• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN ALAT BANTU PEMASANGAN STIKER GITAR UNTUK MENGURANGI KELUHAN DAN MEMPERBAIKI POSTUR KERJA DI TARJO GUITAR SUKOHARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN ALAT BANTU PEMASANGAN STIKER GITAR UNTUK MENGURANGI KELUHAN DAN MEMPERBAIKI POSTUR KERJA DI TARJO GUITAR SUKOHARJO"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

DI TARJO GUITAR SUKOHARJO

Skripsi

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

MARIA PUSPITA SARI

I 0306044

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

(2)

commit to user x

DAFTAR ISI

halaman HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR VALIDASI...

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH...

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...

KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv v vi viii ix x xiii xiv BAB I BAB II PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang ………... 1.2 Perumusan Masalah ………... 1.3 Tujuan Penelitian………... 1.4 Manfaat Penelitian ………... 1.5 Batasan Masalah ……….... 1.6 Asumsi ………... 1.7 Sistematika Penulisan ……….... TINJAUAN PUSTAKA ………... 2.1 TINJAUAN PERUSAHAAN………... 2.1.1 Latar Belakang Perusahaan………..………….. 2.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan……….. 2.1.3 Hari dan Jam Kerja... 2.1.4 Proses Produksi Tarjo guitar……... 2.1.5 Produk yang Dihasilkan………..

I - 1 I - 1 I - 2 I - 3 I - 3 I - 3 I - 3 I - 4 II - 1 II - 1 II - 1 II - 1 II - 2 II - 2 II - 6

(3)

commit to user BAB III

2.2 LANDASAN TEORI………... 2.2.1 Konsep Ergonomi……..………. 2.2.2 Nordic Body Map……..……….. 2.2.3 Postur dan Pergerakan Kerja……….. 2.2.4 RULA (Rapid Upper Limb Assessment)………….... 2.2.5 Anthropometri dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas Kerja………. 2.2.6 Aplikasi Distribusi Normal dan Persentil Dalam

Penetapan Data Anthropometri……….. 2.2.7 Sikap Duduk dan Perancangan Tempat Duduk…….. 2.2.8 Meja dan Permukaan Bidang Kerja……… 2.2.9 Perancangan Alat Bantu……….

METODOLOGI PENELITIAN... 3.1 TAHAP AWAL... 3.1.1 Studi Pustaka... 3.1.2 Studi Lapangan... 3.1.3 Identifikasi Permasalahan... 3.1.4 Merumuskan Masalah... 3.1.5 Menentukan Tujuan Penelitian... 3.1.5 Menentukan Manfaat Penelitian ... 3.2 TAHAP PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA.. 3.3 TAHAP PERANCANGAN...

3.3.1 Menentukan Referensi Point... 3.3.2 Merancang Base... 3.3.3 Merancang Elemen Positioning... 3.3.4 Perhitungan Dimensi... 3.3.5 Menggambar Rancangan... 3.3.6 Menentukan Material Bahan... 3.3.7 Pembuatan Prototipe... 3.3.8 Estimasi Biaya Rancangan...

II - 7 II - 7 II - 8 II - 9 II - 12 II - 21 II - 26 II - 29 II - 31 II - 31 III - 1 III - 3 III - 3 III - 3 III - 3 III - 4 III - 4 III - 4 III - 5 III - 7 III - 7 III - 7 III - 7 III - 8 III - 9 III - 9 III - 9 III - 9

(4)

commit to user

xii

BAB IV

BAB V

BAB VI

3.3.9 Implementasi Hasil Rancangan... 3.4 ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL... 3.5 KESIMPULAN DAN SARAN...

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA... 4.1 PENGUMPULAN DATA... 4.1.1 Pengumpulan Data Studi Pendahuluan ...

4.2 PENGOLAHAN DATA... 4.2.1 Perhitungan Persentil Data Anthropometri... 4.2.2 Perancangan Alat Pemasang Stiker Gitar... 4.2.3Visualisasi Proses Pemasangan Stiker dengan Alat

Press Gitar... 4.2.4 Estimasi Biaya Rancangan... 4.2.5 Implementasi Hasil Rancangan...

ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL... 5.1 ANALISIS POSTUR KERJA AWAL... 5.2 ANALISIS HASIL PENELITIAN...

5.5.1 Analisis Hasil Rancangan... 5.5.2 Analisis Material Bahan... 5.5.3 Analisis Biaya... 5.3 ANALISIS POSTUR KERJA OPERATOR SETELAH MENGGUNAKAN RANCANGAN...

KESIMPULAN DAN SARAN...

III - 10 III- 10 III- 10 IV - 1 IV - 1 IV - 1 IV - 5 IV - 5 IV - 6 IV- 25 IV- 33 IV- 34 V- 1 V- 1 V- 1 V- 1 V- 3 V- 4 V- 4 VI- 1 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(5)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tabel A RULA... II – 16 Tabel 2.2. Tabel B RULA... II – 19 Tabel 2.3. Tabel C RULA... II – 20 Tabel 2.4. Kategori Tindakan RULA... II – 21 Tabel 2.5. Pengukuran Dimensi Tubuh... II – 24 Tabel 2.6. Macam Persentil dan Cara Perhitungan dalam Distribusi

Normal... II – 28 Tabel 4.1. Hasil Kuesioner Keluhan di Beberapa Bagian Tubuh... IV - 2 Tabel 4.2. Total Skor Analisis RULA pada Proses Pemasangan Stiker IV - 4 Tabel 4.3. Rekap Hasil Perhitungan Persentil... IV - 5 Tabel 4.4. Harapan, Kebutuhan, dan Desain Alat... IV -7 Tabel 4.5. Bagian – Bagian Alat Pemasang Stiker... IV – 13 Tabel 4.6. Dimensi Kotak Press dan Tempat Stiker... IV – 14 Tabel 4.7. Dimensi Handle 1 dan Handle 2... IV – 16 Tabel 4.8. Dimensi Landasan dan Kaki Meja... IV – 17 Tabel 4.9. Dimensi Pencekam Permanen, Pencekam Portable 1,

Pencekam Portable 2, dan Spon... IV – 20 Tabel 4.10. Perincian Biaya Pembuatan Prototipe... IV – 33 Tabel 4.11. Proses Pemasangan Stiker dengan Pemasang Stiker Gitar... IV – 35 Tabel 4.12. Perhitungan Postur Kerja Operator Setelah Menggunakan

Hasil Rancangan... IV – 38 Tabel 5.1. Tabel Kuesioner Keluhan di Beberapa Bagian Tubuh

(6)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Alur Kerja Proses Produksi Tarjo guitar... II - 2 Gambar 2.2. Proses Pengamplasan... II – 3 Gambar 2.3. Proses Shande... II – 3 Gambar 2.4. Proses Pengecatan Dasar... II – 4 Gambar 2.5. Proses Pemasangan Stiker... II - 5 Gambar 2.6. Proses Pengecatan Melamin... II – 5 Gambar 2.7. Proses Pemasangan Glayer dan Senar... II - 6 Gambar 2.8. Bagian dari Gitar Akustik... II – 7 Gambar 2.9. Nordic Body Map... II – 9 Gambar 2.10. Jangkauan Gerakan Korset Bahu... II – 9 Gambar 2.11. Jangkauan Persendian Bahu... II – 10 Gambar 2.12. Jangkauan Gerakan Persendian Siku... II – 11 Gambar 2.13. Jangkauan Gerakan Pergelangan Tangan... II – 12 Gambar 2.14. Range Pergerakan Lengan Atas... II – 14 Gambar 2.15. Range Pergerakan Lengan Bawah... II – 14 Gambar 2.16. Range Pergerakan Pergelangan Tangan... II – 15 Gambar 2.17. Range Pergerakan Putaran Pergelangan Tangan... II – 15 Gambar 2.18. Range Pergerakan Putaran Leher... II – 16 Gambar 2.19. Range Pergerakan Leher yang Diputar atau

Dibengkokkan ... II – 17 Gambar 2.20. Range Pergerakan Punggung ... II – 17 Gambar 2.21. Range Pergerakan Punggung yang Diputar atau

Dibengkokan ... II – 18 Gambar 2.22. Range Pergerakan Kaki ... II – 19 Gambar 2.23. Sistem Penskoran RULA... II – 21 Gambar 2.24. Distribusi Normal yang Mengakomodasi 95% dari

Populasi... II – 27 Gambar 3.1. Metodologi Penelitian... III – 1

(7)

commit to user

Gambar 4.3. Analisis Postur Kerja Operator Bagian Pemasangan

Stiker... IV – 3 Gambar 4.4. Lubang Gitar... IV – 10 Gambar 4.5. Base... IV – 11 Gambar 4.6. Kotak Press Tampak Bawah... IV – 12 Gambar 4.7. Kotak Press... IV – 12 Gambar 4.8. Handle 1... IV – 15 Gambar 4.9. Handle 2... IV – 15 Gambar 4.10. Meja Landasan... IV – 16 Gambar 4.11. Kaki Meja Landasan... IV – 17 Gambar 4.12. Pencekam Permanen... IV – 18 Gambar 4.13. Pencekam Portable... IV – 18 Gambar 4.14. Spon Pencekam Permanen... IV – 19 Gambar 4.15. Spon Pencekam Portable... IV – 19 Gambar 4.16. Alat Pemasang Stiker Gitar Tampak Atas... IV – 21 Gambar 4.17. Alat Pemasang Stiker Gitar Tampak Belakang... IV – 22 Gambar 4.18. Alat Pemasang Stiker Gitar Tampak Kiri... IV – 22 Gambar 4.19. Alat Pemasang Stiker Gitar Prespektif 1... IV – 23 Gambar 4.20. Alat Pemasang Stiker Gitar Prespektif 2... IV – 24 Gambar 4.21. Alat Pemasang Stiker Gitar Prespektif 3... IV – 24 Gambar 4.22. Alat Pemasang Stiker Tanpa Gitar ( Gitar belum

Terpasang )... IV – 25 Gambar 4.23. Gitar Didekatkan dengan Alat Pemasang Stiker ... IV – 25 Gambar 4.24. Gitar akan Diletakkan pada Alat Pemasang Stiker... IV – 26 Gambar 4.25. Gitar Diletakkan pada Alat Pemasang Stiker... IV – 27 Gambar 4.26. Pencekam Portable Ditarik ke Atas... IV – 27 Gambar 4.27. Pencekam Portable sudah Menempel pada Gitar... IV – 28 Gambar 4.28. Stiker akan Dipasang pada Handle ... IV – 29 Gambar 4.29. Stiker Terpasang pada Pressing... IV – 29 Gambar 4.1. Keluhan di Beberapa Bagian Tubuh... IV – 2 Gambar 4.2. Postur Kerja Operator Bagian Pemasangan Stiker... IV – 3

(8)

commit to user

xvi

Gambar 4.30. Handle Ditarik ke Bawah... IV – 30 Gambar 4.31. Gitar Siap untuk Dipasang Stiker... IV – 30 Gambar 4.32. Proses Pemasangan Stiker pada Gitar... IV – 31 Gambar 4.33. Proses Pemasangan Stiker Selesai... IV – 31 Gambar 4.34. Gitar Siap untuk Diambil... IV – 32 Gambar 4.35. Hasil Rancangan... IV – 35 Gambar 5.1. Perbandingan Skor Akhir RULA... V – 4 Gambar 5.2. Prosentase Keluhan Sebelum dan Sesudah

(9)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang hal-hal melatarbelakangi permasalahan dari penelitian yang dilakukan di home industry pembuatan gitar Tarjo guitar

Kembangan, Mancasan, Baki, Sukoharjo, tujuan yang ingin dicapai, manfaat yang dapat dihasilkan, serta batasan dan asumsi yang selama penelitian dilakukan.

I.1. Latar Belakang

Ketidaktersediaan sarana yang memadai bagi manusia sering ditemukan dalam kehidupan sehari – hari termasuk di dalamnya yaitu di dunia kerja. Hasil yang ditimbulkan dari peristiwa ini yaitu produktivitas kerja tidak optimal, keselamatan kerja kurang terjamin, beban kerja meningkat, proses produksi terhambat, dan dampak pada fisik pekerja itu sendiri.

Ketidaktersediaan sarana tersebut perlu diperhatikan dan diperbaiki dalam meningkatkan produktivitas dan performansi kerja karyawan. Hal ini juga menjadi perhatian di home industry pembuatan gitar Tarjo guitar desa Kembangan, kelurahan Mancasan, kecamatan Baki, kabupaten Sukoharjo. Proses produksi terdiri dari 3 proses pada masing – masing stasiun berbeda yaitu pengamplasan gitar setengah jadi, kemudian dilakukan proses shande / pemasangan kawat tipis pada leher gitar, lalu diakhiri dengan proses finishing. Proses finishing terdiri atas beberapa bagian yaitu pengecatan dasar, pemasangan stiker dan dilanjutkan pengecatan melamin, dan tahap terakhir yaitu pemasangan glayer dan senar. Pada proses finishing yaitu bagian pemasangan stiker, karyawan mengerjakannya pada posisi duduk di lantai dengan kaki diluruskan ke depan. Karyawan tersebut tidak menggunakan meja atau kursi dalam menyelesaikan pekerjaannya tersebut. Aktivitas ini dilakukan berulang – ulang oleh karyawan tersebut setiap harinya mulai dari pukul 08.00 – 16.00 dengan 1 jam istirahat yaitu pukul 12.00 – 13.00.

Selain kondisi pekerja bagian pemasangan stiker yang tidak nyaman, pekerja pemasang stiker juga memerlukan tingkat ketelitian yang lebih tinggi daripada proses lainnya. Hal ini sangat mempengaruhi kelancaran proses produksi. Proses produksi terganggu karena perhatian terhadap proses pemasangan stiker kurang.

(10)

commit to user

Dengan demikian pekerja bagian pemasangan stiker perlu lebih medapatkan perhatian khusus daripada proses yang lain.

Wawancara dan penyebaran kuesioner Nordic Body Map telah dilakukan untuk mengetahui bagian – bagian tubuh yang mengalami keluhan. Rasa tidak nyaman dan kelelahan timbul pada leher sebesar 50%, bahu sebesar 25%, punggung sebesar 75%, lengan tangan sebesar 50%, pinggang sebesar 25%, pinggul sebesar 50%, dan pergelangan tangan sebesar 75%.

Selain wawancara dan penyebaran kuesioner, juga telah dilakukan penilaian postur kerja menggunakan RULA ( Rapid Upper Limb Assessment ). Metode RULA dipilih karena metode RULA digunakan untuk menilai postur kerja dengan faktor resiko gangguan tubuh bagian atas. Setelah dilakukan penilaian resiko postur kerja dengan metode RULA terhadap postur kerja pekerja bagian pemasangan stiker, didapatkan skor akhir yaitu sebesar 7. Skor 7 yang didapatkan mendeteksi bahwa level resiko postur kerja tinggi sehingga perlu adanya tindakan sekarang juga.

Berdasar uraian di atas perlu dirancang alat bantu untuk mengurangi keluhan dan menurunkan level resiko postur kerja bagi pekerja pemasangan stiker. Alat bantu didesain dengan memperhatikan anthropometri pekerja. Anthropometri sangat penting untuk diperhatikan dalam pendesainan. Hal ini dikarenakan ukuran tubuh dan bentuk manusia yang mempunyai banyak variabilitas. Selain itu jenis kelamin, ras / suku dan jenis pekerjaan juga mempengaruhi dalam pendesainan (Nurmianto,2008). Dengan alat bantu ini diharapkan berbagai keluhan pada leher, bahu, punggung, lengan tangan, pinggang, pinggul, dan pergelangan tangan bagi pekerja bagian pemasangan stiker dapat diatasi.

I.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam tugas akhir ini adalah bagaimana merancang alat pemasang stiker gitar untuk mengurangi keluhan dan menurunkan level resiko postur kerja bagi pekerja bagian pemasangan stiker.

(11)

commit to user I.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tugas akhir ini adalah merancang alat pemasang stiker gitar untuk mengurangi keluhan dan menurunkan level resiko postur kerja bagi pekerja bagian pemasangan stiker.

I.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah pekerja merasa nyaman saat mengerjakan pemasangan stiker dan kemudahan dalam proses pemasangan stiker.

I.5. Batasan Masalah

Agar penelitan ini sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka diperlukan adanya pembatasan masalah, adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Perancangan fasilitas pendukung hanya dilakukan untuk karyawan di bagian pemasangan stiker stasiun finishing home industry Tarjo guitar Kembangan. 2. Para pekerja yaitu pria dewasa dengan rentang umur antara 25 – 48 tahun. 3. Data pengukuran hanya pada pengukuran anthropometri statis.

4. Perancangan hanya untuk gitar jenis akustik ukuran sedang.

I.6. Asumsi

1. Karyawan atau pekerja adalah pekerja berpengalaman dan berada dalam kondisi sehat saat bekerja.

2. Semua operator memiliki ketrampilan sama.

(12)

commit to user I.7. Sistematika Penulisan

Penulisan laporan ini diharapkan agar pembaca dan pihak – pihak yag terkait dengan mudah memahami isi laporan. Dari pokok – pokok permasalahan dapat dibagi menjadi 6 bab sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB II : STUDI PUSTAKA

Berisi mengenai landasan teori dan landasan konseptual yang mendukung dan terkait langsung dengan penelitian yang akan dilakukan dari buku, jurnal penelitian, sumber literatur lain, dan studi terhadap penelitian sebelumnya.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai langkah-langkah yang akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dan langkah- langkah pengolahan data melalui diagram metodologi penelitian.

BAB IV : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisi tentang data-data atau informasi yang diperlukan dalam menganalisis permasalahan yang ada serta pengolahan data dengan menggunakan metode yang telah ditentukan.

BAB V : ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Analisis berisi penjelasan dari output yang didapatkan pada tahapan pengumpulan dan pengolahan data; interpretasi hasil merupakan ringkasan singkat dari hasil penelitian.

BAB VI : PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan serta dikemukakan pula rekomendasi yang diberikan untuk perbaikan pada penelitian lebih lanjut.

(13)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian, sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta menganalisa permasalahan yang ada.

2.1 TINJAUAN PERUSAHAAN

Pada sub bab ini akan dijelaskan latar belakang serta kegiatan atau aktifitas yang dilakukan di perusahaan tempat dilakukannya penelitian.

2.1.1 Latar belakang Perusahaan

Home industry gitar ini didirikan pada tahun 1967. Pemilik pertama sampai sekarang yaitu adalah Bapak Tarjo Wiyono. Sejak awal didirikan sampai sekarang, Tarjo guitar ini beralamat di desa Kembangan, Mancasan, Baki, Sukoharjo.

Usaha yang diawali dari perseorangan yaitu Bapak Tarjo sendiri kemudian dikembangkan untuk membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitarnya.Sampai sekarang home industry Tarjo guitar terbagi atas 3 stasiun yaitu stasiun pengamplasan, stasiun shande, dan stasiun finishing.

2.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan

Tarjo guitar, memiliki struktur organisasi yang difungsikan sebagai sarana dan prasarana agar tugas dapat diselesaikan dengan baik, dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Manager/ Pemimpin

Tarjo guitar memiliki manager / pemimpin yang merangkap sebagai pemilik perusahaan yang memiliki wewenang terhadap perusahaan atas segala kegiatan operasional yang ada di Tarjo guitar.

(14)

commit to user

b.Karyawan

Karyawan merupakan para pekerja yang terdiri dari tiga bagian yaitu bagian proses awal / persiapan, proses shande, dan proses finishing. Jumlah seluruh karyawan tetap sebanyak 15 orang.

2.1.3 Hari dan Jam Kerja

Hari efektif bekerja untuk Tarjo guitar yaitu selama 6 hari dan setiap harinya bekerja selama 8 jam mulai dari pukul 08.00 – 16.00 WIB.

2.1.4 Proses Produksi Tarjo guitar

2.1 Alur Kerja Proses Produksi Tarjo guitar

Sumber: Tarjo guitar, 2010

Proses produksi pembuatan gitar di home industry Tarjo guitar adalah sebagai berikut :

1.Mulai

Proses produksi pengerjaan gitar mulai dilakukan. Namun sebelum proses mulai dilakukan, dilakukan dulu persiapan – persiapan produksi mulai dari bahan, peralatan dan perlengkapan, desain serta sumber daya manusia yang diperlukan selama proses produksi berlangsung.

Mulai Proses Shande Proses Pengamplasan Proses Finishing Selesai Gambar

(15)

commit to user

2.Proses pengamplasan

Bahan baku setengah jadi dibeli dari daerah Surakarta. Bahan baku setengah jadi dibuat dari bahan kayu yaitu kayu mahoni, kayu sonokeling, dan triplek. Bahan baku setengah jadi adalah gelondong kayu yang sudah mengalami proses pemotongan kemudian diproses kembali menjadi bentuk gitar setengah jadi. Pada proses pengamplasan ini, gitar setengah jadi diamplas merata di seluruh permukaan secara manual.

2.2 ProsesPengamplasan

3.Proses shande

Pada proses shande, leher gitar dipasang kawat - kawat tipis berukuran pendek. Kawat - kawat tipis ini biasa disebut fret. Fret dipasang sesuai lebar leher gitar dengan posisi horisontal terhadap fretboard.

2.3 Proses Shande

Gambar Gambar

(16)

commit to user

4.Proses finishing

Pada proses ini terbagi atas 3 bagian yaitu bagian pemasangan stiker, bagian pengecatan, dan bagian pemasangan senar dan glayer yang juga merangkap pembungkusan barang jadi.

Gitar yang selesai dari proses shande kemudian masuk ke stasiun finishing.

Proses pertama yang akan dilalui gitar adalah proses pengecatan dasar, kemudian masuk ke bagian selanjutnya pada bagian pemasangan stiker. Sebelum gitar masuk ke bagian pemasangan senar dan glayer, terlebih dahulu masuk kembali ke bagian pengecatan. Gitar akan dicat kembali atau dilakukan pengecatan ulang untuk melapisi gitar dengan cat melamin agar lebih mengkilat. Pengecatan melamin selesai, selanjutnya gitar akan dipasangi senar dan glayer sebelum dikemas dan dipasarkan.

2.4 Proses Pengecatan Dasar

Proses pengecatan dasar seperti terlihat pada gambar 2.4. Gitar yang sudah diamplas halus dan sudah melewati proses shande kemudian dilapisi dengan cat dasar sebelum masuk dalam proses pemasangan stiker.

(17)

commit to user

2.5 Proses Pemasangan Stiker

Gitar yang sudah melewati proses pengecatan dasar sebelum dilapisi cat melamin, gitar masuk dalam proses pemasangan stiker. Proses pemasangan stiker pada gitar seperti ditunjukkan pada gambar 2.5 di atas. Proses pemasangan stiker harus tepat melingkari lubang gitar. Stiker yang dipasang tidak boleh melipat karena stiker yang melipat digolongkan dalam produk rusak yang tidak bisa dilakukan recycle

agar bisa digunakan lagi.

2.6 Proses Pengecatan Melamin

Proses pengecatan melamin ditunjukkan oleh gambar 2.6 di atas. Pada proses ini pekerja menyemprotkan cat pelapis gitar yaitu cat melamin. Pengecatan melamin

Gambar

(18)

commit to user

berfungsi untuk memberi kesan mengkilat pada gitar dan lebih menarik. Selanjutnya adalah proses pemasangan glayer dan senar. Gambar proses pemasangan glayer dan senar seperti gambar 2.7 di bawah ini.

2.7 Proses Pemasangan Glayer dan Senar

Proses pengecatan melamin selesai, kemudian setelah cat kering operator bagian pemasangan glayer dan senar memasamgkan glayer dan senar pada gitar. Proses pemasangan glayer dan senar merupakan proses terakhir dalam proses pembuatan gitar.

5.Selesai

Proses produksi gitar selesai, kemudian dilakukan pengecekan terhadap barang jadi. Barang jadi siap dikirim kepada konsumen pemesan gitar.

2.1.5 Produk yang Dihasilkan

Produk yang dihasilkan oleh perusahaan adalah berbagai bentuk, ukuran dan tipe gitar baik jenis akustik maupun elektrik. Masing – masing tipe gitar memiliki komponen yang berbeda. Bagian - bagian dari gitar akustik seperti terlihat di gambar 2.8.

(19)

commit to user 2.8 Bagian dari Gitar Akustik

Sumber: Rheno dkk, 2009

2.2 LANDASAN TEORI

Konsep-konsep berkaitan dengan objek penelitian yang dilakukan. Teori pendukung yang dibahas dalam sub bab ini antara lain tentang konsep ergonomi, postur kerja (RULA), dan anthropometri.

2.2.1 Konsep Ergonomi

Ergonomi atau ergonomics sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu

Ergo (kerja) dan Nomos (hukum). Dengan demikian ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk buatannya untuk merancang suatu system kerja sehingga orang dapat hidup dan

(20)

commit to user

bekerja pada sistem tersebut dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif dan efisien (Wignjosoebroto, 2000).

Pendekatan ergonomi akan mampu menimbulkan “functional effectiveness” dan kenikmatan-kenikmatan pemakaian dari peralatan, fasilitas, maupun lingkungan kerja yang dirancang. Maksud dan tujuan dari pendekatan ergonomi yaitu memperbaiki performansi kerja manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy, dan keselamatan kerja disamping untuk mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi kelelahan pada pekerja. Pengembangan ergonomi tidak hanya ditinjau dari satu segi ilmu saja, namun pengembangan ergonomi akan memerlukan dukungan berbagai disiplin keilmuan seperti psikologi, anthropologi, anatomi, anthropometri, mekanika teknik, dan lain-lain.

2.2.2 Nordic Body Map (NBM)

Nordic body map merupakan salah satu alat ukur yang biasanya digunakan untuk mengenali sumber penyebab keluhan musculoskeletal. Melalui

nordic body map dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit (Corlett, 1992). Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada gambar 2.9, maka diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Cara yang demikian sangat sederhana namun tidak teliti karena mengandung subjektivitas yang tinggi. Untuk mengurangi bias yang mungkin terjadi, maka sebaiknya pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas kerja.

(21)

commit to user

2.9 Nordic Body Map

Sumber: Corlett, 1992 dalam Tarwaka 2004 2.2.3 Postur dan Pergerakan Kerja

Postur kerja adalah merupakan pengaturan sikap pada saat tubuh sedang melakukan pekerjaan. Sikap kerja pada saat bekerja sebaiknya dilakukan secara normal sehingga dapat mencegah timbulnya musculoskeletal. Rasa nyaman dapat dirasakan apabila pekerja melakukan postur kerja yang baik.

a. Korset bahu

Korset bahu memiliki macam-macam gerakan normal yaitu : abduction, adduction, elevation, depression.

(a) (b) (c) (d)

2.10 Jangkauan Gerakan Korset Bahu

Sumber: Brianmac, 1997

Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi sumbu tengah tubuh

(the median plane). Seperti ditunjukkan pada gambar 2.10 (a).

Adduction merupakan pergerakan ke arah sumbu tengah tubuh (the median plane).Adduction ditunjukkan pada gambar 2.10 (b).

Gambar

(22)

commit to user

Elevation adalah pergerakan kearah atas (bahu diangkat ke atas). Gerakan

elevation dapat terlihat pada gambar 2.10 (c)

Depression adalah pergerakan bahu kearah bawah (bahu diturunkan kebawah) seperti terlihat pada gambar 2.10 (d)

b. Persendian bahu

Persendian bahu memiliki beberapa jangkauan gerakan normal yaitu

flexion, extension,abduction , adduction,rotation.

(a) (b) (c) (d)

(e) (f) (g)

2.11 Jangkauan Persendian Bahu

Sumber: Brianmac, 1997

Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan.Ini dapat ditunjukkan pada gambar 2.12 (a).

Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang. Gerakan extension dapat dilihat pada gambar 2.12 (b).

Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh.Pergerakan ini seperti terlihat pada gambar 2.12 (c).

(23)

commit to user

Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh seperti ditunjukkan pada gambar 2.12 (d).

Rotation adalah gerakan perputaran bagian atas lengan atau kaki depan.gerakan ini seperti terlihat pada gambar 2.12 (e) dan 2.12 (f)

Circumduction adalah gerakan perputaran lengan menyamping secara keseluruhan seperti terlihat pada gambar 2.12 (g)

c. Persendian siku

Persendian siku memiliki gerakan normal yaitu : supination, pronation, flexion, extension.

(a) (b)

(c) (d)

2.12 Jangkauan Gerakan Persendian Siku

Sumber: Brianmac, 1997

Supination merupakan perputaran kearah samping dari anggota tubuh seperti terlihat pada gambar 2.13 (a)

Yang dimaksud dengan pronation yaitu perputaran bagian tengah dari anggota tubuh. Pronation seperti terlihat pada gambar 2.13 (b).

Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan. Gerakan flexion ditunjukkan oleh gambar 2.13 (c).

Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang seperti pada gambar 2.13 (d)

(24)

commit to user d. Persendian pergelangan tangan

Persendian siku memiliki gerakan normal yaitu: flexion, ekstension, adduction, abduction, dan circumduction.

(a) (b) (c) (d) (e)

2.13 Jangkauan Gerakan Pergelangan Tangan

Sumber: Brianmac, 1997

Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan. Seperti ditunjukkan pada gambar 2.14 (a).

Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang. Seperti yang terlihat pada gambar 2.14 (b).

Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh. Jangkauan pergelangan tangan abduction seperti terlihat pada gambar 2.14 (c).

Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh. Adduction

ditunjukkan pada gambar 2.14 (d).

Circumduction adalah pergerakan pergerakan tangan secara memutar seperti yang terlihat pada gambar 2.14 (e).

2.2.4 Metode Analisa Postur Kerja Rapid Upper Limb Assessment (RULA) Rapid Upper Limb Assessment (RULA) merupakan sebuah metode penilaian postur kerja yang secara khusus digunakan untuk meneliti gangguan pada tubuh bagian atas. RULA pertama kali dikembangkan oleh Dr. Lynn McAtamney dan Dr. Nigel Corlet dari Universitas Notthingham (University of Notthingham’s Institute of Occupational Ergonomics).

Penilaian postur kerja menggunakan metode RULA tidak membutuhkan peralatan khusus dalam menilai postur leher, punggung dan tubuh bagian atas,

(25)

commit to user

sejalan dengan fungsi otot dan beban eksternal yang ditopang oleh tubuh. Penilaian menggunakan RULA hanya membutuhkan waktu yang sedikit untuk memberi skor pada setiap pergerakan. RULA dikembangkan sebagai suatu metode untuk mendeteksi postur kerja yang merupakan faktor resiko terjadinya cedera tubuh bagian atas akibat beban musculoskeletal yang berlebihan. Metode RULA menggunakan diagram/gambar postur tubuh serta tiga tabel untuk memberikan evaluasi paparan terhadap faktor – faktor resiko. Faktor resiko yang dinyatakan sebagai faktor beban eksternal (external loads factors) adalah (McPhee, 1987) :

1. Jumlah gerakan 2. Kerja otot statis 3. Kekuatan atau tenaga

4. Postur -postur kerja yang digunakan 5. Waktu kerja tanpa istirahat

Penilaian menggunakan RULA memiliki 3 tahapan pengembangan, yaitu : 1. Pengidentifikasian dan pencatatan postur kerja.

Tubuh dibagi menjadi dua bagian yang membentuk dua grup yaitu, grup A dan grup B. Hal ini memastikan bahwa seluruh postur tubuh dicatat sehingga postur kaki, badan, dan leher yang terbatas yang mungkin mempengaruhi postur tubuh bagian atas dapat masuk dalam pemeriksaan.

2. Pemberian skor

3. Penentuan level tindakan

{ Grup A

Grup A memperlihatkan postur tubuh bagian lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Kisaran lengan atas diukur dan diberi skor, yang meliputi

1. Untuk 20o extension hingga 20o flexion

2. Untuk extension lebih dari 20o atau 20o - 40o flexion

3. Untuk 45o - 90oflexion

4. Untuk 90oflexion atau lebih Keterangan :

(26)

commit to user

+ 1 jika lengan atas abducted

- 1 jika operator bersandar atau bobot lengan ditopang

(a) (b)

(c)

2.14 Range Pergerakan Lengan Atas

(a) Postur Alamiah, (b) Postur extension dan flexion, (c) Postur Lengan Atas flexion

Sumber: Corlett N and Mc Atamney L, 1993

Rentang untuk lengan bawah dikembangkan dari penelitian Grandjean dan Tichauer. Skor tersebut adalah :

1. untuk 60o – 100oflexion

2. untuk kurang dari 60o atau lebih dari 100oflexion

Keterangan :

+ 1 jika lengan bekerja melintasi garis tengah badan atau keluar dari sisi

(a) (b) (c)

2.15 Range Pergerakan Lengan Bawah

(a) Postur flexion, (b) Postur flexion 60o – 100o dan, (c) Postur flexion100o +

Sumber: Corlett N and Mc Atamney L, 1993

Panduan untuk pergelangan tangan dikembangkan dari penelitian Health and Safety Executive, digunakan untuk menghasilkan skor postur tubuh sebagai berikut :

1. jika berada pada posisi netral

2. untuk 0o – 15o flexion maupun extension Gambar

(27)

commit to user

3. untuk 15o atau lebih flexion maupun extension

(a) (b)

(c) (d)

2.16 Range Pergerakan Pergelangan Tangan

(a) Postur alamiah, (b) Postur flexion 15o +, (c) Postur 0o – 15o flexion maupun extension, dan (d) Postur extension 15o +

Sumber: Corlett N and Mc Atamney L, 1993

Putaran pergelangan tangan (pronation dan supination) yang dikeluarkan oleh Health and Safety Execuive pada postur netral berdasar Tichauer.

+ 1 jika pergelangan tangan berada pada rentang menengah putaran

+ 2 jika pergelangan tangan pada atau hampir berada pada akhir rentang putaran

(a) (b)

2.17 Range Pergerakan Putaran Pergelangan Tangan (a) Postur Alamiah, (b) Postur Putaran Pergelangan Tangan

Sumber: Corlett N and Mc Atamney L, 1993 Gambar

(28)

commit to user Tabel 2.1. Tabel A RULA

1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 1 2 3 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 5 5 1 3 3 4 4 4 4 5 5 2 3 4 4 4 4 4 5 5 3 4 4 4 4 4 5 5 5 1 4 4 4 4 4 5 5 5 2 4 4 4 4 4 5 5 5 3 4 4 4 5 5 5 6 6 1 5 5 5 5 5 6 6 7 2 5 6 6 6 6 6 7 7 3 6 6 6 7 7 7 7 8 1 7 7 7 7 7 8 8 9 2 8 8 8 8 8 9 9 9 3 9 9 9 9 9 9 9 9

Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist

Wrist ( pergelangan tangan )

1 2 3 4 LowerArm (lengan bawah) 1 2 Wrist Twist 6 3 4 UpperArm (lengan atas) 5 { Grup B

Kelompok B adalah rentang postur untuk leher, punggung dan kaki. Rentang postur untuk leher didasarkan pada studi Chaffin dan Kilborn et al. skor dan kisaran tersebut adalah :

1. untuk 0o – 10oflexion

2. untuk 10o - 20oflexion

3. untuk 30o atau lebih flexion

4. jika dalam extension

(a) (b) (c) (d)

2.18 Range Pergerakan Putaran Leher

(a) postur alamiah, (b) postur 10o – 20oflexion, (c) postur 20o atau lebih flexion, dan (d) postur extension

Sumber: Corlett N and Mc Atamney L, 1993 Gambar

(29)

commit to user

Apabila leher diputar atau dibengkokkan. Keterangan :

+1 jika leher diputar atau posisi miring, dibengkokan ke kanan atau ke kiri.

(a) (b) (c)

2.19 Range Pergerakan Leher yang Diputar atau Dibengkokkan (a) Postur Alamiah, (b) Postur Leher Diputar, (c) Postur Leher Dibengkokkan

Sumber: Corlett N and Mc Atamney L, 1993

Kisaran untuk punggung dikembangkan oleh Drury, Grandjean dan Grandjean et al. Skornya adalah :

1. ketika duduk dan ditopang dengan baik pada sudut paha tubuh 90o atau lebih

2. untuk 0o – 20oflexion

3. untuk 20o - 60oflexion

4. untuk 60o atau lebih flexion

(a) (b) (c) (d)

2.20 Range pergerakan punggung

(a) postur alamiah, (b) postur 0o – 20oflexion, (c) postur 20o - 60oflexion, (d) postur 60o atau lebih flexion

Sumber: Corlett N and Mc Atamney L, 1993 Gambar

(30)

commit to user

Punggung diputar atau dibengkokkan Keterangan :

+1 jika tubuh diputar

+1 jika tubuh miring ke samping

(a) (b)

(a) (c)

2.21 Range pergerakan punggung yang diputar atau dibengkokan (a) postur alamiah, (b) postur punggung diputar, (c) postur punggung dibengkokkan

Sumber: Corlett N and Mc Atamney L, 1993 Gambar

(31)

commit to user

Kisaran untuk postur kaki dengan skor postur kaki ditetapkan sebagai berikut :

+1 jika kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata-rata.

+1 jika berdiri dimana bobot tubuh tersebar merata pada kaki, dimana terdapat ruang untuk berubah posisi.

+2 jika kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar merata.

(a) (b)

2.22 Range Pergerakan Kaki

(a) Kaki Tertopang, Bobot Tersebar Merata (b) Kaki tidak Tertopang, Bobot tidak Tersebar Merata

Sumber: Corlett N and Mc Atamney L, 1993

Tabel 2.2. Tabel B RULA

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7 2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7 3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7 4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8 5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

Legs Legs Legs Neck

Posture Score

Trunk Posture Score

1 2 3 4

Legs

5 6

Legs Legs

Sistem penskoran dilanjutkan dengan melibatkan sistem otot dan tenaga yang digunakan saat melakukan aktivitas (Stanson dkk, 1960) :

1. Skor untuk otot (muscle)

+1 jika postur statis (dipertahankan dalam waktu 1 menit) atau aktivitas diulang lebih dari 4 kali/menit.

(32)

commit to user

2. Skor untuk beban (force)

0 beban < 2 kg (pembebanan sesekali) 1 beban 2 – 10 kg (pembebanan sesekali) 2 beban 2 – 10 kg (statis atau berulang-ulang)

3 beban > 10 kg (berulang – ulang atau sentakan cepat)

Sistem penskoran dari masing-masing grup selanjutnya dikombinasikan sehingga menjadi skor final. Sistem penskoran RULA dilihat dari gambar berikut.

Tabel 2.3. Tabel C RULA

1 2 3 4 5 6 7 8 9 9+ 1 1 2 3 3 4 5 5 5 5 5 2 2 2 3 4 4 5 5 5 5 5 3 3 3 3 4 4 5 6 6 6 6 4 3 3 3 4 5 6 6 6 6 6 5 4 4 4 5 6 7 7 7 7 7 6 4 4 5 6 6 7 7 7 7 7 7 5 5 6 6 7 7 7 7 7 7 8 5 5 6 7 7 7 7 7 7 7 9 5 5 6 7 7 7 7 7 7 7 9+ 5 5 6 7 7 7 7 7 7 7 Skor Grup B Skor Grup A Tabel C

(33)

commit to user

2.23 Sistem Penskoran RULA

Sumber: Corlett N and Mc Atamney L, 1993

Skor dari hasil kombinasi postur kerja tersebut diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori level resiko, yaitu

Tabel 2.4. Kategori Tindakan RULA

Kategori Tindakan Level Resiko Tindakan

1 – 2 Minimum Aman

3 – 4 Kecil Diperlukan beberapa waktu ke depan 5 – 6 Sedang Tindakan dalam waktu dekat

7 Tinggi Tindakan sekarang juga

Sumber : McAtamney, 2000

Penilaian sikap kerja menggunakan metode RULA dapat dilakukan secara manual menggunakan RULA Score Sheet ataupun menggunakan software RULA Online di website www.rula.co.uk.

2.2.5 Anthropometri dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas Kerja

Istilah Anthropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti ukuran. Secara definitif anthropometri dapat dinyatakan

(34)

commit to user

sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia (Wignjosoebroto, 2000).

Anthropometri menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (2008) adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.

Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran, (tinggi, lebar, dan sebagainya), berat, dan lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainnya. .Anthropometri secara luas yang digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan produk maupun sistem kerja yang akan melibatkan interaksi manusia. Aplikasi anthropometri meliputi perancangan areal kerja, peralatan kerja dan produk-produk konsumtif, dan perancangan lingkungan kerja fisik.

Manusia pada umumnya akan berbeda – beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia , yaitu:

a. Umur

Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahiran sampai dengan umur sekitar 20 tahunan. Dari suatu penelitian yang dilakukan oleh A. F. Roche dan G. H. Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa laki-laki akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21,2 tahun, sedangkan wanita 17,3 tahun. Meskipun ada 10 % yang masih terus bertambah tinggi sampai usia 23,5 tahun (laki-laki) dan 21,1 tahun (wanita). Setelah itu, tidak lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi pertumbuhan menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan.

b. Jenis kelamin (sex)

dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul, dan sebagainya.

(35)

commit to user

c. Suku bangsa (etnic)

Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnic akan memiliki karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dimensi tubuh suku bangsa negara Barat pada umumnya mempunyai ukuran yang lebih besar daripada dimensi tubuh suku bangsa negara Timur.

d. Posisi tubuh (posture)

Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran. Berkaitan dengan posisi tubuh manusia dikenal dua cara pengukuran, yaitu: 1. Anthropometri Statis (Structural Body Dimensions)

Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur meliputi berat badan, tinggi tubuh, dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut, pada saat berdiri/duduk, panjang lengan, dan sebagainya.

2. Anthropometri Dinamis (Functional Body Dimensions)

Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus diselesaikan (Wignjosoebroto, 2000) .

(36)

commit to user

Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data anthropometri yang tepat diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, diperlukan pengambilan ukuran dimensi anggota tubuh. Penjelasan mengenai pengukuran dimensi antropometri tubuh yang diperlukan dalam perancangan dijelaskan pada tabel 2.5.

Tabel 2.5 Pengukuran Dimensi Tubuh

D

DaattaaAAnnttrrooppoommeettrrii KKeetteerraannggaann CCaarraaPPeenngguukkuurraann

tinggi mata duduk (tmd)

Ukur jarak vertikal dari permukaan duduk sampai sudut mata terdalam

lebar bahu (lb)

Ukur jarak horisontal antara kedua lengan atas. Subjek duduk tegak dengan lengan atas merapat ke badan dan lengan bawah direntangkan ke depan Lebar pinggang (lpg) Ukur bagian terkecil dari

pinggang dalam posisi duduk j jaannggkkaauuaannttaannggaannkkee d deeppaann ( (jjttdd)) U Ukkuurrjjaarraakkhhoorriissoonnttaallddaarrii p puunngggguunngg ssaammppaaii uujjuunngg j jaarrii tteennggaahh.. SSuubbjjeekk b beerrddiirrii tteeggaakk ddeennggaann b beettiiss,, ppaannttaatt ddaann p puunngggguunngg mmeerraappaatt kkee d diinnddiinngg,, ttaannggaann d diirreennttaannggkkaann hhoorriizzoonnttaall k keeddeeppaann

(37)

commit to user

Tabel 2.5 Pengukuran Dimensi Tubuh ( Lanjutan )

D

DaattaaAAnnttrrooppoommeettrrii KKeetteerraannggaann CCaarraaPPeenngguukkuurraann

lebar pinggul (lp)

Ukur bagian terbesar dari panggul dalam posisi duduk

tinggi popliteal (tpo)

Ukur secara vertikal dari lantai hingga bagian bawah paha tepat dibelakang lutut dalam posisi duduk tegak, dalam keadaan lutut dan pergelangan kaki dalam posisi tegak lurus, dengan bagian bawah paha dan bagian bawah lutut langsung menyentuh permukaan tempat duduk panjang pantat popiteal

(ppo)

Ukur secara horizontal dari permukaan terluar pantat hingga bagian belakang kaki bagian bawah

Tinggi pinggang duduk (tpd)

Ukur jarak vertikal dari alas dudukan sampai bagian pinggang P Paannjjaannggtteellaappaakkttaannggaann ( (pptttt)) U Ukkuurr ppaannjjaanngg ttaannggaann d diiuukkuurr ddaarrii ppeerrggeellaannggaann t taannggaann ssaammppaaii ddeennggaann u ujjuunnggjjaarriitteennggaahh Lebar kepala (lk)

Ukur jarak vertikal bagian kepala terbesar

(38)

commit to user

Tabel 2.5 Pengukuran Dimensi Tubuh ( Lanjutan )

Data Antropometri Keterangan Cara Pengukuran

Panjang lengan atas (pla) Ukur jarak vertikal dari bahu hingga siku bagian dalam

Panjang lengan bawah (plb)

Ukur jarak horizontal dari siku bagian luar hingga ujung jari

Tinggi duduk tegak (tdt) Ukur jarak vertikal dari permukaan duduk sampai ujung kepala

Sumber: Van Cott H.P and Kinkade Robert G, 1972

2.2.6 Aplikasi Distribusi Normal dan Persentil Dalam Penetapan Data Anthropometri

Data Anthropometri diperlukan agar supaya rancangan suatu produk bisa sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Ukuran tubuh yang diperlukan pada hakekatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara individual. Adanya variansi ukuran sebenarnya akan lebih mudah diatasi bilamana kita mampu merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat “mampu suai” dengan suatu ukuran tertentu.

Pada penetapan data anthropometri, pemakaian distribusi normal akan umum diterapkan. Distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata dan simpangan standarnya dari data yang ada. Berdasarkan nilai yang ada tersebut, maka persentil (nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di bawah nilai tersebut) bisa ditetapkan sesuai tabel probabilitas distribusi normal. Bilamana diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi yang ada, maka diambil rentang 2,5th dan 97,5thpercentile sebagai batas-batasnya (Wignjosoebroto, 2000).

(39)

commit to user

2.24 Distribusi Normal yang Mengakomodasi 95% dari Populasi

Sumber: Wignjosoebroto, 2000

Menurut Julius Panero dan Martin Zelnik (2003) disamping berbagai variasi, pola umum dari suatu distribusi data anthropometrik, seperti juga data-data lain, biasanya dapat diuga dan diperkirakan seperti pada distribusi Gaussian. Distribusi semacam itu, bila disajikan melalui grafik dengan membandingkan kejadian yang muncul terhadap besaran, biasanya berbentuk kurva simetris atau berbentuk lonceng. Ciri umum kurva berbentuk lonceng tersebut adalah besarnya prosentase pada bagian tengah dengan sedikit saja perbedaan yang mencolok pada bagian ujung dari skala grafik tersebut.

Secara statistik sudah diperlihatkan bahwa data hasil pengukuran tubuh manusia pada berbagai populasi akan terdistribusi dalam grafik sedemikian rupa sehingga data-data yang bernilai kurang lebih sama akan terkumpul di bagian tengah grafik. Sedangkan data-data dengan nilai penyimpangan yang ekstrim akan terletak pada ujung-ujung grafik. Telah disebutkan pula bahwa merancang untuk kepentingan keseluruhan populasi sekaligus merupakan hal yang tidak praktis. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan perancangan dengan tujuan dan data yang berasal dari segmen populasi dibagian tengah grafik. Jadi merupakan hal logis untuk mengesampingkan perbedaan yang ekstrim pada bagian ujung grafik dan hanya menggunakan segmen terbesar yaitu 90% dari kelompok populasi tersebut.

Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase teretentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya: 95% populasi adalah sama dengan atau lebih rendah dari 95 persentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5 persentil (Nurmianto, 2008).

(40)

commit to user

Persentil ke-50 memberi gambaran yang mendekati nilai rata-rata dari suatu kelompok tertentu, namun demikian pengertian ini jangan disalahartikan sama dengan mengatakan bahwa rata-rata orang pada kelompok tersebut memiliki ukuran tubuh yang dimaksudkan tadi. Ada dua hal penting yang harus selalu diingat bila menggunakan persentil. Pertama, persentil anthropometrik dari tiap invidu hanya berlaku untuk satu data dimensi tubuh saja. Kedua, tidak dapat dikatakan seseorang memilki persentil yang sama, ke-95 atau ke-90 atau ke-5, untuk keseluruhan dimensi tubuhnya (Zelnik dan Panero, 2003).

Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data anthropometri, ditunjukan dalam tabel 2.6.

Tabel 2.6 Macam Persentil dan Cara Perhitungan dalam Distribusi Normal

P Peerrssenenttiill PePerrhihittuunnggaann 1-St x - 2,325 s x 2.5-th x - 1,96 s x 5-th x - 1,645 s x 10-th x - 1,28 s x 50-th x 90-th x + 1,28 s x 95-th x + 1,645 s x 97.5-th x + 1,96 s x 99-th x + 2,325 s x Sumber: Wignjosoebroto, 2000

Keterangan tabel 2.6, yaitu:

-x = mean data

x

s = standar deviasi dari data x

Pada pengolahan data anthropometri yang digunakan adalah data anthropometri hasil pengukuran dimensi tubuh manusia yang berkaitan dengan dimensi dari perancangan fasilitas kerja.

(41)

commit to user

· Perhitungan Persentil 5 dan 95

Pada penentuan dimensi rancangan fasilitas kerja perakitan dibutuhkan beberapa persamaan berdasarkan pendekatan anthropometri. Ini berkaitan dengan penentuan penggunaan persentil 5 dan 95 (Zelnik dan Panero, 2003).

Perhitungan nilai persentil 5 dan persentil 95 dari setiap jenis data yang diperoleh, dilanjutkan dengan perhitungan untuk penentuan ukuran rancangan dan pembuatan rancangan berdasarkan ukuran hasil rancangan. Menurut Sritomo Wignjosoebroto (2000), untuk menghitung persentil 5 dan persentil 95 menggunakan rumus pehitungan yang terdapat pada tabel 2.6 sebelumnya.

P5 = x-1,645SD -P50 = -x P95 = x+1,645SD

-2.2.7 Sikap Duduk dan Perancangan Tempat Duduk

Duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena hal itu mengurangi banyaknya otot statis pada kaki. Namun sikap duduk yang keliru akan menyebabkan masalah punggung. Operator dengan sikap duduk yang salah akan menderita pada bagian punggungnya. Tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat pada saat duduk, dibandingkan pada saat berdiri atau berbaring. Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktivitas otot atau urat saraf belakang dari pada sikap duduk yang condong kedepan (Nurmianto, 2008).

Perancangan kursi kerja harus dikaitkan dengan jenis pekerjaan, postur yang diakibatkan, gaya yang dibutuhkan, arah visual (pandangan mata), dan kebutuhan yang perlunya mengubah posisi (postur).

Pertimbangan-pertimbangan untuk perancangan tempat duduk:

· Dinamika Posisi Duduk

Dinamika posisi duduk dapat lebih mudah digambarkan dengan mempelajari mekanika sisitem penyangga dan keseluruhan struktur tulang yang terlibat dalam gerakanya. Menurut Tichauher, “sumbu penyangga dari batang tubuh

(42)

commit to user

yang diletakkan dalam posisi duduk adalah sebuah garis pada bidang datar koronal, melalui titik terendah dari tulang duduk (ischial tuberosoties) diatas permukaan tempat duduk. Oleh karena itu, perancangan tempat duduk harus diupayakan sedemikian rupa sehingga berat badan yang disangga oleh tulang duduk tersebar pada daerah yang cukup luas. Hal yang penting bagi seorang perancang adalah memperhatikan lokasi sandaran kepala dan sandaran lengan selain ukuran dan konfigurasi, karena elemen-elemen inilah yang berfungsi sebagai stabilisator dari suatu tempat duduk (Zelnik dan Panero, 2003).

· Pertimbangan Anthropometrik

Pertimbangan – pertimbangan anthropometrik dalam perancangan tempat duduk serta hubungannya dengan biomekanika dan implikasi ergonomik yang penting. Dimensi-dimensi dasar yang pada umumnya dapat diterima sebagai pedoman perancangan tempat meliputi tinggi duduk, lebar duduk, kedalaman tempat duduk, tinggi sandaran punggung, dan lain-lain (Zelnik dan Panero, 2003).

· Tinggi Tempat Duduk

Salah satu pertimbangan dasar perancangan suatu tempat duduk adalah tinggi permukaan bagian atas dari landasan tempat duduk diukur dari permukaan lantai. Secara anthropometrik, tinggi lipatan dalam lutut(jarak diukur secara vertikal dari permukaan lantai sampai bagian bawah dari paha tepat dibagian belakang lutut) haruslah menjadi ukuran pada data yang digunakan untuk menentukan tinggi landasan tempat duduk (Zelnik dan Panero, 2003).

· Kedalaman Tempat Duduk

Kedalaman tempat duduk (jarak yang diukur dari bagian depan sampai bagian belakang sebuah tempat duduk). Kedalaman tempat duduk secara anthropometrik dapat diukur , yaitu jarak pantat kelipatan dalam lutut (jarak horisontal dari permukaan paling belakang pantat hingga bagian belakang dari kaki bagian bawah) (Zelnik dan Panero,2003).

(43)

commit to user

· Penyangga Pada Lumbar Pada Posisi Duduk

Pendekatan ini menekankan pada ketentuan dari sandaran punggung yang yang dapat disetel untuk menyangga daerah lumbar atau daerah yang lebih rendah pada tulang belakang. Persyaratan adanya bantalan punggung akan bermanfaat untuk mengatasi sakit dipunggung. Grandjean (1987) dalam bukunya “Fitting the task to the Man” menganjurkan sebuah kursi dengan bagian belakang yang tinggi untuk sandaran belakang yang aman, yang juga menggambarkan adanya penopang (lumbar )yang tidak bisa disetel (Nurmianto, 2008).

2.2.8 Meja dan Permukaan Bidang Kerja

Didalam bekerja selain menggunakan kursi, ada juga fasilitas lain yang berupa meja yang digunakan dalam bekerja. Meja biasanya digunakan untuk membaca, menulis, merakit, dan lain-lain. Meja yang terlalu rendah menyebabkan

kyphosis terhadap tulang punggung dan meningkatkan beban. Meja yang terlalu rendah menyebabkan abduksi/ pengangkatan bahu dan membungkuk ke depan atau kyphosis leher yang menyebabkan kelelahan pada bahu dan otot leher.

Ada dua macam dasar untuk menentukan ketinggian permukaan bidang kerja yaitu:

1. Meja atau bangku yang tepat untuk bekerja sambil berdiri ( walaupun duduk dan berdiri bergantian adalah suatu hal yang mungkin dan diikuti dengan tersedianya kursi yang sesuai)

2. Meja atau bangku yang disesuaikan hanya untuk pekerjaan sambil duduk.

2.2.9 Perancangan Alat Bantu

Perancangan (desain/design) alat bantu (tools) merupakan proses mendesain dan mengembangkan alat bantu yang dibutuhkan untuk mempermudah pekerjaan didalam proses produksi. Pencekam adalah alat khusus yang berfungsi memegang, menahan benda kerja yang berfungsi untuk menjaga posisi benda kerja agar tidak bergerak selama proses produksi.

(44)

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan dalam diagram alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 berikut ini:

(45)

commit to user

Selesai Kesimpulan dan Saran Analisa dan Interpretasi Hasil Implementasi Hasil Rancangan

Tahap Perancangan A

Estimasi Biaya Rancangan Menentukan referensi point

Merancang base

Merancang elemen positioning

Perhitungan Dimensi

Menggambar Rancangan

Menentukan Material Bahan

Pembuatan Prototipe

Tahap Analisa dan Kesimpulan

(46)

commit to user 3.1 TAHAP AWAL

Tahap awal diawali dengan mengidentifikasi latar belakang permasalahan, dilanjutkan merumuskan masalah dan menentukan tujuan penelitian, studi pustaka dan studi lapangan.

3.1.1 Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai teori-teori dan konsep-konsep yang akan digunakan dalam menyelesaikan permasalahan yang diteliti serta mendapatkan dasar-dasar referensi yang kuat dalam menerapkan suatu metode yang digunakan. Studi pustaka ini dilakukan dengan mengeksplorasi buku-buku, penelitian-penelitian, artikel - artikel dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan ilmu ergonomi, anthropometri, dan postur kerja.

3.1.2 Studi Lapangan

Studi lapangan merupakan tahapan yang mengobservasi langsung segala kegiatan yang terjadi di lapangan, dalam hal ini kegiatan di Tarjo guitar

Kembangan, Mancasan, Baki, Sukoharjo. Hasil dari studi di lapangan ini yaitu data awal pengambilan gambar postur kerja para pekerja dan memberikan kuesioner Nordic Body Map untuk mendeteksi keluhan di bagian tubuh mana yang dirasakan oleh pekerja khususnya di stasiun finishing khususnya bagian pemasangan stiker.

3.1.3Identifikasi Permasalahan

Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah munculnya keluhan / rasa tidak nyaman pada beberapa bagian tubuh yaitu pada leher, bahu, punggung, lengan tangan, pinggang, pinggul, dan pergelangan tangan. Keluhan – keluhan yang dirasakan oleh para operator diakibatkan oleh postur kerja yang kurang ergonomis. Selain operator merasakan keluhan di beberapa bagian tubuh, ketidaktersediaan alat bantu kerja juga turut mempengaruhi kinerja operator pemasangan stiker. Tingkat kepresisian yang tinggi menyebabkan operator harus

(47)

commit to user

memasang stiker tepat pada posisi yang ditetapkan. Stiker yang tidak tepat posisinya harus dibuang dan tidak bisa dipakai kembali. Dalam kaitannya dengan tingkat kepresisian pemasangan stiker, operator yang tidak dilengkapi dengan alat bantu apapun membutuhkan waktu yang relatif lama dibandingkan dengan proses – proses yang lain.

Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa pekerja harus bekerja pada posisi duduk di lantai tanpa meja atau kursi. Posisi duduk pekerja yaitu duduk dengan kaki keduanya diluruskan ke depan. Pada saat mengerjakan benda kerja yaitu memasang stiker – stiker pada gitar, tidak dibantu dengan alat pemasang stiker gitar agar posisi gitar tegak tanpa harus dipegangi. Sehingga akhirnya saat dikerjakan, gitar dijepit oleh kedua kaki operator. Oleh sebab itu, diperlukan fasilitas alat pemasang stiker gitar yang mendukung pekerja saat menyelesaikan pekerjaannya tersebut.

3.1.4Merumuskan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya maka perumusan masalah yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini adalahbagaimana merancang alat pemasang stiker untuk mengurangi keluhan dan menurunkan level resiko postur kerja bagian pemasangan stiker.

3.1.5Menentukan Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tugas akhir ini adalah merancang merancang alat pemasang stiker untuk mengurangi keluhan dan menurunkan level resiko postur kerja bagian pemasangan stiker.

3.1.6Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah pekerja merasa nyaman saat mengerjakan pemasangan stiker dan kemudahan dalam proses pemasangan stiker.

(48)

commit to user

3.2 TAHAP PENGUMPULAN DATA & PENGOLAHAN DATA

Pada tahap ini terdiri dari dua bahasan yaitu pengumpulan dan pengolahan data. Tahap pengumpulan data diperlukan sebagai pendukung terbentuknya suatu perancangan fasilitas kerja. Perancangan ini dibuat dengan membuat desain alat pemasang stiker gitar yang disesuaikan berdasarkan anthropometri operator dan pertimbangan teknis yang ada.

Pengumpulan data kondisi awal dilakukan dengan melakukan pengambilan gambar postur kerja pekerja, melakukan wawancara dan menyebarkan kuesioner pada pekerja, dan melakukan identifikasi postur kerja dengan RULA ( Rapid Upper Limb Assessment ).

Pengambilan postur kerja operator pada saat melakukan proses pemasangan stiker dengan bantuan alat kamera digital. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung sikap kerja operator yang melakukan pemasangan stiker. Hasil gambar postur kerja yang dilihat dari sisi samping dapat digunakan untuk mengevaluasi sikap kerja operator dan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam perancangan selanjutnya.

Kuesioner Nordic Body Map disebarkan kepada empat orang pekerja di stasiun finishing bagian pemasangan stiker Tarjo guitar. Wawancara dan pengisian kuesioner Nordic Body Map digunakan untuk mengetahui berapa prosentase keluhan-keluhan rasa sakit yang dialami oleh para pekerja.

Data dimensi anthropometri diperlukan untuk penyesuaian pemakai atau pekerja dengan alat / obyek yang digunakan karena keduanya memiliki interaksi satu sama lain. Hal demikian dimaksudkan agar keamanan, kesehatan dan kenyamanan kerja dapat diwujudkan sehingga secara tidak langsung memberikan kontribusi pada perusahaan karena dapat meningkatkan kemampuan kerja. Pengukuran data anthropometri yaitu pada pekerja stasiun finishing khususnya bagian pemasangan stiker sebanyak 4 orang pria usia dewasa dengan menggunakan alat ukur meteran. Mekanisme pengukuran data anthropometri

(49)

commit to user

operator yaitu operator dalam posisi berdiri di atas permukaan lantai tanpa menggunakan alas kaki.

Data anthropometri sesuai dengan variabel yang diperlukan untuk perancangan alat yaitu tinggi siku berdiri dan jarak jangkauan tangan ke depan.

1. Tinggi Siku Berdiri

Tinggi siku yang diukur pada saat operator berdiri. Siku harus pada posisi membentuk sudut 900.Tinggi siku berdiri diukur dari permukaan lantai tempat operator berdiri.

2. Jangkauan Tangan ke Depan

Jarak horisontal dari punggung sampai ujung jari tengah. Operator berdiri tegak dengan betis, pantat, dan punggung merapat ke dinding, tangan direntangkan horisontal ke depan.

Dalam penelitian ini perancangan pemasang stiker gitar yang dapat dioperasikan antara rentang ukuran tertentu sehingga persentil yang digunakan dalam perancangan alat pemasang stiker gitar ini yaitu persentil ke-5, ke-50 dan persentil ke-95.

Perhitungan nilai persentil 5, 50, dan 95 dari setiap data yang diperoleh, dilanjutkan dengan perhitungan untuk penentuan ukuran rancangan dan pembuatan rancangan berdasarkan ukuran hasil rancangan. Rumus perhitungan untuk persentil 5, 50, dan 95 yaitu :

1. Persentil 5 = -x - 1,645¶x 2. Persentil 50 = -x 3. Persentil 95 = -x + 1,645¶x

(50)

commit to user 3.3 TAHAP PERANCANGAN

Tahap perancangan tersusun atas beberapa bagian yaitu menentukan referensi point, merancang base, merancang elemen positioning, perhitungan dimensi, menggambar rancangan, menentukan material bahan, pembuatan prototipe, estimasi biaya rancangan, dan implementasi hasil rancangan.

3.3.1 Menentukan Referensi Point

Perancangan merupakan tahapan dimana dilakukan proses perancangan terhadap alat yang akan dihasilkan. Tahap ini melanjutkan tahap sebelumnya yaitu tahap pengumpulan dan pengolahan data. Pada tahap perancangan ini, diawali dengan menentukan referensi point atau titik referensi. Referensi point berfungsi untuk menjadi fokus utama yang perlu diperhatikan dalam merancang sebuah alat pemasang stiker gitar.

3.3.2 Merancang Base

Tahap selanjutnya setelah menentukan referensi point adalah merancang base. Base dirancang bertujuan agar posisi stiker tepat pada lingkaran di luar lubang gitar. Base dirancang dengan bentuk silinder. Jika posisi base sudah dapat masuk pada lubang gitar, maka dapat dikatakan stiker yang akan dipasang sudah presisi sesuai dengan yang diharapkan.

3.3.3 Merancang Elemen Positioning

Setelah base selesai dirancang, kemudian langkah yang dilakukan adalah merancang elemen positioning. Dalam rancangan alat pemasang stiker gitar ini yang akan menjadi elemen positioning adalah press stiker. Press stiker menjadi elemen positioning pada proses pemasangan stiker karena press stiker memiliki peran penting dalam penentuan posisi yang tepat tingkat kedua setelah base. Walaupun base lebih penting daripada press stiker namun base juga tidak bisa berdiri sendiri tanpa adanya press stiker karena sebenarnya base merupakan bagian dari elemen press stiker dan bagian dari elemen positioning yang berhubungan langsung dengan stiker dan lubang gitar.

(51)

commit to user 3.3.4 Perhitungan Dimensi

Perhitungan dimensi untuk menentukan ukuran rancangan yang akan dibuat. Acuan yang dipakai adalah data anthropometri dan perhitungan persentil yang telah dilakukan sebelumnya dan data dimensi benda kerja. Perhitungan persentil meliputi :

1. Press stiker

Press stiker terdiri dari 2 bagian yaitu kotak press dan tempat stiker. Dimensi yang diperlukan untuk press stiker adalah diameter dalam dan luar stiker gitar. Panjang kotak lebih panjang dari diameter luar stiker. Lebar kotak lebih besar dari diameter luar stiker.

Diameter tempat stiker = diameter dalam stiker. 2. Handle press

Handle press terdiri dari 2 bagian. Bagian 1 yaitu handle dengan posisi tegak lurus dan menempel pada meja landasan. Bagian 2 yaitu handle yang tidak menempel langsung dengan meja landasan tetapi menempel dengan ujung handle bagian 1. Data dimensi yang diperlukan untuk handle 1 dan 2 adalah tebal gitar dan jarak titik tengah lingkaran stiker ke tepi gitar. Tinggi handle 1 lebih tinggi dari tebal gitar.

Panjang handle 2 = jarak titik tengah lingkaran stiker ke tepi gitar. 3. Meja Landasan

Dimensi yang diperlukan untuk merancang meja landasan adalah panjang dan lebar gitar. Panjang landasan sama dengan panjang gitar. Lebar meja landasan sama dengan lebar gitar. Lebar gitar terbagi atas 3 yaitu l1, l2, dan l3. Bentuk meja landasan

menyesuaikan dengan bentuk gitar. Lebar gitar kurang dari atau sama dengan jarak jangkauan tangan ke depan ( P5 )

(52)

commit to user

Tinggi kaki meja landasan = tinggi siku berdiri ( P95 ) + allowance

4. Pencekam

Data dimensi yang digunakan adalah dimensi tebal gitar. Tinggi pencekam = tebal gitar

3.3.5 Menggambar Rancangan

Tahap sesudah merancang elemen positioning yaitu menggambar rancangan. Gambar rancangan merupakan sarana yang digunakan oleh perancang untk menyampaikan ide / gagasannya pada orang lain. Agar lebih jelas dan nyata, maka gambar rancangan alat pemasang stiker gitar digambar dalam bentuk gambar 3 dimensi ( 3D ). Dimana gambar 3D akan tampak lebih mudah dibayangkan daripada hanya gambar 2D karena gambar 3D bisa dilihat dari sisi perspektif. Dimensi yang digunakan dalam menggambar gambar rancangan adalah data dimensi anthropometri yang diperlukan dan data dimensi benda kerja gitar.

3.3.6 Menentukan Material Bahan

Pada tahap ini yang dilakukan adalah menentukan material bahan yang akan digunakan. Kemudian bahan yang sudah ditentukan akan diaplikasikan pada gambar rancangan.

3.3.7 Pembuatan Prototipe

Setelah material bahan sudah ditentukan, tahap selanjutnya yaitu pembuatan prototipe. Prototipe dibuat bertujuan untuk mengetahui apakah hasil rancangan alat bantu yaitu alat pemasang stiker gitar bisa diaplikasikan pada stasiun finishing

atau tidak.

3.3.8 Estimasi Biaya Rancangan

Estimasi biaya rancangan menghitung perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk merancang alat pemasang stiker gitar apabila akan diwujudkan.

Gambar

Tabel 2.3. Tabel C RULA
Tabel 2.5 Pengukuran Dimensi Tubuh  D
Tabel 2.5 Pengukuran Dimensi Tubuh ( Lanjutan )
Tabel 2.6 Macam Persentil dan Cara Perhitungan dalam Distribusi Normal
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa menurut Pemohon Banding, pengertian “reimbursement” dalam ketentuan Pasal 8 ayat (3) P3B antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Amerika Serikat adalah bahwa pembebanan

Buku Pedoman Kode Etik Universitas Jayabaya tahun 2020 ini merupakan revisi dari Ketetapan Kode Etik Dosen, Kode Etik Mahasiswa dan Kode Etik Tenaga Kependidikan yang ditetapkan

DENGAN INI MENYATAKAN BERSEDIA / TIDAK BERSEDIA* HADIR PADA ACARA WORKSHOP REKONSILIASI TINDAK LANJUT LAPORAN HASIL AUDIT BPKP PROGRAM PAMSIMAS TAHUN

• Dengan menggunakan angka absolute (kasus kematian) dapat segera dilakukan respon.

101 Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jenis telur cacing yang ditemukan pada feses sapi di TPA Jatibarang Semarang lebih tinggi dan lebih

Salah satu karya sastra yang mengandung unsur gaya bahasa yang kuat adalah kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini.. Kumpulan cerpen Sagra diterbitkan pertama

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji Peran Komitmen Organisasi dalam Memediasi Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Organizational Citizen Behavior (OCB)

Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dikumpulkan dari 40 responden data tentang jenis produk para pedagang pasar tradisional. yang melakukan pembiayaan musyarakah