• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK N 2 SALATIGA DAN UPAYA-UPAYA PEMECAHANNYA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK N 2 SALATIGA DAN UPAYA-UPAYA PEMECAHANNYA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM DI SMK N 2 SALATIGA DAN UPAYA-UPAYA

PEMECAHANNYA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

ELA IZZATUL LAILA

NIM: 111-13-128

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)
(3)

iii

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM DI SMK N 2 SALATIGA DAN UPAYA-UPAYA

PEMECAHANNYA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

ELA IZZATUL LAILA

NIM: 111-13-128

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

viii

MOTTO

ْنَم ْمُكُرْيَخ

ُهَمّلَع َو َناْرُقلا َمَّلَعَت

(9)

ix

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayanh Allah SWT skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Ibu faridhotul khoiriyah dan Bapak Marsahid yang senantiasa memberikan nasehat dan telah mendidikku dari kecil sampai menikmati kulian SI di IAIN Salatiga ini, serta tidak lelah mendoakah tanpa henti untuk menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama.

2. Adik-adikku tersayang Hilya Zakiya danh Safna Fatimah az-Zahra yang selalu memberikan semangat untuk terus menjadi pribadi yang tangguh.

3. Ibu Nyai H.j. Siti Zulaicho selaku pengasuh PPTQ Al-Muntaha yang selalu mendoakanku.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Syukur Alkhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas

karuniaNya, pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMK N 2

Salatiga” ini yang merupakan tugas dan syarat wajib yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Salatiga.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Junjungan kita

yakni Nabi Muhammad SAW, yang menjadi suri tauladan bagi seluruh umat di

jagat raya ini. Beliau adalah pembawa dan penyampai risalah Islam yang penuh

dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, yang dapat menjadi

bekal hidup manusia di dunia dan di akhirat kelak.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan,

bantuan, serta motivasi dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis menyampaiakan

ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya,

khususnya kepada:

1. Bapak DR. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam

4. Bapak Mufiq, S.Ag.,M.Phil., selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan saran, bimbingan, dan arahan serta keikhlasan dan

kebijaksanaan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan

(11)

xi

5. Bapak Dr. M. Gufron, M. Ag. selaku dosen pembimbing akademik penulis

yang dengan kesabarannya, membimbing penulis dari waktu ke waktu

6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staff Karyawan di lingkup jurusan PAI

7. Bapak Drs. Kamaruddin, M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMK N 2 Salatiga, yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penulisan di

sekolah tersebut

8. Bapak Drs. Matholiul Huda, selaku Guru PAI SMK N 2 Salatiga yang

menjadi narasumber utama dan membantu penulis selama melakukan

penulisan

9. Bapak/Ibu Guru serta Staff Karyawan SMK N 2 Salatiga yang telah

membantu penulis selama melakukan penulisan

10.Orangtua tercinta Bapak Marsahid dan Ibu Faridhotul Khoiriyah yang telah

mencurahakan kasih sayang, support, dan doa demi keberhasilan penulis

11.Adik-adik tercinta, Hilya zakiya dan Safna F. Zahra yang selalu menghibur

dan memberikan semangat serta doa kepada penulis

12.Ibu Nyai Hj. Siti Zulaecho, AH., selaku pengasuh PPTQ Al-Muntaha, yang

telah mencurahkan barokah ilmu dan doa beliau kepada penulis

13.Teman-teman PPTQ Al-Muntaha yang selalu memberikan semangat

14.Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, baik

secara langsung maupun tidak langsung

Atas jasa mereka, penulis hanya dapat memohon doa semoga amal mereka

mendapat balasan yang lebih baik serta mendapat kesuksesan baik di dunia maupun

(12)

xii

menyempurnakan skripsi ini. Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Salatiga, 31 Agustus 2017 Penulis

(13)

xiii

ABSTRAK

Laila , Ela Izzatul. 2017. Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMK N 2 Salatiga Dan Upaya-Upaya Pemecahannya. Skripsi. IAIN Salatiga. Pembimbing: Mufiq, S.Ag., M.Phil

Kata Kunci: Problematika, Pembelajaran Pendidikan agama Islam

Penelitian ini adalah upaya untuk mendeskripsikan tentang 1) Problematika apa saja yang dihadapi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMK N 2 Salatiga. 2) Langkah-langkah apa saja yang di lakukan oleh SMK N 2 Salatiga dalam mengatasi problematika pendidikan agama Islam.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti menggunakan pendekatan kualitataif. Teknik pengumpulan datanya dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk analisis data dengan menggunakan analisis data model interaktif, sedangkan pengecekan keabsahan datanya menggunakan triangulasi sumber.

(14)
(15)
(16)

xvi

2. Pendidikan Agama

Islam ...

7

F. Metode Penelitian...

1. Pendekatan Dan Jenis

5. Teknik Pengumpulan

Data ...

10 6. Analisis

Data ... 12

7. Pengecekan Keabsahan

(17)

xvii

8. Tahap-Tahap Penelitian

...

A.Pendidikan Agama

Islam ... 17

1. Pengertian Pendidikan Agama

Islam ... 17

2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 19

3. Dasar-dasar Pendidikan Agama

Islam ... 23

B.Problematika Pembelajaran Agama

Islam ... 27

1. Problem Peserta

Didik ... 28

2. Problem

(18)

xviii 3. Pengertian

Kurikulum ... 37

C. Problem Praktik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 41

1. Problem Menejemen

...

41

2. Problem Sarana dan Prasarana

... 42

3. Problem Lingkungan

... 41

D. Upaya-upaya Mengatasi Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam Problem Menejemen

... 41

1. Upaya Mengatasi Problem Peserta Didik ... 47

2. Upaya Mengatasi Problem Pendidik

...

50

3. Upaya Mengatasi Problem Menejemen dan Kurikulum ... 51

(19)

xix

5. Upaya Mengatasi Problem Lingkungan

(20)

xx

1. Problematika Pembelajaran Pendidikan Abama Islam SMK N 2 Salatiga ... 63

2. Upaya-upaya Dalam Mengatasi Problematika Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMK N 2

B.Upaya-upaya Dalam Mengatasi Problematika Pembelajaran Pendidikan

(21)

xxi DAFTAR

PUSTAKA ... 81

RIWAYAT HIDUP

PENULIS ... 82

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia mempunyai ideologi negara Pancasila yang

mengakui eksitensi semua agama dan rakyatnya wajib beragama. Agama

yang diakui negara ada enam yaitu: Islam, Hindu, Budha, Kristen, Katolik

dan Konghucu. Sebagai landasan utamanya adalah ketuhanan yang maha

esa, yang berarti bahwa segala produk budaya bersumber kepadanya.

Sebagai bangsa yang beragama adalah pasti tidak bisa dipungkiri jika

memiliki budaya yang cenderung bercorak spiritual-relegius. Budaya

bangsa budaya yang menjadi jati diri bangsa, yang mana menandakan

bahwasanya bangsa memiliki watak atau karakter yang baik atau tidak.

Pendidikan merupakan ranah yang strategis untuk membangun

bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat. Menurut Andre Renanto,

pendidikan merupakan sarana utama untuk mengembangkan kepribadian

setiap manusia. Hal ini dimaksudkan untuk melahirkan generasi yang

berkualitas, bermoral, arif dalam berfikir dan berperilaku. Dengan

pendidikan diharapkan kelak lahir generasi-generasi yang mampu berbuat

sebagaimana yang seharusnya diperbuat dan menjauhi apa yang tidak patut

dilakukannya.

Tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang termaktup

dalam UU. No. 2 Tahun 1989, tentang Sistim Pendidikan Nasional Bab 2,

(23)

2

kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantab dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.

Setiap pendidikan pasti mempunyai tujuan yang hendak

dicapainya sesuai dengan target baik yang bersifat formal maupun non

formal. Begitu juga pendidikan yang mempunyai dasar atau landasan Islam,

tentunya mempunyai arah dan tujuan tersendiri. Namun tujuan yang hendak

dicapai dalam pendidikan agama Islam berorientasi pada penyampaian

ajaran Islam secara menyeluruh sesuai dengan tujuan Allah menciptakan

manusia yang tak lain hanya untuk beribadah kepadaNya dan mewujudkan

nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi manusia yang diinginkan.

Dalam usaha mencapai tujuan pendidikan agama Islam tersebut. tentunya

tidak mudah dan banyak masalah. Masalah-masalah yang timbul dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam adalah pelaksanaan pembelajaran.

Bila pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam lancar (sesuai

dengan pedoman pengajaran) maka hasilnya pun akan baik. Sebaliknya

apabila pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam tidak sesuai

dengan pedoman pengajaran maka hasilnya akan jelek. Oleh karena itu dari

pihak penyelenggara pendidikan agama Islam harus pandai mengelola agar

masalah-masalah yang timbul dalam pembelajaran dapat teratasi. Masalah

(24)

3

kesulitan dalam menentukan materi yang cocok dengan anak yang

dihadapinya, kesulitan dalam memilih metode yang tepat dan sarana

prasarana yang kurang memadai karena keterbatasan dana.

Sedang dari faktor anak didik yaitu input siswa yang bervariasi

/heterogen (anak yang pandai, anak yang sedang dan anak yang bodoh

demikian pula anak yang pendiam, yang nakal dan yang pemarah dan

sebagainya). Sebagai contoh misalnya anak-anak di sekolah mendapatkan

pendidikan agama dari guru agama, tetapi keluarganya tidak aktif

menjalankan ajaran agama atau bahkan bersifat acuh tak acuh, keadaan

seperti itu akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan jiwa keagamaan

anak, karena kurang mendapatkan pembinaan dari lingkungannya.

Lingkungan seperti itu dapat menjadi kendala dalam pengajaran pendidikan

agama Islam.

Institusi pendidikan di Indonesia sangat beragam, mulai dari

sekolah umum seperti sekolah menengah pertama (SMU), sekolah

menengah kejuruan (SMK), begitu pula ada sekolah yang disebut pesantren,

madrasah dan diniyah. SMK N 2 Salatiga merupakah sekolah umum yang

siswa-siswinya mayoritas beragama Islam. Meskipun sekolah umum,

sekolah ini menekankan kepada mereka agar dapat mempelajari agama

Islam dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya kegiatan-kegiatan

keagamaan di luar jam pelajaran bidang studi pendidikan agama Islam

misalnya dengan adanya program muatan lokal BTA dan ekstrakulikuler

(25)

4

pengetahuan keagamaan lebih yang tidak dimiliki oleh siswa-siswa SMA

umum lainnya.

Pembelajaran PAI di SMK N 2 Salatiga masih mengalami

masalah. Masalah tersebut tidah hanya bersumber pada guru saja, tetapi

bersumber juga pada faktor lingkungan, peserta didik, media, sarana

prasarana, dan sebagainya. Berdasarkan masalah tersebut penelitian ini

diarahkan untuk menemukan problematika yang muncul dalam

pembelajaran PAI serta menemukan solusi pemecahannya. Untuk itu,

penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Smk N 2

Salatiga Dan Upaya-Upaya Pemecahannya.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan

sebelumnya, maka dengan hal tersebut dapat diambil rumusan masalah

untuk penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Apa saja problematika pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) di

SMK N 2 Salatiga?

2. Bagaimana upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi problematika

pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) di SMK N 2 Salatiga?

(26)

5

Dengan berpijak pada rumusan masalah sebagaimana tersebut

di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini

adalah:

1. Untuk mendeskripsikan apa saja problematika pembelajaran pendidikan

agama Islam di SMK N 2 Salatiga

2. Untuk mendeskripsikan bagaiman upaya yang dilakukan dalam

mengatasi problematika pembelajran pendidikan agama Islam di SMK N

2 Salatiga.

D. Kegunaan Penelitian

Dengan diadakan penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi yang jelas dan diharapkan dapat memberikan manfaat secara

praktis maupun teoritis, antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai

bidang pengajaran pendidikan agama Islam di SMU dan SMK.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pendidik : Untuk menambah khasanah keilmuan dan memenuhi

kebutuhan bagi setiap tenaga edukatif dalam meningkatkan

kompetensi dalam bidang belajar mengajar.

b. Bagi peneliti : Sebagai pedoman dalam rangka melaksanakan tugas

sebagai pendidik yang akan terjun langsung untuk mengamalkan

(27)

6

pengetahuan dan keilmuan sehingga dapat mengembangkan

wawasan baik secara teori maupun praktek.

c. Bagi lembaga : Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

rekomendasi bagi guru PAI dalam memecahkan problem-problem

pembelajaran di kelas.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul

penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa arti kata yang terdapat dalam

judul penelitian.

1. Problematika Pembelajaran

Secara etimologi kata problematika berasal dari kata problem

(masalah, perkara sulit, persoalan). Jadi problematika bermakna sesuatu

yang masih menimbulkan masalah masih belum dapat terpecahkan

(permasalahan). Sedangkan masalah dapat diartikan sebagai

ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan dengan apa yang terlaksana

(Muhaimin, 2007: 19).

Pembelajaran diidentikkan dengan kata “belajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang

supaya diketahui, ditambah dengan awalan “pem” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar

atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. ( Kamus Besar

Bahasa Indonesia, 2003: 17 ). Menurut undang-undang tahun 2003

(28)

7

interaksi peserta didik dan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar. Pembelajaran secara sederhana diartikan sebagai

sebuah usaha mempengaruhi emosi , intelektual, spiritual seseorang agar

mau belajar dengan kehendaknya sendiri (Fathurrohman, 2012:6)

Berdasarkan rincian pengertian di atas pengertian

problematika pembelajaran adalah masalah yang terjadi dalam proses

pelaksanaan pembelajaran baik dari sisi materi, guru, siswa, lingkungan

dan sarana prasarana yang belum bisa dipecahkan.

2. Pendidikan Agama Islam

Istilah pendidikan agama Islam di Indonesia dipergunakan

untuk nama suatu mata pelajaran di lingkungan sekolah-sekolah yang

berada di bawah pembinaan Depratemen Pendidikan Nasional.

Pendidikan agama dalam hal ini agama Islam termasuk dalam struktur

kurikulum. Ia termasuk kedalam kelompok mata pelajaran wajib dalam

setiap jalur jenis dan jenjang pendidikan berpadanan dengan mata

pelajaran lain seperti pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa,

Matematika, Sosial, Budaya.

Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui

ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap

anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat

memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam

yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran

(29)

8

dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak (Darajat, dkk,

2011:86).

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Pada penelitian skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan

kualitatif karena penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian yang

bersifat deskriptif kualitatif. Dikatakan deskriptif kualitatif karena

penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil pengolahan data

yang berupa kata-kata, gambaran umum yang terjadi di lapangan.

Menurut Moleong (2008:6) penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan dan lain-lain, secara holistik, dengan cara deskriptif dalam

bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah

dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Sedangkan jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan

(field research), yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan

di lapangan. Lapangan dalam hal ini diartikan sebagai lokasi penelitian,

yaitu di SMK N 2 Salatiga.

Penelitian lapangan (field research) dapat juga dianggap

sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode

untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa

(30)

9

suatu fenomenon dalam suatu keadaan alamiah atau ‘in situ’ (Moleong,

2011: 26).

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen

sekaligus pengumpul data. Dan dalam penelitian ini, peneliti berperan

sebagai pengamat partisipan dan kehadiran peneliti diketahui statusnya

oleh informan.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan

dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi SMK N 2

Salatiga, Jalan Parikesit, Kel. Dukuh Kec. Sidomukti, Salatiga.

4. Sumber Data

a. Data Primer

Sumber data primer adalah data dalam bentuk verbal atau

kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang

dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya (Arikunto, 2010:22).

Dalam penelitian ini sumber utama data adalah kepala sekolah

dan guru pendidikan agama Islam SMK N 2 Salatiga. Sedangkan

untuk memperoleh data penulis menggunakan teknik wawancara

terpimpin

(31)

10

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari

dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan lain-lain),

foto-foto, film, rekaman video, dan benda-benda yang dapat

memperkaya data primer (Arikunto, 2010:20). Peneliti

menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat dan melengkapi

informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara.

Adapun untuk data sekunder penulis melakukan pengumpulan

data dengan cara observasi dan dokumentasi sekolah.

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang autentik dan dapat

dipertanggung jawabkan dalam penelitian ini, maka diperlukan suatu

metode dalam pengumpulan data. Adapun metode pengumpulan data

dalam penelitian ini adalah :

a. Observasi dan Dokumentasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian

(Asmani, 2011,23). Metode observasi ini diperlukan untuk

memperoleh data dengan melalui pengamatan secara langsung

terhadap objek yang sedang diselidiki.

Dekumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan,transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

(32)

11

Adapun metode observasi dan dokumentasi ini penulis

gunakan untuk memperoleh data tentang :

1) Gambaran umum objek penelitian

2) Mengenal daerah penelitian

3) Keadaan sarana dan prasarana SMK N 2 Salatiga

4) Kegiatan pengajaran bidang studi pendidikan agama Islam

b. Interview

Interview atau wawancara adalah suatu cara menggali data.

Hal ini dilakukan secara mendalam untuk mendapatkan data yang

detail dan valid (Asmani. 2011: 122). Metode interview

dilaksanakan dengan cara terjun langsung ke lapangan dengan

mengadakan wawancara atau tanya jawab secara langsung terhadap

responden yang dianggap sebagai sumber data. Wawancara ini

disamping untuk observasi juga untuk membenarkan adanya data

yang diperoleh dari hasil observasi.

Adapun metode interview ini penulis tujukan kepada :

1) Kepala sekolah SMK N 2 Salatiga

2) Para guru di SMK N 2 Salatiga khususnya guru PAI.

Sedangkan data yang ingin penulis peroleh dari wawancara

ini, antara lain:

1) Latar belakang atau sejarah berdirinya SMK N 2 Salatiga.

2) Kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam di SMK N 2

(33)

12

3) Problematika yang terdapat dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam.

4) Upaya guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi

problematika yang terjadi.

Dalam melaksanakan interview ini penulis menggunakan

model interview bebas terpimpin, yaitu dengan cara penulis

membawa pedoman serangkaian pertanyaan yang hanya

merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan.

6. Analisis Data

Analisis data digunakan awal penelitian hingga akhir

pengumpulan data yang bersifat terbuka dan induktif, sehingga tidak

menutup kemungkinan akan terjadi reduksi data, perbaikan dan

verifikasi atas data yang diperoleh. Hal ini dimaksudkan untuk lebih

mempermudah pemahaman dan kejelasan. Sesuai dengan jenis dan

pendekatan yang digunakan, maka teknik analisis datanya adalah

deskriptif kualitatif. Hal ini di maksudkan untuk memahami informasi

yang terkait dengan problematika pembelajaran pendidikan agama Islam

di SMK N 2 Salatiga dan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi

problematika tersebut dalam pelaksanaannya di lapangan. Analisis

kualitatif deskreptif tidak bisa dipisahkan dengan proses pengumpulan

data. Data yang dianalisis berupa kata-kata yang dikumpulkan dalam

berbagai cara (observasi, wawancara, dokumentasi)kemudian setelah itu

(34)

13 7. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam menguji keabsahan data diperlukan teknik triangulasi

agar data yang didapatkan dalam penelitian valid dan reliabel.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong,

2011: 330).

Jenis teknik teriangulasi yang digunakan antara lain:

a. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber.

Triangulasi sumber yang digunakan dalam penelitian ini

antara lain: pembina, siswa, dan wakil kepala sekolah bidang

kesiswaan.

b. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik pengumpulan data digunakan untuk

menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek

data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Dalam penelitian ini di mana peneliti menggunakan teknik

wawancara, pada seorang sumber dengan data permasalahan yang

sama.

(35)

14

Pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara

melakukan pengecekan dengan wawancara dalam waktu yang

berbeda.

8. Tahap-Tahap Penelitian

Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap yaitu: tahap

sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, dan

tahap penulisan laporan yang ditempuh sebagai berikut:

a. Tahap Sebelum ke Lapangan

Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus penelitian,

penyusunan paradigma teori, penjajakan alat peneliti, permohonan

izin kepada subjek yang diteliti dan konsultasi fokus penelitan.

b. Tahap Pekerja Lapangan

Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang

berkaitan dengan kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam

di SMK N 2 Salatiga. Data ini diperoleh dengan observasi,

wawancara, dan dokumentasi.

c. Tahap Analisis Data

Menurut Miles and Huberman dalam Sugiyono (2007:

337) analisis data kualitatif terdiri atas tiga alur kegiatan yang

terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan atau verifikasi.

1) Mereduksi atau merangkum data, memliki hal-hal pokok,

(36)

15

polanya serta membuang yang tidak perlu.

2) Penyajian data dalam uraian singkat bagan, hubungan antar

kategori dan sejenisnya.

3) Penarikan kesimpulan berupa penemuan baru yang belum ada.

d. Tahapan Penulisan Laporan

Tahapan penulisan laporan adalah tahap penyusunan

data-data hasil temuan penelitian secra sistematis. Dalam penulisan

laporan penelitian ini tentunya mencakup semua kegiatan penelitian

mula dari tahap awal penelitian sampai tahap akhir yatu tahap

penarikan kesimpulan. Setelah itu melakukan konsultasi hasil

penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan

perbaikan, saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian

ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulisan skripsi

yang sempurna.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, penulis menyusun kedalam 5 (lima) bab yang

rinciannya sebagai berikut:

Bab I, Pendahuluan, berisi latar belakng masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian,

dan sistematika penulisan

Bab II, Kajian Pustaka, berisi tentang teori-teori yang berkaitan

dengan objek penelitian. Yaitu pengertian pengertian problematika

(37)

16

Bab III, Paparan Data Dan Temuan Penelitian, berisi tentang sejarah

singkat sekolah, visi dan misi, profil sekolah, tata tertib sekolah dan

Penyajian data.

Bab IV, Pembahasan. meliputi proses pembelajaran PAI di SMK N

2 Salatiga, problem pembelajaran PAI di SMK N 2 Salatiga, dan

langkah-langkah yang dilakukan dalam mengatasi problematika pembelajaran PAI

di SMK N 2 Salatiga.

Bab V, Penutup, meliputi kesimpulan dan saran.

BAB II

(38)

17 A. Pembelajran Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian pendidikan agama Islam

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana

dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, mengayati,

hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk

menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan

kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan

bangsa (Kementrian Pendidikan, 2002:3).

Dan untuk mencapai pengertian tersebut maka harus ada

serangkaian yang saling mendukung antara lain:

a. Pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan

bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang dilakukan secara

berencana dan sadar akan tujuan yang hendak dicapai.

b. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam

arti yang dibimbing, diajari dan atau dilatih dalam peningkatan

keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan terhadap

ajaran agama Islam.

c. Pendidik/ Guru (GBPAI) yang melakukan kegiatan bimbingan,

pengajaran dan atau latihan secara sadar terhadap peserta didiknya

untuk men capai tujuan tertentu.

d. Kegiatan PAI diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman,

(39)

18

untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga membentuk

kesalehan sosial (Muhaimin, dkk 1996:3).

Menurut Zakiyah Darajat, yang dikutip oleh Abdul Majid dan

Dian Andayani, “Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk

membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami

ajaran Islam secara menyeluruh, lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya

dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup”.

Sedangkan Tayar Yusuf (mengartikan pendidikan agama

Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman,

pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar

menjadi manusia bertakwa kepada Allah (Majid, Andayani, 2004:13)

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwasannya dalam

penyampaian PAI maupun menerima PAI adalah dua hal yang dilakukan

secara sadar dan terencana oleh peserta didik dan guru untuk untuk

meyakini akan adanya suatu ajaran kemudian ajaran tersebut difahami,

dihayati dan setelah itu diamalkan atau diaplikasikan, akan tetapi disitu

juga dituntut untuk menghormati agama lain.

Sedangkan dalam buku “Ilmu pendidikan Islam” yang

ditulis H.M. Arifin dikatakan Pendidikan agama Islam adalah sistem

pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk

memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena

(40)

19

Dengan istilah lain, manusia yang telah mendapatkan

pendidikan Islam itu harus mampu hidup di dalam kedamaian dan

kesejahteraan sebagaimana cita-cita Islam.

2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Sebelum lebih jauh menjelaskan tujuan pendidikan agama

Islam terlebih dahulu dijelaskan apa sebenarnya makna dari “tujuan”

tersebut. Secara etimologi “tujuan” adalah diistilahkan dengan ghayat,

ahdaf atau maqosid. Sedangkan dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan

goal, purpose, objectives, atau “aim”. Sedangkan secara termitologi, tujuan berarti “suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau

kegiatan selesai. Maka dari itu segala sesuatu harus memiliki tujuan,

karena dengan adanya tujuan maka hal yang kita inginkan akan tercapai

meskipun kadang sulit untuk mencapainya (Arief, 2002; ).

H. M. Arifin menyebutkan bahwa tujuan proses pendidikan

Islam adalah “idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islam

yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran

Islam secara bertahap.

Dan dari sini dapat diketahui betapa pentingnya kedudukan

pendidikan agama dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya, dapat

dibuktikan dengan ditempatkannya unsur-unsur agama dalam sendi-sendi

kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pendidikan agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan

untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan

(41)

20

peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang

terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa, serta

untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi

(Kementrian Pendidikan, 2002;3).

Pendidikan agama Islam juga mempunyai tujuan pembentukan

kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai

oleh ajaran Islam. Hal ini berati bahwa pendidikan Islam itu diharapkan

dapat menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakat

serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam

yang berhubungan dengan Allah dan manusia sesamanya, dapat mengambil

manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan

hidup di dunia kini dan di akhirat nanti (Daradjat, dkk 2011:30).

Sedangkan tujuan pendidikan agama Islam sendiri diarahkan

pada pencapaian tujuan, yakni tujuan jangka panjang (tujuan umum) adalah

tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan baik dengan

pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan jangka pendek (Tujuan khusus)

adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah

pengalaman tertentu yang direncanakna dalam sebuah kurikulum.

Maka jika kita perhatikan tujuan dari pendidikan agama Islam

adalah sejalan dengan tujuan hidup manusia itu sendiri, yakni sebagaimana

tercermin dalam firman Allah dalam surat Adzariat ayat 56

نو ُدُبْعَيِل َّلِْا َسْنِ ْلْا َو َّنِجْلا َتْقَلَخ اَم َو

(42)

21

Dengan demikian tujuan pendidikan Islam haruslah diarahkan

pada pencapaian tujuan akhir tersebut, yaitu membentuk insan yang

senantiasa berhamba kepada Allah, dalam semua aspek kehidupannya.Dari

beberapa tujuan itu dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan

dan dituju oleh kegiatan PAI, yaitu:

a. Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam.

b. Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta

didik terhadap ajaran agama Islam.

c. Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta

didik dalam menjalankan ajaran Islam.

d. Dimensi pengamalannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah

diimani, difahami dan dihayati sebagai manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta diaktualisasikan

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Muhaimin,

dkk. 1996;2).

e. Tujuan pendidikan agama Islam yang bersifat umum kemudian

dijabarkan lagi dengan disesuaikan dengan jenjang pendidikan menjadi

tujuan-tujuan khusus pada setiap jenjang pendidikan dasar dan

menengah.

Pendidikan agama Islam pada jenjang pendidikan dasar

bertujuan memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik tentang

agama Islam untuk mengembangkan kehidupan beragama, sehingga

menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

(43)

22

dan anggota umat manusia.

Sedangkan pendidikan agama Islam pada jenjang pendidikan

menengah (SMU) bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman,

penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga

menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara, serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih

tinggi.

Jika dicermati secara mendalam penddikan agama Islam

berfungsi untuk:

a. Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt. Serta

akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah

ditanamkan lebih dahulu dalam lngkungan keluarga.

b. Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai

kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.

c. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan

sosial melalui pendidikan agama Islam.

d. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta

didika dalam keyakinan, pengalaman ajaran agama Islam dalam

kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif budaya asing yang

akan dihadapinya sehari-hari.

f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum,

(44)

23

g. Penyaluran siswa untuk mendalami pendidikan agama ke lembaga

pendidikan yang lebih tinggi (Sutrisno, 2006;20).

3. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Islam merupakan pengembangan fikiran,

penataan perilaku, pengaturan emosional, hubungan peranan manusia

dengan dunia ini serta bagaimana manusia mampu memanfaatkan dunia

sehingga mampu meraih tujuan kehidupan sekaligus mengupayakan

perwujudannya.

Seluruh ide tersebut telah tergambar secara integratif (utuh)

dalam sebuah dasar konsep yang kokoh. Islam juga telah menawarkan

konsep akidah yang wajib diimani agar dalam diri manusia tertanam

perasaan yang mendorong pada perilaku yang dimaksudkan adalah

penghambaan manusia berdasarkan pemahaman atas tujuan penciptaan

manusia itu sendiri, baik dilakukan secara individu maupun kolektif.

Konsep dasar pendidikan Islam adalah konsep atau

gambaran umum tentang pendidikan, sebagaimana dapat difahami atau

bersumber dari ajaran Islam yaitu Al Quran, As Sunah dan Ijtihad.

Sebagai sumber dasar ajaran Islam, Al Quran memang

diturunkan oleh Allah kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad

SAW untuk memberikan petunjuk dan penjelasan tentang berbagai hal

yang berhubungan dengan permasalahan hidup manusia di dunia ini,

diantaranya permasalahan yang berkaitan dengan proses pendidikan.

(45)

24

penjelasan secara operasional dan terperinci tentang berbagai

permasalahan yang ada dalam Al Quran tersebut sesuai dengan

kebutuhan dan tuntutan situasi dan kondisi kehidupan nyata.

Dasar pendidikan yang berlandaskan pada Al Quran

sebagai yang diterangkan dalam Al Quran, sebagaimana berikut:

ِتَهَّمُا ِنو ُطُب ْنِم ْ ُكَُجَرْخَا ُاللهَو

َرا َصْبَ ْلْاَو َعْم َّسلا ُ ُكَُل َلَعَجَو َأْي َ ش َنوُمَلْعَت َلْ ْ ُكُ

نو ُرُك ْشَت ْ ُكَُّلَعَل َةَدِئْفَ ْلْاَو

ََ

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (An Nahl: 78)

"(3). Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah.(4). Yang mengajar (manusia)dengan perantara kalam.(5). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya" (Al-Alaq 3-5)

ُالله ِح َسْفَي اوُح َسْفاَف ِسِلَجَلما ِفِ اوُح َّسَفَت ْ ُكَُل َلْيِق اَذِا اوُنَمَا َنيِ َّلَا اَ ُّيُّ أَي

َا َنيِ َّلَا ُاللهِ عَفْرَي اوُ ُشُْناَف اوُ ُشُْنا َلْيِق اَذِاَوْ ُكَُل

ُكُنِم اوُنَم

اَمِب ُاللهَو ٍتاَجَرَد َ ْلَِّعلاوُتوُا َنيِ َّلَاَو

ٌيرِبَخ َنوُلَمْعَت

(46)

25

yang kamu kerjakan”( Mujadalah: 11).

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana

dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam

mengamalkan agama Islam dari sumber utama kitab suci Al-Quran dan

Hadist, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta

penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntunan untuk menghormati

penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat

beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan

bangsa (Sutrisno, 2005:20).

Akan tetapi dalam ilmu pendidikan Islam yang ditulis

Zakiah Daradjat lebih spesifikkan sebagaimana berikut:

a. Al Quran

Pendidikan termasuk ke dalam usaha atau tindakan untuk

membentuk manusia, termasuk kedalam ruang lingkup mu’amalah.

Sehingga pendidikan sangat penting, karena ikut menentukan corak

dan bentuk masyarakat.

Dan di dalam Al Quran terdapat banyak ajaran yang berisi

prinsip-prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu.

Sebagai contoh dapat dibaca kisah Lukman mengajari anaknya dalam

surat Lukman ayat 12 sampai 19. Cerita itu menggambarkan prinsip

materi pendidikan yang terdiri dari masalah iman, akhlak, ibadat,

(47)

26

hidup dan tentang nilai suatu kegiatan dan amal saleh. Itu berarti

bahwa kegiatan pendidikan harus mendukung tujuan hidup tersebut

(Daradjad, dkk. 2011;19).

Oleh karena itu pendidikan Islam harus mendukung tujuan

hidup tersebut. Dan pendidikan Islam harus menggunakan Al Quran

sebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai teori tentang

pendidikan Islam. Dengan kata lain, pendidikan Islam harus

berdasarkan ayat-ayat Al Quran yang penafsirannya dapat dilakukan

berdasarkan ijtihad disesuaikan dengan perubahan dan

pembaharuan.

b. As Sunnah

As Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan

Rasul Allah SWT. Yang dimaksudkan dengan pengakuan ialah

kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan

beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan.

As Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al

Quran. Separti Al Quran, Sunnah juga berisi aqidah dan syariah.

Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup

manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi

manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa.

c. Ijtihad

Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu bepikir dengan

(48)

27

untuk menetapkan atau menentukan sesuatu hukum syariat Islam

dalam hal-hal yang belum ditegaskan hukumnya oleh Al Quran dan

As Sunnah. Akan tetapi Ijtihad tidak boleh lepas dari Al Quran dan

As Sunnah (Daradjad, dkk. 2011;20).

B. Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Problematika bermakna sesuatu yang masih menimbulkan

masalah masih belum dapat terpecahkan (permasalahan). Sedangkan

masalah dapat diartikan sebagai ketidaksesuaian antara apa yang

diharapkan dengan apa yang terlaksana.

Selanjutnya mengenai pembelajaran berasal dari kata

“instruction” yang berarti “pengajaran”. Pembelajaran pada hakikatnya

adalah suatu proses interaksi antara anak-anak dengan anak-anak, anak

dengan sumber belajar, dan anak dengan pendidikan (Mansur 2007:163).

Menurut Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Sedangkan pendidikan agama Islam sendiri adalah upaya

sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,

memahami, mengayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi

dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam

hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud

(49)

28

Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam banyak sekali

permasalahan yang dihadapi untuk menyampaikan sebuah materi

seringkali permasalahan tersebut menjadi hambatan untuk mencapai

tujuan secara maksimal, probematika tersebut antara lain:

1. Problem Peserta Didik

Peserta didik adalah pihak yang hendak disiapkan untuk

mencapai tujuan, dalam arti yang dibimbing, diajari atau dilatih

dalam peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan

pengamalan terhadap ajaran agama Islam.

Di sisi lain, pendidikan itu berfungsi membentuk

kepribadian anak, mengembangkan agar mereka percaya diri dan

menggapai kemerdekaan pribadi. Pendidikan adalah sarana dalam

mengembangkan kemampuan/potensi peserta didik untuk

mendapatkan kekuatan spiritual keagamaan, untuk pengendalian

diri, kepribadian yang baik, kecerdasan, berakhlak mulia, serta

memiliki ketrampilan yang dibutuhkan oleh dirinya dimasyarakat.

Dalam UU Sisdiknas N O. 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional, terutama menyangkut pendidikan akan agama

(50)

29

mendapatkan layanan yang sesuai dengan bakat, minat, dan

kemampuannya.

Maka problem yang ada pada anak didik perlu

diperhatikan untuk ditindaklanjuti dalam mengatasinya, sehingga

tujuan dalam pendidikan itu dapat terealisaisi dengan baik.

Secara umum problematika peserta didik adalah segala

sesuatu yang dapat mengakibatkan kelambanan peserta didik dalam

belajar, diantara adalah sebagai berikut:

a. Karakteristik Kelainan Psikologi.

Fairuz Stone menjelaskan bahwa keseimbangan

perkembangan anak yang tertinggal dalam belajarnya itu lebih

sedikit dibandingkan teman-temannya secara umum. Misalnya,

mereka dikenal sebagai anak yang kurang penginderaannya,

khususnya lemah pendengaran dan penglihatannya.

b. Karakter Kelainan Daya Pikir (Kognitif)

Kelainan yang satu ini dianggap yang paling banyak

menimpa anak berkaitan dengan kegiatan belajar. Banyak teori

para pakar yang menjelaskan adanya keterkaitan erat antara

kecerdasan umumnya bagi anak dan tingkat keberhasilannya

dalam belajar (Asy Syakhs, 2001;25)

Jika kita mengamati tingkat kecerdasan dari sisi lain,

(51)

30

keterkaitan antara daya fikir dan anak yang lamban belajarnya,

seperti lemahnya daya ingat hingga mudah melupakan materi

yag baru dipelajari, lemah kemampuan berfikir jernih, tidak

adanya kemampuan beradaptasi dengan temannya, rendah

dibidang kebahasaannya baik dalam menyusun kalimat,

maupun dalam berbicara.

Sebagaimana mereka hanya dapat meraih tingkat

pencapaian yang rendah, mereka juga tidak dapat berkonsentrasi

dalam waktu lama. Sehingga kemampuan dalam penerapan

suatu ilmu, pemilahan, dan analisisnya rendah. Terkadang

mereka sulit berfikir secara rasional dan cenderung berdasarkan

perkiraan. Istilah-istilah tersebut besar pengaruhnya terhadap

proses kegiatan belajar anak (Asy Syakhs, 2001;25).

c. Karakter Kelainan Kemauan (Motivasi)

Kemauan dianggap sebagai tetapnya kekuatan yang stabil

dan dinamis bagi perjalanan seseorang agar dapat mewujudkan

tujuan tertentu dalam hidupnya. Kemauan juga berpengaruh

besar dalam kegiatan belajar.

Seseorang yang sudah tidak mempunyai motivasi dalam

melakukan pembelajaran maka dia akan mengalami kejenuhan

dan tidak ada gairah untuk bersungguh-sungguh. Sebagaimana

(52)

31

terdapat di dalam diri manusia, yang menimbulkan,

mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya

(Handoko, 1992: 9).

Jika dikaitkan dengan masalah motivasi, dapat dikatakan

bahwa tindakan seseorang sangat tergantung pada antisipasi

atau ekspektasi seseoran terhadap rangsangan yang

dihadapinya. Antisipasi yang positif terhadap rangsangan akan

menimbulkan reaksi mendekat, sedangkan antisipasi negatif

terhadap suatu rangsangan akan menimbulkan reaksi menjauh.

Suatu objek atau rangsangan yang diduga akan menimbulkan

rasa nikmat atau enak akan menimbulkan reaksi mendekat.

d. Karakter Kelainan Interaksi (Emosional) Dan Sosial

Teori yang ada menjelaskan bahwa menjalarnya perilaku

interaksi (emosional) yang tidak disukai di antara anak-anak

yang tertinggal dalam belajar meliputi rasa permusuhan,

kebencian, kecenderungan marah, merusak overacting,

mempengaruhi perkelahian, cepat mengabaikan peringatan dan

sebagainya(Asy Syakhs, 2001;30).

Tampak sekali bahwa kelainan berinteraksi sebagaimana

yang disebutkan di depan, berbeda pengaruhnya dengan

masalah sosial kemasyarakatan bagi anak-anak yang tertinggal

dalam belajar, karena mereka menanggapinya jeleknya adaptasi

(53)

32

permusuhan dan rasa menguasai atau dengan menjauh dari

pergaulan, mengundurkan diri dari kesepakatan masyarakat, dan

tidak senang membina persahabatan.

Jamalat Ghanim dalam teorinya juga menjelaskan bahwa

ketertinggalan anak dalam belajar bagi anak disebabkan

pengaruh pandangan yang menguasainya, sehingga, muncul

sifat egois, tidak mau bergaul dengan masyarakat, tidak ada

tolong menolong, tidak ada kompetisi positif, tenggelam dalam

kehidupan santai tanpa arah, tidak ada perhatian terhadap

peraturan sekolah dan bertindak sewenang-wenang (Asy Sakhs,

2001;30).

Dari penjelasan di atas dapat kita khususkan bahwasanya

problem pendidikan agama Islam yang berhubungan dengan

peserta didik, yaitu: (1) minat belajar/mendalami pengetahuan

agama Islam rendah; (2) minat belajar/kemampuan membaca

kitab suci al-Quran rendah meskipun akhir-akhir ini mulai

membaik; (3) fondasi keimanan dan ketakwaan peserta didik

terkesan masih relatif rentan; (4) perilaku menyimpang dibidang

akhlaq/moral keagamaan peserta didik, pergaulan bebas/seks

bebas terkesan sangat rentan/tinggi; (5) pemakaian narkoba,

tindak kriminal, dan anarkisasi sebagian peserta didik sekolah

umum terkesan rentan/tinggi (Muhaimin, 2011: 159).

(54)

33

Dalam proses pendidikan khususnya pendidikan

disekolah, pendidik memegang peranan yang paling utama.

sebagaimana dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 151)

اَنِتَيَأ ْ ُكُيَلَع وُلْتَي ْ ُكُنِم ًلْو ُسَر ْ ُكُيِف اَنْل َسْرَأ َ َكَم

َبَاتِكلا ُ ُكُُمِ لَعُي َو ْ ُكُيِ كَزُيَو

َنوَمَلْعَت وُنوُكَت ْمَل اَم ُكُُمِ لَعُيَو َةَ ْكِْحْلاَو

Artinya: “Sebagian (kami telah menyempurnakan nikmat kami kepadamu) kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan hikmah (As Sunah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum diketahui.” (Al Baqarah: 151)

Ayat ini menerangkan bahwa seorang pendidik adalah

pewaris nabi yang mempunyai peranan penting dalam merubah

dinamika kehidupan primitif menuju kehidupan madani.

Muhammad Fadhil Al-Djamali menyatakan bahwa

pendidikan adalah orang yang mengarahkan manusia kepada

kehidupan yang baik sehingga terangkat derajat kemampuannya

sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki oleh manusia

(Ahmad Tafsir 1991;74).

Sebagaimana firman Allah dalam Al Quran surat At

Takhrim ayat 6 yaitu:

اَيهَلَع ُةَراَجِلحاو ُسا نلا اَهُدْوُقَو اًر َنَ ْ ُكُِلهَأَو ْ ُكُ ِسُفنَأ اْوُق اوُنَمَأ َنْيِ لَا َا ُّيَُّيا

(55)

34

Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari apai neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang di perintahkan-Nya kepada mereka yang selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (At Takhrim: 6)

Dari ayat tersebut sudah jelas bahwasannya pendidikan

merupakan kewajiban setiap manusia. Pendidik dalam pendidikan

agama Islam dituntut untuk komitmen terhadap profesionalisme

dalam mengemban tugasnya. Seseorang dikatakan profesional

bilamana pada dirinya melekat sikap dedikatif yang tinggi terhadap

tugasnya, sikap komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja,

serta sikap continous improvement, yaitu selalu berusaha memperbaiki dan memperbaharui model-model yang sesuai dengan

tuntutan zamannya, yang dilandasi oleh kesadaran tinggi bahwa

tugas mendidik adalah tugas menyiapkan generasi penerus yang

akan hidup pada masa zamannya (Muhaimin, 2002;4).

Dalam UU No. 20 tahun 2003 , pendidik adalah tenaga

pendidik yang berkualitas sebagai guru, dosen, konselor, pamong

belajar, widyaswara, tutor instruktur,, fasilitator, dan sebutan lain

yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

Sedangkan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan formal, pendidikan

dasar dan pendidikan menengah (UU Guru dan Dosen No. 14 tahun

(56)

35

Pendidik dalam proses belajar mengajar harus menguasai

serta menerapkan prinsip prinsip didaktik dan metodik agar

usahanya dapat berhasil dengan baik dan dapat dipertanggung

jawabkan. Pengertian didaktik adalah ilmu mengajar yang

memberikan prinsip-prinsip tentang cara-cara menyampaikan bahan

pelajaran sehingga dikuasai dan dimiliki peserta didik.

Pendidik dalam sekolah yang biasa disebut dengan

sebutan guru. Dalam buku pendidikan agama Islam berbasis

kompetensi yang ditulis Abd. Mujib dan Dian Andayani merujuk

dari Syaodih dikatakan, Guru adalah salah satu faktor yang

mempengaruhi kualitas pendidikan. Para pakar menyatakan bahwa,

betapapun bagusnya sebuah kurikulum cofficial, hasilnya sangat

bergantung pada apa yang dilakukan guru di luar maupun di dalam

kelas (actual).

Karena guru sebagai profesi, tugas guru sebagai profesi

meliputi: mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti

meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti

meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi,

sedangkan melatih berarti mengembangkan

keterampilan-keterampilan pada siswa.

Guru pendidikan agam islam di sekolah/madrasah pada

dasarnya melakukan kegiatan pendidikan agama islam yaitu “upaya

(57)

36

(peserta didik) dalam mengembangkan pandangan hidup islami

(bagaimana akan menjalani dan memanfaatkan hidup dan kehidupan

sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai islam), sikap hidup islami, yang

dimanifeskan dalam ketrampilan hidup sehari-hari” (Muhaimin

2011 : 165).

Jadi, guru adalah ujung tombak pendidikan. Karna itu,

salah satu kekuatan yang harus dibangun oleh sekolah/madrasah

adalah bagaimana memiliki guru yang mempunyai kompetensi,

dedikasi,dan komitmen yang tinggi.

Secara garis besar Faktor-faktor yang mempengaruhi

peningkatan kualitas guru sebagaimana berikut:

a. Orientasi guru terhadap profesinya.

Kesadaran seorang guru terhadap tanggung jawab sebagai

pengajar akan mempengaruhi pelaksanaan pendidikan agama

Islam.

b. Keadaan kesehatan guru.

Seorang guru harus mempunyai tubuh yang sehat. Sehat dalam

arti tidak sakit dan sehat dalam arti kuat, mempunyai cukup

sempurna energi.

(58)

37

Seorang guru jika terpenuhi kebutuhannya, maka ia akan lebih

percaya diri kepada diri sendiri, merasa lebih aman dalam

bekerja maupun kontak-kontak sosial lainya.

d. Pengalaman mengajar guru.

Kian lama seorang guru itu menjadi guru, kian bertambah baik

pula dalam menunaikan tugasnya untuk menuju kesempurnaan.

e. Latar belakang pendidikan guru

Profesi guru itu dalam banyak hal ditentukan oleh pendidikan

persiapannya (Saifullah, 1989:179).

3. Problem kurikulum

Dalam pengertian yang sempit, kurikulum merupakan

seperangkat rencana dan pengaturan tentang isi dan bahan pengajaran

sarta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

belajar mengajar di sekolah. Pengertian ini yang digaris bawahi ada

empat komponen pokok dalam kurikulum, yaitu: tujuan, isi/ bahan,

organisasi dan strategi.

Dalam pengertian yang luas, kurikulum merupakan segala

kegiatan yang dirancang oleh lembaga pendidikan untuk disajikan kepada

peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan (Institusional, kurikuler

dan instruksional). Pengertian ini menggambarkan segala bentuk

aktivitas sekolah yang sekiranya mempunyai efek bagi pengembangan

peserta didik, adalah termasuk kurikulum dan bukan terbatas pada

(59)

38

Dalam kerangka penerapan kurikulum PAI pada sekolah,

para guru agama diperlukan mampu membaca visi sebuah kurikulum,

yakni ide-ide pokok yang terkandung di dalam tujuan-tujuan kurikulum.

Perlunya kemampuan membaca visi kurikulum PAI, terutama agar

persepsi yang dibentuk dalam pemikiran para guru agama itu terdapat

relevansi dan visi kurikulum yang secara prinsip terkandung dalam

tujuan-tujuan kurikulum.

Problem pada saat ini adalah kecenderungan bahwa

perhatian guru agama lebih tertuju pada struktur kurikulum PAI, seperti

analisis materi pelajaran, merumuskan tujuan serta bagaimana urusan

administrasi pengajaran lainya, pengembangan kurikulum yang

tercantum dalam tujuan pendidikan nasional serta relevansinya dengan

rumusan kompetensi PAI, kurang mendapat perhatian.

Dalam pandangan dunia pendidikan, keberhasilan program

pendidikan sangat tergantung pada perencanaan program kurikulum

pendidikan tersebut, karena kurikulum pada dasarnya berfungsi untuk

menyediakan program pendidikan yang relevan bagi pencapaian sasaran

akhir program pendidikan. Dengan kata lain fungsi kurikulum adalah

menyiapkan dan membentuk peserta didik agar dapat menjadi manusia

yang memiliki kompetensi tertentu sesuai dengan orientasi kurikulum

dan sasaran akhir progran pendidikan. Program kurikulum diorientasikan

(60)

39

tentu akan memiliki konstribusi yang signifikan terhadap calon-calon

penganggur pada masa yang akan datang (Hujair, 2003;163).

Sedangkan kurikulum pendidikan agama Islam di sekolah

atau madrasah berfungsi sebagai berikut:

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta

didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan

keluarga.

b. Penanaman nilai, yaitu sebagai pedoman hidup untuk mencari

kebahagiaan dunia dan akhirat.

c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang

dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,

kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik

dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran dalam

kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan

atau budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat

perkembanganya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam

nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.

g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat

(61)

40

secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan

bagi orang lain (Majid, 2004;169)

Ketika kurikulum pada PAI tidak digunakan dengan baik

maka hasil yang maksimal tidak akan didapatkan. Amin Abdullah, salah

satu pakar keIslaman non tarbiyah, juga telah menyoroti kurikulum dalam

kegiatan pendidikan Islam yang selama ini berlangsung di sekolah, antara

lain sebagai berikut:

a. Pendidikan Islam lebih banyak terkonsentrasi pada

persoalan-persoalan teoritis keagamaan yang bersifat kognitif semata-mata.

b. Pendidikan Islam kurang concern terhadap persoalan bagaimana

mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi “makna” dan

nilai yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik lewat

berbagai cara dan media.

c. Pendidikan agama Islam lebih menitik beratkan pada aspek

korespondensi tekstual, yang lebih menitik beratkan pada hafalan teks

keagamaan yang sudah ada.

Sistem evaluasi, bentuk-bentuk soal ujian agama Islam

menunjukkan prioritas utama pada aspek kognitif, dan jarang pertanyaan

tersebut mempunyai bobot muatan “nilai” dan “makna” spiritual

keagamaan yang fungsional dalam kehidupan sehari-hari (Muhaimin,

2002;264).

(62)

41

Dalam praktik pembelajaran pendidikan agama islam permasalahan

yang dihadapi yang seringkali permasalahan tersebut menjadi hambatan

untuk mencapai tujuan secara maksimal, praktik probematika tersebut

antara lain:

1. Problem Manajemen Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam

Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi.

Dikatakan sebagai ilmu oleh Gulick karena manajemen

dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara

sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang

bekerja sama. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet karena

manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur

orang lain menjalankan dalam tugas. Dipandang sebagai profesi

karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk

mencapai suatu prestasi manajer, dan para profesional dituntun

oleh suatu kode etik.

Dalam proses manajemen melibatkan fungsi-fungsi pokok

yang ditampilkan oleh seorang manajer atau pemimpin, yaitu:

perencanaan (Planning), pengorganisasian (organizing), pemimpin (Leading), dan pengawasan (Controlling), oleh karena

itu, manajemen diartikan sebagai proses merencana,

(63)

42

dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara

efektif dan efisien (Fattah, 2004;1).

Seringkali pendidikan agama Islam secara umum kurang

diminati dan kurang mendapat perhatian dikarenakan materi

kurikulum dan manajemen pendidikan yang kurang memadai,

kurang relevan dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja.

Setelah mengetahui kenyataan itu, maka pembaharuan terhadap

manajemen pendidikan Islam perlu diperhatikan.

2. Problem Sarana dan Prasarana dalam Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam

Masih banyak persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa

Indonesia kaitannya dengan keberhasilan pendidikan agama ini,

sebab pendidikan agama dalam pelaksanaannya terkait dengan

berbagai komponen yang melingkupinya, salah satunya lagi

adalah sarana dan prasarana pendidikan agama Islam.

Sarana pendidikan agama Islam adalah peralatan dan

perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dalam

menunjang proses pendidikan khususnya proses belajar mengajar

seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta peralatan dan

media pengajaran yang lain. Adapun yang dimaksud dengan

prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung

(64)

43

kebun, halaman, taman sekolah, jalan menuju sekolah (Surya,

2003;118).

Orang Islam Indonesia sekarang ini sudah mengetahui

perlunya tersedia alat-alat pendidikan untuk membangun sekolah

yang bermutu. Akan tetapi itu bukan berarti pengetahuan mereka

itu cukup teliti, juga belum berarti bahwa teori-teori tentang itu

sudah benar-benar dikuasai mereka. Dalam hal ini kita masih

menyaksikan adanya pembangunan sarana belajar yang

kelihatannya kurang direncanakan dengan baik. Mungkin saja

sebabnya adalah belum dikuasainya teori-teori baru tentang itu.

Kendala yang sudah jelas, dan seringkali ditemukan, ialah

kurangnya biaya (Tafsir 2008;92).

3. Problem Lingkungan dalam Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam

Pendidikan tidak hanya terpacu pada lingkup sekolah saja,

akan tetapi lingkungan selain sekolah seringkali mengambil peran

penting dalam pendidikan tersebut, begitu juga dengan

pendidikan agama Islam.

Berhasil atau tidaknya pendidikan agama Islam, lingkungan

sosial berperan penting terhadap berhasil dan tidaknya

pendidikan agama, karena perkembangan anak sangat

(65)

44

ditemukan pengaruh yang baik maupun yang buruk. Problem

lingkungan ini meliputi:

a. Lingkungan masyarakat yang tidak atau kurang agamis akan

mengganggu perjalanan proses belajar mengajar (Suryabrata,

2004;184).

b. Lingkungan keluarga, yang mempunyai berbagai macam

faktor antara lain:

1) Rusaknya hubungan suami-istri (orang tua).

2) Kerasnya orang tua dalam memperlakukan anak.

3) Anak merasa tersingkir dan terabaikan oleh orang tua.

4) Pendapat anak tidak pernah dihargai bahkan diejek dan

usahanya selalu dilarang.

5) Banyaknya sanksi yang tidak mendidik terhadap anak dan

tanpa sebab yang jelas.

6) Orang tua memperlakukan anaknya secara ngawur tanpa

sadar ataupun bentuk yang jelas.

7) Antara anak yang satu dan yang lainya dalam keluarga

tidak bisa rukun sehingga menimbulkan rasa dendam

diantara mereka.

8) Memberi contoh kepada anak dengan sifat-sifat negatif.

9) Orang tua terlalu sibuk sehingga anak merasa tidak

Gambar

Tabel 3.1 Tahun

Referensi

Dokumen terkait

Obat tradisional yang beredar dipasaran harus memenuhi syarat keamanan yang ditetapkan Badan POM.Saat ini belum diketahui apakah obat herbal “X” telah memenuhi ketentuan

Agar energi surya dapat digunakan pada malam hari, maka pada siang hari energi listrik yang dihasilkan disimpan terlebih dahulu ke batere yang dikontrol oleh regulator

Barchart adalah sekumpulan daftar kegiatan yang menyerupai balok dan menunjukkan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian-bagian pekerjaan dari

Berdasarkan masalah yang dirumuskan peneliti, maka adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data-data empiris dan fakta yang sahih (valid), dapat dipercaya

pendapatan nasional, tingkat upah, suku bunga, inflasi dan jumlah uang beredar.. Hal ini didukung oleh teori yang telah dikembangkan oleh para ahli

Hasil perbandingan perubahan nilai warna basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastis sebelum dan setelah perendaman dengan larutan coklat selama

panjang tongkol, diukur mulai dari pangkal hingga ujung tongkol tanpa kelobot. bobot basah tongkol, diukur bobot tongkol dengan kelobot. bobot kering tongkol, diukur saat

Berdasarkan sifat kelarutan protein dalam pepsin, kecernaan bahan kering dan protein kasar, menunjukkan bahwa cara fermentasi mono-maupun bikultur pada onggok sama,