6
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TALKING STICK
TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA
PADA SISWA KELAS V11 SMP NEGERI 9 PALU
Karnia Yaberdak Gintoe, Yusuf Kendek dan Amiruddin HatibeKarniayaberdakgintoe_physics11@yahoo.com
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako
Jl. Soekarno Hatta Km. 9 Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu – Sulawesi Tengah
Penelitian ini bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe talking stick terhadap hasil belajar IPA Fisika pada siswa kelas VII SMP Negeri 9 Palu. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain “ The non equivalen pretes-posttest design”. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan sampel penelitian kelas VIII sebagai kelas eksperimen
dengan jumlah siswa 26 orang dan kelas VIIH sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 25 orang. Data
diperoleh melalui tes hasil belajar IPA Fisika pada pretes dan posttest. Pada hasil pengolahan data hasil penelitian diperoleh rata-rata pretest pada kelas eksperimen 9,82 sedangkan rata-rata untuk posttest diperoleh 16,6. Pada kelas kontrol diperoleh rata-rata pretest 9,14 sedangkan rata-rata untuk posttest 11,7. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh thitung = 6,28 dan ttabel = 2,02, ini berarti nilai thitung >ttabel sehingga terdapat
perbedaan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima dan
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh hasil belajar IPA Fisika antara siswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.
Kata Kunci : Model pembelajaran kooperatif tipe talking stick, Hasil belajar IPA Fisika.
I. PENDAHULUAN
Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan autentik (Depdikbud, 1996) [1].Keterpaduan berarti merajut keterkaitan antara berbagai aspek dan materi yang tertuang dalam Kompetensi Dasar IPA untuk melahirkan satu atau beberapa tema pembelajaran [2].
Menurut Slameto (2010) proses
pembelajaran dipengaruhi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal [3]. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri guru dan siswa seperti rasa malas, bosan dan gembira. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari guru dan siswa seperti lingkungan sekolah, ruang belajar, model pembelajaran, dan sebagainya. Pada proses pembelajaran berlangsung, guru harus pandai memilih penggunaan model pembelajaran yang tepat. Guru perlu memilih model pembelajaran yang cocok untuk model pembelajaran yang diterapkan menurut caranya sendiri [4].
Hasil penelitian di kelas membuktikan bahwa rendahnya hasil belajar siswa dapat dipengaruhi
oleh penggunaan pembelajaran yang kurang tepat. Pengamatan di kelas dengan penggunaan model pembelajaran langsung siswa kurang aktif di kelas, merasa bosan, jenuh, suka bermain ketika guru menerangkan. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher centered
sehingga siswa menjadi pasif. Pembelajaran IPA khususnya pada pelajaran Fisika di SMP Negeri 9 Palu masih menggunakan model pembelajaran konvensional dan metode ceramah, eksperimen, demonstrasi, diskusi, discovery learning.
Terkait dengan temuan ini, kegiatan mengajar yang dilakukan para guru tersebut merupakan aktivitas menyimpan informasi dalam pikiran siswa yang pasif dan dianggap kosong. Pola mengajar seperti ini dapat menyebabkan cara pikir siswa tidak berkembang karena di dalam pembelajaran tersebut siswa hanya melakukan
kegiatan mendengarkan dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan guru.
Menurut Slameto (2010) guru merupakan sumber utama dalam pembelajaran yang
memegang peranan penting dalam
pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan Guru IPA pada pembelajaran fisika
penjelasan materi membutuhkan waktu
penjelasan materi hingga beberapa kali pengulangan agar siswa dapat menerima
7 informasi yang diberikan terkait materi yang di sampaikan oleh guru [3].
Berdasarkan Permendikbud nomor 144 tahun 2014.Kriteria kelulusan peserta didik UAN tingkat SMP tahun ajaran 2014/2015 untuk rata-rata nilai UAN yang harus di capai minimal yaitu 5,5 [5]. Sedangkan nilai ulangan akhir semester (UAS) untuk mata pelajaran IPA yang harus dicapai siswa minimal yaitu 75 berdasarkan standar SKBM yang ditetapkan oleh sekolah. Abubahar menyatakan bahwa nilai rata-rata UN di kota Palu tingkat SMP mencapai 32,05 dengan nilai IPA sebesar 8,12) [6].
Penelitian ini didukung dalam penelitian
Ma`rifah (2013) dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa penerapan metode Talking Stick dengan media power point efektif meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII di MTs Ibnull Qoyyim Putri Berbah Seleman Yogyakarta pada pembelajaran IPA Biologi materi sistem pencernaan makanan pada manusia, dengan nilai uji Mann Whiteny U 149 ( ) dan nilai (1 – p Value) sebesar 0,002 (0,05)[7]. Manuaba, dkk (2014) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar secara signifikan antara kelompok siswa yang belajar mengikuti pembelajaran dengan model talking stick
berbantuan media audio visual dengan kelompok siswa yang belajar mengikuti pembelajaran konvensional (thitung = 6,99 >ttabel = 2,000) [8].
Penelitian ini dilatar belakangi oleh siswa yang kurang aktif pada mata pelajaran IPA khususnya
pada pelajaran Fisika dan proses
pembelajarannya masih di dominasi oleh guru di SMP Negeri 9 Palu. Untuk lebih meningkatkan hasil belajar IPA khususnya pada pelajaran fisika maka dengan penggunaan model pembelajaran
talking stick mampu menyelesaikan masalah tersebut dan dapat membantu siswa mengingat apa yang mereka baca [9].
Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
talking stick terhadap hasil belajar IPA Fisika
pada siswa kelas VII SMP Negeri 9 Palu.
II. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuasi
eksperimen. Desain penelitian ini
menggunakan:“The non Equivalen Pretest-Posttest Design” yaitu menggunakan kelas-kelas yang sudah ada kelompoknya [10].
KeLompok pretes Perlakuan Post-test
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 - O2
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 9 Palu yang beralamat di jalan Zebra No.4 Palu. Penelitian ini dillaksanakan mulai pada tahap persiapan penelitian sampai tahap akhir penelitian yakni dimulai pada bulan Juli 2015 sampai bulan Agustus 2015.
Variabel dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel bebas adalah model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dan model pembelajaran konvensional.
b. Variabel terikat adalah hasil belajar siswa. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII Semester Ganjil tahun ajaran 2015/2016 SMP Negeri 9 Palu yang berjumlah 249 orang yang terdiri dari 10 kelas. Sampel penelitian yang digunakan adalah sebagian dari kelas VII SMP Negeri 9 Palu yang terdaftar pada tahun ajaran 2014/2015 maka dipilihlah 2 kelas yaitu kelas VIIH dan kelas VIII. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu maka diambil dua kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas VIII yang berjumlah 26 orang siswa sebagai kelas Perlakuan pertama (X1) yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe
talking stick dan kelas VIIH yang berjumlah 25 orang yang mengikuti pembelajaran model konvensional.
Jenis data dalam penelitian ini yaitu berupa data kuantitatif yaitu tes hasil belajar. Sedangkan Sumber data primer yang bersumber langsung dari siswa berupa tes awal dan tes akhir yang akan di uji cobakan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sedangkan data sekunder yang bersumber dari guru IPA SMP Negeri 9 Palu. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan non tes.
Instrumen dalam penelitian ini berupa perangkat pembelajaran yaitu Skenario Pembelajaran, RPP, Silabus, LKS .Tes dilakukan sebanyak 2 kali berupa tes awal dan tes akhir yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes dibuat dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 40 item soal yang telah di validitas ahli. Selanjutnya, dilakukan validitas item pada kelas yang bukan dijadikan sampel penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Instrumen Tes, dan analisis data hasil penelitian. Pada analisis instrumen tes terlebih dahulu di validkan oleh validitas ahli, selanjutnya dilanjutkan dengan validitas item butir tes, menentukan indeks
8 kesukaran soal, menentukan daya pembeda, dan menentukan reabilitas tes. Berdasarkan jumlah soal yang telah di validasi ahli berjumlah 40 item soal pilihan ganda memiliki nilai r11 sebesar 0,82. Untuk butir soal yang diterima sebanyak 24 item soal pilihan ganda memiliki hasil uji nilai reabilitas r11 sebesar 0,88. Karena berdasarkan kriteria nilai r11 >0,70 maka instrumen dinyatakan reliabel.
Sedangkan analisa data hasil Penelitian dilakukan :
1. Uji Normalitas Tes
Pengujian normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data terdistribusi normal atau tidak terdistribusi normal berdasarkan data hasil belajar IPA Fisika yang diambil dari dua kelas yang di jadikan sampel yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Maka
pengujiannya dapat dihitung dengan
menggunakan rumus chi kuadrat, yaitu X2
hitung=∑ [11]. 2. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan untuk melihat apakah suatu data yang diperoleh dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang diambil dari data hasil belajar IPA Fisika homogen atau tidak homogen. Maka analisis pengujian homogenitas pada suatu sampel yang diambil dapat dilakukan dengan menggunakan rumus uji F (Kesamaan dua variansi) dengan rumus yaitu :
[10]. 3. Uji Hipotesis
Pengujian kebenaran hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik Parametrik uji-t untuk melihat data yang berdistribusi normal dan homogen. Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji statistik parametrik melalui uji t dua pihak (2-tailed).
t = ̅ ̅
√
S = √
[10].
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Analisis Tes Uji Coba
1) Hasil Analisis Instrumen
Tabel 1. Data Analisis Butir soal Tes
Parameter Nilai
Ukuran Sampel 26 + 25 = 51
Min Skor total (Mt) 29,05
Standar Deviasi Total (SD)
5,564
Validitas Tes 0,40 rpbi 1,00
Indeks Kesukaran
Soal 0,30 P 0,70
Daya Pembeda (D) 0,20 D 0,40
Reabilitas Tes (r11) r11 0,70
Jumlah Soal 40 soal
Banyak soal yang
terbuang 16 soal
Banyak soal yang digunakan dalam penelitian
24 Soal
2) Deskripsi Data
Gambar 1. Skor pretest Hasil belajar IPA Fisika
9
3) Hasil Pengujian Normalitas
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Uji Normalitas Pre-test
No Kelas Nilai
hitung Nilai tabel
( = 0,05) Keputusan 1 Eksperimen 6,18 7,81 Terdistribusi normal 2 Kontrol 5,55 7,81 Terdistribusi normal
4) Hasil Pengujian Homogenitas
Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas pre-test kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
Uji Homogenitas untuk pre-test
No Kelas Nilai
Varians FNilai hitung
Nilai Ftabel Keputusan 1 Eksperimen 2,92 1,07 1,96 data homogen 2 Kontrol 2,81
5) Uji beda rata-rata pada Pretest
Tabel 4. Uji beda rata-rata(dua pihak) pretest kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
Uji beda dua rata-rata (dua pihak) untuk pre-test
Kelas Nilai
rata-rata t hitung ttabel Keputusan
Eksperimen 9,82 0,85 2,02 Ho diterima
Kontrol 9,14
6) Hasil Pengujian hipotesis pada Posttest
Tabel 5. Uji hipotesis pada posttest
Uji hipotesis pada posttest
Kelas Nilai
rata-rata t hitung ttabel Keputusan
Eksperimen 16,6 6,28 2,02 Ho ditolak
Kontrol 11,7
2 Pembahasan
Peneliti melakukan penelitian bertempat di sekolah SMP Negeri 9 Palu, dengan kelas yang dijadikan sampel penelitian yaitu kelas VIII sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIH sebagai kelas kontrol. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan survei lokasi terlebih dahulu, setelah itu dilanjutkan dengan validasi soal yang telah divalidasi oleh validator sebanyak 40 item
soal pilihan ganda dan kemudian di uji cobakan pada tanggal 25 Juli 2015 pada kelas yang bukan dijadikan sampel penelitian yaitu kelas VIIID. Penelitian ini berlangsung selama 1 bulan mulai dari uji coba soal pada tanggal 25 juli hingga berakhirnya penelitian pada tanggal 25 agustus 2015. Selanjutnya, peneliti mengunakan 5 kali pertemuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun jadwal pembelajaran selama kegiatan penelitian berlangsung mulai tanggal 4 agustus hingga 25 agustus 2015. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk melihat apakah pengaruh dari pemberian model pembelajaran kooperatif tipe talking stick yang digunakan pada kelas eksperimen ternyata memberikan hasil lebih baik terhadap hasil belajar IPA Fisika dibandingkan dengan pemberian model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Berdasarkan hasil penelitian di kelas VIII sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick lebih baik dan memberikan semangat belajar bagi siswa dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional yang cenderung membuat siswa jenuh di dalam kelas dan bahkan suka bermain ketika guru menjelaskan.
Pengaruh dari penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada siswa kelas eksperimen lebih cenderung mendapatkan informasi, aktif dalam belajar, siap dalam mengemukakan pengetahuan mereka ketika diberikan pertanyaan oleh guru terkait materi yang diajarkan dibandingkan kelas kontrol. Penggunaan model pembelajaran kooperatif juga didukung oleh hasil penelitian Bukunola dan Idowo (2012) yang menunjukkan bahwa siswa yang melakukan pembelajaran kooperatif lebih efektif prestasi belajarnya, lebih termotivasi dan percaya diri dalam bertanya dibandingkan model pembelajaran konvensional [12].
Penelitian ini juga didukung dalam penelitian Manuamba, dkk (2014) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikansi antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode
talking stick berbantuan media audio visual dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi konvensional pada siswa kelas VA dan VB SD Negeri 1 Karangasem [8]. Purwaningsih, dkk (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dan TGT pada materi pokok hidrolisis garam terhadap prestasi belajar kognitif siswa dan tidak ada pengaruh pada prestasi belajar afektif siswa, tidak terdapat pengaruh kemampuan matematik tinggi dan
10 rendah terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa pada materi pokok hidrolisis garam dan tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dan TGT dengan kemampuan matematik tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa pada materi pokok hidrolisis garam [13].
Model pembelajaran kooperatif diaplikasikan
dalam berbagai tipe dalam kegiatan
pembelajaran. Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif adalah Tongkat Berbicara (talking stick). Model pembelajaran kooperatif tipe talking stick adalah suatu model pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat [4].
Pada kelas eksperimen dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick yakni pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan tongkat mendorong siswa lebih aktif dalam pembelajaran
dan berani mengemukakan pendapatnya
mengenai materi pembelajaran yang
disampaikan oleh guru. Sehingga siswa dapat
meningkatkan pemahaman mereka dalam
menerima informasi pembelajaran yang disampaikan guru, berpikir aktif dalam belajar, lebih termotivasi dalam bekerja kelompok dan melatih siswa untuk lebih aktif dalam mengemukakan pendapatnya.
Hasil penelitian pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan hasil yang berbeda, hal ini tampak dari rata-rata skor dari tes awal dan tes akhir yang diberikan. Pada kelas kelas eksperimen skor rata-rata tes awal 9,82 dan kelas kontrol memiliki rata-rata skor tes awal sebesar 9,14. Sedangkan pada tes akhir untuk kelas eksperimen rata-rata skor hasil belajar sebesar 16,6 dan kelas kontrol sebesar 11,7. Hasil skor rata-rata antara kedua kelas perbedaannya sangat jelas bahwa kelas eksperimen untuk tes akhir hasil belajarnya lebih meningkat dari kelas kontrol dibandingkan pada tes awal.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang dilakukan pada taraf signifikan ( = 0,05) dan dk = (26 +25-2) = 49 dengan kriteria pengujian yakni hipotesis Ho diterima jika –t(1-0,5 ) t t( 1-0,5 ) maka untuk pengujian hipotesis berdasarkan pretest dengan menggunakan uji rata-rata skor diperoleh t hitung = 0,85 dan ttabel = 2,02, maka kriteria penerimaan Ho diterima dimana -2,02 0,85 2,02 terpenuhi, Ho diterima dan HI ditolak yang artinya tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA Fisika pada tes awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Hasil pengujian hipotesis pada postest dengan menggunakan rata-rata skor diperoleh t hitung = 6,28 dan ttabel = 2,02, maka kriteria penerimaan Ho dimana –t(1-0,5 )t t(1-0,5 ) tidak terpenuhi, Ho ditolak dan HI diterima dengan taraf nyata = 0,05 dan dk (26+25-2) = 49, artinya terdapat perbedaan hasil belajar IPA Fisika antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe talking stick terhadap hasil belajar IPA Fisika.
Menurut Ramadhan (2010) kelebihan model
talking stick yaitu menguji kesiapan siswa, melatih siswa memahami materi dengan cepat, agar siswa lebih giat belajar (belajar dahulu sebelum pelajaran di mulai), mengajarkan mengeluarkan pendapat sendiri, agar siswa berpikir sendiri apa jawaban dari pertanyaan
tersebut, mengasah pengetahuan dan
pengalaman siswa sedangkan kelemahan model pembelajaran ini adalah membuat siswa tegang karena takut pertanyaan yang harus dijawab, membuat siswa senam jantung, membuat siswa ragu-ragu dan gugup, jika siswa tidak memahami siswa tidak akan bisa menjawab pertanyaan, dan waktu yang digunakan cukup lama [14].
Adapun kelebihan dari penelitian yang dilakukan peneliti selama penelitian pada kelas VIII sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar khususnya pada mata pelajaran IPA Fisika. Hal ini terlihat dimana siswa cenderung menyukai pembelajaran yang dilakukan dikelas sehingga mereka aktif dalam belajar, siswa aktif dalam mengeluarkan ide atau pendapat mereka demi mencapai tujuan pembelajaran, membuat siswa lebih termotivasi dalam menerima materi pelajaran. Sedangkan kelemahan dalam penelitian ini yaitu siswa suka bermain dikelas, masih ada siswa yang belum berani menjawab pertanyaan yang diajukkan oleh guru, siswa masih ragu dan gugup.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa mampu memenuhi syarat ketuntasan yang diterapkan di Sekolah dengan kriteria ketuntasan minimal 75. Hasil penelitian di kelas eksperimen maupun kelas kontrol telah menunjukkan ketuntasan hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick ataupun model konvensional. Hal ini dapat ditunjukkan melalui nilai hasil belajar siswa pada tes awal dan tes akhir.
Berdasarkan uraian diatas telah dijelaskan bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih
11 meningkat dari kelas kontrol. Hal ini dimungkinkan karena proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick menjadikan siswa lebih aktif dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran dikelas baik secara mandiri maupun secara berkelompok, saling berinteraksi dengan guru maupun dengan teman kelompoknya. Dengan model pembelajaran kooperatif ini selain membuat siswa lebih aktif, siswa juga dapat bermain sambil belajar dengan membuka wawasan mereka akan pelajaran yang telah dipelajarinya. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama proses pembelajaran ketika guru mengajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick siswa lebih bersemangat dalam belajar.
Hasil analisis untuk tingkat keberhasilan guru
mengajar dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe talking stick selama kegiatan proses pembelajaran pada kelas VIII sebagai kelas eksperimen adalah 80,67%, 91, 93%, 93,54%. Sedangkan tingkat keberhasilan siswa menerima informasi pembelajaran dikelas pada kelas eksperimen diperoleh sebesar 73,03%, 80,64%, 86,29%. Pada kelas kontrol yaitu kelas VIIH diperoleh tingkat keberhasilan guru mengajar selama proses pembelajaran berlangsung adalah 79,16 %, 83,33 %, 86,45 % dan tingkat keberhasilan siswa yang menerima informasi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional diperoleh sebesar 78,12 %, 82,29 %, 86,45 %.
Peneliti mengukur hasil belajar siswa dalam 3 aspek penilaian meliputi penilaian afektif, psikomotor, dan kognitif. Dari penilaian ketiga
aspek diatas pada kelas eksperimen
menunjukkan hasil yang baik jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini terlihat bahwa penilaian afektif itu lebih menunjuk pada sikap siswa dalam pembelajaran dan penilaian psikomotorik lebih menujuk pada keterampilan
dan kemampuan siswa dengan tujuan
meningkatkan akademik siswa. Begitu juga dengan penilaian kognitif lebih melatih siswa mengembangkan pengetahuan mereka terhadap materi yang diajarkan oleh guru.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa uji model hasil belajar IPA Fisika siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe talking stick lebih baik daripada siswa yang mengikuti
pembelajaran menggunakan model
pembelajaran konvensional.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN 1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa hasil rata-rata tes awal kelas eksperimen sebesar 9,82 dengan standar deviasi 2,92 dan tes akhir memiliki rata-rata sebesar 16,6 dan standar deviasi 2,93. Sedangkan kelas kontrol untuk tes awal diperoleh rata-rata 9,14 dengan standar deviasi 2,81 dan rata-rata tes akhir sebesar 11,7 dengan standar deviasi sebesar 2,90. Untuk hasil pengujian hipotesis yang menggunakan uji-t dua pihak pada post-test dengan menggunakan nilai rata-rata skor diperoleh nilai thitung 6,28 ttabel 2,02, dengan taraf nyata 0,05 dan dk = (26+ 25- 2 = 49) maka terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Dengan demikian H0 ditolak dan HI diterima dan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh hasil belajar IPA Fisika antara siswa yang mendapatkan
pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe talking stick dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model konvensional.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah: 1) Dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick sebaiknya langkah-langkah pembelajaran yang digunakan jelas dan terarah.
2) Model pembelajaran kooperatif tipe talking stick sangat baik digunakan dalam proses pembelajaran karena dapat dijadikan sebagai satu alternatif pembelajaran sehingga siswa dapat terlatih dalam berpikir.
3) Agar seluruh siswa dalam berkelompok dapat terlibat lebih aktif dalam berdiskusi, dan guru dapat menjadi motivator dan fasilitator selama kegiatan proses pembelajaran berlangsung dikelas.
4) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dalam
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe talking stick dapat menerapkan model ini lebih baik lagi pada materi Fisika lainnya sehingga siswa lebih tertarik dan aktif dalam proses pembelajaran dikelas.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.(1996). Pengolahan Kelas di Sekolah dasar. Jakarta : Depdikbud.
[2] Purwanti,W.(2013). Langkah Pengembangan
Pembelajaran IPA Pada Implementasi Kurikulum
12
ptkdotnet.Files. wordpress.com/2013/04/4 mater -pengelolaan-ipa-terpadu. Pdf (26 November 2014).
[3] Sugiyono.(2011). Metode penelitian kuantitatif dan
kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.
[4] Suyatno.(2009). Menjelajah Pembelajaran Inofatif.
Sidoharjo : Masmedia Buana Pustaka.
[5] Abufarras.(2014). Kriteria Kelulusan Ujian Nasional 2015
(online). Tersedia pada http :// blogspot.com/ 2014/
11/ Kriteria-Kelulusan-Ujian-Nasional-2015.html,
(diakses tanggal 24 Januari 2015).
[6] Antara Sulteng.(2012). Kelulusan UN SMP Kota Palu
(online). Tersedia pada http: //www. antara
sulteng.com/berita/ 935/ 2012/ Kelulusan UN SMP Kota Palu 97,27 Persen html, (diakses tanggal 19 September 2015).
[7] Ma`rifah,S. (2013) “Efektifitas Penerapan metode
Talking Stick dengan media power point terhadap hasil belajar dan motivasi belajar siswa pada materi pokok Sistem Pencernaan Makanan Pada Manusia Kelas VIII di MTs Ibnull Qoyyim Putri”. Yogyakarta : Skripsi Tidak diterbitkan.
[8] Manuaba, Kusmariyatni, dan Wibawa. (2014).”
Pengaruh Metode Talking Stick terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 1 Karangasem tahun ajaran
2013/2014”. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Ganesha
Jurusan PGSD. 2, (1). 1 – 10.
[9] Trianto.(2010). Mendesain Model pembelajaran
Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
[10] Slameto.(2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhnya. Jakarta : Rineka Cipta.
[11] Sudjana.(2005). Metoda Statistik. Bandung :Taristo.
[12] Bukunola, BAJ and Idowu, OD.(2012). Effectiveness of Cooperative Learning Strategies on Nigerian Junior Secondary Student’s Academic Achievement in Basic
Science. British Journal of Education, Society dan
Behavioural Science 2(3) : 307-325.
[13] Purwaningsih, Saputro, dan Ariani.(2014).” Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick dan Teams Games Tournamens (TGT) ditinjau dari kemampuan matematik pada materi pokok hidrolisis garam terhadap prestasi belajar siswa kelas XI SMA N
Kebakkramat Tahun Pelajaran 2013/2014”. (Jurnal
Pendidikan Kimia (JPK). 3, (4). 31 – 40, ISSN 2337-9995).
[14] Ramadhan.(2010). Metode Talking Stick. (Online).
Tersedia pada http :// tarmizi ramadhan. wordpress.
com /2010/ 02/ 15/talking stick/ (diakses tgl 26 November 2014).