• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENGIKUTI SHALAT DZUHUR BERJAMA’AH DENGAN TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA SMP NEGERI 2 AMPEL TAHUN PELAJARAN 20172018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENGIKUTI SHALAT DZUHUR BERJAMA’AH DENGAN TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA SMP NEGERI 2 AMPEL TAHUN PELAJARAN 20172018"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS

MENGIKUTI SHALAT DZUHUR

BERJAMA’AH

DENGAN TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA

SMP NEGERI 2 AMPEL TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

EKA NURCAHYANI NIM. 114-14-026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi MOTTO

Artinya: ”Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar Rahman 13)

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Bismillahirahmanirrahim. Puji syukur alhamdulillah atas karunia Allah

SWT, karya ini kupersembahkan kepada:

1. Kedua orangtuaku tercinta (Bp. Rohadi dan Ibu Rochimah) yang selalu mendukung dalam belajar baik lahir maupun batin, mengorbankan segala-galanya, mendoakan dan mencurahkan perhatian serta kasih sayang kepada penulis.

2. Suamiku tercinta, Ali Ashadi yang senantiasa mendukung memberikan semangat dan membantu dan memotivasi sampai penulisan skripsi ini selesai.

3. Bapak dan Ibu mertua ( Bp. Mundayin dan Ibu Maryati atas segala doa dan dukungannya.

4. Pranaditya Maulana dan Ervinia Mega Prastica atas doa dan dukungannya.

5. Sahabat SMA (Armi, Sari, Handa, Erlina, Ning, Zuni, Lusi, Wiwit dan Yuli)

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat kepada semua hamba-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa tetap terlimpahkan kepangkuan beliau Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat-sahabatnya dan orang-orang mukmin yang senantiasa mengikutinya.

Dengan segala kerendahan hati, penulis sampaikan bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Skripsi yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENGIKUTI SHALAT BERJAMA’AH DENGAN TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA TAHUN PELAJARAN 2017/2018” ini disusun untuk melengkapi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana (S1) Pendidikan Agama Islam pada Jurusan Tarbiyah di IAIN Salatiga, meskipun bentuknya masih sederhana serta banyak kekurangan.

Di samping itu ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya dari hati sanubari yang paling dalam kepada Yth:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

(9)

ix

3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Winarno, S.Si., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Peni Susapti, M.Si., selaku ketua penguji yang telah membantu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Mufiq, S.Ag., M.Phil selaku pengguji 1 dan Bapak Drs. Bahroni, M.Pd., selaku penguji 2 yang telah membantu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 7. Kepala sekolah SMPN 2 Ampel beserta guru dan siswa-siswi yang

telah membantu pencapaian keberhasilan penelitian ini.

8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Akhirnya ucap semoga amal baik saudara diberikan yang berlipat ganda serta mendapat Ridho-Nya, hanya kepada Allah jualah kita berserah diri, sambil

kulantunkan do’a semoga skripsi ini ada manfa’atnya bagi semua orang. Aamiin

(10)
(11)

xi ABSTRAK

Nurcahyani Eka, 2015. Hubungan Antara Intensitas Mengikuti Shalat Berjama‟ah dengan Tingkat Kedisiplinan Siswa SMPN 2 Ampel Tahun Ajaran 2017/2018. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Winarno, S.Si., M.Pd

Kata Kunci: intensitas shalat berjama’ah, tingkat kedisiplinan

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui tingkat intensitas shalat

berjama’ah dengan tingkat kedisiplinan siswa SMP Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2017/2018. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: Pertama, bagaimana intensitas siswa SMP Negeri 1 Ampel dalam

mengikuti shalat berjama’ah. Kedua, bagaimana deskripsi tingkat kedisiplinan siswa SMP Negeri 2 Ampel tahun 2017/2018. Ketiga, adakah hubungan antara intensitas mengikuti shalat berjama’ah dengan tingkat kedisiplinan siswa SMP Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2017/2018.

Metode pengumpulan data pada skripsi ini menggunakan metode angket dan metode dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 2 Ampel kelas VII yang berjumlah 100.

Temuan riset ini adalah: Pertama, tingkat intensitas mengikuti shalat

(12)

xii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

H.Sistematika Penulisan Skripsi ... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 18

A.Intensitas Shalat Berjama’ah ... 18

1. Pengertian Shalat Berjama’ah ... 19

2. Dasar Hukum Shalat Berjama’ah ... 20

3. Hukum Shalat Berjama’ah ... 21

4. Syarat Shalat Berjama’ah... 22

5. Anjuran dalam Shalat Berjama’ah ... 26

(13)

xiii

7. Indikator Shalat Berjamaah……….…….30

B.Tingkat Kedisiplinan ... 31

1. Pengertian Kedisiplinan ... 31

2. Penanaman atau Penegakan Kedisiplinan... 32

3. Membangun Tradisi Didiplin yang Kuat ... 35

4. Macam-macam Disiplin... ………37

5. Pembinaan Disiplin Peserta Didik………39

6. Indikator Tingkat Kedisiplinan………...…..44

C. Hubungan Intensitas Shalat Berjamaah dengan Keisiplinan……...…44

BAB III HASIL PENELITIAN ... 48

A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 48

1. Identitas Sekolah ... 48

2. Letak Geografis... 48

3. Visi dan Misi ... 48

4. Organisasi Sekolah ... 54

5. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... 58

6. Data Kesiswaan... 60

7. Data Sarana dan Prasarana ... 61

8. Daftar Responden ... 64

B.Penyajian Data ... 66

BAB IV ANALISIS DATA ... 77

A.Analisis Pendahuluan ... 77

B.Pengujian Hipotesis ... 79

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 Data Pendidik SMPN 2 Ampel ... 56

TABEL 3.2 Data TenagaPendidik SMPN 2 Ampel ... 59

TABEL 3.3 Data Siswa SMPN 2 AmpelTahunPelajaran 2017/2018 ... 60

TABEL 3.4 Data Prasarana SMPN 2 Ampel ... 61

TABEL 3.5 Data Sarana SMPN 2 Ampel... 63

TABEL 3.6 Daftar Responden SMPN 2 Ampel ... 63

TABEL 3.7 Data Jumlah Nilai Intensitas Shalat Berjama’ah Total ... 69

TABEL 3.8 Data Jumlah Nilai Tingkat Kedisiplinan Total ... 74

TABEL 4.1 Interval IntensitasShalatBerjama’ah ... 78

TABEL 4.2 Interval Tingkat Kedisiplinan ... 79

TABEL 4.3 Koefisien Hubungan Antara kedua Variabel…. ... 79

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pemerintahan Indonesia mempunyai Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 yang khusus dibuat guna mengatur sistem pendidikan nasional. Undan-undang tersebut mendefinisikan pendidikan sebagai usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Umbara, 2009:60).

Selain itu, Muhibbin Syah menjelaskan bahwa pendidikan merupakan sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan yang semakin kompleks. Tanpa pendidikan manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode – metode tertentu sehingga seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan (Syah, 2005:10).

(16)

2

beliau diutus di dunia ini tidak lain hanya untuk menciptakan manusia dengan budi pekertinya.

Martin Luther King juga mengatakan bahwa kecerdasan dan karakter adalah tujuan yang sebenarnya dari sebuah pendidikan (Majid Handayani, 2012:30). Pendidikan yang bertujuan untuk membentuk karakter bisa dikenal dengan sebutan pendidikan karakter. Pendidikan karakter dapat dilakukan dengan berbagai model, salah satunya dengan cara pembiasaan, keteladanan dan pembinaan disiplin. Pembiasaan adalah suatu yang sengaja dilakukan secara berulang – ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan sebenarnya berintikan pada pengalaman, yang dibiasakan itu adalah sesuatu yang diamalkan (Mulyasa, 2012:60).

Selain pembiasaan untuk berperilaku baik, pendidikan karakter di sekolah juga harus ditunjang dengan keteladanan guru dan kepala sekolah. Oleh karena itu, di mana ada pembiasaan di sana ada keteladanan. Selanjutnya adalah proses pembinaan disiplin, menurut Toto Tsamara disiplin adalah perbuatan atau perilaku untuk mentaati peraturan. Disiplin juga merupakan latihan batin dan watak yang erat kaitannya dengan pemerkayaan mentalis individu serta pembentukan sikap dan perilakunya. Disiplin bukanlah sebuah latihan tetapi disiplin merupakan hasil dari latihan dan kebiasaan-kebiasaan (Tsamara, 2010:216).

(17)

3

Tumbuhnya sikap disiplin bukanlah peristiwa mendadak. Kedisiplinan pada siswa tidak dapat tumbuh tanpa adanya dorongan dari pendidik. Kebiasaan yang ditanamkan oleh orang tua dan orang-orang dewasa di sekitarnya, akan terbawa oleh anak dan akan memberi warna terhadap kedisiplinannya kelak. Latihan-latihan sederhana seperti melaksanakan shalat berjamaah tepat pada waktunya dan sesuai dengan tuntunan yang ada akan membawa dampak positif bagi sikap disiplin siswa.

Setiap bentuk ibadah yang disyariatkan oleh Islam mengandung makna yang sangat dalam, baik sebagai upaya meningkatkan kualitas kehidupan individu maupun sebagai usaha mewujudkan kehidupan sosial

yang lebih baik. Shalat berjama’ah tidak semata-mata wujud bakti seorang hamba kepada Allah, tetapi juga mempunyai makna persatuan untuk meningkatkan solidaritas dan persaudaraan sesama muslim. Oleh karena itu, Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya untuk melakukan

shalat berjama’ah. Allah memberi kedudukan kepada orang yang shalat

berjama’ah sebanyak 27 derajat lebih tinggi daripada shalat munfarid

(shalat sendirian)

Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW:

Riwayat hadits yang berasal dari Abdullah bin Umar, bahwasanya

(18)

4

tinggi 27 derajat (tingkatan) ketimbang shalat sendirian”. (HR. Bukhari dan Muslim no. 650 dan no. 249)

Inti perintah untuk menjalankan ibadah bagi umat Islam salah satunya adalah untuk melatih kedisiplinan. Dalam sebuah berita yang dimuat di situs online www.tribunnews.com menyebutkan bahwa 25 pelajar dikirim ke Disdikpora Minsel untuk mengikuti pembinaan lantaran mereka kedapatan membolos saat jam pelajaran. Kejadian ini terjadi pada hari senin, tanggal 3 Februari 2006 yang lalu. Razia yang dilakukan tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu tersebut berhasil menjaring 3 siswa SMP dan 22 siswa SMA, mereka didapati sedang asyik bermain di luar lingkungan sekolah, seperti di warnet, di jalan – jalan pasar dan di pantai. Kemuadian mereka diberi pembinaan dan teguran serta dikirim kembali ke sekolah, pihak Satpol PP juga memberi peringatan kepada pihak sekolah terkait. Agar lebih tanggung jawan dan waspada terhadap siswa – siswi mereka.

(19)

5

akan kedisiplinan masih sangat kurang. Banyaknya tugas sekolah dan berbagai macam peraturan yang menurut mereka mengekang, serta kurang perhatiannya orang tua dan orang-orang dewasa di sekitarnya adalah salah satu faktor penyebab siswa tidak disiplin. Pembinaan disiplin, pembiasaan dan keteladanan yang disebut sebagai cara menumbuhkan karakter mulia tidak pernah mereka dapatkan. Semua orang dewasa yang ada di sekitarnya tidak pernah mengingatkan atau mengajarkan tentang pentingnya hidup teratur dan sejalan dengan ajaran yang dianutnya. Akhirnya, adalah kewajiban guru dan pihak sekolah menciptakan siswa-siswi yang cerdas dan berkarakter dengan cara melakukan pembiasaan disiplin, baik disiplin waktu, disiplin ibadah maupun disiplin diri.

Sekolah SMP Negeri 2 Ampel berada pada daerah pedesaan, hal ini secara tidak langsung lingkungannya dapat mempengaruhi pengendalian diri siswa. Oleh karena itu sekolah perlu mengadakan kegiatan yang bisa berpengaruh pada tingkat kedisiplinan siswa dengan

mengaktifkan shalat berjama’ah di sekolah maupun di luar sekolah.

Berangkat dari pemikiran tersebut penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut ke dalam sebuah judul skripsi yang berjudul:

“Hubungan Antara Intensitas Shalat Dzuhur Berjama’ah

(20)

6 B. Rumusan Masalah

Bertolak dari hal diatas, suatu pokok permasalahan berkaitan dengan judul tersebut adalah:

1. Bagaimana variasi data intensitas shalat dzuhur berjamaah siswa di SMP Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2017/2018?

2. Bagaimana variasi data tingkat kedisiplinan siswa di SMP Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2017/2018

3. Adakah hubungan antara intensitas mengikuti shalat dzuhur

berjama’ah dengan tingkat kedisiplinan siswa SMP Negeri 2

Ampel tahun pelajaran 2017/2018?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui variasi data intensitas mengikuti shalat dzuhur

berjama’ah siswa SMP Negeri 2 Ampel tahun pelajaran

2017/2018.

2. Untuk mengetahui variasi data tingkat kedisiplinan siswa SMP Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2017/2108.

(21)

7 D. Hipotesis Penelitian

Untuk memperoleh jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti, maka perlu dirumuskan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban atau pemecahan masalah sementara yang masih merupakan dugaan yang dihasilkan (Saraswati, 2011: 13).

Berdasarkan telaah kepustakaan awal, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: Ada hubungan positif antara intensitas

mengikuti shalat berjama’ah dengan tingkat kedisiplinan siswa SMP

Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2017/2018.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan baik bagi pihak peneliti sendiri maupun bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan (secara akademik). Secara lebih rinci kegunaan peneliti ini dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian tentang pendidikan akhlak dan pendidikan keagamaan Islam pada

sekolah umum dalam kajian shalat berjama’ah. Dan menjadikan

motivasi bagi kalangan akademis yang akan mengadakan

penelitian dalam meningkatkan shalat berjama’ah.

(22)

8

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh lembaga pendidikan sebagai pijakan untuk pengembangan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam diharapkan digunakan dalam pendekatan keagamaan untuk meningkatkan mutu pendidikan di lembaga masing-masing.

F. Definisi Operasional Variabel dan Indikator Keperilaku

Agar tidak terjadi salah paham dari pembaca, penulis perlu menjelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan judul diatas, yakni: 1. Intensitas Mengikuti Shalat Berjama’ah

Intensitas adalah keadaan atau tingkatan atau ukuran intens. Intens itu sendiri adalah bergelora, penuh semangat, berapi-api, berkobar-kobar (Depdiknas, 2000: 438).

Shalat Berjama’ah adalah shalat yang dikerjakan bersama -sama, dipimpin oleh imam shalat dan pengikutnya disebut makmum.

Jadi, intensitas mengikuti shalat berjama’ah menurut penulis adalah tingkat rutinnya siswa dalam melaksanakan /

menjalankan shalat berjama’ah di sekolah, masjid maupun di

rumah.

Adapun indikator intensitas shalat berjama’ah adalah sebagai berikut:

(23)

9

b. Perasaan terhadap mengikuti shalat berjama’ah (Ismiyatun, 2012:9).

2. Tingkat Kedisiplinan

Kedisiplinan adalah perbuatan atau perilaku untuk mentaati peraturan. Disiplin juga merupakan latihan batin dan watak yang erat kaitannya dengan pemerkayaan mentalis individu serta pembentukan sikap dan perilakunya. Disiplin bukanlah sebuah latihan tetapi disiplin merupakan hasil dari latihan dan kebiasaan-kebiasaan.

Adapun indikator kedisiplinan menurut Toto Tasmara (2001:216) adalah sebagai berikut:

a. Disiplin Diri b. Disiplin Beribadah G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian cenderung menggunakan statistik atau data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang di angka atau (scoring) (Sugiono, 2007:23).

Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian studi korelasional, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menunjukkan apakah ada hubungan antara variabel intensitas mengikuti shalat

berjama’ah dengan tingkat kedisiplinan siswa SMP Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2017/2018.

(24)

10

Lokasi waktu penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Ampel yang beralamat: Desa Candi, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 2017 sampai tanggal 20 Oktober 2017 yang terbagi menjadi beberapa teknis dari proses pengumpulan data hingga proses penulisan laporan.

3. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 1996:115). Berdasarkan pendapat diatas, populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh siswa kelas VII, VIII SMP Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2017/2018 yang beragama Islam. Jumlah keseluruhan siswa kelas VII, VIII, IX SMP Negeri 2 Ampel adalah 671 siswa.

Tabel 1.1

Daftar Populasi Penelitian

No. KELAS JUMLAH SISWA

1 VII 224

2 VIII 225

3 IX 222

(25)

11 b. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 1996:117). Penulis akan melakukan penelitian di lapangan, dengan menggunakan teknik purposive sample yaitu teknik dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 1996:127).

Peneliti bisa menenukan sampel berdasarkan tujuan tertentu, tetapi ada syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu:

a. Yang akan dijadikan sampel yaitu kelas VIII, karena dianggap paling bisa mewakili perkembangan siswa SMP.

b. Beragama Islam.

c. Jenis kelamin proposional antara putra dan putri. Tabel 1.2

Data Sampel Penelitian

No Kelas Jumlah Siswa yang beragama Islam

1. VII A 26

2. VII B 24

3. VII C 25

4. VII D 25

(26)

12 4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini

baik mengenai intensitas mengikuti shalat berjama’ah maupun

mengenai sikap pengendalian diri siswa, maka penulis menggunakan metode-metode pengumpulan data:

a. Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan pribadi atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 1996:139).

Metode angket dalam penelitian ini digunakan untuk

mendapatkan dana tentang intensitas mengikuti shalat berjama’ah

terhadap sikap pengendalian diri siswa. b. Metode Dokumentasi

Dokumentasi, dari kata asal katanya dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 1996:148).

5. Instrumen Penelitian

(27)

13

Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa angket yang terdapat dalam lampiran. Angket terdiri dari dua yaitu

yang pertama tentang intensitas mengikuti shalat berjama’ah dan yang kedua angket tentang tingkat kedisiplinan siswa.

Angket shalat berjama’ah digunakan untuk mengetahui

intensitas shalat berjama’ah siswa. Indikator keperilakuan yang

digunakan adalah keteraturan dalam melaksanakan shalat lima waktu dan perasaan terhadap mengikuti shalat berjama’ah.

Angket tingkat kedisiplinan digunakan untuk mengetahui kedisiplinan siswa. Indikator keperilakuan yang digunakan adalah disiplin waktu, disiplin beribadah dan disiplin diri.

6. Analisis Data a. Analisis Awal

Analisis awal ini untuk mengetahui intensitas shalat

berjama’ah dan deskripsi tingkat kedisiplinan siswa. Teknik analisisnya menggunakan teknik analisis statistik deskriptif adalah sebagai berikut:

Dalam pengumpulan data tentang intensitas shalat

berjama’ah, penulis mendistribusikan angket yang berisi 5 item pertanyaan. Setiap soal terdiri dari tiga alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut:

(28)

14

c. Alternatif jawaban C memiliki nilai 3

Pada tahap yang kedua yaitu tentang tingkat kedisiplinan siswa data yang ada penulis kelompokkan menurut variabel masing-masing kemudian penulis mencacat hasil angket ke dalam table. Perolehan jawaban angket tersebut kemudian dijumlah dan penulis memperoleh total dari jawaban tersebut sesuai kelompok variabelnya. Pengelompokan data tersebut dilakukan dengan menyusun tabel distribusi frekuensi untuk setiap variabel yang terdapat dalam penelitian.

Perlu disampaikan di sini bahwa untuk merubah data yang bersifat kualitatif menjadi kuantitatif penulis menggunakan standar skor tertentu (scoring). Angket ini menggunakan item favorable, yaitu dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Jawaban responden SS diberi skor 4 b. Jawaban responden Sr diberi skor 3 c. Jawaban responden Kdg diberi skor 2

d. Jawaban responden Hmp Tdk Pnh diberi skor 1 b. Analisis Lanjutan

Teknik analisisnya memakai Product Moment sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

(29)

15 Keterangan:

Koefisien korelasi X dan Y Perkalian X dan Y

X : Variabel Intensitas Shalat Berjama’ah Y : Jumlah kuadrat variable y

Jumlah responden

Ʃ : Sigma (Jumlah)

Analisis ini digunakan untuk mengecek diterima tidaknya hipotesis yang telah diajukan berdasarkan analisis hipotesis. Setelah diperoleh hasil koefisien korelasi antara variabel X dan Y atau diperoleh nilai ha (hipotesis alternatif) dikonsultasikan pada tabel pada taraf 5 % atau 1 %.

H. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun sistematikanya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan masalah, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional dan metode penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi deskripsi pengertian shalat berjama’ah, dasar hokum

(30)

16

anjuran shalat berjama’ah, keutamaan shalat berjama’ah, indikator shalat

berjama’ah, pengertian kedisiplinan, penanaman atau penegakan kedisiplinan, membangun tradisi disiplin yang kuat, macam-macam disiplin, pembinaan disiplin peserta didik, indikator tingkat kedisiplinan

serta hubungan intensitas mengikuti shalat berjama’ah dengan tingkat

kedisiplinan.

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

Bab ini menjelaskan data dan gambaran lokasi penelitian dan hasil dari penelitian

BAB IV ANALISI DATA

Bab ini berisi analisis dekriptif, pengujian hipotesis dan pembahasan data dari hasil penelitian.

BAB V PENUTUP

(31)

17 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Intensitas Shalat Berjama’ah

Kata intens berasal dari Bahasa Inggris yaitu intense yang berarti semangat, giat (Echols, 1993). Sedangkan menurut Hazim, intensitas adalah kebulatan tenaga yang dikerahkan untuk suatu usaha. Jadi intensitas secara sederhana dapat dirumuskan sebagai usaha yang dilakukan seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan.

Shalat memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah. Barang siapa yang melakukan ibadah shalat, berarti dia telah memelihara dan mendirikan agamanya. Barang siapa yang meninggalkan shalat, berarti dia telah meruntuhkan agamanya (Fadlun, 2013:15).

Begitu pentingnya kedudukan ibadah shalat ini sehingga menjadi kewajiban bagi setiap muslim dan muslimat yang tidak sedang haid dan nifas, baik dalam keadaan di tempat sendiri maupun sedang dalam perjalanan baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Hanya ada dua alasan mengapa seorang boleh meninggalkan shalat, yakni ketika terlupa atau tertidur. Seseorang wajib melakukan shalat yang tertinggal tadi ketika sudah teringat atau sudah terbangun (Fadlun, 2013:17).

(32)

18

yang lebih baik. Shalat berjama’ah tidak semata-mata wujud bakti seorang hamba kepada Allah, tetapi juga mempunyai makna persatuan untuk meningkatkan solidaritas dan persaudaraan sesama muslim. Oleh karena itu, Rasulullah Saw sangat menganjurkan umatnya untuk melakukan shalat

berjama’ah. Allah memberi kedudukan kepada orang yang shalat

berjama’ah sebanyak 27 derajat lebih tinggi daripada shalat munfarid

(shalat sendirian) (Fadlun, 2013:84). 1. Pengertian Shalat Berjama’ah

Secara bahasa shalat adalah do’a atau pujian. Sedang menurut definisi shalat adalah upacara ritual menghadap Allah Swt Yang Maha Suci, yang harus berlangsung secara hikmat dengan penghayatan penuh dan bermodalkan ikhlas (semata-mata hanya dipersembahkan kepada Allah Swt dan demi mengarapkan Ridha-Nya) dan shalatbukan sekedar gerakan-gerakan dan ucapan lahiriah semata melainkan gerakan dan ucapan lahir dan batin secara serempak (Khalil, 2004:29)

(33)

19

Sedangkan menurut Fachrozzy (2001:69) yang dimaksud

shalat berjama’ah ialah shalat yang dilakukan oleh orang banyak

bersama-sama sekurangnya dua orang, yang fasih bacaannya dan lebih mengerti tentang hukum Islam di pilih menjadi imam. Dia di depan dan lainnya berdiri di belakangnya sebagai makmum.

2. Dasar Hukum Shalat Berjama’ah a. Al-Qur’an

Firman Allah Swt dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 102:

(34)

20

senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu.” (Depag RI, 2005:95)

Menurut para ahli tafsir dan fikih, ayat ini

mengandung perintah untuk mendirikan shalat berjama’ah

dalam keadaan takut di medan perang. Kalau dalam keadaan

perang diperintahkan untuk mendirikan shalat berjama’ah,

tentu lebih diperintahkan lagi mendirikannya dalam keadaan aman.

Dengan demikian, seorang muslim tidak boleh

meninggalkan shalat berjama’ah kecuali ada uzur atau

halangan. b. Hadits

Artinya: “Dari Abdullah bin Umar, bahwasanya Rasulullah Saw pernah bersabda: “Shalat berjama‟ah itu lebih utama daripada shalat sendirian dengan 27 derajat” (HR. Bukhari dan Muslim no. 650 dan no. 249)

Hadits di atas menerangkan bahwa shalat

berjama’ah lebih utama 27 derajat daripada shalat sendirian.

(35)

21

bahwa shalat berjama’ah disyariatkan dan lebih utama dari

shalat sendirian.

3. Hukum Shalat Berjama’ah

Mengenai hukum shalat berjama’ah, terjadi ikhtilaf diantara

para ulama. Khusus mengenai shalat jum’at, semua ulama sepakat

bahwa berjama’ah hukumnya adalah fardhu „ain. Yang

diperselisihkan adalah jama’ah dalam shalat-shalat fardhu lainnya (Aunullah, 2008:191).

Ulama madzhab Hanafi dan madzhab Maliki berpandangan

bahwa hukum shalat berjama’ah dalam shalat fardhu selain shalat

jum’at adalah sunnah muakkad bagi laki-laki yang balig, berakal, merdeka, dan mampu menghadirinya tanpa kesulitan yang sangat. Adapun madzhab Syafi’i menyatakan bahwa shalat berjama’ah adalah fardhu kifayah bagi laki-laki yang balig, merdeka dan bukan musafir. Dengan demikian, dalam suatu kawasan harus didirikan

setidaknya satu shalat berjama’ah di tempat umum seperti masjid

sehingga tampak adanya syiar (tanda aktivitas keagamaan) Islam.

Sementara itu, Mazhab Hambali berpendapat bahwa berjama’ah

dalam shalat fardhu hukumnya adalah fardhu „ain bagi orang yang

tidak memiliki uzur. Namun demikian, berjama’ah bukanlah syarat

(36)

22

Shalat berjama’ah dapat dilakukan untuk laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan atau laki-laki dengan

perempuan. Untuk menertibkan jama’ah, harus diusahakan

meluruskan shafnya karena kelurusan shaf menjadi kesempurnaan

shalat berjama’ah. Shaf di belakang imam hendaknya diisi oleh

orang dewasa (bukan anak kecil) agar lebih tertib (Fadlun, 2013:85).

Imam dan makmum adalah sebutan bagi orang mukmin

yang mengerjakan shalat secara berjama’ah. Shalat yang dilakukan

secara bersama-sama membutuhkan tata aturan, supaya pelaksanaan sesuai dengan ajaran Islam. Umat Islam wajib mengambil hukum ibadah sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits

yang shahih. Sabda Rasulullah Saw “Shalatlah kalian sebagaimana

kalian melihat aku shalat” (Zainu, 1998:66).

Amal ibadah menjadi sah dan tertib jika didasarkan pada perintah ajaran dalam Islam dan sesuai tata tertib, sehingga di harapkan tujuan dan makna ibadah tersebut dapat dicapai, maka tata tertib mendirikan jama’ah harus diketahui, baik tata tertib

sebagai imam dan makmum. Tata tertib shalat jama’ah

menyangkut sifat imam, adab imam dan sikap makmum. a. Syarat-syarat Imam

(37)

23 1) Islam

Orang kafir tidak sah menjadi imam, karena shalatnya tidak sah.

2) Berakal

Orang gila tidak sah menjadi imam, karena shalatnya sendiri tidak sah.

3) Baligh

Jumhur ulama’ berpendapat bahwa anak kecil termasuk yang sudah mumazis tidak sah menjadi imam bagi orang yang telah baligh.

4) Laki-laki sejati bagi makmum laki-laki dan banci

Wanita tidak sah menjadi imam bagi makmum laki-laki dan banci.

5) Suci dari hadas dan najis

Orang yang berhadas atau terkena najis tidak boleh menjadi imam.

6) Menguasai rukun dan bacaan shalat dengan baik

Jumhur ulama’ berpendapat bahwa orang yang tidak pandai

membaca al-fatihah dan rukun bacaan lainnya tidak sah menjadi imam

(38)

24

Makmum adalah orang yang mengikuti imam dalam

shalat. Makmum dalam shalat berjama’ah hendaknya

memiliki perasaan senang dan ikhlas kepada imam (Fadlun, 2013:86).

Makmum terbagi menjadi dua, yaitu makmum muwaffiq dan makmum masbuq. Makmum muwaffiq yaitu

orang yang cukup untuk membaca Al-Fatihah bersama imam, sedangkan makmum masbuq yaitu orang yang tidak mendapatkan waktu yang cukup untuk membaca Al-Fatihah beserta imam (Abdurrahman & Bakhri, 2006:148).

Berikut ini adalah beberapa syarat sah menjadi

makmum dan mendapatkan pahala saat shalat berjama’ah,

yaitu:

1) Niat mengikuti imam. 2) Mengikuti gerakan imam.

3) Mengetahui segala yang dikerjakan imam baik melihat langsung maupun sebagian shaf yang melihat imam, mendengar suara imam, atau suara pengeras suara imam.

4) Shalat makmum yang sesuai dengan dengan shalat imam.

(39)

25

6) Makmum tidak boleh bertentangan dengan imam dalam aktifitas sunnah, seperti bila imam mengerjakan sujud tilawah, maka makmum wajib mengerjakannya.

7) Posisi makmum tidak lebih ke depan dari posisi imam. 8) Shalatnya imam sah menurut keyakinan makmum. 9) Tidak bermakmum kepada orang yang berkewajiban

mengulangi sahalat, seperti orang yang bertayamum karena dingin, atau bertayamum karena tidak ada air di tempat yang biasa ada air.

10)Imam bukan orang yang ikut (makmum).

11)Orang laki-laki tidak boleh bermakmum kepada perempuan atau orang banci. Orang banci juga tidak boleh bermakmum kepada orang perempuan. (Syaiful & Bakhri, 2006:145-146).

5. Anjuran dalam Shalat Berjama’ah

Berikut ini adalah beberapa anjuran dalam melaksanakan

shalat berjama’ah:

a. Mandi

Mandi adalah salah satu hal yang dianjurkan

sebelum melaksanakan shalat berjama’ah. Hal ini bertujuan

agar shalat yang dikerjakan bisa khusyuk dan tidak

menganggu jama’ah yang lainnya akibat bau keringat dari

(40)

26

menjadi bersih dari berbagai kotoran dan najis (Musbikin, 2007:100).

b. Menggosok gigi

Menggosok gigi atau membersihkan mulut adalah anjuran bagi siapa saja yang hendak melaksanakan shalat

berjama’ah, sebab bila mulut tidak dibersihkan dan berbau

menyengat, maka dapat menganggu konsentrasi shalat, baik

dirinya sendiri maupun jama’ah yang lainnya (Musbikin,

2007:115).

c. Memakai pakaian yang sebaik-baiknya

Allah Swt memerintahkan kepada setiap orang yang ingin melaksanakan shalat agar memakai pakaian yang sebaik-baiknya. Tujuan utama orang yang akan melaksanakan shalat adalah untuk menghadap Allah Swt. Oleh sebab itu, tidaklah pantas bila seseorang menghadap Allah Swt dengan menggunakan pakaian yang tidak baik atau tidak bersih (Musbikin, 2007:137).

d. Memakai harum-haruman

(41)

27

keringat yang tak jarang bisa menganggu jama’ah lain

(Musbikin, 2007:139). e. Menjaga kesopanan

Shalat berjama’a adalah shalat yang dilakukan lebih

dari satu orang. Karena itu agar yang dilakukan bisa menghantarkan pada kesempurnaan dan kekhusyukan,

maka antara jama’ah yang satu dengan yang lain harus

terjalin hubungan yang baik, salah satu caranya adalah dengan menjaga kesopanan (Musbikin, 2007:153).

f. Melaksanakan shalat berjama’ah di awal waktu

Mengerjakan shalat di awal waktu merupakan amal kebaikan yang paling utama, mendirikan bukti keimanan kepada Allah. Sementara itu, mengabaikan shalat akan mengundang kemurkaan Allah (Salim, 2007:97). Maka setelah kita mendengar azan, kita harus menuju masjid atau

mushala untuk segera melaksanakan shalat berjama’ah.

g. Melaksanakan shalat berjama’ah di masjid

Salah satu keutamaan shalat berjama’ah adalah

dengan melaksanakannya di masjid. Sebab, shalat

berjama’ah merupakan ibadah yang di dalamnya

(42)

28

saling berkenalan dan bersatu di antara muslim (Musbikin, 2007:12).

h. Berdoa setelah shalat berjama’ah

Hal yang kita lakukan setelah shalat berjama’ah

adalah berdoa. Duduklah meskipun sejenak untuk berzikir dan berdoa sebagai tanda gembira dan bersenang hati atas kesempatan bermunajat kepada Allah Swt (Shiddieqy, 2001:69).

6. Keutamaan Shalat Berjama’ah

a. Hati yang tergantung di masjid berada di bawah naungan

Allah ta’ala

Imam Nawawi menjelaskan bahwa hadits “Seorang

yang hatinya terlambat dengan masjid” artinya dia sangat

mencintai masjid dan sangat konsisten melakukan shalat

berjama’ah dan yang dimaksud disitu adalah bukan

konsisten duduk di masjid.

b. Keutamaan berjalan ke masjid untuk menunaikan shalat

berjama’ah

Orang yang melangkahkan kaki menuju ke masjid

(43)

29

akan mendapat pahala ibadah haji, berada dalam jaminan Allah, mendapatkan jamuan dari surga setiap kali ia pergi pada pagi dan petang hari.

c. Keutamaan shaf yang pertama dan sebelah kanan

Shaf pertama seperti shaf para malaikat, sholawat Allah dan para malaikat untuk shaf pertama, sholawat Nabi pada shaf pertama dan kedua.

d. Keutamaan shalat berjama’ah dibanding shalat sendirian Allah akan meninggikan derajatnya berlipat ganda dari pada shalat sendirian, dua puluh tujuh derajat.

e. Bertambahnya keutamaan shalat berjama’ah seiring dengan bertambahnya bilangan orang yang shalat.

f. Keutamaan berjama’ah pada shalat isya’, subuh, dan ashar

Melaksanakan shalat isya’ berjama’ah sama

nilainya dengan shalat setengah malam dan shalat fajar

berjama’ah sama halnya seperti shalat semalam suntuk, dan

malaikat yang berkumpul di waktu ashar beristighfar untuk

yang berjama’ah asyar (Ilahi, 2004:8-9). 7. Indikator Intensitas Shalat Berjamaah

a. Mengikuti shalat jamaah dimasjid b. Melaksanakan shalat fardhu berjamaah

(44)

30

e. Orang tua selalu memerikan dorongan untuk selalu shalat berjamaah

f. B. Tingkat Kedisiplinan

Kata disiplin berasal dari Bahasa Latin “discipulus” yang berarti

“pembelajaran”. Jadi, disiplin it sebenarnya difokuskan pada pengajaran.

1. Pengertian Kedisiplinan

Menurut Ariesandi arti disiplin sesungguhnya adalah proses melatih pikiran dan karakter anak secara bertahap sehingga menjadi seseorang yang memiliki kontrol diri dan berguna bagi masyarakat (Ariesandi, 2008:230).

The Liang Gie (1972) mendefinisikan disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati.

Good‟s (1959) dalam Dictionary Of Education mengartikan disiplin

sebagai berikut.

a. Proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan, dorongan atau kepentingan guna mencapai maksud atau untuk mencapai tindakan yang lebih efektif.

(45)

31

c. Pengendalian perilaku secara langsung dan otoriter dengan hukuman atau hadiah.

d. Pengekangan dorongan dengan cara yang tak nyaman dan bahkan menyakitkan.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa disiplin adalah suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib, teratur dan semestinya, serta ada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsung.

Adapun pengertian disiplin peserta didik adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki oleh peserta didik di sekolah, tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap peserta didik sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan (Imron, 2010:172).

Menurut Musrofi cara yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi akademik peserta didik diantaranya adalah meningkatkan kedisiplinan anak (Musrofi, 2010:3).

2. Penanaman atau Penegakan Kedisiplinan

(46)

32

sangat penting dari strategi menegakkan disiplin. Penegakan disiplin antara lain dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:

g. Peningkatan motivasi

Motivasi merupakan latar belakang yang menggerakkan atau mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Ada dua jenis motivasi, yaitu yang pertama motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri kita. Kedua motivasi intrinsik dalah motivasi yang berasal dari dalam diri kita. Dalam penegakan disiplin, mungkin berasal dar motivasi ekstrinsik. Orang melakukan sesuatu karena paksaan, pengaruh orang lain, atau karena keinginan tertentu. Akan tetapi setelah berproses, orang tersebut dapat saja berubah kearah motivasi intrinsik. Setelah merasakan dampak positif bagi dirinya kemuadian orang tersebut melakukan sesuatu dilandasi dengan kesadaran dirinya sendiri. Idealnya menegakkan disiplin itu sebaiknya dilandasi oleh sebuah kesadaran.

h. Pendidikan dan Latihan

(47)

33

membiasakan hidup dalam kelompok, menumbuhkan rasa setia kawan, kerjasama yang erat dan sebagainya.

Peraturan-peraturan tersebut merupakan faktor-faktor penting dalam sukesnya mencapai tujuan. Dan dalam kehidupan sehari-hari nilai-nilai tersebut juga sangat penting.

i. Kepemimpinan

Kualitas kepemimpinan dari seorang pemimpin, guru, atau orangtua terhadap anggota, peserta didik ataupun anaknya turut menentukan berhasil atau tidaknya dalam pembinaan disiplin. Karena pemimpin merupakan panutan, maka faktor keteladanan juga sangat berpengaruh dalam pembinaan disiplin bagi yang dipimpinnya.

j. Penegakan Aturan

Penegakan disiplin biasanya dikaitkan penerapan aturan (rule enforcement). Idealnya dalam menegakkan aturan

hendaknya diarahkan pada “takut pada aturan bukan takut pada

orang”. Orang melakukan sesuatu karena taat pada aturan bukan

(48)

34

Pada dasarnya penegakan disiplin adalah mendidik agar seseorang taat pada aturan dan tidak melanggar larangan yang dilandasi oleh sebuah kesadaran.

k. Penerapan Reward and Punishment

Reward and punishment atau penghargaan dan hukuman merupakan dua kesatuan yang tidak terpisahkan. Jika penerapannya secara terpisah maka tidak akan berjalan efektif, terutama dalam rangka penegakan disiplin (Furqoh. M, 2010:45) 3. Membangun Tradisi Disiplin yang Kuat

Untuk membangun tradidi disilpin yang baik, ada beberapa hal yang perlu dlakukan, diantaranya:

a. Mengingat Manfaat dan Kerugiannya

Selalu mengingat manfaat besar disiplin akan mendorong seseorang untuk disiplin. Sebagai seorang guru dan murid, disiplin manfaatnya sangat besar, antara lain pembelajaran dapat berjalan secaraefektif dan baik.

b. Mengingat Cita-Cita

(49)

35

melakukan pekerjaan yang berpengaruh besar dalam hidupnya jangka panjang. Sebelum mendisplinkan muridnya, seorang guru harus disiplin terlebih dahulu sehingga murid-muridnya segan dan mengikuti perintahnya.

c. Memiliki Tanggung Jawab

Tanggung jawab besar yang ada di pundak guru harus dilaksanakan sebagai amanat dari negara, masyarakat, dan nurani sendiri. Tanggung jawab mendidik dan mempersiapkan masa depan anak bangsa membutuhkan keseriusan dan kerja keras seorang guru dan seorang siswa harus belajar dengan rajin untuk masa depan.

d. Pandai Mengatur Waktu

Disiplin melaksanakan kegiatan membutuhkan kemampuan mengatur waktu dengan baik. Dari manajemen waktu tersebut bisa diketahui mana yang menjadi prioritas. Istilahnya, mana yang masuk kategori pekerjaan wajib (harus dilaksanakan), sunah (baik dilakukan), makruh (banyak negatifnya), dan haram (larangan) dilakukan.

e. Meninggalkan Sesuatu yang Tidak Bermanfaat

(50)

36

memberikan contoh yang baik dan konstruktif kepada anak didik dan masyarakatnya (Jamal, (2010:88).

Membangun tradisi disiplin pada anak dilakukan mulai dari kecil karena perilaku dan sikap disiplin seseorang terbentuk tidak secara otomatis, namun melalui proses yang panjang dan tidak dibentuk dalam waktu yang singkat. Disiplin dalam Islam sangat dianjurkan untuk selalu diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Macam-Macam Disiplin

Didalam bukunya Jamal Ma’mur Asmani yang berjudul “Tips

Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, Inovatif “, macam-macam disiplin dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Disiplin Waktu

(51)

37

kapan keluar, harus sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan agar tidak mengganggu jam guru lain.

b. Disiplin Menegakkan Aturan

Disiplin menegakkan aturan sangat berpengaruh terhadap kewibawaan guru. Model pemberian sanksi yang diskriminatif harus ditinggalkan. Murid sekarang ini cerdas dan kritis, sehingga kalau diperlakukan semena-mena dan pilih kasih, mereka akan memakai cara mereka sendiri untuk menjatuhkan harga diri guru. Selain itu, pilih kasih dalam memberikan sanksi sangat dibenci dalam agama. Keadilan harus ditegakkan dalam keadaan apapun. Karena, keadilan itulah yang akan mengantarkan kehidupan ke arah kemajuan, kebahagiaan, dan kedamaian.

c. Disiplin Sikap

(52)

38

disiplin memegang prinsip dan perilaku dalam kehidupan ini, niscaya kesuksesan akan menghampiri. (Asmani, 2010:24).

Menurut Ali Imron disiplin Dibedakan menjadi tiga macam. Pertama, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep otoritarian. Menurut konsep ini, peserta didik di sekolah dikatakan

mempunyai disiplin tinggi apabila peserta didik ingin duduk tenang sambil memperhatikan uraian guru ketika sedang mengajar. Kedua, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permissive. Menurut konsep ini, peerta didik seharusnya diberi kebebasan seluas-luasnya di dalam kelas dan sekolah. Peraturan-peraturan di sekolah tidak selalu mengikat perbuatan peserta didik yang menurutnya baik. Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab. Disiplin demikian, memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk berbuat apa saja, tetapi konsekuensi dari perbuatan itu, haruslah ia tanggung jawab.

(53)

39 5. Pembinaan Disiplin Peserta Didik

Penciptaan suasana kondusif dengan peraturan-peraturan sekolah dapat menumbuhkan sikap disiplin, serta pembinaan disiplin akan lebih mudah. Dalam mempelajari pembinaan disiplin peserta didik, kita dapat menganalisis: disiplin kelas, tahapan untuk membantu mengembangkan disiplin yang baik di kelas, penanggulangan pelanggaran disiplin, membentuk disiplin sekolah.

a. Disiplin Kelas

Disiplin kelas adalah keadaan tertib dalam suatu kelas yang didalamnya tergabung guru dan siswa taat kepada tata tertib yang telah ditetapkan. Dengan disiplin para siswa bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu. Kesediaan semacam ini harus dipelajari dan harus secara sabar diterima dalam rangka memelihara kepentingan bersama atau memelihara kepentingan bersama atau memelihara kelancaran tugas-tugas sekolah. Satu keuntungan lain dari adanya disiplin adalah siswa belajar hidup dengan pembiasaan yang baik, positif, dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.

(54)

40

b. Tahapan untuk Membantu Mengembangkan Disiplin yang Baik di Kelas

Ada beberapa langkah untuk membantu mengembangkan disiplin yang baik di kelas, yaitu sebagai berikut:

1) Perencanaan

Perencanaan ini meliputi membuat aturan dan prosedur, dan menentukan konsekuen untuk aturan yang dilanggar.

2) Mengajar Siswa Bagaimana Mengikuti Aturan

Pekerjaan ini dimulai pada hari pertama masuk kelas. Dalam rangkaian sistem pengelolaan kelas yang sukses, guru harus mempertahankan disiplin dan komunikasi yang baik. Salah satu cara yang terbaik adalah mencegah masalah dari semua kejadian.

3) Merespon Secara Tepat dan Konstruktif Ketika Masalah Timbul (seperti yang selalu guru lakukan).

(55)

41

c. Penanggulangan Pelanggaran Disiplin

Cara-cara penanggulangan pelanggaran disiplin dilaksanakan secara bertahap dengan tetap memperhatikan jenis gangguan yang ada dan siapa pelakunya, apakah dilakukan oleh individu atau kelompok. Langkah tersebut mulai dari tahapan pencegahan sampai pada tahap penyembuhan, dengan tetap bertumpu penekanan substansinya bukan pada pribadi peserta didik. Disamping itu juga garus tetap menjaga perasaaan kecintaan terhadap peserta didik bukan karena benci atau emosional.

Berikut ini dikemukakan tiga jenis teknik pembinaan disiplin kelas, yaitu:

1) Teknik Inner Control

(56)

42 2) Teknik Cooperative Control

Dengan teknik ini, pembinaan disiplin kelas dilakukan dengan bekerjasama guru dengan peserta didik dalam mengendalikan situasi kelas ke arah terwujudnya tujuan kelas yang bersangkutan. Dimana guru dengan peserta didik saling mengontrol satu sama lain terhadap pelanggaran tata tertib. Yang perlu diperhatikan oleh guru dalam proses pembinaan disiplin kelas adalah pembedaan-pembedaan individual peserta didik dalam kesanggupan mengadakan mawas diri (instropeksi diri) dan pengendalian dirinya (self control). Karena itu teknik cooperative control sangat dianjurkan untuk menetralisir teknik

inner control (yang menuntut kedewasaan), eksternel control (yang menganggap serta didik belum dewasa).

d. Membentuk Disiplin Sekolah

(57)

43

6. Indikator Kedisiplinan Peserta Didik

a. Masuk sekolah tepat waktu pada jam yang telah ditentukan oleh peraturan di sekolah.

b. Mengakhiri kegiatan belajar dan pulang sesuai jadwal yang ditentukan.

c. Menggunakan kelengkapan seragam sekolah sesuai peraturan. d. Bersungguh –sungguh dalammengikuti shalat berjamaah.

e. Apabila berhalangan hadir ke sekolah (tidak masuk sekolah), maka harus menyertakan surat pemberitahuan ke sekolah.(Agus Wibowo, 2012:85)

f. Mengikuti keseluruhan proses pembelajaran dengan baik dan aktif. g. Mengikuti kegiatan shalat berjamaah disekolahan.

h. Mengerjakan tugas yang diberikan guru.

i. Melaksanakan tugas piket kelas sesuai jadal yang ditentukan. j. Mengikuti waktu belajar. (Sulistyorini, 2009:109).

k. Tidak pernah melanggar peraturan sekolah. l. Mengikuti kegiatan Upacara Bendera. m. Mengikuti pelajaran dari awal sampai akhir.

n. Bersungguh – sungguh melakukan shalat di sekolah.

(58)

44

C. Kajian Tentang Hubungan Intensitas Shalat Berjama’ah dengan Tingkat Kedisiplinan Siswa

Sholat merupakan ibadah yang paling utama, maka sangat perlu bagi setiap orang untuk berulang-ulang memahaminya, dengan mengikuti petunjuk dari kitab Allah Yang Maha Agung (Ibrahim, 2007:61). Shalat

yang paling dianjurkan dalam Islam adalah shalat berjama’ah. Karena

banyaknya manfaat yang diperoleh dalam shalat berjama’ah itulah

sehingga Rasulullah Saw sangat menekankan agar setiap kita selalu

menggelakkan dalam melakukan shalat jama’ah di kelima waktu shalat

fardhu sekalipun jama’ah hanya dua orang saja, namun lebih banyak

jumlahnya orang yang berjama’ah akan lebih baik pula faidahnya.

Tidak sedikit remaja yang saat ini melakukan shalat berjama’ah.

Bahkan banyak sekolah-sekolah yang membuat peraturan shalat

berjama’ah. Yang tujuannya adalah untuk melatih diri siswa melakukan

kebiasaan disiplin shalat berjama’ah tepat waktu di masjid atau mushala.

Shalat berjama’ah yang dilakukan secara rutin dapat memberikan manfaat

yang banyak bagi jasmani dan rohani para pelakunya.

(59)

45

perasaan riya’ atau ingin dipuji orang (Musbikin, 2007:268). Shalat yang

dilakukan dengan khusyu’ dan ikhlas juga memiliki pengaruh penting

dalam menyembuhkan perasaan bersalah yang menimbulkan perasaan gelisah dan stress yang dianggap sebagai biang keladi munculnya penyakit jiwa. Hal itu karena shalat dapat menghapus dosa dan membersihkan jiwa dari kotoran-kotoran kesalahan serta membangkitkan harapan meraih ampunan dan ridha Allah. (Musbikin, 2007:119)

Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak di mana ia rentan pada hal-hal yang tidak baik. Keinginan untuk mengetahui, mempraktekkan segala sesuatu itu sangat kuat. Maka dari itu apabila didikan moral dan agama tidak kuat, si remaja mudah terjerumus ke hal-hal negatif, seperti seks bebas, minum-minuman alkhohol bahkan narkoba.

(60)

46

nafsunya, maka sifat-sifat tersebut akan muncul ke permukaan, dan akan menjadikan ibadahnya sia-sia. Bagi seseorang yang hatinya bening lagi jernih, ia akan dapat mengontrol anggota badan serta segenap jiwanya untuk tetap disiplin, ucapannya akan sesuai dengan perbuatannya, dan lahirnya akan sesuai dengan batinnya (Ibrahim, 2007:17).

Orang-orang yang tenggelam hatinya dalam mengingat Allah, sehingga tidak teracuhkan lagi unsur-unsur keduniaan, selain sekedar untuk menutupi kebutuhan yang penting saja. Orang-orang ini masuk golongan ahli kebenaran (siddiqin). Tingkat ini hanya bisa dicapai dengan latihan yang lama dan pengendalian hawa nafsu dalam masa yang panjang (Ibrahim, 2007:132). Alhasil, panggilan untuk menunaikan salat sejatinya adalah sebuah panggilan agar manusia lekas tersadar akan hakikat kemanusiaannya. Agar manusia paham akan dirinya. Paham kepada Tuhannya. Tidak sekali-kali menjadi tawanan nafsu, terkerangkeng syahwatnya (Muhyiddin Salahuddin, 2006:327-328).

Hikmah dari shalat berjama’ah adalah untuk belajar berdisiplin dan

mengendalikan jiwa. Caranya adalah dengan selalu mengikuti imam dalam semua takbir atau gerakannya dalam salat, dan tidak mendahuluinya, memperlambambat diri darinya, bersamaan dengannya atau berlomba-lomba dengannya (Musbikin, 2007:51).

Dengan demikian, penulis dapat jelaskan bahwa intensitas shalat

(61)

47 BAB III

HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Identitas Sekolah

Data pokok satuan pendidikan dasar

1) NSS : 201030902017

2) Nama sekolah : SMP Negeri 2 Ampel 3) Jenjang sekolah : SMP

4) Status sekolah : Negeri

5) Alamat sekolah : Jl. Candi Ampel

6) Telp/Fax : (0276) 331004

7) Email : www.smpn2ampel@ymail.com

8) Website sekolah :

9) Kelurahan : Candi

10)Kecamatan : Ampel

11)Kab/Kota : Boyolali

12)Provinsi : Jawa Tengah

13)Nama Kepala Sekolah : Mulyono, M.Pd. 2. Letak Geografis

(62)

48 3. Visi dan Misi

a. Visi

SMP Negeri 2 Ampel berusaha meningkatkan kualitas, kuantitas dan kinerja dengan harapan menghasilkan lulusan yang berpotensi. Hal ini akan dapat menarik simpati masyarakat sekitar sehingga mempercayakan pendidikan anaknya ke SMP Negeri 2 Ampel.

Untuk mewujudkan tujuan diatas dan sekaligus merespon kebijakan pemerintah, maka SMP Negeri 2 Ampel menetapkan visi sekolah sebagai berikut: Menjadikan Manusia Seutuhnya yang

Beriman, Berprestasi, Terampil, dan Berbudaya “.

Semua warga sekolah diharapkan memiliki arah dan motivasi yang jelas serta kuat untuk mendukung tercapainya visi tersebut.

Indikator visi tersebut antara lain:

1) Terwujudnya sikap positif, disiplin, dan taat menjalankan ibadah agama sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

2) Terwujudnya hubungan antar warga sekolah yang dijiwai oleh akhlak, sehingga tercipta hubungan keluarga yang harmonis, selaras, serasi, dan seimbang.

(63)

49

4) Terwujudnya lulusan yang cakap dan terampil sehingga dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi dan memiliki life skill.

5) Terwujudnya sikap positif warga sekolah terhadap alam sekitar sehingga dengan penuh kesadaran untuk merawat dan melestarikannya.

6) Terwujudnya pembinaan bakat dan minat siswa secara optimal sehingga dapat berprestasi di tingkat lokal maupun nasional. 7) Terwujudnya tenaga pendidik dan kependidikan yang

profesional.

8) Terwujudnya lulusan yang berbudaya membaca untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

b. Misi

Dalam rangka mewujudkan visi dengan indikator-indikator tersebut, agar segenap warga SMP Negeri 2 Ampel memiliki gambara jelas tentag masa depan yang diharapkan serta tumbuhnya peningkatan partisipasi, loyalitas, dedikasi, dan kerjasama yang harmonis diantara warga sekolah dan masyarakat maka ditetapkan misi sekolah sebagai berikut:

(64)

50

2) Terbentuknya sikap positif dalam berbagai hal permasalahan yang dihadapai sebagai wujud menerima dan mengembangkan segala sesuatu yang sudah ada.

3) Terbentuknya sikap taat beragama dengan melaksanakan segala ajaran agama menurut kepercayaan masing-masing sehingga ada kepercayaan terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. 4) Menumbuhkembangkan suasana kehidupan beragama,

berbudaya, dan berbudi pekerti luhur.

a. Terbentuknya sikap takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, saling menghormati dan menjalankan kewajibannya masing-masing.

b. Terbentuknya sikap peduli budaya daerah dan melestarikan dengan cara mengikuti kegiatan budaya daerah yang masih tumbuh dan berkembang.

c. Terbentuknya sikap budi pekerti luhur, norma kehidupan agama dan masyarakat setempat.

5) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efisien agar potensi yang dimiliki setiap siswa dapat berkembang secara optimal.

(65)

51

b. Terlaksananya program pembelajaran intra dan ekstrakurikuler yang diselenggarakan pihak sekolah secara tertib dan berkelanjutan.

6) Membentuk manusia yang bermasa depan mandiri, terampil, dan berkepribadian.

a. Terbentuknya konseling yang dapat memberikan pengertian tentang profesi/pekerjaan, sekolah lanjutan dan cara meraih prestasinya.

b. Tertanamnya sikap terampil dalam berbagai hal termasuk cara-cara belajar yang baik.

7) Menumbuhkembangkan sikap positif warga sekolah terhadap alam sekitarnya sehingga dengan penuh kesadaran untuk merawat dan melestarikannya.

a. Terbentuknya sikap peduli terhadap segala permasalahan yang timbul baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat tempat siswa tinggal.

b. Terbentuknya sikap peduli terhadap kelestarian alam sekitar (penghijauan, menanam tanaman hias, membuang sampah pada tempatnya, membersihkan saluran air dan menjaga kebersihan lingkungan).

(66)

52

a. Terlaksananya kegiatan ekstrakurikuler dalam bidang olahraga dan kesenian.

b. Terlaksananya kegiatan ekstrakurikuler secara rutin dan berkala untuk menggali dan mengembangkan potensi dan bakat siswa.

c. Terlaksananya kegiatan perlombaan tingkat sekolah. d. Terlaksananya kegiatan perlombaan tingkat kecamatan,

kabupaten, dan provinsi, atau perlombaan yang diadakan oleh sekolah/instansi lain.

9) Mengusahakan terwujudnya tenaga pendidik dan kependidikan yang memenuhi standar nasional pendidikan dan beretos kerja tinggi.

a. Terlaksananya kegiatan MGMP tingkat sekolah, kelompok kerja, dan kabupaten.

b. Adanya kegiatan pendidikan dan pelatihan yang relevan dengan tugasnya.

c. Terlaksananya kegiatan seminar pendidikan. d. Terbentuknya kelompok diskusi antara pendidik.

10)Mengusahakan terwujudnya budaya membaca bagi semua warga sekolah.

(67)

53

b. Tercapainya target administrasiu perpustakaan dalam pengisian buku kunjungan.

c. Terlaksananya kegiatan budaya baca secara terjadwal di

hari Jum’at pekan kedua.

4. Organisasi Sekolah

Adapun organisasi sekolah yang tersusun pada tahun ajaran 2014/2015 adalah sebagai berikut:

Kepala Sekolah : mulyono, S.Pd. M.Pd Wakil Kepala Sekolah : Umi Sukristyani, S.Pd

Drs. Jumari, M.Pd.I

Kaur Kurikulum : Kartomo, S.Pd

Retno Susilowati, S.Pd Kaur Kesiswaan : Santoso, S.Pd

Anna Prihatingsih, S.Si Kaur Humas : Drs. Bambang. T

Arny Masrutti Kaur Sarpras : Drs. Jumari, M.Pd.I

Heri Purwanto, SH Ka. Lab IPA : Partinem, S.Pd

Ka. Lab BAHASA : Drs. Esroq Heru Prasetyo. M.HUM Ka. R. Komputer : Erni Stiyani, S.PAK

(68)

54

5. Data Pendidik dan Tenanga Kependidikan

Pendidik dan tenaga pendidikan memiliki bagian penting dalam sebuah institusi pendidikan. Keberadaannya juga merupakan salah satu penunjang untuk mewujudkan berjalannya kegiatan belajar mengajar dengan baik. Sekolah ini memiliki 36 pendidik. Secara umum kondisi pendidik sudah berstatus sebagai PNS yaitu sejumlah 35 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 16 orang dan perempuan sebanyak 19 orang, sedang 1 orang lainnya masih menyandang status GTT (Guru Tidak Tetap) dengan jumlah perempuan 1 orang. Untuk tenaga kependidikan, sekolah ini memiliki 7 orang laki-laki dan 3 orang perempuan atau sejumlah 10 orang.

Tabel 3.1

Data Pendidik SMP Negeri 2 Ampel

No

. Nama NIP L/P Gol

Tugas Mulai Alamat

Mengajar Tugas Rumah

Disini

(69)

55

2 Dra. Nurhayati 19650816

1993032005 P IVb B.Inggris 11/10/2005

Kebonan

1988031009 L IVa B.Indonesia 7/10/2013

Dawung

Arny Masrutti, 19590602

P IVa B.Inggris 1/1/1982

Tukangan

A.Ma.Pd 1979032001 Candi

Ampel

Boyolali

8 Supomo, S.Pd 19600830

1984031005 L IVa Penjasorkes 3/1/1986

Karangmojo

10 Partinem, S.Pd 19620215

1985122001 P IVa IPA 1/1/1989

1987032008 P IVa B.Indonesia 7/11/2006

(70)
(71)

57

S.Pd 1989032003 Candi

Ampel

2006052009 P IIIc Kerumahtanggaan 4/1/2006

(72)

58

Data Tenaga Pendidikan SMP Negeri 2 Ampel

(73)

59

jumlah rombel 7, 224 siswa. Kelas VIII dengan jumlah rombel 7, 225 siswa. Kelas IX dengan jumlah rombel 7, 222 siswa.

Tabel 3.3

Data Siswa SMP Negeri 2 Ampel Tahun Ajaran 2017/2018

7. Data Sarana dan Prasarana

Tabel 3.4

Data Prasarana SMP Negeri 2 Ampel

(74)
(75)

61

Data Sarana SMP Negeri 1 Ampel

N

5 Jaringan Air Bersih PDAM

1

6 Paving Halaman 1 √

(76)

62

Berikut ini penulis lampirkan data responden dari hasil penelitian di SMP Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2017/2018:

Tabel 3.6

Daftar Nama Responde Siswa SMP Negeri 2 Ampel

(77)
(78)
(79)
(80)

66

25 Siswa 25 L VII-D

B. Penyajian Data

1. Data Tentang Jawaban Angket Intensitas Shalat Berjama’ah

Dalam pengumpulan data tentang intensitas shalat berjama’ah,

penulis mendistribusikan angket yang berisi 5 item pertanyaan. Setiap soal terdiri dari tiga alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut:

a. Alternatif jawaban A memiliki nilai 1 b. Alternatif jawaban B memiliki nilai 2 c. Alternatif jawaban C memiliki nilai 3

Adapun hasil penyebaran angket intensitas shalat berjama’ah

dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:

Tabel 3.7

(81)
(82)
(83)

69

2. Data Tentang Jawaban Angket Tingkat Kedisiplinan

Dalam pengumpulan data tentang intensitas shalat berjama’ah, penulis mendistribusikan angket yang berisi 15 item pertanyaan. Setiap soal terdiri dari empat alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut:

a. Jawaban responden SS (Sangat Sering) diberi skor 4 b. Jawaban responden Sr (Sering) diberi skor 3

c. Jawaban responden Kdg (Kadang-kadang) diberi skor 2

d. Jawaban responden Hmp Tdk Pnh (Hampir Tidak Pernah) diberi skor 1

Adapun hasil penyebaran angket tingkat kedisiplinan dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:

Tabel 3.8

Daftar Jawaban Tingkat Kedisiplinan Siswa SMP Negeri 2 Ampel

(84)
(85)
(86)

72

Analisis data bertujuan untuk membuktikan hipotesis mengenai variabel penelitian yang ditetapkan sebelumnya yaitu menguji apakah ada hubungan

intensitas shalat berjama’ah dengan pengendalian diri siswa SMP Negeri 2 Ampel

tahun pelajran 2017/2018.

Perolehan data angket yang penulis sebarkan pada 100 orang responden. Dari sejumlah responden tersebut diperoleh data mengenai variabel intensitas

shalat berjama’ah dan pengendalian diri siswa. Data mengenai intensitas shalat

(87)

73

dengan melalui tiga tahap yaitu tahap analisis pendahuluan, analisis uji hipotesis, dan analisis lanjut.

A. Analisis Pendahuluan

1. Analisis Data Intensitas Shalat Berjama’ah

Dari paparan data jawaban dan pengskoran, dapat diketahui bahwa nilai tertinggi adalah 15 dan nilai terendah 10. Kemudian untuk mengetahui intervalnya, penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: I = interval Xt = nilai tertinggi Xr = nilai terendah Ki = kelas interval Jadi,

Hasil tersebut kemudian dibulatkan menjadi 4 dan dimasukkan dalam tabel untuk mengetahui berapa banyak siswa yang memiliki

intenstitas shalat berjama’ah.

Tabel 4.1

Interval Tingkat Intensitas Shalat Berjama’ah No Kategori Interval Jml. Subjek Persentase

1. Rendah 1-5 0 0%

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 3.1 Data Pendidik SMP Negeri 2 Ampel
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Laporan akhir ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan Pendidikan Diploma III pada jurusan Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Sriwijaya dan disusun

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi dari variasi ionosfer serta nilai TEC- nya pada saat letusan Gunung Merapi terjadi dan perubahan posisi

Faktor yang mempengaruhi hasil hitung jumlah trombosit pada tahap pra analitik dapat terjadi seperti pada pemilihan sampel darah. Penggunaan darah kapiler

perbedaan indeks OHI-S dan DMF-T pada anak dengan susunan gigi berjejal, normal dan diastema di Sekolah Menengah Pertama Negeri

Penelitian ini meliputi rasa cinta tanah air dan prestasi belajar siswa. Rasa cinta tanah air di SD Negeri 1 Karangtengah terlihat masih rendah, hal ini dibuktikan

Terlihat dari peningkatan seluruh rata-rata presentase yang terjadi pada siklus I ke siklus II dengan penerapan model pembelajaran berbasis Problem Based Learning

Pada aspek kepuasan mahasiswa dalam mode perkuliahan online , hasil analisis menunjukkan bahwa , mahasiswa yang sangat setuju dan setuju sebesar 34 %,

Dalam rangka mengetahui tingkat penerimaan konsumen, dilakukan uji tingkat kesukaan (uji hedonik) yang meliputi tingkat kesukaan warna, aroma, rasa, dan tekstur abon