkap sumber
primer. sebagai data sekunder penulis mengambil dari buku-buku
yang berhubungan dengan penelitian ini, mengumpulkan
dokumentasi yang terkait dengan penelitian ini. Sedangkan menurut
J. Supranto, data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk
yang sudah jadi berupa publikasi (Sugiyono, 2003; 21).
Disamping itu juga yang menjadi sumber data sekunder dalam
penulisan skripsi ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan
antropologi, sosiologi, psikologi, drama turgi dan akhlak. Sedangkan
sumber data lain yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
karya-karya ilmiah yang terkait dengan tema yang dimaksud untuk membantu
memperjelas pembahasan dalam penelitian ini, baik itu karya yang
berbentuk buku, jurnal, koran mapun media lainnya seperti internet.
4. Metode Pengumpulan Data
a) Observasi
Metode observasi adalah study yang disengaja atau
sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan
jalan pengamatan dan pencatatan (Iqbal Hasan, 2008; 19.).
Observasi dilakukan dengan pengindraan langsung kondisi, situasi,
14
gambaran dan data lapangan masalah persentasi anak kos pada
mahasiswa PAI IAIN Salatiga
b) Wawancara
Metode wawancara disebut juga Interview, yaitu pengumpulan informasi dengan cara mengajukan sejumlah
pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula oleh
responden (Hadari Nawawi dan Martini Hadari, 1995; 98). Metode
wawancara menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik
dengan subyek (responden).
c) Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk
mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan,
transkrip, buku, majalah dan lain-lain. Dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulian, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, Cet-ke
sembilanbelas 2013; 240s). Metode ini penulis gunakan untuk
mendapatkan data tentang mahasiswa kos PAI IAIN Salatiga, serta
untuk mendapatkan dokumen-dokumen lainnya yang berhubungan
dengan kehidupan anak kos mahasiswa PAI IAIN Salatiga.
5. Metode Analisis Data
Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini di analisis
dengan metode deskriptif-analitis. Metode deskriptif analisis
15
menginterpretasikan mengenai apa yang ada tentang kondisi,
pendapat, dan aktifitas yang sedang berlangsung serta akibat yang
terjadi atau kecenderungan yang tengah berkembang (Sanafiah
Faisal Dan Mulyadi Guntur W. (ed), 1982; 119). Metode ini penulis
gunakan dalam rangka memberikan gambaran data yang ada serta
memberikan interpretasi terhadapnya, serta melakukan analisis
interpretatif. Setelah data terkumpul, peneliti menganalisis data
dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Penggunaan analisis ini
dimulai dengan pengumpulan data-data kemudian diolah secara
sistematik.
H. Sistematika Penulisan
Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh
mengenai pembahasan skripsi ini. Maka secara global penulis merinci dalam
sistematika pembahasan ini sebagai berikut.
BAB I. PENDAHALUAN
Bagian ini merupakan bab pendahuluan yang menjelaskan tentang
hal-hal yang melatarbelakangi munculnya masalah yang dirumuskan dalam
penelitian ini, salah satu yang dijelaskan adalah gambaran realitas kehidupan
anak kost mahasiswa PAI IAIN Salatiga, Sehingga mempengaruhi tata
kehidupan sosial masyarakat. Bab ini juga berisi rumusan masalah, tujuan
dari penelitian dan manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini,
kajian pustaka yang menjelaskan penelitian-penelitian sebelumnya dan
buku-buku tentang dinamika kehidupan mahasiswa PAI STAIN Salatiga sebagai
penjelasan bahwa penelitian penulis belum dilakukan sebelumnya,
16 BAB II. LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan informasi umum tentanng landasan teori bagi
obyek penelitian seperti terdapat dalam judul skripsi. Landasan teori ini
disampaikan secara umum mengenai “Realitas Kehidupan 3 Mahasiswa Kos
Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga : Pendekatan Dramaturgi
Erwin Goffman”.
BAB III. LAPORAN HASIL PENELITIAN
Bab ini merupakan paparan data-data hasil penelitan secara lengkap
yang mengenai kehidupan mahasiswa PAI IAIN Salatiga, di kampus, kost,
atau lingkungan lain yang mendukung untuk diteliti.
BAB IV. ANALISIS DATA
Bab ini berisi tentang analisis dari berbagai pokok masalah
mengenai persentasi diri mahasiswa PAI IAIN Salatiga dalam permainan
panggung depan dan belakang baik dari segi kekurangan maupun
kelebihannya. Bab ini merupakan pengolahan hasil dari bahan-bahan yang
diambil dari bab sebelumya, sehingga pokok permasalahan pada penelitian ini
bisa ditemukan.
BAB V. PENUTUP
Merupakan penutup dari keseluruhan proses penelitian yang berisi
kesimpulan untuk memberi gambaran singkat isi skripsi agar mudah
dipahami. Juga berupa saran-saran dari penulis yang terkait dengan
permasalahan yang diteliti. Dan yang terakhir daftar pustaka sebagai
17 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Biografi Erwin Goffman
Erwin Goffman lahir di Alberta, Canada, 11 Juni 1922 (Williams,
1986), Keturunan Yahudi orang tuanya berasal dari Rusia. Ia belajar tentang
sosiologi di Chicago. meraih gelar Bachelor of Arts (B.A) tahun 1945, gelar
Master of Arts tahun 1949 dan gelar Philosophy Doctor (Ph.D) tahun 1953.
Tahun 1958 meraih gelar Guru Besar, tahun 1970 diangkat menjadi anggota
Committee for Study of Incarceration. Dan tepat di tahun 1977 ia memperoleh penghargaan Guggenheim. Pada tahun 1953 ia mempertahankan
tesisnya yang berjudul “ cara berkomunikasi di tengah-tengah komunitas penghuni pulau”, merupakan penelitian partisipan di kepulauan Shetland.
Gambar 1 Erwin Goffman
Sumber : Google, diakses pada tanggal 25 Agustus 2015
Komunikasi menjadi tema dirinya dalam kajian sosiologi. Ia
menganalisis interaksi sosial, ritus, kesopanan, pembicaraan dan semua hal
18
kebudayaan. Sistem ini memiliki norma, mekanisme dan regulasi.
Ritual-ritual interaksi dianggap sebagai ajang untuk mengaskan adanya tatanan
moral dan sosia, dalam sebuah pertemuan seorang actor berusaha member
citra yang ditentukan oleh dirinya sendiri berupa wajah atau nilai sosial
positif yang dituntut seseorang melalui jalur tindakan dan dianggap orang lain
memang dijalankan demikian selama terjadinya kontak khusus.
Pada tahun 1965 buku berjudul “La presentation de soi” ( Presentasi Diri ). Pada buku tersebut E.Goffman menganalogikan dunia
dengan panggung sandiwara dimana individu-individu menjadi actor yang memegang peran dalam hubungan sosial sebagai representasi yang tunduk
pada aturan yang baku. Dalam panggung sandiwara itu seseorang harus mampu menampilkan “ kesan realitas “ kepada sesamanya agar bisa
meyakinkan gambaran /citra yang hendak diberikan kepada orang lain.
Untuk itu ia harus mengadapstasi permukaan pribadinya lewat peran dan
mendramatisasinya, yaitu dengan memasukkan tanda-tanda yang akan
memberikan kilau dan relief perilakunya melalui aktivitas yang dilakukannya,
agar perilakuknya tampak tidak keliru .
E.Goffman selama kurang lebih satu tahun berada di sebuah rumah
sakit St Elizabet, ia berbaur dengan kehidupan dirumah sakit tersebut. Ia
mengamati setiap perilaku yang muncul terhadap para pasien, ia juga
menjalani kehidupan seperti sebagai orang-orang terasing. Ia memperlakukan
rumah sakit seperti bangunan sosial yang khusus berfungsi sebagai penjaga
19
Karya terbesar E.Goffman adalah Asiles, etudes sur la condition sociale des melades mentaux (asylum, studi tentang kondisi sosial penderita penyakit mental ). Karya ini baru diterjemahkan dalam bahasa perancis tahun 1968
(Anthony Giddens, 2008;60)
Collins (Williams, 1986;73) lebih menghubungkan Goffman
kepada antropologi sosial ketimbang kepada interaksionisme simbolik. Ketika
belajar S1 di Universitas Toronto, Goffman telah belajar dengan seorang
antropolog dan ketika di Chicago, kontrak utamanya bukanlah dengan
teoritisi interaksionisme simbolik, tetapi dengan W.L. Wamer (antropolog),
(Collins, 1986b:109). Menurut Collins, hasil pemeriksaan atas kutipan dalam
karya awal Goffman menunjukkan bahwa ia dipengaruhi oleh
antropolog-sosial dan jarang mengutip pemikiran interaksionis simbolik dan bila ia
menyinggung pemikiran interaksionisme simbolik, hal itu adalah untuk
mengkritik pemikiran tersebut. Namun Goffman dipengaruhi oleh studi
deskriptif yang dihasilkan di Chicago dan menyatukan hasil studi deskriptif
itu dengan hasil studi antropologi sosial untuk menciptakan perspektif
khususnya sendiri. Jadi, pakar interansionis simbolik memperhatikan
bagaimana cara aktor menciptakan atau merembukkan citra diri mereka,
sebaliknya Goffman memperhatikan bagimana cara masyarakat memaksa
orang untuk menampilkan citra tertentu mengenai diri mereka sendiri, karena
masyarakat memaksa kita berpindah-pindah diantara berbagai peran yang
20
Menjelang 1980-an ia tampil sebagai teoritisi yang sangat penting.
Di tahun kematiannya sebenarnya ia terpilih sebagai presiden The American Sociological Association, tetapi tak memungkinkan menyampaikan pidato pengangkatannya karena ia tertimpa penyakit. Berkenaan dengan status
Goffman ini, Randall Collins dalam pidatonya mengatakan : Tiap orang ingin
tahu apa yang akan dia sampaikan dalam pidato pelatikannya sebagai
presiden asosiasi sosiologi, prestasi tradisional langsung jelas tak mungkin
disampaikan Goffman berkenaan dengan reputasinya sebagai seorang yang
menentang pemujaan lembaga-lembaga sosial yang ada. kami menerima
pesan yang lebih dramatis Pidato pelatikan dibatalkan, Goffman meninggal.
Itu adalah jalan keluar Goffmania yang tepat (1986b:112).
Goffman wafat tahun 1982 ketika berada di puncak ketenarannya. Ia sejak lama dianggap sebagai tokoh “pujaan” dalam teori sosiologi. Status
ini dicapai meski ia telah lama menjadi profesor di jurusan sosiologi
bergengsi di Universitas California, Berkeley dan kemudian menjadi ketua di
Liga Ivy, Universitas Pennsylvania.
B. Dramaturgi
Sebagaimana ditulis oleh Harymawan (1986:5) dalam bukunya
Dramaturgi, Dramaturgi adalah ilmu yang mempelajari tentang hukum dan
konvensi drama. Hukum-hukum drama tersebut mencakup tema, alur (plot),
karakter (penokohan), dan latar (setting). Istilah Dramaturgi kental dengan
pengaruh drama atau teater atau pertunjukan fiksi diatas panggung dimana
21
penonton dapat memperoleh gambaran kehidupan dari tokoh tersebut dan
mampu mengikuti alur cerita dari drama yang disajikan. Meski benar,
dramaturgi juga digunakan dalam istilah teater namun term dan
karakteristiknya berbeda dengan dramaturgi yang akan kita pelajari.
Gambar 2
Penokohan dalam adegan teater
Sumber : Dokumentasi Teater Getar IAIN Salatiga, tanggal 4 Februari 2012
Dramaturgi dari istilah teater dipopulerkan oleh Aristoteles.
Sekitar tahun 350 SM, Aristoteles, seorang filosof asal Yunani, menelurkan,
Poetics, hasil pemikirannya yang sampai sekarang masih dianggap sebagai buku acuan bagi dunia teater. Dalam Poetics, Aristoteles menjabarkan penelitiannya tentang penampilan/drama-drama berakhir tragedi/tragis
ataupun kisah-kisah komedi. Untuk menghasilkan Poetics Aristoteles meneliti hampir seluruh karya penulis Yunani pada masanya. Kisah tragis
merupakan obyek penelitian utamanya dan dalam Poetic juga Aristoteles menyanjung Kisah Oedipus Rex, sebagai kisah drama yang paling dapat
diperhitungkan. Meskipun Aristoteles mengatakan bahwa drama merupakan
bagian dari puisi, namun Aristoteles bekerja secara utuh menganalisa drama
secara keseluruhan. Bukan hanya dari segi naskahnya saja tapi juga
22
memberikan contoh-contoh plot yang baik dan meneliti reaksi drama terhadap
penonton.
Bila Aristoteles mengungkapkan Dramaturgi dalam artian seni.
Maka, Goffman mendalami dramaturgi dari segi sosiologi. Manusia
mempunyai kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya. Untuk itu dia
menempuh jalan bertemu dengan orang lain yang melakukan pertunjukan dan
memproyeksikan diri dengan peranan-peranan yang melakonkan hidup dan
kehidupan di atas pentas secara khayali untuk menyajikan gambaran ideal
yang diinginkan (Harymawan, 1986: 194), dalam ilmu komunikasi hal
tersebut dinamakan dramaturgi.
Namun demikian, pemahaman dramaturgi itu tidak berhenti pada
hukum-hukum dan konvensi yang telah menjadi klasik tersebut.
Karena,perkembangan yang cukup besar dari dunia drama itu sendiri, maka
tentu sejumlah hukum dan konvensi itu memiliki upaya pula untuk
melakukan beberapa penyesuaian yang selaras dengan kehidupan dan jalan
pemikiran manusia. Meskipun perkembangan tersebut memiliki beberapa
kritik, namun tetap memiliki kemungkinan dalam mengapresiasi kenyataan
yang berubah di tengah-tengah masyarakat penggunanya.
Dengan konsep dramaturgis dan permainan peran yang dilakukan
oleh manusia, terciptalah suasana-suasana dan kondisi interaksi yang
kemudian memberikan makna tersendiri. Munculnya pemaknaan ini sangat
23
Dramaturgis merupakan teori yang mempelajari proses dari
perilaku dan bukan hasil dari perilaku. Obyektifitas yang digunakan disini
adalah karena institusi tempat dramaturgi berperan adalah memang institusi
yang terukur dan membutuhkan peran-peran yang sesuai dengan semangat
institusi tersebut. Seperti yang ditengarai oleh Deddy Mulyana (2001:106)
pada intinya dramaturgi adalah menghubungkan tindakan dengan makna.
Alih-alih perilaku dengan determinannya. Dalam pandangan dramaturgis
tentang kehidupan sosial, maka makna bukanlah warisan budaya, sosialisasi,
atau tatanan kelembagaan, atau perwujudan dari potensi psikologis dan
biologis, melainkan pencapaian problematik interaksi manusia dan penuh
dengan perubahan, kebaruan, dan kebingungan. Namun lebih penting lagi
makna bersifat behavioral, secara sosial tetap berubah, arbiter, dan
merupakan ramuan interaksi manusia.
Dramaturgis dianggap masuk ke dalam perspektif obyektif karena
teori ini cenderung melihat manusia sebagai makhluk pasif (berserah).
Meskipun, pada awal ingin memasuki peran tertentu manusia memiliki
kemampuan untuk menjadi subyektif (kemampuan untuk memilih) namun
pada saat menjalankan peran tersebut manusia berlaku objektif, berlaku
natural, mengikuti alur.
Pandangan atas kehidupan sosial sebagai serangkaian pertunjukan
drama hampir selalu mirip dengan pertunjukan di atas panggung. Begitu juga
dengan dinamika sosial yang terjadi di kalangan beberapa mahasiswa PAI
24
datang ke tempat perkuliahan dan ketika keluar dari lingkungan kampus yang
menjadi tempat mereka menimba ilmu.
Dalam dramaturgi, panggung depan dan panggung belakang
dikenal dengan istilah konsep kehidupan manusia, yang di ibaratkan sebagai
pemain drama dalam proses pelaksanaannya dipengaruhi oleh keinginan yang
terpendam. lebih lanjut dapat dilihat seperti berikut; front stage adalah istilah untuk menjelaskan Manusia ketika berada di lingkungan sosial, maka disebut
sebagai bagian front stage. Sedangkan Panggung belakang adalah istilah untuk menjelaskan Manusia ketika berada di lingkungan Pribadi, maka
disebut sebagai bagian back stage.
Teori dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah
tidak stabil dan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan
psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung
dari interaksi dengan orang lain. Disinilah dramaturgi masuk, bagaimana kita
menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgi, interaksi sosial dimaknai sama dengan pertunjukan “teater”. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk
menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui
pertunjukan dramanya sendiri.
Dalam konsep dramaturgi, Goffman mengawalinya dengan
penafsiran konsep diri, dimana Goffman menggambarkan pengertian diri
yang lebih luas daripada Mead (menurut Mead, konsep diri seorang individu
bersifat stabil dan sinambung selagi membentuk dan dibentuk masyarakat
25
Presentasi diri merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu tertentu untuk memproduksi definisi situasi dan identitas sosial bagi
para aktor dan definisi situasi tersebut mempengaruhi ragam interaksi yang
layak dan tidak layak bagi para aktor dalam situasi yang ada (Mulyana, 2008:
110).
Lebih jauh presentasi diri merupakan upaya individu untuk
menumbuhkan kesan tertentu di depan orang lain dengan cara menata
perilaku agar orang lain memaknai identitas dirinya sesuai dengan apa yang ia
inginkan. Dalam proses produksi identitas tersebut, ada suatu
pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan mengenai atribut simbol yang hendak
digunakan sesuai dan mampu mendukung identitas yang ditampilkan secara
menyeluruh.
Kebanyakan atribut, milik atau aktivitas manusia digunakan untuk
presentasi diri, termasuk busana yang kita kenakan, tempat kita tinggal,
rumah yang kita huni berikut cara kita melengkapinya (furnitur dan perabotan
rumah), cara kita berjalan dan berbicara, pekerjaan yang kita lakukan dan cara
kita menghabiskan waktu luang kita. Lebih jauh lagi, dengan mengelola
informasi yang kita berikan kepada orang lain, maka kita akan mengendalikan
pemaknaan orang lain terhadap diri kita. Hal itu digunakan untuk memberi
tahu kepada orang lain mengenai siapa kita. (Goffman, 1965;39)
C. Dramaturgi dalam Pendidikan
Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha
26
masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya
peradaban suatu masyarakat di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu
proses pendididkan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada
sepanjang sejarah peradaban umat manusia. (Tim Dosen FIP/IKIP Malang,
1988;25)
Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan
perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamanya,
pengetahuannya serta ketrampilannya kepada generasi muda untuk
memungkinnya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama,
dengan sebaik-baiknya. Proses hidup manusia di dunia ini, diawali sejak
zaman kehidupan mereka yang sederhana, dihutan rimba, di gua-gua batu dan
tempat lainnya. Di dalam kehidupan mereka yang susah dan penuh dengan
kesulitan yang bermacam-macam menghadapi perjuangan hidup
bersama-sama dengan hewan-hewan dan makhluk lainnya di atas permukaan bumi ini,
dalam memperebutkan makanan dan tempat tinggal, mungkin dalam benak
dalam benak mereka yang sederhana itupun muncul pertanyaan yang
mirip-mirip dengan pertanyaan diatas. “Siapa aku, darimana aku datang dan
mengapa aku lahir di dunia ini dengan penuh kesulitan dan susah payah.
Pendidikan merupakan faktor penting, strategis dan determinatif
bagi masyarakat. Maju-mundurnya kualitas peradaban suatu
masyarakat/bangsa sangat bergantung pada bagaimana kualitas pendidikan
diselenggarakan oleh masyarakat. Sejarah membuktikan bahwa hanya
27
pendidikanlah yang mampu meraih kemajuan dan menguasai dunia.
Bagaimana pun, pendidikan merupakan alat terefektif bagi perubahan dan
pencapaian kemajuan dalam berbagai demensi kehidupan.
Dilihat dari perspektif kebudayaan, pendidikan merupakan upaya
sivilisasi, enkulturisasi. Dari perspektif politik, pendidikan dipandang sebagai
langkah untuk membentuk warga negara yang baik (good citizen) warga yang taat aturan, beradab, bertanggung jawab, dan memahami hak dan kewajiban
secara proporsional. Kemudian secara ekonomi, adalah jelas bahwa pendidikan merupakan “human capital investment”. Pengetahuan,
keterampilan, dan etos kerja yang dibentuk melalui proses pendidikan
berkorelasi positif bagi peningkatan penghasilan dan kesejahteraan. Karena
itulah, perspektif ekonomi menyakini bahwa hanya lewat upaya pendidikan
kesejahteraan ekonomi dapat dibangun. Kemudian dari perspektif filosofis,
bahwa pendidikan merupakan upaya humanisasi yang sesungguhnya. Melalui
pendidikan maka manusia dibentuk, dikonstruksikan dan diarahkan agar
menjadi manusia sesungguhnya (humanized human being), makhluk rasional yang memiliki dan memahami nilai humanitas yang berlaku secara universal.
Demikian pula, dari perspektif agama, pendidikan ditempatkan pada posisi
tertingi karena fungsinya yang membentuk perilaku teratur sesuai ajaran
Tuhan yang diimaninya (Haryanto Tt:2)
Manusia itu adalah “Khalifah” Allah dibumi ini, yaitu wakil Allah,
guna mengelola bumi dengan segala isinya. Jadi dengan ilmu pengetahuan
28
sumber daya dan segala isinya yang ada di bumi. Dengan begitu manusi
selalu berkembang setiap waktunya.
Penemuan penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan
tehnologi telah membawa pengaruh yang sangat besar dalam bidang
pendidikan (Oemar Hamalik 1977:12) Akibat dari pengaruh-pengaruh itu
maka pendidikan semakin lama semakin mengalami kemajuan, sehingga
mendorong berbagai usaha pembaharuan. Sejalan dengan kemajuan tersebut
pembaharuan pendidikan mulai menuju kearah realisasi yang lebih kongkrit, yaitu sekolah pembangunan atau “sekolah komprehensip” sitim ini berpijak
pada landasan yang baru diantaranya:
1. Pendidikan bertujuan membentuk manusia seutuhnya.
2. Pendidikan berlangsung seumur hidup
3. Pendidikan berdasarkan faktor ekologi.
4. Berdasarkan pada pandangan psikologi belajar modern.
5. Pendidikan pada hakekatnya usaha manusia melestarikan hidup.
Untuk memahami tata kehidupan pendidikan hendaknya kita
memperhatikan tata kehidupan manusia secara mendasar dan menyeluruh.
Secara sederhana kita menemukan kenyataan, bahawa manusia dilahirkan
dalam lingkungan keluarga. Keluarga sebagai unit kehidupan manusia ada
dan dipengaruhi dalam antar hubungan dan antar aksi dengan masyarakat.
Karena itu keluarga merupakan bentuk mikro suatu masyarakat. Sedangkan
29 Gambar 3
Pendidikan Dalam Keluarga Sumber : Faisal Abdilah, tanggal 2 Juli 2015
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat terbentuk
berdasarkan sukarela dan cinta asasi antara dua subyek manusia (suami-istri).
Berdasarkan dari asas cinta yang asasi ini terlahirlah anak sebagai generasi
penerus. Sekolah merupakan penerusan dari pembinaan yang telah diletakkan
dasar-dasarnya dalam lingkungan keluarga. Sekolah menerima tanggung
jawab pendidikan berdasarkan kepercayaan keluarga. Masyarakat dapat
diartikan suatu bentuk tata kehidupan sosial dengan tata nilai tata budaya
sendiri. dalam arti ini masyarakat adalah wadah atau wahana pendididkan,
medan kehidupan manusia yang majemuk (plural : suku,agama, kegiatan
kerja,tingkat pendididkan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya). Manusia
berada dalam multi-kompleks antara-hubungan dan antara-aksi di dalam
masyarakat tersebut (Tim Dosen FIP-IKIP Malang, 1988:14).
D. Sekilas tentang Mahasiswa
Berbicara tentang mahasiswa, hal pertama yang harus kita kritisi dan pertanyakan kembali adalah ”benarkah kita ini Mahasiswa? Jika iya, di
30
belum mengetahui arti dari mahasiswa itu sendiri ?” Betapa naifnya kita,
apabila tidak mengenal diri kita sendiri.
Gambar 4
Suasana Perkuliahan Mahasiswa PAI IAIN Salatiga Sumber : Faisal Abdilah, tanggal 4 Mei 2015
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab VI
bagian ke empat pasal 19 bahwasanya mahasiswa itu sebenarnya hanya
sebutan akademis untuk siswa atau murid yang telah sampai pada jenjang
pendidikan tertentu dalam masa pembelajarannya. Sedangkan secara harfiyah, “ mahasiswa ” terdiri dari dua kata, yaitu ” Maha ” yang berarti tinggi dan ”
Siswa ” yang berarti subyek pembelajar ( menurut Bobbi de porter ), jadi dari
segi bahasa “ mahasiswa ” diartikan sebagai pelajar yang tinggi atau
seseorang yang belajar di perguruan tinggi/ universitas.
Namun jika kita memaknai “ mahasiswa ” sebagai subyek
pembelajar saja, amatlah sempit pemikiran kita, sebab meski ia (baca :
Mahasiswa) diikat oleh suatu definisi study, akan tetapi mengalami perluasan
makna mengenai eksistensi dan peran yang dimainkan dirinya. Kemudian
pada perkembangan selanjutnya, “ mahasiswa ” tidak lagi diartikan hanya
31
Mahasiswa adalah seorang pelajar yang tidak hanya duduk di
bangku kuliah kemudian mendengarkan tausiyah dosen, lalu setelah itu pulang dan menghapal di rumah untuk menghadapi ujian tengah semester
atau ujian akhir semester. “ mahasiswa ” dituntut untuk menjadi seorang
motor pembaharu dan pelopor-pelopor perjuangan yang peka dan tanggap
terhadap isu-isu sosial serta permasalahan umat dan bangsa.
Apabila kita kembali melihat sejarah, peran mahasiswa acapkali
mewarnai perjalanan bangsa Indonesia, mulai dari penjajahan hingga kini masa reformasi. “ mahasiswa ” bukan hanya menggendong tas yang berisi
buku, tapi mahasiswa turut angkat senjata demi kedaulatan bangsa Indonesia,
bahwasanya mahasiswa lah yang menjadi pelopor restrukturisasi peristiwa
besar tampuk kepemimpinan NKRI pada saat tragedi malari 1974 dan
reformasi 1998.
Peran yang diberikan mahasiswa begitu dahsyat, sehingga
sendi-sendi bangsa yang telah rapuh, tidak lagi bisa ditutup-tutupi oleh rezim
dengan status quonya, tetapi bisa dibongkar dan dihancurkan oleh mahasiswa.
Mencermati alunan sejarah bangsa Indonesia, hingga kini tidak terlepas dari
32 Gambar 5
Mahasiswa IAIN Salatiga Melakukan Aksi Turun ke Jalan Sumber : HMI Salatiga, tanggal 29 Agustus 2015
Kendatipun demikian, paradigma semacam ini belumlah menjadi
kesepakatan bersama antar mahasiswa sebab masih ada sebagian madzhab
mahasiswa yang apriori (cuek) terhadap eksistensi dirinya sebagai seorang
mahasiswa, bahkan ia tak mau tahu menahu tentang keadaan sekitar
lingkungan masyarakat ataupun sekitar lingkungan kampusnya sendiri.
Bagi mahasiswa yang terpenting buat mereka adalah sekedar
duduk di bangku kuliah, berangkat dan pulang. Padahal, mahasiswa adalah
sosok yang semestinya kritis, logis, berkemauan tinggi , respect dan tanggap
terhadap permasalahan umat dan bangsa, mau bekerja keras, belajar terus
menerus, mempunyai nyali (keberanian yang tinggi) untuk menyatakan
kebenaran, aplikatif di lingkungan masyarakat serta spiritualis dan konsisten
dalam mengaktualisasikan nilai-nilai ketauhidan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, dengan konsep itulah, mahasiswa semestinya bergerak dan menyadari
dirinya akan eksistensi ke-mahahasiswaan nya itu.
Belajar tidaklah hanya sebatas mengejar gelar akademis atau nilai
indeks prestasi ( IP ) yang tinggi dan mendapat penghargaan cumlaude, lebih dari itu mahasiswa harus bergerak bersama rakyat dan pemerintah untuk
33
suatu kemauan untuk mengembangkan civitas / perguruan tinggi dimana ia
kuliah. Misalnya dengan ikut serta / aktif di Organisasi Mahasiswa, baik itu
Organisasi intra kampus ( BEM dan UKM ) ataupun Organisasi Ekstra
kampus, serta aktif dalam kegiatan-kegiatan lain yang mengarah pada
pembangunan bangsa.
E. Perilaku Remaja Menurut Islam
Perilaku menurut islam adalah perilaku sesuai ajaran yang ada di
kitab suci Al-Quran dan Hadist, menjalankan perintahNya menjauhi
laranganNya,untuk itu maka yang menjadi suri teladan bagi kita adalah
perilaku Rasulullah SAW, seperti yang dikatakan dalam kitab suci Al-Qur’an
ىلَّٱ ىقَ قَ قَ قَ ىقَ فِاوقَ دْو ىقَ دْ قَ دْ قَ ىقَ لَّٱ ىا۟و كُ دْ قَ ىقَا قَ ى قَ لِّ ىةٌ قَ قَ قَ ىةٌ قَ دْ كُ ىفِ لَّٱ ىفِو كُ قَ ى فِ ىدْ كُ قَ ىقَا قَ ىدْ قَ لَّ
وً فِثقَ
“Sesungguhnya Rasulullah itu menjadi contoh teladan yang baik bagi kamu dan bagi oarang yang mengharab menemui Tuhan dan hari kemudian Dan mengingat Tuhan sebanyak - banyaknya” (Q.S.Al Ahzab/33:21)
Islam memandang bahwa remaja adalah obyek dan subyek
pendidikan yang memerlukan perhatian khusus. Remaja merupakan generasi
masa depan yang menjadi harapan bangsa. Mereka adalah aset berharga yang
harus dipelihara dan dijaga sebaik-baiknya. Segala urusan dan permasalahan
yang terkait dengan remaja harus selalu diperhatikan dengan
34 Gambar 6
Menyantuni Anak Yatim adalah Salah Satu Sifat Terpuji Sumber : Teater Getar IAIN Salatiga, tanggal 12 Agustus 2010
Mengingat peran penting remaja bagi masa depan negara, maka
kita harus menanamkan kebiasaan akhlak terpuji bagi remaja. Kebiasaan
terpuji akan membentuk watak terpuji pula dalam kehidupan mereka. Akhlak
terpuji dibagi menjadi tiga kategori, yaitu akhlak kepada Allah, akhlak
kepada orang lain, dan akhlak terhadap diri sendiri. Mari kita bahas
contoh-contoh perbuatan terpuji yang harus dibiasakan oleh remaja.
Contoh akhlak terpuji remaja dalam beribadah kepada Allah antara lain:
1. Bersyukur kepada Allah ketika memperoleh nikmat. Remaja yang
berakhlak terpuji akan bersyukur ketika memperoleh prestasi dalam
hidup.
2. Bersabar ketika menghadapi musibah. Ketika orang tua, sahabat, maupun
dirinya tertimpa kemalangan, seorang remaja hendaknya bersabar dan
tabah dalam menghadapi ujian.
3. Bertobat kepada Allah setelah berbuat dosa. Setelah melakukan maksiat
atau dosa, remaja amat terpuji untuk segera bertobat dan memperbaiki
35
4. Ikhlas dalam mengerjakan amal saleh, ketika berada di rumah, di sekolah
atau di dalam pergaulan masyarakat.
5. Bertawakal kepada Allah atas hasil prestasi yang diperoleh setelah
berusaha keras dan bersungguh-sungguh dalam belajar.
Beberapa akhlak terpuji remaja kepada orang lain dan terhadap diri
sendiri, antara lain:
1. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua (birrul-walidain), selalu
mengindahkan perintahnya dan mendengarkan nasihatnya.
2. Menghormati guru dan ustadz serta orang-orang yang lebih tua dengan
menampilkan sikap sopan-santun kepada mereka.
3. Menghargai teman sebaya atau orang lain yang lebih muda, misalnya
dengan bertutur kata yang baik dan sopan.
4. Memilih pergaulan yang positif untuk masa depannya. Misalnya
berteman dengan anak yang pintar, baik dan saleh. Remaja juga perlu
aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan, serta senang menimba ilmu
dari pengalaman orang yang berwawasan agama dan lebih tua.
5. Menjauhi pergaulan negatif yang dapat merusak prestasi belajar, seperti
berpacaran, pergaulan bebas, tawuran, dan bergabung ke geng remaja
yang bersifat anarkis.
6. Meninggalkan hal-hal yang menjerumuskan diri mereka ke dalam
maksiat kepada Allah dan pembangkangan terhadap perintah serta
36
7. Menghindari perilaku yang merusak diri sendiri, seperti pergaulan bebas,
merokok, berjudi, meminum minuman keras, mengkonsumsi narkoba,
dan lain-lain.
Di tangan generasi muda inilah perjalanan bangsa, masyarakat,
negara dan peradaban umat manusia ditentukan. Demikian pula halnya
dengan maju dan mundurnya masyarakat, serta keterpurukan yang dialami
oleh sebuah bangsa bergantung kepada karakter generasi muda. Mari kita beri
mereka keteladanan dan pendidikan karakter terpuji untuk masa depan bangsa
yang lebih baik.
Setiap muslim meyakini bahwa nasib hidupnya diakhirat
ditentukan oleh perilakunya selama didunia, karena itu setiap muslim mesti
menata langkah dan perilakunya. Dengan mengerjakan kebaikan berati dia
telah menanam benih yang baik, akan tetapi jika ia lebih senang menceburkan
dirinya kedalam kubangan maksiat, maka ia harus siap menelan penderitaan
yang akan menimpanya (M. Alaika Salamulloh,2008:261)
F. Perilaku Remaja Masa Kini
Remaja adalah suatu masa dari umur manusia, yang paling banyak
mengalami perubahan, sehingga membawanya pindah dari masa anak-anak
menuju kepada masa dewasa. Perubahan perubahan itu meliputi segala segi
kehidupan yaitu jasmani, rohani, pikiran, perasaan dan sosial, biasanya
perubahan jasmani yang menyangkut segi-segi seksualitas.
Problema remaja Remaja adalah bermacam-macam problema yang
37
itu. Setiap segi dari pertumbuhan itu mempunyai problemanya sendiri dengan
kesukaran tertentu. Maka pertumbuhan jasmani cepat menyebabkan
terjadinya berbagai perubahan bermacam-macam pengalaman yang belum
pernah dilakukan oleh remaja itu sebelumnya. Diantara ahli jiwa ada yang
berpendapat bahwa remaja dan problemanya, tak lain dari hasil akibat
kemajuan zaman, yang berarti bahwa kemajuan kompleks itulah yang
menyebabkan timbulnya fase remaja yang panjang itu ( Zakiah Daradjat:35)
Moral adalah hal yang selalu menjadi sesuatu yang vital dalam
membentuk kepribadian suatu masyarakat, Seperti telah diketahui, bahwa
moral itu dilihat dari sumber dan sifatnya, ada Moral Keagamaan dan ada
Moral Sekuler. Moral keagamaan kiranya tinggal mempelajari ajaran-ajaran
agama yang dikehendaki dibidang moral.
Moral Sekuler adalah moral yang tidak berdasarkan pada ajaran
agama dan hanya bersifat kebebasan dan duniawi semata. Beberapa contoh
materi Moral Sekuler itu ialah : Pergaulan bebas antara laki-laki dan
perempuan yang bukan muhrim, hubungan homo seksual atau lesbian.
Berpakaian yang tidak menutupi aurat yang hanya mengejar kecantikan atau
keindahan dari luar. Budaya minum-minuman keras dan obat terlarang, dan
lain sebagainya (Humaidi Tatapangsara:11).
Gaya hidup anak muda zaman sekarang (lifestyle), di era yang serba cepat ini kebebasan tak dapat dibendung lagi, akulturasi budaya dari
berbagai segi bisa dengan mudah mewabah dimasyarakat. Modernisasi
38
merupakan suatu konsep kebudayaan yang baru yang disebut budaya pop
(populer). Teknologi pada gilirannya dianggap bertanggung jawab bagi
pembentukan masyarakat yang secara moral dan intelektual seragam(Idi
Subandy Ibrahim:23)
Gambar 7
Perilaku Pemuda Masa Kini
Sumber : Faisal Abdilah, tanggal 10 Maret 2014
“Menjadi modern, semakin serba boleh”, itulah sepenggal kata
yang ditulis oleh Masri Pangaribuan, Seks mungkin masih risih atau dianggap
tabu ditelinga masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim ini, tetapi pada
kenyataanya banyak ditemukan kasus tentang seks di masyarakat kita,
kususnya dikota-kota besar. Dalam kasus ini remaja menjadi dilema yang
serius. Menurut Elise jones,dkk: Film, musik, bacaan, TV dan internet
mengajarkan pada mereka bahwa seks itu romantis, merangsang dan
menggairahkan.
Dikutip oleh Tempo dari Maria Ulfah Anshor, Ketua Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bahwa dari 100% orang yang di survei
terdapat sekitar 92 persen remaja yang berpacaran tetapi hanya berpegangan
39
yang berpacaran tidak malu untuk saling petting(meraba bagian tubuh yang seharusnya tabu untuk dilakukan).
Dipihak lain keadaan bebas dirumah pondokan nampaknya
mempunyai daya tarik tersendiri. Di dalam situasi persaingan antara tempat
pondokan dewasa ini banyak gadis memilih tempat kost yang lebih bebas.
Kalau ketat pengawasannya bisa-bisa tempat itu tidak laku. Oleh karena itu
induk semang ikut-ikutan serba boleh. Malah ada asrama yang dihuni oleh
40 BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Pengertian Rumah Tinggal Sementara
Berdirinya IAIN Salatiga pada awalnya adalah cita-cita masyarakat
Islam Salatiga agar di kota Salatiga memiliki Perguruan Tinggi yang
berdasarkan atas ajaran-ajaran Islam.
Gambar 8
Gedung IAIN Salatiga Kampus I Sumber : Faisal Abdilah, tanggal 4 Mei 2015
Pada awalnya IAIN Salatiga hanya didominasi oleh masyarakat
kota Salatiga sebagai mahasiswanya. Seiring berjalannya waktu masyarakat
dari berbagai daerah mulai berdatangan dan mendaftarkan diri sebagai
mahasiswa seperti dari kota Magelang, Temanggung, Boyolali dan
Kabupaten Semarang.
Seiring berjalannya waktu dengan berdirinya kampus juga
berdampak pada daerah sekitar kampus yaitu dengan munculnya kos sebagai
tempat tinggal para mahasiswa luar kota yang tidak mungkin untuk pulang
dan pergi dengan jarak yang sangat jauh. Hingga sekarang kos yang berada di
41
berasal dari luar kota yang tidak memungkinkan para mahasiswa pulang ke
rumah mereka.
Saat ini kita mengenal istilah yang berbeda untuk satu konteks
manusia yang memanfaatkan ruang dan bangun milik orang lain untuk
dijadikan tempat tinggal secara berbayar. Saat ini mahasiswa yang
memanfaatkan tempat tinggal orang lain biasa disebut sebagai anak kos. Pada
awal tahun 2000-an, setiap rumah yang menyewakan kamarnya sebagai
tempat tinggal atau sering disebut dengan kos selalu ditulis dengan kalimat
kos, sebagai kependekan dari in de kos. In de kos menurut Wikipedia merupakan frasa dari bahasa Belanda yang artinya “makan di dalam”, istilah
ini kemudian digunakan bagi seorang yang tinggal di rumah orang lain
dengan membayar menurut jangka waktu tertentu, umumnya bulanan, tetapi
ada juga yang dihitung tahunan ataupun semester atau enam bulan,
sebagaimana ditulis Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). KBBI sendiri
membuat istilah in de kos menjadi bahasa serapan dalam bahasa Indonesiakan menjadi indekos.
Gambar 9 Kos di Daerah Pengilon