• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN

NOMOR 13 TAHUN 2010

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LAMONGAN,

Menimbang

: a. bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah

yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah ;

b.

bahwa dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Peraturan Daerah

Kabupaten Lamongan Nomor 15 Tahun 1998 tentang Retribusi Pelayanan

Kesehatan sebagaimana telah diubah, terakhir dengan Peraturan Daerah

Kabupaten Lamongan Nomor 03 Tahun 2005 yang penyusunannya

didasarkan pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah, sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun

2001 tentang Retribusi Daerah perlu untuk disesuaikan ;

c.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, dan huruf

b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan

Kesehatan.

Mengingat

: 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan

Daerah-daerah Kabupaten di lingkungan Propinsi Jawa Timur (diumumkan dalam

Berita Negara pada tanggal 8 Agustus 1950) ;

2.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

3.

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431) ;

4.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah

diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4844) ;

5.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038) ;

6.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049) ;

(2)

7.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

8.

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5072);

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan

dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2005. Nomor 165, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian

dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161) ;

12. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan,

Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan ;

13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 582/MENKES/SK/VI/1997 tentang Pola

Tarif Pelayanan Kesehatan;

14. Keputusan Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor

999.A/Menkes/SK/SKB/VIII/III/2002 dan Nomor 37A Tahun 2002 tentang

Perubahan atas Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam

Negeri Nomor 1013/Menkies/SKB/IX/2001 dan Nomor 43 Tahun 2001

tentang Tarip dan Tatalaksana Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan

Rumah Sakit Daerah bagi Peserta PT. (Persero) Asuransi Kesehatan

Indonesia dan Anggota Keluarganya ;

15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364/Menkes/SK/III/2003 tentang

Laboratorium Kesehatan ;

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 ;

17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 666/MENKES/SK/VI/2007 tentang

Klinik Rawat Inap Pelayanan Medik Dasar;

18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/MENKES/SK/II/2008 tentang

Fungsi Puskesmas;

19. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 10 Tahun 1987 tentang

Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah Kabupaten Lamongan

Tahun 1988 Nomor 1/C) ;

20. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 4 Tahun 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah (Lembaran Daerah

Kabupaten Lamongan Tahun 2008 Nomor 05).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN LAMONGAN

dan

BUPATI LAMONGAN

MEMUTUSKAN :

(3)

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1.

Daerah adalah Kabupaten Lamongan.

2.

Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Daerah.

3.

Kepala Daerah adalah Bupati Lamongan.

4.

Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah atau perolehan lainnya yang sah.

5.

Retribusi Pelayanan Kesehatan yang selanjutnya disebut retribusi adalah pembayaran atas

pelayanan kesehatan dan pelayanan lainnya yang diterima oleh subyek retribusi di RSUD, di

Puskesmas dan di UPT Labkesda.

6.

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis

(UPT) Dinas Kesehatan yang menyelenggarakan fungsi pelayanan kesehatan dasar diwilayah

kerjanya yang didukung Puskesmas Perawatan, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling,

Ponkesdes, Poskesdes dan Polindes.

7.

Rumah Sakit Umum Daerah yang selanjutnya disebut RSUD adalah Rumah Sakit Publik milik

Pemerintah Daerah yang melaksanakan fungsi pelayanan publik dibidang kesehatan, terdiri dari

RSUD Dr Soegiri dan RSUD Ngimbang.

8.

Pelayanan Rawat Jalan adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat umum, dan/atau

spesialistik untuk keperluan pencegahan, konsultasi, diagnosis, pengobatan, rehaqbilitasi medik

dan/atau kesehatan lainnya tanpa menempati tempat tidur.

9.

Pelayanan Rawat Inap adalah pelayanan kesehatan perorangan untuk keperluan observasi,

diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan/atau pelayanan kesehatan lainnya dengan menempati

tempat tidur di ruang perawatan.

10.

Jasa pelayanan adalah imbalan yang diterima oleh pelaksana pelayanan atas jasa yang diberikan

kepada pasien dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan, konsultasi, visite, rehabilitasi medik

dan/atau pelayanan lainnya jasa pelayanan terdiri dari jasa pelayanan umum (JPU) dan jasa

pelayanan profesi medik, keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya).

11.

Pelayanan Medik adalah pelayanan yang bersifat individu yang diberikan oleh tenaga medik berupa

pemeriksaan, konsultasi, visite, tindakan medik, atau tindakan lainnya di Puskesmas dengan

jaringannnya. Tindakan medik dikelompokkan dalam tindakan medik operatif dan tindakan medik

non operatif.

12.

Jasa Konsultasi adalah imbalan yang diterima oleh konsuler/konsulen atas pemberian advis (saran)

sesuai bidang keahliannya meliputi pelayanan konsultasi medik, konsultasi gizi, konsultasi psikiatrik,

konsultasi psikologi, konsultasi obat dan/atau sanitasi (kesehatan lingkungan).

13.

Biaya Akomodasi adalah biaya penggunaan linen, fasilitas, peralatan medis tertentu dan pelayanan

umum lainnya diruang rawat inap. Biaya akomodasi termasuk biaya makan non deiet pasien dan

asuhan/ tindakan keperawatan diet pasien diperhitungkan tersendiri.

14.

Pelayanan Kesehatan, adalah pelayanan kesehatan di RSUD, Puskesmas dengan jaringannya yang

meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta pelayanan lainnya serta

pelayanan pemeriksaan laboratorium kesehatan masyarakat di UPT LABKESDA.

15.

Pasien, adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehetannya untuk memperoleh

pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di Puskesmas.

16.

Pemeriksaan Kesehatan Umum, adalah pemeriksaan oleh tenaga medik meliputi pemeriksaan fisik

diagnostik, dan anamnesa dalam rangka diagnosa dan terapi pasien atau keperluan tertentu, tanpa

disertai pemeriksaan penunjang medik.

17.

Perawatan satu hari (one day care), adalah perawatan dalam rangka observasi, diagnosis,

pengobatan, rehabilitasi medik, penunjang medik dan/atau pelayanan lainnya di Puskesmas

Perawatan dengan menempati tempat tidur kurang dari 24 jam.

18.

Pelayanan ambulan, adalah pelayanan transportasi pasien dalam rangka pelayanan rujukan dengan

atau tanpa disertai petugas kesehatan (medis dan/atau keperawatan) dengan menggunakan

kendaraan ambulan ke tempat tujuan tertentu yang telah disepakati.

(4)

19.

Jasa sarana, adalah imbalan yang diterima oleh rumah sakit atas pemakaian sarana, fasilitas rumah

sakit, bahan pakai habis dasar yang digunakan langsung dalam rangka observasi, diagnosis,

pengobatan, rehabilitasi medik dan/atau pelayanan lainnya.

20.

Tarif retribusi adalah besaran retribusi pelayanan kesehatan yang terdiri dari komponen jasa sarana

dan jasa pelayanan dimana jasa sarana dihitung berdasarkan biaya satuan (

Unit C

ost) per jenis

layanan.

21.

Pemeriksaan kesehatan umum adalah pemeriksaan oleh tenaga medik meliputi pemeriksaan fisik

diagnostik, dan anamnesa dalam rangka diagnosa dan terapi pasien atau keperluan tertentu, tanpa

disertai pemeriksaan penunjang medik.

22.

Unit pelaksana Teknis Laboratorium kesehatan daerah selanjutnya disingkat UPT Labkesda adalah

UPT Dinas Kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan laboratorium kesehatan

masyarakat dan laboratorium klinik;

23.

Bahan dan alat adalah bahan kimia obat untuk kesehatan (habis pakai), bahan radiologi dan bahan

lainnya untuk digunakan langsung dalam rangka observasi, diagnose, pengobatan, perawatan,

rehabilitasi medis pelayanan kesehatan lainnya yang dapat disediakan rumah sakit umum daerah.

24.

Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi Daerah sesuai Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku.

25.

Jasa sarana adalah kegiatan Pemerintah Daerah di Puskesmas dan Rumah Sakit berupa usaha dan

pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh

orang pribadi atau badan.

26.

Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan

dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

27.

Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat Ketetapan yang

menentukan besarnya jumlah Retribusi yang terutang.

28.

Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDKB adalah Surat

Keputusan yang menentukan besarnya jumlah Retribusi yang terutang, jumlah kredit Retribusi,

jumlah kekurangan pembayaran pokok Retribusi, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang

masih harus dibayar.

29.

Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKRDKBT

adalah Surat Keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan.

30.

Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKDLB, adalah surat

keterangan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit

lebih besar daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

31.

Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah Surat untuk melakukan

tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

32.

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau

bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan

untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi daerah dan/atau untuk tujuan lain dalam

rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi daerah.

33.

Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan

oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang

tindak pidana di bidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

34.

Badan, adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer

perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan bentuk apapun,

keperasi atau organisasi yang sejenis, Lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk

badan usaha lainnya.

BAB II

NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI

Pasal 2

Dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan dipungut retribusi atas pelayanan yang diberikan oleh

RSUD Dr. Soegiri, RSUD Ngimbang, di Puskesmas dan/atau di UPT. Labkesda.

(5)

Pasal 3

(1)

Obyek Retribusi Pelayanan Kesehatan di puskesmas dengan jaringannya ádalah semua jenis

pelayanan kesehatan yang dapat dekenakan retribusi.

(2)

Obyek retribusi pelayanan pemeriksaan laboratarium adalah pemeriksaan laboratarium klinik dan

laboratarium kesehatan masyarakat yang dapat dikenakan retribusi.

(3)

Dikecualikan dari obyek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan kesehatan

yang dilakukan oleh pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

Pasal 4

(1)

Subjek Retribusi ádalah orang pribadi atau badan yang memakai/memanfaatkan jasa pelayanan

kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).

(2)

Wajib Retribusi ádalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau

pemotong retribusi.

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 5

Retribusi Pelayanan Kesehatan digolongkan sebagai retribusi jasa umum.

BAB IV

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 6

(1) Besarnya retribusi yang terutang dihitung berdasarkan perkalian antara tingkat penggunaan jasa

dengan tarif retribusi.

(2) Tingkat Penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis pelayanan, klasifikasi, dan frekuensi pelayanan

yang diterima.

BAB V

PRINSIP DAN SASARAN PENETAPAN TARIF RETRIBUSI

Pasal 7

(1)

Prinsip penetapan besaran tarif pelayanan kesehatan di maksudkan untuk meningkatkan mutu dan

aksesibilitas pelayanan di RSU, di puskesmas dan di UPT Labkesda dengan memperhatikan aspek

keadilan dan kewajaran.

(2)

Sasaran penetapan besaran tarif pelayanan adalah untuk menutup sebagian biaya atau seluruh

biaya penyelenggaraan pelayanan serta tidak mengutamakan mencari keuntungan (NIR LABA)

dengan tetap memperhatikan kemampuan ekonomi sosial masyarakat dan daya saing untuk

pelayanan sejenis.

(3)

Komponen tarif retribusi terdiri dari jasa sarana dan jasa pelayanan.

(4)

Penghitungan biaya jasa sarana berdasarkan biaya satuan (

Unit Cost

) per jenis layanan meliputi

biaya bahan habis pakai (BPH) dasar, biaya operasional, biaya pemeliharaan, belanja pegawai non

gaji, dan biaya investasi riil yang dikeluarkan sebagai biaya langsung (

variabel cost

) untuk

penyediaan pelayanan.

(5)

Jasa pelayanan meliputi jasa pelayanan umum dan jasa pelayanan profesi sesuai dengan jenis

pelayanannya dan tenaga profesional pelaksanaanya.

(6)

Jasa pelayanan sebagaimana dimaksud ayat (3) dialokasikan dalam dokumen pelaksanaan

anggaran (DPA) APBD maksimal 44% (empat puluh empat persen).

(7)

Pembagian jasa pelayanan sebagaimana dimaksud ayat (6) menggunakan sistem remunerasi yang

ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.

(6)

BAB VI

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 8

(1)

Struktur tarif retribusi pelayanan digolongkan berdasarkan jenis, klasifikasi, kategori kelompok

pelayanan kesehatan dan pelayanan lainnya di RSUD Dr. Soegiri, RSUD Ngimbang,

Puskesmas dan UPT. Labkesda.

(2)

Struktur dan besarnya tarif retribusi pelayanan di Puskesmas semua kelas perawatan

ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.

(3)

Struktur dan besarnya tarif retribusi pemeriksaan laboratorium kesehatan masyarakat,

pemeriksaan kebisingan dan pencahayaan di UPT. Labkesda sebagaimana tercantum dalam

Lampiran II.

(4)

Struktur dan besarnya tarif retribusi pelayanan di RSUD Ngimbang semua kelas perawatan

ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran III

(5)

Struktur dan besarnya tarif retribusi pelayanan kesehatan di RSUD Dr. Soegiri untuk kelas III

sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV.

(6)

Semua lampiran I, II, III dan lampiran IV merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Peraturan Daerah ini.

BAB VII

JENIS - JENIS PELAYANAN YANG DIPUNGUT RETRIBUSI

Pasal 9

(1)

Jenis jenis pelayanan kesehatan yang dapat dikenakan retribusi, meliputi :

a.

pelayanan kesehatan;

b.

pelayanan pendidikan dan pelatihan;

c.

pelayanan penelitian;

d.

pelayanan administrasi

(2)

Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a, untuk RSUD Dr. Soegiri dan RSUD

Ngimbang meliputi :

a.

pelayanan gawat darurat;

b.

pelayanan rawat jalan;

c.

pelayanan rawat inap, rawat intermediate, rawat intensif, rawat isolasi, rawat pulih sadar, dan

rawat sehari (

onedaycare

)

d.

pelayanan medik;

e.

pelayanan penunjang medik;

f.

pelayanan medik gigi dan mulut;

g.

pelayanan obstetri neonatal esensial komprehensif (PONEK);

h.

pelayanan rawat invasif;

i.

pelayanan pelayanan rehabilitasi medik dan rehabilitasi mental;

j.

pelayanan pemulasaraan jenazah;

k.

pelayanan farmasi rumah sakit;

l.

pelayanan gizi rumah sakit;

m.

pelayanan transfusi darah dan gas medik;

n.

pelayanan transportasi pasien dan transportasi jenazah;

o.

pelayanan

medical/general check up (

pemeriksaan medis/pengujian kesehatan)

p.

pelayanan sterilisasi dan

laundry

(binatu);

q.

pelayanan pembakaran sampah medis (incenarator) dan pengolahan limbah cair (IPAL).

(3)

Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a, untuk Puskesmas maupun

Puskesmas perawatan meliputi :

a.

pelayanan gawat darurat;

b.

pelayanan rawat jalan;

c.

pelayanan rawat inap,

rawat isolasi

d.

pelayanan/tindakan medik;

e.

pelayanan penunjang medik;

f.

pelayanan medik gigi dan mulut;

(7)

g.

pelayanan obstetri neonatal esensial dasar (PONED);

h.

pelayanan konsultasi;

i.

pelayanan pelayanan rehabilitasi medik;

j.

pelayanan pemulasaraan jenazah;

k.

pelayanan farmasi;

l.

pelayanan gizi;

m.

pelayanan transfusi darah dan gas medik;

n.

pelayanan transportasi pasien dan transportasi jenazah;

o.

pelayanan medical/general check up (pemeriksaan medis/pengujian kesehatan)

p.

pelayanan konsultasi kesehatan lingkungan;

(3)

Pelayanan kesehatan di UPT. Labkesda, meliputi :

a.

Pelayanan pemeriksaan laboratorium kesehatan masyarakat, terdiri dari :

1)

Pemeriksaan fisika dan kimia air;

2)

Pemeriksaan bakteriologi;

3)

Pemeriksaan mikrobiologi;

4)

Pemeriksaan bahan makanan dan/atau minuman.

5)

Pemeriksaan kebisingan, pencahayaan, udara ambient, dan kecepatan angin.

b.

Pelayanan Laboratorium Klink

c.

Pelayanan konsultasi sanitasi lingkungan.

BAB VIII

WILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 10

Retribusi yang terutang dipungut di wilayah daerah.

BAB IX

MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 11

Masa retribusi adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan jangka waktu pelayanan kesehatan

atau ditetapkan lain oleh Kepala Daerah.

Pasal 12

Saat retribusi terutang adalah pada saat ditetapkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB X

TATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 13

(1)

Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2)

Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon,

dan kartu langganan.

(3)

Dalam hal wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar,

dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari retribusi

yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

(4)

Penagihan retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didahului dengan surat teguran.

(5)

Tata Cara Pemungutan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.

BAB XI

TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 14

(1)

Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus.

(2)

Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkan SKRD atau

dokumen lain dipersamakan, dan SKRDKBT.

(8)

(3)

Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dengan Peraturan Kepala

Daerah.

BAB XII

TATA CARA PENAGIHAN

Pasal 15

(1)

Pelaksanaan Penagihan retribusi dilakukan setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran

dengan mengeluarkan surat teguran sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan.

(2)

Dalam hal jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran/peringatan/surat lain yang

sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusinya yang terutang.

(3)

Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) retribusi terutang Belum dilunasi

maka diterbitkan STRD.

(4)

Surat teguran/penyetoran atau surat lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3)

dikeluarkan oleh Pejabat yang ditunjuk.

BAB XIII

KEBERATAN

Pasal 16

(1)

Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala Daerah atau pejabat yang

ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2)

Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa indonesia dengan disertai alasan-alasan yang

jelas.

(3)

Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD

diterbitkan, kecuali jika wajib retribusi dapat menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat

dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

(4)

Keadaan diluar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah suatu keadaan yang

terjadi diluar kehendak atau kekuasaan wajib retribusi.

(5)

Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan

retribusi.

Pasal 17

(1)

Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan

diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat

Keputusan Keberatan.

(2)

Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi

wajib retribusi, bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusan oleh Kepala Daerah.

(3)

Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian,

menolak, atau menambah besarnya retribusi yang terutang.

(4)

Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Kepala Daerah tidak

memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

Pasal 18

(1)

Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran retribusi

dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan untuk paling lama

12 (dua belas) bulan.

(2)

Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan sampai

dengan diterbitkannya SKRDLB.

BAB XIV

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 19

(1)

Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian

kepada Kepala Daerah.

(9)

(2)

Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan

pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus

memberikan keputusan.

(3)

Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Kepala Daerah

tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian pembayaran retribusi dianggap

dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4)

Apabila wajib retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu

utang retribusi tersebut.

(5)

Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan

dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkan SKRDLB.

(6)

Jika pengembalian kelebihan pembayaran retribusi, dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua)

bulan Kepala Daerah memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan atas

keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran retribusi.

(7)

Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

BAB XV

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 20

(1)

Kepala Daerah dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.

(2)

Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diberikan dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi.

(3)

Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi diatur dengan Peraturan Kepala

Daerah.

BAB XVI

KEDALUWARSA PENAGIHAN

Pasal 21

(1)

Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga)

tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak

pidana dibidang retribusi.

(2)

Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) tertangguh jika :

a.

diterbitkan Surat Teguran ; atau

b.

ada pengakuan utang dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

(3)

Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa

penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.

(4)

Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah

Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum

melunasinya kepada Pemerintah Daerah.

(5)

Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b

dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan

permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.

Pasal 22

(1)

Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah

kedaluwarsa dapat dihapuskan.

(2)

Kepala Daerah menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3)

Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Kepala

Daerah.

(10)

BAB XVII

INSENTIF PEMUNGUTAN

Pasal 23

(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan retribusi dapat diberikan insentif atas dasar pencapaian

kinerja tertentu.

(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah.

(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

Peraturan Kepala Daerah.

BAB XVIII

PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN

Pasal 24

(1)

Masyarakat miskin yang mempunyai kartu kepesertaan Program Jamkesmas dan/atau Program

Jamkesmas Daerah seluruh biaya pelayanan kesehatan dibebankan pada Pemerintah atau

Pemerintah Daerah sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

(2)

Pasien gawat darurat yang tidak membawa kartu identitas kepesertaan program Jamkesmas atau

Jamkesmasda diberlakukan sama dengan pasien umum dengan batas toleransi 2X 24 jam untuk

melengkapi.

(3)

Dalam hal pasien sebagaimana dimaksud ayat (2) dapat melengkapi identitas kepesertaan program

Jamkesda atau Jamkesmasda, maka seluruh biaya yang sudah dibayarkan dapat dikembalikan

secara penuh.

(4)

Jenis dan prosedur pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin diatur lebih lanjut dalam pedoman

pelaksanaan pelayanan yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.

BAB XIX

PENGELOLAAN KEUANGAN

Bagian Kesatu

PENGELOLAAN KEUANGAN RSUD Dr.Soegiri

Pasal 25

(1) Seluruh pendapatan retribusi pelayanan kesehatan Klas III, tarif layanan Klas II, Klas I dan Klas

utama di RSUD dapat digunakan seluruhnya secara langsung untuk biaya operasional sesuai

ketentuan sebagai PPK-BLUD.

(2) Pendapatan layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kekayaan yang tidak

dipisahkan dari kekayaan daerah, maka seluruh rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja RSUD

wajib dicantumkan dalam RBA dan DPA RSUD setiap tahunnya.

(3) Direktur wajib melakukan pencatatan, pembukuan, dan pelaporan pendapatan dari tarif retribusi

pelayanan kesehatan dan tarif layanan lainnya secara baik, tertib, dan benar sesuai peraturan

perundangan yang berlaku.

Bagian Kedua

PENGELOLAAN KEUANGAN RSUD NGIMBANG, PUSKESMAS

DAN UPT. LABKESDA

Pasal 26

(1) Seluruh pendapatan retribusi pelayanan kesehatan di RSUD Ngimbang, Puskesmas dan UPT.

Labkesda wajib disetor bruto ke Kas Umum Daerah sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

(2) Pendapatan retribusi pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan

seluruhnya untuk membiayai belanja operasional guna meningkatkan mutu dan aksebilitas

pelayanan di RSUD Ngimbang, di Puskesmas dan di UPT. Labkesda menggunakan mekanisme

APBD setelah ditetapkan dalam DPA Dinas Kesehatan.

(3) Direktur RSUD Ngimbang, Kepala Puskesmas dan UPT Labkesda wajib melakukan pencatatan,

pembukuan, dan pelaporan pendapatan dari tarif retribusi pelayanan kesehatan dan pelayanan

lainnya secara baik, tertib, dan benar sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

(11)

BAB XX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 27

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya

akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah.

Pasal 28

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka :

a.

Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 15 Tahun 1998 tentang Retribusi Pelayanan

Kesehatan (Lembaran Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 1999 Nomor 12/B) ;

b.

Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 51 Tahun 2000 tentang Perubahan Peraturan

Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 15 Tahun 1998 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan

(Lembaran Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2000 Nomor 7/B) ;

c.

Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 03 Tahun 2005 tentang Perubahan Kedua Atas

Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 15 Tahun 1998 tentang Retribusi Pelayanan

Kesehatan (Lembaran Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2005 Nomor 8/C)

Dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 29

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamongan.

Ditetapkan di Lamongan

pada tanggal 21 Desember 2010

BUPATI LAMONGAN,

ttd,

FADELI

Diundangkan di Lamongan

pada tanggal 21 Desember 2010

Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN

LAMONGAN

ttd,

NURROSO

BERITA DAERAH KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2010 NOMOR 13

Disalin sesuai dengan aslinya

Kepala Bagian Hukum,

Ttd,

A. FARIKH

(12)

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN

NOMOR 13 TAHUN 2010

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN

I.

UMUM

Bahwa Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber pendapatan murni daerah yang antara

lain terdiri dari hasil retribusi daerah dan lain-lain pendapatan yang sah. Penerimaan daerah perlu

terus diupayakan peningkatan pendapatan asli daerahnya dengan menggali sumber-sumber dana

yang ada sehingga dapat menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan

masyarakat yang semakin meningkat kuantitas dan kualitasnya.

Salah satu pelayanan yang mendasar bagi pemerintah daerah adalah pelayanan dibidang

kesehatan. Untuk meningkatkan pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat diperlukan

penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang memadai dan mampu menjangkau segenap

komponen masyarakat sesuai dengan kemampuan ekonominya dan penyediaan sumber-sumber

pendapatan asli daerah yang hasilnya memadai. Upaya penyediaan sumber pembiayaan untuk

pelayanan kesehatan antara lain dilakukan melalui penarikan retribusi pelayanan kesehatan.

Retribusi Pelayanan Kesehatan merupakan semua bentuk pelayanan kesehatan yang

disediakan oleh Pemerintah Daerah di Puskesmas, Puskesmas keliling, Puskesmas pembantu,

Balai Pengobatan, Rumah Sakit Umum Daerah dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang

sejenis.

Bahwa Retribusi Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Lamongan dilaksanakan berdasarkan

Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 15 Tahun 1998 tentang Retribusi Pelayanan

Kesehatan sebagaimana telah diubah, terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan

Nomor 03 Tahun 2005. Dimana dalam penyusunannya berpedoman pada Undang-Undang Nomor

18 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 34 Tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.

Selanjutnya dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah, maka guna peningkatan Pendapatan Asli Daerah dan peningkatan

mutu pelayanan kesehatan di Kabupaten Lamongan, Pemerintah Kabupaten Lamongan perlu untuk

menyesuaikan, menyusun dan menetapkan kembali Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan

Kesehatan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

II.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Pasal ini dimaksudkan untuk menyamakan pengertian atau menyamakan arti dalam

penggunaan beberapa istilah yang dipergunakan dalam Peraturan Daerah ini.

Pasal 2

Cukup Jelas.

Pasal 3

Cukup Jelas.

Pasal 4

Cukup Jelas.

Pasal 5

Cukup Jelas.

Pasal 6

Cukup Jelas.

(13)

Pasal 7

Cukup Jelas.

Pasal 8

Cukup Jelas.

Pasal 9

Cukup Jelas.

Pasal 10

Cukup Jelas.

Pasal 11

Cukup Jelas.

Pasal 12

Cukup Jelas.

Pasal 13

Cukup Jelas.

Pasal 14

Cukup Jelas.

Pasal 15

Cukup Jelas.

Pasal 16

Cukup Jelas.

Pasal 17

Cukup Jelas.

Pasal 18

Cukup Jelas.

Pasal 19

Cukup Jelas.

Pasal 20

Cukup Jelas.

Pasal 21

Cukup Jelas

Pasal 22

Cukup Jelas.

Pasal 23

Cukup Jelas.

Pasal 24

Cukup Jelas.

Pasal 25

Cukup Jelas.

Pasal 26

Cukup Jelas.

Pasal 27

Cukup Jelas.

Pasal 28

Cukup Jelas.

Pasal 29

Cukup Jelas.

Referensi

Dokumen terkait

Pegawai administrasi Universitas “X” yang sudah menjalankan pekerjaan serta peraturan dengan sesuai bahkan bekerja melebihi waktu yang telah ditentukan mengharapkan

Pertama, kita harus dapat memastikan tercapainya kemajuan-kemajuan penting dalam membangun Komunitas ASEAN; Kedua, kita harus memastikan terpeliharanya tatanan dan situasi di

Jika di wilayah Maluku Utara terkenal dengan sebutan Moluko Kie Raha, yakni empat kerajaan sebagai pusat kekuasaan Islam yakni Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo,

Jadi dapat disimpulkan bahwa Executive Information System (EIS) adalah sebuah sistem berbasis komputer yang bertujuan untuk memfasilitasi dan mendukung informasi

Sugiyono et al (200) meneliti nasi jagung instant, Raharjo et al (2003) meneliti tiwul instant, Tawali et al (2007) meneliti jagung sosoh pratanak (JSP) dan Koswara (2003)

itu peneliti memanfaatkan situasi dan karakteristik peserta didik saat ini yang lebih menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan peramban internet dan bacaan

Pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral, maka

Kondisi optimum penyisihan organik membran ultrafiltrasi untuk air gambut dengan treatment awal karbon aktif adalah pada tekanan 3 bar dan pH ambient hasil