1
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI MENGUBAH PECAHAN BIASA KE BENTUK
DESIMAL DAN PERSEN DENGAN METODE LATIHAN DAN
MODEL MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V DI MI ASAS
ISLAM
KALIBENING KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
NIESAA FADLILAH YUSUF
NIM: 115-14-131
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
3
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi Saudara :
Nama : Niesaa Fadlilah Yusuf
NIM : 115 14 131
Fakultas/Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan/ Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Judul : Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi
Mengubah Pecahan Biasa ke Bentuk Desimal dan Persen Dengan Metode Latihan dan Model Make A Match pada Siswa Kelas V MI Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018
Dengan ini kami mohon skripsi Saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Salatiga, 24 Agustus 2018 Pembimbing
4
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGAFAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jalan Lingkar Salatiga KM.2 Telepon (0298) 6031364 Kode Pos 50716 Salatiga Website:http://tarbiyah.iainsalatiga.ac.ide-mail: tarbiyah@iainsalatiga.ac.id
SKRIPSI
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI MENGUBAH PECAHAN BIASA KE BENTUK DESIMAL DAN PERSEN DENGAN
METODE LATIHAN DAN MODEL MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V DI MI ASAS ISLAM KALIBENING
Telah dipertahankan didepan Panitia Dewan Penguji Skripsi Program Studi Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 27 September 2018 dan telah dinyatakan
memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Jaka Siswanta, M.Pd. ____________________
Sekretaris Penguji : Dr. Winarno, S.Si., M.Pd. ____________________
Penguji I : Dr. Maslikhah, S.Ag.,Msi. ____________________
5
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN PUBLIKASI SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Niesaa Fadlilah Yusuf
NIM : 115 14 131
Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul : UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI MENGUBAH PECAHAN BIASA KE BENTUK
DESIMAL DAN PERSEN DENGAN METODE LATIHAN DAN
MODEL MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V DI MI ASAS
ISLAM KALIBENING KECAMATAN TINGKIR KOTA
SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Menyatakan bahwa ini benar-benar karya sendiri dan tidak berkeberatan untuk
dipublikasikan oleh pihak IAIN Salatiga tanpa menuntut konsekuensi apapun.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dan jika pada kemudian hari terbukti karya
saya ini bukan karya sendiri. Maka saya sanggup menanggung semua
konsekuensinya.
Salatiga, 13 Agustus 2018
Yang menyatakan,
Niesaa Fadlilah Yusuf
6
MOTTO
MATEMATIKA HIDUP UNTUK MENGHIDUPKAN ILMU LAINNYA
(Prof. Dr. Zulkarnadi, M.I.Komp, M.Sc)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
1. Keluargaku tercinta, yang tanpa mereka penulis bukanlah apa-apa. Kepada
orang tuaku, Bapak Sonni dan Ibu Sartini, kedua adikku Rizki dan Nabila.
2. Tante Tuti Setiani dan Om Agus yang selalu memberikan bantuan dan
semangat kepada penulis.
3. Sayyid Muhammad Ridlo, yang selalu memberikan bantuan dan semangat
kepada penulis.
4. Sahabat-sahabatku khususnya Norma Pratiwi, Siska Novitasari dan Putri Sari
yang selalu memberikan bantuan dan semangat kepada penulis.
5. Teman-teman se-angkatan, yaitu PGMI 2014 yang senantiasa menghiasi
rutinitas di kampus menjadi menyenangkan.
6. Seluruh warga Dusun Dawung, Desa Jumo, Kecamatan Kedungjati,
Kabupaten Grobogan dan seluruh teman-teman penulis selama KKN, Mas
7
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas
karuniaNya, pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Mengubah Pecahan
Biasa ke Bentuk Desimal dan Persen Dengan Metode Latihan dan Model Make A
Match Pada Siswa Kelas V di MI Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Kota
Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018” ini merupakan tugas dan syarat wajib yang
harus dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan IAIN Salatiga.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, yang menjadi suri tauladan bagi seluruh umat di jagat raya ini.
Beliau adalah pembawa dan penyampai risalah Islam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, yang dapat menjadi bekal hidup
manusia didunia dan diakhirat kelak.
Terselesaikannya penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan,
bantuan serta motivasi dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis menyampaikan
ucapak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya,
khususnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Ibu Peni Susapti, S.Si.,M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru
8
4. Bapak Dr. Winarno, S.Si., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan saran, bimbingan dan arahan serta keikhlasan dan
kebijaksanaan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
memberikan bimbingan pada penulisan skripsi ini.
5. Segenap Dosen dan Staff Karyawan FTIK IAIN Salatiga.
6. Ibu Asa Anfaida Maslina, S.Pd, selaku Kepala MI Asas Islam
Kalibening, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian di sekolah tersebut.
7. Ibu Tika Laraswati, S.Pd, selaku Wali Kelas VA yang telah memberi
izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di kelas tersebut.
8. Ibu Febrina Yuani Pamelang, S.Pd, selaku Guru mata pelajaran
Matematika yang menjadi narasumber utama dan membantu penulis
selama melakukan penulisan.
9. Segenap Guru serta Staff Karyawan MI Asas Islam Kalibening yang
telah membantu penulis selama melakukan penulisan.
10.Sahabat seperjuangan PGMI yang telah berjuang bersama.
11.Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Atas jasa mereka, penulis hanya dapat memohon do‟a semoga amal
mereka mendapat balasan yang lebih baik serta mendapat kesuksesan baik
di dunia maupun diakhirat. Penulis dalam hal ini mengharapkan saran dan
9
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca.
Salatiga, 13 Agustus 2017
10
ABSTRAK
Yusuf, Niesaa Fadlilah. 2018. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Mengubah Pecahan Biasa ke Bentuk Desimal dan Persen Dengan Metode latihan dan Model Make A Match Pada Siswa Kelas V di MI Asas Islam Kalibening Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. IAIN Salatiga. Pembimbing : Dr. Winarno, S.Si., M.Pd.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Metode latihan dan Model Make A Match.
Penelitian ini adalah upaya untuk mengetahui hasil belajar Matematika materi mengubah pecahan biasa ke bentuk desimal dan persen dengan metode latihan dan model pembelajaran Make A Match pada siswa kelas V MI Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: apakah melalui metode latihan dan model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi mengubah pecahan biasa ke bentuk desimal dan persen pada siswa kelas V MI Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018 ?.
Peneliti menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Teknik pengumpulan data berupa observasi, tes dan dokumentasi. Untuk analisis data dengan menggunakan analisis data kuantitatif dan kualitatif.
11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR BERLOGO. ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Kegunaan Penelitian... 7
1. Manfaat Teoritis ... 7
2. Manfaat Prastis ... 8
E. Hipotesis Tindakan... 9
1. Hipotesis Tindakan... 9
12
F. Metode Penelitian... 10
1. Rancangan Penelitian ... 10
2. Subjek Penelitian ... 10
3. Waktu dan Tempat Penelitian ... 11
4. Pelaksanaan dan Kolaborator ... 11
G. Langkah-langkah Penelitian ... 11
1. Pra Siklus ... 13
2. Siklus I ... 13
3. Siklus II ... 15
H. Metode Pengumpulan Data ... 16
1. Metode Observasi... 17
2. Metode Wawancara ... 17
3. Metode Dokumentasi ... 18
I. Instrumen Penelitian... 18
1. Tes ... 19
2. Lembar Observasi ... 19
J. Analisis Data ... 20
K. Sistematika Penulisan... 22
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 24
A. Hasil Belajar ... 24
1. Pengertian Hasil Belajar ... 24
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 25
3. Penilaian Hasil Belajar ... 28
B. Pembelajaran Matematika ... 29
1. Definisi Pembelajaran Matematika di SD/MI ... 29
2. Karakteristik Pembelajaran Matematika di SD/MI ... 30
13
D. Metode Latihan ... 34
1. Definisi Metode Latihan ... 34
2. Tujuan Metode Latihan ... 35
3. Langkah-langkah Metode Latihan ... 35
4. Kelebihan Metode Latihan ... 37
5. Kelemahan Metode Latihan ... 37
E. Model Make A Match ... 38
1. Definisi Make A Match ... 38
2. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Make A Match ... 38
3. Kelebihan dan Kelemahan Model Make A Match ... 40
F. Keterkaitan Antara Metode Latihan dan Model Make A Match ... 42
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ... 43
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ... 43
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 42
2. Subyek Penelitian ... 48
B. Pelaksanaan Penelitian ... 50
1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 50
2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58
A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 58
1. Deskripsi Hasil Pra Siklus ... 58
2. Deskripsi Hasil Siklus I ... 61
3. Deskripsi Hasil Siklus II ... 72
14
BAB V PENUTUP ... 87
A. Kesimpulan ... 87
B. Saran ... 87
15
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Formasi MI Asas Islam Kalibening ...45
Tabel 3.2 Jumlah Siswa MI Asas Islam Kalibening ...47
Tabel 3.3 Daftar Nama Siswa Kelas VA MI Asas Islam Kalibening ...48
Tabel 4.1 Hasil Nilai Post-test Pra Siklus ...59
Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Pre-test dan Post-test Siklus I ...63
Tabel 4.3 Tabel Observasi Siswa Siklus I ... 65
Tabel 4.4 Tabel Observasi Guru Siklus I ...68
Tabel 4.5 Hasil Evaluasi Pre-test dan Post-test Siklus II ... 74
Tabel 4.6 Tabel Observasi Siswa Siklus II ... 77
Tabel 4.7 Tabel Observasi Guru Siklus II ...80
16
DAFTAR GAMBAR
Grafik 4.1 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ...85
17
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 3 Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban Pra Siklus
Lampiran 4 Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban Siklus I
Lampiran 5 Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban Siklus II
Lampiran 6 Lembar Observasi Siswa Siklus I dan Siklus II
Lampiran 7 Lembar Observasi Guru Siklus I dan Siklus II
Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa Pra Siklus, Siklus I, Siklus II
Lampiran 9 Rekapitulasi Nilai Pra Siklus
Lampiran 10 Rekapitulasi Nilai Siklus I
Lampiran 11 Rekapitulasi Nilai Siklus II
Lampiran 12 Dokumentasi
Lampiran 13 Surat Tugas Pembimbing
Lampiran 14 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 15 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 16 Daftar SKK
18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Matematika dipelajari disetiap jenjang pendidikan. Ini merupakan
wujud dari pengakuan bahwa matematika sangat dibutuhkan dalam
pengembangan pengetahuan dan kehidupan sehari-hari. Namun dalam
sebuah pembelajaran matematika sering kita dengar siswa malas, ngantuk di
kelas, dan bosan menerima pelajaran. Kebanyakan siswa menganggap
pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit, menakutkan,
menjemukan, dan sangat tidak menyenangkan. Persepsi ini ada pada setiap
jenjang pendidikan. Oleh karena itu, dibutuhkan kreatifitas guru dalam
mengelola pembelajaran guna menghilangkan persepsi negatif tersebut dan
agar menimbulkan minat dan motivasi belajar siswa .
Sebuah pembelajaran akan terasa nyaman dan menyenangkan
apabila dalam pembelajaran tersebut terdapat kerjasama yang baik antara
guru dan siswa.Dan apabila pembelajaran telah menjadi menyenangkan
maka untuk mencapai keberhasilan dari pembelajaran tersebut akan menjadi
lebih mudah. Untuk mencapai hal tersebut harus selalu diadakan
pembaharuan pendidikan yang melibatkan bukan hanya guru tetapi semua
unsur pendidikan. Keberhasilan proses pembelajaran dicapai dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa
19
Dalam kegiatan pembelajaran, hasil belajar yang dicapai siswa ada
yang sudah memenuhi passing grade (batas ketuntasan), tetapi juga ada
yang belum dapat mencapainya. Hal ini dikarenakan setiap siswa
mempunyai kemampuan yang berbeda, artinya daya tangkap dan daya serap
masing-masing siswa berbeda dalam menerima pelajaran yang disampaikan
oleh guru. Hasil belajar menurut Suprijono seperti yang dikutip oleh Desi
(2012 : 1) adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Di sekolah siswa dituntut
mempunyai hasil belajar yang baik dalam semua mata pelajaran dan salah
satu mata pelajaran yang diharapkan mempunyai hasil yang baik adalah
Matematika.
Dalam proses pembelajaran matematika materi mengubah pecahan
biasa ke bentuk desimal dan persen pada siswa kelas V di MI Asas Islam
Kalibening menemui kesulitan penyampaian materi dan membangkitkan
minat siswa untuk mengikuti proses pembelajarannya. Hal ini dapat
ditunjukkan berdasarkan hasil pengamatan awal di MI Asas Islam
Kalibening pada tanggal 07 November 2017 perolehan nilai matematika
siswa kelas V rata-rata 70 % masih di bawah standar, sebanyak 21 siswa
tidak tuntas dan 8 siswa lainnya tuntas dari jumlah siswa yaitu 29 orang.
Adapun nilai KKM yang ditetapkan di MI tersebut adalah 60. Rendahnya
hasil belajar ini disebabkan karena model pembelajaran yang digunakan
20
tentang matematika sehingga minat dan motivasi siswa dalam belajar
matematika rendah. Maka dari itu perlu diadakan perbaikan pembelajaran
dengan memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan agar siswa
tertarik terhadap pelajaran matematika. Sehingga hasil belajar siswa
maksimal dan pembelajaran matematika dapat memberikan pengalaman
yang lebih bermakna dan utuh bagi siswa.
Salah satu cara untuk mencapai hasil belajar yang maksimal dan
memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan dalam kegiatan
belajar mengajar, guru menggunakan model pembelajaraan yang Inovatif
yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Salah satu model yang inovatif
adalah Model Pembelajaran Kooperatif. Muhamad Nur (2005:1-2)
memberikan pendapatnya bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
strategi pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil yang beranggotakan siswa yang berbeda kemampuannya, jenis
kelamin bahkan latar belakangnya untuk membantu belajar satu sama
lainnya sebagai sebuah tim. Semua anggota kelompok saling membantu
anggota yang lain dalam kelompok yang sama dan bergantung satu sama
lain untuk mencapai keberhasilan kelompok dalam belajar.
Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membentuk kelompok
kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai sebuah tim dalam
menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai
tujuan bersama. Muslimin Ibrahim, dkk (2000:7-10) terdapat tiga tujuan
21
yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keberagaman, dan
pengembangan keterampilan sosial. Beberapa ahli berpendapat bahwa
model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang
sulit. Salah satu teknik pembelajaran kooperatif adalah Make A Match
(mencari pasangan). Tehnik Make A Match atau mencari pasangan
dikembangkan oleh Lorn Curran (1994). Ciri utama model pembelajaran
Make A Match adalah siswa diminta mencari pasangan kartu yang
merupakan jawaban dari soal dalam waktu tertentu. Salah satu keunggulan
tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu
konsep atau topik dalam suasana yang me nyenangkan.
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tehnik
Make A Match secara sistematis yaitu guna menyiapkan kartu yang berisi
soal dan kartu yang berisi jawabannya, siswa mencari dan mendapatkan
pasangan kartu yang tepat dari soal atau jawaban yang mereka dapat. Siswa
yang dapat menemukan pasanganya sebelum waktu yang ditentukan dan
benar mendapat nilai-reward. Setiap langkah-langkah tersebut memiliki
tujuan yang telah disesuaikan dengan tujuan pembelajaran kooperatif.
Selain model pembelajaran, untuk mengatasi berbagai permasalahan yang
mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa diperlukan metode
pembelajaran yang tepat agar pelaksanaan belajar mengajar dapat terlaksana
secara efektif, satu metode yang bisa memaksimalkan waktu yang tersedia
serta mampu “memaksa” siswa terus belajar walaupun dalam proses
22
Latihan sebagai langkah alternatif dalam rangkan mengefesienkan proses
pembelajaran.
Menurut Nurjanah (2014:14) Metode Latihan adalah cara yang
dilakukan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan guru. Dalam
strategi tersebut dilakukan bimbingan dan latihan terus menerus. Kardi dan
Nur seperti yang dikutip oleh Trianto (2009:50) ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan yaitu :
menugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna, memberikan
pelatihan pada siswa sampai benar-benar menguasai konsep keterampilan
yang dipelajari, hati-hati terhadap latihan yang berkelanjutan, pelatihan
yang dilakukan terus menerus dalam waktu yang lama dapat menimbulkan
kejenuhan pada siswa dan memberikan tahap-tahap awal pelatihan, yang
mungkin saja siswa melakukan keterampilan yang kurang benar atau
bahkan salah tanpa disadari.
Pendapat diatas menunjukkan bahwa Metode Latihan adalah suatu
cara mengajar yang baik dengan memberikan bimbingan dan latihan secara
terus menerus sehingga menghasilkan kemandirian dalam menyelesaikan
persoalan baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat.
Langkah-langkah dalam menggunakan Metode Latihan yaitu; memberikan latihan
kepada siswa baik individu maupun kelompok, memberikan waktu kepada
siswa untuk mengerjakan latihan, memberikan bimbingan kepada siswa
23
kebutuhan dari masing-masing siswa khususnya kesulitan dalam
mengerjakan latihan.
Dari uraian yang telah disebutkan diatas, maka penerapan Metode
Latihan dan model pembelajaran Make A Match dalam proses pembelajaran
matematika dirasa cocok untuk digunakan pada materi mengubah pecahan
ke bentuk desimal dan persen. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran
matematika membutuhkan latihan terus menerus dengan disertai bimbingan
dari guru dan pembelajaran matematika harus menyenangkan, sehingga
siswa dapat aktif dan memahami serta dapat mengerjakan soal-soal dengan
cepat juga tepat. Jadi pada kesempatan kali ini, penulis tertarik untuk
menyelesaikan permasalahan mengenai hasil belajar matematika pada
materi mengubah pecahan ke bentuk desimal dan persen yang dilakukan
melalui kegiatan PTK yang berjudul “UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI MENGUBAH PECAHAN KE BENTUK DESIMAL DAN PERSEN DENGAN METODE LATIHAN DAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V DI MI ASAS ISLAM KALIBENING KECAMATAN
TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN AJARAN 2017/2018”
24
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah apakah dengan menggunakan Metode Latihan dan
model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar
matematika materi mengubah pecahan ke bentuk desimal dan persen pada
siswa kelas V di MI Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Kota
Salatiga Tahun Ajaran 2017/2018 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan pada penelitian ini
untuk mengetahui hasil belajar matematika setelah menggunakan Metode
Latihan dan model pembelajaran Make A Match dalam materi mengubah
pecahan ke bentuk desimal dan persen pada siswa kelas V di MI Asas Islam
Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Ajaran 2017/2018.
D. Kegunaan Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :
1. Manfaat Teoritis
a. Dari penelitian ini, diharapkan menghasilkan sebuah informasi
pengetahuan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan
menggunakan metode belajar dan model pembelajaran yang efektif
untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini
dikhususkan pada mata pelajaran Matematika materi mengubah
25
b. Sebagai bahan rujukan peneliti-peneliti yang lain di masa mendatang
yang ingin melakukan penelitian serupa.
2. Manfaat Praksis
a. Bagi Siswa
1) Dapat memperoleh bimbingan dari guru dan suasana belajar
yang menyenangkan serta motivasi belajar agar hasil belajar
matematika dapat meningkat.
2) Membuang persepsi negatif siswa terhadap mata pelajaran
matematika.
3) Meningkatnya keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran
matematika.
b. Bagi Guru
1) Dapat memperbaiki kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar.
2) Dapat menciptakan inovasi baru dalam proses mengajar.
3) Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
4) Memberikan kemudahan dalam penanaman konsep
pembelajaran pada siswa terhadap materi mengubah pecahan
biasa ke bentuk desimal dan persen.
26
Sebagai masukan serta sumbangan yang baik pada madrasah
dalam rangka memperbaiki sistem pembelajaran serta meningkatkan
mutu pendidikan dan menumbuhkan iklim pembelajaran siswa aktif
di Madrasah sehingga dapat mengantarkan peserta didik ke arah
yang diharapkan.
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan adalah suatu perkiraan tentang tindakan yang
diduga dapat mengatasi permasalahan yang telah dipaparkan pada latar
belakangpenelitian sebelumnya. Hipotesis dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah Metode Latihan dan model pembelajaran Make A Match
dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi mengubah pecahan
ke bentuk desimal dan persen pada siswa kelas V di MI Asas Islam
Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Ajaran 2017/2018.
2. Indikator Keberhasilan
Penerapan Metode Latihan dan model pembelajaran Make A Match
dikatakan berhasil apabila indikator yang diharapkan dapat tercapai.
Adapun indikator dapat dikatakan berhasil apabila hasil belajar
Matematika materi mengubah pecahan ke bentuk desimal dan persen
setelah menggunakan Metode Latihan dan model pembelajaran Make A
Match dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 60, dan
27
2010:241). Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai formatif tiap akhir
siklus, dan apabila 85% dari jumlah siswa sudah mencapai KKM maka
penelitian ini akan dihentikan.
F. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah
penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran
di kelas. Arikunto (2006:104) berpendapat bahwa penelitian tindakan
kelas terdapat empat tahap utama kegiatan yaitu, Perencanaan tindakan
(planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation),
dan refleksi (reflecting) dan seterusnya sampai perbaikan atau
peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan)
2. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti oleh peneliti yaitu siswa kelas V MI Asas Islam
Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yang berjumlah 29 orang
siswa yang terdiri dari 15 laki-laki dan 14 perempuan.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di MI Asas Islam
28
penelitian pada bulan Januari pada semester genap tahun ajaran
2017/2018.
4. Pelaksanaan dan Kolaborator
Pelaksanaan ini dilaksanakan oleh Ibu Febrina Yuani Pamela selaku
guru mata pelajaran matematika kelas V di MI Asas Islam Kalibening
Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 2017/2018. Sedangkan
kolaboratornya adalah Niesaa Fadlilah Yusuf NIM 11514131.
G. Langkah-langkah Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang
menggunakan data pengamatan langsung terhadap jalannya metode dan
model pembelajaran yang sudah digunakan untuk menyampaikan materi
Matematika di kelas. Data tersebut di amati melalui beberapa tahapan dalam
siklus-siklus tindakan.
Dalam pelaksanaanya peneliti bekerjasama dengan guru kelas.
Dalam hal ini pengampu mata pelajaran Matematika yaitu Ibu FebrinaYuani
Pamela. Peneliti sebagai kolaborator, sedangkan guru kelas bertindak
sebagai pelaksana. Pada pelaksanaanya terdapat beberapa kegiatan yang
terangkum dalam beberapa siklus.
Pelaksanaan penelitian ini menganut model yang dibuat oleh John
Elliot (Subyantoro, 2009: 10) sebagaimana yang disajikan dalam bagan
dibawah ini :
29
Gambar Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Berdasarkan model yang dibuat oleh John Elliot diatas, penelitian ini
sudah dirancang dalam tiga tahap, yaitu pra siklus, siklus I dan siklus II.
Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi setiap akhir pelaksanaan tindakan dengan diberi post test untuk
mengetahui perkembangan kemampuan siswa.
1. Pra Siklus
Tahap pra siklus ini peneliti lakukan dengan cara melihat secara
langsung pembelajaran yang ada di kelas V MI Asas Islam Kalibening PENGAMATAN
PERENCANAAN SIKLUS 1
REFLEKSI
PELAKSANAAN
PENGAMATAN PERENCANAAN SIKLUS 2
30
Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Di akhir pembelajaran peneliti
memberikan tes untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap
materi yang sudah dipelajari.
2. Siklus I
a. Perencanaan
1) Perencanaan scenario pembelajaran dengan menggunakan
Metode Latihandan model pembelajaran Make A Match yang
akan diterapkan dalam pembelajaran Matematika. Penekanan
perencanaan disini adalah menyiapkan siswa berada pada
suasana penyadaran diri untuk termotivasi belajar dengan
menekankan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan
berada pada konsentrasi terhadap materi pembelajaran
Matematika yang sedang dibahas.
2) Menentukan pokok bahasanya itu mengubah pecahan ke bentuk
desimal dan persen.
3) Menyusun RPP dengan pokok bahasa nmengubah pecahan ke
bentuk desimal dan persen yang di dalamnya kegiatan siswa,
lembar observasi untuk guru pengampu, dan lembar catatan
selama aktivitas pembelajaran Matematika berlangsung.
4) Menjelaskan kepada siswa tentang pembelajaran dengan
Metode Latihan dan model pembelajaran Make A Match,
31
sesuai dengan indikator pencapaian dalam pembelajaran
tersebut.
b. Pelaksanaan
Pada tahap tindakan ini pembelajaran dilaksanakan dengan Metode
Latihan dan model pembelajaran Make A Match dengan materi
pokok mengubah pecahan ke bentuk decimal dan persen sesuai
dengan scenario pembelajaran yang telah disusun dan direncanakan
dengan guru kelas (Pelaksana).
c. Pengamatan
Pada tahap ini penelitidan guru kelas melakukan pengamatan
pelaksanaan tindakan kelas untuk mengetahui tingkah laku dan sikap
siswa dan seberapa jauh efek kemajuan tindakan ketika mengikuti
pembelajaran matematika dengan menerapkan Metode Latihan dan
model pembelajaran Make A Match. Pengamatan dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan lembar observasi
yang telah dibuat. Hasil dari analisis data pada tahap ini akan
dijadikan acuan untuk melaksanakan siklus berikutnya. Juga
diperhatikan kendala yang terjadi pada saat diterapkannya model
pembelajaran tersebut.
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti dan kolaborator melakukan analisa hasil
observasi untuk mengetahui perubahan yang terjadi selama
32
pembelajaran Make A Match, apakah berhasil atau tidak tindakan
yang diberikan. Apabila pelaksanaan siklus I belum tuntas
berdasarkan indikator keberhasilan, maka akan dilaksanakan siklus
berikutnya sampai indikator keberhasilan tercapai.
3. Siklus II
a. Perencanaan
1) Identifikasi masalah dan menetapkan alternatif masalah
berdasarkan refleksi siklus pertama.
2) Pengembangan scenario pembelajaran dengan Metode
Latihan dan model pembelajaran Make A Match sebagai
upaya peningkatan hasil belajar Matematika.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan II sebagai upaya penyempurn akan Metode
Latihan dan model pembelajaran Make A Match berdasarkan
hasil refleksi siklus pertama.
c. Pengamatan
Observasi pelaksanaan tindakan ini untuk mengetahui berapa
jauh kemajuan tindakan kedua dengan Metode Latihan dan
model pembelajaran Make A Match. Pengamatan dilakukan
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan menggunakan lembar
observasi yang telah dibuat.
33
Hasil dari tahap observasi pada tindakan kedua meliputi
aktivitas, sikap atau perilaku siswa selama mengikuti
pembelajaran yang berlangsung di kelas, cara mengajar, serta
kendala yang ditemui ketika pembelajaran. Hal apa yang perlu
diperbaiki dan apa saja yang perlu menjadi perhatian pada
tindakan berikutnya. Jika permasalahan dirasa cukup, dalam arti
setelah dilakukan tes formatif pada akhir tindakan kedua ini dan
hasilnya sesuai dengan indikator keberhasilan yakni rata-rata
nilai siswa yang mendapat nilai diatas KKM yaitu 60 sudah
mencapai batas minimal yaitu 75% dari jumlah siswa, maka
tindakan ini sudah dihentikan.
H. Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini bersumber dari interaksi antara peneliti dengan
guru, kepala sekolah, maupun peserta didik dalam proses pembelajaran
Matematika. Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode berikut
ini :
1. Metode Observasi
Menurut Fita (2017:84) Observasi merupakan upaya untuk merekam
segala peristiwa atau kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan
itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu tertentu. Sehingga metode
observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
34
Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap obyek ditempat
kejadian atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi berada
bersama bersama obyek yang diteliti atau diselidiki (Margono,
2000:158).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat pengumpulan data
yang berupa pedoman pengamatan dan observasi partisipasi dengan
tujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran
Matematika di kelas V MI Asas Islam Kalibening. Adapun cara yang
digunakan adalah mengadakan observasi secara langsung pembelajaran
Matematika di kelas V, dengan cara melihat, mendengar dan
penginderaan lainnya.
Dalam pelaksanaan observasi ini, peneliti dibantu oleh Ibu Febrina
Yuani Pamela selaku guru mata pelajaran Matematika kelas V di MI
Asas Islam Kalibening sekaligus pelaksana penelitian.
2. Metode Wawancara
Penelitian ini penulis menggunakan metode wawancara tidak
terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar
yang akan ditanyakan. Oleh karena itu, penulis harus mampu
mengarahkan subyek penelitian terhadap pembicaraan tentang data yang
diharapkan. Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang
perkembangan hasil penelitian yang dilakukan. Seperti pencapaian atau
kemajuan serta kendala dari penelitian yang dilakukan. Wawancara
35 3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi menurut Arikunto (2006:202), “yaitu metode
pengumpulan data dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan , transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen, rapat, agenda dan sebagainya”. Metode dokumentasi ini
digunakan sebagai penguat dan pelengkap data yang tidak diperoleh dari
wawancara dan observasi.
Adapun metode dokumentasi yang digunakan berupa tugas siswa,
daftar nilai siswa. Selain itu dokumentasi yang digunakan yaitu hasil
kerja siswa, baik dalam tugas individu maupun kelompok, dan hasil tes
formatif siswa pada tiap siklus.
I. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Tes
Menurut syah yang dikutip oleh desi (2012:30) “tes adalah alat ukur
yang banyak digunakan untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah
proses belajar mengajar atau menentukan taraf keberhasilan sebuah
program pengajaran”. Sedangkan menurut Arikunto (2006:150) tes
36
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki individu atau kelompok.
Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan yang diperoleh siswa setelah kegiatan penelitian tindakan
kelas. Tes hasil belajar dilakuakan disetiap akhir pertemuan untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar matematika materi mengubah
pecahan ke bentuk desimal dan persen. Tes yang diberikan dalam
penelitian ini kepada siswa kelas V MI Asas Islam Kalibening, yakni tes
tertulis.
2. Lembar Observasi
Pendapat Sugiyono yang dikutip oleh Desi (2012:29) menyatakan
“in participant observation, the researcher observes what people do,
listent to what they say, and participantes in their activies”. Dalam
observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang,
mendengarkan apa yang mereka ucapkan dan berpartisipasi dalam
aktifitas mereka.
Lembar observasi merupakan lembar yang berisi pedoman dalam
melaksanakan pengamatan di dalam kelas, terdiri dari beberapa butir
yang digunakan pengamat untuk menilai proses pembelajaran. selain itu
lembar observasi ini digunakan untuk monitoring dan evaluasi setiap
tindakan agar kegiatan observasi tidak terlepas dari konteks
37
J. Analisis Data
Secara umum, studi ini bertujuan untuk mencari data dan informasi
yang kemudian dianalisis dan ditata secara sistematis dalam rangka
menyajikan gambaran yang semaksimal mungkin tentang penerapan
Metode Latihan dan model pembelajaran Make A Match dalam upaya
meningkatkan hasil belajar matematika pada materi mengubah pecahan
kebentuk desimal dan persen di kelas V MI Asas Islam Kalibening
KecamatanTingkir Kota Salatiga.
Data disajikan secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.
Data kualitatif berupa catatan lapangan dan tugas siswa. Sedangkan data
kuantitatif adalah hasil tes siswa selama kegiatan belajar mengajar dan
setelah selesai materi diajarkan (pre test-post test).
Pre-test adalah suatu test yang dilaksanakan oleh pendidik terhadap
warga didik sebelum seluruh rangkaian penelitian tindakan penelitian
dimulai, sedangkan yang dimaksud dengan Post-test adalah suatu test yang
dilaksanakan oleh pendidik terhadap siswa setelah seluruh rangkaian
pelatihan berakhir. Pertanyaan yang berada dalam Pre-test adalah sama
dengan pertanyaan yang terdapat pada Post-test. Tujuannya adalah untuk
mengetahui tingkat penyerapan informasi dari siswa selama proses
pembelajaran.
Untuk data kualitatif, analisis yang digunakan adalah analisis
diskriptif kualitatif, yaitu analisis data yang diwujudkan bukan dalam
38
(Lexy, 2000:5). Analisis ini menggunakan analisis deskriptif yaitu
mendeskriptifkan hasil belajar Matematika kelas V MI Asas Islam
Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga pada semester II tahun
pelajaran 2017/2018.
Analisis data untuk tujuan tindakan dilakukan dengan
membandingkan isi catatan yang dilakukan kolaborator (peneliti) dan
pelaksana (guru kelas) dengan harapan unsure subyektifitas dapat dikurangi
.Sedangkan data kuantitatif, analisisnya menggunkan statistik deskriptif
dengan penyimpulan lebih mendasar pada nilai rata-rata (mean). Mean
didapat dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
=
∑Keterangan :
= Rata-rata hasil belajar
∑ = Jumlah seluruh nilai tes
= Jumlah peserta didik
K. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi tentang “Peningkatan Hasil Belajar Matematika
Materi Mengubah Pecahan ke Bentuk Desimal dan Persen dengan Metode
Latihan dan Model Pembelajaran Make A Match pada Siswa Kelas V di MI
39
2017/2018”, secara keseluruhan terdiri dari lima bab, masing-masing bab
disusun secara rinci dan sistematis. Adapun sistematika pembahasan dan
penulisannya sebagai berikut :
BAB I : Merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis
tindakan dan indikator keberhasilan, metode penelitian, langkah-langkah
penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, analisis data
dan sistematika penulisan.
BAB II : Dalam bab ini, penulis mengemukakakan Kajian Teori dan
Kajian Pustaka dari tiap-tiap variabel penelitian.
BAB III : Dalam bab ini berisikan pelaksanaan penelitian berisikan
Profil Madrasah yang meliputi : Gambaran umum MI Asas Islam
Kalibening, terdiri dari : Visi dan Misi Madrasah, Struktur Madrasah,
Tenaga Pendidik, Peserta Didik, Sarana dan Prasarana, selain berisikan
profil madrasah dalam bab ini juga berisikan Deskripsi Pelaksanaan
Tindakan.
BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari :
Deskripsi per siklus (data hasil penelitian, refleksi) dan Pembahasan hasil
penelitian.
BAB V : Dalam bab ini berisikan Penutup yang terdiri dari :
40
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Belajar mempunyai peranan yang penting bagi perkembangan setiap
41
belajar. Berbicara tentang belajar pada dasarnya berbicara tentang
aktivitas manusia dalam kehidupan ini karena dimana ada kehidupan
disanalah ada peristiwa belajar, dan sebaliknya. Peristiwa belajar
muncul bersamaan dengan hadirnya manusia dimuka bumi. Life is study
and study is life. Menurut Kamus Psikologi yang dikutip oleh Sriyanti
(2014: 14) memiliki dua definisi, pertama : “the process of acquiring
knowledge”. Kedua : “a relatively permanent change potentiality whivh
occurs as a result of reinforced practic”. Pengertian pertama yaitu
belajar memiliki arti suatu proses untuk memperoleh pengetahuan.
Pengerttian kedua, belajar berarti suatu perubahan kemampuan untuk
bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia secara etimologi, belajar
memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu“.
Dari pemaparan diatas mengenai pengertian belajar, Sam‟s
(2010:33) berpendapat bahwa Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu
kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat
dari latihan atau pengalaman yang diperoleh.
Hasil belajar pada diri seseorang sering tidak langsung tampak tanpa
seseorang itu melakukan tindakan untuk memperlihatkan kemampuan
yang diperolehnya melalui belajar. Hasil belajar merupakan perubahan
yang mengakibatkan orang berubah dalam perilaku, sikap dan
kemampuannya (Sam‟s, 2010:34).
42
Suryabrata (2004) dalam Lilik (2013:22) yang menyatakan bahwa
keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara
umum, keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan
internal. Masing-masing faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar
diri individu. Dalam proses belajar di sekolah, faktor eksternal
berarti faktor-faktor yang berada di luar diri siswa. Faktor-faktor
eksternal terdiri dari faktor nonsosial dan sosial.
1) Faktor nonsosial
Faktor nonsosial adalah faktor-faktor di luar individu
yang berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar.
Faktor nonsosial merupakan kondisi fisik yang ada
dilingkungan sekolah, keluarga maupun di masyarakat.
Aspek fisik tersebut bisa berupa peralatan sekolah sekolah,
sarana belajar, gedung dan ruang belajar, kondisi geografis
sekolah dan rumah dan sejenisnya.
2) Faktor sosial
Faktor sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang
berupa manusia. Faktor eksternal yang bersifat sosial, bisa
dipilih menjadi faktor yang berasal dari keluarga, lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat (termasuk teman
43
kedekatan hubungan antara anak dengan orang lain,
keharmonisan atau pertengkaran dalam keluarga, hubungan
antar personil sekolah dan sebagainya.
b. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri
individu yang sedang belajar. Faktor internal terdiri dari faktor
fisiologis dan faktor psikologis.
1) Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam
diri individu. Faktor fisiologis terdiri dari :
a) Keadaan Tonus jasmani pada umumnya
Keadaan Tonus jasmani secara umum yang ada dalam
diri individu sangat mempengaruhi hasil belajar.
Keadaan Tonus jasmani secara umum ini, misalnya
tingkat kesehatan dan kebugaran fisik individu. Apabila
badan individu dalam keadaan bugar dan sehat maka
akan mendukung hasil belajar. Sebaliknya, jika badan
individu dalam keadaan kurang bugar dan kurang sehat
akan menghambat hasil belajar.
b) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu
Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu adalah
keadaan fungsi jasmani tertentu, terutama yang terkait
44
Panca indra merupakan pintu gerbang masuknya
pengetahuan dalam diri individu.
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam
diri individu. Faktor-faktor psikis tersebut antara lain tingkat
kecerdasan, motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian,
kematangan dan lain sebagainya. Tingkat kecerdasan akan
mempengaruhi daya serap serta berpengaruh terhadap proses
dan hasil belajar. Demikian juga motivasi, bakat dan minat
banyak memberikan warna terhadap aktivitas belajar. Bakat
dan minat terhadap suatu mata pelajaran akan mendorong
seseorang mendapat kemudahan mencapai tujuan belajar,
tetapi anak yang kurang berbakat bukan berarti akan gagal
belajar, hanya yang bersangkutan perlu waktu lebih banyak
dan kerja lebih keras untuk mendapatkan hasil yang baik
(Lilik, 2013:22-24).
3. Penilaian Hasil Belajar
Pada umumnya, hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga
ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Secara eksplisit
ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap mata
pelajaran selalu mengandung ketiga ranah tersebut, namun
45
pada ranah psikomotorik, sedangkan mata pelajaran pemahaman konsep
lebih menekankan pada ranah kognitif (Ellis, 2015:57).
a. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik berhubungan dengan hasil belajar yang
pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi, yang melibatkan
otot dan kekuatan fisik. Ranah Psikomotorik adalah ranah yang
berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya menulis, memukul,
melompat dan sebagainya.
b. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berhubungan erat dengan kemampuan berpikir,
termasuk kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi,
menganalisis, menyintesis, dan kemampuan mengevaluasi.
c. Ranah Afektif
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti sikap, minat,
konsep diri, nilai dan moral (Ellis, 2015:58).
B. Pembelajaran Matematika
1. Definisi Pembelajaran Matematika di SD/MI
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang didalam
kurikulum pendidikan nasional. Matematika mendasari perkembangan
teknologi modern, dan memiliki peranan penting dalam berbagai
46
juga oleh perkembangan manusia. Untuk menguasai dan menciptakan
teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat
sejak dini (Depdiknas, 2007: 11).
Matematika adalah salah satu pelajaran yang penting di sekolah
dasar. Mata Pelajaran Matematika telah diperkenalkan sejak dini. Secara
rinci pada Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk
mata pelajaran Matematika SD/MI menyatakan bahwa tujuan
pembelajaran Matematika di SD adalah :
a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan.
b. Mengembangkan aktivitas kreatif.
c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan.
2. Karakteristik Pembelajaran Matematika di SD/MI
Karakteristik pembelajaran Matematika siswa SD/MI menurut
Rosma (2010: 29-30) yaitu dalam proses pembelajaran suatu mata
pelajaran akan efektif bagi siswa jika guru memiliki pengetahuan
tentang objek yang akan diajarkannya supaya dalam menyampaikan
materi tersebut penuh dengan dinamika dan inovatif. Demikian juga
dengan pembelajaran Matematika di sekolah dasar, guru SD/MI harus
mengetahui bagaimana karakteristik Matematika. Para ahli sepakat
47
Pada hakekatnya Matematika adalah belajar konsep, strukturnya,
dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya. Ciri khas
Matematika yang deduktif aksiomatis ini harus diketahui oleh guru
sehingga mereka dapat membelajarkan Matematika dengan tepat mulai
dari konsep yang sederhana sampai yang kompleks.
C. Materi Mengubah Pecahan Ke Bentuk Desimal dan Persen
Matematika adalah bahasa universal ilmu pengetahuan, Allah telah
mendeskripsikan matematika dalam Al-Qur‟an dengan angka-angka yang
memiliki keterkaitan erat dengan penciptaan dan kehidupan. Sebagaimana
pandangan Al-Qur‟an mengenai Matematika materi pecahan dalam QS. An
-Nisa‟ ayat 11 ;
Artinya :
“Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)
48
orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari
dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak
perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk
dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang
ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang
meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja),
maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai
beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam.
(Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan)
sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu
tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak)
manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
1. Pecahan biasa menjadi pecahan desimal
1,234
Cara mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal, yaitu
dengan mengubah penyebut pecahan menjadi 10, 100, 1000, atau
seterusnya.
Nilai tempat
Nilai tempat
Nilai tempat
49 Contoh :
a. = x =
= 0,6
( pembilang dan penyebut dikali dengan angka yang sama,
persepuluhan berarti satu angka dibelakang koma )
b. = x
=
= 0,25
( pembilang dan penyebut dikali dengan angka yang sama,
perseratusan berarti dua angka di belakang koma )
2. Pecahan desimal menjadi pecahan biasa
Cara mengubah pecahan desimal menjadi pecahan biasa, yaitu
mengubah pecahan desimal menjadi pecahan dengan penyebut 10, 100,
1000 atau seterusnya, dengan aturan sebagai berikut.
a. Pecahan dengan 1 angka dibelakang koma dijadikan pecahan
dengan penyebut 10.
b. Pecahan dengan 2 angka di belakang koma dijadikan pecahan
dengan penyebut 100
c. Pecahan dengan 3 angka dibelakang koma dijadikan pecahan
dengan penyebut 1.000, dan seterusnya.
d. Lalu, sederhanakan pecahan ke bentuk paling sederhana.
3. Pecahan biasa menjadi persen
Cara mengubah bentuk pecahan biasa ke bentuk persen, yaitu
dengan mengubah penyebut pecahan menjadi 100
Contoh :
a. = x
=
50
( pembilang dan penyebut dikali angka yang sama yaitu 25 )
b. = x
4. Persen menjadi pecahan biasa
Cara mengubah bentuk persen ke bentuk pecahan biasa, yaitu
mengubah bentuk persen menjadi pecahan berpenyebut 100, kemudian
sederhanakan.
Di dalam proses belajar-mengajar, guru harus memiliki strategi,
agar siswa dapat belajar secara efektif dan efesien, mengena pada
tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu
ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut
metode mengajar. Seorang siswa perlu memiliki ketangkasan atau
keterampilan dalam kegiatan belajar matematika. Roestiyah (2012 :
51
ialah metode latihan atau drill. Ialah suatu metode dimana siswa
melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki
ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah
dipelajari. Syaiful (2017:217) berpendapat bahwa metode latihan (drill)
atau metode training merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk
menanamkan kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk
memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan
keterampilan. Metode latihan pada umumnya digunakan untuk
memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah
dipelajari.
2. Tujuan Metode Latihan
Metode latihan ini biasanya digunakan untuk tujuan agar siswa :
a. Memiliki keterampilan motoris atau gerak ; seperti menghafalkan
kata-kata, menulis, mempergunakan alat/ membuat suatu benda;
melaksanakan gerak dalam olahraga.
b. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan,
menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam hitung
mencongkak. Mengenal benda/ bentuk dalam pelajaran
matematika, ilmu pasti, ilmu kimia, tanda baca dan sebagainya
(Roestiyah, 2012 : 125).
52
Untuk kesuksesan pelaksanaan teknik latihan itu perlu instruktur
atau guru memperhatikan langkah-langkah atau prosedur yang disusun
demikian :
a. Menjelaskan maksud dan tujuan latihan terbimbing pada siswa.
b. Guru harus lebih menekankan pada diagnosa, karena latihan
permulaan belum bisa mengharapkan siswa mendapatkan
keterampilan yang sempurna.
c. Mengadakan latihan terbimbing sehingga timbul response siswa
yang berbeda-beda untuk peningkatan keterampilan dan
penyempunaan kecakapan siswa.
d. Memberi waktu untuk mengadakan latihan yang singkat agar tidak
meletihkan dan membosankan dan guru perlu memperhatikan
response siswa apakah telah melakukan latihan dengan tepat dan
cepat.
e. Meneliti hambatan atau kesukaran yang dialami siswa dengan cara
bertanya kepada siswa, serta memperhatikan masa latihan dengan
mengubah situasi sehingga menimbulkan optimisme dan rasa
gembira pada siswa yang dapat menghasilkan keterampilan yang
baik.
f. Guru dan siswa perlu memikirkan dan mengutamakan proses-proses
yang pokok dan tidak banyak terlibat pada hal-hal yang tidak
53
g. guru perlu memperhatikan perbedaan individual siswa, sehingga
kemampuan dan kebutuhan siswa masing-masing dapat berkembang.
Dengan langkah-langkah itu diharapkan bahwa latihan akan
betul-betul bermanfaat bagi siswa untuk menguasai kecakapan itu.
Serta dapat menumbuhkan pemahaman untuk melengkapi
penguasaan pelajaran yang diterima secara teori dan praktek di
sekolah (Roestiyah, 2012 : 127-129).
4. Kelebihan Metode Latihan
Metode latihan mempunyai kelebihan-kelebihan, antara lain adalah :
a. Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dengan metode ini akan
menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
b. Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan tidak memerlukan banyak
konsentrasi dalam pelaksanaanya
c. Pembentukan kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks,
rumit menjadi otomatis, habitation makes complex movement more
automatic (Syaiful, 2017 : 217-218).
5. Kelemahan-kelemahan Metode Latihan
Adapun kelemahan-kelemahan metode ini antara lain :
a. Metode ini dapat menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena
siswa lebih banyak dibawa kepada konformitas dan diarahkan
kepada unformitas
b. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang
54
c. Membentuk kebiasaan yang kaku, karena siswa banyak ditujukan
untuk mendapatkan kecakapan memberikan respon yang secara
otomatis tanpa menggunakan intelegensia
d. Dapat menimbulkan verbalisme karena siswa-siswa lebih banyak
dilatih menghafal soal-soal dan menjawabnya secara otomatis
(Syaiful, 2017: 218).
E. Model Pembelajaran Make A Match
1. Definisi Make A Match
Dikembangkan pertama kali pada 1994 oleh Lorna Curran, strategi
Make a Match saat ini menjadi salah satu strategi penting dalam ruang
kelas. Tujuan dari strategi ini diantara lain : 1) pendalaman materi; 2)
penggalian materi; dan 3) edutainment (Huda , 2016 : 251).
Banyak temuan dalam penerapan model pembelajaran Make a
Match, dimana bisa memupuk kerja sama siswa dalam menjawab
pertanyaan dengan mencocokan kartu yang ada di tangan, proses
pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih
antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak
sekali pada saat mencari kartunya masing-masing. Hal ini merupakan
55
kooperatif ialah pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong royong
dan kerjasama kelompok” (Kurniasih, 2017: 55-56)
2. Langkah- langkah pembelajaran dengan Make A Match
Tata laksananya cukup mudah, tetapi guru perlu melakukan beberpa
persiapan khusus sebelum menerapkan strategi ini. Beberapa persiapan
antara lain :
a. Membuat beberapa pertanyaan yang sesuai dengan materi yang
dipelajari (jumlahnya tergantung tujuan pembelajaran) kemudian
menulisnya dalam kartu pertanyaan.
b. Membuat kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah
dibuat dan menulisnya dalam kartu-kartu jawaban. Akan lebih
baik jika kartu pertanyaan dan kartu jawaban berbeda warna.
c. Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang
berhasil dan sanksi bagi siswa yang gagal (disini, guru dapat
membuat aturan ini bersama-sama dengan siswa).
d. Menyediakan lembaran untuk mencatat pasangan- pasangan yang
berhasil sekaligus untuk penskoran sekaligus presentasi (Huda ,
2016 : 251-252).
Adapun teknis pelaksanaan model pembelajaran ini adalah sebagai
berikut :
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep atau topik
yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian
56
b. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal atau
jawaban.
c. Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang
dipegang.
d. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan
kartunya. Misalnya : pemegang kartu yang bertuliskan
“kepercayaan pada Tuhan” akan berpasangan dengan kartu yang
bertuliskan “UUD 45”
e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas
waktu diberi poin.
f. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu
temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau jawaban) akan
mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
g. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat
kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
h. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang
memegang kartu yang cocok.
i. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap
materi pelajaran (Kurniasih, 2017: 57-58).
3. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Make A Match
a. Kelebihan
Pembelajaran kooperatif model Make A Match memberikan manfaat
57
1) Mampu menjelaskan suasana belajar aktif dan menyenangkan.
2) Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik
perhatian siswa
3) Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf
ketuntasan belajar secara klasikal
4) Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran
5) Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis
6) Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh
siswa
b. Kelemahan
Disamping manfaat yang dirasakan oleh siswa, model pembelajaran
Make A Match mempunyai sedikit kelemahan yaitu :
1) Sangat memerlukan bimbingan dari guru untuk melakukan
kegiatan
2) Waktu yang tersedia perlu dibatasi karena besar kemungkinan
siswa bisa banyak bermain-main dalam proses pembelajaran
3) Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai
4) Pada kelas dengan murid yang banyak (<30 siswa / kelas) jika
kurang bijaksana maka yang muncul adalah suasana seperti
pasar dengan keramaian yang tidak terkendali.
5) Bisa menganggu ketenangan belajar kelas di kiri kanannya
58
F. Keterkaitan antara Metode Latihan dan Model Pembelajaran Make A Match
Penggunaan metode dan model pembelajaran sangat penting untuk
keberhasilan guru dalam proses belajar-mengajar. Selain itu, dengan adanya
metode dan model pembelajaran siswa akan terbantu dalam memahami
mata pelajaran terutama mata pelajaran matematika materi mengubah
pecahan biasa ke bentuk desimal dan persen. Untuk itu peneliti
menggunakan metode latihan dan model pembelajaran Make A Match guna
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V di MI Asas Islam Kalibening.
Metode Latihan adalah metode dimana siswa melaksanakan
kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan dan keterampilan yang
lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari (Roestiyah, 2012:125). Metode
latihan sangat relevan dengan model pembelajaran Make A Match, karena
dalam metode latihan menitikberatkan pada kegiatan latihan yang
dilaksanakan berulang-ulang dan model pembelajaran Make A Match
merupakan suatu pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong royong
dan kerjasama kelompok. Sehingga selain mendorong keberhasilan siswa
dalam memahami materi, langkah ini juga dapat membuat siswa menjadi
59
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Gambaran umum lokasi penelitian
a. Letak geografis sekolah
MI Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga
adalah salah satu dari beberapa madrasah ibtidaiyah yang terletak di
Kecamatan Tingkir. Terletak di desa Kalibening, sebelah timur
berbatasan dengan Desa Penthur, sebelah selatan berbatasan dengan
Desa Kalilondo, sebelah utara berbatasan dengan Desa Klumpit, dan
sebelah barat berbatasan dengan Desa Krasak. Jarak tempuh dari
pusat kantor kelurahan menuju MI Asas Islam ini kurang lebih 1,5
Km. Sedangkan jarak tempuh dari pusat pemerintahan Kecamatan
menuju MI Asas Islam kurang lebih 500 m. Sedangkan jarak tempuh
dai pusat pemerintahan Kecamatan sampai pusat pemerintahan
Kelurahan kurang lebih 2 Km.
Di Desa Kalibening terdapat beberapa sekolah diantaranya,
60
Islam Kalibening yang bernama TK Masyithoh dan terdapat sekolah
menengah kejuruan (SMK) yang terletak di sebelah barat TK
Masyithoh yaitu SMK N 03 Salatiga, serta MI Asas Islam
Kalibening yang menjadi subjek penelitian.
b. Profil sekolah
Madrasah Ibtidaiyah yang terletak di Jalan Ja‟far Shodiq
Nomor 17, Desa Kalibening Kecamatan Tingkir ini memiliki luas
tanah 3135 m2 dengan luas bangunan 875 m2. Bangunan terdiri dari
15 ruang kelas (kelas I-VI), satu ruang kepala sekolah dan satu ruang
guru, satu ruang sebagai tempat beribadah, satu ruang UKS, tujuh
jamban , satu lapangan upacara dan satu gudang.
c. Visi dan misi sekolah
1) Visi
Madrasah Ibtidaiyah Asas Islam Kalibening sebagai lembaga
pendidikan menengah yang berciri khas Islam perlu
mempertimbangkan harapan peserta didik, orang tua peserta
didik, lembaga pengguna lulusan Madrasah dan masyarakat
dalam merumuskan visinya. Madrasah Ibtidaiyah Asas Islam
Kalibening juga diharapkan merespon perkembangan dan
tantangan masa depan dalam ilmu pegetahuan dan teknologi
yang sangat pesat. Madrasah Ibtidaiyah Asas Islam Kalibening