• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyiapan Mesin Tetas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penyiapan Mesin Tetas"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Dian Maharso Yuwono

Pemeliharaan unggas secara intensif memerlukan bibit dalam jumlah yang relatif banyak, sehingga penetasan dengan mesin semakin diperlukan. Penetasan telur unggas (ayam, itik, puyuh, entog) dengan mesin pada prinsipnya menyediakan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan embrio (calon anak). Keunggulan mesin tetas antara lain penetasan dapat dilakukan dalam jumlah banyak sekaligus, dan pada ayam buras, induk masih terus berproduksi karena tidak terganggu dengan aktivitas mengeram.

Berbeda dengan penetasan telur secara alamiah yakni dengan pengeraman induk, pada penetasan telur dengan mesin (induk buatan) membutuhkan campur tangan manusia yang sangat besar. Sumber pemanas mesin tetas didapat dari lampu minyak tanah atau listrik maupun kombinasi keduanya. Dalam hal ini lampu minyak tanah hanya sebagai cadangan apabila listrik padam.

Penyiapan Mesin Tetas

- Ukuran mesin tetas kapasitas 100 butir telur ayam kampung : panjang 60 cm, lebar 40 cm, tinggi 35 cm, tinggi kaki dari lantai 20 cm. Kalau menghendaki kapasitas lebih besar cukup menambah luas mesin.

- Kebutuhan lampu : 6 lampu pijar masing-masing berukuran 5 watt. Diusahakan 1 buah lampu terus menyala sebagai alat penerangan ruangan mesin.

- Jangka waktu penetasan : ♦ puyuh : 18 hari, ♦ ayam : 21 hari, ♦ itik : 28 hari, ♦ entog : 35 hari.

Komponen Alat Otomatis untuk Mesin Tetas

 Regulator : seperangkat alat yang terdiri dari baut penyetelan untuk mengatur tinggi rendahnya panas, bandul keseimbangan, sakelar, tutup cerobong lampu minyak, as jarum dan pipa penghubung.

 Thermostat : alat untuk mengatur suhu panas di dalam ruang mesin tetas.

 Kapsul : alat yang memuai jika suhu ruang mesin panas dan setelah mencapai ukuran tertentu kapsul akan menekan thermostat sehingga arus listrik terputus. Akibatnya kapsul menyusut kembali sehinga arus listrik tersambung kembali.

(2)

Perlengkapan Mesin Tetas

a. Termometer : pengukur suhu ruang penetasan. Tempatkan thermometer agar mudah dibaca dari luar mesin.

b. Higrometer : pengukur kelembaban ruang mesin tetas

c. Bak air : ditempatkan di bawah rak telur. Ukurannya disesuaikan dengan ukuran mesin tetas, tingginya > 5 cm. Dalam proses penetasan bak air berfungsi sebagai pelembab setelah diisi dengan air hangat.

d. Rak telur : Terbuat dari kayu reng dan alasnya diberi kawat nyamuk yang berbahan halus.

Contoh mesin tetas A. Pemilihan Telur Tetas

Kondisi fisik telur yang diperoleh dari kandang pembibitan, biasanya tidak semuanya bagus untuk ditetaskan, sehingga perlu ada seleksi telur. Untuk mempertahankan daya tetas yang tinggi, telur yang tidak memenuhi syarat sebagai telur tetas sebaiknya diafkir. Seleksi telur pada umumnya didasarkan kepada :

1. Asal Telur. Telur berasal dari ayam yang dibuahi, baik melalui inseminasi buatan maupun kawin alam. Pada kawin alam, imbangan jantan betina = 1 : 10 ekor. Berasal dari induk umur 8 bulan ke atas, jantan 1 tahun ke atas. 2. Bentuk Telur. Telur-telur yang bentuknya menyimpang dari keadaan normal,

umumnya kurang menetas dengan baik. Telur yang baik bentuknya normal, yakni oval (tidak terlalu bulat tidak terlalu lonjong), dengan perbandingan antara panjang dan lebar 2 : 3.

3. Berat Telur. Telur itik, minimal + 50 gram dan maksimal 65 gram. Telur yang terlalu besar, biasanya kuning telurnya ganda dan tidak menetas walaupun dieramkan. Telur yang terlalu kecil, juga tidak menetas dengan baik.

4. Keutuhan Kulit Telur. Telur yang retak/pecah walaupun isi telur tidak keluar, tidak akan menetas dengan baik.

5. Kebersihan Kulit Telur. Telur yang kotor sebaiknya tidak ditetaskan, karena biasanya daya tetasnya rendah. Sebaiknya dibersihkan dahulu menggunakan kertas semen (bila kotorannya ringan) atau dibersihkan dengan air hangat- hangat kuku (40°- 50°C) kemudian dikeringkan.

6. Kualitas Kulit Telur. Telur dengan kulit yang tipis, kulit telur lembek, keadaan perkapuran yang kurang merata, umumnya kurang menetas dengan baik. Tebal kulit telur yang normal berkisar antara 0,33 – 0,35 mm.

(3)

B. Penyimpanan telur tetas

1. Lama penyimpanan. Telur yang akan ditetaskan perlu dikumpulkan/disimpan sampai jumlah tertentu menyesuaikan kapasitas mesin tetas. Lama pengumpulan/penyimpanan paling lama 6 hari.

2. Temperatur Penyimpanan. Ruang penyimpanan sejuk dan terhindar dari sinar matahari dan hujan langsung

3. Posisi Telur Selama Penyimpanan. Telur sebaiknya ditempatkan pada egg tray dengan bagian tumpul diletakan sebelah atas. Hal ini untuk menjaga agar ruang udara dalam telur tetap berada diujung tumpul. Ruang udara ini sangat diperlukan untuk perkembangan embrio. Bila letak ruang udara bergeser dari ujung tumpul, daya tetas telur akan menurun.

penempatan telur pada eggtray,

C. Menyiapkan Mesin Tetas

1. Mesin tetas harus diletakkan pada ruang yang udaranya segar, tidak terkena sinar matahari langsung serta angin langsung.

2. Hidupkan mesin, usahakan temperatur konstan pada suhu 101-102° F.

3. Isi bak air dengan air hangat kuku, permukaan air diberi selembar kain bersih agar penguapan air lebih lancar dan merata.

4. Susun telur yang akan ditetaskan pada rak telur dengan posisi kemiringan 30°-45°, bagian ujung telur yang tumpul berada di atas

(4)

D. Pengoperasian Mesin Tetas

1. Mengatur temperatur ruangan mesin tetas sesuai yang ditentukan minggu I : 101-102° F, minggu II : 102-103°F,

minggu III : 103-105°F, minggu IV : 105° F catatan : Kalau lampu pijar putus harus segera diganti.

2. Menjaga kelembaban mesin tetas : air sangat diperlukan dalam penetasan untuk menciptakan kelembaban. Oleh karena itu selama proses penetasan bak air tidak boleh kering, karena dapat mengakibatkan kegagalan dalam proses penetasan. Kelembaban yang baik dalam mesin tetas dari hari ke 1 sampai hari ke 18 yaitu antar 50 – 60%, tetapi setelah hari ke 24 kelembaban tersebut sebaiknya dinaikan menjadi 75%. Pada mesin tetas tradisional pengaturan kelembaban ini dapat diatur dengan menempatkan luas permukaan yang berbeda dari baki tempat penyimpanan air.

3. Mengatur ventilasi mesin tetas agar pertukaran karbon dioksida (CO2) dengan oksigen O2 dari luar mesin dapat berjalan dengan baik. Embryo memerlukan O2

dan mengeluarkan CO2 selama dalam perkembangannya. Apabila CO2 terlalu

banyak maka mortalitas embryo akan tinggi dan menyebabkan daya tetas telur rendah. Pada mesin tetas tradisional pengaturan ventilasi ini sangat tergantung pada alam, sedangkan pada mesin tetas modern umumnya telah diatur secara otomatis dengan alat khusus. Pengaturan venstilasi mesin tetas,

- hari ke 1-3 ventilasi tertutup - hari ke 4 ventilasi dibuka ¼ - hari ke 5 ventilasi dibuka 1/3 - hari ke 6 ventilasi dibuka ½

- hari ke 7 sampai dengan menetas ventilasi dibuka penuh

E. Posisi Telur Selama Penetasan dan Pembalikan

1. Posisi Telur. Posisi dan pembalikan telur selama dalam penetasan sangat penting diperhatikan agar diperoleh daya tetas yang tinggi. Posisi telur selama dalam penetasan, bagian tumpul hendaknya diletakan sebelah atas.

2. Pemutaran Telur. Pemutaran ini bertujuan agar permukaan yolk (kuning telur) tidak melekat pada membran kulit telur yang akan menurunkan daya tetas. Pembalikan telur biasanya dilakukan dengan memutar 45° kekiri atau kekanan dengan total pemutaran 90° dan hasilnya cukup memuaskan.

3. Pembalikan Telur. Telur mulai dibalik pada hari ke 4 sampai dengan hari ke 24. Pembalikan sedikitnya 3 kali per hari, yakni pukul 07.00; 12.00; 17.00. Untuk mempermudah pengontrolan, sebaiknya telur beri tanda dengan pinsil pada salah satu sisinya, misal ; tanda silang.

(5)

F. Pendinginan Telur

a. Pendinginan telur dilakukan pada hari ke 4 sampai dengan ke 24.

b. Pendinginan dilakukan bersamaan dengan pembalikan telur pada pagi hari. c. Lama pendinginan 10-15 menit dengan cara mengeluarkan rak telur secara hati-

hati dari mesin.

G. Peneropongan Telur (Candling)

1. Tidak semua telur yang dieramkan telah dibuahi, ada yang tidak dibuahi (kosong) atau dibuahi tapi embrio tidak terus hidup (mati). Untuk membedakannya dapat dilakukan dengan cara Candling (menaruh telur di atas lampu dan dilihat) tujuannya untuk mengetahui perkembangan embrio selama proses penetasan berlangsung. Peneropongan telur dilakukan pada umur 7 hari, untuk mengeluarkan telur yang kosong dan yang mati, selanjutnya pada umur 14 hari, 18 hari, 24 hari untuk mengeluarkan telur yang mati.

2. Peneropongan dilakukan di ruang gelap dengan menggunakan alat teropong. 3. Alat teropong : kotak berukuran + 20 X 20 X 20 cm diberi lampu 10 watt,

diatasnya diberi lubang diameter + 4 cm. Berikut contoh alat Candling, Lubang teropong

Potongan triplek Bohlam

Potongan papan

Plug

4. Telur yang fertil mempunyai sifat yang gelap pada yolk dengan beberapa pembuluh darah yang terpancar dari spot tersebut, lebih besar spot, lebih nyata embrio didalamnya. Apabila spot muncul tanpa disertai pembuluh darah dan disertai cincin darah yang mengelilinginya, kemungkinan sel kecambah itu mati. Berikut contoh telur yang hidup, kosong dan mati,

(6)

H. Penanganan Pascatetas

a. Setelah anak ayam berumur 1 hari atau telah kering, keluarkan dari mesin tetas dan pindahkan dalam kandang indukan yang diberi pemanas

b. Sucihamakan (bersihkan) mesin tetas dengan desinfektan (misal antisep, biocid dsb), dan simpan di tempat yang baik. Jika akan digunakan kembali, mesin tetas dan perlengkapannya harus disucihamakan kembali.

Tabel. 1 Tahap-tahap perlakuan pada penetasan Hari ke Suhu (0F) Ventilasi Pemutaran

telur Pendinginan telur Candling

1 101-102 tertutup Belum Belum Tidak

2 101-102 tertutup Belum Belum Tidak 3 101-102 tertutup Belum Belum Tidak 4 101-102 Buka 1/4 Jam 7,12, 17 Jam 7 Tidak 5 101-102 Buka 1/3 Jam 7,12, 17 Jam 7 Tidak 6 101-102 Buka 1/2 Jam 7,12, 17 Jam 7 Tidak 7 101-102 Buka penuh Jam 7,12, 17 Jam 7 Lakukan 8 102-103 Buka penuh Jam 7,12, 17 Jam 7 Tidak 9 102-103 Buka penuh Jam 7,12, 17 Jam 7 Tidak 11 102-103 Buka penuh Jam 7,12, 17 Jam 7 Tidak 12 102-103 Buka penuh Jam 7,12, 17 Jam 7 Tidak 13 102-103 Buka penuh Jam 7,12, 17 Jam 7 Tidak 14 102-103 Buka penuh Jam 7,12, 17 Jam 7 Lakukan 15 104-105 Buka penuh Jam 7,12, 17 Jam 7 Tidak 16 104-105 Buka penuh Jam 7,12, 17 Jam 7 Tidak 17 104-105 Buka penuh Jam 7,12, 17 Jam 7 Tidak 18 104-105 Buka penuh Jam 7,12, 17 Jam 7 Tidak 19 104-105 Buka penuh Tidak perlu Tidak perlu Lakukan

21 104-105 Tidak 22 105 Tidak 23 105 Tidak 24 105 Lakukan 25 105 Tidak 26 105 Tidak

27 105 Buka penuh Tidak perlu Tidak perlu Tidak

(7)

Tabel 2. Contoh Kartu kontrol penetasan Tanggal/hari ke Pemutaran Temperatur (° F) Keterangan 1 2 3 19 Desb / 1 101 20 Desb / 2 101 21 Desb / 3 101 22 Desb / 4 23 Desb / 5 Dst

Tabel 3. Catatan penetasan telur Tanggal menetaskan Jumlah (butir) Hidup (butir) Kosong (butir)

Mati (butir) Menetas (ekor)

Daya tetas (%) 7

hr 14hr 18 hr 24 hr

Daya tetas dihitung dengan cara menghitung persentase jumlah telur yang menetas dari jumlah telur yang dimasukkan ke dalam mesin tetas atau dari jumlah telur yang dibuahi (fertil).

Gambar

Tabel 2. Contoh Kartu kontrol penetasan  Tanggal/hari  ke  Pemutaran  Temperatur (° F)  Keterangan  1  2  3  19 Desb / 1  101  20 Desb / 2  101  21 Desb / 3  101  22 Desb / 4  23 Desb / 5  Dst

Referensi

Dokumen terkait

Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap paling terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang relevan

Produk konstruksi bermutu dan berkualitas tentunya memberi manfaat bagi masyarakat luas, memiliki nilai tambah dan menjadi model pembangunan konstruksi, sebuah kondisi

Pada penelitian Nurul Badriyah (2010) variabel yang digunakan yaitu persepsi yang berpengaruh terhadap perilaku wirausaha, sedangkan peneliti sekarang memasukan variabel

1) Dampak Kognitif, adalah yang timbul pada komunikasi yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualnya. 2) Dampak Afektif lebih tinggi kadarnya dari

Pada pasien ini proses perawatan lukanya dilakukan setiap hari, pada hari pertama pasien dilakukan perawatan luka yang sama dengan kien lainnya dan di beri salep dari

Mengambil bank syariah di seluruh kawasan ASEAN sebagai sasaran penelitian, penelitian ini menghasilkan suatu simpulan bahwa rasio profitabilitas dan kredit

Tujuan Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat keasaman yang terbentuk dalam biji kakao selama proses fermentasi dengan pencelupan variasi larutan kapur pada hari ke-2,

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa fear of success (ke - takutan akan kesuksesan pada perempuan yang bekerja dapat ditinjau dari konflik peran ganda