• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN DALAM MENUMBUHKAN KARAKTER RELIGIUS (Studi Kasus Anggota Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi IAIN Salatiga Tahun Periode 2017) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN DALAM MENUMBUHKAN KARAKTER RELIGIUS (Studi Kasus Anggota Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi IAIN Salatiga Tahun Periode 2017) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN

DALAM MENUMBUHKAN KARAKTER RELIGIUS

(Studi Kasus Anggota Racana Kusuma Dilaga-Woro

Srikandhi IAIN Salatiga Tahun Periode 2017)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

ARSYAD BAGUS SAPUTRA

NIM. 11113074

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

“TIADA SUKSES TANPA PROSES”

PERSEMBAHAN

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dalam meneliti ddan menyusun skripsi ini dapat berjalan dengan lancer. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya kelak di Yaumul Akhir.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang diterima dari berbagai pihak, baik berupa material maupun spiritual. Dengan berakhirnya penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.

4. Bapak Sutrisna, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang senantiasa membimbing dan mengarahkan dari awal hingga akhir sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Bapak Dr. Miftahuddin, M.Ag selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam proses bimbingan akademik selama kuliah.

(7)

7. Ayah, ibu, keluarga dan teman-teman yang telah berkontribusi selama masa studi.

8. Keluarga besar Racana Kusuma Dilaga – Woro Srikandhi dan Brigsus Nagasandhi IAIN Salatiga yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman serta tempat untuk menampa diri dalam berorganisasi.

9. Keluarga besar Forum Mahasiswa Ngapak IAIN Salatiga yang telah memberikan warna berbeda di perantauan.

10.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Harapan penulis, semoga amal baik yang telah diberikan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini

(8)

ABSTRAK

Saputra, Arsyad Bagus. (2017). Implementasi Pendidikan Kepramukaan dalam Menumbuhkan Karakter Religius (Studi Kasus Anggota Racana

Kusuma Dilaga – Woro Srikandhi IAIN Salatiga Tahun Periode

2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan

Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Sutrisna, M.Pd.

Kata Kunci: Pendidikan Kepramukaan dalam Menumbuhkan Karakter Religius. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui implementasi Pendidikan Kepramukaan dalam menumbuhkan karakter religius di Racana Kusuma Dilaga – Woro Srikandhi IAIN Salatiga tahun 2017. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah peran dan bentuk-bentuk Pendidikan Kepramukaan dalam menumbuhkan karakter religius mahasiswa terutama pada anggota Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi IAIN Salatiga?, (2) Faktor-faktor pendukung dan kendala apa sajakah yang ditemui dalam menumbuhkan karakter religius mahasiswa terutama pada anggota Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi IAIN Salatiga?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka penelitian ini menggunakan pendeketan kualitatif deskriptif dengan metode wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

Temuan ini menunjukan bahwa Pendidikan Kepramukaan dan nilai-nilai religius bisa saling beriringan. Pendidikan Kepramukaan dapat menumbuhkan karakter religius. Alasannya, selain sudah terdapat nilai-nilai religius agamis yang terdapat di dalamnya juga terdapat pembiasaan-pembiasaan yang mampu menumbuhkan karakter religius Anggota Pramuka khususnya Anggota Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi IAIN Salatiga. Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi telah menerapkan Pendidikan Kepramukaan yang berkaitan dengan pendidikan karakter terutama karakter religius melalui program-progam kerja yang disusun dan dilaksanakannya, serta terdapat pembiasaan-pembiasaan ataupun aturan adat yang berlaku.

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..……… iii

HALAMAN PENGESAHAN……….. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………... v

KATA PENGANTAR……….. vi

ABSTRAK……… viii

DAFTAR ISI.………. ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………...….. 1

B. Rumusan Masalah ………..………… 6

C. Tujuan Penelitian ………...………. 6

D. Manfaat Penelitian ………...………... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ………...……… 8

F. Penegasan Istilah ………...……….. 8

G. Metode Penelitian ………...………. 11

H. Sistematika Penulisan ……….. 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Implementasi Pendidikan Kepramukaan ………. 16

1. Implementasi ……….. 16

2. Pendidikan ………...……….. 17

3. Pendidikan Kepramukaan ……….. 23

B. Karakter Religius ………...……….. 38

1. Pendidikan Karakter ……….. 38

2. Religius ………...………... 40

BAB III PROFIL TEMPAT PENELITIAN DAN METODE PENELITIAN A. Profil Tempat Penelitian …...………... 50

1. Sejarah Berdirinya Racana ………...………. 50

2. Visi dan Misi ……….. 52

(10)

4. Program Kerja Racana ………...……… 53

5. Struktur Organisasi Racana ………...……… 54

B. Metode Pengumpulan Data ……….. 56

1. Jenis Pendekatan ………...………. 57

2. Teknik Pengumpulan Data …………..……….. 57

BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN DATA A. Analisis Data ……… 62

1. Wawancara ………...……. 63

2. Observasi ………...……… 136

3. Studi Dokumentasi ………. 138

B. Temuan Data ………...………. 140

1. Penerapan 10 Poin Dasa Dharma ………. 140

2. Penerapan 5 Aspek Karakter Religius ………... 141

3. Implementasi Pendidikan Kepramukaan dalam Menumbuhkan Karakter Religius……… 143

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……….. 147

B. Saran ………..…….. 148

(11)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1.1 Daftar Responden Penelitian ………... 12

2. Tabel 3.1 Dewan Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi 2017 ...… 54

3. Tabel 3.2 Dewan Brigadhe Khusus ………..………... 56

4. Tabel 4.1 Daftar Identitas Informan atau Responden ………...……... 62

5. Tabel 4.2 Hasil Wawancara Dasa Dharma Poin 1………...…………. 64

6. Tabel 4.3 Hasil Wawancara Dasa Dharma Poin 2...………. 67

7. Tabel 4.4 Hasil Wawancara Dasa Dharma Poin 3…...………. 70

8. Tabel 4.5 Hasil Wawancara Dasa Dharma Poin 4…...………. 72

9. Tabel 4.6 Hasil Wawancara Dasa Dharma Poin 5……...………. 75

10.Tabel 4.7 Hasil Wawancara Dasa Dharma Poin 6…...………. 77

11.Tabel 4.8 Hasil Wawancara Dasa Dharma Poin 7……...………. 80

12.Tabel 4.9 Hasil Wawancara Dasa Dharma Poin 8……...………. 82

13.Tabel 4.10 Hasil Wawancara Dasa Dharma Poin 9……….. 85

14.Tabel 4.11 Hasil Wawancara Dasa Dharma Poin 10...………. 87

15.Tabel 4.12 Hasil Wawancara Makna Karakter Religius...…………... 89

16.Tabel 4.13 Hasil Wawancara Dasar Karakter Religius …..…………. 92

17.Tabel 4.14 Hasil Wawancara Arti Aspek Islam dan Wujudnya...…… 93

18.Tabel 4.15 Penerapan Rukun Islam Nomor 1 …..……… 96

19.Tabel 4.16 Penerapan Rukun Islam Nomor 2 ……..……… 98

20.Tabel 4.17 Penerapan Rukun Islam Nomor 3 ..……… 100

21.Tabel 4.18 Penerapan Rukun Islam Nomor 4 ..……… 102

22.Tabel 4.19 Penerapan Rukun Islam Nomor 5 ..……… 104

23.Tabel 4.20 Hasil Wawancara Arti Aspek Iman dan Wujudnya …...… 105

24.Tabel 4.21 Penerapan Rukun Iman Nomor 1 ………..……… 108

25.Tabel 4.22 Penerapan Rukun Iman Nomor 2 ………..……… 110

26.Tabel 4.23 Penerapan Rukun Iman Nomor 3 ……..……… 112

27.Tabel 4.24 Penerapan Rukun Iman Nomor 4 ……..……… 114

28.Tabel 4.25 Penerapan Rukun Iman Nomor 5 ……..……… 116

29.Tabel 4.26 Penerapan Rukun Iman Nomor 6 ……..……… 118

(12)

31.Tabel 4.28 Wawancara Arti Aspek Ihsan dan Wujudnya ……...……. 123 32.Tabel 4.29 Wawancara Arti Aspek Amal dan Wujudnya ………..…. 125 33.Tabel 4.30 Pengelompokan Aspek Menurut Responden ……...…….. 128 34.Tabel 4.31 Pendidikan Kepramukaan dalam Menumbuhkan Karakter

Religius……….……… 129

35.Tabel 4.32 Faktor Pendukung dan Penghambat ………..……… 132 36.Tabel 4.33 Harapan Karakter Religius Bagi Anggota Racana ..…….. 133 37.Tabel 4.34 Temuan Data Penerapan 10 Poin Dasa Dharma …...……. 140 38.Tabel 4.35 Temuan Data Penerapan 5 Aspek Karakter Religius ..….. 143 39.Tabel 4.36 Perbandingan Penerapan Perilaku dalam Pendidikan

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi di setiap elemen dan aspek kehidupan memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Setelah merdeka lebih dari 60 tahun, Indonesia telah banyak meraih kemajuan di bidang politik, ekonomi, sosial-budaya, dan keagamaan. Hal ini ditunjukkan dengan perkembangan demokrasi, peningkatan pendapatan per kapita, penguatan integritas sosial, pemerataan pendidikan, dan kesemarakan kehidupan keagamaan. Kemajuan tersebut ditandai oleh pengakuan internasional. Stamina spiritual dan intelektual bangsa ini tidaklah kalah jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Namun, energi yang positif itu sampai batas tertentu terbuang sia-sia karena ketidaksungguhan dan berbagai kesalahan kolektif, yang terkait dengan melemahnya visi dan karakter bangsa.

(14)

sebaliknya akan semakin terpuruk di hadapan bangsa-bangsa lain (Anas & Irwanto, 2013: 29)

Menurut Anif Punto Utomo bahwa membangun karakter tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi bukan berarti tidak bisa. Membangun karakter yang paling baik dimulai dari pemimpinnya. Jika para pemimpin kita memiliki karakter yang kuat dan bisa diteladani, rakyat serta-merta akan mengikuti. Solusi dari krisis karakter bangsa Indonesia tidak cukup hanya menjadi penyesalan. Ikhtiar bangkit untuk kembali menata karakter bangsa yang unggul dan berjiwa kepemimpinan menjadi prasyarat bagi kejayaan bangsa. Wujud nyatanya dengan membentuk karakter bangsa melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter yang dimaksudkan adalah pendidikan bagi kaum pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum.

Secara umum jenis-jenis permasalahan pokok pendidikan yang ada saat ini yaitu: masalah pemerataan pendidikan, masalah mutu pendidikan, masalah efisiensi pendidikan, dan masalah relevansi pendidikan. Masalah tersebut berkembang dipengaruhi oleh faktor-faktor didalamnya diantaranya: perkembangan iptek dan seni, laju pertumbuhan penduduk, aspirasi masyarakat, keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan. (Umar & Sulo, 2008: 241)

(15)

Nasional. Pendidikan Nasional bertujuan: “Untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Pasal 3).

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pada Pasal 13 Ayat (1) menyebutkan bahwa “Jalur

pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal” (UU

Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Pasal 13). Berdasarkan hal tersebut, maka pencapaian pendidikan nasional dapat dicapai melalui tiga jalur, yakni pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang, meliputi pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan perguruan tinggi. Pendidikan nonformal merupakan pendidikan luar formal yang dilakukan secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan pendidikan informal merupakan jalur pendidikan dari keluarga dan lingkungan.

(16)

Pramuka menyebutkan “Pendidikan Kepramukaan adalah proses

pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan”. Pendidikan Kepramukaan saat ini menjadi salahsatu cara untuk membentuk dan mengadakan pembelajaran dan pendidikan melalui metode-metode bermainnya namun mengandung unsur pendidikan. Di dalam Pramuka terdapat jenjang-jenjang atau tingkatan berdasarkan umur anggotanya, ada Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak, dan Pramuka Pandega. Untuk tingkatan mahasiswa atau perguruan tinggi adalah tingkatan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega.

Seperti halnya di kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga memfasilitasi mahasiswanya dalam menyelenggarakan Pendidikan Kepramukaan melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Racana Kusuma Dilaga – Woro Srikandhi. Unit Kegiatan Mahasiswa Racana begerak dalam bidang kepemimpnan, pertolongan pertama dan SAR dengan menggunakan sistem bina diri, bina satuan, dan bina masyarakat. Pendidikan Kepramukaan yang dilaksanakan dalam Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi ini diselaraskan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 dan dengan lingkungan kampus yang pada dasarnya adalah Perguruan Tinggi Negeri Islam.

(17)

berakhlak mulia. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka pasal 4 :

Gerakan pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup.

Dengan demikian diharapkan anggota Pramuka memiliki karakter yang sesuai dengan tujuan yang terdapat dalam Gerakan Pramuka dan mengikuti kegiatan Pramuka dengan sungguh-sungguh agar kegiatan ini memberikan dampak yang baik bagi kepribadian mahasiswa, terutama dapat menumbuhkan karakter religius mahasiswa. Karena saat ini kita dihadapkan dengan tantangan dimana generasi penerus bangsa mengalami krisis kepribadian dan krisis karakter. Dengan sistem among yang diterapkan dalam kegiatan kepramukaan ini yaitu asah, asih dan asuh diharapkan menjadi katalisator dalam terciptamya tujuan dari apa yang menjadi tantangan saat ini yang sedang menjadi perbincangan rumit dan sangat urgent untuk segara teratasi oleh pemerintah dan semua elemen masyarakat.

Dari paparan tersebut, sangat relevan apabila penulis ingin mengetahui bagaimana pengaruh dari Pendidikan Kepramukaan di tingkat pendidikan tinggi. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengajukan

penelitian tentang “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN

(18)

RELIGIUS (Studi Kasus Anggota Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi IAIN Salatiga Tahun Periode 2017

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah peran dan bentuk-bentuk Pendidikan Kepramukaan dalam menumbuhkan karakter religius mahasiswa terutama pada anggota Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi IAIN Salatiga? 2. Faktor-faktor pendukung dan kendala apa sajakah yang ditemui dalam

menumbuhkan karakter religius mahasiswa terutama pada anggota Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi IAIN Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian pasti memiliki arah dan tujuan yang ditargetkan. Tanpa tujuan, maka penelitian yang dilakukan tidak memberikan manfaat dan penyelesaian dari penelitian yang dilakukan. Adapun tujuan utama penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana peran dan bentuk-bentuk Pendidikan Kepramukaan dalam menumbuhkan karakter religius mahasiswa terutama pada anggota Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi IAIN Salatiga.

(19)

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian tidaklah berarti jika tidak memiliki manfaat yang dapat diperoleh, oleh karena itu penelitian dikatakan berharga apabila memiliki manfaat yang dapat diperoleh baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat penelitian ini secara terperinci adalah :

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat menambah dan mengembangkan terhadap wawasan ilmu dalam bidang pendidikan.

b. Memberikan gambaran dan informasi tentang pelaksanaan Pendidikan Kepramukaan dalam menumbuhkan karakter religius mahasiswa terutama anggota Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi IAIN Salatiga.

c. Sebagai dasar dan referensi untuk melakukan penelitian lain yang relevan.

2.Manfaat Praktis

a. Mengembangkan penalaran, pola pikir serta kemampuan penulis dalam penerapan ilmu yang telah diperoleh.

b. Mencari dan meneliti antara teori yang telah diperoleh dengan kenyataan yang ada didalam lapangan.

(20)

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk mempermudah penulisan laporan skripsi ini dan agar lebih terarah dan berjalan dengan baik, maka perlu kiranya dibuat suatu batasan masalah. Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan laporan skripsi ini, yaitu :

1. Peneliti hanya meniliti anggota Racana Kusuma Dilaga – Woro Srikandhi.

2. Peneliti hanya mengakses aktivitas Pendidikan Kepramukaan yang berkaitan dengan religius atau agama dalam kegiatan Racana yang sudah di agendakan dalam Program Kerja Masa Bakti 2017.

3. Perilaku yang diteliti adalah bagaimana penerapan 10 Poin Dasa Dharma yang kemudian dicari kesusaian dengan perilaku dari keseharian yang menunjukan karakter religius berdasarkan lima aspek dimensi religius.

4. Peneliti meneliti dalam jangka waktu tanggal 09 mei sampai dengan 05 juni 2017 selama jam kerja Sanggar Racana yaitu hari senin sampai sabtu dari pukul 07.00 WIB s/d 17.00 WIB dan dilakukan dalam kegiatan-kegiatan Racana yang berlangsung.

F. Penegasan Istilah

1. Pendidikan Kepramukaan

(21)

sendiri, bisa berkesperimen, dan menemukan berbagai hal melalui kegiatan-kegiatan yang mereka nikmati, dan bisa menempatkan diri mereka di antara kaum muda lainnya, maupun di antara orang dewasa (Kusumanti, 2008: 13).

Pendidikan Kepramukaan adalah proses pendidikan yang melengkapi pendidikan di lingkungan sekolah atau akademik dan lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar Pendidikan Kepramukaan dan metode Pendidikan Kepramukaan, dengan sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur. Pendidikan Kepramukaan sebagai proses pendidikan sepanjang hayat menggunakan tata cara kreatif, rekreatif dan edukatif dalam mencapai sasaran dan tujuannya. Melalui kegiatan yang menarik, menyenangkan, tidak menjemukan, penuh tantangan, serta sesuai dengan bakat dan minatnya diharapkan kemantapan mental, fisik, pengetahuan, keterampilan, pengalaman, rasa sosial, spiritual dan emosianal peserta didik dapat berkembang dengan baik dan terarah (Kwartir Daerah 11 Jawa Tengah, 2011: 19).

(22)

disebut Pamong. Sistem Among berbunyi “Ing Ngarso Sung Tulodo,

Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” mempunyai arti “Di

depan memberikan teladan, di tengah ikut membangun atau melaksanakan, dan di belakang memberikan dorongan atau bantuan ke

arah kemandirian” (Bob Sunardi, 2010: 62)

Jadi Pendidikan Kepramukaan adalah pendidikan yang dilakukan diluar lingkungan sekolah yang didalamnya terdapat permainan-permainan dan metode-metode yang menyenangkan serta dilakukan di alam terbuka di dalam pelaksanaanya. Selain itu di dalam Pendidikan Kepramukaan diterapkan Sistem Among yaitu asah, asih, dan asuh antar sesama anggota Gerakan Pramuka.

2. Karakter Religius

Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Religiusitas menurut Kamus Pendidikan, Pengajaran dan Umum, (Religi : Agama, kepercayaan), (Religius : Yang bersifat keagamaan) (Sulisman dan Sudarsono, 1994: 198).

(23)

Irwanto, 2013: 54-56). Menurut Glock & Stark dalam widiyanta, ada lima dimensi religiusitas, yaitu Religious practice (the ritualistic dimension), Religious belief (the ideological dimension), Religious

knowledge (the intellectual dimension), Religious Feeling (the

experiental dimension), dan Religious effect (the consequential

dimension).

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan dan jenis penelitian di sini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Untuk mempermudah dalam pengumpulan data, penggalian data dapat dilakukan melalui observasi, wawancara maupun angket.

Penelitian secara kualitatif deskriptif ini guna memberi keterangan yang jelas mengenai implementasi pendidikan kepramukaan dalam menumbuhkan karakter religius pada Anggota Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi periode 2017.

2. Kehadiran Peneliti

(24)

3. Lokasi Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Sanggar Bakti Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi Pangkalan IAIN Salatiga terletak di Jalan Tentara Pelajar 02, Gedung PKM I lantai 1 Kampus I IAIN salatiga.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai tanggal 09 Mei – 05 Juni 2017. 4. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah langsung di kumpulkan oleh peneliti dari sumber pertanyaan. Adapun yang terlibat langsung sebagai data sumber di sini adalah :

Tabel 1.1

Daftar Responden Penelitian

No Nama Jabatan Mahasiswa

Jurusan 1. Khoirul Alfani Ketua Racana Pa PAI 2. Rif‟atul Muna Ketua Racana Pi PGMI 3. Kristina Mayasari Adat Racana Pi TBI 4. Noviana Diah Riza Adat Brigsus PS-S1 5. Metik Fatmasari Bendahara Pi PS-S1

6. Edy Setiyawan Litbang Pa HTN

(25)

9. Albarra Rifqi Anthony Danka SAR Brigsus PGMI 10. Ridho Maulana A.F Logistik Brigsus HES 11. Indri Iswanto Anggota Racana PAI 12. Denny Arizal Rifanto Anggota Racana PAI 13. Fatkhan Muhimmi Anggota Racana HTN 14. Anggi Astri Rahayu Anggota Racana PGMI

15. Risa Oktavia Anggota Racana PGRA

16. Alfi Hamidatun Nushroh Anggota Racana TBI 17. Imam Aris Jazuli Anggota Racana PAI 18. Fendi Santoso Anggota Racana PAI 19. Fatikhatus Sakdiyah Anggota Racana PAI

20. Nur Inayah Anggota Racana ES

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah tersusun dan sudah di jadikan dalam bentuk dokumen-dokumen. Adapun sumber data sekunder disini adalah buku-buku yang terkait dengan Pendidikan Kepramukaan, Karakter Religius, arsip-arsip, hasil musyawarah dan kerja tahunan Racana, dokumen.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian ini, maka digunakan prosedur pengumpulan data, yaitu:

a. Wawancara b. Observasi

(26)

6. Analisis Data

Sugiyono (2009: 333) mengemukakan bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, ketika di lapangan dan setelah memasuki lapangan. Namun, dalam penelitian kualitatif lebih difokuskan selama proses dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Peneliti melakukan analisis data awal yang diperoleh untuk menentukan fokus penelitian yang bersifat sementara. Analisis data dilakukan menggunakan analisis SWOT dan dilakukan kembali setelah mendapatkan data tambahan dari berbagai sumber untuk membuat kesimpulan.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan Keabsahan Data penting untuk dilakukan oleh peneliti. Hal tersebut dilakukan ketika mendapatkan data awal dan setiap mendapatkan data tambahan. Teknik pengecekan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan dengan memanfaatkan suatu yang lain dari data tersebut sebagai bahan pembanding atau pengecekan dari data itu sendiri.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penyusunan penelitian ini terdiri dari lima BAB, yaitu:

(27)

Lingkup Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

2. BAB II :Berisi kajian pustaka yang terdiri atas pendidikan, kepramukaan, pendidikan kepramukaan, pendidikan karakter dan karakter religius.

3. BAB III :Berisi tentang gambaran umum Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi IAIN Salatiga, dan penjelasan metode-metode yang digunakan peneliti serta langkah-langkahnya.

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Implementasi Pendidikan Kepramukaan

1. Implementasi

Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi bisaanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap sempurna. Menurut Nurdin Usman, implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan (Usman, 2002: 70).

Menurut Cleaves (Wahab, 2008: 187) menyebutkan bahwa

implemantasi itu mencakup “Proses bergerak menuju tujuan kebijakan

dengan cara langkah administratif dan politik”. Keberhasilan atau

kegagalan implementasi sebagai demikian dapat dievaluasi dari sudut kemampuannya secara nyata dalam meneruskan atau mengoperasionalkan program-program yang telah dirancang sebelumnya.

(29)

yang dimiliki dalam melaksanakan apa yang telah dirancang melalui program-program.

2. Pendidikan a. Pengertian

Pendidikan merupakan suatu kegiatan atau perbuatan yang hanya dapat dilakukan oleh manusia, memiliki lapangan yang sangat luas. Perbuatan tersebut mempunyai tujuan atau sesuatu yang ingin dicapai dengan perbuatan tersebut (Uyoh, 2014: 72). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 263)

menyebutkan pendidikan berasal dari kata dasar “didik”

(mendidik), yaitu “memelihara dan memberi latihan (ajaran,

tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.”

Adapun pendidikan mempunyai pengertian “proses pengubahan

dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan,

proses perluasan, dan cara mendidik.”

(30)

pendidikan adalah suatu proses menanamkan dan mengembangkan pada diri peserta didik pengetahuan tentang hidup dan dikap dalam hidup, agar kelak ia dapat membedakan yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk, sehingga kehadirannya ditengah-tengah masyarakat akan bermakna dan berfungsi secara optimal.

b. Tujuan dan Proses Pendidikan

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu

memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan

merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan (Umar & Sulo, 2008: 37).

Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Bagaimana proses pendidikan itu dilaksanakan sangat menentukan kualitas hasil pencapaian tujuan pendidikan.

(31)

pendidikan tingkat nasional yang lain. Pengelolaan dalam ruang lingkup meso merupakan implikasi kebijakan-kebijakan nasional ke dalam kebijakan operasional dalam ruang lingkup wilayah di bawah tanggung jawab Kakanwil Depdikbud. Pengelolaan dalam ruang lingkup mikro merupakan aplikasi kebijakan-kebijakan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan sekolah ataupun kelas, sanggar-sanggar belajar, dan satuan-satuan pendidikan lainnya dalam masyarakat. Dalam ruang lingkup ini kepala sekolah, duru, tutor, dan tenaga-tenaga pendidikan lainnya memegang peranan penting di dalam pengelolaan pendidikan untuk menciptakan kualitas proses dan pencapaian hasil pendidikan, misalnya seorang guru wajib menguasai pengelolaan kegiatan belajar mengajar, termasuk di dalamnya pengelolaan kelas dan siswa.

c. Unsur-Unsur Pendidikan

Proses pendidikan melibatkan banyak hal, yaitu: 1) Subjek yang dibimbing (peserta didik)

(32)

2) Orang yang membimbing (pendidik)

Yang dimaksud dengan pendidik ialah orang yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sebab itu yang beratnggungjawab terhadap pendidikan ialah seorang guru, pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat/organisasi.

3) Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)

Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan memanipulasikan isi, metode serta alat-alat pendidikan. 4) Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)

(33)

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

5) Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan) Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan. Materi ini meliputi materi inti maupun muatan lokal. Materi ini bersifat nasional yang mengandung misi pengendalian dan persatuan bangsa. Sedangkan muatan lokal misinya adalah mengembangkan kebhinekaan kekayaan budaya sesuai dengan kondisi lingkungan. Dengan demikian jiwa dan semangat Bhineka Tunggal Ika dapat ditumbuhkembangkan.

6) Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode) Alat dan metode merupakan dua sisi dari satu mata uang. Alat melihat jenisnya sedangakan metode melihat efisiensi dan efektivitasnya. Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untum mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan dibedakan atas yang preventif (pencegahan) dan yang kuratif (memperbaiki).

7) Tempat di mana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)

(34)

utama yakni lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat (Suparlan, 1984: 110)

d. Jalur Pendidikan

Penyelenggaraan Sisdiknas dilaksanakan melalui dua jalur yaitu, jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah yang sering disingkat dengan PLS.

1) Jalur Pendidikan Sekolah

Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan bersinambungan (pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi). Sifatnya formal, diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan pemerintah, dan mempunyai keseragaman pola yang bersifat nasional.

2) Jalur Pendidikan Luar Sekolah

(35)

tidak ada keseragaman pola yang bersifat nasional. Modelnya sangat beragam. Dalam hubungan ini pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah, yang diselenggarakan dalam keluarga yang fungsi utamanya menanamkan keyakinan agama, nilai budaya dan moral, serta ketrampilan praktis (Umar & Sulo, 2008: 264).

Berdasarkan paparan teori diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses atau upaya yang dilakukan individu atau kelompok yang dilakukan secara sadar sehingga nanti akan memberikan perubahan didalam ataupun sesudah mendapatkan pendidikan tersebut. Pendidikan memiliki tujuan untuk membuat dan membentuk kesadaran secara nyata yang diterima langsung dengan memperhatikan unsur-unsur yang terkait di dalamnya. Pendidikan tidak selalu harus terjadi di dalam lingkungan sekolah, pendidikan juga dapat dilakukan di luar lingkungan sekolah salah satu contohnya adalah Kepramukaan.

3. Pendidikan Kepramukaan a. Kepramukaan

(36)

bisa menempatkan diri mereka di antara kaum muda lainnya, maupun di antara orang dewasa (Kusumanti, 2008: 13)

Menurut Undang-Undang nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka menyebutkan :

Gerakan Pramuka bertukjuan untuk membentuk setiap pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memilii kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup.

b. Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan

Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan merupakan ciri khas yang membedakan kepramukaan dari lembaga pendidikan lain, yang dilaksanakan sesuai dengan kepentingan, kebutuhan, situasi dan kondisi masyarakat. Prinsip Dasar Kepramukaan adalah :

1) Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2) Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya

3) Peduli terhadap diri pribadinya

4) Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka

(37)

1) Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka 2) Belajar sambil melakukan

3) Sistem bekelompok

4) Kegiatan yang menantang dan meningkat serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani anggota muda dan anggota dewasa muda

5) Kegiatan di alam terbuka 6) Sistem tanda kecakapan

7) Sistem satuan terpisah untuk putera dan untuk puteri 8) Kiasan dasar (Bob Sunardi, 2010: 61)

Anggaran dasar Kepramukaan pada bab II pasal 6 menegaskan tentang fungsi pramuka, yaitu sebagai lembaga pendidikan di luar sekolah dan di luar keluarga sebagai wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda, menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan serta Sistem Among yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa serta masyarakat Indonesia (Tim Pelatih Kwarda Jateng, 2003: 10). Dari landasan diatas, Kepramukaan berfungsi sebagai:

1) Kegiatan yang menarik bagi anak dan pemuda.

(38)

karena itu dapat diartikan suatu permainan yang mempunyai tujuan dan aturan permainan, bukan hanya sekedar main-main yang mengarah pada hiburan semata.

2) Pengabdian (Job) bagi orang dewasa.

Bagi orang dewasa, Kepramukaan bukan lagi permainan, ttapi suatu tugas yang memperlukan keikhlasan dan pengabdian. Orang dewasa ini mempunyai kewajiban untuk secara sukarela membaktikan dirinya demi suksesnya pencapaian tujuan organisasi.

3) Alat (Means) bagi masyarakat dan organisasi.

Kepramukaan merupakan alat bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan alat bagi organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian, kegiatan Kepramukaan yang diberikan sebagai latihan berkala dalam satuan pramuka itu sekedar latihan saja dan bukan tujuan pendidikannya.

Merujuk dari Resolusi Konferensi Kepramukaan Sedunia pada bulan Agustus 1942 di Kopenhagen, menyatakan bahwa Kepramukaan itu mempunyai tiga sifat atau arti khas, yaitu:

1) Kepramukaan Bersifat Nasional.

(39)

hendaknya menyesuaikan pendidikannya dengan keadaan dan perkembangan masyarakat, bangsa dan negara masing-masing.

2) Kepramukaan Bersifat Internasional.

Organisasi Kepramukaan di negara manapun di Dunia ini harus di bina dan mengembangkan rasa persaudaraan dan persahabatan untuk mencapai perdamaian dunia tanpa membedakan sesuatu.

3) Kepramukaan Bersifat Universal.

Kepramukaan itu dapat dilaksanakan dimana saja untuk mendidik anak dari suku dan bangsa apa saja yang dalam pelaksanaannya haru selalu menggunakan Prinsip Dasar Pendidikan Kepramukaan (M. Soeparman, 1981: 12).

c. Kode Kehormatan Pramuka

(40)

dan menjauhi larangan-Nya (Sarkonah 2012: 33-34). Kode kehormatan gerakan pramuka, yaitu sebagai berikut:

1) Tri Satya (Satya Pramuka)

Tri berarti tiga dan satya berarti janji. Tri satya dapat diartikan sebagai tiga janji yang harus dilakukan oleh setiap anggota pramuka dalam kehidupan sehari-hari. Sarkonah (2012: 33) menuliskan di dalam bukunya yang berjudul Panduan Pramuka (Penggalang) bahwa isi dari Tri Satya, adalah sebagai berikut:

Tri Satya

Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh:

a) Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mengamalkan Pancasila. b) Menolong sesama hidup dan mempersiapkan diri

membangun masyarakat. c) Menepati Dasa Dharma. 2) Dasa Dharma (Dharma Pramuka)

(41)

moral untuk setiap anggota Gerakan Pramuka sehingga merupakan suatu tuntunan sikap dan laku yang berisi nilai-nilai yang harus menjadi tolak ukur manusia.

Dasa Dharma terdiri dari 10 poin dimana nanti Dasa Dharma dijadikan Indikator Inti dari Pendidikan Kepramukaan yang akan digunakan oleh peneliti sebagai fokus, dimana nanti peneliti akan meneliti bagaimana penerapan dari 10 poin Dasa Dharma tersebut.

Berikut 10 poin Dasa Dharma beserta penjelasannya : a) Taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa

Pada hakikatnya taqwa merupakan usaha seseorang yang sangat utama dalam pekembangan hidupnya. Pengertian taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa tidak dapat dipisahkan dari pengertian moral, budi pekerti dan akhlak. Moral, budi pekerti dan akhlak adalah sikap yang digerakkan oleh jiwa yang menimbulkan tindakan dan perbuatan manusia terhadap Tuhan, terhadap sesama manusia, sesama makhluk dan terhadap diri sendiri (Setyawan, 2009: 169-170). Seperti firman Allah Swt dalam Q.S Al-Baqarah ayat 233:

“...Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah

(42)

b) Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia

Seorang pramuka wajar dan pantas secara alamiah melimpahkan cinta kepada alam sekitarnya (benda alam, satwa dan tumbuh-tumbuhan), kasih sayang sesama manusia dan sesama hidup serta menjaga kelestariannya (Setyawan, 2009: 174). Dalam hal ini, perlu dibangun watak utama seperti tidak mementingkan diri sendiri, menghargai orang lain meskipun tidak sebangsa dan seagama. Rasa cinta dan kasih sayang tersebut diharapkan dapat menggugah rasa dekat dengan Tuhan. Seperti firman Allah dalam Q.S Ar-Rum ayat 41 :

“telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan

karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Dijelaskan juga dalam Q.S Al-Hujurat ayat 10:

“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya

bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah

(43)

c) Patriot yang sopan dan ksatria

Setyawan (2011: 176-177) menjelaskan bahwa seorang pramuka adalah putra yag baik berbakti, setia, siap siaga membela tanah airnya, sopan, berani dan jujur. Seorang pramuka yang mematuhi dharma ini, bersama-sama satu sikap mempertahankan tanah airnya, menjunjung tinggi martabat bangsanya.

Seperti firman Allah Swt dalam Q.S Ibrahim ayat 35:

”Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah

berhala-berhala.”

d) Patuh dan suka bermusyawarah

(44)

dengan orang lain baik dengan orang-orang yang terikat dalam pekerjaan atau dalam bentuk-bentuk organisasi. Seperti firman Allah dalam Q.S Ali Imran ayat 132:

e) Rela menolong dan tabah

Rela menolong berarti melakukan perbuatan baik untuk kepentingan orang lain yang kurang mampu, sedangkan tabah atau ulet adalah suatu sikap jiwa tahan uji, artinya meskipun seseorang mengetahui bahwa menjalankan tugasnya akan menghadapi kesulitan tetapi ia tidak mundur dan tidak ragu untuk melakukannya (Setyawan, 2009: 178-179). Seperti firman Allah dalam Q.S Al-Maidah ayat 2:

“...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)

(45)

f) Rajin, terampil dan gembira

Sarkonah (2012: 40-41) menjelaskan bahwa rajin yaitu berusaha dengan tekun, tertib mengembangkan diri dan melaksanakan tugas tanpa merasa terbebani. Terampil artinya setiap anggota pramuka diharapkan mampu berdiri sendiri da tidak selalu mengharapkan pertolongan orang lain. Selain itu, setiap anggota pramuka harus mampu mengerjakan suatu tugas dengan cepat dan tepat dengan hasil yang baik. Gembira artinya setiap anggota pramuka harus selalu menjaankan kehidupan yag lebih baik. selain itu, anggota pramuka harus bisa mengatasi segala kesulitan, rintangan dan hambatan agar cita-cita dapat terwujud. Seperti firman Allah Swt dalam Q.S Insyirah ayat 5-6:

“Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

g) Hemat, cermat dan bersahaja

Selanjutnya, Setyawan (2009: 181-184) menjelaskan

bahwa hemat bukan berarti “kikir”, tetapi lebih terarah pada

dapatnya seorang pramuka melakukan dan menggunakan suatu secara tepat menurut kegunaannya. Cermat lebih

(46)

senantiasa teliti baik terhadap dirinya sendiri (intropeksi) maupun yang datangnya dari luar dirinya sehingga ia senantiasa waspada. Bersahaja lebih berarti sederhana. Ia harus dapat menyerasikan antara keinginan dan kemampuan. Bersahaja juga dapat berarti keberanian untuk menyatakan sesuatu yang sebenarnya. Seperti firman Allah Swt dalam Q.S At-takaatsur ayat 1-3 :

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu

masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu).”

h) Disiplin, berani dan setia

Disiplin berarti patuh dan mengikuti aturan atau norma yang ada, sedangkan berani merupakan suatu sikap mental untuk bersedia menghadapi segala sesuatu masalah dan tantangan yang dihadapi. Adapun setia berarti tetap pada suatu aturan atau norma Sarkonah (2012: 42). Seperti firman Allah Swt dalam Q.S Al-„Asyr ayat 1-3:

(47)

“1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. 3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya

menetapi kesabaran.”

i) Bertanggung jawab dan dapat dipercaya

Pramuka itu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang diperbuat baik atas perintah maupun tidak, terutama secara pribadi bertanggung jawab terhadap Tuhan yang Maha Esa, negara, bangsa, masyarakat dan keluarga. Sedangkan yang dimaksud dengan dipercaya adalah pramuka dapat dipercaya, baik perkataannya maupun perbuatannya. Seperti firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah ayat 283:

secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian.

dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka

(48)

j) Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan

Lebih jauh, Setyawan (2009: 186-188) menjelaskan bahwa suci dalam pikiran berarti pramuka tersebut selalu meihat da memikirkan sesuatu itu pada segi baiknya atau ada hikmahnya dan tidak terlintas sama sekali pemikiran ke arah yag tidak baik. Suci dalam perkataan, setiap apa yang telah dikatakan itu benar, jujur serta dapat dipercaya dengan tidak menyinggung perasaan orang lain. Suci dalam perbuatan maka pramuka itu harus sanggup dan mampu berbuat yang baik dan benar untuk kepentingan negara, bangsa, agama dan keluarga. Seperti firman Allah Swt dalam Q.S Al-Hujurat ayat 12:

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan

sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa

jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.

(49)

d. Pendidikan Kepramukaan

Pendidikan Kepramukaan adalah proses pendidikan yang melengkapi pendidikan di lingkungan sekolah atau akademik dan lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar Pendidikan Kepramukaan dan metode Pendidikan Kepramukaan, dengan sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur. Pendidikan Kepramukaan sebagai proses pendidikan sepanjang hayat menggunakan tata cara kreatif, rekreatif dan edukatif dalam mencapai sasaran dan tujuannya. Melalui kegiatan yang menarik, menyenangkan, tidak menjemukan, penuh tantangan, serta sesuai dengan bakat dan minatnya diharapkan kemantapan mental, fisik, pengetahuan, keterampilan, pengalaman, rasa sosial, spiritual dan emosianal peserta didik dapat berkembang dengan baik dan terarah (Kwartir Daerah 11 Jawa Tengah, 2011: 19).

Sistem Among adalah cara pelaksanaan pendidikan di dalam Gerakan Pramuka. Sistem Among adalah hasil pemikiran Raden Mas Suwardi Suryaningrat atau dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara, bapak pendidikan dan pendiri Perguruan Taman Siswa. Kata Among berarti mengasuh, memelihara atau menjaga. Dan orang yang melakukannya disebut Pamong. Sistem Among

(50)

Tut Wuri Handayani” mempunyai arti “Di depan memberikan

teladan, di tengah ikut membangun atau melaksanakan, dan di belakang memberikan dorongan atau bantuan ke arah

kemandirian” (Bob Sunardi, 2010: 62)

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kepramukaan adalah proses yang terjadi dalam Kepramukaan. Pendidikan Kepramukaan terjadi diluar pendidikan formal yang dilakukan di alam terbuka dengan sistem among sebagai cara atau alat dalam pelaksanaan pendidikan. Sehingga di dalam Pendidikan Kepramukaan lebih mendekatkan antara yang mengajarkan dan diajarkan, karena secara tidak langsung diajarkan untuk saling berhubung dan terkait diantara kaum muda dan kaum dewasa.

B. Karakter Religius 1. Pendidikan Karakter

Menurut Undang-Undang Sitem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 1 butir 1, pendidikan adalah: “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Sebenarnya,

(51)

membentuk insan Indonesia yang cerdas dan berkepribadian atau berkarakter sehingga melahirkan generasi bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan karakter yang bernapaskan nilai-nilai luhur bangsa dan agama. Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat pernah dikatakan Martin Luther King,

yaitu “kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan

yang sebenarnya”.

Rumusan dari Kementerian Pendidikan Nasional, khusunya Direktorat Pendidikan Tinggi menjalaskan bahwa secara umum, arti karakter adalah karakter mendemonstrasikan etika atau sistem nilai personal yang ideal (baik dan penting) untuk eksistensi diri dan berhubungan dengan orang lain. Pengertian secara khusus, karakter adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata bekerhidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terwujud dalam perilaku. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampauan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan (Anas & Irwanto, 2013: 42).

(52)

baik buruk, memelihara kebaikan, mewujudkan dan menebar kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter memiliki dua nilai substansial, yakni :

a. Upaya berencana membantu orang untuk memahami, peduli dan bertindak atas nilai-nilai etika/moral.

b. Mengajarkan kebisaaan berpikir dan berbuat yang membantu orang hidup dan bekerja sama-sama sebagai keluarga, teman, tetangga, masyarakat, dan bangsa (Sukro Muhab, 2010: 3). Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah proses atau upaya yang dilakukan dalam membentuk dan menerapkan karakter-karakter mulia kepada mereka yang melakukan dan menerima pendidikan. Dimana hasil akhirnya mengarahkan agar bisa membedakan antara yang baik atau buruk, benar atau salah, sehingga membawa mereka untuk senantiasa ingat dan kembali kepada ajaran agama yang dianutnya dalam bertindak dan memutuskan sesuatu.

2. Religius

(53)

kepercayaan atau keyakinan manusia (Sulisman dan Sudarsono, 1994: 198).

Sumber dasar karakter religius menurut visi Islam adalah sebagai berikut :

a. Kitab Suci Al-Quran

Al-Quran adalah firman Allah SWT yang diturunkan-NYA melalui perantara malaikat jibril kepada Rasul-NYA, Nabi Muhammad SAW. Dalam Kitab Suci Al-Quran telah termaktub seluruh aspek pedoman hidup bagi umat Islam, sehingga Al-Quran merupakan falsafah hidup Muslim, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Kitab Suci Al-Quran merupakan ajaran Islam yang universal, baik dalam bidang akidah, syariah, ibadah, akhlak, maupun muamalah. Dengan luasnya cakupan dalam aspek ekonomi, sosial, budaya, politik, pertahanan, keamanan, ataupun aspek pendidikan.

b. Sunnah (Hadis) Rasulullah SAW

(54)

Ramayulis (2006: 123) menjelaskan, konsepsi dasar pendidikan yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW adalah sebagai berikut:

1) Disampaikan sebagai rahmatan lil’alamin. 2) Disampaikan secara universal.

3) Segala sesuatu yang disampaikan merupakan kebenaran mutlak.

4) Kehadiran Nabi SAW bagi umat manusia sebagai evaluator atas segala aktivitas pendidikan.

5) Perilaku Nabi Muhammad SAW merupakan figur identifikasi (uswatun hasanah) bagi umatnya.

c. Teladan para sahabat dan tabiin

Para sahabat dan tabiin merupakan generasi awal Islam yang pernah mendapatkan pendidikan langsung dari Rasulullah SAW. Oleh karena itu, sikap, perkataan, dan tindakan mereka senantiasa dalam pengawasan Rasulullah SAW. Sebagai kader awal dakwah Islam, mereka dapat dijadikan contoh dalam hal perkataan, perbuatan, dan sikapnya selama tidak bersimpangan dengan Al-Quran dan As-Sunnah.

d. Ijtihad

(55)

kasus atau peristiwa tidak ditemukan pada masa Rasulullah SAW, para sahabat ataupun pada masa tabiin. Orang yang melakukan ijtihad harus mempunyai otoritas dan kualifikasi sebagai orang yang mampu secara komperehensif dalam bidang keislaman dan bidang lain yang menjadi pendukungnya.

Bagi bangsa Indonesia, empat pilar bangsa yang merupakan nilai budaya bangsa harus dijadikan landasan atau dasar ideal pendidikan karakter setelah nilai agama di atas, yakni:

a. Pancasila

b. Undang-Undang Dasar 1945

c. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) d. Bhinneka Tunggal Ika

Menurut Glock & Stark dalam widiyanta, ada lima dimensi religiusitas, yaitu:

a. Religious practice (the ritualisctic dimension) / Aspek Islam

b. Religious belief (the ideological dimension) / Aspek Iman

c. Religious knowledge (the intellectual dimension) / Aspek Ilmu

d. Religious feeling (the experiental dimension) / Aspek Ikhsan

e. Religious effect (the consequential dimension) / Aspek Amal

(56)

aspek tersebut:

a. Religious practice (the ritualistic dimension)

Tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban ritual di dalam agamanya. Unsur yang ada dalam dimensi ini mencakup pemujaan, kultur serta hal-hal yang lebih menunjukan komitmen seseorang dalam agama yang dianutnya.

Wujud dari dimensi ini adalah perilaku masyarakat pengikut agama tertentu dalam menjalankan ritus-ritus yang berkaitan dengan agama. Dimensi praktek dalam agama islam dapat dilakukan dengan menjalankan ibadah seperti shalat, zakat, puasa, haji dan sebagainya.

Konsep ibadah berpusat pada prinsip dasar penting bahwa manusia diciptakan untuk menjadi khalifah Allah di muka bumi. Allah berkehendak menciptakan manusia untuk menjadi khalifahnya yang memikul amanat risalah dan menjalankan syariatnya. Makna ini dapat disimak dalam Firman allah pada surah al-Dzariyat ayat 56:





“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan

supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Departemen Agama

(57)

b. Religious belief (the ideological dimension)

Sejauh mana orang menerima hal-hal yang dogmatik di dalam ajaran agamanya. Misalnya kepercayaan tentang adanya Tuhan, Malaikat, kitab-kitab, Nabi dan Rasul, hari kiamat, surga, neraka dan yang lain-lain yang bersifat dogmatik. Meskipun diakui setiap agama memiliki seperangkat kepercayaan yang secara doktriner berbeda dengan agama lainnya, bahkan untuk agamanya saja terkadang muncul paham yang berbeda dan tidak jarang berlawanan.

Inti dimensi ini dalam ajaran Islam adalah Tauhid atau mengesakan dan ketaqwaan kepada Allah. Agama Islam menyeru manusia agar beriman dan bertaqwa (Hery Noer &

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman

kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

(Departemen Agama RI, 1993: 29).

(58)

agama yang dianut oleh seseorang, makna yang terpenting adalah kemauan untuk mematuhi aturan yang berlaku dalam ajaran agama yang dianutnya. Jadi dimensi keyakinan lebih bersifat doktriner yang harus ditaati oleh penganut agama.

c. Religious knowledge (the intellectual dimension)

Seberapa jauh seseorang mengetahui tentang ajaran agamanya, terutama yang ada di dalam kitab suci maupun yang lainnya. Paling tidak seseorang yang beragama harus mengetahui hal-hal pokok mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi.

Dimensi ini menunjukkan dalam Islam menunjuk kepada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya terutama mengenai ajaran pokok agamanya, sebagaimana yang termuat di dalam kitab sucinya. Hal ini berhubungan dengan aktivitas seseorang untuk mengetahui ajaran-ajaran agamanya.

Seperti yang dijelaskan dalam Q.S Al-Alaq ayat 1-5, yang menjelaskan bahwasanya kita senantiasa harus berilmu atau belajar untuk mengetahui sesuatu.

(59)

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

d. Religious Feeling (the experiental dimension)

Dimensi ini terdiri dari perasaan-perasaan dan pengalaman-pengalaman keagamaan yang pernah dirasakan dan dialami. Misalnya seseorang merasa dekat dengan Tuhan, seseorang merasa takut berbuat dosa, seseorang merasa doanya dikabulkan Tuhan. Dan lain sebagainya.

Ancok dan Suroso (1994) mengatakan kalau dalam Islam dimensi ini dapat terwujud dalam perasaan dekat atau akrab dengan Allah, perasaan bertawakal (pasrah diri dalam hal positif) kepada Allah, perasaan khusuk ketika melaksanakan shalat atau berdoa, perasaan bergetar ketika mendengar adzan atau ayat-ayat Al-Quran, perasaan bersyukur kepada Allah, perasaan mendapat peringatan atau pertolongan dari Allah.

Dijelaskan dalam Q.S Al-Qashas ayat 77 dijelaskan manusia bahwasanya untuk selalu berbuat baik sebagaimana Allah selalu berbuat baik terhadap kita.

(60)

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak

menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

e. Religious effect (the consequential dimension)

Dimensi ini yang mengukur sejauh mana perilaku seseorang dimotivasikan oleh ajaran agamanya di dalam kehidupannya. Misalnya ikut dalam kegiatan konservasi lingkungan, ikut melestarikan lingkungan alam dan lain-lain.

Ancok dan Suroso (1994) mengatakan bahwa dalam Islam, dimensi ini dapat diwujudkan dengan melakukan perbuatan atau perilaku yang baik sebagai amalan sholeh sebagai muslim, yaitu meliputi perilaku suka menolong, bekerjasama, berderma, mensejahterakan dan menumbuhkembangkan orang lain, menegaskan kebenaran dan keadilan, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan hidup, menjaga amanat, tidak mencuri, tidak korupsi, tidak menipu, tidak berjudi, tidak meminum minuman yang memabukan, mematuhi norma-norma Islam dalam perilaku seksual, berjuang untuk hidup sukses menurut ukuran Islam dan sebagainya.

(61)

ibadah seseorang (Husni, 2001: 39). Dimensi ini bisaanya

didahului oleh masalah keimanan, seperti dalam surat Saba‟

ayat 37:

kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal (saleh, mereka Itulah yang memperoleh Balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang Tinggi (dalam

syurga).”(Departemen Agama RI, 1993: 433).

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa karakter religius adalah karakter atau nilai yang berhubungan dengan agama. Nilai religius merupakan nilai kerohanian dengan tingkatan tertinggi dan mutlak dari kebenaran dan keyakinan dirinya kepada Tuhan. Karakter

religius bersumber dari Alqur‟an, Sunnah, Ijtihad, teladan para sahabat

(62)

BAB III

PROFIL TEMPAT PENELITIAN DAN METODE PENELITIAN A. Profil Tempat Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Racana Kusuma Dilaga Woro Srikandhi

Mengutip dari buku sejarah berdirinya Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi menjelaskan bahwa Racana Kusuma Dilaga-Dilaga-Woro Srikandhi berdiri pada tanggal 9 Maret 1988. Pada waktu itu status kampus IAIN Salatiga masih bernama IAIN Walisongo dan pada masa tersebut nama Racana masih menggunakan nama Racana Walisongo sebelum mengalami perubahan sampai sekarang ini. Salah satu saksi sejarah yaitu kakak Abdul Syukur dan kakak Astuti Sakdiyah sebagai pendiri sekaligus menjadi ketua Racana pertama kali. Beliau sekarang menjadi berstatus sebagai Dosen di IAIN Salatiga dan merangkap sebagai Pembina Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi.

Singkatnya, Pada tanggal 27 September 1996 diadakan rapat untuk pembaharuan nama Racana, karena pada saat itu IAIN Walisongo telah beralih status menjadi IAIN Salatiga, sehingga nama Racana Walisongo harus diganti. Pada waktu itu munculah nama-nama yang banyak diusulkan seperti Damardjati-Sekar Arum, Sunan Bayat-Nyi Sunan Bayat, Ki Ageng Pandanaran-Nyai Ageng Pandanaran, Kusuma Dilaga-Woro Srkandhi, dan Damardjati-Robi‟ah Al Adawiyah.

(63)

Dilaga-Woro Srikandhi. Nama tersebut atas usulan kakak Anshori, kakak Hakim H, dan kakak Hamim, dengan referensi dari buku karangan Ir.

Srimulyono dengan judul ” Wayang Dan Karakter Manusia” halaman101

-103 dan buku karangan Amir Martosedoyo SH dengan judul “Sejarah

Wayang” halaman 64.

Kusuma Dilaga -Woro Srikandhi merupakan tokoh pewayangan dalam cerita Mahabrata. Kusuma Dilaga adalah nama lain dari Werkudoro atau Bima yang merupakan salah satu dari Pandawa. Dia digambarkan sebagi laki-laki yang besar, gagah dan kuat. Senjata pusaka Werkudoro adalah Godho Rujakpolo, sehingga senjata tersebut digunakan sebagai pusaka adat bagi racana putranya. Woro Srikandhi adalah istri dari Arjuna yang juga merupakan salah satu dari Pandawa. Senjata yang digunakannya adalah Busur Panah, sehingga pusaka adat bagi racana putri menggunakan busur dan anak panah.

(64)

Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi merupakan salah satu dari satuan Pandega yang berdomisili di IAIN Salatiga. Racana adalah salah satu organisasi kemahasiswaan yang memiliki struktur pembinaan sampai tingkat nasional, yaitu kwartir nasional. Racana disini memiliki proses pendidikan yang mana lebih diarahkan kearah tugas mahasiswa (tridharma perguruan tinggi). Oleh karena itu agar dapat berjalan dengan baik antara tugas kuliah dan berorganisasi maka perlunya memanajemen waktu dengan baik sehingga semua itu dapat berjalan dengan beriringan. 2. Visi dan Misi Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi

Visi racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi adalah untuk melahirkan kader-kader kepanduan yang profesional dan berintegritas tinggi. Dan misinya adalah untuk membentuk kepribadian mahasiswa yang berahlakul karimah sesuai dengan satya dan dharma pramuka. 3. Satuan Khusus Dalam Racana (Brigade Khusus)

(65)

Pada tanggal 16-17 november 1994 diadakan pembrivetan dan pelantikan yang pertama kali sehingga pada tanggal 17 november 1994 dijadikan hari lahirnya Brigade Khusus Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi (Brigsus Naga Sandhi). Dalam pelaksanaanya brigsus menggunakan sistem komando dan dipimpin oleh seorang komandan. Brigsus diberi kekuasaan untuk mengelola corpsnya secara independen. Untuk dapat menjadi anggota brigsus harus melewati seleksi dan pendidikan terlebih dahulu. Dalam brigsus terdapat 3 jurusan yaitu pertolongan pertama (PP), peraturan baris berbaris (PBB) dan search and

rescue (SAR).

4. Progam Kerja Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi

Sebagai sebuah organisasi yang aktif, racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi memiliki progam kerja yang sudah disusun untuk dilaksanakan. Progam kerja itu disusun ketika awal kepengurusan dan akan dilaporkan sebagai laporan pertanggung jawaban ketika di akhir kepengurusan nanti. Progam kerja tersebut disusun mulai dari progam kerja tahunan, progam kerja bulanan, progam kerja mingguan hingga progam kerja harian.

Progam Kerja Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi antara lain : a. Up Grading dan Raker

b. Gladi Tangguh Brigsus c. HUT Racana

(66)

f. Pelatihan Protokoler

g. DIKTARA (Pendidikan Tamu Racana) h. Penerimaan dan Seleksi Calon Brigsus i. Gladi Wira Brigsus

j. Pembrivetan dan Pelantikan k. Musrac-Mussus

l. Konservasi Alam m. Halal Bihalal

n. Pelolosan dan Penambatan o. Kerohanian

p. Latian Rutin q. Donor Darah

r. Latian Gabungan se-Jawa dan NTB s. Studi Banding

5. Struktur Organisasi Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi Masa Bakti 2017

Tabel 3.1

Dewan Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi Masa Bakti 2017

JABATAN NAMA

Pembina putra Mukti ali, M. Hum.

Pembina putri Dra. Astuti sakdiyah, M.Pd.

Ketua Racana Putra Khoirul Alfani

(67)

Sekretaris Putra Luzman Rifqie

Sekretaris Putri Dyah Puspitasari

Bendahara Putra M. Rafi Naufal

Bendahara Putri Metik Fatmasari

Pemangku Adat Racana Putra Arsyad Bagus Saputra

Pemangku Adat Racana Putri Kristina Mayasari

SEKSI BIDANG

Giat Operasional 1. Muhammad Maskuri

2. Rizna Dwi Ariani

Giat Tekpram 1. Miftahul Falah

2. Febri Dwi Fatmawati

Kerumah Tanggaan 1. Sirojjudin Ala Al Baihaqi

2. Laini Luthfiati

Penelitian dan Pengembangan 1. Edy Setiawan

2. Diah Ayu Sita Resmi

Pengembangan Sumber Daya 1. Muhamad Fitriantono

2. Faridhotul Ilmiah Hubungan Masyarakat dan Abdi

Masyarakat

1. Anas Shobirin

(68)

Tabel 3.2

Dewan Brigade Khusus Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi Periode 2017

JABATAN NAMA

Komandan Brigsus Afif Husein

Sekretaris Amalia Khoirunnisa

Bendahara Zaidatul Aslamiah

Pendidikan Dan Latihan 1. Dina Erawati Kumala

2. Nur Laelatul Fitrianingrum

Logistik 1. Ridho Maulana A.F

2. Iin Zulianti

Komandan Reka PP Almu‟rismillah Zailani

Komandan Reka PBB Nur Wahyuningsih

Komandan Reka SAR Albarra Rifqi Anthoni

Sumber: Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi

B. Metode Pengumpulan Data 1. Jenis dan Pendekatan

Jenis penelitian yang digunakan peneliti yaitu jenis penelitian

grounded theory. Grounded theory memungkinkan peneliti melakukan

riset prosesual, yaitu riset yang berfokus pada “rangkaian peristiwa,

tindakan, dan aktivitas individual maupun kolektif yang berkembang dari waktu ke waktu dalam konteks tertentu (Kasali, 2001: 181). Grounded

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 4.1 Daftar identitas informan atau responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini mengungkapkan adanya pengaruh positif penggunaan media sosial Instagram Wardah terhadap minat beli konsumen Wardah sebesar 61.6% dan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang ada, tetapi penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak

1) IPA sebagai produk: merupakan akumulasi hasil upaya para perintis IPA terdahulu dan umumnya telah tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku

Dengan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi karir merupakan dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk meningkatkan kemampuan pribadinya dalam rangka

Setelah mengetahui besarnya koefisien regresi harus dianalisa lebih lanjut adanya pengaruh tersebut secara kebetulan atau memang signifikan.. Karena meskipun koefisien regresi

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa PT Askes (Persero) mengarahkan seluruh cabang, juga Cabang Utama Bandung melakukan perubahan struktur organisasi yang disiapkan dalam

Menurut Hsu dan Teng (2000) dalam pembuatan karbon aktif dengan aktivasi kimia, aktivator yang lebih baik digunakan untuk bahan baku yang memiliki kandungan karbon yang

Juga dengan penelitian Usman (2003) yang menganalisa rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba pada bank-bank di Indonesia, yang dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa