• Tidak ada hasil yang ditemukan

REALITAS KEHIDUPAN 3 MAHASISWA KOS JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IAIN SALATIGA: PENDEKATAN DRAMATURGI ERWIN GOFFMAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "REALITAS KEHIDUPAN 3 MAHASISWA KOS JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IAIN SALATIGA: PENDEKATAN DRAMATURGI ERWIN GOFFMAN SKRIPSI"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

i

REALITAS KEHIDUPAN 3 MAHASISWA KOS

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IAIN SALATIGA:

PENDEKATAN DRAMATURGI ERWIN GOFFMAN

SKRIPSI

Disusun Oleh:

Faisal Abdillah

NIM 111 08 053

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)

ii

REALITAS KEHIDUPAN 3 MAHASISWA KOS

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IAIN SALATIGA:

PENDEKATAN DRAMATURGI ERWIN GOFFMAN

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S.Pd.I)

pada Program Studi Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh:

Faisal Abdillah

NIM 111 08 053

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(3)
(4)
(5)
(6)

vi MOTTO

“Ada atau tidak ada yang penting kita gembira”!

“jangan pernah takut melangkah, tetapi kalau lelah ya istirahatlah”!

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Kedua orang tuaku atas darah yang engkau turunkan

(7)

vii ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini adalah perilaku mahasiswa di era modern saat ini, begitu banyak mahasiswa yang salah dalam menempatkan dirinya di suatu lingkungan. Tujuan sekripsi ini untuk mengetahui bagaimana mahasiswa kos Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga (diwakili oleh 3 orang Mahasiswa) bila dilihat dari sisi dipanggung depan dan panggung belakang dan pengaruh diantara keduanya.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang sifatnya kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang–orang dan perilaku yang dapat diamati atau permasalahan yang sedang dihadapi .Field research adalah research yang dilaksanakan di kancah atau medan terjadinya gejala-gejala. Penelitian ini ditempuh dengan langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi dan analisis atau pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif dari suatu diskripsi. Adapun pendekatan yang menurut peneliti sesuai dengan tema penelitian ini adalah pendekatan sosiokultural.

Dari data dan penjelasan pada penelitian ini bisa menjadi gambaran bagi pembaca dan menjadi cerminan bagi penulis untuk dapat menjaga diri, dan dapat mengaktualisasikan diri secara baik dimanapun berada.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis serta memberikan nikmat

kesehatan dan kesempatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Sholawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW

yang telah memberikan petunjuk kepada umat manusia dengan kemuliaan akhlaknya

untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Penyusunan skripsi ini merupakan kajian singkat tentang ”Realitas kehidupan

anak kost pendekatan Dramaturgi Erwin Goffman pada mahasiswa PAI IAIN Salatiga”

Penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya doa, bantuan, bimbingan, dan

motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. ... , selaku Ketua jurusan

3. ... , selaku Pembimbing Skripsi

4. ... , selaku Pembimbing akademik

5. yang telah memberi motifasi untuk kuliah hingga skripsi ini.

6. Seluruh dosen pengajar dan staf di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Pendidikan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

7. Bapakku H. Rodhi dan Ibuku Ngatmiyati yang tidak pernah telah

merawat dan mendoakanku hingga saat ini.

8. Kakak-kakakku yang selalu memberi motifasi dan semangat hingga

(9)

ix

9. Semua keponakan kecilku yang selalu menyegarkan pikiranku di saat

jenuh.

10. 3 orang Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan yang telah

menjadi obyek penelitian saya.

11. Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Teater getar sebagai UKM

kampus yang memberikan banyak tentang kehidupan.

12. Kawan seperjuangan 2008 di UKM : Mapala Mitapasa, SMC dan SSC

yang telah menjadi teman berjuang.

13. Kantin SASA yang telah menjadi tumpahan pikiran bersama

kawan-kawan dan memenuhi kebubutuhan perut di waktu tidak punya uang

sekalipun.

14. Raprika dan Giri yang telah membantu memberikan ide dalam skripsiku.

15. Terima kasih kepada KPK (Keroncong Pemuda Kekinian) dan kawan

yang biasa berkumpul di Kandang Art Galeri yang telah memberi

kesempatan untuk menambah ilmu di bidang musik.

16. Seluruh Teater di Salatiga yang telah membuka pikiran untuk berbagi

ilmu di bidang Teater.

17. Gairah Tanggal Tua yang mengenalkanku dengan seniman-seniman

Salatiga.

18. Forum Seni Salatiga dan How Art You atas pemikiran pemikiran gila

dan segala konflik yang membuatku Semangat.

19. Teman-teman kampung Sindon yang selalu setia menemaniku saat

(10)

x

20. Dan semua masyarakat dimanapun berada, yang menjadi tempat saya

berproses. Terima Kasih.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari

para pembaca sangat penulis harapkan, sehingga dapat dijadikan bahan masukan yang

bermanfaat bagi pembaca maupun penulis sendiri dalam mengembangkan penelitian.

Salatiga

(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman Judul ………...………...……… i

Halaman Pengajuan …………...………...………. ii

Halaman Surat Pernyataan ………...……...………....…………. iii

Halaman Persetujuan Pembimbing ………...………...…………....……. iv

Halaman Motto ………...…...………...………. v

Abstrak ………..………...………. vi

Kata Pengantar ………...………... vii

Daftar Isi ………...……… viii

Daftar Gambar ………...………... xii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………...………...…...………… 1

B. Penegasan Istilah ………...…………...…….. 6

C. Rumusan Masalah ….………...…………...……… 7

D. Maksud dan Tujuan Penelitian……...………...……… 8

E. Manfaat Penelitian ………....…...…….. 8

F. Kajian Pustaka ………...…...…….. 9

G. Metode Penelitian ………...………...…...…….. 12

1. Jenis Penelitian ………...………...………. 12

2. Lokasi Penelitian ………..………...………….. 13

3. Sumber Data ………..…...………...….. 13

(12)

xii

b. Sumber Data Sekunder………..….……...…….. 14

4. Metode Pengumpulan Data ………...……...………. 14

a. Observasi ………...……….. 14

b. Wawancara ………...………...………. 15

c. Dokumentasi ………...………...……… 15

d. Metode Analisis Data ………..…………...…… 16

H. Metode Penelitian ………...………...…... 16

BAB II KAJIAN TEORI A. Biografi Erwin Goffman ………...……… 19

B. Dramaturgi ………...………...23

C. Dramaturgi Dalam Pendidikan ……….……… 28

D. Sekilas Tentang Mahasiswa ………...……….. 32

E. Perilaku Remaja Islam ………...………36

F. Perilaku Remaja Masa Kini ………....……….. 40

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Pengertian Rumah Tinggal Sementara ………..……….. 43

B. Selayang Pandang Kost sekitar Kampus IAIN Salatiga ……….. 47

C. Karakteristik Informan ………...……… 51

D. Panggung Depan Mahasiswa IAIN Salatiga ……… 53

(13)

xiii BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Panggung Depan ..………...…...…………59

1. Tatto ………...………...…………...…….. 59

2. Gaya Berpakaian ………...…….. 60

3. Perilaku………...…...…….. 64

4. Interaksi Sosial ………...………...…...…….. 69

5. Religiusitas ………...………...…...…….. 66

B. Panggung Belakang ………...…………...………. 66

1. Tatto …………...………..….………...………….. 67

2. Gaya Berpakaian …………...…...………...….. 70

3. Perilaku …………...…...……...………...….. 71

4. Interaksi Sosial …………...…...………...….. 76

5. Religiusitas …………...…...………...….. 77

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………...………...………. 78

B. Saran ………...………...……… 80

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR SUMBER LAINNYA

WEBTOGRAFI

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Erwin Goffman ………..…………...…… 19

Gambar 2 Penokohan Dalam Adegan Teater ………..……...…… 23

Gambar 3 Pendidikan Dalam Keluarga ………..…………...…… 31

Gambar 4 Suasana Perkuliahan Mahasiswa PAI IAIN Salatiga …...……33

Gambar 5 Mahasiswa IAIN Salatiga Melakukan Aksi Turun ke Jalan...… 35

Gambar 6 Menyantuni Anak Yatim Adalah Sikap Terpuji ……...…… 37

Gambar 7 Perilaku Pemuda Masa Kini ………..…………...……41

Gambar 8 Gedung IAIN Salatiga Kampus I ………..…………....… 43

Gambar 9 Kost Daerah Pengilon ………..…………...…… 45

Gambar 10 Peta Kota Salatiga ………..…………...…… 48

Gambar 11 Peraturan Kost Putra di Daerah Kebon Sari ………...…… 58

Gambar 12 Mahasiswa PAI Bertatto ………..…………...…… 68

Gambar 13 Gaya Berpakaian Mahasiswa PAI ………..………..…… 71

Gambar 14 Berpelukan Mahasiswa PAI ………..…………...…… 72

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dibalik suatu citra kehidupan kampus Islam IAIN Salatiga sebagai

sarana dan prasarana dalam membina dan pembentukan identitas mahasiswa

yang benafaskan Islam, banyak ditemui karakter-karakter yang menarik untuk

dipelajari, antara aktifitas mahasiswa di kampus dengan kehidupan

mahasiswa di luar kampus. Mahasiswa yang notabene sebagai agen of change atau agen perubahan suatu bangsa. Hal tersebut ternyata tidak serta-merta

benar dalam menapaki jalan hidup mahasiswa. Banyak hal yang

melatarbelakangi terbentuknya sikap, perilaku, dan gaya hidup seorang

mahasiswa, antara lain pengaruh pendidikan dalam keluarga, dan lingkungan

sosial.

Hal utama yang mempengaruhi terbentuknya kepribadian seseorang adalah “keluarga”. Keluarga sangat berperan dalam pembentukan

kepribadian seseorang, keluarga merupakan media pertama dalam

berinteraksi dengan lingkungan saat seseorang tersebut lahir, intensitas dan

frekuensi pertemuan dengan keluarga cenderung lebih tetap dan rutin

daripada lingkungan sosial lainnya. Hal lain yang mempengaruhi

pembentukan kepribadian seseorang adalah lingkungan sosial di luar keluarga

(16)

2

Interaksi sosial yaitu individu dengan lingkungannya sebagai

akibat dari komunikasi, yaitu proses pengaruh mempengaruhi dalam

masyarakat, dengan akibat terjadinya perubahan-perubahan dalam masyarakat

ataupun proses sosial (I.L.Pasaribu & B.Simanjutak, 1984:63).

Skripsi ini akan membahas mengenai kehidupan mahasiswa IAIN

Salatiga, jurusan PAI (Pendidikan Agama Islam) dilihat pada kehidupan

mahasiswa yang tinggal di rumah kos, yang notabene jauh dari pantauan

keluarga. Dalam hal ini penulisan skripsi ini berpedoman pada konsep

Dramaturgi yang dikemukakan oleh Erwin Goffmen salah satu tokoh

sosiologi yang berasal dari Rusia.

Seorang mahasiswa kos pastinya dituntut untuk hidup lebih

mandiri karena kehidupan di luar daerah memaksa mereka untuk berinteraksi

dengan lingkungan di luar keluarga. Bergaul dengan teman-teman sesama

jurusan ataupun dari jurusan dan universitas lain mendorong terbentuknya

kepribadian seorang mahasiswa dari komunitas sebelum dirinya menjadi

seorang mahasiswa, Cara berpenampilan, dan tingkah laku yang pantas

menurut lingkungan pergaulannya merupakan cover yang biasa diperlihatkan

oleh mahasiswa dalam lingkungan pergaulan mereka.

Seperti diketahui bersama bahwa orang lain menilai kita

berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diberikan, dan dari penampilan tersebut

mempengaruhi sikap orang lain dalam memperlakukan kita. Bila mereka

menilai diri kita berstatus rendah kita tidak mendapatkan pelayanan istimewa.

(17)

3

menampilkan diri kita (self presentation) seperti yang kita kehendaki (Rakhmat, 2012:95).

Seseorang yang masih dalam masa mencari jati diri selalu berusaha

mencoba-coba hal-hal yang baru seperti hal’nya mahasiswa yang keluar dari

daerah asalnya dan tinggal di luar daerah. Apabila tidak adanya kontrol dari

keluarga ataupun masyarakat maka seseorang tersebut akan terjerumus dalam

perbuatan yang bersifat negatif dan mempengaruhi jati diri seseorang. Jati diri

sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ciri atau keadaan

khusus yang ada pada seseorang. Adapun menurut wikipedia.com, jati diri memiliki arti sebuah pribadi atau realitas pada diri yang melekat erat menyatu

dan tak terpisahkan.

Dalam hal ini Kampus merupakan suatu gambaran dunia yang

penuh dengan ilmu, melatih keterampilan, dan pengetahuan yang outputnya

diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan

siap menghadapi tantangan perubahan jaman yang terus berkembang. Hal

tersebut meyakinkan kita bahwa pendidikan itu penting, seolah-olah tidak ada

lagi nilai tawar untuk satu kata yakni pendidikan. Akan tetapi kita tidak

selamanya akan hidup dalam dunia ide, atau sadar bahwa kita ada dalam

realita kehidupan atau kehidupan yang nyata di dalam masyarakat dan

lingkungan.

Jika diperhatikan dengan sungguh-sungguh maka setiap hari

sebenarnya setiap orang dalam berkomunikasi antar pribadi telah melakukan

(18)

4

komunikasi tanda-tanda verbal diwakili dalam penyebutan kata-kata

pengungkapannya, baik yang lisan maupun tertulis. Sedangkan tanda-tanda

nonverbal terlihat dalam mimik wajah, gaya tubuh, dan pakaian, hal demikian

setiap saat dilakukan oleh siapa saja tanpa kecuali. Jika hendak mengatakan apa yang diperbuat oleh seorang individu”dengan lingkungannya”, maka

dalam usaha menyesuaikan diri adjusment, itu (baik dalam mengubaah dirinya atau lingkungannya, maupun keduanya) kadang-kadang ia berhasil

atau gagal. Jika ia menghadapi karang yang menghalangi perjalanannya,

mungkin ia menyesuaikan diri dengan jalan yang berkarang itu .

Bila dilihat bagaimana menanggapi perilaku orang lain

menerangkan sifat-sifatnya, mengambil kesimpulan tentang penyebab

perilakunya, dan menentukan apakah petunjuknya yang nampak itu orisinil

atau hanya pulasan belaka (masih ingat dengan impression management dari Erwin Goffman). Ternyata kita tidak hanya menanggapi orang lain tetapi juga

mempersepsi diri. Diri kita bukan hanya persona penanggap, tetapi persona

stimuli sekaligus (Rahkmat,1989:111).

Bagaimana bisa terjadi, kita menjadi subjek dan objek persepsi

sekaligus? Menurut Charles Horton Cooley, melakukan dengan

membayangkan diri kita sebagai orang lain di dalam benak. Cooley menyebut

gejala ini looking glass self (diri cermin) seakan-akan kita menaruh cermin di depan kita. Pertama, kita membayangkan kita tampak pada orang lain, kita

melihat diri kita sekilas seperti dalam cermin. Misalnya kita merasa wajah

(19)

5

penampilan kita. Kita pikir mereka menganggap kita tidak menarik. Ketiga,

kita mengalami perasaan bangga atau kecewa; orang mungkin merasa sedih

atau malu (Vander Zanden, 1975:79).

Dalam lingkungan sosialnya objek atau orang yang diteliti pada

penelitian ini merupakan individu yang menjalani kehidupan layaknya seperti

makhluk sosial lainnya, bergaul dengan orang lain, bekerjasama dalam

sebuah team, bahkan mereka terlihat seperti orang alim, pendiam dan berperilaku baik. Sungguh suatu pertunjukan yang dilematis ketika tubuh

dibalut oleh pakaian bagus sehingga terkesan sopan, agamis, feminine dan

elegan seketika harus berganti dengan menggunakan pakaian yang lebih

terbuka atau memperlihatkan kemolekan tubuh. Bagaikan dua sisi mata uang

yang berbeda atau saling bertolak belakang.

Fenomena ini merupakan suatu gejala di masyarakat yang cukup

menarik untuk diteliti, peneliti berharap penelitian ini nantinya berguna dan

sekaligus menjadi suatu informasi bagi masyarakat, maka untuk mengkaji

lebih dalam mahasiswa PAI IAIN Salatiga akan diteliti melalui pendekatan

dramaturgi. Maka peneliti akan menuliskannya dalam skripsi yang berjudul ”Realitas Kehidupan 3 Mahasiswa Kos Jurusan Pendidikan Agama Islam

IAIN Salatiga : Pendekatan Dramaturgi Erwin Goffman”. Dalam Dramaturgi

juga dibahas mengenai konsep front stage adalah istilah untuk menjelaskan Manusia ketika berada di lingkungan sosial, maka disebut sebagai bagian

(20)

6

Manusia ketika berada di lingkungan Pribadi, maka disebut sebagai bagian

back stage.

B. Penegasan Istilah

Realitas, fakta atau kenyataan, sesuatu hal yang benar-benar terjadi

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999:96).

Kost atau in de kost (bahasa Belanda) tempat tinggal sementara yang berupa kamar, biasanya dibayar dan disewa perbulan. (penjelasan pada

bab II pengertian kost)

Dramaturgi adalah teori yang mengemukakan bahwa teater dan

drama mempunyai makna yang sama dengan interaksi sosial dalam

kehidupan manusia (Sri Suneki dan Haryono, 2012:2). Dramaturgi

merupakan pendalaman dari konsep interaksi sosial, yang menandai ide-ide

individu yang kemudian memicu perubahan sosial masyarakat menuju era

kontemporer. Teori dramaturgi muncul sebagai reaksi atas konflik sosial dan

rasial dalam masyarakat. Dramaturgi berada di antara interaksi sosial dan

fenomenologi.

Mahasiswa atau Mahasiswi adalah panggilan untuk orang yang

sedang menjalani pendidikan di sebuah Perguruan Tinggi.

Mahasiswa PAI (Pendidikan Agama Islam) adalah mahasiswa

yang sedang menempuh pendidikan Strata Satu (S1) dalam Jurusan Tarbiyah

dan Ilmu Pendidikan Agama.

Mahasiswa kos merupakan mahasiswa yang bertempat tinggal jauh

(21)

7

C. Rumusan Masalah

Pada dasarnya suatu penelitian harus mempunyai masalah yang

akan diteliti. Masalah tersebut ada dalam topik atau judul penelitian. Agar

dapat dipecahkan maka masalah dalam topik atau judul tersebut harus

dirumuskan secara operasional. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Dari latar belakang penelitian di atas, maka peneliti dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana front stage mahasiswa PAI IAIN Salatiga dalam konsep Dramaturgi?

2. Bagaimana back stage mahasiswa PAI IAIN Salatiga dalam konsep dramaturgi?

3. Bagaimana realitas kehidupan mahasiswa PAI IAIN Salatiga saat berada

di Kampus maupun di Kost?

D. Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini agar mencapai hasil

yang optimal adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kehidupan anak kos mahasiswa PAI IAIN Salatiga

secara panggung depan di kampus.

2. Untuk mengetahui kehidupan anak kos mahasiswa PAI IAIN Salatiga

secara panggung belakang di kost.

3. Untuk mendeskripsikan realitas kehidupan mahasiswa PAI IAIN Salatiga

(22)

8 E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara

teoritis maupun praktis yaitu sebagai berikut.

1. Kegunaan Teoritis kegiatan penelitian ini berguna untuk

mengembangkan kajian keilmuan yang berhubungan dengan masalah

penelitian tentang, religiusitas, ilmu Komunikasi, dan moral untuk

pengembangan kepribadian luhur dan interaksional simbolik secara

khusus.

2. Kegunaan Praktis penelitian ini berguna bagi peneliti sebagai aplikasi

ilmu pendidikan nonverbal, melalui kajian Dramaturgi (2 panggung)

yang dimiliki oleh anak kos mahasiswa PAI IAIN Salatiga dan kajian

tentang presentasi diri.

3. Untuk Akademik (Literatur)

Penelitian ini berguna bagi mahasiswa Universitas secara umum,

program pendidikan agama sebagai literatur atau untuk sumber tambahan

dalam memperoleh informasi tentang Presentasi Diri mahasiswa PAI IAIN

Salatiga khususnya yang akan melaksanakan penelitian pada kajian yang

sama.

4. Kegunaan Untuk Masyarakat

Kegunaan penelitian ini bagi masyarakat umum adalah

memberikan informasi tentang perilaku anak kos mahasiswa PAI IAIN

(23)

9

mengawasi mengawal anaknya supaya tidak salah dalam melangkah serta

sadar tempat dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

F. Kajian Pustaka

Penelitian tentang kehidupan anak kos pada mahasiswa PAI IAIN

Salatiga dalam kehidupan sosial bukanlah hal yang baru, namun sangat

menarik dikaji dalam pemikiran sosial dan akhlak pada perkembangan konsep

keilmuan. Akan tetapi pada kenyataannya pemahaman dinamika sosial dalam

konteks drama turgi dalam kehidupan mahasiswa PAI IAIN Salatiga masih

minim, ini ditujukan dengan realitas yang belum menjadi pembelajaran bagi

masyarakat pada umumnya.

Dalam penulisan sekripsi ini, penulis meneliti tentang “Realitas

Kehidupan 3 Mahasiswa Kos Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga

: Pendekatan Dramaturgi Erwin Goffman” untuk diteliti secara rinci. Dan

dalam waktu beberapa hari penulis melakukan penelusuran untuk mencari

informasi beberapa tempat buku (perpustakaan, toko buku, kolektor dan

lain-lain). Ditemukan penelitian yang berkaitan dengan presentasi diri kehidupan

anak kos melalui pendekatan drama turgi Erwin goffmen pada mahasiswa

PAI IAIN Salatiga.

(24)

10

Buku-buku lain yang membahas tentang kehidupan mahasiswa

sehingga mendukung penelitian skripsi ini ialah :

1. Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja karya, 1989), buku ini membahas mengenai interaksi-interaksi sosial yang lebih

tertuju pada psikologi individu terhadap sekitar atau lingkungan.

2. Cahyaningrum Dewojat, Drama sejarah Teori dan Penerapannya( Javakarsa Media ), Buku ini membahas drama dan teater dari sejarah

awal sampai drama masuk Indonesia, drama bukan hanya wujud karya

seni berbentuk pertunjukan tapi juga sudut pandang seni sastra.

3. I.L.Pasaribu & B.Simanjutak, Teori Kepribadian ( Bandung:Tarsito,1984). Buku ini membahas tentang psikologi diri,

faktor-faktor yang mempengaruhi, tokoh-tokoh tantang kepribadian, serta

antropologi filsafatnya.

4. Syamsu Yusuf LN & A. Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian ( Bandung: PT Remaja Rosadakarya,2008). Buku ini membahas tentang kepribadian

sebai interaksi sosial, dalam konteks akademis, kepribadian menjadi

salah satu kajian dalam bidang psikologi, kalau dari termitologi Islam

kepribadian dapat disebut akhlak.

5. M.Alaika Salamulloh, Akhlak Hubungan Horizontal (

Yogyakarta:Pustaka Insan Madani,2008). Buku ini membahas akhlak

sesama manusia, Islam adalah agama yang komplek menyeluruh dan

terperinci. Hubungan yang digarap Islam mencangkup banyak hal,

(25)

11

teman, dengan agama lain dan sebagainya, intinya buku ini membahas

individu muslim dengan lingkungan sekitar.

Penjelasan sekilas tentang gambaran umum dari isi buku-buku

diatas akan mempermudah penulis dalam melakukan penelitian, sehingga

peneliti berharap dengan menggunakan literatur diatas dan dapat mengetahui

tentang Realitas kehidupan anak kost pada mahasiswa PAI IAIN Salatiga.

G. Metodologi Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam penulisan ialah deskriptif

analitis. Dari situ, langkah awal yang ditempuh adalah mengumpulkan

data-data yang dibutuhkan, baru kemudian dibutuhkan klasifikasi, deskripsi

kemudian analisis. Adapun alat penelitian ini digunakan: lokasi penelitian,

jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis

data, dan ruang lingkup penelitian sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang sifatnya kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang–orang dan

perilaku yang dapat diamati atau permasalahan yang sedang dihadapi

(Lexy J. Moloeng, 2007:4.). Field research adalah research yang

dilaksanakan di kancah atau medan terjadinya gejala-gejala. Penelitian

ini ditempuh dengan langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi dan

analisis atau pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan dengan

(26)

12

obyektif dari suatu diskripsi. Adapun pendekatan yang menurut peneliti

sesuai dengan tema penelitian ini adalah pendekatan sosiokultural.

2. Lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kampus 1(satu) IAIN

STAIN Salatiga Jawa Tengah dan kost sekitar kampus ( Kali Cacing,

Jangkungan, Bonsari, Pengilon, dan Klaseman)

3. Sumber Data

Sumber data diperoleh dari data di lapangan dalam hal ini tentu

menggunakan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data

merupakan langkah strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2013:224). Adapun

sebagai sumber datanya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh

langsung dari sumber-sumber yang diamati dan dicatat untuk

pertama kalinya. Sedangkan menurut J. Supranto, sumber data

perimer adalah data yang langsung dikumpulkan sendiri oleh

perorangan/organisasi langsung melalui objeknya (Sugiyono

2003;20), Dalam penelitian ini, sumber data primer adalah langsung

dari lokasi penelitian yaitu mahasiswa kost PAI IAIN Salatiga Jawa

(27)

13 b) Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh

atau yang dikumpulkan dari orang yang telah melakukan penelitian

dan dari sumber-sumber yang telah ada sebagai pelengkap sumber

primer. sebagai data sekunder penulis mengambil dari buku-buku

yang berhubungan dengan penelitian ini, mengumpulkan

dokumentasi yang terkait dengan penelitian ini. Sedangkan menurut

J. Supranto, data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk

yang sudah jadi berupa publikasi (Sugiyono, 2003; 21).

Disamping itu juga yang menjadi sumber data sekunder dalam

penulisan skripsi ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan

antropologi, sosiologi, psikologi, drama turgi dan akhlak. Sedangkan

sumber data lain yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

karya-karya ilmiah yang terkait dengan tema yang dimaksud untuk membantu

memperjelas pembahasan dalam penelitian ini, baik itu karya yang

berbentuk buku, jurnal, koran mapun media lainnya seperti internet.

4. Metode Pengumpulan Data

a) Observasi

Metode observasi adalah study yang disengaja atau

sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan

jalan pengamatan dan pencatatan (Iqbal Hasan, 2008; 19.).

Observasi dilakukan dengan pengindraan langsung kondisi, situasi,

(28)

14

gambaran dan data lapangan masalah persentasi anak kos pada

mahasiswa PAI IAIN Salatiga

b) Wawancara

Metode wawancara disebut juga Interview, yaitu pengumpulan informasi dengan cara mengajukan sejumlah

pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula oleh

responden (Hadari Nawawi dan Martini Hadari, 1995; 98). Metode

wawancara menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik

dengan subyek (responden).

c) Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk

mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan,

transkrip, buku, majalah dan lain-lain. Dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulian, gambar, atau

karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, Cet-ke

sembilanbelas 2013; 240s). Metode ini penulis gunakan untuk

mendapatkan data tentang mahasiswa kos PAI IAIN Salatiga, serta

untuk mendapatkan dokumen-dokumen lainnya yang berhubungan

dengan kehidupan anak kos mahasiswa PAI IAIN Salatiga.

5. Metode Analisis Data

Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini di analisis

dengan metode deskriptif-analitis. Metode deskriptif analisis

(29)

15

menginterpretasikan mengenai apa yang ada tentang kondisi,

pendapat, dan aktifitas yang sedang berlangsung serta akibat yang

terjadi atau kecenderungan yang tengah berkembang (Sanafiah

Faisal Dan Mulyadi Guntur W. (ed), 1982; 119). Metode ini penulis

gunakan dalam rangka memberikan gambaran data yang ada serta

memberikan interpretasi terhadapnya, serta melakukan analisis

interpretatif. Setelah data terkumpul, peneliti menganalisis data

dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Penggunaan analisis ini

dimulai dengan pengumpulan data-data kemudian diolah secara

sistematik.

H. Sistematika Penulisan

Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh

mengenai pembahasan skripsi ini. Maka secara global penulis merinci dalam

sistematika pembahasan ini sebagai berikut.

BAB I. PENDAHALUAN

Bagian ini merupakan bab pendahuluan yang menjelaskan tentang

hal-hal yang melatarbelakangi munculnya masalah yang dirumuskan dalam

penelitian ini, salah satu yang dijelaskan adalah gambaran realitas kehidupan

anak kost mahasiswa PAI IAIN Salatiga, Sehingga mempengaruhi tata

kehidupan sosial masyarakat. Bab ini juga berisi rumusan masalah, tujuan

dari penelitian dan manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini,

kajian pustaka yang menjelaskan penelitian-penelitian sebelumnya dan

buku-buku tentang dinamika kehidupan mahasiswa PAI STAIN Salatiga sebagai

penjelasan bahwa penelitian penulis belum dilakukan sebelumnya,

(30)

16 BAB II. LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan informasi umum tentanng landasan teori bagi

obyek penelitian seperti terdapat dalam judul skripsi. Landasan teori ini

disampaikan secara umum mengenai “Realitas Kehidupan 3 Mahasiswa Kos

Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga : Pendekatan Dramaturgi

Erwin Goffman”.

BAB III. LAPORAN HASIL PENELITIAN

Bab ini merupakan paparan data-data hasil penelitan secara lengkap

yang mengenai kehidupan mahasiswa PAI IAIN Salatiga, di kampus, kost,

atau lingkungan lain yang mendukung untuk diteliti.

BAB IV. ANALISIS DATA

Bab ini berisi tentang analisis dari berbagai pokok masalah

mengenai persentasi diri mahasiswa PAI IAIN Salatiga dalam permainan

panggung depan dan belakang baik dari segi kekurangan maupun

kelebihannya. Bab ini merupakan pengolahan hasil dari bahan-bahan yang

diambil dari bab sebelumya, sehingga pokok permasalahan pada penelitian ini

bisa ditemukan.

BAB V. PENUTUP

Merupakan penutup dari keseluruhan proses penelitian yang berisi

kesimpulan untuk memberi gambaran singkat isi skripsi agar mudah

dipahami. Juga berupa saran-saran dari penulis yang terkait dengan

permasalahan yang diteliti. Dan yang terakhir daftar pustaka sebagai

(31)

17 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Biografi Erwin Goffman

Erwin Goffman lahir di Alberta, Canada, 11 Juni 1922 (Williams,

1986), Keturunan Yahudi orang tuanya berasal dari Rusia. Ia belajar tentang

sosiologi di Chicago. meraih gelar Bachelor of Arts (B.A) tahun 1945, gelar

Master of Arts tahun 1949 dan gelar Philosophy Doctor (Ph.D) tahun 1953.

Tahun 1958 meraih gelar Guru Besar, tahun 1970 diangkat menjadi anggota

Committee for Study of Incarceration. Dan tepat di tahun 1977 ia memperoleh penghargaan Guggenheim. Pada tahun 1953 ia mempertahankan

tesisnya yang berjudul “ cara berkomunikasi di tengah-tengah komunitas penghuni pulau”, merupakan penelitian partisipan di kepulauan Shetland.

Gambar 1 Erwin Goffman

Sumber : Google, diakses pada tanggal 25 Agustus 2015

Komunikasi menjadi tema dirinya dalam kajian sosiologi. Ia

menganalisis interaksi sosial, ritus, kesopanan, pembicaraan dan semua hal

(32)

18

kebudayaan. Sistem ini memiliki norma, mekanisme dan regulasi.

Ritual-ritual interaksi dianggap sebagai ajang untuk mengaskan adanya tatanan

moral dan sosia, dalam sebuah pertemuan seorang actor berusaha member

citra yang ditentukan oleh dirinya sendiri berupa wajah atau nilai sosial

positif yang dituntut seseorang melalui jalur tindakan dan dianggap orang lain

memang dijalankan demikian selama terjadinya kontak khusus.

Pada tahun 1965 buku berjudul “La presentation de soi” ( Presentasi Diri ). Pada buku tersebut E.Goffman menganalogikan dunia

dengan panggung sandiwara dimana individu-individu menjadi actor yang memegang peran dalam hubungan sosial sebagai representasi yang tunduk

pada aturan yang baku. Dalam panggung sandiwara itu seseorang harus mampu menampilkan “ kesan realitas “ kepada sesamanya agar bisa

meyakinkan gambaran /citra yang hendak diberikan kepada orang lain.

Untuk itu ia harus mengadapstasi permukaan pribadinya lewat peran dan

mendramatisasinya, yaitu dengan memasukkan tanda-tanda yang akan

memberikan kilau dan relief perilakunya melalui aktivitas yang dilakukannya,

agar perilakuknya tampak tidak keliru .

E.Goffman selama kurang lebih satu tahun berada di sebuah rumah

sakit St Elizabet, ia berbaur dengan kehidupan dirumah sakit tersebut. Ia

mengamati setiap perilaku yang muncul terhadap para pasien, ia juga

menjalani kehidupan seperti sebagai orang-orang terasing. Ia memperlakukan

rumah sakit seperti bangunan sosial yang khusus berfungsi sebagai penjaga

(33)

19

Karya terbesar E.Goffman adalah Asiles, etudes sur la condition sociale des melades mentaux (asylum, studi tentang kondisi sosial penderita penyakit mental ). Karya ini baru diterjemahkan dalam bahasa perancis tahun 1968

(Anthony Giddens, 2008;60)

Collins (Williams, 1986;73) lebih menghubungkan Goffman

kepada antropologi sosial ketimbang kepada interaksionisme simbolik. Ketika

belajar S1 di Universitas Toronto, Goffman telah belajar dengan seorang

antropolog dan ketika di Chicago, kontrak utamanya bukanlah dengan

teoritisi interaksionisme simbolik, tetapi dengan W.L. Wamer (antropolog),

(Collins, 1986b:109). Menurut Collins, hasil pemeriksaan atas kutipan dalam

karya awal Goffman menunjukkan bahwa ia dipengaruhi oleh

antropolog-sosial dan jarang mengutip pemikiran interaksionis simbolik dan bila ia

menyinggung pemikiran interaksionisme simbolik, hal itu adalah untuk

mengkritik pemikiran tersebut. Namun Goffman dipengaruhi oleh studi

deskriptif yang dihasilkan di Chicago dan menyatukan hasil studi deskriptif

itu dengan hasil studi antropologi sosial untuk menciptakan perspektif

khususnya sendiri. Jadi, pakar interansionis simbolik memperhatikan

bagaimana cara aktor menciptakan atau merembukkan citra diri mereka,

sebaliknya Goffman memperhatikan bagimana cara masyarakat memaksa

orang untuk menampilkan citra tertentu mengenai diri mereka sendiri, karena

masyarakat memaksa kita berpindah-pindah diantara berbagai peran yang

(34)

20

Menjelang 1980-an ia tampil sebagai teoritisi yang sangat penting.

Di tahun kematiannya sebenarnya ia terpilih sebagai presiden The American Sociological Association, tetapi tak memungkinkan menyampaikan pidato pengangkatannya karena ia tertimpa penyakit. Berkenaan dengan status

Goffman ini, Randall Collins dalam pidatonya mengatakan : Tiap orang ingin

tahu apa yang akan dia sampaikan dalam pidato pelatikannya sebagai

presiden asosiasi sosiologi, prestasi tradisional langsung jelas tak mungkin

disampaikan Goffman berkenaan dengan reputasinya sebagai seorang yang

menentang pemujaan lembaga-lembaga sosial yang ada. kami menerima

pesan yang lebih dramatis Pidato pelatikan dibatalkan, Goffman meninggal.

Itu adalah jalan keluar Goffmania yang tepat (1986b:112).

Goffman wafat tahun 1982 ketika berada di puncak ketenarannya. Ia sejak lama dianggap sebagai tokoh “pujaan” dalam teori sosiologi. Status

ini dicapai meski ia telah lama menjadi profesor di jurusan sosiologi

bergengsi di Universitas California, Berkeley dan kemudian menjadi ketua di

Liga Ivy, Universitas Pennsylvania.

B. Dramaturgi

Sebagaimana ditulis oleh Harymawan (1986:5) dalam bukunya

Dramaturgi, Dramaturgi adalah ilmu yang mempelajari tentang hukum dan

konvensi drama. Hukum-hukum drama tersebut mencakup tema, alur (plot),

karakter (penokohan), dan latar (setting). Istilah Dramaturgi kental dengan

pengaruh drama atau teater atau pertunjukan fiksi diatas panggung dimana

(35)

21

penonton dapat memperoleh gambaran kehidupan dari tokoh tersebut dan

mampu mengikuti alur cerita dari drama yang disajikan. Meski benar,

dramaturgi juga digunakan dalam istilah teater namun term dan

karakteristiknya berbeda dengan dramaturgi yang akan kita pelajari.

Gambar 2

Penokohan dalam adegan teater

Sumber : Dokumentasi Teater Getar IAIN Salatiga, tanggal 4 Februari 2012

Dramaturgi dari istilah teater dipopulerkan oleh Aristoteles.

Sekitar tahun 350 SM, Aristoteles, seorang filosof asal Yunani, menelurkan,

Poetics, hasil pemikirannya yang sampai sekarang masih dianggap sebagai buku acuan bagi dunia teater. Dalam Poetics, Aristoteles menjabarkan penelitiannya tentang penampilan/drama-drama berakhir tragedi/tragis

ataupun kisah-kisah komedi. Untuk menghasilkan Poetics Aristoteles meneliti hampir seluruh karya penulis Yunani pada masanya. Kisah tragis

merupakan obyek penelitian utamanya dan dalam Poetic juga Aristoteles menyanjung Kisah Oedipus Rex, sebagai kisah drama yang paling dapat

diperhitungkan. Meskipun Aristoteles mengatakan bahwa drama merupakan

bagian dari puisi, namun Aristoteles bekerja secara utuh menganalisa drama

secara keseluruhan. Bukan hanya dari segi naskahnya saja tapi juga

(36)

22

memberikan contoh-contoh plot yang baik dan meneliti reaksi drama terhadap

penonton.

Bila Aristoteles mengungkapkan Dramaturgi dalam artian seni.

Maka, Goffman mendalami dramaturgi dari segi sosiologi. Manusia

mempunyai kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya. Untuk itu dia

menempuh jalan bertemu dengan orang lain yang melakukan pertunjukan dan

memproyeksikan diri dengan peranan-peranan yang melakonkan hidup dan

kehidupan di atas pentas secara khayali untuk menyajikan gambaran ideal

yang diinginkan (Harymawan, 1986: 194), dalam ilmu komunikasi hal

tersebut dinamakan dramaturgi.

Namun demikian, pemahaman dramaturgi itu tidak berhenti pada

hukum-hukum dan konvensi yang telah menjadi klasik tersebut.

Karena,perkembangan yang cukup besar dari dunia drama itu sendiri, maka

tentu sejumlah hukum dan konvensi itu memiliki upaya pula untuk

melakukan beberapa penyesuaian yang selaras dengan kehidupan dan jalan

pemikiran manusia. Meskipun perkembangan tersebut memiliki beberapa

kritik, namun tetap memiliki kemungkinan dalam mengapresiasi kenyataan

yang berubah di tengah-tengah masyarakat penggunanya.

Dengan konsep dramaturgis dan permainan peran yang dilakukan

oleh manusia, terciptalah suasana-suasana dan kondisi interaksi yang

kemudian memberikan makna tersendiri. Munculnya pemaknaan ini sangat

(37)

23

Dramaturgis merupakan teori yang mempelajari proses dari

perilaku dan bukan hasil dari perilaku. Obyektifitas yang digunakan disini

adalah karena institusi tempat dramaturgi berperan adalah memang institusi

yang terukur dan membutuhkan peran-peran yang sesuai dengan semangat

institusi tersebut. Seperti yang ditengarai oleh Deddy Mulyana (2001:106)

pada intinya dramaturgi adalah menghubungkan tindakan dengan makna.

Alih-alih perilaku dengan determinannya. Dalam pandangan dramaturgis

tentang kehidupan sosial, maka makna bukanlah warisan budaya, sosialisasi,

atau tatanan kelembagaan, atau perwujudan dari potensi psikologis dan

biologis, melainkan pencapaian problematik interaksi manusia dan penuh

dengan perubahan, kebaruan, dan kebingungan. Namun lebih penting lagi

makna bersifat behavioral, secara sosial tetap berubah, arbiter, dan

merupakan ramuan interaksi manusia.

Dramaturgis dianggap masuk ke dalam perspektif obyektif karena

teori ini cenderung melihat manusia sebagai makhluk pasif (berserah).

Meskipun, pada awal ingin memasuki peran tertentu manusia memiliki

kemampuan untuk menjadi subyektif (kemampuan untuk memilih) namun

pada saat menjalankan peran tersebut manusia berlaku objektif, berlaku

natural, mengikuti alur.

Pandangan atas kehidupan sosial sebagai serangkaian pertunjukan

drama hampir selalu mirip dengan pertunjukan di atas panggung. Begitu juga

dengan dinamika sosial yang terjadi di kalangan beberapa mahasiswa PAI

(38)

24

datang ke tempat perkuliahan dan ketika keluar dari lingkungan kampus yang

menjadi tempat mereka menimba ilmu.

Dalam dramaturgi, panggung depan dan panggung belakang

dikenal dengan istilah konsep kehidupan manusia, yang di ibaratkan sebagai

pemain drama dalam proses pelaksanaannya dipengaruhi oleh keinginan yang

terpendam. lebih lanjut dapat dilihat seperti berikut; front stage adalah istilah untuk menjelaskan Manusia ketika berada di lingkungan sosial, maka disebut

sebagai bagian front stage. Sedangkan Panggung belakang adalah istilah untuk menjelaskan Manusia ketika berada di lingkungan Pribadi, maka

disebut sebagai bagian back stage.

Teori dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah

tidak stabil dan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan

psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung

dari interaksi dengan orang lain. Disinilah dramaturgi masuk, bagaimana kita

menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgi, interaksi sosial dimaknai sama dengan pertunjukan “teater”. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk

menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui

pertunjukan dramanya sendiri.

Dalam konsep dramaturgi, Goffman mengawalinya dengan

penafsiran konsep diri, dimana Goffman menggambarkan pengertian diri

yang lebih luas daripada Mead (menurut Mead, konsep diri seorang individu

bersifat stabil dan sinambung selagi membentuk dan dibentuk masyarakat

(39)

25

Presentasi diri merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu tertentu untuk memproduksi definisi situasi dan identitas sosial bagi

para aktor dan definisi situasi tersebut mempengaruhi ragam interaksi yang

layak dan tidak layak bagi para aktor dalam situasi yang ada (Mulyana, 2008:

110).

Lebih jauh presentasi diri merupakan upaya individu untuk

menumbuhkan kesan tertentu di depan orang lain dengan cara menata

perilaku agar orang lain memaknai identitas dirinya sesuai dengan apa yang ia

inginkan. Dalam proses produksi identitas tersebut, ada suatu

pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan mengenai atribut simbol yang hendak

digunakan sesuai dan mampu mendukung identitas yang ditampilkan secara

menyeluruh.

Kebanyakan atribut, milik atau aktivitas manusia digunakan untuk

presentasi diri, termasuk busana yang kita kenakan, tempat kita tinggal,

rumah yang kita huni berikut cara kita melengkapinya (furnitur dan perabotan

rumah), cara kita berjalan dan berbicara, pekerjaan yang kita lakukan dan cara

kita menghabiskan waktu luang kita. Lebih jauh lagi, dengan mengelola

informasi yang kita berikan kepada orang lain, maka kita akan mengendalikan

pemaknaan orang lain terhadap diri kita. Hal itu digunakan untuk memberi

tahu kepada orang lain mengenai siapa kita. (Goffman, 1965;39)

C. Dramaturgi dalam Pendidikan

Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha

(40)

26

masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya

peradaban suatu masyarakat di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu

proses pendididkan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada

sepanjang sejarah peradaban umat manusia. (Tim Dosen FIP/IKIP Malang,

1988;25)

Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan

perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamanya,

pengetahuannya serta ketrampilannya kepada generasi muda untuk

memungkinnya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama,

dengan sebaik-baiknya. Proses hidup manusia di dunia ini, diawali sejak

zaman kehidupan mereka yang sederhana, dihutan rimba, di gua-gua batu dan

tempat lainnya. Di dalam kehidupan mereka yang susah dan penuh dengan

kesulitan yang bermacam-macam menghadapi perjuangan hidup

bersama-sama dengan hewan-hewan dan makhluk lainnya di atas permukaan bumi ini,

dalam memperebutkan makanan dan tempat tinggal, mungkin dalam benak

dalam benak mereka yang sederhana itupun muncul pertanyaan yang

mirip-mirip dengan pertanyaan diatas. “Siapa aku, darimana aku datang dan

mengapa aku lahir di dunia ini dengan penuh kesulitan dan susah payah.

Pendidikan merupakan faktor penting, strategis dan determinatif

bagi masyarakat. Maju-mundurnya kualitas peradaban suatu

masyarakat/bangsa sangat bergantung pada bagaimana kualitas pendidikan

diselenggarakan oleh masyarakat. Sejarah membuktikan bahwa hanya

(41)

27

pendidikanlah yang mampu meraih kemajuan dan menguasai dunia.

Bagaimana pun, pendidikan merupakan alat terefektif bagi perubahan dan

pencapaian kemajuan dalam berbagai demensi kehidupan.

Dilihat dari perspektif kebudayaan, pendidikan merupakan upaya

sivilisasi, enkulturisasi. Dari perspektif politik, pendidikan dipandang sebagai

langkah untuk membentuk warga negara yang baik (good citizen) warga yang taat aturan, beradab, bertanggung jawab, dan memahami hak dan kewajiban

secara proporsional. Kemudian secara ekonomi, adalah jelas bahwa pendidikan merupakan “human capital investment”. Pengetahuan,

keterampilan, dan etos kerja yang dibentuk melalui proses pendidikan

berkorelasi positif bagi peningkatan penghasilan dan kesejahteraan. Karena

itulah, perspektif ekonomi menyakini bahwa hanya lewat upaya pendidikan

kesejahteraan ekonomi dapat dibangun. Kemudian dari perspektif filosofis,

bahwa pendidikan merupakan upaya humanisasi yang sesungguhnya. Melalui

pendidikan maka manusia dibentuk, dikonstruksikan dan diarahkan agar

menjadi manusia sesungguhnya (humanized human being), makhluk rasional yang memiliki dan memahami nilai humanitas yang berlaku secara universal.

Demikian pula, dari perspektif agama, pendidikan ditempatkan pada posisi

tertingi karena fungsinya yang membentuk perilaku teratur sesuai ajaran

Tuhan yang diimaninya (Haryanto Tt:2)

Manusia itu adalah “Khalifah” Allah dibumi ini, yaitu wakil Allah,

guna mengelola bumi dengan segala isinya. Jadi dengan ilmu pengetahuan

(42)

28

sumber daya dan segala isinya yang ada di bumi. Dengan begitu manusi

selalu berkembang setiap waktunya.

Penemuan penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan

tehnologi telah membawa pengaruh yang sangat besar dalam bidang

pendidikan (Oemar Hamalik 1977:12) Akibat dari pengaruh-pengaruh itu

maka pendidikan semakin lama semakin mengalami kemajuan, sehingga

mendorong berbagai usaha pembaharuan. Sejalan dengan kemajuan tersebut

pembaharuan pendidikan mulai menuju kearah realisasi yang lebih kongkrit, yaitu sekolah pembangunan atau “sekolah komprehensip” sitim ini berpijak

pada landasan yang baru diantaranya:

1. Pendidikan bertujuan membentuk manusia seutuhnya.

2. Pendidikan berlangsung seumur hidup

3. Pendidikan berdasarkan faktor ekologi.

4. Berdasarkan pada pandangan psikologi belajar modern.

5. Pendidikan pada hakekatnya usaha manusia melestarikan hidup.

Untuk memahami tata kehidupan pendidikan hendaknya kita

memperhatikan tata kehidupan manusia secara mendasar dan menyeluruh.

Secara sederhana kita menemukan kenyataan, bahawa manusia dilahirkan

dalam lingkungan keluarga. Keluarga sebagai unit kehidupan manusia ada

dan dipengaruhi dalam antar hubungan dan antar aksi dengan masyarakat.

Karena itu keluarga merupakan bentuk mikro suatu masyarakat. Sedangkan

(43)

29 Gambar 3

Pendidikan Dalam Keluarga Sumber : Faisal Abdilah, tanggal 2 Juli 2015

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat terbentuk

berdasarkan sukarela dan cinta asasi antara dua subyek manusia (suami-istri).

Berdasarkan dari asas cinta yang asasi ini terlahirlah anak sebagai generasi

penerus. Sekolah merupakan penerusan dari pembinaan yang telah diletakkan

dasar-dasarnya dalam lingkungan keluarga. Sekolah menerima tanggung

jawab pendidikan berdasarkan kepercayaan keluarga. Masyarakat dapat

diartikan suatu bentuk tata kehidupan sosial dengan tata nilai tata budaya

sendiri. dalam arti ini masyarakat adalah wadah atau wahana pendididkan,

medan kehidupan manusia yang majemuk (plural : suku,agama, kegiatan

kerja,tingkat pendididkan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya). Manusia

berada dalam multi-kompleks antara-hubungan dan antara-aksi di dalam

masyarakat tersebut (Tim Dosen FIP-IKIP Malang, 1988:14).

D. Sekilas tentang Mahasiswa

Berbicara tentang mahasiswa, hal pertama yang harus kita kritisi dan pertanyakan kembali adalah ”benarkah kita ini Mahasiswa? Jika iya, di

(44)

30

belum mengetahui arti dari mahasiswa itu sendiri ?” Betapa naifnya kita,

apabila tidak mengenal diri kita sendiri.

Gambar 4

Suasana Perkuliahan Mahasiswa PAI IAIN Salatiga Sumber : Faisal Abdilah, tanggal 4 Mei 2015

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab VI

bagian ke empat pasal 19 bahwasanya mahasiswa itu sebenarnya hanya

sebutan akademis untuk siswa atau murid yang telah sampai pada jenjang

pendidikan tertentu dalam masa pembelajarannya. Sedangkan secara harfiyah, “ mahasiswa ” terdiri dari dua kata, yaitu ” Maha ” yang berarti tinggi dan ”

Siswa ” yang berarti subyek pembelajar ( menurut Bobbi de porter ), jadi dari

segi bahasa “ mahasiswa ” diartikan sebagai pelajar yang tinggi atau

seseorang yang belajar di perguruan tinggi/ universitas.

Namun jika kita memaknai “ mahasiswa ” sebagai subyek

pembelajar saja, amatlah sempit pemikiran kita, sebab meski ia (baca :

Mahasiswa) diikat oleh suatu definisi study, akan tetapi mengalami perluasan

makna mengenai eksistensi dan peran yang dimainkan dirinya. Kemudian

pada perkembangan selanjutnya, “ mahasiswa ” tidak lagi diartikan hanya

(45)

31

Mahasiswa adalah seorang pelajar yang tidak hanya duduk di

bangku kuliah kemudian mendengarkan tausiyah dosen, lalu setelah itu pulang dan menghapal di rumah untuk menghadapi ujian tengah semester

atau ujian akhir semester. “ mahasiswa ” dituntut untuk menjadi seorang

motor pembaharu dan pelopor-pelopor perjuangan yang peka dan tanggap

terhadap isu-isu sosial serta permasalahan umat dan bangsa.

Apabila kita kembali melihat sejarah, peran mahasiswa acapkali

mewarnai perjalanan bangsa Indonesia, mulai dari penjajahan hingga kini masa reformasi. “ mahasiswa ” bukan hanya menggendong tas yang berisi

buku, tapi mahasiswa turut angkat senjata demi kedaulatan bangsa Indonesia,

bahwasanya mahasiswa lah yang menjadi pelopor restrukturisasi peristiwa

besar tampuk kepemimpinan NKRI pada saat tragedi malari 1974 dan

reformasi 1998.

Peran yang diberikan mahasiswa begitu dahsyat, sehingga

sendi-sendi bangsa yang telah rapuh, tidak lagi bisa ditutup-tutupi oleh rezim

dengan status quonya, tetapi bisa dibongkar dan dihancurkan oleh mahasiswa.

Mencermati alunan sejarah bangsa Indonesia, hingga kini tidak terlepas dari

(46)

32 Gambar 5

Mahasiswa IAIN Salatiga Melakukan Aksi Turun ke Jalan Sumber : HMI Salatiga, tanggal 29 Agustus 2015

Kendatipun demikian, paradigma semacam ini belumlah menjadi

kesepakatan bersama antar mahasiswa sebab masih ada sebagian madzhab

mahasiswa yang apriori (cuek) terhadap eksistensi dirinya sebagai seorang

mahasiswa, bahkan ia tak mau tahu menahu tentang keadaan sekitar

lingkungan masyarakat ataupun sekitar lingkungan kampusnya sendiri.

Bagi mahasiswa yang terpenting buat mereka adalah sekedar

duduk di bangku kuliah, berangkat dan pulang. Padahal, mahasiswa adalah

sosok yang semestinya kritis, logis, berkemauan tinggi , respect dan tanggap

terhadap permasalahan umat dan bangsa, mau bekerja keras, belajar terus

menerus, mempunyai nyali (keberanian yang tinggi) untuk menyatakan

kebenaran, aplikatif di lingkungan masyarakat serta spiritualis dan konsisten

dalam mengaktualisasikan nilai-nilai ketauhidan kepada Tuhan Yang Maha

Esa, dengan konsep itulah, mahasiswa semestinya bergerak dan menyadari

dirinya akan eksistensi ke-mahahasiswaan nya itu.

Belajar tidaklah hanya sebatas mengejar gelar akademis atau nilai

indeks prestasi ( IP ) yang tinggi dan mendapat penghargaan cumlaude, lebih dari itu mahasiswa harus bergerak bersama rakyat dan pemerintah untuk

(47)

33

suatu kemauan untuk mengembangkan civitas / perguruan tinggi dimana ia

kuliah. Misalnya dengan ikut serta / aktif di Organisasi Mahasiswa, baik itu

Organisasi intra kampus ( BEM dan UKM ) ataupun Organisasi Ekstra

kampus, serta aktif dalam kegiatan-kegiatan lain yang mengarah pada

pembangunan bangsa.

E. Perilaku Remaja Menurut Islam

Perilaku menurut islam adalah perilaku sesuai ajaran yang ada di

kitab suci Al-Quran dan Hadist, menjalankan perintahNya menjauhi

laranganNya,untuk itu maka yang menjadi suri teladan bagi kita adalah

perilaku Rasulullah SAW, seperti yang dikatakan dalam kitab suci Al-Qur’an

ىلَّٱ ىقَ قَ قَ قَ ىقَ فِاوقَ دْو ىقَ دْ قَ دْ قَ ىقَ لَّٱ ىا۟و كُ دْ قَ ىقَا قَ ى قَ لِّ ىةٌ قَ قَ قَ ىةٌ قَ دْ كُ ىفِ لَّٱ ىفِو كُ قَ ى فِ ىدْ كُ قَ ىقَا قَ ىدْ قَ لَّ

وً فِثقَ

“Sesungguhnya Rasulullah itu menjadi contoh teladan yang baik bagi kamu dan bagi oarang yang mengharab menemui Tuhan dan hari kemudian Dan mengingat Tuhan sebanyak - banyaknya” (Q.S.Al Ahzab/33:21)

Islam memandang bahwa remaja adalah obyek dan subyek

pendidikan yang memerlukan perhatian khusus. Remaja merupakan generasi

masa depan yang menjadi harapan bangsa. Mereka adalah aset berharga yang

harus dipelihara dan dijaga sebaik-baiknya. Segala urusan dan permasalahan

yang terkait dengan remaja harus selalu diperhatikan dengan

(48)

34 Gambar 6

Menyantuni Anak Yatim adalah Salah Satu Sifat Terpuji Sumber : Teater Getar IAIN Salatiga, tanggal 12 Agustus 2010

Mengingat peran penting remaja bagi masa depan negara, maka

kita harus menanamkan kebiasaan akhlak terpuji bagi remaja. Kebiasaan

terpuji akan membentuk watak terpuji pula dalam kehidupan mereka. Akhlak

terpuji dibagi menjadi tiga kategori, yaitu akhlak kepada Allah, akhlak

kepada orang lain, dan akhlak terhadap diri sendiri. Mari kita bahas

contoh-contoh perbuatan terpuji yang harus dibiasakan oleh remaja.

Contoh akhlak terpuji remaja dalam beribadah kepada Allah antara lain:

1. Bersyukur kepada Allah ketika memperoleh nikmat. Remaja yang

berakhlak terpuji akan bersyukur ketika memperoleh prestasi dalam

hidup.

2. Bersabar ketika menghadapi musibah. Ketika orang tua, sahabat, maupun

dirinya tertimpa kemalangan, seorang remaja hendaknya bersabar dan

tabah dalam menghadapi ujian.

3. Bertobat kepada Allah setelah berbuat dosa. Setelah melakukan maksiat

atau dosa, remaja amat terpuji untuk segera bertobat dan memperbaiki

(49)

35

4. Ikhlas dalam mengerjakan amal saleh, ketika berada di rumah, di sekolah

atau di dalam pergaulan masyarakat.

5. Bertawakal kepada Allah atas hasil prestasi yang diperoleh setelah

berusaha keras dan bersungguh-sungguh dalam belajar.

Beberapa akhlak terpuji remaja kepada orang lain dan terhadap diri

sendiri, antara lain:

1. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua (birrul-walidain), selalu

mengindahkan perintahnya dan mendengarkan nasihatnya.

2. Menghormati guru dan ustadz serta orang-orang yang lebih tua dengan

menampilkan sikap sopan-santun kepada mereka.

3. Menghargai teman sebaya atau orang lain yang lebih muda, misalnya

dengan bertutur kata yang baik dan sopan.

4. Memilih pergaulan yang positif untuk masa depannya. Misalnya

berteman dengan anak yang pintar, baik dan saleh. Remaja juga perlu

aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan, serta senang menimba ilmu

dari pengalaman orang yang berwawasan agama dan lebih tua.

5. Menjauhi pergaulan negatif yang dapat merusak prestasi belajar, seperti

berpacaran, pergaulan bebas, tawuran, dan bergabung ke geng remaja

yang bersifat anarkis.

6. Meninggalkan hal-hal yang menjerumuskan diri mereka ke dalam

maksiat kepada Allah dan pembangkangan terhadap perintah serta

(50)

36

7. Menghindari perilaku yang merusak diri sendiri, seperti pergaulan bebas,

merokok, berjudi, meminum minuman keras, mengkonsumsi narkoba,

dan lain-lain.

Di tangan generasi muda inilah perjalanan bangsa, masyarakat,

negara dan peradaban umat manusia ditentukan. Demikian pula halnya

dengan maju dan mundurnya masyarakat, serta keterpurukan yang dialami

oleh sebuah bangsa bergantung kepada karakter generasi muda. Mari kita beri

mereka keteladanan dan pendidikan karakter terpuji untuk masa depan bangsa

yang lebih baik.

Setiap muslim meyakini bahwa nasib hidupnya diakhirat

ditentukan oleh perilakunya selama didunia, karena itu setiap muslim mesti

menata langkah dan perilakunya. Dengan mengerjakan kebaikan berati dia

telah menanam benih yang baik, akan tetapi jika ia lebih senang menceburkan

dirinya kedalam kubangan maksiat, maka ia harus siap menelan penderitaan

yang akan menimpanya (M. Alaika Salamulloh,2008:261)

F. Perilaku Remaja Masa Kini

Remaja adalah suatu masa dari umur manusia, yang paling banyak

mengalami perubahan, sehingga membawanya pindah dari masa anak-anak

menuju kepada masa dewasa. Perubahan perubahan itu meliputi segala segi

kehidupan yaitu jasmani, rohani, pikiran, perasaan dan sosial, biasanya

perubahan jasmani yang menyangkut segi-segi seksualitas.

Problema remaja Remaja adalah bermacam-macam problema yang

(51)

37

itu. Setiap segi dari pertumbuhan itu mempunyai problemanya sendiri dengan

kesukaran tertentu. Maka pertumbuhan jasmani cepat menyebabkan

terjadinya berbagai perubahan bermacam-macam pengalaman yang belum

pernah dilakukan oleh remaja itu sebelumnya. Diantara ahli jiwa ada yang

berpendapat bahwa remaja dan problemanya, tak lain dari hasil akibat

kemajuan zaman, yang berarti bahwa kemajuan kompleks itulah yang

menyebabkan timbulnya fase remaja yang panjang itu ( Zakiah Daradjat:35)

Moral adalah hal yang selalu menjadi sesuatu yang vital dalam

membentuk kepribadian suatu masyarakat, Seperti telah diketahui, bahwa

moral itu dilihat dari sumber dan sifatnya, ada Moral Keagamaan dan ada

Moral Sekuler. Moral keagamaan kiranya tinggal mempelajari ajaran-ajaran

agama yang dikehendaki dibidang moral.

Moral Sekuler adalah moral yang tidak berdasarkan pada ajaran

agama dan hanya bersifat kebebasan dan duniawi semata. Beberapa contoh

materi Moral Sekuler itu ialah : Pergaulan bebas antara laki-laki dan

perempuan yang bukan muhrim, hubungan homo seksual atau lesbian.

Berpakaian yang tidak menutupi aurat yang hanya mengejar kecantikan atau

keindahan dari luar. Budaya minum-minuman keras dan obat terlarang, dan

lain sebagainya (Humaidi Tatapangsara:11).

Gaya hidup anak muda zaman sekarang (lifestyle), di era yang serba cepat ini kebebasan tak dapat dibendung lagi, akulturasi budaya dari

berbagai segi bisa dengan mudah mewabah dimasyarakat. Modernisasi

(52)

38

merupakan suatu konsep kebudayaan yang baru yang disebut budaya pop

(populer). Teknologi pada gilirannya dianggap bertanggung jawab bagi

pembentukan masyarakat yang secara moral dan intelektual seragam(Idi

Subandy Ibrahim:23)

Gambar 7

Perilaku Pemuda Masa Kini

Sumber : Faisal Abdilah, tanggal 10 Maret 2014

“Menjadi modern, semakin serba boleh”, itulah sepenggal kata

yang ditulis oleh Masri Pangaribuan, Seks mungkin masih risih atau dianggap

tabu ditelinga masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim ini, tetapi pada

kenyataanya banyak ditemukan kasus tentang seks di masyarakat kita,

kususnya dikota-kota besar. Dalam kasus ini remaja menjadi dilema yang

serius. Menurut Elise jones,dkk: Film, musik, bacaan, TV dan internet

mengajarkan pada mereka bahwa seks itu romantis, merangsang dan

menggairahkan.

Dikutip oleh Tempo dari Maria Ulfah Anshor, Ketua Komisi

Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bahwa dari 100% orang yang di survei

terdapat sekitar 92 persen remaja yang berpacaran tetapi hanya berpegangan

(53)

39

yang berpacaran tidak malu untuk saling petting(meraba bagian tubuh yang seharusnya tabu untuk dilakukan).

Dipihak lain keadaan bebas dirumah pondokan nampaknya

mempunyai daya tarik tersendiri. Di dalam situasi persaingan antara tempat

pondokan dewasa ini banyak gadis memilih tempat kost yang lebih bebas.

Kalau ketat pengawasannya bisa-bisa tempat itu tidak laku. Oleh karena itu

induk semang ikut-ikutan serba boleh. Malah ada asrama yang dihuni oleh

(54)

40 BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Pengertian Rumah Tinggal Sementara

Berdirinya IAIN Salatiga pada awalnya adalah cita-cita masyarakat

Islam Salatiga agar di kota Salatiga memiliki Perguruan Tinggi yang

berdasarkan atas ajaran-ajaran Islam.

Gambar 8

Gedung IAIN Salatiga Kampus I Sumber : Faisal Abdilah, tanggal 4 Mei 2015

Pada awalnya IAIN Salatiga hanya didominasi oleh masyarakat

kota Salatiga sebagai mahasiswanya. Seiring berjalannya waktu masyarakat

dari berbagai daerah mulai berdatangan dan mendaftarkan diri sebagai

mahasiswa seperti dari kota Magelang, Temanggung, Boyolali dan

Kabupaten Semarang.

Seiring berjalannya waktu dengan berdirinya kampus juga

berdampak pada daerah sekitar kampus yaitu dengan munculnya kos sebagai

tempat tinggal para mahasiswa luar kota yang tidak mungkin untuk pulang

dan pergi dengan jarak yang sangat jauh. Hingga sekarang kos yang berada di

(55)

41

berasal dari luar kota yang tidak memungkinkan para mahasiswa pulang ke

rumah mereka.

Saat ini kita mengenal istilah yang berbeda untuk satu konteks

manusia yang memanfaatkan ruang dan bangun milik orang lain untuk

dijadikan tempat tinggal secara berbayar. Saat ini mahasiswa yang

memanfaatkan tempat tinggal orang lain biasa disebut sebagai anak kos. Pada

awal tahun 2000-an, setiap rumah yang menyewakan kamarnya sebagai

tempat tinggal atau sering disebut dengan kos selalu ditulis dengan kalimat

kos, sebagai kependekan dari in de kos. In de kos menurut Wikipedia merupakan frasa dari bahasa Belanda yang artinya “makan di dalam”, istilah

ini kemudian digunakan bagi seorang yang tinggal di rumah orang lain

dengan membayar menurut jangka waktu tertentu, umumnya bulanan, tetapi

ada juga yang dihitung tahunan ataupun semester atau enam bulan,

sebagaimana ditulis Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). KBBI sendiri

membuat istilah in de kos menjadi bahasa serapan dalam bahasa Indonesiakan menjadi indekos.

Gambar 9 Kos di Daerah Pengilon

Gambar

Gambar 1 Erwin Goffman
Gambar 2 Penokohan dalam adegan teater
Gambar 3 Pendidikan Dalam Keluarga
Gambar 4 Suasana Perkuliahan Mahasiswa PAI IAIN Salatiga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini, senin tanggal dua puluh tiga bulan september tahun dua ribu tiga belas, Pokja Pengadaan Barang Unit Layanan Pengadaan pada Pemerintah Kabupaten Mandailing

Pada tahap ini, terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data-data seputar Kafe Ritual, untuk kemudian dijadikan bahan pertimbangan mengenai apa saja yang

[r]

Caranya adalah dengan memasang iklan di situs-situs yang lain (di luar dari kategori sepuluh besar yang sudah dibahas sebelumnya), misalnya situs-situs komunitas (Contoh :

Pada hari ini, senin tanggal dua puluh tiga bulan september tahun dua ribu tiga belas, Pokja Pengadaan Barang Unit Layanan Pengadaan pada Pemerintah Kabupaten Mandailing

Langsung dengan Pascakualifikasi untuk paket pekerjaan konstruksi usaha kecil, Lingkup Dinas Pemuda4. Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Muara Enim, yang

[r]

BAB II LANDASAN TEORI