• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUMUSAN KKM MELALUI DIKLAT GURU MATA PELAJARAN MADRASAH DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN MEDAN. Oleh: Abd. Wahab ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERUMUSAN KKM MELALUI DIKLAT GURU MATA PELAJARAN MADRASAH DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN MEDAN. Oleh: Abd. Wahab ABSTRACT"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERUMUSAN KKM MELALUI DIKLAT GURU MATA PELAJARAN MADRASAH DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN MEDAN

Oleh: Abd. Wahab

ABSTRACT

This paper titled: The Formulation of KKM Through A Training on Madrasah Subject Teacher at the Relegious Training Center. The aim of this paper is to provide a minimum competency formulation criteria (KKM) to the subject teachers of madrasah. KKM has its own function and purpose to plan learning activities in the educational unit. It is the minimum value limit achievement of student learning outcomes. KKM is determined through three approaches, i,e; the complexity approaches, the approaches of carrying capacity, and the approaches of students intake. Each of these approaches is determined by score and value. The value of each approach is processed by the following formula

:

X 100 = . As the conclusion of this paper that the teachers subject can be more quickly to have the competence formulation subjects KKM well. It is expected that comes with reading the other references in the sharpening of professional competency.

KEY WORDS

KKM, Complexity, Power Support, and Student Intake

ABSTRAK

Tulisan ini berjudul: Perumusan KKM Melalui Diklat Guru Mata Pelajaran Madrasah di Balai Diklat Keagamaan.Tujuannya adalah

(2)

2

untuk memberi pertolongan kepada guru mata pelajaran madrasah, supaya memiliki kompetensi perumusan kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM mempunyai fungsi dan tujuan tersendiri dalam perencanaan kegiatan pembelajaran di satuan pendidikan, ia merupakan batas pencapaian nilai minimal dari hasil belajar siswa. KKM ditentukan melalui 3 pendekatan yakni dengan pendekatan kompleksitas, pendekatan daya dukung, dan pendekatan intake siswa. Masing-masing pendekatan tersebut ditentukan skor dan nilai, Nilai dari masing-masing pendekatan ini diolah dengan rumus sebagai berikut: X 100 = . Sebagai kesimpulan bahwa dengan penulisan makalah ini maka para guru mata pelajaran madrasah dapat lebih cepat memiliki kompetensi perumusan KKM mata pelajaran secara baik. Lebih dari itu diharapkan supaya dilengkapi dengan membaca referensi lainnya dalam penajaman kompetensi secara professional.

KATA KUNCI

KKM, Kompleksitas, Daya Dukung, dan Intake Siswa

I. Pendahuluan

Proses pembelajaran berbasis KTSP adalah proses pembelajaran ketuntasan, yakni ketuntasan pencapaian kompetensi KD melalui ketuntasan kompetensi indikator, setelah diadakan evaluasi hasil kegiatan pembelajaran, melalui penilaian hasil belajar. Tuntas tidak nya suatu penilaian hasil belajar ditentukan oleh standar ukuran pencapaian nilai minimal yang harus dicapai oleh seorang siswa. Ukuran pencapaian nilai minimal dikenal dengan KKM, yakni kriteria ketuntasan minimal, dari setiap mata pelajaran. Jadi tuntas tidak tuntasnya hasil belajara manakala pencapaian hasilnya mencapai nilai minimal. Nilai minimal (KKM), ditentukan/ dirumuskan secara tioritik dan ilmiah oleh tingkat satuan pendidikan.

Pengetahuan, keahlian dan keterampilan secara professional tentang KKM, harus dimiliki oleh seorang guru mata pelajaran, sebab tanpa memiliki keahlian ini bagaimana ia dapat menyatakan bahwa seorang siswa setelah mengikuti proses kegiatan pembelaaran tuntas atau belum tuntas, Karenanya seorang guru mata pelajaran wajib memiliki keahlian ini

(3)

3

secara professional dan oprasional. Sementara banyak ditemukan peserta diklat guru mata pelajaran pendidikan agama islam, rata-rata mereka belum dapat menentukan/ merumuskan KKM secara professional, mereka menetapkan hanya melalui permufakatan secara subjektif, yaitu dugaan tanpa melalui data dan prosedur sebagaimana mestinya.

Apa yang dikemukakan di atas merupakan kesenjangan/ masalah yang tidak bisa dibiarkan, ia harus diatasi sebagaimana mestinya. Banyak cara untuk mengatasi itu, seperti melalui diklat, akan tetapi hal ini diluar kewenangan penulis, karena banyak hal yang harus dipikirkan dan hal itu berkaitan dengan orang lain. Untuk itu penulis memilih jalur yang cukup sederhana dan aman, yakni melalui penulisan KTI dengan menyederhanakan permasalahannya dan pembahasan yang sederhana akan tetapi fokus dan tepat guna.

Untuk memudahkan teknik perumusan KKM secara mudah dan dapat diterapkan, maka penulis menyederhanakan rumusan masalahnya kepada hal-hal yang mudah dicerna oleh setiap tingkatan satuan pendidikan. Rumusan masalah dimaksud adalah ” Apakah dengan penulisan teknik penyusunan KKM dapat memudahkan guru peserta diklat meraih kompetensi penyusunan KKM secara baik dan benar ”?

Kajian terhadap rumusan masalah ini bertujuan untuk supaya tenaga pendidik dan kependidikan memahami KKM secara benar dan baik, tidak salah dan ragu terhadap penyusunan KKM, akan tetapi ditentukan secara objektif, melalui pendekatan kompleksitas daya dukung, dan intake siswa, sehingga KKM yang dirumuskan mencapai sasaran secara berdaya guna dan hasil guna.

II. Pembahasan

Untuk memecahkan masalah dan pencapaian tujuan yang telah dikemukakan di atas dalam pendahuluan, maka dalam pembahasan ini akan diurai hal-hal sebagai berikut: (1) Memahami KKM, (2) Fungsi dan

(4)

4

Tujuan KKM, (3) Pendekatan Perumusan KKM (5) Teknik Penyusunan KKM.

A. Memahami KKM

KKM kependekan dari Kriteria Ketuntasan Minimal. KKM adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) dengan pencapaian nilai minimal tertentu yang ditentukan oleh satuan pendidikan melalui guru mata pelajaran, tuntas tidak tuntasnya suatu penilaian hasil belajar ditentukan oleh standar ukuran pencapaian nilai minimal yang harus dicapai oleh seorang siswa. Ukuran pencapaian nilai minimal dikenal dengan KKM, yakni kriteria ketuntasan minimal, dari setiap mata pelajaran. Jadi tuntas tidak tuntasnya hasil belajar manakala pencapaian hasilnya mencapai nilai minimal. Nilai minimal (KKM), ditentukan/ dirumuskan secara tioritik dan ilmiah oleh tingkat satuan pendidikan.

B. Fungsi dan Tujuan KKM

Kriteria ketuntasan minimal ditentukan oleh tingkat satuan pendidikan, berfungsi sebagai panduan, baik bagi tenaga pendidik maupun peserta didik dalam melakukan proses kegiatan pembelajaran, bahwa sasaran yang akan dicapai adalah ketuntasan pembelajaran dengan tolak ukur KKM. Seorang guru berupaya dengan sungguh-sungguh dalam proses pembelajaran, mengajar, mendidik dan membimbing siswanya, agar mencapai hasil pembelajaran sesuai dengan KKM. Demikian sebaliknya, peserta didik, bahwa upaya apapun yang dilakukannya dalam proses kegiatan pembelajaran untuk mencapai target, yakni target pencapaian nilai KKM.

KKM juga merupakan bahagian dari data evaluasi, sebab KKM merupakan alat ukur evaluasi untuk menentukan tinggi rendahnya kualitas lembaga yang bersangkutan. KKM yang dibawah standar nasional menunjukkan satuan pendidikan itu bermutu redah, KKM satuan

(5)

5

pendidikan yang mencapai jenjang standar nasional, menunjukkan bahwaq satuan pendidikan itu telah mencapai standar minimal secara nasional. Demikian halnya manakala satuan pendidikan memiliki KKM di atas standar nasional, maka satuan pendidikan itu telah berada diatas standar nasional pendidikan.

KKM juga merupakan neraca bagi satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu satuan pendidikan, dengan menciptakan program yang bermutu dan berdaya guna bagi tenaga pendidik dan kependidikan, yakni melengkapi segala faktor daya dukung yang dibutuhkan oleh satuan pendidikan umumnya dan tenaga pendidik dan kependidikan khususnya. Dengan kontek seperti ini menunjukkan bahwa kesepadanan paedagogik antara satuan pendidikan dengan orang tua/ wali murid dalam meningkatkan mutu satuan pendidikan.

KKM mata pelajaran merupakan data base bagi satuan pendidikan dalam evaluasi keberhasilan pencapaian mata pelajaran, sehingga diketahui secara positif, mana mata pelajaran yang telah mencapai KKM nasional dan mana yang belum mencapai. Data base ini dapat dijadikan bahan analisis/diagnose, baik terhadap mata pelajaran yang KKMnya dibawah standar maupun KKMnya mencapai standar atau di atas standar. Dan hasil analisis inilah yang dijadikan acuan dalam penyusunan program peningkatan mutu pendidikan di satuan pendidikan.

C. Pendekatan Perumusan KKM

Muhaimin, Sutiah, dan Prabowo (2009:99) menyebutkan bahwa sejak 2006 kriteria komponen yang dijadikan ukuran penetapan KKM ada tiga komponen, yaitu:

1. Intake (rata-rata kemampuan peserta didik)

2. Kompleksitas ( tingkat kesulitan/kerumitan KD,SK,MP)

3. Daya dukung (tingkat ketercukupan dan kesesuaian SDM dan sumber daya lainnya.

(6)

6

Pendekatan perumusan KKM, dengan mempergunakan 3 pendekatan, yakni: dengan pendekatan kompleksitas, daya dukung dan intake siswa. Yang dimaksud dengan kompleksitas adalah tingkat kesulitan dari suatu indikator, baik tingkat kesulitan kompetensi kata kerjanya maupun tingkatan kesulitan materinya. Tingkatan kompetensi kata kerja dapat dilihat melalui tingkatan ranah, baik ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Menurut tiori Binyamin S.Blum, tingkatan ranah itu adalah sebagai berikut:

1. Tingkatan kognitif

Kognitif adalah daya piker, tingkatan kognitif, terdiri dari 6 tingkatan yaitu: a. Pengetahuan (c.1) b. Pemahaman (c.2), c. Penerapan (c.3), d. Analisis (c4), e. Sentesis (c.5) f. Evaluasi (c.6). 2. Apektif

Apektif adalah kejiwaan, rohani, nurani, tingkatannya ada 5 tingkatan,yakni: a. Menerima (a.1). b. Menanggapi (a.2). c. Menilai (a.3). d. Mengelola (a.4). e. Menghayati (a.5). 3. Psikomotorik

Psikomotorik adalah keterampilan gerakan fisik, tingkatannya ada 4, yakni:

a. Peniruan (p.1) b. Manipulasi (p.2)

(7)

7

c. Artikulasi ( p.3) d. Pengalamiahan (p.4)

Tingkat kompleksitas dapat juga diukur melalui kompleksitas materi, yakni melalui jenis materi, yang terdiri dari materi faktual, materi konsep, materi prinsip, dan materi prosedur. Materi faktual adalah materi yang berkaitan dengan mengingat kejadian masa lalu, yang berkaitan dengan: nama, waktu, tempat, kejadian. Konsep adalah materi yang berkaitan dengan penjelasan, uraian, narasi, pendapat, defenisi. Prinsip adalah materi yang barkaitan dengan sesuatu yang tetap dan sulit untuk dirubah, seperti materi mengenai hukum, dalil, rumus. Prosedur adalah materi yang berkaitan dengan proses, yakni adanya langkah-langkah penyelesaian atau langkahlangkah pekerjaan, untuk mencapai atau mendapatkan sesuatu yang abstrak menjadi kongkret, yang umum jadi detail. Sistimatis urutan berbentuk sistemik, yakni langkah pertama menjadi prasyarat langkah berikutnya. Artinya langkah berikutnya tidak dapat dilakukan tanpa melakukan langkah pertama, demikian seterusnya.

Bila mempergunakan pendekatan ranah maka tingkat kesulitannya sebagai berikut:

1. Ranah kognitif, maka c.1 lebih rendah dari c.2, c.2 lebih rendah dari c.3, demikian sebaliknya c.6 lebih tinggi dari c.5 dan seterusnya. 2. Ranah afektif, maka a.1 lebih rendah dari a.2, a.2 lebih rendah dari

a.3 dan seterusnya.

3. Ranah psikomotor, maka p.1 lebih rendah dari p.2, p.2 lebih rendah dari p.3 dan seretusnya.

Bila mempergunakan pendekatan jenis materi, maka materi fakta lebih rendah dari materi konsep, materi konsep lebih rendah dari materi prinsip dan materi prinsip lebih rendah dari materi prosedur.

D. Teknik Penyusunan KKM

(8)

8

1. Tentukan Kriteria pengukuran KKM. 2. Tentukan rentang nilai kriteri KKM. 3. Tentukan skor kriteria KKM.

4. Tentukan rumus menghetung KKM. 5. Prosedural pencarian KKM.

Sebagai mana telah dikemukakan di atas bahwa kriteria pendekatan pengukuran KKM mempergunakan 3 pendekatan, yakni: pendekatan konpleksitas, pendekatan daya dukung dan pendekatan intake siswa. Kepada 3 pendekatan ini ditentukan rentang nilai kriteria KKM dan skor pada masing-masing kriteria dengan mempergunakan rumus: kriteria kompleksitas + kriteria daya dukung + kriteria intake siswa : 9 X 100 =

Kriteria rentang nilai KKM sebagai berikut:

Safari (2008:26), labgkah untuk menerapkan KKM adalah (1) menentukan tingkat kompleksitas KD, (2) menentukan daya dukung dalam penyelenggaraan pembelajaran, (3) menentukan tingkat kemampun rata-rata siswa (intake)

1. Rentang nilai kompleksitas: Tinggi = 50 - 64

Sedang = 65 – 80 Rendah = 81 - 100

2. Rentang nilai daya dukung: Tinggi = 81 - 100

Sedang = 65 – 80 Rendah = 50 - 64

3. Rentang nilai intake siswa: Tinggi = 81 - 100

Sedang = 65 – 80 Rendah = 50 - 64

Kriteria skor nilai KKM sebagai berikut: 1. Rentang nilai kompleksitas:

(9)

9

Sedang = 2 Rendah = 3

2. Rentang nilai daya dukung: Tinggi = 3

Sedang = 2 Rendah = 1

3. Rentang nilai intake siswa: Tinggi = 3

Sedang = 2 Rendah = 1

Rentang nilai merupakan alat bantu menentukan skor kriteria KKM pada tiap-tiap unsur kriteria KKM, pada unsur kompleksitas, rentang nilai 50 – 64 menandakan kompleksitasnya tinggi dengan skor nilai 1 dan pada unsure daya dukung rentang nilai 81 – 100 menandakan daya dukungnya tinggi dengan skor nilai 3, dan pada intake siswa rentang nilainya 50 – 64 menandakan intake siswa rendah dengan skor nilai 1 dan pada kompleksitas rentang nilainya 81 – 100 menandakan kompleksitasnya rendah dengan skor nilai 1.

Menentukan kompleksitas, tinggi-sedang-rendah, dapat dilakukan dengan memakai kompleksitas ranah, baik ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, dengan mempergunakan rentang nilai sebagai berikut:

1. Kriteria kompleksitas NO. JENIS PENDEKATAN TINGKAT KOMPETENSI RENTANG NILAI SKOR NILAI

1. Ranah Kognitif 1. Pengetahuan dan pemahaman 2. Pernerapan dan analisis 3. Sentesis dan evaluasi 50-64 65-80 81-100 Tinggi Sedang Rendag 1 2 3

(10)

10 dan menanggapi 2. Menilai dan mengelola 3. Menghayati 65-80 81-100 Sedang Rendah 2 3 3. Ranah Psikomotor 1. Peniruan dan Manipulasi 2. Artikulasi 3. Pengalamiahan 50-64 65-80 81-100 Tinggi Sedang Rendah 1 2 3

2. Kriteria daya dukung

NO . DAYA DUKUNG YANG DIBUTUHKAN REALITA DAYA DUKUNG PERSEN PEROLEHA N DAYA DUKUNG RENTANG NILAI SKOR NILAI 1. 1-55 56-80 81-100 Rendah Sedang Tinggi 1 2 3

3. Kriteria Intake Siswa

NO.

NAMA SISWA NILAI RATA-RATA

NILAI RENTANG NILAI SKOR NILAI 1. 1-55 56-80 81-100 Rendah Sedang Tinggi 1 2 3

Selain mempergunakan pendekatan kompetensi indiKator dapat juga mempergunakan pendekatan kompleksitas materi indikator, dengan criteria sebagai berikut:

NO. JENIS MATER RENTANG

NILAI

SKOR NILAI

(11)

11

2. Konsep 1-55 Rendah 3

3. Prinsip 56-80 Sedang 2

4. Prosedur 81-100 Tinggi 1

Pada hakikatnya walaupun dengan mempergunakan pendekatan di atas, namun pengetahuan, keahlian dan keterampilan pendidik terhadap pemahaman dan analisis indicator merupakan sesuatu yang sangat berarti dalam penggunaan pendekatan di atas, muai dari perumusan indicator melalui analisis pemetaannya sampai kepada perumusan KKM itu sendiri, untuk ini hanya guru yang professional yang dapat melakukannya.

Setelah menemukan skor dari masing-masing pendekatan, maka skor itu kita masukkan kedalam rumus. Contoh: Skor kompleksitas tinggi nilaianya 1, Skor daya dukung sedang nilainya 2 dan skor intake siswa tinggi nilaianya 3. Nilai-nilai ini kita masukkan kedalam rumus sebagai berikut:

1 + 2 + 3

--- X 100 = 66,6, dibulatkan menjadi 67. 9

Jadi KKMnya 67. KKM 67 untuk KKM satu indikator, sementara yang dicari adalah KKM mata pelajaran, maka untuk mencari KKM mata pelajaran, melalui KKM indikator, yakni carilah KKM setiap indikator untuk satu semester, kemudian dijumlahkan, hasil penjumlahan dibagi sebanyak indikator dalam satu semester, maka dapatlah nilai rata-rata, maka nilai ratarata

inilai menjadi nilai KKM mata pelajaran.

III. Penutup

Dengan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Guru peserta diklat yang membaca dan menghayati tulisan ini memperoleh kompetensi perumusan KKM secara baik dan benar. Karenanya disarankan supaya hal

(12)

12

ini dikembangkan dengan membaca referensi laiannya, sebagai perbandingan sehingga pengetahuan, keahlian dan keterampilan tentang KKM benar-benar dikuasai secara professional.

(13)

13

DAFTAR PUSTAKA

Lembaga Administrasi Negara, 2008, Peraturan Kepala Lembaga Administrasi NegaraNomor 9 Tahun 2008, tentang Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bagi Widyaiswara, Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Muhaimin, Sutiah, dan Prabowo, 2009, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Sekolah & Madrasah,Jakarta:RajaGrafindo Persada.

Safari, 2008, PenulisanButir Soal Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),Jakarta Selatan: CV. Purnama

Univeersitas Negeri Padang,Pedoman Penulisan Artikel Ilmiah,Padang: Fakultas Ilmu Pendidikan.

Referensi

Dokumen terkait

untuk mencurahkan semua perhatian terhadap usaha. 190 Kelompok dampingan dalam memulai kegiatan wirausahanya telah mampu berkomitmen dengan menyatukan visi, cita-cita, dan

Dari penelitian yang sudah dilakukan, dengan memvariasikan waktu pengadukan dalam proses pembuatan biodiesel dari minyak goreng bekas dan metanol selama 1 jam dengan

Dampak penerapan strategi mengajar ekspositori ( expository teaching) dalam pembelajaran aqidah akhlak di MI Matholi’ul Huda 02 Srikandang Bangsri Jepara adalah guru aktif

Dalam pelaksanaannya penulis menggunakan wawancara tidak struktur, dengan metode wawancara ini, penulis dapat mengetahui informasi dengan melakukan tanya jawab

Setelah mengetahui cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan penerimaan diri dari remaja, orang lain dan guru bimbingan dan konseling maka peneliti yang berlatarbelakang

a. Menurut pandangan psikodinamika, skizofrenia mencerminkan ego yang dibanjiri oleh dorongan-dorongan seksual primitif atau agresi atau impuls yang berasal dari

- Selanjutnya pada hari Sabtu tanggal 09 Pebruari 2013 sekitar pukul 01.30 wib, terdakwa kembali menemui saksi korban di rumahnya di Kisaran Kabupaten Asahan,

Laporan Kinerja Dinas Koperasi ,UKM Dan Ekraf Kabupaten Kutai Timur Tahun 2015 merupakan bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan Program Dan Kegiatan Tahun Anggaran 2015