• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

26 3.1 Obyek Penelitian

3.1.1 Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Terbentuknya Direktorat Jenderal Perbendaharaan (Ditjen PBN) tidak terlepas dari konsekuensi pelaksanaan reformasi penyempurnaan manajemen keuangan Negara di Indonesia. Ketika semangat mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) digulirkan, Pemerintah Pusat menempuh langkah perubahan melalui reformasi hukum dan reformasi organisasi. Secara paralel, reformasi hukum yang ditandai dengan lahirnya Paket Undang-Undang Bidang Keuangan Negara diiringi dengan perubahan organisasional di tubuh Departemen Keuangan guna menyelaraskan perangkat organisasi dengan penegasan fungsi Departemen Keuangan selaku institusi Pengelola Fiskal.

Selaku institusi Pengelola Fiskal, Departemen Keuangan membagi pemisahan kewenangan, yang antara lain adalah fungsi-fungsi pengkajian, penganggaran, dan perbendaharaan. Inilah alasan kuat terjadinya penyempurnaan organisasi (reorganisasi) dengan "terbentuknya" 3 (tiga) organisasi dengan nomenklatur baru, yaitu Direktorat Jenderal Anggaran dan Perimbangan Keuangan (Ditjen APK), Direktorat Jenderal Perbendaharaan (Ditjen Perbendaharaan), dan Badan Pengkajian Ekonomi, Keuangan, dan Kerjasama Internasional (BAPEKKI). Suatu Perubahan

(2)

organisasi yang ditandai dengan memisahkan fungsi-fungsi yang berbeda namun berada dalam satu naungan organisasi, serta menyatukan fungsi-fungsi yang sama namun tersebar di berbagai unit.

Ditjen PBN sendiri bukanlah organisasi yang sama sekali baru. "Core function"nya tersebar di berbagai unit Eselon I dengan fungsi paling dominan, yaitu fungsi pelaksanaan anggaran, pengelolaan kas Negara, pengelolaan barang milik kekayaan Negara, dan pengelolaan hutang luar negeri berada di bawah unit Eselon I Direktorat Jenderal Anggaran (DJA). Sementera itu, fungsi perbendaharaan lainnya tersebar di beberapa unit Eselon I dan II yaitu fungsi pengelolaan hutang dalam negeri pada Pusat Manajemen Obligasi Negara (PMON), pengelolaan penerusan pinjaman dan pengelolaaan kasnya pada Ditjen Lembaga Keuangan (Ditjen LK), dan penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran pada Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN), serta fungsi pengolahan data pada Kantor Pengelolahan Data Informasi Keuangan Regional (KPDIKR) BINTEK.

Selanjutnya, dengan terbitnya Keputusan Presiden Nomor 35, 36, dan 37 Tahun 2004 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 302/KMK/2004 dan Nomor 303/KMK/2004, secara hukum meleburlah unit-unit pengelola fungsi perbendaharaan tersebut menjadi satu Direktorat Jenderal Perbendaharaan, yang terdiri dari 1 Sekretariat Ditjen dan 7 Direktorat teknis pada kantor pusat serta 33 Kantor Wilayah Ditjen PBN dan 178 KPPN pada kantor instansi vertikal.

(3)

3.1.2 Visi dan Misi Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagai unsur pelaksana sebagian tugas pokok Departemen Keuangan melakukan tugas perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang anggaran pendapatan dan belanja negara.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, visi Direktorat Jenderal Perbendaharaan adalah menjadi Pengelola Perbendaharaan Negara yang Profesional, Transparan dan Akuntabel dalam Proses Mewujudkan Bangsa yang Mandiri dan Sejahtera.

Dalam mewujudkan visi tersebut, misi yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan adalah :

a. Mewujudkan Pelaksanaan Anggaran yang Berbasis Kinerja;

b. Mewujudkan Pengelolaan Kas Negara yang Transparan dan Akuntabel;

c. Mewujudkan Tertib Administrasi Pengelolaan Barang Milik Kekayaan Negara;

d. Mengoptimalkan Surat Utang Negara sebagai sumber pembiayaan APBN;

e. Mengelola Pinjaman dan Hibah Luar Negeri sesuai kebutuhan APBN; f. Menghasilkan Pelayanan di bidang Perbendaharaan dan Informasi

Keuangan yang cepat, tepat dan akurat;

g. Mewujudkan Pengelolaan Piutang Pemerintah dan Kredit Program yang berkelanjutan dan dapat dipertanggungjawabkan;

(4)

Hal lainnya yang harus dilakukan Direktorat Jenderal Perbendaharaan adalah mengembangkan pengelolaan anggaran belanja negara sesuai dengan asas dekosentrasi, desentralisasi dan asas pembantuan, meningkatkan kemampuan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, memperbaharui diri untuk menjawab aspirasi daerah dan tuntutan era globalisasi, menyajikan informasi APBN secara akurat dan transparan yang dapat diakses oleh semua pihak.

3.1.3 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perbendaharaan A. Bidang Belanja Negara

1) Menetapkan tingkat bunga dan subsidi bunga Kredit Program yang memberikan insentif yang cukup/wajar bagi bank pelaksana maupun petani/usaha mikro dan kecil;

2) Meningkatkan akuntabilitas penyaluran Kredit Program dengan sedapat mungkin menetapkan bank pelaksana bertindak sebagai executing bank yang menanggung sepenuhnya risiko kredit; 3) Menciptakan skim baru dan menggali sumber pendanaan untuk

pemberian kredit dalam rangka pengembangan usaha mikro dan kecil;

4) Menyempurnakan pedoman pelaksanaan pembayaran anggaran pembiayaan dan perhitungan.

(5)

1) Menyempurnakan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan pinjaman dan hibah luar negeri;

2) Melaksanakan monitoring disbursement dan mempercepat effectiveness pinjaman luar negeri baik pinjaman program maupun pinjaman proyek;

3) Melakukan pembayaran bunga dan pokok tepat waktu; 4) Melakukan Pembelian kembali obligasi negara (buy back); 5) Meningkatkan koordinasi antara otoritas fiskal dan moneter; 6) Menyusun dan menerbitkan harga acuan (benchmark) -- Bersama

Bapepam-LK;

7) Mengembangkan pasar repo -- Bersama Bapepam-LK; 8) Memperluas basis investor;

9) Meningkatkan efisiensi dan keandalan sistem kliring, setelmen dan registrasi;

10) Mengembangkan akses informasi pasar keuangan; 11) Mengembangkan sistem informasi terpadu;

12) Meningkatkan kualitas SDM dan sistem informasi pendukung; 13) Menyempurnakan kerangka peraturan perundang-undangan di

bidang pengelolaan;

14) Pinjaman dan Hibah Luar Negeri;

15) Melakukan seleksi terhadap proyek-proyek yang akan dibiayai pinjaman luar negeri dan sesuai dengan pioritas pembangunan nasional;

(6)

16) Menyempurnakan sistem pengadministrasian pinjaman yang efektif dan efisien.

C. Bidang Pengelolaan Keuangan Negara

1) Menerapkan Treasury Single Account (TSA); 2) Menyempurnakan pedoman penyusunan LPJ APP; 3) Menyempurnakan peraturan tentang penelaahan DIPA;

4) Melakukan perbaikan ketentuan tentang mekanisme pembayaran; 5) Mengembangkan sistem perbendaharaan dan anggaran negara

(SPAN);

6) Mewujudkan PP SAP berbasis kas menuju akrual; 7) Menyiapkan SAP dan PP SAP berbasis akrual;

8) Memperbaharui rumusan business process perbendaharaan dan akuntansi yang baru;

9) Mengembangkan sistem aplikasi dan program perbendaharaan yang baru (SPAN);

10) Mengimplementasikan PP SAP dan SiAPP;

11) Menyiapkan SDM yang andal di bidang akuntansi dan pelaporan keuangan;

12) Mewujudkan PP tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Pemerintah;

13) Mewujudkan laporan keuangan pemerintah yang komprehensif; 14) Mengembangkan sistem penyajian informasi yang sesuai dengan

(7)

15) Mengembangkan data statistik unit-unit yang memberi kontribusi fiskal dan makro ekonomi negara;

16) Menyajikan informasi statistik keuangan negara sesuai standar internasional;

17) Mewujudkan pemberian informasi pengelolaan keuangan negara; 18) Memberi dukungan teknis akuntansi dalam sistem perbendaharaan

negara;

19) Mendukung perwujudan pengelolaan perbendaharaan yang baik; 20) Mewujudkan PP tentang jabatan fungsional perbendaharaan; 21) Mewujudkan sistem IT yang mendukung operasi dan pemberian

informasi perbendaharaan;

22) Menyempurnakan mekanisme pembuatan realisasi APBN yang berasal dari Laporan Kas Posisi KPPN dan Laporan Realisasi BUN.

3.1.4 Tugas Pokok dan Fungsi Ditjen Perbendaharaan

Ditjen Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang perbendaharaan negara sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri keuangan, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Perbendaharaan menyelenggarakan fungsi :

(8)

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang perbendaharaan negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. Perumusan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang perbendaharaan negara;

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbendaharaan negara;

e. Pengesahan dokumen pelaksanaan anggaran;

f. Verifikasi dan akuntansi Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (APP);

g. Pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara serta pengelolaan aset dan kewajiban pemerintah;

h. Pengelolaan penerusan dan penyaluran pinjaman pemerintah; i. Pelaksanaan akuntansi pusat dan penyusunan laporan keuangan

pemerintah;

j. Pengembangan sistem informasi perbendaharaan negara; k. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.

3.1.5 Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Perbendaharaan terdiri dari : a. Sekretariat Direktorat Jenderal;

b. Direktorat Pelaksanaan Anggaran; c. Direktorat Pengelolaan Kas Negara; d. Direktorat Sistem Manajemen Investasi;

(9)

e. Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;

f. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan; g. Direktorat Sistem Perbendaharaan;

h. Direktorat Transformasi Perbendaharaan.

Yang berhubungan dalam melaksanakan treasury single account pada kantor pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan yaitu Direktorat Pengelolaan Kas Negara.

Sesuai Peraturan Presiden Nomor 95 tahun 2006 instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaraan terdiri dari :

a).Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan; b).Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.

Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2006 ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan, yang kemudian diganti dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan di dalam Pasal 1 dinyatakan bahwa Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan.

(10)

Direktorat Jenderal Perbendaharaan saat ini memiliki 33 Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan yang berada di Kota Propinsi seluruh Indonesia dan sebagai pelaksana teknis perbendaharaan, dibentuk 178 Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang bertanggungjawab kepada Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan pada wilayah kerja masing-masing.

Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) sebagai organisasi lembaga pemerintahan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan, menyadari bahwa perkembangan atau perubahan zaman yang terjadi begitu pesat telah melahirkan tantangan-tantangan yang makin besar dalam melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal di era reformasi.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan RI. Nomor: 101/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kantor Pelayanan Perbendaharaan mempunyai tugas melaksanakan kewenangan perbendaharaan dan bendaharan umum, penyaluran pembiayaan atas beban anggaran, serta penatausahaan penerimaan dan pengeluaran anggaran melalui dan dari kas negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan tersebut di atas, KPPN menyelenggarakan fungsi:

(11)

1. Pengujian terhadap dokumen surat perintah membayar berdasarkan peraturan perundang-undangan;

2. Penerbitan surat perintah pencairan dana dari Kas Negara atas nama Menteri Keuangan (Bendahara Umum Negara);

3. Penyaluran pembiayaan atas beban APBN;

4. Penilaian dan pengesahan terhadap penggunaan uang yang telah disalurkan;

5. Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran negara melalui dan dari Kas Negara;

6. Pengiriman dan penerimaan kiriman uang;

7. Penyusunan laporan pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara;

8. Penyusunan laporan realisasi pembiayaan yang berasal dari pinjaman dan hibah luar negeri;

9. Penatusahaan penerimaan negara bukan pajak (PNBP); 10. Penyelenggaraan verifikasi transaksi keuangan dan akuntansi; 11. Pembuatan tanggapan dan penyelesaian temuan hasil pemeriksaan; 12. Pelaksanaan kehumasan;

13. Pelaksanaan administrasi KPPN.

Penelitian dilaksanakan pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta (KPPN) II, Jln. Dr. Wahidin Jakarta Pusat yang dimulai tanggal 01 Agustus 2010 s/d 30 Oktober 2010.

(12)

Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta II merupakan salah satu ujung tombak pelayanan publik yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang memberikan pelayanan berupa pencairan dana APBN, Penatausahaan setoran penerimaan negara dan penyusunan laporan keuangan kantor/satuan kerja instansi pemerintah serta memberikan bimbingan teknis terkait pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBN.

Keberadaan suatu kantor yang melaksanakan fungsi pembayaran tagihan kepada negara, yang sudah lama dikenal masyarakat dengan nama yang berbeda-beda yaitu Kantor Bendahara Negara (KBN), Kantor Perbendaharaan Negara (KPN), dan Kantor Kas Negara (KKN), kemudian diintegrasikan menjadi Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) serta terakhir menjadi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) semenjak tahun 2005.

KPPN Jakarta II lahir seiring dengan terjadinya reorganisasi di tubuh Departemen Keuangan, sebagai bagian dari implementasi reformasi manajemen keuangan, yaitu dengan terbentuknya Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Perubahan mendasar dari fungsi KPKN menjadi KPPN adalah peniadaan fungsi ordonansering yang sebelumnya ada pada KPKN dialihkan kepada kantor/Satuan kerja kementerian negara/lembaga. KPPN hanya menjalankan fungsi bendahara umum negara (comptabel) sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004.

(13)

Visi dari KPPN II yaitu menjadi pengelola keuangan negara yang profesional dan bertanggung jawab guna mewujudkan bangsa yang mandiri dan sejahtera. Dalam mewujudkan visi tersebut, misi yang dilaksanakan oleh KPPN II adalah :

a) Mewujudkan pelaksanaan anggaran berbasis kinerja secara tertib, taat pada peraturan perundang undangan,efisien, efektif, transparan dan bertanggungjawab serta memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan b) Mewujudkan pengelolaan kas negara yang efisien, efektif, transparan,

dan akuntabel.

c) Menghasilkan pelayanan di bidang perbendaharaan dan informasi keuangan yang cepat, tepat dan akurat.

d) Mewujudkan pengelolaan piutang pemerintah yang dananya bersumber dari dalam dan luar negeri dan kredit program secara profesional, berkelanjutan dan akuntabel.

e) Mewujudkan penyajian informasi dan akuntansi keuangan negara dalam rangka menghasilkan pertanggungjawaban apbn yang akuntabel, transparan, tepat waktu dan akurat.

Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta (KPPN) II terdiri dari :

a. Sub Bagian Umum; b. Seksi Perbendaharaan I; c. Seksi Perbendaharaan II; d. Seksi Bank/Giro Pos;

(14)

e. Seksi Verifikasi dan Akuntansi.

Sumber Daya Manusia memegang peranan strategis dalam menunjang keberhasilan pelayanan KPPN. Oleh karena itu perekrutan SDM pada KPPN Jakarta II dilakukan secara ketat dengan mempertimbangkan aspek penguasaan teknis pekerjaan dan tes psikometrik untuk mengetahui aspek moralitas dan integritas pegawai.

Adapun susunan Pegawai KPPN Jakarta II dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

No Seksi Eselon III Eselon IV Pelaksana Jumlah

1 Kepala Kantor 1 - - 1

2 Sub Bagian Umum - 1 13 14

- Tugas Belajar - - 8 8

3 Seksi Perbendaharaan - 2 30 32

4 Seksi Bank Giro/Pos - 1 9 10

5 Seksi Verifikasi dan Akuntansi - 1 7 8

Jumlah 1 5 67 73

Jumlah SDM menurut Jenjang Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah SDM

1. Magister (S2) : 1 orang

1. Sarjana (S1) : 26 orang

2. Diploma IV (D4) : 2 orang

3. Diploma III (D3) : 17 orang

4. Diploma II (D2) :

-5. Diploma I (D1) : 21 Orang

6. SLTA : 5 orang

7. SLTP : 1 Orang

(15)

Jumlah SDM Menurut Golongan

No. Golongan Jumlah SDM

1. Gol. IV 1 orang

2. Gol. III 36 orang

3. Gol. II 36 Orang

4. Gol. I

-Jumlah 73 orang

Struktur Organisasi KPPN Jakarta II

3.2 Desain Penelitian

Keuangan negara selama ini dikelola tidak efektif dan efisien sehingga sehingga terjadi kerugian – kerugian atau kehilangan peluang pemerintah untuk menghasilkan penerimaan, untuk itu agar dapat mengelola keuangan negara yang lebih baik, pemerintah menerapkan treasury single account dengan menerapkan zero balance account dan

Kepala KPPN Jakarta II

Kepala Seksi Perbendaharaan I

Kepala Seksi Perbendaharaan II

Kepala Sub Bagian Umum

Kepala Seksi Bank/Giro Pos

Seksi Verifikasi / Akuntansi

(16)

sentralisasi saldo kas pada pengelolaan kas sehingga pemerintah dapat memanfaatkan keuangan negara untuk pembangunan bangsa ini yang lebih baik lagi.

Sentralisasi saldo kas atau rekening tunggal pemerintah adalah suatu rekening yang berada pada bank sentral yang dipergunakan untuk menyimpan uang negara, menampung semua penerimaan negara dan sumber dana untuk membiayai pengeluaran negara. Zero balance account adalah penihilan saldo setiap harinya di Bank Operasional, Bank Persepsi/Giro Pos sehingga tidak ada dana / kas yang mengendap. Pengelolaan kas adalah pengendalian atas penerimaan atau pengeluaran negara agar dapat dikelola dengan baik sehingga tidak terjadi kebocoran atau pemborosan anggaran dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan bangsa dan masyarakat.

Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu untuk memperoleh gambaran mengenai data dan informasi yang dikumpulkan, diharapkan dapat memecahkan pokok permasalahan agar menjadi jelas, dan dapat digunakan sebagai penilaian yang efektif dan mengacu pada Undang – Undang Perbendaharaan.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam rangka mengumpulkan, mengolah, menganalisis data dan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan yang dibahas

(17)

maka dilakukan penelitian dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui Riset Kepustakaan.

Riset Kepustakaan

Dalam metode ini, penulis menggunakan data yang diperoleh dengan mengumpulkan dan mempelajari teori – teori dan peraturan – peraturan yang berhubungan erat dengan penulisan penelitian ini sebagai landasan pembahasan.

3.4 Jenis Data

Data penelitian yang digunakan oleh penulis adalah Data Sekunder, data yang dikumpulkan dan disusun oleh orang lain yang digunakan oleh penulis sebagai data penelitian.

3.5 Metode Analisis Data

Data yang berhasil dikumpulkan melalui riset kepustakaan dijadikan dasar bagaimana mekanisme pengelolaan kas sebelum dan sesudah diterapkannya rekening tunggal perbendaharaan (TSA) dengan penerapan saldo nihil (zero balance account).

Penerapan rekening tunggal atau Treasury Single Account (TSA) yang dicanangkan dalam tahun 2007 untuk rekening pengeluaran dan tahun 2009 untuk rekening penerimaan merupakan hal yang baru dan sangat berperan dalam mengendalikan keuangan negara. Treasury Single Account (TSA) yang merupakan model pengelolaan keuangan negara yang

(18)

secara internasional diadopsi oleh berbagai Negara. Penerapan rekening tunggal pada hakekatnya merupakan bentuk pengendalian pengelolaan kas.

Pembandingan antara kaidah teori dan praktek-praktek terbaik (best praktice) dalam penerapan rekening tunggal oleh menteri keuangan merupakan suatu bentuk analisis yang ditujukan untuk menilai apakah penerapan yang ada sudah mengarah pada jalur yang benar (right track) kearah Akuntabilitas Publik yang baik.

Referensi

Dokumen terkait

IFRS Hedging instruments are measured at fair value, with gains and losses on the hedging instrument, where they are effective, initially deferred in equity and subsequently

– Citra dijital berasal dari perekaman data PJ secara dijital, foto, video, TV yang berbentuk data analog tetapi sudah dikonversi kedalam bentuk dijital.. – Citra dijital

Dana pinjaman ini berasal dari zakat dan infaq beberapa pihak yang digulirkan oleh pengelola kepada masyarakat, atas dasar ini penulis menduga bahwa model

The transcrystalline growth of s-MAPP and m -MAPP on the bamboo fiber surface was observed under optical microscope with crossed polars.. J Appl Polym Sci 64: 1267 –

Rata-rata abnor,al return saham selama 5 hari sesudah pengumuman right issue (t+1 hingga t+5) diperoleh hanya 1 hari yang menunjukkan adanya abnormal return

 Disampaikan kepada seluruh jemaat bahwa Minggu, 10 September 2017 akan menggunakan Tata Ibadah dari Majelis Sinode GPIB dalam rangka HUT ke – 58 Pelkat PA.. Hutomo H.S

Pada saat penghentian pengakuan atas aset keuangan secara keseluruhan, maka selisih antara nilai tercatat dan jumlah dari (i) pembayaran yang diterima, termasuk

Dari tabel output hasil SPSS, nilai standardized coefficient beta variabel media cetak yaitu 0,070, artinya keputusan konsumen dalam memilih operator seluler