• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

5 2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi). Penyebab kelemahan pembelajaran IPA di SD adalah kebanyakan guru tidak melakukan kegiatan pembelajaran dengan memfokuskan padapengembangan ketrampilan proses sains anak. Hal ini menyebabkan kegiatan pembelajaran dilakukan hanya terpusat pada penyampaian materi dalam buku teks saja. Keadaan seperti ini mendorong siswa untuk berusaha menghafal pada setiap kali akan diadakan tes atau ulangan harian. Untuk anak jenjang sekolah dasar menurut Marjono (dalam A. Susanto 2013), hal yang harus diutamakan adalah bagaimana mengembangkan rasa ingin tahu dan daya berpikir kritis mereka terhadap suatu masalah.

Tujuan Pembelajaran IPA. Mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran TuhanYang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasaingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, (4)

(2)

mengembangkan ketrampilan proses untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam, (5) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alamdan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan tuhan, (6) memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP (Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi).

Ruang lingkup mata pelajaran IPA meliputi aspek-aspek sebagai berikut (KTSP 2006):

1. Tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.

2. Benda/materi sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat, dan gas. 3. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya, dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi tanah bumi tata surya dan benda-benda langit lainnya.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Standar kompetensi (SK) dan Kompetensi dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasioanal harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap Satuan Pendidikan.

Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah. Dalam penelitian ini standar kompetensi yang akan digunakan adalah sebagai berikut.

(3)

Tabel 2.1

SK dan KD Ilmu Pengetahuan Alam Kelas 4 Semester 2 Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD)

10. 10. Memahami perubahan

lingkungan fisik dan

pengaruhnya terhadap daratan

10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut). 10.2 Menjelaskan pengaruh lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor).

10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor).

Sumber: Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi 2.1.2 Model Group Investigation

Group investigation merupakan sebuah bentuk pembelajaran koperatif yang dirancang oleh Herbert Thelen, selanjutnya diperbaharui dan disempurnakan oleh Shlomo dan Yael Sharan, serta Rachel-Lazarowitz di Universitas Tel Aviv Israel. Menurut Isjoni (2013) model group investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Model ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks karena memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan prinsip pembelajaran demokrasi. Model ini dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran akan memberi peluang kepada siswa untuk lebih mempertajam gagasan dan guru akan mengetahui kemungkinan gagasan siswa yang salah sehingga guru dapat memperbaiki kesalahan siswa.

Menurut Salvin (dalam Rusman 2011) model pembelajaran group investigation sangat ideal diterapakan dalam pembelajaran IPA. Dengan materi IPAyang cukup luas dengan desain tugas atau subtopik yang mengarah pada kegiatan cara ilmiah,diharapakan siswa dalam kelompoknya dapat saling member pendapat berdasarkan pengalaman sehari-hari. Selanjutnya, dalam tahapan pelaksanaan

(4)

investigasi siswa mencari informasi dari berbagai sumber, baik di dalam maupun di luar kelas/sekolah. Siswa kemudian melakukan evaluasi dan sintesis terhadap informasi yang telah didapat dalam upaya untuk membuat laporan sebagai hasil kelompok yang kemudian dipresentasikan.

Menurut Suprijono (dalam Shoimin, 2014) mengemukakan dalam menggunakan model group investigation, setiap kelompok akan bekerja melakukan investigasi sesuai dengan masalah yang mereka pilih. Group investigation adalah pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswasehingga tentu akan membangkitkan semangat serta motivasi mereka untuk belajar.

Menurut Narudin (dalam Shoimin 2014), bahwa group investigation merupakan salah satu bentuk model pelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari materi sendiri (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melali bahan-bahan yang tersedia.

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran group

investigation merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang

menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melaalui bahan-bahan yang tersedia misalnya dari buku pelajaran atau internet. Siswa diberi pilihan penuh untuk merencanakan apa yang ingin dipelajari bersama kelompok. Siswa dilibatkan sejak perencanaan yaitu menentukan topik yang akan dipelajari dan melakukan investigasi mendalam terhadap sub-sub topik yang dipilih. Kemudian sampai pada tahap akhir menyiapkan dan mempresentasikan laporan ke depan kelas. Group investigation menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun kerjasama dalamkelompok. Selain itu dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mualai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

Langkah-langkah Group Investigation. Menurut Triyanto (2009:156) adalah sebagai berikut :

(5)

Siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah tertentu masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Siswa selanjutnya diorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan dua sampai enam siswa. Komposisi kelompoknya heterogen, baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik.

2. Merencanakan Kerjasama

Siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus,tugas dan tujuan umum yang sesuai dengan berbagai subtopik yang dipilih dalam langkah satu.

3. Implementasi

Siswa melaksanakan rencana yang telah dirumusakan pada langkah dua. Pembelajaran melibatkan berbagai kegiatan dan keterampilan serta mendorong siswa untuk menggunakan berbagai sumber. Guru secara terus-meerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan member bantuan jika dibutuhkan.

4. Analisis dan Sintesis

Siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah tiga, dan merencanakan agar dapat dirangkum dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

5. Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai perspertif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinasi oleh guru.

6. Evaluasi

Siswa beserta guru melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suati keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau kedua-duanya.

Berdasarkan langkah-langkah diatas dapat diketahui bahwa Triyanto fokusnya adalah guru hanya menyiapkan subtopik-subtopik yang akan dipelajari, setelah siswa mengetahui materi yang akan dipelajari siswa yang aktif dalam pembelajaran. Siswa melakukan investigasi sendiri dengan melalui sumber belajar yang sudah ada, dalampembelajaran iniguru hanya sebagai fasilitator bagi siswa.

Menurut Sharan (dalam Robert E. Slavin 2012:218) juga menjelaskan prosedur dalam pembelajaran group investigation, yaitu:

1) Tahap mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok. Para siswa memilih beberapa topik yang sudah disiapkan. Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih atau berbagai sub topik dalam suatu masalah yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok pada pembelajaran ini heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik. Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan.

(6)

2) Tahap merencanakan

Tugas yang akan dipelajari Para siswa merencanakan bersama mengenai : apa yang harus kita pelajari ? bagaimana kita mempelajarinya? Siapa melakukan apa? (pembagian tugas) untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasi topik ini?

3) Tahap melaksanakan Investigasi

Para siswa mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya. Para siswa saling bertukar, diskusi, mengklasifikasi, dan mensistesis semua gagasan.

4) Tahap menyiapkan laporan akhir.

Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka. Kemudian wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia cara untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.

5) Tahap menyajikan laporan Akhir

Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk bagian yang maju untuk presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif. Kemudian para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas. 6) Tahap evaluasi

Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut. Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan.

Berdasarkan pendapat para ahli tentang langkah-langkah model group investigation dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model group investigation adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Guru terlebih dahulu mempersipkan gambar-gambar yang digunakan untuk memancing pengetahuan siswa.

b. Guru menentukan subtopik yang akan dipelajari.

c. Setelah itu guru menentukan subtopik, subtopik tersebut di tulis di kertas dan di gulung.

2. Tahap Pelaksanaan KBM - Kegiatan Awal

a. Guru terlebih dahulu menyiapkan materi yang akan dipelajara siswa. b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran

(7)

- Kegiatan Inti

a. Guru menyampaikan bebrapa subtopik bahasan yang akan dipelajari. b. Siswa memilih subtopik yang diberikan guru kemudian siswa bergabung

dalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa (seleksi topik). c. Siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan dari guru tentang

cara kerja dalam kelompok (merencanakan kerjasama).

d. Siswa mengerjakan LKS tentang faktor-faktor penyebab perubahan lingkungan fisik yaitu angin dan hujan bersama kelompok (implementasi).

e. Siswa mencari informasi dari buku IPA kelas 4 (implementasi).

f. Siswa berpikir besama kelompok, berdiskusi dan menyatukan pendapat terhadap informasi yang telah didapat (analisis dan sintesis).

- Kegiatan Akhir

a. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok (penyajian hasil akhir)

Suatu model pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan group investigation menurut Shoimin (2014) kelebihan dan kekurangan model group investigation diantaranya sebagai berikut:

1. Keleihan model group investigation yaitu: a. Secara Pribadi

1) Meningkatkan belajar bekerja sama.

2) Belajar komunikasi baik dengan teman sendiri. 3) Belajar menghargai pendapat orang lain.

4) Meningkatkan partisispasi dalam membuat suatu keputusan. b. Secara Sosial

(8)

2) Bekerja secara sistematis.

3) Mengembangkan dan melatih ketrampilan fisik dalam berbagai bidang. 4) Merencanakan dan mengorganisasikan pekerjaanya.

5) Mengecek kebenaran jawaban yang mereka buat.

6) Selalu berfikir tentang cara atau strategi yang digunakan sehingga didapat suatu kesimpulan yang berlaku umum.

c. Secara Akademis

1) Siswa terlatih untuk mempertanggung jawabkan jawaban yang diberikan. 2) Bekerja secara sistematis.

3) Mengembangkan dan melatih ketrampilan fisik dalam berbagai bidang 4) Merencanakan dan mengorganisasikan pekerjaanya.

5) Mengecek kebenaran jawaban yang mereka buat.

6) Selalu berfikir tentang cara atau strategi yang digunakan sehingga didapat suatu kesimpulan yang berlaku umum.

2. Kelemahan model group investigation yaitu:

1) Sedikitnya materi yang disampaikan pada satu kalipertemuan. 2) Sulitnya memberikan peneilaian seara personal.

3) Tidak semua topic cocok dengan model pembelajaran group investigation. Model ini cocok untuk diterakan pada suatu topik yang menuntut siswa untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami sendiri. 4) Waktu pada pembelajaran berlangsung kurang efektif.

5) Siswa yang tidak tuntas memahami materi prasyarat akan mengalami kesulitan saat menggunakan model ini.

Kelebihan dan kekurangan mdel group investigation tersebut, diharapkn guru dapat menutupi kekurangan yang terdapat dalam model group investigation terutama dalam pembelajaran IPA. Agar guru dapat menutupi kekurangan tersebut guru dapat lebih kreatif dan inovatif dalam melakukan pembelajaran.

(9)

2.1.3 Hasil Belajar

Menurut Namawi dalam A. Susanto (2017:39) bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Menurut Bloom dalam A. Susanto (2013:89) hasil belajar mencangkup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Berkenaan dengan hasil belajar kognitif merupakan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu penetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintetis dan penilaian

Menurut Gagne dalam Suprijono (2009:56) Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa Informasi verbal yaitu kapasitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis, Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengatagorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkana prinsip-prinsip keilmuan. Srategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa dalam proses belajar yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes. Pengumpulan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik dapat dilakukan beragam teknik, baik berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan peserta didik sudah mencapai standar kompetensidan kompetensi dasar. Penilaian suatu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif, maupun psikomotor. Balitbang Depdiknas, 2006 dalam Wardani dkk. (2012:69-70). Teknik penilaian untuk kognitif adalah teknik tes.

(10)

1. Teknik tes

Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. (Suryanto Adi, dkk, dalam Wardani Naniek Sulistya, dkk., (2012:70)).

Menurut Krathwoll (2001) dalam Wardani Naniek Sulistya, dkk., (2012:94) tingkatan dalam ranah kognitif adalah ingatan (C1) merupakan jenjang proses berpikir yang paling sederhana, pemahaman(C2) merupakan jenjang proses berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan, penerapan (C3) merupakan jenjang proses berpikir yang setingkat lebih tinggi dari prmahaman, analisis (C4) merupakan jenjang proses berpikir yang setingkat lebih tinggi dari penerapan, evaluasi (C5) merupakan jenjang proses berpikir yang lebih kompleks dari analisis, dan kreasi (C6) menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk keatuan.

Tes berdasarkan cara mengerjakannya, dapat dibedakan menjadi tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan Wardani, Naniek Sulistya, dkk.(2012:144), yaitu:

1. Tes Tertulis

Tes tertulis adalah tes yang soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan jawaban tertulis. Jenis tes tertulis dikelompokkan menjadi dua,yaitu: a. Tes objektif, ada pilihan ganda, jawaban singkat atau isian, benar salah, dan

bentuk menjodohkan.

b. Tes uraian, yang terbagi atas tes uraian objektif (penilaiannnya dilakukan secara objektif) dan tes uraian non-objektif (penilaiannya sulit dilakukan secara objektif).

2. Tes Lisan

Tes lisan adalah tes yang pelaksanaanya dilakukan dengan mengadakan Tanya jawab secara langsung antara pendidik (guru) dan peserta didik (siswa). Dengan tujuan untuk melakukan pengukuran atau menentukan skor.

3. Tes Perbuatan

Tes perbuatan adalah tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaantugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau unjuk kerja. Penilaian dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan hasil yang dicapainya.

Menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk., (2012:51) menjelaskan bahwa “evaluasi merupakan proses untuk memberi makna atau menetapkan kualitas hasil

(11)

pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu”. Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau ditetapkan setelah pengukuran. Kriteria ini berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan seperti KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), atau batas keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok, atau berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan Penilaian Acuan Patokan/Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK), sedangkan kriteria yang ditentukan setelah kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut dengan Penilaian Acuan Norma/Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR).

Prinsip penilaian pembelajaran adalah patokan yang harus dipedomani ketika melakukan penilaian proses dan hasil pembelajaran. Ada beberapa prinsip dasar penilaian yang harus dipedomani menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012: 65-67) sebagai berikut ini:

1. Komprehensif (menyeluruh)

Penilaian terhadap hasil belajar siswa harus dilaksanakan secara menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2. Berorientasi pada kompetensi

Penilaian harus berorientasi pada pencapaian kompetensi, bukan pada penguasaan materi.

3. Terbuka, adil dan objektif

Prosedur penilaian, kriteria evaluasi, dan pegambilan keputusan hendaknya diketahui oleh pihak yang berkepentingan, sehingga terbuka bagi berbagai kalangan.

(12)

Penilaian yang dilakukan oleh guru di kelas secara terus-menerus untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan belajar peserta didik.

5. Bermakna

Penilaian diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak.

6. Terpadu, sistematis, dan menggunakan acuan kriteria

Penilaian dilakukan secara erencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah yang baku, seta mendasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

7. Mendidik dan akuntabel Penilaian yang mendidik mampu memberikan sumbangan positif seperti memotivasi peningkatan pencapaian hasil belajar. Pada akhirnya, proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran bagi guru, meningkatkan kualitas belajar dan membina peserta didik agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Pelaksanaan penilaian dapat dipertanggungjawabkan, dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.

1.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian lain yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian yang relevan dari Sutanto (2012) yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Gejayan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan hasil belajar dari tiap siklus dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Pada pembelajaran IPA dengan materi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dengan menggunakan model Group Investigation (GI) adapun hasilnya yaitu pada prasiklus ketuntasan belajar hanya dicapai oleh 7 anak dari seluruh siswa (21 siswa)

(13)

yaitu sebesar 33% dengan rata-rata 58/ sedangkan pada siklus I ketuntasan belajar dapat dicapai oleh 14 siswa dari seluruh siswa (21 siswa) yaitu sebesar 66% dengan rata-rata 69. Hal ini menunjukkan peningkatan ketuntasan belajar yang dicapai siswa yaitu sebesar 33%. Sama halnya pada siklus II, dari siklus I dengan ketuntasan sebesar 66%, pada siklus II dapat meningkat menjadi 95% jadi mengalami kenaikan ketuntasan belajar sebesar 31% dengan nilai rata-rata 83. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran menggunakan model Group Investigation(GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V Semester II SD Negeri Gejayan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011/2012.

Penelitian lain yang juga menjadi acuan adalah penelitian yang relevan dari Roma (2013) yang berjudul “upaya peningkatan hasil belajar IPA melalui model pembelajaran group investigation Pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Jatiharjo Kabupaten Grobogan Semester II Tahun pelajaran 2013/2014”. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan hasil belajar dari tiap siklus dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Pada pembelajaran IPA dengan materi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dengan menggunakan model Group Investigation adapun hasilnya yaitu pada prasiklus ketuntasan belajar hanya dicapai oleh 7 anak dari seluruh siswa (23 siswa) yaitu sebesar 33% dengan rata-rata 58 sedangkan pada siklus I ketuntasan belajar dapat dicapai oleh 14 siswa dari seluruh siswa (23 siswa) yaitu sebesar 66% dengan rata-rata 69. Hal ini menunjukkan peningkatan ketuntasan belajar yang dicapai siswa yaitu sebesar 33%. Sama halnya pada siklus II, dari siklus I dengan ketuntasan sebesar 66%, pada siklus II dapat meningkat menjadi 95% jadi mengalami kenaikan ketuntasan belajar sebesar 31% dengan nilai rata-rata 83. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran menggunakan model Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Jatiharjo Kabupaten Grobogan Semester II Tahun pelajaran 2013/2014.

(14)

Penelitian yang lain yang menjadi acuan adalah penelitian yang relevan dari Pusparingga (2014) yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Siswa Kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 06 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester II Tahun 2013/2014”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: hasil belajar siswa mengalami peningkatan hasil belajar dari tiap siklus dengan kriteria ketuntasan minimal(KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 70. pra siklus tidak ada yang tuntas (0%), siklus I sebesar 72,73% tuntas dan siklus II sebesar 90,91% tuntas. Hasil belajar berdasarkan skor maksimal pra siklus 40, siklus I sebesar 86 dan siklus II skor mencapai 91, skor minimal pra siklus sebesar 20, siklus I sebesar 49 dan siklus II sebesar 52. Hasil belajar berdasarkan rata-rata pra siklus 31,90, siklus I sebesar 74,80 dan siklus II sebesar 85,16. Berdasar hasil penelitian, disarankan kepada guru untuk mendesain pembelajaran dengan memilih model pembelajaran kooperatif tipe GI dalam pembelajaran IPA dan melakukan pengukuran melalui penilaian proses belajar dan penilaian hasil belajar. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran menggunakan model Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 06 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga semester II Tahun 2013/2014.

1.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA seringkali menggunakan pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru dan cenderung kurang memerhatikan aktivitas serta kebutuhan siswa. Interaksi yang terjadi dalam pembelajaran hanya satu arah, selain itu siswa lebih sering melakukan kegiatan pembelajaran secara individu siswa juga sering asik sendiri karena merasa bosan saat pembelajaran berlangsung. Ada pula pembelajaran yang dirancang tanpa mengacu pada pendekatan dan model tertentu dan tidak melaksanakan pengukuran proses dalam mengukur hasil belajar. Sehingga hasil belajar IPA belum memenuhi KKM yang ditentukan oleh guru. Maka perlu adanya upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

(15)

Peningkatan hasil belajar dapat diupayakan melalui model group investigation. group investigation merupakan pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu masalah guna mengembangkan keterampilan, materi serta pengendalian diri dalam menyelidiki dan menemukan sendiri pemecahan dari masalah tersebut.

Langkah-langkah kerangka berpikir: dalam pembelajaran konvensional hasil belajar siswa ≤ KKM, Karena hasil belajar ≤ KKM menggunakan model pembelajaran group investigation dengan langkah-langkah membentuk kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa , memilih subtopik perubahan lingkungan fisik, menyimak penjelasan cara kerja kelompok, melakukan investigasi tentang informasi pembelajaran perubahan lingkungan fisik daribuku BSE, berdiskusi tentang perubahan lingkungan fisik, mempresentasikan hasil, mengerjakan tes. Dari langkah-langkah tersebut dihasilkan skor hasil belajar yang sudah memenuhi KKM ≥ 70. Hasil belajar diukur melalui tes.

Upaya peningkatkan hasil belajar kognitif siswa kelas 4 dengan model group investigation dapat dijabarkan ke dalam kerangka berpikir pada gambar 2.1 di halaman berikutnya.

(16)

Gambar 2.1

Skema Peningkatan Hasil Belajar Kognitif IPA Melalui Model Group Investigation Pembelajaran konvensional

Belajar berpusat pada guru siswa tidak terlibat dalam belajar

Hasil belajar siswa ≤ KKM

Membentuk kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa

Memilih subtopik perubahan lingkungn fisik

Tes

Melakukan investigasi tentang informasi PLF melalui sumber belajar buku BSE

Mempresentasikan hasil

Diskusi tentang perubahan lingkungan fisik Menyimak penjelasan cara kerja kelompok

Skor tes

Hasil Belajar

Materi pelajaran Perubahan Lingkungan Fisik Model Pembelajaran

(17)

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “peningkatan hasil belajar kognitif IPA diduga dapat diupayakan melalui model group investigation siswa kelas 4 SD Negeri 1 Sumbung Cepogo Kabupaten Boyolali semester II tahun 2015/2016”.

Referensi

Dokumen terkait

berdasarkan hasil analisis uji t diperoleh t hitung = 2,72 dan t tabel = 2,021 pada taraf signifikan 5% dan dk = 53, karena t hitung ≥ t tabel maka H O ditolak dan H

Namun, gemuk tersebut secara umum memiliki kesamaan thickening agent (sabun kalsium kompleks dengan base oil asam asetat) yang akan digunakan dalam pembuatan

 Selama satu tahun terakhir (Agustus 2015-Agustus 2016), dari lima sektor besar, dua sektor mengalami penurunan jumlah tenaga kerja, yakni sektor pertanian,

Peran perpustakaan universitas di era kemajuan Teknologi Informasi perlu dikembangkan menuju ke arah integrasi data. Pembentukan jaringan perpustakaan dapat menjadi sarana

b) Kegiatan air payau (usaha budidaya perikanan yang dilakukan di perairan payau atau kawasan pasang surut dan biasa dikenal dengan tambak).. c) Kegiatan budidaya laut

Rencana pelaksanaan kegiatan pada semester kedua tahun 2012 sebagian merupakan luncuran kegiatan tahun 2011, yaitu pada aktifitas 1 kegiatan studi kebijakan

Dari hasil analisis kelangsingan penampang pada sub bab 2.6.1 diketahui bahwa profil yang digunakan merupakan penampang kompak, maka berlaku :. Mn

Setelah belajar dengan mind mapping, apakah permasalah anda dalam mengingat bisa diselesaikan dengan metode