• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI MENGUBAH PECAHAN BIASA KE BENTUK DESIMAL DAN PERSEN DENGAN METODE LATIHAN DAN MODEL MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V DI MI ASAS ISLAM KALIBENING KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI MENGUBAH PECAHAN BIASA KE BENTUK DESIMAL DAN PERSEN DENGAN METODE LATIHAN DAN MODEL MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V DI MI ASAS ISLAM KALIBENING KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

1

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI MENGUBAH PECAHAN BIASA KE BENTUK

DESIMAL DAN PERSEN DENGAN METODE LATIHAN DAN

MODEL MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V DI MI ASAS

ISLAM

KALIBENING KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

NIESAA FADLILAH YUSUF

NIM: 115-14-131

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)
(3)

3

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi Saudara :

Nama : Niesaa Fadlilah Yusuf

NIM : 115 14 131

Fakultas/Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan/ Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Judul : Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi

Mengubah Pecahan Biasa ke Bentuk Desimal dan Persen Dengan Metode Latihan dan Model Make A Match pada Siswa Kelas V MI Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018

Dengan ini kami mohon skripsi Saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Salatiga, 24 Agustus 2018 Pembimbing

(4)

4

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

Jalan Lingkar Salatiga KM.2 Telepon (0298) 6031364 Kode Pos 50716 Salatiga Website:http://tarbiyah.iainsalatiga.ac.ide-mail: tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI MENGUBAH PECAHAN BIASA KE BENTUK DESIMAL DAN PERSEN DENGAN

METODE LATIHAN DAN MODEL MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V DI MI ASAS ISLAM KALIBENING

Telah dipertahankan didepan Panitia Dewan Penguji Skripsi Program Studi Pendidikan

Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 27 September 2018 dan telah dinyatakan

memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Jaka Siswanta, M.Pd. ____________________

Sekretaris Penguji : Dr. Winarno, S.Si., M.Pd. ____________________

Penguji I : Dr. Maslikhah, S.Ag.,Msi. ____________________

(5)

5

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN PUBLIKASI SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Niesaa Fadlilah Yusuf

NIM : 115 14 131

Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Judul : UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI MENGUBAH PECAHAN BIASA KE BENTUK

DESIMAL DAN PERSEN DENGAN METODE LATIHAN DAN

MODEL MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V DI MI ASAS

ISLAM KALIBENING KECAMATAN TINGKIR KOTA

SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Menyatakan bahwa ini benar-benar karya sendiri dan tidak berkeberatan untuk

dipublikasikan oleh pihak IAIN Salatiga tanpa menuntut konsekuensi apapun.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dan jika pada kemudian hari terbukti karya

saya ini bukan karya sendiri. Maka saya sanggup menanggung semua

konsekuensinya.

Salatiga, 13 Agustus 2018

Yang menyatakan,

Niesaa Fadlilah Yusuf

(6)

6

MOTTO

MATEMATIKA HIDUP UNTUK MENGHIDUPKAN ILMU LAINNYA

(Prof. Dr. Zulkarnadi, M.I.Komp, M.Sc)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

1. Keluargaku tercinta, yang tanpa mereka penulis bukanlah apa-apa. Kepada

orang tuaku, Bapak Sonni dan Ibu Sartini, kedua adikku Rizki dan Nabila.

2. Tante Tuti Setiani dan Om Agus yang selalu memberikan bantuan dan

semangat kepada penulis.

3. Sayyid Muhammad Ridlo, yang selalu memberikan bantuan dan semangat

kepada penulis.

4. Sahabat-sahabatku khususnya Norma Pratiwi, Siska Novitasari dan Putri Sari

yang selalu memberikan bantuan dan semangat kepada penulis.

5. Teman-teman se-angkatan, yaitu PGMI 2014 yang senantiasa menghiasi

rutinitas di kampus menjadi menyenangkan.

6. Seluruh warga Dusun Dawung, Desa Jumo, Kecamatan Kedungjati,

Kabupaten Grobogan dan seluruh teman-teman penulis selama KKN, Mas

(7)

7

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas

karuniaNya, pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Mengubah Pecahan

Biasa ke Bentuk Desimal dan Persen Dengan Metode Latihan dan Model Make A

Match Pada Siswa Kelas V di MI Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Kota

Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018” ini merupakan tugas dan syarat wajib yang

harus dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan IAIN Salatiga.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi

Muhammad SAW, yang menjadi suri tauladan bagi seluruh umat di jagat raya ini.

Beliau adalah pembawa dan penyampai risalah Islam yang penuh dengan ilmu

pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, yang dapat menjadi bekal hidup

manusia didunia dan diakhirat kelak.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan,

bantuan serta motivasi dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis menyampaikan

ucapak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya,

khususnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan.

3. Ibu Peni Susapti, S.Si.,M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru

(8)

8

4. Bapak Dr. Winarno, S.Si., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan saran, bimbingan dan arahan serta keikhlasan dan

kebijaksanaan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

memberikan bimbingan pada penulisan skripsi ini.

5. Segenap Dosen dan Staff Karyawan FTIK IAIN Salatiga.

6. Ibu Asa Anfaida Maslina, S.Pd, selaku Kepala MI Asas Islam

Kalibening, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk

melakukan penelitian di sekolah tersebut.

7. Ibu Tika Laraswati, S.Pd, selaku Wali Kelas VA yang telah memberi

izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di kelas tersebut.

8. Ibu Febrina Yuani Pamelang, S.Pd, selaku Guru mata pelajaran

Matematika yang menjadi narasumber utama dan membantu penulis

selama melakukan penulisan.

9. Segenap Guru serta Staff Karyawan MI Asas Islam Kalibening yang

telah membantu penulis selama melakukan penulisan.

10.Sahabat seperjuangan PGMI yang telah berjuang bersama.

11.Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini,

baik secara langsung maupun tidak langsung.

Atas jasa mereka, penulis hanya dapat memohon do‟a semoga amal

mereka mendapat balasan yang lebih baik serta mendapat kesuksesan baik

di dunia maupun diakhirat. Penulis dalam hal ini mengharapkan saran dan

(9)

9

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan

pembaca.

Salatiga, 13 Agustus 2017

(10)

10

ABSTRAK

Yusuf, Niesaa Fadlilah. 2018. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Mengubah Pecahan Biasa ke Bentuk Desimal dan Persen Dengan Metode latihan dan Model Make A Match Pada Siswa Kelas V di MI Asas Islam Kalibening Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. IAIN Salatiga. Pembimbing : Dr. Winarno, S.Si., M.Pd.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Metode latihan dan Model Make A Match.

Penelitian ini adalah upaya untuk mengetahui hasil belajar Matematika materi mengubah pecahan biasa ke bentuk desimal dan persen dengan metode latihan dan model pembelajaran Make A Match pada siswa kelas V MI Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: apakah melalui metode latihan dan model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi mengubah pecahan biasa ke bentuk desimal dan persen pada siswa kelas V MI Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018 ?.

Peneliti menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Teknik pengumpulan data berupa observasi, tes dan dokumentasi. Untuk analisis data dengan menggunakan analisis data kuantitatif dan kualitatif.

(11)

11

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR BERLOGO. ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7

2. Manfaat Prastis ... 8

E. Hipotesis Tindakan... 9

1. Hipotesis Tindakan... 9

(12)

12

F. Metode Penelitian... 10

1. Rancangan Penelitian ... 10

2. Subjek Penelitian ... 10

3. Waktu dan Tempat Penelitian ... 11

4. Pelaksanaan dan Kolaborator ... 11

G. Langkah-langkah Penelitian ... 11

1. Pra Siklus ... 13

2. Siklus I ... 13

3. Siklus II ... 15

H. Metode Pengumpulan Data ... 16

1. Metode Observasi... 17

2. Metode Wawancara ... 17

3. Metode Dokumentasi ... 18

I. Instrumen Penelitian... 18

1. Tes ... 19

2. Lembar Observasi ... 19

J. Analisis Data ... 20

K. Sistematika Penulisan... 22

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 24

A. Hasil Belajar ... 24

1. Pengertian Hasil Belajar ... 24

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 25

3. Penilaian Hasil Belajar ... 28

B. Pembelajaran Matematika ... 29

1. Definisi Pembelajaran Matematika di SD/MI ... 29

2. Karakteristik Pembelajaran Matematika di SD/MI ... 30

(13)

13

D. Metode Latihan ... 34

1. Definisi Metode Latihan ... 34

2. Tujuan Metode Latihan ... 35

3. Langkah-langkah Metode Latihan ... 35

4. Kelebihan Metode Latihan ... 37

5. Kelemahan Metode Latihan ... 37

E. Model Make A Match ... 38

1. Definisi Make A Match ... 38

2. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Make A Match ... 38

3. Kelebihan dan Kelemahan Model Make A Match ... 40

F. Keterkaitan Antara Metode Latihan dan Model Make A Match ... 42

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ... 43

A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ... 43

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 42

2. Subyek Penelitian ... 48

B. Pelaksanaan Penelitian ... 50

1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 50

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 58

1. Deskripsi Hasil Pra Siklus ... 58

2. Deskripsi Hasil Siklus I ... 61

3. Deskripsi Hasil Siklus II ... 72

(14)

14

BAB V PENUTUP ... 87

A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 87

(15)

15

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Formasi MI Asas Islam Kalibening ...45

Tabel 3.2 Jumlah Siswa MI Asas Islam Kalibening ...47

Tabel 3.3 Daftar Nama Siswa Kelas VA MI Asas Islam Kalibening ...48

Tabel 4.1 Hasil Nilai Post-test Pra Siklus ...59

Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Pre-test dan Post-test Siklus I ...63

Tabel 4.3 Tabel Observasi Siswa Siklus I ... 65

Tabel 4.4 Tabel Observasi Guru Siklus I ...68

Tabel 4.5 Hasil Evaluasi Pre-test dan Post-test Siklus II ... 74

Tabel 4.6 Tabel Observasi Siswa Siklus II ... 77

Tabel 4.7 Tabel Observasi Guru Siklus II ...80

(16)

16

DAFTAR GAMBAR

Grafik 4.1 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ...85

(17)

17

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

Lampiran 3 Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban Pra Siklus

Lampiran 4 Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban Siklus I

Lampiran 5 Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban Siklus II

Lampiran 6 Lembar Observasi Siswa Siklus I dan Siklus II

Lampiran 7 Lembar Observasi Guru Siklus I dan Siklus II

Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa Pra Siklus, Siklus I, Siklus II

Lampiran 9 Rekapitulasi Nilai Pra Siklus

Lampiran 10 Rekapitulasi Nilai Siklus I

Lampiran 11 Rekapitulasi Nilai Siklus II

Lampiran 12 Dokumentasi

Lampiran 13 Surat Tugas Pembimbing

Lampiran 14 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 15 Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 16 Daftar SKK

(18)

18

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Matematika dipelajari disetiap jenjang pendidikan. Ini merupakan

wujud dari pengakuan bahwa matematika sangat dibutuhkan dalam

pengembangan pengetahuan dan kehidupan sehari-hari. Namun dalam

sebuah pembelajaran matematika sering kita dengar siswa malas, ngantuk di

kelas, dan bosan menerima pelajaran. Kebanyakan siswa menganggap

pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit, menakutkan,

menjemukan, dan sangat tidak menyenangkan. Persepsi ini ada pada setiap

jenjang pendidikan. Oleh karena itu, dibutuhkan kreatifitas guru dalam

mengelola pembelajaran guna menghilangkan persepsi negatif tersebut dan

agar menimbulkan minat dan motivasi belajar siswa .

Sebuah pembelajaran akan terasa nyaman dan menyenangkan

apabila dalam pembelajaran tersebut terdapat kerjasama yang baik antara

guru dan siswa.Dan apabila pembelajaran telah menjadi menyenangkan

maka untuk mencapai keberhasilan dari pembelajaran tersebut akan menjadi

lebih mudah. Untuk mencapai hal tersebut harus selalu diadakan

pembaharuan pendidikan yang melibatkan bukan hanya guru tetapi semua

unsur pendidikan. Keberhasilan proses pembelajaran dicapai dalam rangka

mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa

(19)

19

Dalam kegiatan pembelajaran, hasil belajar yang dicapai siswa ada

yang sudah memenuhi passing grade (batas ketuntasan), tetapi juga ada

yang belum dapat mencapainya. Hal ini dikarenakan setiap siswa

mempunyai kemampuan yang berbeda, artinya daya tangkap dan daya serap

masing-masing siswa berbeda dalam menerima pelajaran yang disampaikan

oleh guru. Hasil belajar menurut Suprijono seperti yang dikutip oleh Desi

(2012 : 1) adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar mencakup

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Di sekolah siswa dituntut

mempunyai hasil belajar yang baik dalam semua mata pelajaran dan salah

satu mata pelajaran yang diharapkan mempunyai hasil yang baik adalah

Matematika.

Dalam proses pembelajaran matematika materi mengubah pecahan

biasa ke bentuk desimal dan persen pada siswa kelas V di MI Asas Islam

Kalibening menemui kesulitan penyampaian materi dan membangkitkan

minat siswa untuk mengikuti proses pembelajarannya. Hal ini dapat

ditunjukkan berdasarkan hasil pengamatan awal di MI Asas Islam

Kalibening pada tanggal 07 November 2017 perolehan nilai matematika

siswa kelas V rata-rata 70 % masih di bawah standar, sebanyak 21 siswa

tidak tuntas dan 8 siswa lainnya tuntas dari jumlah siswa yaitu 29 orang.

Adapun nilai KKM yang ditetapkan di MI tersebut adalah 60. Rendahnya

hasil belajar ini disebabkan karena model pembelajaran yang digunakan

(20)

20

tentang matematika sehingga minat dan motivasi siswa dalam belajar

matematika rendah. Maka dari itu perlu diadakan perbaikan pembelajaran

dengan memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan agar siswa

tertarik terhadap pelajaran matematika. Sehingga hasil belajar siswa

maksimal dan pembelajaran matematika dapat memberikan pengalaman

yang lebih bermakna dan utuh bagi siswa.

Salah satu cara untuk mencapai hasil belajar yang maksimal dan

memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan dalam kegiatan

belajar mengajar, guru menggunakan model pembelajaraan yang Inovatif

yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Salah satu model yang inovatif

adalah Model Pembelajaran Kooperatif. Muhamad Nur (2005:1-2)

memberikan pendapatnya bahwa pembelajaran kooperatif merupakan

strategi pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok

kecil yang beranggotakan siswa yang berbeda kemampuannya, jenis

kelamin bahkan latar belakangnya untuk membantu belajar satu sama

lainnya sebagai sebuah tim. Semua anggota kelompok saling membantu

anggota yang lain dalam kelompok yang sama dan bergantung satu sama

lain untuk mencapai keberhasilan kelompok dalam belajar.

Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membentuk kelompok

kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai sebuah tim dalam

menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai

tujuan bersama. Muslimin Ibrahim, dkk (2000:7-10) terdapat tiga tujuan

(21)

21

yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keberagaman, dan

pengembangan keterampilan sosial. Beberapa ahli berpendapat bahwa

model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang

sulit. Salah satu teknik pembelajaran kooperatif adalah Make A Match

(mencari pasangan). Tehnik Make A Match atau mencari pasangan

dikembangkan oleh Lorn Curran (1994). Ciri utama model pembelajaran

Make A Match adalah siswa diminta mencari pasangan kartu yang

merupakan jawaban dari soal dalam waktu tertentu. Salah satu keunggulan

tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu

konsep atau topik dalam suasana yang me nyenangkan.

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tehnik

Make A Match secara sistematis yaitu guna menyiapkan kartu yang berisi

soal dan kartu yang berisi jawabannya, siswa mencari dan mendapatkan

pasangan kartu yang tepat dari soal atau jawaban yang mereka dapat. Siswa

yang dapat menemukan pasanganya sebelum waktu yang ditentukan dan

benar mendapat nilai-reward. Setiap langkah-langkah tersebut memiliki

tujuan yang telah disesuaikan dengan tujuan pembelajaran kooperatif.

Selain model pembelajaran, untuk mengatasi berbagai permasalahan yang

mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa diperlukan metode

pembelajaran yang tepat agar pelaksanaan belajar mengajar dapat terlaksana

secara efektif, satu metode yang bisa memaksimalkan waktu yang tersedia

serta mampu “memaksa” siswa terus belajar walaupun dalam proses

(22)

22

Latihan sebagai langkah alternatif dalam rangkan mengefesienkan proses

pembelajaran.

Menurut Nurjanah (2014:14) Metode Latihan adalah cara yang

dilakukan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan guru. Dalam

strategi tersebut dilakukan bimbingan dan latihan terus menerus. Kardi dan

Nur seperti yang dikutip oleh Trianto (2009:50) ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan oleh guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan yaitu :

menugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna, memberikan

pelatihan pada siswa sampai benar-benar menguasai konsep keterampilan

yang dipelajari, hati-hati terhadap latihan yang berkelanjutan, pelatihan

yang dilakukan terus menerus dalam waktu yang lama dapat menimbulkan

kejenuhan pada siswa dan memberikan tahap-tahap awal pelatihan, yang

mungkin saja siswa melakukan keterampilan yang kurang benar atau

bahkan salah tanpa disadari.

Pendapat diatas menunjukkan bahwa Metode Latihan adalah suatu

cara mengajar yang baik dengan memberikan bimbingan dan latihan secara

terus menerus sehingga menghasilkan kemandirian dalam menyelesaikan

persoalan baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat.

Langkah-langkah dalam menggunakan Metode Latihan yaitu; memberikan latihan

kepada siswa baik individu maupun kelompok, memberikan waktu kepada

siswa untuk mengerjakan latihan, memberikan bimbingan kepada siswa

(23)

23

kebutuhan dari masing-masing siswa khususnya kesulitan dalam

mengerjakan latihan.

Dari uraian yang telah disebutkan diatas, maka penerapan Metode

Latihan dan model pembelajaran Make A Match dalam proses pembelajaran

matematika dirasa cocok untuk digunakan pada materi mengubah pecahan

ke bentuk desimal dan persen. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran

matematika membutuhkan latihan terus menerus dengan disertai bimbingan

dari guru dan pembelajaran matematika harus menyenangkan, sehingga

siswa dapat aktif dan memahami serta dapat mengerjakan soal-soal dengan

cepat juga tepat. Jadi pada kesempatan kali ini, penulis tertarik untuk

menyelesaikan permasalahan mengenai hasil belajar matematika pada

materi mengubah pecahan ke bentuk desimal dan persen yang dilakukan

melalui kegiatan PTK yang berjudul “UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI MENGUBAH PECAHAN KE BENTUK DESIMAL DAN PERSEN DENGAN METODE LATIHAN DAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V DI MI ASAS ISLAM KALIBENING KECAMATAN

TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN AJARAN 2017/2018”

(24)

24

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah

pada penelitian ini adalah apakah dengan menggunakan Metode Latihan dan

model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar

matematika materi mengubah pecahan ke bentuk desimal dan persen pada

siswa kelas V di MI Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Kota

Salatiga Tahun Ajaran 2017/2018 ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan pada penelitian ini

untuk mengetahui hasil belajar matematika setelah menggunakan Metode

Latihan dan model pembelajaran Make A Match dalam materi mengubah

pecahan ke bentuk desimal dan persen pada siswa kelas V di MI Asas Islam

Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Ajaran 2017/2018.

D. Kegunaan Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :

1. Manfaat Teoritis

a. Dari penelitian ini, diharapkan menghasilkan sebuah informasi

pengetahuan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan

menggunakan metode belajar dan model pembelajaran yang efektif

untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini

dikhususkan pada mata pelajaran Matematika materi mengubah

(25)

25

b. Sebagai bahan rujukan peneliti-peneliti yang lain di masa mendatang

yang ingin melakukan penelitian serupa.

2. Manfaat Praksis

a. Bagi Siswa

1) Dapat memperoleh bimbingan dari guru dan suasana belajar

yang menyenangkan serta motivasi belajar agar hasil belajar

matematika dapat meningkat.

2) Membuang persepsi negatif siswa terhadap mata pelajaran

matematika.

3) Meningkatnya keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran

matematika.

b. Bagi Guru

1) Dapat memperbaiki kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan

belajar mengajar.

2) Dapat menciptakan inovasi baru dalam proses mengajar.

3) Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

4) Memberikan kemudahan dalam penanaman konsep

pembelajaran pada siswa terhadap materi mengubah pecahan

biasa ke bentuk desimal dan persen.

(26)

26

Sebagai masukan serta sumbangan yang baik pada madrasah

dalam rangka memperbaiki sistem pembelajaran serta meningkatkan

mutu pendidikan dan menumbuhkan iklim pembelajaran siswa aktif

di Madrasah sehingga dapat mengantarkan peserta didik ke arah

yang diharapkan.

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan adalah suatu perkiraan tentang tindakan yang

diduga dapat mengatasi permasalahan yang telah dipaparkan pada latar

belakangpenelitian sebelumnya. Hipotesis dalam penelitian tindakan

kelas ini adalah Metode Latihan dan model pembelajaran Make A Match

dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi mengubah pecahan

ke bentuk desimal dan persen pada siswa kelas V di MI Asas Islam

Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Ajaran 2017/2018.

2. Indikator Keberhasilan

Penerapan Metode Latihan dan model pembelajaran Make A Match

dikatakan berhasil apabila indikator yang diharapkan dapat tercapai.

Adapun indikator dapat dikatakan berhasil apabila hasil belajar

Matematika materi mengubah pecahan ke bentuk desimal dan persen

setelah menggunakan Metode Latihan dan model pembelajaran Make A

Match dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 60, dan

(27)

27

2010:241). Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai formatif tiap akhir

siklus, dan apabila 85% dari jumlah siswa sudah mencapai KKM maka

penelitian ini akan dihentikan.

F. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas

(Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah

penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran

di kelas. Arikunto (2006:104) berpendapat bahwa penelitian tindakan

kelas terdapat empat tahap utama kegiatan yaitu, Perencanaan tindakan

(planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation),

dan refleksi (reflecting) dan seterusnya sampai perbaikan atau

peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan)

2. Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti oleh peneliti yaitu siswa kelas V MI Asas Islam

Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yang berjumlah 29 orang

siswa yang terdiri dari 15 laki-laki dan 14 perempuan.

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di MI Asas Islam

(28)

28

penelitian pada bulan Januari pada semester genap tahun ajaran

2017/2018.

4. Pelaksanaan dan Kolaborator

Pelaksanaan ini dilaksanakan oleh Ibu Febrina Yuani Pamela selaku

guru mata pelajaran matematika kelas V di MI Asas Islam Kalibening

Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 2017/2018. Sedangkan

kolaboratornya adalah Niesaa Fadlilah Yusuf NIM 11514131.

G. Langkah-langkah Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang

menggunakan data pengamatan langsung terhadap jalannya metode dan

model pembelajaran yang sudah digunakan untuk menyampaikan materi

Matematika di kelas. Data tersebut di amati melalui beberapa tahapan dalam

siklus-siklus tindakan.

Dalam pelaksanaanya peneliti bekerjasama dengan guru kelas.

Dalam hal ini pengampu mata pelajaran Matematika yaitu Ibu FebrinaYuani

Pamela. Peneliti sebagai kolaborator, sedangkan guru kelas bertindak

sebagai pelaksana. Pada pelaksanaanya terdapat beberapa kegiatan yang

terangkum dalam beberapa siklus.

Pelaksanaan penelitian ini menganut model yang dibuat oleh John

Elliot (Subyantoro, 2009: 10) sebagaimana yang disajikan dalam bagan

dibawah ini :

(29)

29

Gambar Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Berdasarkan model yang dibuat oleh John Elliot diatas, penelitian ini

sudah dirancang dalam tiga tahap, yaitu pra siklus, siklus I dan siklus II.

Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan

refleksi setiap akhir pelaksanaan tindakan dengan diberi post test untuk

mengetahui perkembangan kemampuan siswa.

1. Pra Siklus

Tahap pra siklus ini peneliti lakukan dengan cara melihat secara

langsung pembelajaran yang ada di kelas V MI Asas Islam Kalibening PENGAMATAN

PERENCANAAN SIKLUS 1

REFLEKSI

PELAKSANAAN

PENGAMATAN PERENCANAAN SIKLUS 2

(30)

30

Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Di akhir pembelajaran peneliti

memberikan tes untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap

materi yang sudah dipelajari.

2. Siklus I

a. Perencanaan

1) Perencanaan scenario pembelajaran dengan menggunakan

Metode Latihandan model pembelajaran Make A Match yang

akan diterapkan dalam pembelajaran Matematika. Penekanan

perencanaan disini adalah menyiapkan siswa berada pada

suasana penyadaran diri untuk termotivasi belajar dengan

menekankan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan

berada pada konsentrasi terhadap materi pembelajaran

Matematika yang sedang dibahas.

2) Menentukan pokok bahasanya itu mengubah pecahan ke bentuk

desimal dan persen.

3) Menyusun RPP dengan pokok bahasa nmengubah pecahan ke

bentuk desimal dan persen yang di dalamnya kegiatan siswa,

lembar observasi untuk guru pengampu, dan lembar catatan

selama aktivitas pembelajaran Matematika berlangsung.

4) Menjelaskan kepada siswa tentang pembelajaran dengan

Metode Latihan dan model pembelajaran Make A Match,

(31)

31

sesuai dengan indikator pencapaian dalam pembelajaran

tersebut.

b. Pelaksanaan

Pada tahap tindakan ini pembelajaran dilaksanakan dengan Metode

Latihan dan model pembelajaran Make A Match dengan materi

pokok mengubah pecahan ke bentuk decimal dan persen sesuai

dengan scenario pembelajaran yang telah disusun dan direncanakan

dengan guru kelas (Pelaksana).

c. Pengamatan

Pada tahap ini penelitidan guru kelas melakukan pengamatan

pelaksanaan tindakan kelas untuk mengetahui tingkah laku dan sikap

siswa dan seberapa jauh efek kemajuan tindakan ketika mengikuti

pembelajaran matematika dengan menerapkan Metode Latihan dan

model pembelajaran Make A Match. Pengamatan dilaksanakan

bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan lembar observasi

yang telah dibuat. Hasil dari analisis data pada tahap ini akan

dijadikan acuan untuk melaksanakan siklus berikutnya. Juga

diperhatikan kendala yang terjadi pada saat diterapkannya model

pembelajaran tersebut.

d. Refleksi

Pada tahap ini peneliti dan kolaborator melakukan analisa hasil

observasi untuk mengetahui perubahan yang terjadi selama

(32)

32

pembelajaran Make A Match, apakah berhasil atau tidak tindakan

yang diberikan. Apabila pelaksanaan siklus I belum tuntas

berdasarkan indikator keberhasilan, maka akan dilaksanakan siklus

berikutnya sampai indikator keberhasilan tercapai.

3. Siklus II

a. Perencanaan

1) Identifikasi masalah dan menetapkan alternatif masalah

berdasarkan refleksi siklus pertama.

2) Pengembangan scenario pembelajaran dengan Metode

Latihan dan model pembelajaran Make A Match sebagai

upaya peningkatan hasil belajar Matematika.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan II sebagai upaya penyempurn akan Metode

Latihan dan model pembelajaran Make A Match berdasarkan

hasil refleksi siklus pertama.

c. Pengamatan

Observasi pelaksanaan tindakan ini untuk mengetahui berapa

jauh kemajuan tindakan kedua dengan Metode Latihan dan

model pembelajaran Make A Match. Pengamatan dilakukan

bersamaan dengan pelaksanaan tindakan menggunakan lembar

observasi yang telah dibuat.

(33)

33

Hasil dari tahap observasi pada tindakan kedua meliputi

aktivitas, sikap atau perilaku siswa selama mengikuti

pembelajaran yang berlangsung di kelas, cara mengajar, serta

kendala yang ditemui ketika pembelajaran. Hal apa yang perlu

diperbaiki dan apa saja yang perlu menjadi perhatian pada

tindakan berikutnya. Jika permasalahan dirasa cukup, dalam arti

setelah dilakukan tes formatif pada akhir tindakan kedua ini dan

hasilnya sesuai dengan indikator keberhasilan yakni rata-rata

nilai siswa yang mendapat nilai diatas KKM yaitu 60 sudah

mencapai batas minimal yaitu 75% dari jumlah siswa, maka

tindakan ini sudah dihentikan.

H. Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini bersumber dari interaksi antara peneliti dengan

guru, kepala sekolah, maupun peserta didik dalam proses pembelajaran

Matematika. Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode berikut

ini :

1. Metode Observasi

Menurut Fita (2017:84) Observasi merupakan upaya untuk merekam

segala peristiwa atau kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan

itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu tertentu. Sehingga metode

observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

(34)

34

Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap obyek ditempat

kejadian atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi berada

bersama bersama obyek yang diteliti atau diselidiki (Margono,

2000:158).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat pengumpulan data

yang berupa pedoman pengamatan dan observasi partisipasi dengan

tujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran

Matematika di kelas V MI Asas Islam Kalibening. Adapun cara yang

digunakan adalah mengadakan observasi secara langsung pembelajaran

Matematika di kelas V, dengan cara melihat, mendengar dan

penginderaan lainnya.

Dalam pelaksanaan observasi ini, peneliti dibantu oleh Ibu Febrina

Yuani Pamela selaku guru mata pelajaran Matematika kelas V di MI

Asas Islam Kalibening sekaligus pelaksana penelitian.

2. Metode Wawancara

Penelitian ini penulis menggunakan metode wawancara tidak

terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar

yang akan ditanyakan. Oleh karena itu, penulis harus mampu

mengarahkan subyek penelitian terhadap pembicaraan tentang data yang

diharapkan. Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang

perkembangan hasil penelitian yang dilakukan. Seperti pencapaian atau

kemajuan serta kendala dari penelitian yang dilakukan. Wawancara

(35)

35 3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi menurut Arikunto (2006:202), “yaitu metode

pengumpulan data dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan , transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen, rapat, agenda dan sebagainya”. Metode dokumentasi ini

digunakan sebagai penguat dan pelengkap data yang tidak diperoleh dari

wawancara dan observasi.

Adapun metode dokumentasi yang digunakan berupa tugas siswa,

daftar nilai siswa. Selain itu dokumentasi yang digunakan yaitu hasil

kerja siswa, baik dalam tugas individu maupun kelompok, dan hasil tes

formatif siswa pada tiap siklus.

I. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Tes

Menurut syah yang dikutip oleh desi (2012:30) “tes adalah alat ukur

yang banyak digunakan untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah

proses belajar mengajar atau menentukan taraf keberhasilan sebuah

program pengajaran”. Sedangkan menurut Arikunto (2006:150) tes

(36)

36

untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau

bakat yang dimiliki individu atau kelompok.

Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan yang diperoleh siswa setelah kegiatan penelitian tindakan

kelas. Tes hasil belajar dilakuakan disetiap akhir pertemuan untuk

mengetahui peningkatan hasil belajar matematika materi mengubah

pecahan ke bentuk desimal dan persen. Tes yang diberikan dalam

penelitian ini kepada siswa kelas V MI Asas Islam Kalibening, yakni tes

tertulis.

2. Lembar Observasi

Pendapat Sugiyono yang dikutip oleh Desi (2012:29) menyatakan

“in participant observation, the researcher observes what people do,

listent to what they say, and participantes in their activies”. Dalam

observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang,

mendengarkan apa yang mereka ucapkan dan berpartisipasi dalam

aktifitas mereka.

Lembar observasi merupakan lembar yang berisi pedoman dalam

melaksanakan pengamatan di dalam kelas, terdiri dari beberapa butir

yang digunakan pengamat untuk menilai proses pembelajaran. selain itu

lembar observasi ini digunakan untuk monitoring dan evaluasi setiap

tindakan agar kegiatan observasi tidak terlepas dari konteks

(37)

37

J. Analisis Data

Secara umum, studi ini bertujuan untuk mencari data dan informasi

yang kemudian dianalisis dan ditata secara sistematis dalam rangka

menyajikan gambaran yang semaksimal mungkin tentang penerapan

Metode Latihan dan model pembelajaran Make A Match dalam upaya

meningkatkan hasil belajar matematika pada materi mengubah pecahan

kebentuk desimal dan persen di kelas V MI Asas Islam Kalibening

KecamatanTingkir Kota Salatiga.

Data disajikan secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.

Data kualitatif berupa catatan lapangan dan tugas siswa. Sedangkan data

kuantitatif adalah hasil tes siswa selama kegiatan belajar mengajar dan

setelah selesai materi diajarkan (pre test-post test).

Pre-test adalah suatu test yang dilaksanakan oleh pendidik terhadap

warga didik sebelum seluruh rangkaian penelitian tindakan penelitian

dimulai, sedangkan yang dimaksud dengan Post-test adalah suatu test yang

dilaksanakan oleh pendidik terhadap siswa setelah seluruh rangkaian

pelatihan berakhir. Pertanyaan yang berada dalam Pre-test adalah sama

dengan pertanyaan yang terdapat pada Post-test. Tujuannya adalah untuk

mengetahui tingkat penyerapan informasi dari siswa selama proses

pembelajaran.

Untuk data kualitatif, analisis yang digunakan adalah analisis

diskriptif kualitatif, yaitu analisis data yang diwujudkan bukan dalam

(38)

38

(Lexy, 2000:5). Analisis ini menggunakan analisis deskriptif yaitu

mendeskriptifkan hasil belajar Matematika kelas V MI Asas Islam

Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga pada semester II tahun

pelajaran 2017/2018.

Analisis data untuk tujuan tindakan dilakukan dengan

membandingkan isi catatan yang dilakukan kolaborator (peneliti) dan

pelaksana (guru kelas) dengan harapan unsure subyektifitas dapat dikurangi

.Sedangkan data kuantitatif, analisisnya menggunkan statistik deskriptif

dengan penyimpulan lebih mendasar pada nilai rata-rata (mean). Mean

didapat dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

=

Keterangan :

= Rata-rata hasil belajar

∑ = Jumlah seluruh nilai tes

= Jumlah peserta didik

K. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi tentang “Peningkatan Hasil Belajar Matematika

Materi Mengubah Pecahan ke Bentuk Desimal dan Persen dengan Metode

Latihan dan Model Pembelajaran Make A Match pada Siswa Kelas V di MI

(39)

39

2017/2018”, secara keseluruhan terdiri dari lima bab, masing-masing bab

disusun secara rinci dan sistematis. Adapun sistematika pembahasan dan

penulisannya sebagai berikut :

BAB I : Merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis

tindakan dan indikator keberhasilan, metode penelitian, langkah-langkah

penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, analisis data

dan sistematika penulisan.

BAB II : Dalam bab ini, penulis mengemukakakan Kajian Teori dan

Kajian Pustaka dari tiap-tiap variabel penelitian.

BAB III : Dalam bab ini berisikan pelaksanaan penelitian berisikan

Profil Madrasah yang meliputi : Gambaran umum MI Asas Islam

Kalibening, terdiri dari : Visi dan Misi Madrasah, Struktur Madrasah,

Tenaga Pendidik, Peserta Didik, Sarana dan Prasarana, selain berisikan

profil madrasah dalam bab ini juga berisikan Deskripsi Pelaksanaan

Tindakan.

BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari :

Deskripsi per siklus (data hasil penelitian, refleksi) dan Pembahasan hasil

penelitian.

BAB V : Dalam bab ini berisikan Penutup yang terdiri dari :

(40)

40

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Belajar mempunyai peranan yang penting bagi perkembangan setiap

(41)

41

belajar. Berbicara tentang belajar pada dasarnya berbicara tentang

aktivitas manusia dalam kehidupan ini karena dimana ada kehidupan

disanalah ada peristiwa belajar, dan sebaliknya. Peristiwa belajar

muncul bersamaan dengan hadirnya manusia dimuka bumi. Life is study

and study is life. Menurut Kamus Psikologi yang dikutip oleh Sriyanti

(2014: 14) memiliki dua definisi, pertama : “the process of acquiring

knowledge”. Kedua : “a relatively permanent change potentiality whivh

occurs as a result of reinforced practic”. Pengertian pertama yaitu

belajar memiliki arti suatu proses untuk memperoleh pengetahuan.

Pengerttian kedua, belajar berarti suatu perubahan kemampuan untuk

bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia secara etimologi, belajar

memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu“.

Dari pemaparan diatas mengenai pengertian belajar, Sam‟s

(2010:33) berpendapat bahwa Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu

kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat

dari latihan atau pengalaman yang diperoleh.

Hasil belajar pada diri seseorang sering tidak langsung tampak tanpa

seseorang itu melakukan tindakan untuk memperlihatkan kemampuan

yang diperolehnya melalui belajar. Hasil belajar merupakan perubahan

yang mengakibatkan orang berubah dalam perilaku, sikap dan

kemampuannya (Sam‟s, 2010:34).

(42)

42

Suryabrata (2004) dalam Lilik (2013:22) yang menyatakan bahwa

keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara

umum, keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan

internal. Masing-masing faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar

diri individu. Dalam proses belajar di sekolah, faktor eksternal

berarti faktor-faktor yang berada di luar diri siswa. Faktor-faktor

eksternal terdiri dari faktor nonsosial dan sosial.

1) Faktor nonsosial

Faktor nonsosial adalah faktor-faktor di luar individu

yang berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar.

Faktor nonsosial merupakan kondisi fisik yang ada

dilingkungan sekolah, keluarga maupun di masyarakat.

Aspek fisik tersebut bisa berupa peralatan sekolah sekolah,

sarana belajar, gedung dan ruang belajar, kondisi geografis

sekolah dan rumah dan sejenisnya.

2) Faktor sosial

Faktor sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang

berupa manusia. Faktor eksternal yang bersifat sosial, bisa

dipilih menjadi faktor yang berasal dari keluarga, lingkungan

sekolah dan lingkungan masyarakat (termasuk teman

(43)

43

kedekatan hubungan antara anak dengan orang lain,

keharmonisan atau pertengkaran dalam keluarga, hubungan

antar personil sekolah dan sebagainya.

b. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri

individu yang sedang belajar. Faktor internal terdiri dari faktor

fisiologis dan faktor psikologis.

1) Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam

diri individu. Faktor fisiologis terdiri dari :

a) Keadaan Tonus jasmani pada umumnya

Keadaan Tonus jasmani secara umum yang ada dalam

diri individu sangat mempengaruhi hasil belajar.

Keadaan Tonus jasmani secara umum ini, misalnya

tingkat kesehatan dan kebugaran fisik individu. Apabila

badan individu dalam keadaan bugar dan sehat maka

akan mendukung hasil belajar. Sebaliknya, jika badan

individu dalam keadaan kurang bugar dan kurang sehat

akan menghambat hasil belajar.

b) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu

Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu adalah

keadaan fungsi jasmani tertentu, terutama yang terkait

(44)

44

Panca indra merupakan pintu gerbang masuknya

pengetahuan dalam diri individu.

2) Faktor Psikologis

Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam

diri individu. Faktor-faktor psikis tersebut antara lain tingkat

kecerdasan, motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian,

kematangan dan lain sebagainya. Tingkat kecerdasan akan

mempengaruhi daya serap serta berpengaruh terhadap proses

dan hasil belajar. Demikian juga motivasi, bakat dan minat

banyak memberikan warna terhadap aktivitas belajar. Bakat

dan minat terhadap suatu mata pelajaran akan mendorong

seseorang mendapat kemudahan mencapai tujuan belajar,

tetapi anak yang kurang berbakat bukan berarti akan gagal

belajar, hanya yang bersangkutan perlu waktu lebih banyak

dan kerja lebih keras untuk mendapatkan hasil yang baik

(Lilik, 2013:22-24).

3. Penilaian Hasil Belajar

Pada umumnya, hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga

ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Secara eksplisit

ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap mata

pelajaran selalu mengandung ketiga ranah tersebut, namun

(45)

45

pada ranah psikomotorik, sedangkan mata pelajaran pemahaman konsep

lebih menekankan pada ranah kognitif (Ellis, 2015:57).

a. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik berhubungan dengan hasil belajar yang

pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi, yang melibatkan

otot dan kekuatan fisik. Ranah Psikomotorik adalah ranah yang

berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya menulis, memukul,

melompat dan sebagainya.

b. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berhubungan erat dengan kemampuan berpikir,

termasuk kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi,

menganalisis, menyintesis, dan kemampuan mengevaluasi.

c. Ranah Afektif

Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti sikap, minat,

konsep diri, nilai dan moral (Ellis, 2015:58).

B. Pembelajaran Matematika

1. Definisi Pembelajaran Matematika di SD/MI

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang didalam

kurikulum pendidikan nasional. Matematika mendasari perkembangan

teknologi modern, dan memiliki peranan penting dalam berbagai

(46)

46

juga oleh perkembangan manusia. Untuk menguasai dan menciptakan

teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat

sejak dini (Depdiknas, 2007: 11).

Matematika adalah salah satu pelajaran yang penting di sekolah

dasar. Mata Pelajaran Matematika telah diperkenalkan sejak dini. Secara

rinci pada Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk

mata pelajaran Matematika SD/MI menyatakan bahwa tujuan

pembelajaran Matematika di SD adalah :

a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan.

b. Mengembangkan aktivitas kreatif.

c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan gagasan.

2. Karakteristik Pembelajaran Matematika di SD/MI

Karakteristik pembelajaran Matematika siswa SD/MI menurut

Rosma (2010: 29-30) yaitu dalam proses pembelajaran suatu mata

pelajaran akan efektif bagi siswa jika guru memiliki pengetahuan

tentang objek yang akan diajarkannya supaya dalam menyampaikan

materi tersebut penuh dengan dinamika dan inovatif. Demikian juga

dengan pembelajaran Matematika di sekolah dasar, guru SD/MI harus

mengetahui bagaimana karakteristik Matematika. Para ahli sepakat

(47)

47

Pada hakekatnya Matematika adalah belajar konsep, strukturnya,

dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya. Ciri khas

Matematika yang deduktif aksiomatis ini harus diketahui oleh guru

sehingga mereka dapat membelajarkan Matematika dengan tepat mulai

dari konsep yang sederhana sampai yang kompleks.

C. Materi Mengubah Pecahan Ke Bentuk Desimal dan Persen

Matematika adalah bahasa universal ilmu pengetahuan, Allah telah

mendeskripsikan matematika dalam Al-Qur‟an dengan angka-angka yang

memiliki keterkaitan erat dengan penciptaan dan kehidupan. Sebagaimana

pandangan Al-Qur‟an mengenai Matematika materi pecahan dalam QS. An

-Nisa‟ ayat 11 ;

Artinya :

“Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)

(48)

48

orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari

dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak

perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk

dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang

ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang

meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja),

maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai

beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam.

(Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan)

sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu

tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak)

manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

1. Pecahan biasa menjadi pecahan desimal

1,234

Cara mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal, yaitu

dengan mengubah penyebut pecahan menjadi 10, 100, 1000, atau

seterusnya.

Nilai tempat

Nilai tempat

Nilai tempat

(49)

49 Contoh :

a. = x =

= 0,6

( pembilang dan penyebut dikali dengan angka yang sama,

persepuluhan berarti satu angka dibelakang koma )

b. = x

=

= 0,25

( pembilang dan penyebut dikali dengan angka yang sama,

perseratusan berarti dua angka di belakang koma )

2. Pecahan desimal menjadi pecahan biasa

Cara mengubah pecahan desimal menjadi pecahan biasa, yaitu

mengubah pecahan desimal menjadi pecahan dengan penyebut 10, 100,

1000 atau seterusnya, dengan aturan sebagai berikut.

a. Pecahan dengan 1 angka dibelakang koma dijadikan pecahan

dengan penyebut 10.

b. Pecahan dengan 2 angka di belakang koma dijadikan pecahan

dengan penyebut 100

c. Pecahan dengan 3 angka dibelakang koma dijadikan pecahan

dengan penyebut 1.000, dan seterusnya.

d. Lalu, sederhanakan pecahan ke bentuk paling sederhana.

3. Pecahan biasa menjadi persen

Cara mengubah bentuk pecahan biasa ke bentuk persen, yaitu

dengan mengubah penyebut pecahan menjadi 100

Contoh :

a. = x

=

(50)

50

( pembilang dan penyebut dikali angka yang sama yaitu 25 )

b. = x

4. Persen menjadi pecahan biasa

Cara mengubah bentuk persen ke bentuk pecahan biasa, yaitu

mengubah bentuk persen menjadi pecahan berpenyebut 100, kemudian

sederhanakan.

Di dalam proses belajar-mengajar, guru harus memiliki strategi,

agar siswa dapat belajar secara efektif dan efesien, mengena pada

tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu

ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut

metode mengajar. Seorang siswa perlu memiliki ketangkasan atau

keterampilan dalam kegiatan belajar matematika. Roestiyah (2012 :

(51)

51

ialah metode latihan atau drill. Ialah suatu metode dimana siswa

melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki

ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah

dipelajari. Syaiful (2017:217) berpendapat bahwa metode latihan (drill)

atau metode training merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk

menanamkan kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk

memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan

keterampilan. Metode latihan pada umumnya digunakan untuk

memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah

dipelajari.

2. Tujuan Metode Latihan

Metode latihan ini biasanya digunakan untuk tujuan agar siswa :

a. Memiliki keterampilan motoris atau gerak ; seperti menghafalkan

kata-kata, menulis, mempergunakan alat/ membuat suatu benda;

melaksanakan gerak dalam olahraga.

b. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan,

menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam hitung

mencongkak. Mengenal benda/ bentuk dalam pelajaran

matematika, ilmu pasti, ilmu kimia, tanda baca dan sebagainya

(Roestiyah, 2012 : 125).

(52)

52

Untuk kesuksesan pelaksanaan teknik latihan itu perlu instruktur

atau guru memperhatikan langkah-langkah atau prosedur yang disusun

demikian :

a. Menjelaskan maksud dan tujuan latihan terbimbing pada siswa.

b. Guru harus lebih menekankan pada diagnosa, karena latihan

permulaan belum bisa mengharapkan siswa mendapatkan

keterampilan yang sempurna.

c. Mengadakan latihan terbimbing sehingga timbul response siswa

yang berbeda-beda untuk peningkatan keterampilan dan

penyempunaan kecakapan siswa.

d. Memberi waktu untuk mengadakan latihan yang singkat agar tidak

meletihkan dan membosankan dan guru perlu memperhatikan

response siswa apakah telah melakukan latihan dengan tepat dan

cepat.

e. Meneliti hambatan atau kesukaran yang dialami siswa dengan cara

bertanya kepada siswa, serta memperhatikan masa latihan dengan

mengubah situasi sehingga menimbulkan optimisme dan rasa

gembira pada siswa yang dapat menghasilkan keterampilan yang

baik.

f. Guru dan siswa perlu memikirkan dan mengutamakan proses-proses

yang pokok dan tidak banyak terlibat pada hal-hal yang tidak

(53)

53

g. guru perlu memperhatikan perbedaan individual siswa, sehingga

kemampuan dan kebutuhan siswa masing-masing dapat berkembang.

Dengan langkah-langkah itu diharapkan bahwa latihan akan

betul-betul bermanfaat bagi siswa untuk menguasai kecakapan itu.

Serta dapat menumbuhkan pemahaman untuk melengkapi

penguasaan pelajaran yang diterima secara teori dan praktek di

sekolah (Roestiyah, 2012 : 127-129).

4. Kelebihan Metode Latihan

Metode latihan mempunyai kelebihan-kelebihan, antara lain adalah :

a. Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dengan metode ini akan

menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.

b. Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan tidak memerlukan banyak

konsentrasi dalam pelaksanaanya

c. Pembentukan kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks,

rumit menjadi otomatis, habitation makes complex movement more

automatic (Syaiful, 2017 : 217-218).

5. Kelemahan-kelemahan Metode Latihan

Adapun kelemahan-kelemahan metode ini antara lain :

a. Metode ini dapat menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena

siswa lebih banyak dibawa kepada konformitas dan diarahkan

kepada unformitas

b. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang

(54)

54

c. Membentuk kebiasaan yang kaku, karena siswa banyak ditujukan

untuk mendapatkan kecakapan memberikan respon yang secara

otomatis tanpa menggunakan intelegensia

d. Dapat menimbulkan verbalisme karena siswa-siswa lebih banyak

dilatih menghafal soal-soal dan menjawabnya secara otomatis

(Syaiful, 2017: 218).

E. Model Pembelajaran Make A Match

1. Definisi Make A Match

Dikembangkan pertama kali pada 1994 oleh Lorna Curran, strategi

Make a Match saat ini menjadi salah satu strategi penting dalam ruang

kelas. Tujuan dari strategi ini diantara lain : 1) pendalaman materi; 2)

penggalian materi; dan 3) edutainment (Huda , 2016 : 251).

Banyak temuan dalam penerapan model pembelajaran Make a

Match, dimana bisa memupuk kerja sama siswa dalam menjawab

pertanyaan dengan mencocokan kartu yang ada di tangan, proses

pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih

antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak

sekali pada saat mencari kartunya masing-masing. Hal ini merupakan

(55)

55

kooperatif ialah pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong royong

dan kerjasama kelompok” (Kurniasih, 2017: 55-56)

2. Langkah- langkah pembelajaran dengan Make A Match

Tata laksananya cukup mudah, tetapi guru perlu melakukan beberpa

persiapan khusus sebelum menerapkan strategi ini. Beberapa persiapan

antara lain :

a. Membuat beberapa pertanyaan yang sesuai dengan materi yang

dipelajari (jumlahnya tergantung tujuan pembelajaran) kemudian

menulisnya dalam kartu pertanyaan.

b. Membuat kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah

dibuat dan menulisnya dalam kartu-kartu jawaban. Akan lebih

baik jika kartu pertanyaan dan kartu jawaban berbeda warna.

c. Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang

berhasil dan sanksi bagi siswa yang gagal (disini, guru dapat

membuat aturan ini bersama-sama dengan siswa).

d. Menyediakan lembaran untuk mencatat pasangan- pasangan yang

berhasil sekaligus untuk penskoran sekaligus presentasi (Huda ,

2016 : 251-252).

Adapun teknis pelaksanaan model pembelajaran ini adalah sebagai

berikut :

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep atau topik

yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian

(56)

56

b. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal atau

jawaban.

c. Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang

dipegang.

d. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan

kartunya. Misalnya : pemegang kartu yang bertuliskan

“kepercayaan pada Tuhan” akan berpasangan dengan kartu yang

bertuliskan “UUD 45”

e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas

waktu diberi poin.

f. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu

temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau jawaban) akan

mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.

g. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat

kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

h. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang

memegang kartu yang cocok.

i. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap

materi pelajaran (Kurniasih, 2017: 57-58).

3. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Make A Match

a. Kelebihan

Pembelajaran kooperatif model Make A Match memberikan manfaat

(57)

57

1) Mampu menjelaskan suasana belajar aktif dan menyenangkan.

2) Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik

perhatian siswa

3) Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf

ketuntasan belajar secara klasikal

4) Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran

5) Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis

6) Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh

siswa

b. Kelemahan

Disamping manfaat yang dirasakan oleh siswa, model pembelajaran

Make A Match mempunyai sedikit kelemahan yaitu :

1) Sangat memerlukan bimbingan dari guru untuk melakukan

kegiatan

2) Waktu yang tersedia perlu dibatasi karena besar kemungkinan

siswa bisa banyak bermain-main dalam proses pembelajaran

3) Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai

4) Pada kelas dengan murid yang banyak (<30 siswa / kelas) jika

kurang bijaksana maka yang muncul adalah suasana seperti

pasar dengan keramaian yang tidak terkendali.

5) Bisa menganggu ketenangan belajar kelas di kiri kanannya

(58)

58

F. Keterkaitan antara Metode Latihan dan Model Pembelajaran Make A Match

Penggunaan metode dan model pembelajaran sangat penting untuk

keberhasilan guru dalam proses belajar-mengajar. Selain itu, dengan adanya

metode dan model pembelajaran siswa akan terbantu dalam memahami

mata pelajaran terutama mata pelajaran matematika materi mengubah

pecahan biasa ke bentuk desimal dan persen. Untuk itu peneliti

menggunakan metode latihan dan model pembelajaran Make A Match guna

meningkatkan hasil belajar siswa kelas V di MI Asas Islam Kalibening.

Metode Latihan adalah metode dimana siswa melaksanakan

kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan dan keterampilan yang

lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari (Roestiyah, 2012:125). Metode

latihan sangat relevan dengan model pembelajaran Make A Match, karena

dalam metode latihan menitikberatkan pada kegiatan latihan yang

dilaksanakan berulang-ulang dan model pembelajaran Make A Match

merupakan suatu pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong royong

dan kerjasama kelompok. Sehingga selain mendorong keberhasilan siswa

dalam memahami materi, langkah ini juga dapat membuat siswa menjadi

(59)

59

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Gambaran umum lokasi penelitian

a. Letak geografis sekolah

MI Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga

adalah salah satu dari beberapa madrasah ibtidaiyah yang terletak di

Kecamatan Tingkir. Terletak di desa Kalibening, sebelah timur

berbatasan dengan Desa Penthur, sebelah selatan berbatasan dengan

Desa Kalilondo, sebelah utara berbatasan dengan Desa Klumpit, dan

sebelah barat berbatasan dengan Desa Krasak. Jarak tempuh dari

pusat kantor kelurahan menuju MI Asas Islam ini kurang lebih 1,5

Km. Sedangkan jarak tempuh dari pusat pemerintahan Kecamatan

menuju MI Asas Islam kurang lebih 500 m. Sedangkan jarak tempuh

dai pusat pemerintahan Kecamatan sampai pusat pemerintahan

Kelurahan kurang lebih 2 Km.

Di Desa Kalibening terdapat beberapa sekolah diantaranya,

(60)

60

Islam Kalibening yang bernama TK Masyithoh dan terdapat sekolah

menengah kejuruan (SMK) yang terletak di sebelah barat TK

Masyithoh yaitu SMK N 03 Salatiga, serta MI Asas Islam

Kalibening yang menjadi subjek penelitian.

b. Profil sekolah

Madrasah Ibtidaiyah yang terletak di Jalan Ja‟far Shodiq

Nomor 17, Desa Kalibening Kecamatan Tingkir ini memiliki luas

tanah 3135 m2 dengan luas bangunan 875 m2. Bangunan terdiri dari

15 ruang kelas (kelas I-VI), satu ruang kepala sekolah dan satu ruang

guru, satu ruang sebagai tempat beribadah, satu ruang UKS, tujuh

jamban , satu lapangan upacara dan satu gudang.

c. Visi dan misi sekolah

1) Visi

Madrasah Ibtidaiyah Asas Islam Kalibening sebagai lembaga

pendidikan menengah yang berciri khas Islam perlu

mempertimbangkan harapan peserta didik, orang tua peserta

didik, lembaga pengguna lulusan Madrasah dan masyarakat

dalam merumuskan visinya. Madrasah Ibtidaiyah Asas Islam

Kalibening juga diharapkan merespon perkembangan dan

tantangan masa depan dalam ilmu pegetahuan dan teknologi

yang sangat pesat. Madrasah Ibtidaiyah Asas Islam Kalibening

Gambar

Gambar Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 3.1 Formasi MI Asas Islam Kalibening
Tabel 3.2
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh harapan Pelanggan, Kualitas

Agitasi pada proses churning harus dilakukan dengan benar agar pembentukan mentega menjadi maksimal selain itu pengocokan atau penumbukan mentega tidak bisa

Untuk memulai sebuah sesi Simulink, anda perlu membuka Matlab terlebih dahulu, setelah Matlab Command dalam kondisi aktif, anda ketikkan &gt;&gt;Simulink Sebagai alternative

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan lentur dan daya layan balok beton dengan tulangan rangkap dari bambu petung yang meliputi beban retak pertama, lendutan,

Puji syukur terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan penyertaan- Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan Laporan Perancangan Proyek Akhir 10 dengan

“Metode survey merupakan penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga

ASI -Panduan Pemberian MP- ASI -Jenis MP-ASI -Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MP- ASI -Komposisi susu formula -Kerugian susu formula -Jenis susu formula Usia ibu

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan media video dapat meningkatkan