• Tidak ada hasil yang ditemukan

Draft Pengenalan Jenis Tumbuhan Hutan Dataran Rendah SUMSEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Draft Pengenalan Jenis Tumbuhan Hutan Dataran Rendah SUMSEL"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

Draft

Pengenalan Jenis Tumbuhan

Di Kawasan Ekosistem Hutan Dataran Rendah

Sumatera Selatan

(2)

Panduan lapangan Pengenalan Jenis Tumbuhan Di Kawasan Ekosistem Hutan Dataran Rendah, Sumatera

Selatan

Penyunting:

Tukirin Partomihardjo

Penyusun:

Dafid Pirnanda

Hendi Sumantri

Rendra Bayu Prasetyo

(3)

Citation :

Pirnanda, D., H. Sumantri., dan R. B. Prasetyo. 2016. Pengenalan Jenis Tumbuhan di Kawasan Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan. Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project. Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ). Palembang

National Library: Cataloging in Publication

Copy Right

© BIOCLIME - GIZ

Cites this book is allowed by mentioning the source and publisher.

Front Cover (from left to right):

Detail Contact

Dafid Pirnanda (d.pirnanda@gmail.com ) Hendi Sumantri (hendi.sumantri@giz.de)

Rendra Bayu Prasetyo (rendrabayuprasetyo1@gmail.com) Kantor Palembang :

(4)

Kata Pengantar

GIZ Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project merupakan program kerjasama teknis antara Pemerintah Republik Federal Jerman dan Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di bidang keanekaragaman hayati dan perubahan iklim. Melalui program BIOCLIME, Pemerintah Jerman mendukung upaya Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan, konservasi keanekaragaman hayati hutan bernilai tinggi, mempertahankan kapasitas penyimpanan stok karbon dan menerapkan pengelolaan hutan berkelanjutan untuk kepentingan rakyat. Program ini fokus dalam mendukung Provinsi Sumatera Selatan untuk dapat mengembangkan dan menerapkan konsep konservasi dan manajemen guna menurunkan emisi karbon dari hutan dan memberikan kontribusi untuk komitmen penurunan emisi GRK Indonesia yang telah ditargetkan sampai 2020. Pada Taman Nasional Sembilang telah dilakukan survey yang bertujuan untuk menginventarisasi data biodiversitas dan kandungan karbon. Dari Hasil inventarisasi tumbuhan, dilakukan identifikasi nama ilmiah dengan cara membuat herbarium dan juga mencocokan antara ciri-ciri yang ditemukan dilapangan dengan ciri-ciri yang tertulis pada beberapa literatur seperti Prosea dan Malesian Seed Plants.

Kami menyadari keanekaragaman jenis tumbuhan yang ada di ekosistem mangrove TN Sembilang tidak terbatas pada apa yang ada dalam buku ini, tetapi kami berharap buku ini dapat menjadi acuan dan memberi kemudahan dalam kegiatan selanjutnya yang akan dilaksanakan pada kawasan TN Sembilang yang bertujuan untuk melestarikan keanekaragaman hayati yang ada pada TN Sembilang.

Palembang, Desember 2016 Bioclime-GIZ Team Leader

(5)

Kata Sambutan

Keanekaragaman hayati (kehati) memiliki peran serta kontribusi nyata terhadap pembangunan nasional di semua bidang. Indonesia telah menunjukkan komitmen dalam pengelolaan kehati pada tataran global dan nasional melalui ratifikasi Konvensi Keanekaragaman Hayati/Convention on Biological Diversity (CBD) menjadi UU nomor 5 tahun 1994. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2020. Dokumen ini memaparkan arah kebijakan RPJM yang ditujukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan keanekaragaman hayati dalam menunjang pembangunan ekonomi nasional, selain meningkatkan upaya perlindungan dan pengamanannya.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa permasalahan dan isu terkait pengelolaan keanekaragaman hayati sungguh sangat dinamis. Hal ini menjadi sangat menarik dan sekaligus menjadi tantangan bagi kita semua untuk dapat mengelola keanekaragaman hayati secara adil dan lestari, dengan berpedoman pada 3 (tiga) pilar penting yaitu: pengawetan, perlindungan, dan pemanfaatan yang lestari. Maka sangat penting adanya sebuah data dasar yang bisa menjadi pedoman, baik dalam kegiatan survey maupun dalam kegiatan rehabilitasi hutan. Dengan data dasar keanekarangan jenis tumbuhan yang ada di Ekosistem Mangrove Taman Nasional Sembilang dapat dilihat, sehingga akan memudahkan dalam pengenalan jenis lokal dan pencarian nama ilmiahnya.

Kami berharap buku “Pengenalan Jenis Tumbuhan Di Ekosistem Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan” ini dapat

bermanfaat menjadi salah satu referensi penting bagi pihak-pihak yang ingin melaksanakan kegiatan survey vegetasi dan kegiatan rehabilitasi/ restorasi di Ekosistem Hutan Dataran Rendah yang ada di Sumatera Selatan.

Palembang,,,,,,,,,,,,,,,,,, Nama

(6)

Ucapan terima kasih

Kami mengucapkan terim kasih yang sebesar-besarnya kepada Berthold Haasler (Team Leader GIZ-BIOCLIME), sertu seluruh Senior Adviser dan Technical assistant serta supporting staff yang telah mendukung dan membantu semua kegiatan lapangan dan administrasinya.

Terima kasih yang sebesar-besarnya juga kami sampaikan kepada Bapak Helmi (BIROCAN KLHK) yang telah berkenan memberikan kata sambutan dalam buku ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Pak M. Amir dan Ibu Megawati dari Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI, yang telah membantu dalam proses identifikasi jenis pohon baik dilapangan maupun saat di laboratorium. Serta terima kash juga kepada tim survey Bioclime yang telah banyak memberikan kontribusi dalam pengambilan data lapangan selama ini.

Kami juga sangat menghargai bantuan dari masyarakat desa, yang telah banyak membantu dalam proses pengambilan data dan sampel tumbuhan untuk herbarium. Serta seluruh pihak yang telah terlibat aktif dalam proses survei di lapangan yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, kami ucapkan banyak terima kasih.

Palembang, Desember 2016

(7)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dan menempati urutan kedua setelah Brazil, baik flora maupun fauna dengan penyebaran yang sangat luas. (Sujarwo & Darma, 2011). Hutan tropis Indonesia merupakan bagian dari paru-paru dunia. Hutan di Indonesia mengalami kerusakan dengan laju 2,4 juta ha/tahun. Saat ini kawasan tersebut mengalami tekanan sangat berat, mulai dari praktek legal logging,

illegal logging, kebakaran hutan serta tumpang tindih peruntukan antara hutan dan perkebunan kelapa sawit, Hak Pengelolaan Hutan (HPH), serta pertambangan (Solviana & Chairul, 2012). Saat ini keanekaragaman spesies, ekosistem, dan sumberdaya genetik semakin menurun pada tingkat yang cukup membahayakan akibat kerusakan lingkungan.

Tantangan dalam pengelolaan hutan di Indonesia semakin mengemuka seiring meningkatnya permasalahan lingkungan pada ringkat lokal hingga global yang terjadi saat ini. Kerusakan hutan akibat deforestasi dan degradasi hutan menjadi sorotan dunia internasional, seperti kebakaran hutan, pengalihan lahan hutan menjadi lahan perkebunan dan hutan produksi, serta aktifitas illegal logging yang terjadi dengan intensitas tinggi, sehingga mengakibatkan hilangnya keanekaragaman jenis tumbuhan yang ada di Indonesia. Kita tahu Indonesia dikenal sebagai Negara yang memiliki keanekaragaman jenis tertinggi kedua setelah Brasil.

Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang laju kerusakan hutannya sangat tinggi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 76/Kpts-II/2001 tanggal 15-03-2001, luas kawasan hutan Sumatera Selatan adalah ± 4.416.837 Ha. Luas kawasan hutan ini mencakup 40,43 % dari luas propinsi Sumatera Selatan, yang terdiri atas kawasan Hutan Konservasi, Hutan Lindung dan kawasan Hutan Produksi. Dari kawasan hutan yang cukup luas, diyakini Sumatera Selatan kaya akan keanekaragaman spesies tumbuhan.

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME), merupakan program kerjasama antara The Deutsche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) Jerman dengan kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Program BIOCLIME bertujuan untuk membantu upaya pemerintah Indonesia dalam menurunkan emisi GRK dari sektor kehutanan, konversi keanekaragaman hayati pada hutan-hutan bernilai tinggi (high value forest’s), dan menerapkan pengelolaan hutan lestari untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan Provinsi Sumatera Selatan. Untuk mencapai hal tersebut, BIOCLIME telah melakukan pemantauan keanekaragaman jeniss tumbuhan pada beberapa kawasan hutan yang ada di Sumatera Selatan.

(8)

Suaka Margasatwa Dangku

Suaka Margasatwa Dangku memiliki fungsi ekologi yang sangat penting ditinjau dari segi potensi flora dan fauna yang cukup tinggi dengan ekosisten hutan hujan dataran rendah dengan topografi medan bergelombang ringan. Di dalamnya terdapat berbagai jenis satwa liar dilindungi seperti Harimau Sumatera (), Gajah (

Elephas maximus

), Tapir (

Tapiru

s

indicu

s), serta berbagai jenis burung yang dilindungi serta tumbuh-

Panthera tigris sumatranus

tumbuhan Meranti (

Shorea

sp), Merawan (

Hopea mangarawan

), Medang (

Litsea

spp.), Manggeris (

Kompassia

spp.), Balam (

Palagium

sp.), Jelutung (Dyera cstulata), Merbau (Instia bijuga) dan Tembesu (Fragrarea frageant).

Potensi sumberdaya alam yang dimiliki Suaka Margasatwa (SM) Dangku ini memerlukan pengelolaan secara khusus agarterjamin kelestariannya dan dapat dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan wisata alam terbatas serta kegiatan lain yang menunjang budidaya sesuai fungsi kawasan suaka margasatwa. SM Dangku akan dapat berfungsi dan bermanfaat secara optimal, jika pengelolaan kawasan dilakukan dengan baik serta ditunjang oleh sarana prasarana yang memadai dengan personil pengelola yang berkualitas.

Hutan Lindung Meranti

Hutan Lindung Meranti merupakan kawasan hutan lindung yang berada di Kabupaten Musi Banyuasin dan berada di bawah pengawasan KPHP Model Unit III Meranti. KPHP Model Unit III Meranti telah ditetapkan sebagai KPHP Model dengan SK Menteri Kehutanan Nomor SK. 439/MenhutII/ 2012 tanggal 09/08/2012 dengan luas ± 41.126 ha, terdiri atas Hutan Produksi (HP) dengan luas ± 21.995 ha dan Hutan Lindung (HL) dengan luas ± 19.131 ha (Pustaka....).

Hutan Harapan, PT. Restorasi Ekosistem Indonesi (PT. REKI)

Hutan harapan merupakan kawasan hutan produksi yang ditunjuk sebagai hutan untuk direstorasi, berada di bawah pengelolaan PT. Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI). RESTORASI EKOSISTEM adalah upaya untuk mengembalikan unsur hayati (flora dan fauna) beserta unsur non hayatinya (tanah dan air) dari suatu ekosistem kawasan dengan jalan menanam jenis asli, sehingga akan tercapai keseimbangan ekosistem mendekati atau sama dengan kondisi semula (Pustaka....).

Restorasi Ekosistem pada Hutan Produksi adalah upaya untuk mengembalikan unsur hayati (tegakan hutan) dan ekosistemnya pada kawasan hutan produksi, sehingga tercapai kondisi optimal potensi dan pemanfaatannya sebagai hutan alam produksi lestari (Permenhut Nomor : P. 64/Menhut-II/2014 tentang penerapan silvikultur dalam areal izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu restorasi ekosistem pada hutan produksi).

(9)

Tujuan Pembuatan Buku

Pengetahuan mengenai pengenalan jenis tumbuhan saat ini mulai berkurang. Akhli botani cakap dan senior yang ada di Indonesia sekarang telah termakan usia dan telah memutuskan pensiun, disamping itu tak banyak akhli-akhli botani muda yang bisa melanjutkan. Hal ini dapat menjadi kekhawatiran banyak pihak terhadap keberlanjutan ilmu pengenalan pohon. Pengenalan pohon sangat dibutuhkan agar dapat menjaga kelestarian dan keanekaragaman jenis.

Kerusakan hutan yang terjadi saat ini dikhawatirkan akan menghilangkan jenis-jenis langka yang ada di kawasan hutan. Oleh karena itu diharapkan buku ini dapat menjadi acuan para pihak dan juga sebagai informasi dasar mengenai keanekaragaman jenis tumbuhan di kawasan hutan Sumatera Selatan.

Manfaat Buku

Buku ini diharapkan bermanfaat untuk digunakan sebagai panduan lapangan dalam identifikasi jenis tumbuhan berdasarkan ciri umum yang disajikan serta nama lokal pada daerah penelitian. Selanjutnya, diharapkan kegiatan survei hutan yang memerlukan pengenalan pohon , dapat menggunakan buku ini sebagai salah satu acuan dalam penentuan nama jenis lokal dan ilmiah.

Morfologi Tumbuhan

Tumbuhan memiliki keanekaragaman jenis yang besar sperti ditunjukkan oleh adanya persamaan dan perbedaan karakter atau sifat-sifat tertentu dari setiap jenis tumbuhan. Kesamaan karakter atau sifat-sifat yang dimiliki olehsetiap jenis tumbuhan dapat dijadikan acuan dalam melakukan klasifikasi atau pengelompokan tumbuhan. Klasifikasi tumbuhan biasanya didasari atas 2 karakter utama , yaitu ciri-ciri fisiologis dan morfologis. Ciri fisiologis meliputi proses fisika kimia yang terjadi dalam tubuh tumbuhan, sedangkan ciri morfologis biasanya lebih sering digunakan di lapangan untuk identifikasi, yang mencakup bentuk luar dan juga anatomi atau organografi tumbuhan.

Tumbuhan memiliki bagian-bagian yang berguna untuk melangsungkan kehidupannya, terutama untuk penyerapan unsur hara, pengolahan, pengangkutan dan penimbunan zat makanan yang disebut organ vegetatif. Organ vegetatif tumbuhan meliputi akar, batang dan daun.

Batang (Caulis)

Berdasarkan perawakan (habitus) yang meliputi bentuk dan struktur batang, tumbuhan dibedakan menjadi beberapa bentuk hidup (growth form), yaitu:

a)

Herbaceus (terna), tumbuhan berbatang lunak dan mengandung banyakair. Contohnya: Keladi - keladian

(

Araceae

), pisang-pisangan (Musaceae) dan jahe-jahean (Zingiberaceae)

b)

Lignosus, tumbuhan yang batangnya mengayu. Berdasarkan bentuk hidup (growth form), kedua

kelompok tumbuhan dibedakan menjadi: pohon (tree), semak/perdu (shrub), liana (liana), pemanjat

(10)

Perdu/semak (shrub), tumbuhan mengayu dengan percabangan dekat permukaan tanah atau

berbatang lebih dari satju, tinggi umumnya kurang dari 5 m. Contoh: Sikeduduk (Melastoma

malabathricum

),

Karamunting

(

Rhodomyrtus tomentosa

),

Pohon (tree), tumbuhan mengayu berbatang tunggal dengan percabangan jauh dari permukaan

tanah, tinggi umumnya lebih dari 5 m. Contoh: Surian (Toona sureni

), kulim (

Scorodocarpus

borneensis

), jelutung (

Dyera costulata

), grunggang (

Cratoxylum sumatranum

).

Akan tetapi masyarakat

umum sering menggunakan istilah pohon hanya berdasar pada ukuran batang tanpa

memperhatikan ciri yang lain. Misal pohon pisang dan pepaya (batang tidak bercabang dan tidak

mengayu) bambu, kelapa, pinang (batang tidak bercabang meskipun keras).

Liana (Liana), tumbuhan memanjat dengan batang mengayu, . Contoh: Secang (Caesalpinia sapan),

kelompok rotan (Calamus spp., Daemonorops spp., Korthalsia spp.), bambu kadalan (Dinochloa

scandens).

Pemanjat (Climber), tumbuhan memanjat dengan cara menempel pada batang pohon inang dengan

melilit atau menggunakan organ khusus seperti sulur, sirus, kait dan akar tempel untuk naik guna

mencapai sinar matahari. Contoh: tuba (Derris spp.), akar dariek-ariek (Tetrastigma spp.), saga

(Abrus precatorius), beringin tali (Ficus pumila)

Epifit (epiphyte), tumbuhan yang hidup menempel pada tumbuhan lain sebagai inang tanpa

mengambil unsusr hara dari jaringan hidup tumbuhan inang. Parasit (Parasite), tumbuhan yang

selama hidupnya menempel ke tumbuhan lain sebagai inang dengan mengambil unsur hara dari

dalam jaringan inangya.

Secara morfologis, beberapa karakter batang yang perlu diamati meliputi bentuk, kulit, warna, bau, getah dan ciri khusu lainnya seperti bentuk percabangan, dan modifikasi batang yang diuraikan sebagai berikut :

Bentuk batang

Ada Beberapa bentuk batang :

a)

silindris (Teres), yakni batang dengan penampang melintang berbentuk lingkaran. Contoh: bambu, surian

(Toona sureni)

b)

pipih (Cladodia), penampang melintangnya berbentuk lonjong. Contoh: batang dari bangsa kaktus

(Opuntia

spp.)

c)

bersegi (angularis), yaitu penampang melintangnya berbentuk segitiga (triangularis), contoh: teki - tekian

(Cyperus

spp. Scirpus spp. Scleria spp)

d)

segiempat (quadrangularis), penampang melintang batang berbentuk bujur sangkar contoh: markisah

(Passiflora quadrangularis).

Percabangan batang

a)

Monopodial, batang lebih menonjol, tinggi dan besar dibandingkan dengan percabangannya. Contoh:

(11)

b)

Sympodial, batang lebih pendek, atau tidak terlalu menonjol dibandingkan dengan pertumbuhan

percabangannya. Contoh: Achras zapota

c)

Dichotomus, setiap percabangan selalu terdiri atas dua cabang yang sama atau disebut percabangan

menggarpu.

Permukaan Kulit Batang

a)

Kulit batang halus ; permukaan kulit batang halus dan tidak pecah atau berkerak. Contoh : Mengeris

(Koompasia malaccensis, K. exelsa)

b)

Kulit batang beralur : Terdapat retakan-retakan yang membujur atau memanjang batang. Contoh :

Meranti payau (Shorea dasyphylla) meranti kuning (Shorea leprosula), keruing (Dipterocarpus cinereus)

c)

Kulit batang bersisik : kulit batang mengelupas membentuk lembaran-lembaran tipis seperti sisik.

Contoh : Rengas Burung (Melanorrhea wallichii)

d)

Batang kasar/menyerpih : permukaan kulit kasar dan lepas berbentuk serpihan, kulit seperti lapuk.

Contoh : Punak (Tetramerista glabra)

e)

Batang berlapis : Permukaan kulit batang berupa lapisan-lapisan tipis. Contoh : Gelam (Melaleuca

(12)

Tipe Banir /Akar Papan

a)

Banir kembang lateral: Banir berukuran pendek tetapi melebar dekat permukaan tanah

b)

Banir Kuncup: Banir tinggi namun pada bagian bawahnya tidak melebar, sehingga terlihat seperti

menguncup.

c)

Banir papan: Banir tinggi dan lebar, membentuk seperti dinding dan papan, sehingga orang

menyebutnya banir papan. Biasanya terdapat pada famili Dipterocarpaceae.?????

Daun (Folium)

Daun memiliki beberapa ciri utama yang penting dalam mengamati karakteristik daun, antara lain sebagai

berikut:??????

Duduk daun pada batang

a)

Pada setiap buku hanya ada satu helai daun, dibedakan dalam beberapa posisi duduk daun yakni:

tersebar (folia sparsa), bergantian (folia disticha), berkumpul/mengelompok (clump).

b)

Pada setiap buku terdapat dua helai daun, disebut duduk daun berhadapan (opposite).

c)

Pada setiap buku ada lebih dari dua helai daun, yang disebut berkarang (rosette).

Bagian-bagian pokok daun

a)

Tangkai daun (petiole),

b)

pelepah daun (vagina) dan

c)

helai daun (lamina)

Daun dibedakan menjadi daun lengkap (folium completus) yaitu daun yang mempunyai ketiga organ daun,

(13)

Bentuk umum helaian daun (Circum scriptio)

a)

Menjarum/bentuk jarum = needle shape/acerose (acerosus)

b)

Memita/seperti pita = linear (linearis)

c)

Bundar = orbicular (orbicularis)

d)

Lonjong = Elliptica (ellipticus)

e)

Bundar panjang = oblong (oblongus)

f)

Melanset = lanceolate (lanceolatus)

g)

Melanset sungsang = oblanceolate (oblanceolatus)

h)

Membundar telur = ovate (ovatus)

i)

Membundar telur sungsang = obovate (obovatus)

j)

Bundar telur = oval (ovalis)

k)

Menjantung = cordate (cordatus)

l)

Menjantung sungsangsungsang = obcordate (obcordatus)

m)

Bentuk ginjal = reniform (reniformis)

n)

Bentuk delta = deltoid (deltoideus)

o)

Bentuk sudip = spathulate (spathulatus)

p)

Bentuk tombak = hastate = (hastatus)

q)

Bentuk anak panah = sagittate (sagittatus)

r)

Bentuk belah ketupat = rhomboideus

Bagian ujung daun (Apex)

a)

Lancip = acute (acutus)

b)

Melancip = acuminate (acuminatus)

c)

Tumpul = obtuse (obtusus)

d)

Membundar = rotundate (rotundatus)

e)

Rata/rompang = truncate (truncatus)

f)

Terbelah = retuse (retusus) Bagian pangkal daun (Basis)

g)

Menyempit = attenuate (attenuatus)

h)

Tumpul = obtuse (obtusus)

i)

Membundar = rotundate (rotundatus)

j)

Rata/rompang = truncate (truncatus)

k)

Seperti hati = cordate (cordatus)

l)

Bentuk anak panah = sagittate (sagittatus)

m)

Bentuk tombak = hastate (hastatus)

n)

Seperti telinga = auriculate (auriculatus)

(14)

o)

Pertulangan menyirip = pinnate (pinnati nervis)

p)

Pertulangan menjari = palmate (palmati nervis)

q)

Pertulangan melengkung = curvate (curvi nervis)

Pinggir daun (Margo)

a)

rata = entire (integer)

b)

beriak = undulate (repandus)

c)

berombak = sinuate (sinuatus)

d)

bergerigi = serrate (serratus)

e)

bergerigi ganda = serrate (biserratus)

f)

bergigi = dentate (dentatus)

g)

berlekuk menyirip = pinnately

h)

lobed (pinnati lobus) berlekuk

i)

menjari = palmately lobed (palmati lobus)

j)

bercangap menyirip = pinnately parted (pinnati partitus)

k)

bercangap menjari = palmately parted (palmat partitus)

l)

terbagi menyirip = pinnately divided (pinnati visus)

m)

terbagi menjari = palmately divided (palmati divisus)

(15)

Lekukan atau torehan pinggir daun yang mempengaruhi bentuk daun

a)

Berlekuk menyirip (pinnati lobus), lekukannya dangkal atau kurang dari setengah panjang tulang daun

sekundernya, contoh: daun terung (Solanum melongena).

b)

Bercangap menyirip (pinnati fidus), lekukannya lebih dalam sekitar setengah dari panjang tulang daun

sekunder, contoh: daun Kalawi (Artocarpus communis).

c)

Berbagi menyirip (pinnati partitus), lekukannya paling dalam hampir sepanjang tulang daun

sekundernya, contoh: daun Acanthus illicifolius

d)

Berlekuk menjari (palmati lobus),empat tulang daun sekunder berkembang dari pangkal tangkai daun

lekukannya dangkal, contoh: daun Jarak (Jatropha curcas).

e)

Bercangap menjari (palmati vidus), lekukannya lebih dalam, hampir setengah pertulangan daun

sekundernya, contoh: daun Kaliki alang (Ricinus communis).

f)

Berbagi menjari (palmati partitus), lekukannya paling dalam, hampir mencapai bagian dasar tulang

daun sekundernya, contoh: daun Ubi Kayu (Manihot esculentha).

Permukaan daun (surfaces)

a)

Licin atau tidak berbulu (laevis)

b)

Mengkilat (nitidus), contoh: daun beringin (Ficus benjamina)

c)

Suram (opacus???), contoh: daun Ubi jalar (Ipomoea batatas)

d)

Berlapis lilin (glaucus), contoh: daun pisang (Musa paradisiaca)

e)

Gundul (glabrous), permukaan daun licin.

f)

Kesat (scabrous), terdapat bulu-bulu pendek, rapat dan kaku dipermukaan daun.

g)

Bersisik (lepidus), permukaan daun ditutupi oleh bintik- bintik halus dan rapat, biasanya jelas dilihat

dengan binoculer.

h)

Bintik-bintik seperti bintang (stellate), permukaan daun dipenuhi oleh spot-spot seperti bintang,

biasanya berwarna lain dibandingkan dengan warna dasar daun.

i)

Berambut abu-abu atau putih (canescent), permukaan daun ditutupi oleh rambut-rambut halus berwarna

abu-abu atau putih yang langsung memberikan warna permukaan daun tersebut.

j)

Berbulu halus dan berkelompok (tomentose), permukaan daun ditutupi oleh bulu-bulu halus, pendek

sampai sedang.

k)

Berbulu halus (lanatus), hampir sama dengan tomentose, tetapi bulubulunya semua sama panjang.

l)

Berbulu kelenjar (glandular), permukaan daun ditutupi oleh bulu- bulu kelenjar yang rapat.

m)

Berambut miring (strigose), bulu-bulu pada permukaan daun dengan posisi miring.

n)

Berbulu (pubescens), biasanya dikatakan kepada semua permukaan yang berbulu, atau lawan dari

glabrous.

o)

Berambut sunsang (sericeus), permukaan daun mempunyai rambut/ bulu halus yang panjang, posisinya

agak miring, sehingga bila dielus searah dengan posisinya terasa sangat halus dan lembut, dan

(16)

p)

Berambut halus (Villosus), permukaan daun ditutupi oleh rambutrambut halus dan lembut.

q)

Berambut halus dan lembut (Pilose), permukaan daun ditutupi oleh rambut-rambut halus, panjang,

lembut dan posisi tegak, kadangkadang susah juga membeda kannya dengan villous.

Daun Majemuk

Daun majemuk merupakan daun yang berjumlah dua atau lebih lembarandaun dalam satu tangkai daun,

contohnya daun Patai (Parkia speciosa), dan daun Sungkai (Peronema canescens). Masing-masing

lembaran daunnya disebut anak daun (foliolum). Berdasarkan susunan anak daun pada tangkai daun

majemuknya dibedakan 2 macam daun majemuk yakni : Daun majemuk menyirip (pinnatus) Daun majemuk

menjari (palmatus). Daun majemuk juga ada yang bercabang, yaitu cabang pertama dari tangkai daun

majemuk, dan ada juga cabang pertama bercabang lagi yang disebut percabangan tingkat dua.

Berdasarkan kedudukan anak daun pada percabangan tingkat satu atau tingkat dua dan seterusnya maka

dibedakan menjadi:

a)

Daun majemuk menyirip tingkat dua (bipinnatus), bila anak daun terdapat pada percabangan pertama.

b)

Daun majemuk menyirip tingkat tiga (tripinnatus), bila anak daun terdapat pada percabangan tingkat

dua.

c)

Daun majemuk menjari tingkat dua (biternatus), bila anak daun terdapat pada percabangan tingkat

pertama.

Organ tambahan/Modifikasi organ daun

a)

Sulur (tendril), contohnya pada ujung daun Nepenthes tempat menggantungnya kantong (pitcher).

b)

Kantong (pitcher), seperti disebutkan diatas yaitu pada kantong semar (Nepenthes spp.).

c)

Duri (spina), umumnya pada ujung atau dipermukaan daun, contohnya daun Rotan (Calamus spp.,

Daemonoroph spp. dsb.), daun terung duri (Solanum aculeatissimum) dan terung susu (Solanum

(17)

Daftar Jenis Tumbuhan Di Taman

Nasional Sembilang

01 Raman : (Anacardiaceae) Bouea oppositifolia (Roxb.) Meisn. 02. Mangga hutan : (Anacardiaceae) Mangifera laurina Blume. 03 Mangga hutan : (Anacardiaceae) Pentaspodon motleyi Hook. F. 04 Dao : (Anaardiaceae) Dracontomelon dao (Blanco.) Merr. & Rolfe. 05 Sigam : (Annonaceae) Polyalthia rumphii (Blume ex Hensch.) Merr 06 Kenanga hutan : (Annonaceae) Desmos chinensis Lour.

07 Banitan : (Annonaceae) Popowia pisocarpa Blume. 08 Pulai : (Apocynaceae) Alstonia scholaris (L.) R. Br.

09 Sulai : (Burseraceae) Dacryodes rostrata (Blume.) H.J. Lam. 10 Siluk : (Cannabaceae) Gironniera nervosa Planch.

11 Serkit : (Cardiopteridaceae) Gonocaryum litorale (Bl.) Sleum

11 Siluk daun lebar : (Cannabaceae) Gironniera subaquealis Planch. Ann. Sc. Nat. 12 Ketapang : (Combretaceae) Terminalia catappa L.

13 Kelumpang : (Combretaceae) Terminalia bellirica (Gaertn.) Roxb. 14 Ketapang : (Combretaceae) Terminalia subspathulata King. 15 Bidani : (Combretaceae) Combretum latifolium Blume. 16 Akar ampelas : (Dilleniaceae) Tetracera sandens Merr. 17 Bedih : (Euphorbiaceae) Balakata baccata (Roxb.) Esser.

18 Mahang : (euphorbiaceae) Macaranga tricocarpa (Rchb.f. & Zoll.) Mull. Arg. 19 Mahang ketam : (Euphorbiaceae) Macaranga conifera (Rchb.f. & Zoll.) Mull. Arg. 20 Mahang : (Euphorbiaceae) Macaranga denticulata (Blume.) Mull. Arg.

21 Kayu Labuh : (Euphorbiaceae) Endospermum diadenum (Miq.) Airy. Shaw. 22 Balik angin/ketepen : (Euphorbiaceae) Croton argyratus Blume.

23 Melinjo akar : (Gnetaceae) Gnetum cuspidatum Blume 24 Sempegar : (Ixonanthaceae) Ixonanthes icosandra Jack.??? 25 Setepung/ketepung : (Lamiaceae) Callicarpa pentandra Roxb. 26 Laban : (Lamiaceae) Vitex vestita Wall.

(18)

28 Medang merah : (Lauraceae) Phoebe elliptica Blume.

29 Putat : (Lecythidaceae) Barringtonia macrostachya (Jack.) Kurz. 30 Meribungan : (Leguminosae) Millettia atropurpurea Bth. 31 Liana : (Leguminosae) Bauhinia semibifida Roxb.

32 Liana/Akar : (Leguminosae) Spatholobus littoralis Hassk.

33 Bunga cempaka : (Magnoliacae) Magnolia liliifera (L.) Baill var liliifera 34 Kelumpang : (Malvaceae) Sterculia laevis Wall.

35 Merpayang : (Malvaceae) Scaphium macropodum (Miq.) Beumee. 36 Semubi : (Melastomataceae) Pternandra caerulecens Jack.

37 Semubi/Gembok : (Melastomataceae) Pternandra azurea (Bl.) Burk. 38 Jambu Belanda : (Melatomataceae) Bellucia pentamera Naudin 39 Aro/Berkum : (Moraceae) Ficus altissima Bl.

40 Kayu Aro : (Moraceae) Ficus variegata Blume. 41 Kayu aro : (Moraceae) Ficus hispida Linn. F

42 Pala hutan : (Myristicaceae) Myristica elliptica Wall.

(19)

Jenis-Jenis Tumbuhan Di Ekosistem Hutan dataran Rendah

(20)

Anacardiaceae

Raman

Bouea oppositifolia (Roxb.) Meisn. Sinonim : Bouea angustifolia Blume

Bouea brandisiana Kurz Perawakan :

Pohon dengan tinggi hingga mencapai 43 m dan diameter mencapai 90 cm (dbh). Kulit batang halus atau pecah-pecah dan mengelupas, abu-abu, coklat gelap hingga keunguan. Kulit bagian dalam kemerahan hingga jingga pucat, getah mula-mula kemerahan atau bening, lengket dan berubah menjadi hitam.. Daun kaku seperti kulit letak berhadapan dalam sayu baris, helaian daun bundar memanjang hingga -lonjong melanset atau bundar telur hingga lanset dengan ujung daun lebih lancip. Permukaan daun tidak berambut, pangkal daun meliuncip hingga membaji atau tumpul, ujung daun meluncip jarang tumpul, urat daun terdiri atas 8-14 pasang, urat daun hampir tidak terlihat, kadang-kadang samar, reticulate. Tangkai daun panjang 0.5 - 1 cm. Perbungaan tersusun dalam cabang kecil, bunga putih, kuning pucat hingga kuning. Kelopak bunga umumnya bundar telur.. Buah bertipe buah batu elipsoid, kuning, oranye atau merah saat sudah masak.

Biologi :

Berbunga umumny pada akhir musim hujan Yakni September – Nopember. Buah mulai muncul pada Desember dan masak pada Februari

Habitat :

Tumbuh di hutan campuran dipterokarpa yang tidak terganggu, hutan gambut, kerangas dan kadang di hutan ultra mavik. Jenis ini tumbuh baik pada daerah rendah pada ketinggian 50 hingga 600 m.

Persebaran : Jenis ini tersebar dari bagian tenggara China, Indochina, Myanmar, Thailand, Kepulauan Andaman, Malaysia hingga Indonesia meliputi Sumatera, Jawa hingga Kalimantan.

Potensi : Buah dapat dimakan dan kadang-kadang menjadi bahan rujak ketika masih setengah masak. Kayu tahan lama, keras dapat digunakan

untuk bahan ukiran.

Status konservasi : Kelimpahan populasi Raman di alam masih banyak dan jenis ini belum banyak dimanfaatkan, Oleh karena itu Raman belum termasuk jenis yang dilindungi.

(21)

Anacardiaceae

Mangga hutan

Mangifera laurina Blume.

Sinonim : Mangifera longipes Griff. (1854); Mangifera parih Miq.

Perawakan :

Pohon selalu hijau sepanjang tahun, tinggi mencapai 25 m, dengan diameter batang yang bisa mencapai 1,5 m. Kulit batang coklat, percabangan ke atas dan membenuk kanopi yang tebal dan rapat. Batang bergetah saat dilukai, dan mengeluarkan aroma minyak tusam, dapat menyebabkan iritasi pada kulit, khususnya pada bagian yang paling sensitif. Getah segera berubah warna menjadi kehitaman-hitam. Daun berb entuk lonjong hingga lanset, kasar dan mengkilap hijau di bagian atas dan hijau gelap di bagian bawah daun. Perbugaan terminal, malai tegak dengan panjang 25-40 cm, dan bunga dengan diameter sekkitar 10 mm. Buah berbentuk bulat teur atau drupes(buah batu) berbentuk ginjal, berwarna kuning pucat atau kuning kehijauan.

Biologi :-

Habitat :

Tersebar dari dari datran rendah sampai ketinggian 1000 m, sering ditemukan di pinggir sungai. Di KPHK Dangku ditemukan pada ketinggian 45 mdpl. Persebaran :

(22)

Anacardiaceae

Mangga Hutan

Pentaspodon motleyi Hook. F.

Sinonim : Nothoprotium sumatranum Miq.

Pentaspadon officinalis Holmes ex King

Perawakan :

Pohon besar tumbuh sampai 51 m dengan diameter batang 70 cm (dbh). Daun alternatif, majemuk menyirip dengan lembaran membujur ujung meruncing, memiliki domatia untuk tempat perlindungan serangga yang menguntungkan. Tangkai daun majemuk berwarna mera keunguan. Cabang batang berwarna merah keunguan tertutup rapat membulat hingga linear. Bunga berukuran kecil, berbentuk bintan g yang terdiri dari 5 bunga berwarna putih hingga krem, petal dengan ujung membulat. Bunga tersusun padat, cabang panikel (malai) memiliki tangkai merah keunguan. Buah berdaging dengan jenis buah batu (drupes).

Biologi : Habitat :

Tumbuh di kawasan asli tropis, ditemukan di hutan primer dataran rendah yang belum tertanggu hingga ketinggian 200 mdpl. Sebagian besar di rawa, kadang-kadang di area tergenang dan sepanjang sungai dan arus pada tanah berpasir hingga berlumpur. Pada hutan sekunder selalu hadir sebagai jenis sissa pra-gangguan.

Persebaran : Tersebar di Peniinsula malaysia, Sumatera, Borneo (Sarawak, Brunei, Sabah, Kalimantan), Moluccas, Papua New Guinea, dan Kepulauan Solomon.

Potensi : Kayu digunakan untuk lantai rumah karena tidak tahan lama. Getah untuk minyak mengobati penyakit kulit dan buah dapat dimakan

Status konservasi : Menurut World Conservation Monitoring jenis ini telah terdaftar jenis yang terancam. Namun, kelimpahan di alam masih cukup banyak. Menurut data IUCN jenis ini masuk ke dalam status Data Deficient

(23)

Anacardiaceae

Dracontomelon dao (Blanco.) Merr. & Rolfe..

Sinonim : Comeurya cumingianum Baill.

Dracontomelon brachyphyllum Ridl. Dao Perawakan :

Pohon besar dengan

ketinggiann mencapai 45-55 m dengan diameter mencapai 100 cm. Berbanir kecil tinggi mencaoai 6 m. Permukaan kulit batang tidak teratur dan bersisik, berwarna coklat keabu-abuan hingga coklat atau belang kehijauan, bagian dalam kulut berwarna merah muda atau merah. Daun tersusun spiral, alternatif hingga berlawanan, perukaan

gundul dengan domatia yang berbulu. Bunga majemuk, Perbungaan aksiler atau terminal, paniculate. Terdapat Bract dan bracteoles caducous; bunga biseksual, memiliki bau yang wangi, berwarna putih hingga putih kehijauan, terdapat di dalam malai.nkelopak bunga berkelopak tetapi berkumpul di bagian apikal. Buah berbiji dan berdaging Biologi :

DI Semenanjung Malaysia, Serawak dan Brunei, daun akan gugur sesaat untuk menandai periode musim kemarau. Di Papua Nugini, pada musim gugur ke antara usim semi-gugur daun akan gugur sebelum musi penghujan. Perbungaan tumbuh di dasar tunas baru dan bunga pohon muncuk sebelum daun baru berwarna perunggu muncul, meskipun dilaporkan jenis ini berbunga hampir sepanjang tahun.

Habitat :

Ditemukan di hutan primer atau sekunder, atau ekosistem semi-gugur (monsoon) di ketinggian rendah hingga 500 mdpl. Juga ditemukan di area dengan curah hujan yang tinggi atau kebih jarang di daerah dengan musim kemarau yang pendek. Terserbar di wilayah berdrainase baik hingga buruk, berlumpur hingga tanah berbatu, umumnya di daerah alluvial dan rawa.

Persebaran : Tersebr di India Timur, Pulau Andaman, China Selatan, Myanmar, Indochina. Thailand, Semenanjung Malaysia, Indonesia, Filipina, Papua Nugini hingga kepulauan Salomon.

Potensi : Kayu sangat lembut dan tidak tahan lama, sehingga sering digunakan untuk bahan furniture, lantai dan kotak. Buah dapat dimakan, meskipun tidak populer. Bunga dan daun dapat dimakan juga. Kulit bisa menjadi bahan obat-obatan.

(24)

Annonaceae

Sigam

Polyalthia rumphii (Blume ex Hensch.) Merr. Sinonim : Guatteria rumphii Blume ex Hensch. Perawakan :

Pohon dengan tinggi mencapai 15 m. Dilihat secara seksama cabang berwarna karat ketika muda dan segera gundul. Tangkai daun 1-15 mm, bentuk daun seperti pisau lonjong hingga lanset, tipis hingga kasar, gundul, permukaan atas hijau gelap mengkilap. Terdiri dari 7-10 urat sekunder pada setiap sisi urat dan menonjol pada kedua permukaan, dasar membaji hingga membulat kadang-kadang miring, apex acuminate. Perbungaan aksilaris, 1 bunga, kelopak panjang, hijau kekuningan, ditempatkan di cabang-cabang. Berbuah pedicel, gundul,

Biologi : - Habitat :

Sering ditemukan di hutan yang tidak terganggu hingga 950 mdpl. Berkembang di seluruh hutan, dari situs aluvial ke lereng bukit dan pegunungan. Sebagian besar pada tanah berpasir-liat, tetapi juga ditemukan di daerah kapur. Cukup

sering ditemukan di hutan terganggu, tetapi biasanya sebagai sisa pra-gangguan. Di KPHK Dangku ditemukan pada ketinggian 45 mdpl. Pada Hutan sekunder Sedang.

Persebaran : Jenis ini tersebar di Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, Borneo (Serawak, Brunei, Sabah, Kalimantan), Filipina, Sulawesi, Moluccas, Papua Nugini dan Kepulauan Salomon

Potensi : Ekstrak dari akar ini sedang diuji untuk pengobatan kanker.

(25)

Annonaceae

Kenanga Hutan

Desmos chinensis Lour. Sinonim : -

Perawakan :

Semak yang menjalar, cabang berambut ketika muda, gundul setelah dewasa. Letak daun alternate, elips, bulat telur atau lonjong-lanset, tumpul, memotong, jarang sedikit berbentuk hati di dasar, acute atau acuminate di ujung daun, memiliki kulit, gundul pada bagian bawah, dan pubescent. Urat lateral 7-12 pasang. Bunga ekstra-aksilaris atau daun berlawanan, berwarna kuning-kehijauab, bracts berbentuk bulat telurr, terdapat di tengah-tengah pedicel. Sepal berbentuk bulat telur, acuminate. Kelopak luar berbentuk elips hingga lanset, acute. Buah berbentuk bulat telur, berparuh degan panjang bantang 1 cm. Biologi :

Habitat :

Sering ditemukan di hutan yang tidak terganggu hingga 950 mdpl. Berkembang di seluruh hutan, dari situs aluvial ke lereng bukit dan pegunungan. Sebagian besar pada tanah berpasir-liat, tetapi juga ditemukan di daerah kapur. Cukup sering

ditemukan di hutan terganggu, tetapi biasanya sebagai tanaman sebelum gangguan. Di KPHK Dangku ditemukan pada ketinggian 45 mdpl. Pada Hutan sekunder.

Persebaran : Tersebar di Asia Timur-selatan Cina, India, Bhutan, Nepal, Myanmar, Thailand, Malaysia, Indonesia, Cambodia, Laos, Vietnam, Philippines..

(26)

Annonaceae

Kenanga hutan/Borneo

Popowia pisocarpa Blume.

Sinonim : Bocagea pisocarpa (Bl.) Bl.

Guatteria pisocarpa Bl. Perawakan :

Semak atau pohon kecil yang memiliki ketinggian 3 hingga 7 m dengan diameter 17 cm. Percabangan menyebar, ramping dan lunak. Ranting berwarrna gelap, pubescent berwarna karat ketika muda, terdapat banyak bekas luka saat tua pada daun. Daun berbentuk pisau bulat telur, elips, lanset, atau kadang-kadang sedikit

bulat telur, mempunyai kulit, abaxial tertekan warna karat pubescent di tengah urat atau rat sekunder daun. Urat sekunder terdiri 6-10 pasang, melengkung kemudian menjadi lurus. Perbungaan terdiri dair 1 bunga atau 2-3 bunga fasciculate, berwarna putih kekuningan. Buah ditempatkan di apocarp, berwarna merah dan berdaging.

Biologi : -

Habitat :

Sering ditemukan di hutan yang tidak terganggu hingga 950 mdpl. Berkembang di seluruh hutan, dari situs aluvial ke lereng bukit dan pegunungan. Sebagian besar pada tanah berpasir-liat, tetapi juga ditemukan di daerah kapur. Cukup sering ditemukan di hutan terganggu, tetapi biasanya sebagai sisa pra-gangguan. Di KPHK Dangku ditemukan pada ketinggian 45 mdpl. Pada Hutan sekunder Sedang.

Persebaran : Tersebar di Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, Borneo, Filipina, Sulawesi, Moluccas, hingga Papua Nugini. Potensi : Bunga dari jenis ini digunakan sebagai bahan pembuatan parfum

(27)

Apocynaceae

Alstonia scholaris (L.) R. Br.

Sinonim : Alstonia kurzii Hook.f. ; Alstonia scholaris (L.) R.Br. ssp. avae A.DC.

Perawakan : Pulai

Berupa pohon dengan tinggi 10-50 m. Batang tegak, berkayu, percabangan menggarpu dan berwarna hijau gelap. Daun tunggal, bentuknya lanset, ujungnya membulat dan pangkalnya meruncing, tepinya rata, panjang daun 10-20 cm dan lebar 3-6 cm, pertulangan menyirip, permukaan atas

licin, panjang tangkai ±1 cm dan warnanya hijau. Bunga majemuk, bentuknya malai, terdapat di ujung batang, bentuk kelopak bunga bulat telur, panjang tangkainya 2,5-5 cm, berambut dan warnanya hijau. Benang sari melekat pada tabung mahkota dengan panjang tangkai putik

3-5 mm, kepala putik meruncing, bakal buah berbulu dan berwarna putih. Bentuk tabung mahkota bunga bulat telur dengan panjang 7-9 mm dan berwarna putih kekuningan. Buah bumbung dengan bentuk pita dan panjangnya 20-50 mm, warnanya putih. Biji kecil dengan panjang 1,5-2 cm dan berwarna putih. Akar tunggang dan berwarna coklat.

Biologi :

Pohon pulai berbunga pada bulan oktober hingga maret dan

berbuah pada bulan april hingga juni

Habitat :

Ditemukan sampai ketinggian 1.250 mdpl, pada berbagai tipe bergai tipe hutan, sering dijumpai pada sisa hutan terganggu. Di KPHK Dangku ditemukan pada ketinggian 45 mdpl.

Persebaran :Ditemukan di Australia; China; India; Indonesia; Malaysia; Myanmar; Nepal; Papua New Guinea; Philippines; Solomon Islands; Sri Lanka; Thailand; Viet Nam Potensi : . Kayunya dapat digunakan sebagai peti, papan acuan beton dan pekerjaan tuangan. Selain itu kayu dari jenis ini baik untuk dipergunakan sebagai bahan baku pada pabrik korek api. Daun dan kayu digunakan sebagai bahan obat-obatan.

(28)

Burseraceae

Dacryodes rostrata (Blume.) H.J. Lam.

Sinonim : Canariumcaudatifolium Merr. Sulai

Perawakan :

Pohon evergreen dengan tinggi mencapai 40 m dan diameter batang mencapai 1 m (dbh) dan penopang yang rendah. Letak daun alternate, menyirip, lembaran daun berbentuk ovate-oblong, tipis dengan dasar asimetris, apex daun memanjang dan melebar diujungnya; rachis daun membengkak di pertemuan tangkai daun dan berbulu, tangkai daun dengan atau tanpa saluran resin. Panicles berupa aksila, sering dikombinasikan

menjadi perbungaan terminal. Bunga terdiri dari tiga hingga banyak, berukuran kecil 3 mm, berwarna putih kekuningan, kelopak copular dan tak lama berubah dentate. Bunga jantan memiliki enam benang sari, bunga betina memiliki enam staminodes. Buah berbentuk bulat telur hingga lonjong, buah berbiji berdaging, berwarna kuning-coklat ketika mentah hingga keunguan-hitam ketika matang, mengandung satu biji keras ditengah.

Biologi :

Penyebaran biji dibantu oleh hewan. Habitat :

Tersebar di hutan dipterokarpa campuran terganggu sampai ketinggian 700 mdpl. Ditemukan di seluruh hutan (tapi jarang di rawa-rawa) pada berbagai jenis tanah, termasuk batu kapur. Di KPHK Dangku ditemukan pada ketinggian 45 mdpl.

Persebaran : Tersebar di Indo-China, Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Borneo, Filipina hingga Celebes.

Potensi : Kayu digunakan untuk papan dan penumbuk padi. Resin digunakan untuk menyalakan obor dan buah dapat dimakan.

Status Konservasi :

(29)

Cannabaceae

Siluk

Gironniera nervosa Planch. Sinonim : Gironniera hirta Ridl.

Gironniera penangiana Gandog. Perawakan :

Pohon berukuran kecil sampai medium dengan tinggi mencapai 40 m

dan diameter 64 cm. Terkadang juga terdapat banir yang rendah. Kulit batang luar licin atau bercelah halus, berwarna hijau–abu-abu sampai coklat–abu-abu gelap, kadang terdapat tanda seperti lingkaran maupun

lentisel. Daun keras dan kaku, bentuk lanset sampai

ellips-oblong, bagian terlebar ada di pertengahan daun; Permukaan bawah

daun tertutupi oleh rambut lembut berwarna coklat kekuningan, tulang

primer dan tulang sekunder di bagian atas permukaan daun halus tak

berambut; dasar daun membulat atau meruncing,; tepi daun rata,

terkadang melengkung; ujung atas membulat atau runcing; pertulangan

daun terlihat menonjol di bagian bawah permukaan daun, pada permukaan

atas tulang daunnya datar atau tertekan; pertulangan sekunder berjumlah (12-)14 – 16(-17) pasang, melengkung tetapi tidak menyatu di tepi daun, Perbungaan jantan atau betina terletak di ketiak, muncul pada kuncup yang

terpisah, bract berbentuk ovate-acute sempit juga berambut

coklat-kekuningan, panjang 1-2 mm dan lebar 1 mm. Tata bunga berupa malai

bercabang dari cyme yang rapat, menggantung, ramping, 3 bunga dalam

5-10 klaster di sepanjang sumbu,; Perbungaan betina berupa malai sederhana

atau bercabang, berbunga sejumlah 5-10; 9 bunga duduk/tak bertangkai

sepanjang sumbu, berbentuk bulat telur-kerucut tertekan. Buah berbentuk

hampir bulat atau bulat telur

Biologi : Habitat :

Pada hutan dipterokarpa campuran yang alami da sudah terganggu

(terbuka) dan hutan rawa dengan ketinggian mencapai 1300 m dpl.

Sering juga ditemukan pada tanah alluvial dan sepanjang aliran

sungai, tetapi juga umum ditemukan pada lereng dan punggung bukit. Pada tanah ultrabasic sampai tanah berpasir,

juga pada tanah liat.

Persebaran : Tersebar di Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan, Maluku, dan New Guinea.

Potensi : Kayunya digunakan dalam konstruksi bangunan. Buah dapat dimakan.

(30)

Cannabaceae

Siluk Daun Lebar

Gironniera subaequalis Planch. Ann. Sc. Nat. Sinonim : Gironniera amboinensis Lauterb

Gironniera blumei Gand. Perawakan :

Pohon yang selalu hijau dengan ketinggian 2o m dan diameter 25 cm (dbh). Batang pohon silindris, kulit batang halus-halus pecah-pecah, berwarna abu-abu, di dalam kulit berserat berwarna kuning tua-kecoklatan, bergetah berwarna kuning pucat, lenticellate. Ranting gundul, cabang dengan tunas terminal bentuk kerucut. Daun sederhana, alternate, berbentuk bulat panjang, pinggir daun bergerigi dari tengah ke ujung daun. Daun moda kecoklatan, tangkai daun panjang berbulu, stipula tumpang tindih. Perbungaan di ketiak, panjang, pubescent, pedikal sangat pendek. Bunnga jantan dan betina pada tanaman yang sama. Buah soliter berbiji, berbentuk elips hingga bulat telur, berwarna hijau kekuningan, gundul.

Biologi :

Tumbuh hanya dengan 1 biji. Habitat :

Di lembah hutan, hingga di tepi sungai, hingga ketinggian 100-1300 mdpl. Di hutan harapan ditemukan dihutan campuran, sering ditemukan dihutan sekunder sedang.

Persebaran : Tersebar di Burma (Myanmar), Cambodia, Chine, Malaysian peninsular, Thailand, Vietnam and Laos. Potensi : Kayu digunakan untuk furniture dan bahan konstruksi. Getah kulit digunakan bahanutama rayon dan daunn untuk bahan obat-obatan

(31)

Cardiopteridaceae

Serkit

Gonocaryum littorale (Bl.) Sleum Sinonim : Gonocaryumaffine Becc.

Gonocaryumfuscum Hochr. Perawakan :

Perdu hingga 4 m dan 6 cm dbh. Stipula absen. Daun alternatif, sederhana, berbulu. Bunga ca. 2,5 mm diameter, putih kekuningan, corolla tabung, ditempatkan dalam tandan kecil. Buah ca. 27 mm, biru-ungu, berdaging buah berbiji.

Biologi : Habitat :

Ditemukan di hutan-hutan Dipterocarpaceae campuran sedikit terganggu sampai dengan 200 m ketinggian. Sepanjang sungai, di lereng bukit dan di sepanjang jalan. Dalam sangat terganggu hutan biasanya hadir sebagai sisa pohon sebelum kerusakan.

(32)

Combretaceae

Ketapang

Terminalia catappa L.

Sinonim : Terminalia moluccana Lam.,

Terminalia procera Roxb. Perawakan :

merupakan pohon besar dengan tinggi mencapai 25 m dan diameter batang sampai 150-200 cm (dbh). Bertajuk rindang dengan cabang-cabang yang tumbuh mendatar dan bertingkat-tingkat. Batang silindris, sering berbanir, kulit luar coklat abu-abu tua, melekah dan mengelupas; percabangan simpodial karena batang pokok sukar ditentukan. Daun tunggal, terletak berseling, bertangkai pendek, mengumpul di ujung ranting; helaian daun membundar telur sungsang, kadang-kadang agak menjorong, memiliki daun berambut halus di sisi bawah dan berbentuk lebar dibagian tengah daun, ujung daun meruncing, tepi daun yang merata, daging daun tipis dan memiliki tulang daun menyirip. Bunga berukuran kecil, berwarna kuning dan terkumpul dalam bulir yang berada dekat ujung ranting. Buah

batu berbentuk bulat telur gepeng, bersegi atau bersayap, berwarna hijau-kuning-merah atau ungu kemerahan saat telah masak. Kulit terluar dari bijinya licin dan ditutupi oleh serat yang mengelilingi biji tersebut.

Biologi :

Berbunga dan berbuah sepanjang tahun, namun berbuah lebat pada musim tertentu. Ketapang menggugurkan daunnya dua kali dalam satu tahun, sehingga tumbuhan ini bisa bertahan menghadapi bulan-bulan yang kering. Buahnya juga disebarkan oleh kelelawar.

Habitat :

Merupakan pohon musim semi-gugur di

wilayah pesisir di seluruh daerah tropis hangat. Namun tumbuh baik di daerah tropis lembab. Pohon ini juga beradaptasi di pantai berpasir dan berbatu dan berkembang pada batu kapur Oolitic. Jenis ini sangat toleran terhadap kondisi tempat tumbuh sehingga dapat tumbuh di semua tanah yang berdrainase baik.

(33)

Potensi : Kayunya berkualitas baik dan digunakan untuk konstruksi rumah dan pembuatan kapal, namun rentan terhadap rayap. Kulit kayu, daun dan kadang-kadang akar dan buah mudanya dipakai secara lokal untuk penyamak kulit dan pewarna hitam, dipakai untuk mencelup kapas dan rotan, serta berfungsi sebagai tinta. Daun bisa digunakan untuk mengobati rematik pada sendi. Daging buahnya dapat dimakan. Biji ketapang enak dimakan dan mengandung minyak yang tidak berbau, mirip minyak almond

(34)

Combretaceae

Kelumpang

Terminalia bellirica (Gaertn.)Roxb. Sinonim: Myrobalanus bellirica Gaertn.,

M. laurinoides (Teijsm. & Binn.) Kuntze

Perawakan: Pohon sedang hingga besar, dengan tinggi 25-50 m dan diameter batang mencapai 2 m. Batang silindris, lurus, kulit luar kebiruan atau keabu-abuan dan kekuning-kunin gan pada bagian dalamnya. Ranting muda menebal dan tertutup bulu-bulu halus yang lebat. Daun tunggal, melonjong, tersusun dalam spiral, terkumpul di bagian ujung ranting.Perbungaan tersusun dalam bulir, muncul di ketiak daun, bunga krem.Buah bulat-membulat telur, hijau kekuningan saat masak.

Biologi: Tumbuhan berumah dua, umumnya ber-bunga pada Oktober dan berbuah pada Novem-ber. Perbanyakan dengan biji, pemencaran dibantu kelelawar dan tupai.

Habitat: Kebanyakan Kelumpang tumbuh di hutan pamah hingga ketinggian lebih dari 600 m, di bawah naungan dan tempat terbuka. Di Nusakambangan, joho tumbuh di tempat terbuka hingga agak teduh.

Persebaran: Jenis ini tersebar alami dari Sri Lanka, India, Myanmar, Indo-China, Thailand, Seme-nanjung Malaka hingga Indonesia meliputi Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua.

Potensi: Kayunya dapat digunakan sebagai kayu gelondongan, kayu bakar dan pembuatan arang. Bijinya dapat dimakan tetapi beberapa ada yang berbahaya karena berdampak seperti obat bius.

(35)

Combretaceae

Ketapang/Jelawai

Terminalia subspathulata King. Sinonim :

Terminalia bialata (non Kurz) K. & V. Perawakan :

Pohon besar dengan tinggi bisa mencapai 45-69 m dengan cabang-cabanngg yang menyebar tinggi. Percabangan muda awalnya berwarna karat appressed-pubescent akan menjadi gundul. Daun spiral teratur dan sedikit banyak di ujung ranting, memiliki kulit atau subcoriaceous, mengkilat hijau di

bagian atas, keabu—abuan di bagian bawah, gundul, oblanceolate atau subspathulate, bulat dan berubah acuminate, acute atau tumpul di apex, sedikit cuneate di bagian dasar. Bunga berwarna kehijauan atau kuning, ditemukan di tunas axils daun. Buahny hampir seluruh berwarna

kuning terang, sedikit berlekuk, terdapat dua sayap. Biologi :

Bunga diserbuki oleh serangga. Habitat :

Terdapat di hutan dipterokarpa campuran sampai 1400 m dpl. Tumbuh baik

pada aluvial (rawa) dan tempat kering (bukit), pada berpasir ke tanah liat, juga

di bebatuan kapur.

Persebaran :

Tersebar di Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, Kalimantan.

Potensi :

Kayunya digunakan untuk lantai rumah dan digunakan bahan pembuatan perahu

Status Konservasi :

(36)

Combretaceae

Bidani

Combretum latifolium Blume.

Sinonim : Combretumcyclophyllum Steud. Perawakan :

Liana Besar, tinggi mencapai 30 m. Percabangan bersama dengan petioles yang biasanya gundul dan bersisik. Letak daun berlawanan, berbentuk bulat panjang-bulat telur hingga lonjong-bulat panjang, ujung daun tumpul atau tipis, urat lateral terdiri 6-8 pasang, axil kecil, lubang bulat abaxially. Perbungaan aksilaris, bercampur, meluas seperti silinder, bunga padat, kadang-kadang berkelommpok di ujung percabangan dan membentuk malai. Bunga sangat harum. Buah berbiji, dengan 4 sayap membaran, berwarna kekuningan sampai kecoklatan, mengkilap, berkerut saat muda, dan gundul saat matang.

Biologi :

Perbungaan terjadi pada periode January hingga April, dan periode berbuah pada bulan juni hingga oktober.

Habitat :

Ditemukan dipinggir hutan klimaks, hutan sekunder, semak belukar sampai ketinggian 300 mdpl.

Persebaran :

Tersebar Dari Bangladesh, kamboja, India (termasuk kepulauan Andaman), Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, New Guinea, Philippines, Sri Lanka, Thailand, Vietnam. Potensi :

Digunakan sebagai zat warna untuk pencelupan kapas Status Konservasi :

(37)

Dilleniaceae

Akar ampelas

Tetracera akara Merr. Sinonim :

Tetracera axillaris Martelli

Perawakan :

Pohon berkayu memanjat, batang dan daun sangat scabrud. Daun berbentuk bulat panjang-lonjong, dasar tipis, margin daun entire hingga bergerigi, ujung daun acuminate, seperti kulit. Saraf lateral terdiri dari 7-9 pasang. Petiole sepanjang 4-8 mm. Bunga putih di terminal dan malai laterall, gagang bunga

dengan panjang 1-1,5 cm/ sepal berbentuk bundar, kemerahan, sering melipat ke dalam buah. Kelopak bundar, berwarna merah muda-putih. Benang sari banyak, filamen putih kekuningan.

Biologi :

Periode perbungaan dan berbuah terjadi pada bulan Maret hingga Mei. Habitat :

Terdapat di hutan dipterokarpa campuran terganggu sampai 1400 m dpl. Baik pada tempat kering (bukit), pada berpasir ke tanah liat, juga di batu kapur.

Persebaran :

Tersebar Dari Cambodia, India, Indonesia, Malaysia, Sri Lanka. Potensi :

Digunakan sebagai bahan obat-obatan. Status Konservasi :

(38)

Euphorbiaceae

Bedih

Balakata baccata (Roxb.) Esser. Sinonim : Sapium baccatum Roxburgh. Perawakan :

Pohon dengan tinggi mencapai 30 m, selalu hijau, dengan diameter batang sebesar 60 cm (dbh). Percabangan biasanya dalam uliran. Helai daun bulat telur atau bulat telur panjang, jarang berbentuk bulat panjang, adaxial daun tidak bersinar, abaxial berpapila pucat, kelenjar per sisi dari tepi daun, dasar tumpul, berbentuk hati, tidak auriculate, acuminate puncaknya,

margin entire. Perbungaan tersusun melingkar terminal dan di axils daun. Buah baccate, 1- atau 2-unggulan. Biji subglobose

Biologi :

Perbungaan terjadi sepanjang periode April hingga Mei. Habitat :

Dijumpai di kedua hutan dipterokarpa pprimer dan

terganggu yang padat, hutan bambu, formasi hutan sekunder, hutang gugur campuran dan di sepanjang sungai dan di bukit-bukit seerta lerang pada ketinnggi hingga 1800 mdpl.

Persebaran : Tersebar Dari Bangladesh, Cambodia, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Thailand, Vietnam

Potensi : Buah kadang-kadang digunakan untuk penyedap, kayu digunakan untuk bahan bangunan.

(39)

Euphorbiaceae

Macaranga trichocarpa (Rchb.f. & Zoll.) Mull. Arg. Sinonim :

Macaranga borneensis Müll.Arg. Mahang Perawakan :

Pohon Evergreen kecil dengan tinggi hanya hingga 10-15 m. Percabangan naik ke batang utama. Kulit halus, coklat muda, kulit luar yang tipis, dalam kulit berwarna merah. Cabang ramping, silinder, halus beludru, perak kekuningan-coklat,

pubescent. Bergetah hitam. Daun sederhana, alternatif, 7-15 pasang, bentuk bulat telur ketika muda kemudian belah ketupat-eliptik saat

dewasa, apex dengan ujung yang panjang, bulat di dasar, marjin glandular dentate, glabrescent pada sisi atas, kadang-kadang dengan dua nectaries mencolok di penyisipan helai. Bunga berkelamin tunggal di pohon-pohon yang berbeda, aksilaris, pucat kekuningan, dikelompokkan dalam tandan, dengan bract dan bracteole, bract terdedah sangat dalam dan seperti daun. Buah berupa kapsul, dengan duri pendek bantalan rambut iritan, kelopak persisten.

Biologi :

Habitat :

Biasanya berkelompok di hutan dipterokarpa campuran sangat terganggu, tapi kadang-kadang juga ditemukan di wilayah understorey, hingga ketinggian 600 mdpl. Secara umum di belukar, di sepanjang pinggir jalan dan tepi hutan, sebagian besar di lereng bukit dan pegunungan. Persebaran :

Tersebar di India, Burma, Indo-China, Thailand, semenanjung Malaysia, Sumatra, Borneo.

Potensi :

Bermanfaat untuk bahan pewarna dan bahan obat-obatan Status Konservasi :

(40)

Euphorbiaceae

Macaranga conifera (Rchb.f. & Zoll.) Mull. Arg. Sinonim : Macaranga populifolia (Miq.) Müll.Arg.

Mappa conifera Rchb.f. & Zoll. Mahang Ketam Perawakan :

Pohon kadang tinggi mencaoai 30m, dengan besar diameter batang 60 cm (dbh). Batang lurus. Daun sederhana, permukaan daun licin, tanfkai daun atau rumpun bunga licin atau mempunyai bulu halus, daun berbentuk bulat telur yang lebar, sering terdapat 2 kelenjar yang berbentuk seperti mata berwarna kuning pada bagian pangkal di permukaan atas. Bunga dalam berkumpul dalam satu rumpu, terlihat seperti ekor kucing, terletak dan dihhailkan pada ketiak daun atau pada ruas terbawah dari buku. Buah berwarna hijau dan ada serbuk lengket yang berwarna hijau kekuning-kuningan. Biologi :

Habitat :

Pada Hutan dipterocarpaceae terganggu dan hutan rawa campuran, paling umum di hutan sekunder hingga 1100 m dpl. Umum sepanjang pinggir jalan, aliran sungai, bukit dan pegunungan. Juga ditemukan pada batu kapur.

Persebaran :

Tersebar di Kepulauan Andaman, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Borneo dan Sulawesi

Potensi :

Kayu bermanfaat untuk bahan kayu bakar. Status Konservasi :

(41)

Euphorbiaceae

Macaranga denticulata (Blume.) Mull. Arg. Sinonim : Mangiumcandelarium Rumphius,

Rhizophoracandelaria Wight & Arn. Mahang Perawakan :

Pohon evergreen dengan tinggi mencapai 18 m. Batang lurus, sering meruncing, kulit abu-abu pucat, halus, dengan punggung berbentuk U dan berbentuk tameng goresan daun. Ranting miring dan bergerigi, gundul atau ditutupi dengan rambut kecil. Eksudat berair, menjadi seperti permen, merah muda-merah. Daun sederhana, alternatif dan spiral, bawah padat

merah-coklat berbulu, menjadi gundul atau dengan rambut halus dan titik-titik kuning, keabu-abuan, luas bulat telur sampai bulat, apex acuminate, dasar peltate, marjin entire atau dangkal bergigi dengan kelenjar pada akhir gigi. vena utama 3-5, memancar, vena sekunder tumpul, tersier vena miring. Stipula hadir, sempit, jatuh lebih awal. Berkelamin tunggal, di pohon-pohon yang berbeda, gagang bunga hingga 3 mm. Buah paanjang hingga 0,8 cm, kapsul membelah menjadi 2 bagian, dengan bubuk kuning lengket dari sisik kelenjar luar.

Biologi :

Habitat :

Terdapat di bukit-bukit rendah, lereng, hutan, hutan sekunder; di ketinggian 100-1300 m. spesies pionir umum di celah alam hutan evergreen.

Persebaran :

Tersebar dari India Utara, Nepal dan Bhutan ke Cina selatan dan Hainan, Indochina,

Semenanjung Malaysia, Sumatera dan Jawa. Potensi : Kayu bermanfaat untuk bahan bakar dan arang.

Status Konservasi : kelimpahan populasinya banyak, belum termasuk jenis yang dilindungi.

(42)

Euphorbiaceae

Kayu Labuh

Endospermum diadenum (Miq.) Airy. Shaw.

Sinonim : Endospermum beccarianum Pax & K.Hoffm.

Endospermum borneense Benth. ex Müll.Arg. Perawakan :

Pohon Mid-kanopi tinggi mencapai hingga 34 m dan besar diameter batang 60 cm (dbh). Pohon berumah dua, jarang berumah satu. Cabang memiliki empulur atau berlubang. Stipula kecil, berbentuk segitiga, caducous. Daun spiral teratur, berurat tiga, pangkal daun dengan dua kelenjar mencolok, muncul di bagian atas cabang, sederhana, tangkai daun panjang, bentuk daun ovate hingga obovate, simetris, biasanya coriaceous, jarang papyraceous, dasar peltate atau tidak, tepi daun entire atau sedikit berombak, sering dengan kelenjar kecil. Perbungaan aksila di malai atau tandan, bract berbentuk segitiga, apex acute hinggaa acuminate. Bunga berwarna hijau kekuningan, berkelamin tunggal, unisexual, kecuali biseksual (hanya beberapa spesimen dalam

satu spesies); sessile dengan pedicel pendek. Buah tidak merekh atau pecah, baccate, berkerut, stigma persisten, columella tidak ada, berwarna hijau-kuning, berdaging, kapsul 2-lobed.

Biologi :

Batang yang berongga dan berpori-pori menjadi sarang dari semut. Biasanya, berbunga setiao tahun, di wilayah malaysua berbunga 2 kali dalam setahun. Buah matang selama 2-3 bulan setelah berbunga. Pohon berusia 3 tahun sudah menghasilkan biji yang layak tumbuh.

Habitat :

Di habitat yang terganggu (sering di sepanjang pinggir jalan di hutan logging, tetapi juga di semak dan hutan terbakar) dan tempat-tempat terbuka sepert hutan dipterokarpa campuran tidak terganggu, rawa air tawar dan hutan keranga sampai dengan di ketinggian 900 m. Juga ditemukan pada tanah ultrabasa.

Persebaran : Tersebar di Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Borneo (Serawak, Brunei, Sabah, Kalimantan), Filipina.

Potensi : Kayu dapat digunakan untuk bahan pembuatan kotak, mainan, dll. Akar dan kulit batang digunakan untuk bahan obat-obatan. Biasa digunakan untuk tanaman agroforestry dan pohon peneduh.

(43)

Euphorbiaceae

Ketepen/Balik Angin

Croton argyratus Blume.

Sinonim : Crotonavellaneus Croizat Perawakan :

Pohon sub kanopy tinggi mencapai 21 m dan dengan diameter sebesar 35 cm dbh. Ranting ditutupi dengan rambut keperakan-emas. Stipula sangat sempit. Daun alternatif, sederhana, triple-berurat, permukaan bawah padat keperakan dasar berbulu, daun sedikit berbentuk hati. Bunga hijau-putih-kuning, ditempatkan di tandan bunga atas jantan dan bunga yang lebih rendah perempuan. Buah kecoklatan emas, kapsul pecah.

Biologi :

Batang yang berongga dan berpori-pori menjadi sarang dari semut. Biasanya, berbunga setiao tahun, di wilayah malaysua berbunga 2 kali dalam setahun. Buah matang selama 2-3 bulan setelah berbunga. Pohon berusia 3 tahun sudah menghasilkan biji yang layak tumbuh.

Habitat :

Terdapat pada hutan terganggu atau sedikit terganggu,hutan dipterokarpa campuran hingga ketinggian 200 mdpl. Tumbuh di lereng bukit dan pegunungan dengan tanah liat atau tanah berpasir. Ditemukan pada hutan sekunder sedang.

Persebaran : Tersebar di Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, kepulauan Sunda, Borneo (Serawak, Brunei, Sabah, Kalimantan Barat, Tengah, Selatan dan Timur) Filipina, Celebes dan Maluku.

Potensi : Kayu digunakan secara lokal oleh masyarakat.

(44)

Gnetaceae

Melinjo Hutan

Gnetum cuspidatum Blume.

Sinonim : Endospermum beccarianum Pax & K.Hoffm.

Endospermum borneense Benth. ex Müll.Arg. Perawakan :

Perdu tinggi + 10 m dan dbh 17 cm. Stipula absen. Daun berlawanan, sederhana. Penni-berurat, gundul, vena sekunder mencolok perulangan. Bunga ca. 2 mm diameter, kekuningan, ditempatkan di racemes pendek. Buah kuning-merah, buah berbiji.

Biologi : Habitat :

Di hutan dipterokarpa campuran terganggu hingga ketinggian 300 mdpl. Sebagian besar di lereng bukit dan pegunungan dengan tanah liat berpasir. Di hutan sekunder biasanya hadir sebagai pohon sisa pragangguan, Di Hutan Meranti ditemukan pada hutan sekunder sedang.

Persebaran :

Tersebar di seluruh Asia Tenggara tropis dari Thailand, Viet Nam, Kamboja, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan ke Maluku, Sulawesi dan New Guinea.

Potensi :

Digunakan untuk bahan obat-obatan. Status Konservasi :

Kelimpahan populasinya dan persebarannya masih banyak, namun jenis ini termasuk dalam status Least Concern

(45)

Ixonanthaceae

Sempegar

Ixonanthes icosandra Jack.

Sinonim : Brewstera crenata MJ Roemer

Ixonanthes cuneata Miq. Perawakan :

Pohon tinggi mencapai hingga 30 m, dengan diameter mencapi 1,3 m; tajuk padat dan berbentuk kerucut. Batang lurus, kadang-kadang dengan akar punggung pendek. Kulit batang halus atau sedikit retak, merah, coklat-kekuningan, cokelat atau abu-abu, lembut. Kulit dalam berwarna merah, merah keunguan, coklat kemerahan, atau coklat. Kayu putih, oranye, kuning, coklat, krim coklat, atau merah kecoklatan, keras. Daun lonjong hingga sedikit bulat terlur terbalik lonjong, pragmentaceous, dasar meruncing, puncak tumpul, sering retuse, apiculate. Tangkai daun pulvinate. Bunga ditutupi dengan resin, dan ditemukan di menjalar panjang, cluster lepas dari axil daun. Bunga berwarna

keputihan, kuning atau hijau hingga 2-3 bunga saat mekar. Buah matang berwarna hijau sampai coklat tua, dan berada diatas sepal dan kelopak berwarna coklat. Buah matang dibagi menjadi 5 bagian dari atas kebawah untuk mengetahui biji bersayap, daging buah

berdaging.

Biologi : Penyerbukan bunga dibantu oleh serangga. Habitat :

Spesies di ditemukan di hutan primer serta sekunder di

lereng dan pegunungan dari permukaan laut sampai 900 m. Di Hutan meranti ditemukan pada hutan sekunder sedang

Persebaran :

Tersebar di Thailand, Semenanjung Malaysia dan Sumatera Potensi :

Kulit digunakan untuk tujuan tanning, biasanya hanya untuk memperkuat jaring ikan, tapi kadang juga untuk produksi kulit. kayu kadang-kadang digunakan dalam bangunan rumah. Daun dan akar digunakan dalam pengobatan tradisional. kayu dianggap memiliki nilai yang kecil karena tidak tahan lama dan sangat mudah terbelah.

Status Konservasi :

(46)

Lamiaceae

Satepung/Ketepung

Callicarpa pentandra Roxb.

Sinonim : Callicarpaacuminatissima Teijsm. & Binn.

Callicarpaaffinis Elmer Perawakan :

Pohon dengan tinggi sekitar 8 meter, kulit coklat atau abu-abu gelap, kasar dengan retakan kecil. Cabang dan percabangan 4 sudut, terkompresi, tomentose menyebar, ketika muda dan glabrate ketika tua, node annullate, ruas 3-5 cm. Daun letak berlawanan, sederhana, elips-lanset, bulat telur-lonjong, dasar cuneate-acute, marjin daun entire-subentire, ujung daun acuminate, coriaceous atau subcoariaceous, bagian atas glaberescent, tomentose bagian bawah bertaburan, urat lateral 8-14 pasang di kedua sisi tengah urat, arcuate pada marjin, impressed pada bagian atas dan menonjol di bagian bawah, tangkai daun canaculated di atas, exstipulate. Perbungaan supra-aksila, cabang dichotomously berupa cymes, stellate, pubescent, peduncle kuat, panjang 3-9 cm, terdiri dari 4 sudut, bracts banyak, linear. Bunga banyak, biseksual, aktinomorfik, harum, pedicel panjang sekitar 1-2 mm, calyx berbentuk lonceng, 4 acute bergigi, pubescent di bagian luar, korola infundibular, 4 lobeus berwarna biru keungunan, merah muda, lobus obovate, tumpul, melipat dengan panjang

1 mm, tabung korola berbentuk silinder sempit. Buah berupa drupe, sekitar 2-3 mm, sukulen, ungu gelap saat matang.

Habitat :

Ditemukan pada hutan sekunder

Referensi

Dokumen terkait

Seni merupakan ekspresi diri, yang menggunakan logika imagi citra (dalam seni rupa) sehingga produknya lebih menyentuh wilayah makna (konotatif), lain halnya dengan ilmu

Melalui Program Corporate Social Responsibility (CSR), PT. Pupuk Kaltim tidak henti-hentinya berkomitmen terhadap masyarakat di sekitar Perusahaan dengan melakukan

Ragi 15gr Dari gambar tersebut (a) pada kombinasi 25% kulit singkong dan 75% kulit nanas dengan penambahan massa ragi sebanyak 11 gram, terlihat jamur yang tumbuh

(Sekiranya Ada) Terdapat label pada setiap bahan/komponen, mempunyai sistem Peralatan, kabinet dan rak berada dalam keadaan teratur, baik dan kemas Bilik yang bersih, tidak

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression), yaitu dengan melihat pengaruh kondisi keuangan perusahaan, audit tenure dan

Variabel hasil karya kreatif dan inovatif dikategorikan dalam himpunan fuzzy sangat rendah, rendah, tinggi, dan sangat tinggi. Membership function dengan

2) Hubungkan modul PLC ke komputer menggunakan kabel SR2USB01. 3) Downloadkan diagram ladder yang telah anda buat ke modul PLC Smart Relay Zelio Logic. 4)

Perangkat untuk pita 5150-5250 MHz hanya untuk penggunaan dalam ruangan agar dapat mengurangi potensi interferensi berbahaya ke sistem saluran bantuan satelit jauh, antena