• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1.Latar Belakang

Informasi alamat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya jasa pengiriman barang, layanan ini mutlak memerlukan informasi alamat untuk mengirimkan barang pesanan kepada pelanggan. Contoh lainnya adalah penyaluran bantuan kemanusiaan, program ini juga memerlukan informasi alamat untuk proses distribusi. Alamat menjadi salah satu informasi yang diminta dalam berbagai bidang. Singkatnya, informasi alamat seseorang dapat diwakili dengan informasi tekstual selain ditunjukkan dengan koordinat.

Penentuan posisi dari informasi alamat seseorang merujuk pada konsep

geocoding. Geocoding merupakan proses menentukan posisi alamat yang disesuaikan dengan koordinat geografik atau proses penerjemahan data tekstual menjadi koordinat geografik (Duncan, dkk. 2011; Gartner, dkk. 2007). Geocoding dapat mengidentifikasi lokasi dengan data masukan berupa nama lokasi, alamat atau nama jalan. Kodepos dalam SIG juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan alamat dan hubungannya dengan posisi di atas permukaan bumi pada suatu sistem referensi (Penninga, dkk. 2005).

Alamat merupakan salah satu hal penting dalam konsep penentuan lokasi di era modern ini. Kualitas dari hasil geocoding suatu alamat tergantung pada kualitas alamat yang dikumpulkan, kelengkapan dan akurasi dari basisdata alamat yang ada (Kravets & Hadden 2007). Alamat dapat diasosiasikan dengan berbagai jenis kelas fitur dalam basisdata acuan. Contohnya jalan, batas bidang, titik alamat (point address) dan struktur bangunan (Zandbergen 2008).

Salah satu tantangan utama untuk memperoleh hasil geocoding yang akurat adalah ketersediaan data referensi yang lengkap (Zandbergen 2011). Data referensi merupakan dataset yang digunakan sebagai referensi dari suatu pekerjaan dan terhubung dengan informasi geografis (EUROSTAT 2002). Setiap data referensi yang digunakan memerlukan suatu sistem referensi. Sistem referensi dalam sebuah sistem

(2)

referensi spasial terbagi dalam tiga buah model yaitu, sistem referensi koordinat, sistem referensi linear dan sistem referensi penanda geografi. Sistem referensi spasial ini digunakan untuk menunjukkan posisi suatu tempat di muka bumi (Coetzee, dkk. 2008).

Proses geocoding yang menunjukkan posisi suatu tempat di permukaan bumi secara umum akan membuahkan hasil yang lebih akurat dan lebih baik pada daerah perkotaan. Hal ini dikarenakan informasi pada daerah perkotaan lebih detil dibandingkan daerah perdesaan (Kravets & Hadden 2007). Perbedaan tingkat kedetilan informasi pada berbagai lokasi dapat berpengaruh pada hasil geocoding. Dalam hal ini, lokasi merupakan komponen penting yang berpengaruh pada penilaian hasil geocoding (Vieira, dkk. 2010). Lokasi yang memiliki informasi yang lengkap dapat mengurangi kesalahan yang terjadi dalam proses geocoding. Perbedaan kelengkapan informasi dari berbagai lokasi salah satunya dapat disebabkan oleh perbedaan komponen alamat pada wilayah perdesaan dan perkotaan.

Model alamat pada wilayah perkotaan menggunakan komponen alamat berupa nama jalan, sedangkan model alamat pada wilayah perdesaan menggunakan komponen alamat berupa wilayah administratif. Masing-masing model alamat tersebut memiliki komponen alamat tersendiri. Selain itu, terdapat model alamat lainnya yang dapat dikategorikan sebagai unit geografik. Alamat dengan kategori unit geografik ini tidak dapat menghasilkan posisi sampai tingkat individu. Untuk memperoleh informasi posisi sampai pada tingkatan individu dapat menggunakan alternatif model alamat dengan data yang lain seperti model data titik alamat dan model data batas bidang (Zandbergen 2008). Pemilihan model alamat yang digunakan dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing lokasi.

Suatu lingkup wilayah yang sama dapat menggunakan beberapa model alamat. Contohnya pada desa yang dilewati oleh jalan kecamatan. Alamat pada daerah tersebut sebagian menggunakan model alamat dengan nama jalan dan sebagian yang lain menggunakan model alamat dengan wilayah administrasi. Selain itu, sepanjang ruas jalan yang sama nama jalan yang digunakan pada alamat dapat berbeda-beda bergantung pada pemahaman masyarakat setempat. Perbedaan ini banyak terjadi pada daerah perdesaan yang berada pada tepian kota atau pada daerah perdesaan yang berada di tepi jalan antar kota.

(3)

Daerah perdesaan dan perkotaan ini dibedakan berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki daerah yang bersangkutan. Daerah perdesaan atau perkotaan dapat melingkupi wilayah yang luas karena dapat terdiri atas beberapa desa atau kota. Daerah perdesaan umumnya masih memiliki banyak lahan pertanian dan memiliki kepadatan penduduk yang rendah. Daerah perkotaan sebaliknya banyak memiliki lahan terbangun dan memiliki kepadatan penduduk yang tinggi.

Lahan terbangun pada daerah perkotaan salah satunya berupa kompleks perumahan. Susunan bangunan pada kompleks perumahan ini lebih teratur jika dibandingkan dengan sebaran bangunan pada daerah perdesaan. Perbedaan sebaran bangunan rumah tersebut mempengaruhi pemilihan model alamat yang digunakan pada wilayah tersebut. Secara umum model alamat pada wilayah perkotaan ditulis menggunakan nama jalan dan nomor rumah sedangkan pada wilayah perdesaan menggunakan nama desa yang diikuti Rukun Tetangga, Rukun Warga dan nomor rumah. Nama jalan dan nomor rumah akan membantu membuat alamat tidak membingungkan (Njoh 2010).

Aturan terkait penulisan alamat di Indonesia yang sudah diatur di antaranya adalah penulisan alamat surat atau pos yang dikeluarkan oleh PT Pos Indonesia, alamat lengkap menurut Kementrian Sekretariat Negara (Republik Indonesia 2011) dan alamat menurut Badan Pusat Statistik (Badan Pusat Statistik 2005). Pos Indonesia memberikan sepuluh model penulisan alamat kepada Universal Postal Union (UPU) untuk wilayah Indonesia (Universal Postal Union 2013). UPU merupakan organisasi internasional yang mengurusi alamat pengiriman pos dan paket secara internasional. Alamat lengkap yang dimaksud oleh kementrian Sekretariat Negara tersebut berkaitan dengan pengiriman surat resmi antar instansi. Sedangkan alamat yang diatur oleh Badan Pusat Statistik berkaitan dengan alamat usaha/perusahaan yang disurvei. Masing-masing aturan digunakan terbatas oleh pembuat aturan tersebut. Aturan alamat secara umum khususnya untuk daerah perdesaan belum ada.

Daerah perdesaan yang memiliki bidang tanah yang belum dibangun atau tanah kosong memerlukan perhatian khusus. Umumnya bidang tanah tanpa bangunan yang berada pada satu desa akan memiliki alamat yang sama. Bangunan-bangunan dengan alamat tanpa nomor rumah juga memiliki alamat yang sama. Kondisi ini dapat

(4)

menyebabkan proses geocoding menunjukkan hasil yang kurang baik (Sutanta, dkk. 2016).

Proses geocoding memerlukan model alamat dan framework. Framework geocoding ini merupakan konsep dasar yang digunakan untuk melakukan proses

geocoding. Model alamat dapat ditentukan setelah melakukan survei lokasi daerah studi kasus untuk mengidentifikasi kondisi penulisan alamat pada daerah penelitian. Pembuatan model alamat dilakukan dengan mempertimbangkan aturan alamat dari berbagai instansi terkait seperti Bappeda untuk instansi pemerintah dan PT Pos Indonesia untuk instansi non pemerintah. Model penulisan alamat ini juga perlu mempertimbangkan penulisan alamat yang biasa ditulis oleh masyarakat. Model alamat ini kemudian akan diaplikasikan pada manajemen data alamat.

Pencarian posisi menggunakan data alamat atau geocoding akan memudahkan masyarakat yang membutuhkan informasi posisi suatu lokasi karena data tekstual lebih mudah dipahami dari pada data koordinat. Kebutuhan jasa antar dan banyaknya transaksi jual-beli secara online memerlukan informasi alamat yang lengkap untuk memudahkan penyaluran barang dengan cepat dan tepat. Alur distribusi yang cukup panjang pada daerah perdesaan dapat dipotong dengan layanan geocoding. Paket yang ditujukan kepada penerima tidak perlu singgah ke Kantor Kepala Desa sebelum diambil atau diantarkan kepada pemiliknya. Pemerintah juga dapat menyalurkan bantuan sosial yang berbasiskan informasi nama Kepala Rumah Tangga secara langsung jika layanan geocoding tersedia. Pajak progresif kendaraan bermotor yang berbasis satu alamat bukan lagi satu nama juga memerlukan informasi alamat yang benar dalam pelaksanaannya. Akan tetapi, layanan geocoding yang dapat memudahkan pencarian alamat ini belum dikenal secara umum oleh masyarakat.

Data alamat yang digunakan dalam proses geocoding ini belum memiliki aturan secara nasional terkait penulisan alamat dan komponen pada alamat. Beberapa daerah sudah memiliki peraturan terkait alamat yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk wilayah masing-masing. Aturan yang sudah diatur pada peraturan daerah tersebut sebagian besar terkait dengan pemberian nama jalan dan pemberian nomor rumah. Belum ada aturan yang mengatur sampai detil komponen alamat yang harus ada untuk menjadi sebuah alamat lengkap. Perhatian pemerintah terhadap penulisan

(5)

alamat masih belum baik. Belum ada aturan yang dibuat terkait dengan pengaturan penulisan alamat terutama secara nasional.

Penelitian ini memberikan usulan model alamat dan framework geocoding

untuk daerah perdesaan di Indonesia. Usulan ini dapat digunakan sebagai pertimbangan pengaturan penulisan alamat dan pemanfaatan layanan geocoding untuk lingkup yang lebih luas oleh pemerintah khususnya dan masyarakat secara umum.

I.2.Rumusan Masalah

Model penulisan alamat di Indonesia bervariasi dan belum ada standar khusus. Hal ini menyebabkan penulisan alamat untuk satu lokasi rumah dapat memiliki label yang berbeda-beda. Penulisan alamat di wilayah perdesaan memiliki komponen alamat yang unik seperti Rukun Tetangga dan Rukun Warga. Selain itu kondisi alamat di daerah perdesaan juga tidak lengkap dan tidak teratur. Hal tersebut disebabkan belum terdapatnya aturan dan lembaga yang mengatur alamat. Kondisi alamat yang bervariasi, tidak lengkap dan tidak teratur tersebut menjadi kendala untuk melakukan

geocoding. Kendala lain dalam pelaksanaan geocoding adalah peranti lunak address locator yang digunakan pada ArcGIS saat ini belum dapat mengakomodir penulisan alamat di Indonesia khususnya alamat untuk daerah perdesaan tersebut.

I.3.Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah menyusun model alamat dan membuat

framework geocoding untuk daerah perdesaan di Indonesia. Untuk mendapatkan tujuan utama tersebut maka disusun tujuan khusus sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi komponen informasi yang perlu dimasukkan dalam penulisan alamat di daerah perdesaan.

2. Merumuskan usulan model alamat untuk daerah perdesaan.

3. Implementasi model alamat dalam bentuk address locator yang sesuai untuk daerah perdesaan.

(6)

I.4.Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan pada rumusan masalah maka disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Komponen informasi apa sajakah yang perlu dimasukkan dalam penulisan alamat di daerah perdesaan?

2. Bagaimana model alamat dan framework geocoding untuk daerah perdesaan? 3. Bagaimana addresslocator yang sesuai untuk wilayah perdesaan?

4. Bagaimana analisis hasil geocoding di daerah perdesaan?

I.5.Ruang Lingkup

Penelitian ini dibatasi dalam beberapa hal yaitu:

1. Daerah perdesaan yang dimaksud adalah daerah yang memiliki karakteristik perdesaan yaitu Dusun Kedungtangkil, Desa Karangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo.

2. Jenis data referensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data referensi dengan tipe geometri berbentuk poligon.

3. Perangkat lunak yang digunakan untuk proses geocoding adalah ArcGIS.

I.6.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan standardisasi penulisan alamat di Indonesia. Address locator yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan

geocoding di Indonesia khususnya pada daerah perdesaan. Hasil geocoding yang dilakukan mampu mununjukkan kualitas geocoding secara umum di Indonesia untuk wilayah perdesaan.

(7)

I.7.Tinjauan Pustaka

Alamat merupakan bagian yang berperan penting dalam berbagai bidang. Penulisan alamat menjadi isu yang perlu diperhatikan. Standar penulisan alamat secara internasional dikembangkan oleh beberapa negara dan organisasi internasional (Coetzee, dkk. 2008). Standar alamat secara internasional tersebut diharapkan mampu memudahkan bisnis global baik oleh instansi maupun antar negara. Standar ini akan memudahkan dalam penanganan berbagai permasalahan lintas negara seperti penanganan bencana atau kebutuhan mendesak lainnya. Salah satu negara yang mengembangkan sistem alamat adalah Denmark. Penulisan alamat yang awalnya digunakan dengan pendekatan atribut dari berbagai data yang berbeda diubah menjadi menggunakan pendekatan entitas. Semua data akan menggunakan satu alamat yang sama ketika penulisan alamat menggunakan pendekatan entitas (Lind 2008).

Beberapa negara memiliki aturan tersendiri terkait alamat. Aturan dan data alamat di Australia dikelola oleh G-NAF yang berada dalam struktur PSMA. G-NAF ini juga mengorganisir alamat untuk kepentingan geocoding alamat. Pembaruan dan perbaikan data alamat diatur oleh lembaga ini (PSMA 2015). Standar alamat di Amerika dikeluarkan oleh Federal Geographic Data Committe (FGDC). Alamat di Amerika dibagi dalam empat kategori yaitu alamat dengan menggunakan jalan, alamat dengan menggunakan nama yang mudah dikenali (landmark), alamat dengan menggunakan kodepos dan alamat secara umum yang ditulis berbeda dengan tiga kategori sebelumnya (FGDC 2011).

Penulisan alamat untuk kepentingan pos dan pengiriman paket memiliki standar tersendiri pada negara Australia dan Amerika. Standar alamat untuk pos diatur oleh instansi yang berbeda dengan penyedia data alamat. Standar alamat untuk pos di Amerika dikelola oleh United State Postal Service (USPS). Alamat untuk pos di Australia diatur oleh Australia Post (Australia Post 1999). Negara lain yang memiliki santar penulisan alamat untuk pos adalah Kanada. Panduan penulisan alamat untuk pos ini dikeluarkan oleh Canada Post (Canada Post 2016). Panduan untuk pos lebih banyak menyinggung terkait penulisan teknis alamat pada amplop. Terdapat perbedaan pada panduan penulisan alamat untuk pos dan untuk keperluan geocoding.

(8)

Proses geocoding dapat dilakukan dengan memanfaatkan perangkat komersial dan open source baik dengan cara online maupun offline (Duncan, dkk. 2011). Sumber data dan perangkat yang berbeda dapat mempengaruhi kualitas hasil geocoding

(Whitsel, dkk. 2006). Kualitas hasil geocoding ditunjukkan dengan match rate yang diperoleh dari proses geocoding yang dilakukan (Whitsel, dkk. 2006; Zhan, dkk. 2006; Lovasi, dkk. 2007; Zandbergen 2008; Zandbergen 2011). Match rate tersebut ditunjukkan dalam persentase. Semakin tinggi persentase match rate hasil proses

geocoding maka semakin baik hasilnya.

Akurasi posisi dari hasil geocoding menjadi hal lain yang perlu diperhatikan selain match rate (Zandbergen, dkk. 2011; Zhan, dkk. 2006; Hart & Zandbergen 2013; Cui 2013). Akurasi hasil ini dipengaruhi oleh sumber data yang digunakan. Kelengkapan data pada lokasi yang berbeda juga menghasilkan keluaran yang berbeda. Data alamat yang lengkap akan menghasilkan akurasi yang lebih baik. Hasil

geocoding dengan akurasi posisi yang tinggi akan menunjukkan lokasi yang sebenarnya di lapangan. Hasil akurasi posisi dari proses geocoding tergantung pada data acuan yang dianggap benar (Whitsel, dkk. 2006). Selain itu, tingkat kesesuaian hasil dan akurasi pada tiap daerah dapat berbeda tergantung kondisi masing-masing (Yu 1996).

Perbedaan instrumen dan data yang digunakan mengakibatkan beragamnya hasil geocoding yang diperoleh. Masing-masing penelitian memiliki metode dan sistem geocoding tersendiri. Sistem geocoding dari penelitian-penelitian yang sudah pernah dilakukan tersebut dibandingkan untuk mengetahui skenario geocoding dengan hasil terbaik (Goldberg, dkk. 2013). Sistem geocoding yang dibandingkan adalah kualitas, kemampuan operasional, flexibilitas, integrasi dan antar muka.

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan maka disusun skenario penelitian untuk mendapatkan usulan model alamat dan framework geocoding. Usulan model alamat ini merupakan standar penulisan alamat pada daerah perdesaan di Indonesia. Framework geocoding yang disusun merupakan implementasi dari model alamat yang diusulkan dan digunakan pada proses geocoding pada daerah perdesaan.

Referensi

Dokumen terkait

Mayoritas warga kampung nelayan pesisir Muara Angke memiliki keberanian menjadi wirausahawan karena tekanan ekonomi yang mendesak. Selain itu, mereka memiliki minat

Oleh karena itu, peristiwa turunnya Al Qur’an selalu terkait dengan kehidupan para sahabat baik peristiwa yang bersifat khusus atau untuk pertanyaan yang muncul.Pengetahuan

Mengenai pemeriksaan kualitas produk juga sangat penting di dalam pelaksanaan pemberian tablet Fe kepada ibu hamil, pertama memeriksa kemasan bungkus apakah masih baik

Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang pemenuhannya setelah kebutuhan primer terpenuhi, namun tetap harus dipenuhi, agar kehidupan manusia berjalan dengan baik. Contoh: pariwisata

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam publikasi tersebut belum memuaskan karena terdapat beberapa kesalahan, seperti kesalahan penulisan kata

5) Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Dalam rangka menunjang perbaikan regulasi pengusahaan UCG diperlukan litbang UCG di Indonesia. Hal ini perlu dilakukan mengingat

3.1 Proses perumusan konsep didasari dengan latar belakang kota Surakarta yang dijadikan pusat dari pengembangan pariwisata Solo Raya karena memiliki potensi

Latar Belakang: Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat