• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - BAB I FAJAR KURNIAWAN PSIKOLOGI'12

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - BAB I FAJAR KURNIAWAN PSIKOLOGI'12"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Fungsi kepolisian berhubungan dengan bidang pengamanan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 2, 5 dan 6 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Amanat tersebut merupakan penjabaran dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 BAB XII Pasal 30 ayat (4) yaitu “Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakan hukum".

Satuan Intelkam (Intelegensi Keamanan) Polri bertugas menyelenggarakan/membina fungsi Intelijen bidang keamanan, termasuk persandian, dan pemberian pelayanan dalam bentuk surat izin/keterangan yang menyangkut orang asing, senjata api dan bahan peledak, kegiatan sosial/politik masyarakat dan surat keterangan rekaman kejahatan (SKRK) atau Criminal Record kepada warga masyarakat yang membutuhkan serta melakukan pengawasan/pengamanan atas pelaksanaannya.

(2)

masyarakat di bidang Ipoleksosbudhankam bagi kepentingan yang membahayakan masyarakat khususnya dalam kegiatan kontra Intelijen serta menciptakan kondisi tertentu yang menguntungkan dalam masyarakat bagi pelaksanaan tugas Polri.

Kegiatan penyelidikan oleh Satuan Intelkam dilakukan dalam rangka pengumpulan bahan keterangan secara terbuka dan tertutup. Teknik penyelidikan tertutup dilakukan tanpa diketahui oleh sasaran. Kegiatan penyelidikan secara tertutup diantaranya dilakukan dengan penyusupan dan penyamaran. Upaya untuk mendapatkan keterangan yang harus dilakukan tanpa diketahui oleh sasaran ini menjadikan anggota Intelkam harus terlibat secara langsung dengan sasaran. Sehingga anggota Intelkam harus mengikuti kebiasaan yang dilakukan oleh sasaran sehingga dapat diakui sebagai bagian dari kelompoknya. Kebiasaan buruk yang dilakukan oleh kelompok sasaran seperti minum-minuman keras seringkali tidak dapat dihindari oleh anggota Intelkam. Anggota satuan Intelkam kurang dapat mengontrol dirinya untuk tidak terpengaruh dengan lingkungan kerjanya.

Kemampuan mengontrol diri dapat menjadikan seseorang berperilaku

yang lebib terarah dan dapat menyalurkan dorongan-dorongan dalam diri

secara benar, tidak menyimpang dari norma-norma agama. Menurut Daradjat

(1978) agama yang ditanamkan sejak kecil akan mempengaruhi

kepribadiannya, akan bertindak sebagai pengontrol dalam menghadapi segala

(3)

akan mengatur sikap dan tingkah laku secara otomatis dari dalam diri

seseorang.

Menurut Goldfried dan Merbaum (dalam Gufron, 2010), bahwa

kontrol diri adalah suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing,

mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke

arah konsekuensi positif. Kontrol diri merupakan salah satu potensi yang dapat

dikembangkan dan digunakan individu selama proses-proses dalam

kehidupan, termasuk dalam menghadapi kondisi yang terdapat di lingkungan

tempat tinggalnya.

Faktor yang mempengaruhi kemampuan mengontrol diri diantaranya

adalah orientasi religius. Bergin (1980) berpendapat bahwa orientasi religius

dapat memilahkan beberapa konsekuensi positif termasuk variabel kepribadian

seperti kecemasan, kontrol diri, keyakinan irasional, depresi dan sifat

kepribadian lain. Hasil penelitian Mc Clain (dalam Bergin, 1987)

menunjukkan bahwa orientasi religius berkorelasi positif dengan kontrol diri.

Anggota Satuan Intelkam Polres Cilacap seluruhnya sebanyak 35

orang yang terdiri dari 33 orang bintara dan 2 perwira dan bergama Islam.

Anggota Satuan Intelkam tidak seluruhnya dapat menjalankan ajaran Islam

dengan baik. Beberapa anggota antara 6 – 10 orang masih memiliki kebiasaan

minum-minuman keras, meskipun sedang tidak bertugas sebagai akibat

pengaruh lingkungan kerjanya. Anggota Intelkam juga ada yang rajin dalam

(4)

sebelumnya rajin menjalankan ajaran agama pada awal masuk menjadi satuan

Intelkam, setelah bertugas di Satuan Intelkam sekitar 6 bulan cenderung

berkurang dalam menjalankan ajaran agamanya.

Hasil wawancara dengan 5 (lima) anggota Intelkam tentang kebiasaan

buruk yang masih dilakukan diperoleh informasi bahwa kebiasaan tersebut

sulit dihindari dan sudah menjadi kebutuhan. Mereka juga menyadari bahwa

yang dilakukan itu dilarang oleh agama. Anggota yang sebelumnya rajin

menjalankan ajaran agamanya seperti shalat lima waktu, dan sekarang sudah

tidak rajin lagi memberikan alasan karena terpengaruh rekan sekerja atau

lingkungan kerjanya.

Beberapa perilaku yang ditunjukkan oleh anggota Satuan Intelkam

Polres Cilacap tentang kontrol diri anggota yang rendah diantaranya anggota

dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan melanggar kode etik anggota

Polri. Anggota Intelkam ada yang melakukan tindak kekerasan,

mabuk-mabukan dan sebagainya termasuk juga berkelahi. Pelanggaran kode etik yang

telah dilakukan oleh anggota Satuan Intelkam tersebut telah diproses sesuai

dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Kapolri Nomor Polisi 7 tahun

2006 tentang kode etik profesi Polri. Kontrol diri yang baik diantaranya

anggota menghindari untuk tidur larut malam agar besok paginya dapat

bekerja dengan baik. Anggota dapat mengatasi persoalan yang dihadapinya

tanpa emosi, misalnya jika sumber informasi belum memberikan keterangan

(5)

terpengaruh dengan lingkungan pekerjaannya seperti dapat menahan diri

untuk tidak minum-minuman keras.

Kontrol diri anggota yang rendah menyebabkan beberapa anggota

melakukan tindakan indisipliner atau pelanggaran kode etik anggota Intelkam.

Data berikut ini memperlihatkan beberapa pelanggaran kode etik yang sudah

diproses sesuai dengan peraturan pelanggaran disiplin dan kode etik profesi

yang berlaku.

Tabel 1.

Data Pelanggaran Kode Etik Anggota Intelkam Tahun 2010

No Tanggal Kasus Penyelesaian Keterangan 1 23 Maret

2010

Terperiksa masuk ke dalam cafe Grand Hotel dalam keadaan mabuk dan membuat kerusuhan

Sidang disiplin Penempatan dalam tempat khusus selama 21 hari

2 24 Maret 2010

Melakukan

tindakan kekerasan dengan

tunangannya

Sidang disiplin Penempatan dalam tempat khusus selama 14 hari

3 7 Mei 2010 Melakukan

keributan di Cafe Karunia Cilacap

Sidang disiplin Penempatan dalam tempat khusus selama 21 hari

Mutasi bersifat demosi

4 19 Mei 2010 Meninggalkan tugas tanpa seijin pimpinan

Sidang disiplin Penempatan dalam tempat khusus selama 14 hari

(6)

Tabel 2.

Data Pelanggaran Kode Etik Anggota Intelkam Tahun 2011 No Tanggal Kasus Penyelesaian Keterangan

1 5 Januari 2011

Melakukan

tindakan kekerasan terhadap seorang perempuan

Sidang disiplin Penempatan dalam tempat khusus selama 7 hari

2 7 Januari 2011

Menyelenggarakan ata menyediakan tempat orang untuk bermain judi

Dalam proses Dalam

penyidikan dan penyelidikan

3 1 Maret 2011

Tidak masuk dinas tanpa seijin pimpinan

Sidang disiplin Penempatan dalam tempat khusus selama 21 hari dan penundaan kenaikan

pangkat selama satu tahun 4 25 April

2011

Memasuki tempat hiburan tanpa disertai surat perintah dari pimpinan yang berwenang

Sidang disiplin Penempatan dalam tempat khusus selama 7 hari

Sumber: Polres Cilacap, 2011

Data tersebut di atas menggambarkan masih adanya anggota Intelkam

yang melakukan tindakan yang melanggar kode etik anggota Polri dan dapat

diberikan sanksi. Anggota yang terbukti melakukan tindakan yang melanggar

disiplin diberi sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku seperti penempatan

dalam tempat khusus atau di sel. Kontrol diri anggota Satuan Intelkam Polri

perlu ditingkatkan agar tidak terjadi lagi pelanggaran kode etik yang dapat

meningkat menjadi perbuatan pidana yang diancam dengan sanksi pidana.

(7)

menjalankan shalat lima waktu meskipun sedang bekerja, cenderung memiliki

kontrol diri yang baik. Anggota tersebut tidak pernah mengeluarkan kata-kata

yang kasar meskipun sedang marah. Selain itu, anggota Intelkam juga tidak

terpengaruh dengan lingkungan kerjanya. Jika ada rekan sekerja mengajak

minum minuman keras, anggota Intelkam menolak.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka peneliti

tertarik untuk mengetahui lebih jauh bagaimana hubungan tingkat religiusitas

dengan kontrol diri. Untuk memperolah jawaban atas pertanyaan tersebut, maka peneliti mengambil judul “Hubungan religiusitas dengan kontrol diri

pada anggota Intelkam Polres Cilacap”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Adakah hubungan antara religiusitas dengan kontrol diri pada anggota Intelkam Polres Cilacap?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diajukan maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui tingkat religiusitas pada anggota Intelkam Polres Cilacap. 2. Mengetahui tingkat kontrol diri pada anggota Intelkam Polres Cilacap. 3. Mengetahui hubungan antara religiusitas dengan kontrol diri pada anggota

(8)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat yaitu : 1. Manfaat Praktis

a. Bagi anggota Intelkam Polres Cilacap.

Meningkatkan kemampuan kontrol diri anggota Intelkam Polres Cilacap agar dapat menjalankan tugas sebagai penegak hukum dan dengan baik tidak mudah terpancing untuk melanggar kode etik Polri. b. Bagi Polres Cilacap.

Menjadi acuan bagi Polres Cilacap untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri anggotanya khususnya dengan cara menanamkan nilai-nilai religius atau keagamaan.

2. Manfaat Teoritis

Gambar

Tabel 1.  Data Pelanggaran Kode Etik Anggota Intelkam Tahun 2010
Tabel 2.

Referensi

Dokumen terkait

Namun, perlu dipahami bahwa doctype bukan sebuah tag HTML, akan tetapi merupakan sebuah instruksi atau memberikan informasi kepada browser mengenai versi HTML

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak

 Biaya produksi menjadi lebih efisien jika hanya ada satu produsen tunggal yang membuat produk itu dari pada banyak perusahaan.. Barrier

Berdasarkan pengamatan kemampuan berbahasa siswa pada siklus 1 telah mengalami peningkatan dari pratindakan walaupun belum mencapai persentase KKM yang telah ditentukan.

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Emisi surat utang korporasi di pasar domestik selama Januari 2018 mencapai Rp7,67 triliun atau naik 2,84 kali dibandingkan dengan Januari 2018, berdasarkan data oleh

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan mineral arang aktif yang terbuat dari tempurung biji kluwak, untuk mengetahui kualitas arang aktif yang terbuat