• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Pembelajaran PAI Dalam Pembinaan Akhlak di SMK Bustanul Ulum Kalirejo Kabupaten Lampung Selatan - Raden Intan Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Implementasi Pembelajaran PAI Dalam Pembinaan Akhlak di SMK Bustanul Ulum Kalirejo Kabupaten Lampung Selatan - Raden Intan Repository"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

Kualitas pendidikan dipengaruhi oleh semua komponen yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pendidikan. Kepemimpinan kepala madrasah, iklim organisasi, dan kinerja guru merupakan komponen pokok bagi terselenggaranya pendidikan.

Kepemimpinan kepala madrasah merupakan posisi strategis dan vital bagi perjalanan penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu kepala madrasah harus mempunyai kemampuan untuk memimpin/ memenej dengan baik. Manajemen merupakan hal yang sangat penting dalam semua bidang kehidupan. Dengan manajemen, kinerja sebuah organisasi dapat berjalan secara maksimal. Demikian juga dengan lembaga pendidikan. Dengan manajemen yang baik, maka sebuah institusi pendidikan akan dapat berkembang secara optimal sebagaimana diharapkan. Menurut Ibrahim ”Manajemen pendidikan dipandang sebagai salah satu faktor yang amat penting dalam menangani masalah-masalah yang ada, kerana kelemahan sisitem pendidikan yang ada adalah lemahnya manajemen pendidikan baik secara makro, mesro, maupun secara mikro”.1 Manajemen pendidikan di Indonesia merupakan titik sentral dalam mewujudkan tujuan pembangunan Sumber Daya Manusia. Dalam pengamatannya, manajemen pendidikan di Indonesia masih belum menampakkan kemampuan profesional sebagaimana

(2)

yang diinginkan.

Pakar pendidikan HAR Tilaar juga memiliki pendapat yang sama. Menurut beliau, masalah manajemen pendidikan merupakan salah satu masalah pokok yang menimbulkan krisis dalam dunia pendidikan Indonesia. Kondisi ini disebabkan karena tidak adanya tenaga-tenaga administrator pendidikan yang profesional. Oleh karena itu, hal penting yang harus dipertimbangkan bagi sebuah institusi pendidikan adalah adanya tenaga administrator pendidikan yang profesional.

Temuan penelitian lainya juga menunjukkan bahwa kemerosotan mutu hasil belajar murid tidak hanya disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar, kurangnya perhatian orang tua, atau kelemahan-kelemahan pada pihak guru, tetapi faktor yang cukup kuat mempengaruhi adalah perilaku kepemimpinan yang tidak tepat pakai dan tidak tepat guna.

Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu diperlukan pemimpin yang mempunyai kemampuan profesionalitas kepemimpinan yang tinggi. Hasil penelitian Phi Delta Kappa menyimpulkan ”Pemimpin yang efektif adalah mereka yang menetapkan tujuan dan standar penampilan, serta menjaga lingkungan kerja yang baik”.2

Dalam usaha mewujudkan tujuan pendidikan, manajemen merupakan faktor yang sangat penting. Oleh karena itu, supaya pendidikan dapat maju, maka harus dikelola oleh administrator pendidikan yang profesional sebagai kepala sekolah. Disamping pentingnya administrator pendidikan yang

(3)

profesional, usaha yang penting dalam pencapaian tujuan pendidikan adalah kerjasama yang baik antara semua unsur yang ada, termasuk mendayagunakan seluruh sarana dan prasarana pendidikan. Dalam konteks inilah, kepala madrasah sebagai administrator pendidikan memegang peranan penting. Dalam Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 1992 pasal 3 ayat 3 dijelaskan bahwa pengelola satuan pendidikan terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua, rektor dan pimpinan satuan pendidikan luar sekolah. Kepala sekolah sebagai salah satu pengelola satuan pendidikan juga disebut sebagai administrator, dan disebut juga sebagai manajer pendidikan. Maju mundurnya kinerja sebuah organisasi ditentukan oleh manajer. Kepala sekolah sebagai manajer merupakan pemegang kunci maju mundurnya sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat Richardson dan Barbe (1986: 99) yang menyatakan, “Principals is perhaps the most significant single factor in establishing an

effective school” Kepala Sekolah merupakan faktor yang paling penting didalam membentuk sebuah sekolah yang efektif.

(4)

kerjasama secara efektif dan efisien dengan personel sekolah, baik secara perorangan maupun kelompok.

Agus Darma mengatakan ” Sebagai kepala sekolah, Anda bertanggung jawab atas sejumlah persoalan, sehingga Anda sedikit banyak harus mengetahui prilaku orang-orang dalam organisasi dan bagaimana memotivasinya”3

Ketrampilan tehnikal merupakan kecakapan dan keahlihan yang harus dimiliki kepala sekolah meliputi metode-metode, proses-proses, prosedur dan tehnik pengelolahan kelas. Dengan kemampuan profesional manajemen pendidikan, kepala sekolah diharapkan dapat menyusun program sekolah yang efektif, menciptakan iklim sekolah yang kondusif dan membangun unjuk kerja personil sekolah serta dapat membimbing guru melaksanakan proses pembelajaran. Di sekolah, kepala sekolah senantiasa berinteraksi dengan guru bawahannya, memonitor dan menilai.

Rendahnya kinerja guru akan berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas yang pada gilirannya akan berpengaruh pula terhadap pencapaian tujuan pendidikan. Rendahnya kinerja guru harus diidentifikasi penyebabnya. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi terhadap kinerja seorang guru. Pada kondisi semacam ini, kepala sekolah memegang peranan penting, karena dapat memberikan iklim yang memungkinkan bagi guru berkarya dengan penuh semangat.

Manajemen pendidikan yang bermutu tidak terlepas dari kemampuan kepala sekolah. Kepala Sekolah sebagai pimpinan di unit kerjanya harus

(5)

disertai dengan beberapa kualifikasi yang melekat pada tugas dan fungsinya, yaitu profesiosnalisasi dalam pekerjaannya, sebagaimana dikemukakan Sanusi, “…bahwa usaha peningkatan kemampuan manajerial sekolah harus

didukung oleh profesionalisasi pekerjaan administrasi sekolah yang membuat para pejabatnya benar-benar menjadi administrator karir.”4

Dalam kedudukannya sebagai pemimpin, kepala sekolah bukan sekedar pelaksana atas berbagai kebijakan, melainkan sebagai penanggung jawab penuh secara profesional dalam manajemen sekolah, demi tercapainya prestasi sekolah yang diharapkan. “Sekolah yang efektif, bermutu, dan favorit , tidak lepas dari peran seorang kepala sekolahnya. Pada umumnya sekolah tersebut dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang efektif.”5

Sehingga kepemimpinan kepala sekolah mengarah kepada kepemimpinan situasional.

Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah adalah salah seorang penentu keberhasilan mutu pendidikan. Sebagaimana dikemukakan Dr. Kartini Kartono, “Pemimpin selalu menjadi fokus dari semua gerakan aktivitas usaha

dan perubahan menuju pada kemajuan organisasi. Pemimpin merupakan agen primer untuk menentukan struktur kelompok/organisasi yang dibinanya. Pemimpin merupakan inisiator, motivator, stimulator, dinamistor dan inovator

4Sanusi, Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan ( Bandung PPS IKIP, 1990 ), h.118.

(6)

dalam organisasinya.”6

Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat tergantung kepada kualitas kepemimpinan kepala sekolah yang memegang peranan penting dalam berbagai kegiatan di sekolah.

Kualitas kepemimpinan dan manajemen kepala sekolah akan mewarnai kualitas kinerja guru dan tenaga kependidikan lainnya. Kualitas kepemimpinan kepala sekolah dapat dilihat dari keberhasilan melakukan pengelolaan semua aspek yang berada di sekolah serta memberdayakan masyarakat untuk mendukung tercapainya tujuan sekolah.

Dalam hubungannya dengan potensi di sekolah yang beragam, kepemimpinan kepala sekolah cenderung bersifat situasional. Kepala sekolah perlu membaca situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya sehingga berjalan secara efektif. Kepala sekolah perlu juga memperhatikan faktor kondisi, waktu dan ruang untuk menentukan gaya kepemimpinan yang tepat, karena gaya kepemimpinan di suatu sekolah mungkin berbeda dengan di sekolah lain.

Sejalan dengan uraian di atas, maka kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan perlu berupaya mengelola sekolah sebaik mungkin agar terwujud iklim organisasi yang kondusif, sehingga pada akhirnya berdampak positif kepada kinerja guru. Selanjutnya perilaku tugas dan hubungan yang merupakan titik pusat konsep kepemimpinan situasional menurut Miftah Thoha ”Perilaku Tugas ialah suatu perilaku seorang pemimpin untuk mengatur dan merumuskan peran-peran dari anggota-anggota kelompok atau

(7)

para pengikut; menerangkan kegiatan yang harus dikerjakan oleh masing-masing anggota, kapan dilakukan, dimana melaksanakannya, dan bagaimana tugas-tugas itu harus dicapai.”7 Selanjutnya disifati oleh usaha-usaha menciptakan pola organisasi yang mantap, jalur komunikasi yang jelas, dan cara-cara melakukan jenis pekerjaan yang harus dicapai.

Perilaku hubungan ialah suatu perilaku seorang pemimpin yang ingin memelihara hubungan-hubungan antar pribadi di antara dirinya dengan anggota-anggota kelompok atau para pengikut dengan cara membuka lebar-lebar jalur-jalur komunikasi, mendelegasikan tanggung jawab, dan memberikan kesempatan pada para bawahan untuk menggunakan potensinya. Hal semacam ini disifati oleh dukungan sosioemosional, kesetiakawanan, dan kepercayaan bersama.8

Keberhasilan proses belajar mengajar dapat berhasil, dipengaruhi pula oleh hubungan antar manusia di dalam organisasi atau sekolah, seperti halnya hubungan kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru serta para siswa yang harmonis. Sehingga dengan hubungan yang harmonis tersebut dapat mewujudkan iklim organisasi sekolah yang mendukung terhadap keberhasilan proses belajar mengajar dan pencapaian tujuan pendidikan.

Apabila peran kepala sekolah sebagai pemimpin tersebut dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan dengan dukungan profesionalitas yang tinggi, serta iklim organisasi sekolah yang kondusif, maka diharapkan

7Miftah Thoha,. Kepemimpinan dalam Manajemen Suatu Pendekatan Prilaku (.Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1999 ), h.77

(8)

terwujudnya peningkatan kinerja guru, sehingga perjalanan organisasi dapat sinergis, yaitu guru menjalankan tugas profesi secara benar, bertanggung jawab dan sadar kualitas, personil lainnya melayani kepentingan stakeholders dengan penuh tanggung jawab dan disiplin serta berorientasi mutu, fasilitas yang dibutuhkan tersedia secara lengkap dan layak pakai, iklim organisasi sekolah kondusif dan mendukung keberhasilan proses belajar mengajar serta siswa dapat belajar dengan tenang, tekun, penuh kejujuran dan keikhlasan serta tanggung jawab. Apabila gambaran tersebut terjadi, maka pada akhirnya akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dan peningkatan mutu pendidikan.

Dalam dunia pendidikan, guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat tinggi, yaitu sebagai komponen terdepan yang berperan langsung dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga perlu memiliki semangat kerja dan kemampuan profesional. Kemampuan guru dapat terlihat dalam cara pengelolaan kelas, penguasaan kurikulum, penggunaan metode dan teknik pembelajaran, pembuatan administrasi dan evaluasi.

(9)

keusangan/ketakutan, prefarasi posisi, orientasi nilai.9 Sumber dari dalam organisasi diantaranya sistem organisasi, peranan organisasi, kelompok dalam organisasi, perilaku yang berhubungan dengan pengawasan , iklim organisasi.10 Sumber dari lingkungan eksternal organisasi, diantaranya keluarga, kondisi ekonomi, kondisi hukum, nilai-nilai sosial, peranan kerja, perubahan teknologi, dan perkumpulan-perkumpulan.

Efektif atau tidaknya kinerja guru perlu mendapat perhatian semua pihak, terutama kepala sekolah sebagai pengelola pendidikan hendaknya berupaya untuk meningkatkan prestasi kerja guru dan tenaga kependidikan lainnya.11 Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah adalah salah seorang penentu keberhasilan mutu pendidikan. Sebagaimana dikemukakan Dr. Kartini Kartono, “Pemimpin selalu menjadi fokus dari semua gerakan aktivitas usaha

dan perubahan menuju pada kemajuan organisasi. Pemimpin merupakan agen primer untuk menentukan struktur kelompok/organisasi yang dibinanya. Pemimpin merupakan inisiator, motivator, stimulator, dinamistor dan inovator dalam organisasinya. Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat tergantung kepada kualitas kepemimpinan kepala sekolah yang memegang peranan penting dalam berbagai kegiatan di sekolah. Kualitas kepemimpinan dan manajemen kepala sekolah akan mewarnai kualitas kinerja guru dan tenaga

9GBHN, TAP Nomor : II/MPR/1993

10Wardiman Djojonegoro, 1995, Visi dan Strategi Pembangunan Pendidikan untuk Tahun 2020 Tuntutan terhadap Kualitas, Bandung : Mimbar Pendidikan IKIP Bandung.

(10)

kependidikan lainnya. Kualitas kepemimpinan kepala sekolah dapat dilihat dari keberhasilan melakukan pengelolaan semua aspek yang berada di sekolah serta memberdayakan masyarakat untuk mendukung tercapainya tujuan sekolah.

Dalam hubungannya dengan potensi di sekolah yang beragam, kepemimpinan kepala sekolah cenderung bersifat situasional. Kepala sekolah perlu membaca situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya sehingga berjalan secara efektif. Kepala sekolah perlu juga memperhatikan faktor kondisi, waktu dan ruang untuk menentukan gaya kepemimpinan yang tepat, karena gaya kepemimpinan di suatu sekolah mungkin berbeda dengan di sekolah lain.

Sejalan dengan uraian di atas, maka kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan perlu berupaya mengelola sekolah sebaik mungkin agar terwujud iklim organisasi yang kondusif, sehingga pada akhirnya berdampak positif kepada kinerja guru.

Berdasarkan hasil observasi pendahuluan di MTS Jauharotul Mualimin Seputih Agung Lampung Tengah diperoleh keterangan

”Kepala sekolah cukup berpengalaman dengan kepribadian, jiwa sosial yang baik, kemampuan manajerial dan supervisi tergolong cukup memadahi, hanya belum mampu memberikan kesejahteraan guru sesuai dengan harapan dewan guru. Iklim organisasi cukup kondusif dengan suasana yang demokratis dan rasa toleransi yang cukup baik. Namun kinerja guru belum maksimal karena kompetensi yang dimiliki guru masih perlu pembenahan dan pembinaan.”12

(11)

Berdasarkan data awal tersebut diketahui bahwa kepemimpinan kepala sekolah, dan iklim organisasi cukup memadahi, namun kinerja guru masih rendah. Secara teori kepemimpinan kepala madrasah dan iklim organisasi mempunyai hubungan dengan kinerja guru, namun kenyataan di MTs Jauharotul Mualimin menunjukan adanya kesenjangan yaitu kepemimpinan kepala madrasah dan iklim organisasi tergolong cukup memadahi namun kinerja guru tergolong rendah. Untuk mengetahui persoalan tersebut dengan benar perlu diadakan penelitian adakah hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala madrasah dan iklim organisasi dengan kinerja guru.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka ada beberapa masalah yang muncul diantaranya yaitu :

1. Kepala MTs Jauharotul Mualimin Seputih Agung telah memiliki kompetensi yang memadahi, namun kinerja guru masih rendah.

2. Iklim organisasi MTS Jauharotul Mualimin Seputih Agung cukup kondusif, namun kinerja guru masih rendah.

3. Guru MTS Jauharotul Mualimin Seputih Agung tetap menjalankan tugas sesuai dengan kemampuan yang dimiliki meskipun kesejahteraan yang diberikan belum memadahi.

(12)

kepemimpinan kepala sekolah, iklim organisasi, insentif, keadaan siswa, sarana prasarana pembelajaran dll.

C. Pembatasan Masalah

Banyak masalah yang perlu mendapat perhatian kaitannya dengan kinerja guru, maka dalam hal ini peneliti membatasi permasalahan pada “Hubungan Kepemimpinan kepala madrasah dan iklim organisasi madrasah dengan kinerja guru MTs Jauharotul Mualimin Seputih Agung Lampung Tengah.”

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah maka penelitian ini bersifat mendeskripsikan “Hubungan Kepemimpinan Kepala Madrasah dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Guru MTs Jauharotul Mualimin Seputih Agung Lampung Tengah. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Adakah hubungan yang signifikan antara kemimpinan kepala madrasah dengan kinerja guru MTs Jauharotul Mualimin Seputih Agung Lampung Tengah?

2. Adakah hubungan yang signifikan antara iklim organisasi madrasah dengan kinerja guru MTs Jauharotul Mualimin Seputih Agung Lampung Tengah?

(13)

E. Hipotesis

Hipotesis ( dugaan sementara ) dalam penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala madrasah dengan kinerja guru MTs Jauharotul Mualimin Seputih Agung Lampung Tengah

2. Ada hubungan yang signifikan antara iklim organisasi madrasah dengan kinerja guru MTs Jauharotul Mualimin Seputih Agung Lampung Tengah. 3. Ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala madrasah dan

iklim organisasi madrasah dengan kinerja guru MTs Jauharotul Mualimin Seputih Agung Lampung Tengah.

Hipotesis statistiknya yaitu :

Ho : ρ = 0 Ho diterima Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan, Ha : ρ = 0 Ha diterima Ho ditolak yang berarti ada hubungan

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini untuk menemukan, mengembangkan dan membuktikan hubungan kepemimpinan kepala madrasah dan iklim organisasi dengan kinerja guru MTs Jauharotul Mualimin Seputih Agung Lampung Tengah. Adapun secara lebih rinci tujuan penelitian ini adalah :

(14)

b. Untuk mengetahui adakah hubungan yang signifikan antara iklim organisasi madrasah dengan kinerja guru MTs Jauharotul Mualimin Seputih Agung Lampung Tengah

c. Untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala madrasah dan iklim organisasi madrasah dengan kinerja guru MTs Jauharotul Mualimin Seputih Agung Lampung Tengah.

2. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan terutama yang berkaitan dengan kepemimpinan kepala madrasah, iklim organisasi dan kinerja guru.

Secara teori hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkuat khasanah keilmuan bidang pendidikan yang telah ada khususnya yang berhubungan dengan kepemimpinan kepala madrasah, iklim organisasi dan kinerja guru.

(15)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti berikutnya, sehingga persoalan kualitas pendidikan di Indonesia semakin mendekati kesempurnaan sesuai yang diharapkan.

G. Kerangka Pikir

Guru sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan dituntut memiliki kinerja sebagai tenaga pendidik yang profesional dan maksimal. Kinerja guru tidak tumbuh dengan sendirinya melainkan, dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang bersifat internal maupun eksternal.

Dari berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja guru, sesuai dengan permasalahan yang ada di MTs Jauharotul Mualimin Seputih Agung, maka peneliti memfokuskan penelitian ini pada pengaruh kepemimpinan kepala madrasah dan iklim organisasi madrasah terhadap kinerja guru.

Ada tiga variabel dalam penelitian ini yaitu kepemimpinan kepala madrasah, iklim organisasi madrasah, dan kinerja guru. Kepemimpinan kepala madrasah ( X1 ), dan iklim organisasi madrasah ( X2 ) sebagai variabel bebas.

Kinerja guru ( Y ) sebagai variabel terikat.

KERANGKA PARADIGMA PENELITIAN

ry x1

X.1 KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH

 Kepribadian  Manajerial  Supervisi  Sosial

 Kewirausahaan 

Y

KINERJA GURU  Motivasi  Kompetensi  Prestasi/ hasil

kerja

(16)

Ryx1x2

ryx2

X. 2

(17)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kepemimpinan Kepala Madrasah 1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan berasal dari bahasa Inggris “Leadership”.13 Secara bahasa kepemimpinan berasal dari kata dasar pemimpin yang artinya mengatur.14 Imbuhan ke-an mengandung arti prihal, sesuatu hal yang me. Dengan demikian kepemimpinan artinya sesuatu hal yang mengatur. Menurut Achmad Sanusi ”Kepemimpinan adalah suatu proses untuk mempengaruhi orang lain secara efektif dan efisien untuk mencapai organisasi”.15 Menurut Wahjosumidjo “Kepemimpinan adalah sifat, prilaku, pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan kerja sama antar peran, tentang ligitimasi pengaruh”.16

Mengingat demikian besarnya beban yang harus diemban seorang pemimpin, maka tentunya pemimpin harus diangkat dari orang yang mempunyai jiwa kepemimpinan yang memadai. Pelaksanaan tugas pemimpin dalam bekerja yang semakin besar, termasuk tuntutan pemimpin untuk meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan secara praktis, cepat dan tepat efisien dan efektif.

13 John. M. Echolis dan Hassan Sadily, Kamus Inggris Indonesia, ( Jakarta : Gramedia, 1988, Cet.ke-16, h.351

14Ibid.

15Achmad Sanusi dan Sobry Sutikno, Kepemimpinan Sekarang dan Masa Depan, ( Bandung : Prospect, 2009 ), h. 19

16

(18)

Kepemimpinan pada dasarnya merupakan proses mempengaruhi perilaku dan aktivitas individu atau kelompok serta menyediakan situasi dalam usaha pencapaian tujuan. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapai tujuan dari kelompok itu yaitu tujuan bersama.

Pengertian umum kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, dan kalau perlu memaksa orang lain agar ia menerima pengaruh itu selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian suatu maksud atau tujuan tertentu.

2. Pengertian Kepala Madrasah

Istilah Kepala madrasah terdiri dari kata ”kepala yang artinya Pemimpin, ketua ( kantor, pekerjaan, organisasi )17, dan kata madrasah/ sekolah yang artinya tepat pendidikan.18 Menurt Wahjosumidjo “Kepala madrasah pada hakekatnya adalah jabatan formal, sebab pengangkatannya melalui suatu proses dan prosedur yang di dasarkan atas peraturan yang berlaku.19 Dengan demikian kepala madrasah adalah pemimpin lembaga pendidikan formal yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dan diangkat berdasarkan proses dan prosedur sesuai dengan aturan yang berlaku.

17Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka, 1982 ), h. 480

18Ibid

(19)

Berdasarkan pengertian di atas maka kepala madrasah tentunya dipilih dari orang yang benar-benar mempunyai kompetensi yang memadai sebagai pemimpin jabatan formal. Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 Pasal 38 ditetapkan kreteria untuk diangkat sebagai kepala sekolah adalah memiliki pengalaman kerja yang cukup, memiliki kualifikasi akademik, memiliki kompetensi kepemimpinan, pengelolaan, dan kewirausahaan di bidang pendidikan.20 Dengan demikian kepala madrasah harus mempunyai kompetensi pembelajaran, pemimpin, manajer, dan wirausaha kependidikan.

3. Peran Kepala Madrasah sebagai Pemimpin

Dalam era persaingan memajukan bidang pendidikan peran kepala sekolah sebagai pemimpin sangat dominan untuk dapat menjembatani permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Menurut Henry yang dikutip oleh Achmad Sanusi ada tiga peran penting pemimpin yaitu peranan yang bersifat interpersonal, informasional, dan pengambil keputusan.21 Peran yang bersifat personal kepala sekolah harus mampu tampil dalam acara upacara-upacara resmi, berperan sebagai penggerak dengan memberikan bimbingan, dan berperan sebagai penghubung kerjasama dengan pihak-pihak terkait. Peran kepala madrasah yang bersifat informasional yaitu kepala madrasah mengikuti dan memperoleh segala informasi seluruh proses kegiatan yang dilakukan oleh sekolah, memberikan informasi kepada bawahan, dan memberikan laporan kepada atasan. Sebagai

20Agus Darma, Manajemen Sekolah, ( Jakarta : Depdiknas, 2007 ), h. 19

(20)

pengambil keputusan kepala madrasah harus memperbaiki dan mengembangkan satuan kerja, mampu mengatasi segala persoalan yang dihadapi, mengatur segala sumber daya manusia, dana, waktu, dan prasarana, serta mampu menjalin hubungan kerjasama dengan pihak luar. Unsur-unsur yang terlibat dalam peran kepemimpinan yang dikemukakan di atas adalah :

a. Orang yang dapat mempengaruhi orang lain disatu pihak. b. Orang yang dapat dipengaruh dilain pihak.

c. Adanya maksud-maksud atau tujuan-tujuan tertentu yang hendak dicapai.

d. Adanya serangkaian tindakan tertentu untuk mempengaruhi dan untuk mencapai maksud atau tujuan tertentu itu.

Cara kerja seseorang pemimpin agar supaya proses kepemimpinannya berjalan dengan baik, beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh pemimpin-pemimpin itu adalah sebagai berikut :

a. Hendaknya orang yang menjalankan peranan pemimpin jangan sekali-kali mencari keharuman nama sendiri.

b. Pemimpin harus menyadari, bahwa hubungan antar manusia yang baik merupakan landasan penting dalam kepemimpinannya.

c. Beberapa pendekatan dalam kepemimpinan

(21)

kiat, seni, dan profesi.22 Dikatakan sebagai ilmu karena kepemimpinan dipandang sebagai suatu bidang pengetahun yang secara sistematis berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerjasama. Dikatakan sebagai kiat karena kepemimpinan dilandasi dengan keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi kepemimpinannya dan profesionalismenya ditunutut oleh suatu kode etik. Kepemimpinan di katakan sebagai seni karena dalam melaksanakan fungsi dan prinsip kepemimpinannya dihadapkan pada masalah-masalah yang komplek yang membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki seni memimpin yang dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah telah menetapkan bahwa ada 5 (lima) dimensi kompetensi yang perlu dimiliki kepala sekolah, yaitu: Kepribadian, Manajerial, Kewirausahaan, Supervisi dan Sosial.23 Dengan demikian peran kepala sekolah tidak terbatas pada pengaturan yang bersifat komando namun, peran kepala sekolah lebih luas yaitu keteladanan akhlak, meningkatkan nilai jual prestasi sekolah, usaha operasional melalui bidang usaha, menjalin hubungan dengan masyarakat. 4. Tugas Kepala Madrasah

Kepala madrasah sebagai pemimpin pendidikan sudah saatnya menyediakan suatu kondisi yang dapat menumbuh kembangkan kreativitas

22Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, ( Jakarta : Imtima, 2007 ), Cet. Ke-2, h.225

(22)

dan inovasi pada satuan pendidikan sebagai gugus terdepan tempat terjadinya pengalaman pembelajaran. Pembinaan kualitas pendidikan harus terjadi pada tingkat manajemen persekolahan (mikro). Karena itu sistem pembinaan harus dimulai pada manajemen di tingkat mikro yang dapat mengembangkan partisipasi tenaga kependidikan di sekolah, serta dapat menciptakan iklim organisasi yang kondusif.

Tugas kepala madrasah cukup kompleks namun, salah satu rujukan menjelaskan bahwa tugas kepala sekolah adalah mengembangkan potensi-potensi sekolah, guru, dan siswa untuk mencapai prestasi maksimal.24 Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dimengerti bahwa seorang kepala sekolah sebagai pemimpin mempunyai tugas-tugas sebagai berikut : a. Tugas mengembangkan potensi prestasi madrasah

Pengelolan yang terkait dengan komponen potensi madrasah dapat meliputi: (1) kurikulum praktis dan mantap; (2) tujuan yang menantang dan balikan yang efektif; (3) partisipasi orang tua dan masyarakat; (4) lingkungan yang tertib dan nyaman; dan (5) kolegialitas dan profesionalisme.25 Menurut Cyril ”Model yang direkomendasikan dalam siklus pengelolaan sekolah adalah penetapan tujuan, pembuatan kebijakan, perencanaan program, penetapan anggaran, pelaksanaan, dan penilaian”.26 Berdasarkan dua pendapat tersebut tugas kepala sekolah dalam mengembangkan potensi prestasi

24 Surya Darma, Kepemimpinan Pendidikan Persekolahan yang Efektif, ( Jakarta : Dirjen Depdiknas 2007 ), h.8

25 Ibid., h.9

(23)

sekolah mencakup kegiatan internal sekolah maupun kegiatan yang bersifat eksternal. Hal ini memerlukan pengetahuan yang luas bagi kepala sekolah.

b. Tugas mengembangkan potensi profesionalisme guru

Pengelolaan yang terkait dengan komponen guru dapat mencakup: (a) strategi instruksional; (b) manajemen kelas; dan (c) desain kurikulum.27 Untuk memenuhi tiga aspek tersebut maka dibutuhkan profesionalisme guru. Guru yang profesional adalah guru yang menguasai bidang keilmuan yang disampaikan kepada murid-muridnya dengan cara efektif dan efisien.

Menurut Cyril potensi profesionalisme guru yang perlu dibangun oleh kepala sekolah dalam menjalankan tugas pokok yaitu bantuan klinis, perencanaan, pengajaran, manajemen ruang kelas, pengamatan kemajuan, peduli siswa.28 Bantuan klinis maksudnya guru hendaknya memiliki kemampuan mendiagnosis keperluan siswa dan mempersiapkan pengalaman belajar yang menunjang. Perencanaan meliputi pemilihan tujuan yang tepat, pengalaman belajar dan prosedur penilaian yang tepat. Pengajaran yang baik terjadinya komunikasi yang berhasil dalam pencapaian harapan siswa. Manajemen ruang kelas yaitu memelihara ketertiban sehingga tercipta kondisi belajar yang kondusif.

27Surya Darma, Op. Cit., h. 9

(24)

Ditinjau dari teknik yang digunakan, kegiatan pengembangan profesional guru, secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu pengembangan intensif (intensive development), pengembangan kooperatif (cooperative development), dan pengembangan mandiri (self directed development).29

Pengembangan intensif (intensive development) adalah bentuk pengembangan yang dilakukan pimpinan terhadap guru yang dilakukan secara intensif berdasarkan kebutuhan guru. Menurut Veithzal "Kebutuhan biasanya dapat diketahui dari prestasi karyawan yang tidak sesuai dengan standar hasil kerja yang dituntut pada jabatan itu“.30

Pendapat ini cukup efektif dalam arti pembinaan terhadap guru dilakukan manakala telah diketahui permasalahan apa yang dipandang perlu untuk dilakukan pembinaan. Model ini biasanya dilakukan melalui langkah-langkah yang sistematis, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi dan pertemuan balikan atau refleksi. Teknik pengembangan yang digunakan antara lain melalui pelatihan, penataran, kursus, loka karya, dan sejenisnya.

Pengembangan kooperatif (cooperative development) adalah suatu bentuk pengembangan guru yang dilakukan melalui kerja sama dengan teman sejawat dalam suatu tim yang bekerja sama secara sistematis. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan

29Dinsmore, P.. Human Factors in Project Management. ( New York: AMACOM 1990 ), h. 35

(25)

profesional guru melalui pemberian masukan, saran, nasihat, atau bantuan teman sejawat. Teknik pengembangan yang digunakan bisa melalui pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Teknik ini disebut juga dengan istilah peer supervision atau collaborative supervision.

Pengembangan mandiri (self directed development) adalah bentuk pengembangan yang dilakukan melalui pengembangan diri sendiri. Bentuk ini memberikan otonomi secara luas kepada guru. Guru berusaha untuk merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan, dan menganalisis balikan untuk pengembangan diri sendiri. Teknik yang digunakan bisa melalui evaluasi diri (self evaluation) atau penelitian tindakan (action research). Menurut Veithzal sumberdaya yang terbatas dapat mendorong peningkatan kreativitas dan persaingan yang ketat menuntut kreativitas dalam banyak hal.31

c. Tugas meningkatkan potensi prestasi siswa

Pengelolaan yang terakait dengan siswa mencakup: (a) lingkungan rumah; (b) kecerdasan belajar; dan (c) motivasi. Ketiga komponen tersebut bersifat interrelatif, oleh karenanya harus dikelola secara sinergis dengan mendasarkan kepada prinsip-prinsip koordinasi, sinkronisasi, dan integrasi.32 Pendapat ini berfokus pada faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu fakor dari dalam berupa kemampuan dasar ( IQ ), faktor dari luar diri berupa lingkungan, dan

(26)

faktor dari dalam dan luar diri berupa motivasi belajar.

Sementara ini kebanyakan pendidik lebih menitik beratkan pada prestasi hasil belajar siswa dibidang pengetahuan, sehingga terbukti sikap dan ketrampilan lulusan menjadi kurang sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan. Oleh karena itu kepala sekolah hendaknya dapat mentargetkan sasaran pendidikan yang mencakup ketiga aspek potensi anak didik yaitu pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Hal ini sesuai dengan konsep Veithzal sasaran pendidikan dapat dikategorikan ke dalam tingkah laku yang diinginkan yaitu kategori kognitif, afektif, dan psikomotor.33

Dalam sisi lain sejalan dengan kebijakan pemerintah tentang otonomi daerah termasuk di lingkungan pendidikan maka tugas kepala sekolah semakin besar dalam menentukan berhasil tidaknya suatu sekolah. ”Ketika

gagasan desentralisai pemerintah menjadi kebijakan, dan urusan pendidikan ikut didesentralisasikan, kebijakan ini semakin jelas ditampakkan melalui praktik-praktik yang terjadi di sejumlah daerah yang bersedia melakukan berbagai eksperimen”.34

Mengingat sekolah sebagai upaya pemberdayaan kehidupan manusia tentunya sekolah bukan sebagai tempat coba-coba. Untuk menghindari sekolah sebagai tempat coba-coba tentunya diperlukan tenaga-tenaga pendidikan yang profesional termasuk di dalamnya adalah kepala sekolah. ”Kepala sekolah dipandang sebagai pejabat yang profesional

manakala memiliki kompetensi sebagai pemimpin, manager, pendidik, dan

33Veithzal, Op. Cit., h.5

(27)

kepala sekolah sebagai staf”.35

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut maka tugas kepala sekolah adalah sebagai pemimpin, manajer, pendidik, administrator, inovator, motivator, dan supervisor.

a. Tugas Kepala Madrasah sebagai pemimpin

Kepala madrasah sebagai pemimpin di lembaga pendidikan, baik pemerintah maupun swasta mempunyai tugas untuk mengatur dan menggerakkan sejumlah besar orang-orang yang mempunyai berbagai sikap, tingkah laku dan latar belakang yang berbeda-beda, untuk mecapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Menurut Achmad Sanusi ”Kepemimpinan adalah suatu proses untuk mempengaruhi orang lain

secara efektif dan efisien untuk mencapai organisasi”.36

Menurut Wahjosumidjo “Kepemimpinan adalah sifat, prilaku, pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan kerja sama antar peran, tentang ligitimasi pengaruh”.37

Mengingat demikian besarnya beban yang harus di emban seorang pemimpin ( kepala sekolah ), maka tentunya kepala sekolah harus diangkat dari orang yang mempunyai jiwa kepemimpinan yang memadai.

Dalam era persaingan memajukan bidang pendidikan peran kepala sekolah sebagai pemimpin sangat dominan untuk dapat menjembatani permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Menurut Henry yang dikutip oleh Achmad Sanusi ada tiga peran penting pemimpin yaitu peranan yang

35Wahjosumidjo, Op. Cit., h. 82

36Achmad Sanusi dan Sobry Sutikno, Kepemimpinan Sekarang dan Masa Depan, ( Bandung : Prospect, 2009 ), h. 19

37

(28)

bersifat interpersonal, informasional, dan pengambil keputusan.38 Peran yang bersifat personal kepala sekolah harus mampu tampil dalam acara upacara-upacara resmi, berperan sebagai penggerak dengan memberikan bimbingan, dan berperan sebagai penghubung kerjasama dengan pihak-pihak terkait.

Peran kepala sekolah yang bersifat informasional yaitu kepala sekolah mengikuti dan memperoleh segala informasi seluruh proses kegiatan yang dilakukan oleh sekolah, memberikan informasi kepada bawahan, dan memberikan laporan kepada atasan. Sebagai pengambil keputusan kepala sekolah harus memperbaiki dan mengembangkan satuan kerja, mampu mengatasi segala persoalan yang dihadapi, mengatur segala sumber daya manusia, dana, waktu, dan prasarana, serta mampu menjalin hubungan kerjasama dengan pihak luar.

Kepala sekolah diharapkan menjadi pemimpin dan inovator di sekolah. Oleh sebab itu, kualitas kepemimpinan kepala sekolah adalah signifikan bagi keberhasilan sekolah. Wahjosumidjo mengemukakan bahwa:

Pemimpin memerlukan kemampuan berpikir secara fleksibel terhadap organisasi, melihat organisasi dari berbagai sudut pandang, menyesuaikan gaya kepemimpinan agar cocok dengan isu-isu yang sedang tumbuh. Pemimpin perlu bertanggung jawab terhadap nilai. Pemimpin perlu mengolah gaya yang sesuai dengan kepribadiannya, perlu mengembangkan kecakapan, untuk melihat organisasi sebagai bentuk-bentuk organisasi, dengan kebutuhan, peran, kewibawaan, dan simbol-simbol yang bercampur untuk membantu arah dan membentuk perilaku.39

(29)

Kemampuan profesional kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan yaitu bertanggung jawab dalam menciptakan suatu situasi belajar mengajar yang kondusif, sehingga guru-guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik dan peserta didik dapat belajar dengan tenang. Di samping itu kepala sekolah dituntut untuk dapat bekerja sama dengan semua komponen yang ikut terlibat dalam pendidikan baik secara langsung seperti guru, karyawan, murid, maupun yang secara tidak langsung seperti masyarakat, instansi lain.

Kompetensi kepala sekolah sebagai pemimpin hendaknya mempunyai Kepribadian yang kuat, memahami kondisi anak buah dengan baik, memiliki visi dan memahami misi, memiliki kemampuan ambil keputusan, memiliki kemampuan berkomunikasi.40 Fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin dalam mengambil keputusan atau kebijakan yang berkaitan dengan upaya-upaya pencapaian tujuan pendidikan adalah sangat rumit, disebabkan oleh semakin banyaknya orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan tugas-tugas di sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin juga diharapkan harus mampu mempengaruhi (motivasi) atas kompetensi-kompetensi individu-individu dalam kelompok yang ada di sekolah.

b. Tugas Kepala Madrasah sebagai Manajemen

Manajemen adalah proses perencanaan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan usaha anggota-anggota organisasi serta

(30)

pendayagunaan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.41 Berdasarkan pengertian tersebut kepala sekolah sebagai manajer pada hakikatnya adalah seorang perancang, pemimpin dan pengendali. Dalam Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 1992 pasal 3 ayat 3 dijelaskan bahwa pengelola satuan pendidikan terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua, rektor dan pimpinan satuan pendidikan luar sekolah. Maju mundurnya kinerja sebuah organisasi ditentukan oleh sang manajer. Kepala sekolah sebagai manajer merupakan pemegang kunci maju mundurnya sekolah. Kepala madrasah merupakan faktor yang paling penting didalam membentuk sebuah sekolah yang efektif.

Dengan kemampuan profesional manajemen pendidikan, kepala sekolah diharapkan dapat menyusun program sekolah yang efektif, menciptakan iklim sekolah yang kondusif dan membangun unjuk kerja personel sekolah serta dapat membimbing guru melaksanakan proses pembelajaran. Di sekolah, kepala sekolah senantiasa berinteraksi dengan guru bawahannya, memonitor dan menilai kegiatan mereka sehari-hari . Anwar mengatakan ”Kualitas seorang pengarah antara lain : sabar, bersifat mendukung, berminat, pendengar yang baik, prespektif, sadar diri sendiri, perhatian, berdaya ingat kuat, memiliki keahlian, pengetahuan, kredibilitas dan berwibawa”.42

Demikian komplek kompetensi seorang kepala sekolah sebagai manajer. Hal ini sesuai dengan tuntutan jaman yang semakin

41 Wahjosumidjo, Op. Cit., h. 94

(31)

cepatnya arus informasi dewasa ini selalu memberikan implikasi beragam pada kondisi pendidikan dewasa ini terlebih semakin banyak permasalahan seperti halnya kondisi sekolah dan berbagai perubahan kebutuhan siswa di dalam proses pembelajaran kiranya perlu dicari alternatif pengelolaan manajemen sekolah yang lebih tepat guna menghadapi perubahan yang selalu bergulir. Menurut Syaiful ”Karakteristik pengambilan keputusan pada berbagai tahap dan tingkatan dalam manajemen pendidikan memerlukan informasi yang berbeda-beda. Para pengambil keputusan harus mampu menseleksi informasi”.43

Kemampuan manajemen, teknologi, informasi dan kualitas sumber daya manusia merupakan kemampuan dasar yang sangat diperlukan seorang pendidik agar mampu bersaing dalam persaingan global. Seorang kepala sekolah sebagai top manajer mempunyai peran sentral di dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan sumber daya manusia di sekolah serta lingkungan sekitarnya, sehingga dalam pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) peran kepala sekolah sebagai manajer sangat menentukan dalam rangka memberdayakan secara manusiawi sehingga mampu menciptakan iklim yang kondusif dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan efektif dan efisien.

Kompetensi kepala madrasah sebagai manajer diantaranya memiliki kemampuan menyusun program, memiliki kemampuan

(32)

menyusun personalia, memiliki kemampuan mengoptimalkan sumber daya sekolah.44 Kemampuan kepala sekolah sebagai seorang manajer dalam merancang dan menjabarkan program kerja dengan disertai langkah-langkah yang relevan sangat menentukan berhasilnya suatu tujuan yang telah ditetapkan. Dengan cara-cara yang strategis pemimpin mampu meningkatkan kinerja guru, karyawan lebih baik. Menciptakan situasi kerja yang kondusif perlu dilakukan, agar suasana kerja yang menyenangkan benar-benar dapat terwujud. Mengubah pola pemikiran yang menyatakan bahwa pekerjaan bukan merupakan beban, akan tetapi merupakan kebutuhan adalah hal yang penting dan perlu dipertimbangkan.

c. Tugas Kepala Sekolah sebagai Pendidik

Pendidik adalah orang yang mendidik. Sedangkan mendidik adalah memberikan latihan ( ajaran, pimpinan ) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.45 Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok manusia dalam rangka mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Dapat dikatakan pula kepala sekolah sebagai pendidik dituntut mampu mengadakan arah pengembangan diri siswa, pengelolaan, dan pemeliharaan.46 Pengembangan diri diprogramkan untuk mengembangkan potensi dasar yang telah dimiliki siswa untuk dapat berkembang seoptimal

44Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Madrasah, Pamflet, MTs Jauharorul Mualimin, Seputih Agung, Januari 2010

45Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka, 1982 ), h. 204

(33)

dan sebaik mungkin. Yang perlu dilakukan guru dalam pengelolaan adalah mengelola sekolah baik yang berhubungan dengan sumber daya manusia ( guru dan siswa ), sumber daya keuangan, dan sarana prasarana. Pemeliharaan yang dimaksud adalah kepala sekolah mampu memelihara hubunagan tata kerja, tata sosial, tata lingkungan dan emosional warga sekolah.

Kepala madrasah sebagai pendidik harus mempunyai kompetensi membimbing guru, karyawan, staf, dan siswa, memiliki kemampuan memberi contoh mengajar yang baik, memiliki kemampuan mengikuti perkembangan IPTEK.47 Kepala sekolah sebagai pendidik harus mampu menanamkan , mamajukan, dan meningkatkan empat macam nilai yaitu mental, moral, fisik, dan artistik.48 Menanamkan nilai mental artinya kepala sekolah harus mampu membangun sikap pemberani menghadapi tantangan, tidak mudah putus asa namun juga tidak melampui batas-batas norma agama, adat istiadat maupun norma pemerintahan. Membangun moral artinya kepala sekolah harus mampu menanamkan prilaku guru dan siswa menjadi pribadi yang berakhlakul karimah, menjadi panutan dilingkungannya. Membangun jasmani artinya kepala sekolah hendahnya dapat menciptakan lingkungan yang sehat yang dapat membawa kesehatan jasmaniyah guru dan siswa, rasa nyaman, dan damai. Membangun artistik artinya kepala sekolah dapat menciptakan sekolah bernuansa seni sehingga

47 Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Madrasah, Pamflet, MTs Jauharorul Mualimin, Seputih Agung, Januari 2010

(34)

terasa indah dan menjadikan guru dan siswa merasa senang di lingkungan sekolah.

d. Tugas Kepala Sekolah sebagai Administrator

Kompetensi kepala madrasah sebagai administrator yaitu memiliki kemampuan mengelola administrasi KBM dan BK, menyusun administrasi siswa, keuangan, persuratan,dan sarana prasarana.49 Dalam usaha mewujudkan tujuan pendidikan, manajemen merupakan faktor yang sangat penting. Oleh karena itu, supaya pendidikan dapat maju, maka harus dikelola oleh administrator pendidikan yang profesional. Di samping pentingnya administrator pendidikan yang profesional, usaha yang penting dalam pencapaian tujuan pendidikan adalah kerjasama yang baik antara semua unsur yang ada, termasuk mendayagunakan seluruh sarana dan prasarana pendidikan. Dalam konteks inilah, administrator pendidikan memegang peranan yang cukup penting.

Sebagai administrator kepala madrasah paling tidak memiliki instrumen administrasi umum, siswa, program, guru, dan administrasi dinding.50 Adimistrasi umum diantaranya buku agenda, ekspedisi, rincian tugas, buku tanu umum, buku tamu dinas, buku cuti, arsip surat masuk keluar, dan buku inventaris. Administrasi siswa meliputi buku penerimaan murid baru, buku induk, absen kolektif siswa, arsip buku laporan pribadi, rekapitulasi perkembangan siswa, mutasi siswa, buku klaper. Administrasi

49Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Madrasah, Pamflet, MTs Jauharorul Mualimin, Seputih Agung, Januari 2010

(35)

program diantaranya rencana program tahunan, semester, dan program peningkatan SDM. Administrasi guru diantaranya absensi guru, buku kondite guru, kunjungan kelas, notulen rapat, catatan peristiwa penting, buku bimbingan dan penyuluhan. Adiminstrasi dinding diantaranya program kerja tahunan, struktur organisasi, visi dan misi sekolah, grafik jumlah murid, grafik pendidikan orang tua, papan statistik, rencana kegiatan sekolah.

e. Tugas Kepala Sekolah sebagai Inovator

Sebagai inovator kepala madrasah diharapkan dapat memberikan wawasan baru yang luas baik kepada guru, staf, maupun siswa untuk kemajuan sekolah. Kompetensi yang perlu dimiliki kepala madrasah sebagai inovator adalah memiliki kemampuan menemukan gagasan baru dan melakukan pembaharuan.51 Gagasan baru dan pembaharuan

memerlukan kemampuan yang memadahi bagi kepala madrasah. Salah satu jiwa pembaharuan adalah pemimpin transformasional. Menurut

Achmad Sanusi ”Pemimpin transformasional membuat para pengikut

menjadi lebih peka terhadap nilai-nilai dan pentingnya pekerjaan, mengaktifkan kebutuhan-kebutuhan pada tingkat tinggi”.52 Berdasarkan pendapat tersebut maka pemimpin yang inovatif harus tanggap dan peka terhadap perkembangan dan perubahan-perubahan nilai-nilai yang terjadi. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka kepala sekolah perlu dibekali dengan berbagai kemampuan

51Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Madrasah, Pamflet, MTs Jauharorul Mualimin, Seputih Agung, Januari 2010

(36)

menghadapi masa depan. ”Pemimpin yang baik adalah mempunyai kemampuan berpikir intergratif, berani mengambil resiko, menghargai gagasan, mampu mengatasi perubahan, menetapkan arah dengan visi masa depan, mampu mensinergikan orang-orang”.53 Kemampuan berpikir integratif sangat diperlukan, terlebih dalam suatu sekolah yang terdiri dari berbagai sikap, kemampuan dan kemauan yang sangat beragam.

f. Tugas Kepala Sekolah sebagai Motivator

Motivasi berasal dari bahasa Inggris dari kata motivation yang artinya dorongan.54 Menurut Muhibbin Syah motivasi adalah “ Keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.55 H.M. Suparta berpendapat motivasi adalah “kekuatan tersembunyi di dalam diri seseorang yang mendorong untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas”.56 Baik tinjauan dari segi bahasa maupun dari ke dua pendapat tersebut masih bersifat abstrak bahwa motivasi merupakan apa saja yang terdapat dalam diri yang mendorong terwujudnya perbuatan.

Menurut Mc Donald yang dikutip oleh Wasty, motivasi adalah sebagai suatu perubahan tenaga di dalam diri/ pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai

53Ibid, h.129

54John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : P.T.Gramedia,1988 ), Cet. ke-16, h.386

55Muhibbin Syah , Psikologi Belajar, ( Jakarta : P.T. Logos Wacana Ilmu, 2001 ), Cet. ke-3, h.137

(37)

tujuan .57 Yusuf Hadi berpendapat motivasi adalah “Dorongan yang timbul pada diri seseorang baik secara sadar maupun tidak, untuk melaksanakan sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu”.58 R. Ibrahim berpendapat motivasi adalah “Tenaga yang berada pada diri individu atau siswa yang mendorong untuk berbuat mancapai suatu tujuan.59 Menurut Abdurrahman Saleh motivasi ialah “Suatu proses untuk

menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku, yang mengatur tingkah laku atau perbuatan untuk memuaskan kebutuhan atau menjadi tujuan”.60 Kelompok ini dalam mendefinisikan motivasi lebih terarah yaitu dorongan yang menimbulkan perbuatan ke arah tujuan, termasuk dorongan untuk belajar.

Berdasarkan pengertian tersebut maka kepala madrasah sebagai motivator harus memiliki kompetensi mengatur lingkungan kerja ( fisik ) dan suasana kerja ( non fisik ), memiliki kemampuan memberikan penghargaan atau hukuman.61 Mengatur lingkungan kerja maksudnya adalah menempatkan tenaga-tenaga sesuai dengan keahliannya sehingga orang bekerja akan lebih baik. Mengatur susana kerja maksudnya adalah menciptakan lingkungan saling percaya, bekerja sama, bertanggung jawab, saling menghargai sehingga lingkungan kerja kondusif dan menyenankan.

57Wasty Soemanto, Op. cit., h.203

58Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan ( Jakarta : Prenada Media, 2004 ), Cet. ke-1, h. 522

59R. Ibrahim dan Nana Syaodah, Perencanaan Pengajaran, ( Jakarta : Renika Cipta, 2003 ). Cet. ke-2, h. 27 - 28

60Abdurrahman Shaleh, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta : Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, 1982 ), h. 29.

(38)

g. Tugas Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Banyak pengertian yang diberikan oleh pakar mengenai difinisi supervisi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto bahwa: ”Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk

membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara aktif.”62 Hal ini senada dengan pendapat Ben M. Haris bahwa:

Supervision of instruction is what school personil do with adults and things to maintain or change the school operation is ways that directly influence the teaching processes employed to promote pupil learning. Supervision is highly instruction related but not highly pupil related. Supervision is a major function of the school operation, not task or a spesific job or a set of techniques. Supervision of instruction is directed toward both maintaining and improving the teaching learning process of the school.”63

Maksudnya: Pengawasan pembelajaran adalah pengaturan personil sekolah atau mengubah/meningkatkan kinerja operasional sekolah dengan jalan secara langsung mempengaruhi proses pengajaran dengan sasaran meningkatkan pembelajaran murid, tetapi tidak berhubungan langsung dengan murid. Pengawasan adalah meningkatkan pembelajaran dan yang terkait dengannya. Pengawasan berfungsi untuk membantu operasional sekolah, bukan tugas atau suatu pekerjaan spesifik atau satu set teknik. Pengawasan pembelajaran diarahkan kearah pemeliharaan dan peningkatan proses belajar mengajar pada suatu sekolah.

62Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya Ofset, 2003), h. 76

(39)

Pemahaman yang dikemukakan oleh Ben M. Haris tersebut di atas mengandung pengertian bahwa:

1) Supervisi berhubungan erat dengan kegiatan pengajaran, tetapi tidak berhubungan langsung dengan muruid siswa.

2) Supervisi berfungsi untuk membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah untuk mencapai hasil yang lebih baik.

3) Supervisi pengajaran bertujuan untuk mengadakan pemeliharaan dan perbaikan pelaksanaan proses belajar mengajar.

Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa supervisi adalah proses pembinaan yang diberikan kepada guru dalam meningkatkan kemampuannya sehingga diharapkan efektivitas dan efisiensi serta produktivitas kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. B. Iklim Organisasi Madrasah

1. Pengertian Iklim Organisasi

Iklim organisasi menurut Litwin yang dikutip oleh Kusumastuti adalah “Suatu sifat yang dapat diukur dari suatu lingkungan organisasi yang didasarkan pada konsepsi secara kolektif dari orang-orang yang hidup dan bekerja dalam lingkungan organisasi”.64 Menurut Syaiful iklim organisasi adalah “Serangkaian sifat lingkungan kerja yang dinilai

langsung atau tidak langsung oleh karyawan yang menjadi kekuatan utama dalam mempengaruhi prilaku karyawan”.65

64Kusumastuti, Manajemen Sistem Pengembangan Sumber Daya Dosen sebagai Penjamin Mutu Perguruan Tinggi, ( Bandung : Desrtasi 2001 ), h. 46

(40)

Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa iklim organisasi sekolah adalah persepsi individu guru, murid, orang tua siswa, staf terhadap berbagai macam aspek lingkungan yang menimbulkan sikap, tingkah laku, perasaan anggota terhadap suatu sistem yang ada di sekolah. 2. Karakteristik Iklim Organisasi

Iklim organisasi berbeda dengan iklim alam. Iklim alam sering disebut dengan cuaca alam yang bisa dilihat dan dirasakan. Menurut Anwar “Iklim organisasi tidak dapat dilihat tetapi dapat dirasakan dan dapat mempengaruhi prilaku dalam organisasi”.66

Karakteristik iklim organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu iklim organisasi yang menyenangkan dan iklim organisasi yang tidak menyenangkan. a. Iklim Organisasi Menyenangkan

Menurut Croft yang dikutip oleh Syaiful “Iklim organisasi yang berkualitas ditandai suasana penuh semangat, adanya daya hidup, memberikan kepuasan anggota”.67

Iklim organisasi menyenangkan ditandai dengan suasan akrab, inovatif, kreatif, saling bekerja sama, tingkat toleransi yang tinggi, saling bertanggung jawab sesuai tugas dan kewajibannya, saling membutuhkan satu dengan lainnya, dan adanya rasa kepuasan dalam menjalankan tugas.

b. Iklim Organisasi Tidak Menyenangkan

Iklim organisasi tidak menyenangkan ditandai adanya konflik. Menurut Awar “Konflik dalam organisasi terjadi karena tidak adanya

(41)

persesuaian antara dua atau lebih organisasi atau kelompok, tidak adanya kerja sama, adanya perbedaan tujuan, dan persepsi”.68

3. Faktor yang Mempengaruhi Iklim Organisasi Sekolah

Iklim organisasi bisa berubah pada setiap saat. Perubahan iklim organisasi dipengaruhi oleh bebrapa faktor. Menurut Syaiful “Iklim organisasi dipengaruhi oleh organisasi formal, organisasi informal, kepribadian partisipan, dan kepemimpinan organisasi”.69

Berdasarkan pendapat tersebut maka ada tiga faktor yang mempengaruhi iklim organisasi sekolah yaitu :

a. Pola hubungan ( formal, informal, dan non formal ).

b. Kepribadian kepala sekolah, guru, staf, siswa, wali murid, komite sekolah.

c. Kepemimpinan organisasi sekolah ( kompetensi, prilaku, orientasi ).

4. Macam-Macam Iklim Organisasi

Ditinjau dari sifatnya iklim organisasi ada dua macam yaitu iklim organisasi tertutup dan iklim organisasi terbuka.

a. Iklim Organisasi Terbuka

Iklim organisasi terbuka adalah “Keyakinan yang dimiliki derajat kepercayaan dan semangat yang tinggi dan rendahnya perlawanan”.70

Organisasi yang memiliki iklim terbuka suasana lebih hidup karena memberi kesempatan dan keleluasan mengotimalkan

(42)

kinerja dalam organisasi yang inovatif dan kreatifitas anggota organisasi. Dalam iklim organisasi terbuka tidak terjadi pembatasan-pembatasan kebijakan yang sepihak. Kepala sekolah harus membuka ruang yang seluas-luasnya bagi guru, staf, siswa dan orang tua siswa untuk merumuskan secara bersama Rencana Pengembangan Sekolah ( RPS ).

b. Iklim Organisasi Tertutup

Iklim organisasi tertutup adalah “Arah dan semangat iklim tertutup”.71 Gerakan pimpinan dan anggota sempit menekan pada hal-hal yang rutin, mempersoalkan hal-hal-hal-hal yang sepele, membesar-besarkan hal-hal yang semestinya kecil dan mengecilkan hal-hal yang semestinya mengandung permasalahan besar. Di sekolah yang iklim organisasinya tertutup tidak akan menumbuhkan kreativitas kepala sekolah, guru, siswa dan staf.

Ditinjau dari sistem kerja orang-orang yang ada dalam organisasi maka iklim organisasi ada dua macam yaitu iklim organisasi kerjasama dan iklim organisasi konflik.

a. Iklim Organisasi Kerjasama

Iklim organisasi kerjasama akan terbentuk apabila semua komponen yang terdapat dalam suatu organisasi terdapat kesamaan pandangan, visi, misi, arah, dan tujuan. Menurut Anwar “Kerjasama terjadi bila dua atau lebih pihak bersama-sama bekerja mencapai

(43)

tujuan bersama”.72 Perbedaan pandangan tidak dijadikan suatu yang dipertentangkan berlebih-lebihan bahkan dijadikan sebagai kekayaan dan penyempurnaan suatu program.

b. Iklim Organisasi Konflik

Iklim organisasi konflik adalah “Tiadanya persesuaian antara dua atau lebih anggota organisasi yang disebabkan adanya perbedaan tingkat, tujuan, nilai-nilai dan persepsi”.73 Iklim organisasi konflik terjadi karena terdapat perbedaan pandangan yang sulit disatukan, perebutan jabatan yang tidak sehat, pembagian hak dan wewenang yang tidak adil.

C. Kinerja Guru.

1. Pengertian Kinerja Guru

Kata kinerja guru terdidi dari kata kinerja dan guru. Secara bahasa

kinerja adalah kemampuan kerja, prestasi yang diperlihatkan.74 Senada dengan itu Whimore berpendapat “Kinerja berasal dari kata dasar kerja yang artinya aktivitas yang dilakukan seseorang atau organisasi dalam menjalankan tugas yang menjadi pekerjaannya. Kinerja adalah pelaksanaan fungsi yang dituntut dari seseorang yang berupa perbuatan, ketrampilan dan prestasi”.75 Menurut Kane kinerja adalah “Catatan atau aktifitas yang dilakukan seseorang selama periode tertentu yang berhubungan dengan

72A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, Prilaku dan Budaya Organisasi, ( Bandung : Refika Aditama, 2005 ), h. 22

73Ibid.

74Lukman Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka, 1995 ), Cet.Ke. 4, h. 503

(44)

tujuan organisasi, kinerja bukan karakteristik yang ditunjukan seseorang melainkan kesuksesan individu.”76 Menurut A.A. Anwar “Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.77

Guru artinya orang yang pekerjaan ( mata pencahariannya, profesinya ) mendidik.78 Guru adalah tenaga utama di sekolah mereka menjadi ujung tombak seluruh kegiatan pendidikan dan pengajaran yang pada gilirannya nanti akan menimbulkan prilaku belajar murid yang lebih baik79 Guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan.”80

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah aktivitas, prilaku dan produktifitas yang menunjukan prestasi kerja seorang pendidik baik secara kuntitatif maupun kulitatif sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Menurut Soetisna yang dikutip oleh Tabrani “Kreteria manusia yang berorientasi pada kerja adalah intelektual, kedewasaan, keterbukaan, keinginan, tegas, semangat, proaktif dan pemberdayaan kemampuan”.81

76Pengertian Kinerja, dalam http://wangmuba.com. 29 November 2009

77Tur Wahyudin, Pengertian dan Faktor yang Mempengaruhi Kinerja, dalam :http://turwahyudin.wordpress.com., 9 April 2010

78Ibid., h. 330

79Departemen Pendidikan Nasional, Badan Diklat Guru Sekolah Dasar Terpencil”, (Jakarta: Dirjen Pendd. Dasar dan Menengah, 2001), h. 3

80Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003), h. v

(45)

Menurut Keit Davis yang dikutip oleh Musarofah “Dua faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu kemampuan dan motivasi. Faktor kemampuan ( ability ) secara psikologis, kemampuan potensi ( IQ ), dan kemampuan reality ( knowledge and skill ). Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan seseorang untuk mencapai tujuan”.82 Menurut Musarofah,

“Faktor yang mempengaruhi kinerja guru terdiri dari dua faktor yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam berupa kecerdasan, ketrampilan kecakapan, bakat, kemampuan, minat, motivasi, kesehatan, kepribadian, cita-cita. Faktor dari luar berupa lingkungan keluarga, lingkungan kerja, komunikasi dengan kepala sekolah, sarana dan prasarana”.83

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat dipahami bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja guru ditinjau dari segi arahnya terdiri dari dua faktor yaitu :

a) Faktor dari dalam ( internal ) yang terdiri dari kecerdasan, bakat, kemampuan, motivasi, kepribadian, kesehatan, cita-cita, dll.

b) Faktor dari lauar diri ( eksternal ) yang terdiri dari kondisi lingkungan keluarga, lingkungan kerja, hubungan dengan atasan, dengan teman, sarana prasarana dll.

Dari beberapa faktor internal yang mempengaruhi kinerja guru yang sering disosialisasikan adalah faktor profesionalisme dan faktor motivasi. a. Profesionalisme Guru

Kata Profesional berasal dari profesi yang asal katanya dari-

bahasa Inggris”(Profesional) atau bahasa Belanda (Professie), kedua

kata tersebut berasal dari bahasa latin, kata Professio berarti pengakuan

(46)

atau pernyataan.”84

Kata profesi seperti yang digunakan sekarang adalah pernyataan atau pengakuan tentang bidang pekerjaan atau bidang pengabdian yang dipilih. Jadi seorang yang telah menyatakan bahwa profesinya sebagai guru sebenarnya tidak lain adalah memberitahukan kepada orang lain bahwa bidang pekerjaan keahlian yang dipilihnya adalah guru.

Kreteria profesioanal dalam pekerjaan ada tiga yaitu “1). Mengandung unsur pengabdian, 2). Mengandung unsur idealisme, 3). Mengandung unsur pengembangan.”85 Tingkat profesional guru dapat diketahui melalui tiga hal yakni: 1). Apakah dalam bidang pekerjaan itu terdapat unsur-unsur pengabdian dalam kadar yang memadai, 2). Apakah kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam bidang pekerjaan itu merupakan kegiatan-kegiatan yang bertumpu pada temuan dan Wawasan akademik, 3). Apakah prosedur kerja yang digunakan dalam bidang pekerjaan tersebut merupakan prosedur kerja yang terus-menerus mendapatkan pembaharuan.

Sebagai tenaga profesional, guru harus memiliki etos kerja yang maju, antara lain “dapat bekerja dengan hasil kualitas yang unggul, tepat

waktu, disiplin, sungguh-sungguh, cermat, teliti, sistematik, dan berpedoman pada dasar ilmuan tertentu.”86

Guru yang profesional adalah guru yang menguasai bidang

84Abudin Nata, Paradigma Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Gramedia, 2002), h. 136 85Muchtar Buchori, Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan Dalam Renungan, (Jakarta: IKIP Muhammadiyah Press, 1994), h. 35

(47)

keilmuan yang disampaikan kepada murid-muridnya dengan cara efektif dan efisien.

Dalam PP no 74 tahun 2008 Kompetensi profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan Guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan,teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:a. materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuaidengan standar isi program satuan pendidikan,mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan. konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi,atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu87

Dalam hubungan ini Crow and Crow menyebutkan bahwa guru sebagai pendidik profesional memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Memiliki perhatian dan kesenangan pada subjek didik.

2) Memiliki kecakapan dalam merangsang subjek didik untuk belajar dan mendorong berfikir.

3) Berpenampilan simpatik.

4) Bersikap jujur dan adil terhadap siswa.

5) Dapat menyesuaikan diri memperhatikan pendapat orang lain. 6) Luas perhatiannya.

7) Adil dalam tindakan. 8) Menguasai diri.

9) Menguasai ilmu yang diajarkan.”88

Adanya penguasaan guru terhadap ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada siswanya secara efektif dan efisien dan memiliki sikap

6

699

P

PeerraattuurraannPPeemmeerriinnttaahhNNoo7744ttaahhuunn22000088tteennttaanngggguurruu,,hh..77

(48)

adil, jujur, serta bertanggung jawab maka seorang guru dapat dikatakan sebagai petugas profesional.

Dengan demikian yang dimaksud dengan kompetensi profesional guru pada pembahasan ini adalah kemampuan dan tanggung jawab yang di miliki oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pengajar. Kompetensi atau kemampuan guru yang dimaksudkan adalah merencanakan pengajaran, melaksanakan pengajaran, menilai/ mengevaluasi hasil belajar, dan mengembang-kan semua kemampuan yang telah dimilikinya ketingkat yang lebih berdaya guna dan berhasil guna.

1). Merencanakan pengajaran terdiri dari beberapa indikator yaitu : a) Merumuskan tujuan intruksional

b) Menentukan metode belajar

c) Menentukan langkah-langkah mengajar d) Menentukan cara-cara memotifasi siswa e) Menentukan bentuk-bentuk pertanyaan.

2. Melaksanakan pengajaran terdiri dari indikator-indikator berikut : a). Menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan tujuan siswa, lingkulingkungan dan perubahan situasi. Hal ini sesuai dengan hadits :

Artinya :

(49)

masa yang laindari masa kamu ini ( sekarang ).( HR.Ibnu Majah dari ibnu Abbas )89.

b). Menggunakan peralatan pengajaran dan alat bantu lain yang sesuai dengan tujuan.

c)Memberikan petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan isi pelajaran.

d)Mengklasifikasikan petunjuk apabila siswa salah mengerti. e)Menggunakan respon dan pertanyaan siswa dalam pelajaran. f) Menggunakan ekspresi lisan atau tulisan yang dapat ditangkap oleh siswa.

g)Menutup pelajaran

3). Menilai / mengevaluasi hasil proses belajar mengajar terdiri dari indikator-indikator sebagai berikut:

a) Melaksanakan penilaian selama proses belajar mengajar berlangsung.

b) Memperlihatkan kemampuan menilai, baik secara lisan tertulis maupun dengan pengamatan.

c) Menafsirkan hasil penilaian dalam proses belajar mengajar. b. Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa Inggris dari kata motivation yang artinya dorongan.90 Secara istilah menurut Muhibbin Syah motivasi

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian berdasarkan uji McNemar operan sif sebelum dan sesudah diberi perlakukan tentang post conference dari 7 responden didapatkan hasil p-value 0,031,

Camera image ini berfungsi sebagai kontrol untuk menampilkan video. Sistem mengaktifkan Camera image yang berfungsi sebagai kontrol untuk menampilkan video. Sistem akan

mata “mengajar” melainkan juga harus mengerjakan berbagai hal yang bersangkut paut dengan pendidikan murid, demikian halnya dengan peserta didik, peserta didik

Nilai dari GPSR pada data uji ke-5 memiliki nilai routing overhead yang lebih baik dibandingkan dengan nilai routing overhead yang dimiliki protokol GPSO dimana protokol

Penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis hubungan kualitas tidur dengan kondisi obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya

Sesuai untuk pelbagai segmen pelancong Kemudahan sukan yang disediakan berada dalam keadaan baik Kurang papan tanda Kurang tempat letak kereta Ketiadaan infrastruktur

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan yang bertujuan untuk mengembangkan produk Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) untuk mendukung keefektifan pembelajaran

Penelitian ini menggunakan tiga tahap upaya strategis yang berurutan, yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data.Tahap penyediaan