• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - PERBEDAAN INDEKS DMF-T DAN OHI-S PADA ANAK DENGAN SUSUNAN GIGI BERJEJAL, NORMAL DAN DIASTEMA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 3 DEMPET DEMAK - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - PERBEDAAN INDEKS DMF-T DAN OHI-S PADA ANAK DENGAN SUSUNAN GIGI BERJEJAL, NORMAL DAN DIASTEMA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 3 DEMPET DEMAK - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang dihadapi penduduk Indonesia adalah tingginya penyakit jaringan keras gigi atau karies.

Berdasarkan survey World Health Organization (WHO) tahun 2007, sebanyak 77% anak Indonesia berusia 12 tahun menderita karies gigi (Rahim,2015). Tahun 1995 angka prevalensi kejadian karies pada penduduk Indonesia sebesar 63% dan meningkat sebesar 90% pada tahun 2011 (Dirjen Pelayanan Medik

Direktorat Kesehatan Gigi, 2011).

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2013 Departemen Kesehatan RI menunjukkan bahwa 68,9% penduduk Indonesia menderita

penyakit gigi dan mulut meliputi karies gigi dan penyakit jaringan penyangga gigi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, indeks

DMF-T (decayed, missing, filling-teeth) di Indonesia sebesar 4,6 yang berarti kerusakan gigi penduduk Indonesia 460 gigi per 100 orang dan termasuk dalam kategori tinggi. Indeks DMF-T pada laki-laki sebesar 4,1 termasuk kategori

sedang dan pada perempuan sebesar 4,9 termasuk kategori tinggi. Hasil Riskesdas tahun 2013 berdasarkan kategori karakteristik kelompok usia 12-14

tahun memiliki indeks DMF-T sebesar 1,4 (Elisa et al, 2015).

Salah satu faktor utama penyebab karies yaitu keadaan gigi (host) yang berjejal, dimana posisi gigi keluar dari lengkung rahang yang menyebabkan

(2)

debris terakumulasi. Kecenderungan terjadinya karies meningkat pada keadaan gigi yang berjejal. Proses bakterial pada karies secara progresif dapat

menyebabkan kerusakan pada struktur jaringan keras gigi. Susunan gigi yang berjejal jarang terjadi pada gigi-geligi susu. Susunan semacam ini lebih sering

terlihat pada gigi-geligi tetap, dimana hal ini biasa ditemukan pada lebih dari 60% populasi dewasa di Inggris (Foster, 2007).

Kondisi gigi berjejal terkadang menjadi masalah bagi penderitanya. Hal

ini dapat disebabkan karena pada saat pembersihan gigi atau menyikat gigi, sikat gigi sulit menjangkau sisa makanan yang menempel pada daerah

interdental gigi berjejal sehingga terjadi akumulasi plak dan membentuk kalkulus kemudian menjadi pemicu gigi berlubang/karies (Susanto,2010).

Untuk mengetahui keadaan kesehatan gigi dan mulut, harus dilakukan

pemeriksaan kesehatan gigi. Pemeriksaan ini berupa pengukuran kebersihan gigi dan mulut menggunakan indeks yang dikenal dengan Simplified Oral

Hygiene Index (OHI-S).Pemeriksanaan ini digunakan untuk mengukur tingkat kebersihan gigi dan mulut. Selain pemeriksaan OHI-S, juga terdapat pemeriksaan gigi yang berlubang atau dikenal decayed missing filled tooth

(DMF-T). Pemeriksaan ini digunakan untuk menggambarkan banyaknya karies yang di derita seseorang dari dulu sampai sekarang (Putriet al, 2009).

Penelitian maloklusi khususnya gigi berjejal, usia terbaik adalah 12 tahun karena di usia ini semua gigi permanen telah tumbuh di rongga mulut kecuali gigi molar 3 (Arora et al, 2015). Prevalensi maloklusi tahun 2008 mencapai

(3)

Jenis-jenis maloklusi yang dapat dijumpai antara lain protrusi, intrusi dan ekstrusi, crossbite, open bite, gigi berjejal, dan diastema. Jenis-jenis maloklusi

tersebut, salah satu yang menjadi acuan penelitian yaitu gigi berjejal merupakan komponen prevalensi maloklusi tertinggi pada pasien-pasien

kedokteran gigi. Hal tersebut dapat dilihat dari penelitian di Departemen Ortodonti FKG-UI tahun 1999 di Jakarta yang melaporkan dari 270 sampel pada anak usia 12-14 tahun ditemukan gigi berjejal sebesar 44,9%, gigi

renggang (diastema) 16,7%, gigi mendongos (protrusi) 6,3%, tumpang gigit dalam (deep bite) 6,3%, gigitan silang (scissor bite) 12,3%, dan gigitan terbuka

(open bite) 13,2 % (Sasea et al, 2013).

Penelitian di Poland pada tahun 2010 menunjukkan bahwa prevalensi karies dan DMF-T pada gigi anterior dengan gigi berjejal lebih tinggi dari pada

gigi yang tidak berjejal. Penelitian di Hungaria pada tahun 2012 juga menunjukan hubungan antara maloklusi dengan skor DMF-T secara statistik

lebih tinggi dibanding pada remaja yang tidak mengalami kelainan susunan gigi (Buczkowska Jet al,2012).Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin meneliti tentang perbedaaan OHI-S & DMFT pada anak gigi berjejal, normal

dan diastema.

Kebersihan gigi dan mulut sangat berpengaruh terhadap kesehatan gigi

dan mulut seseorang, selain itu kebersihan adalah hal yang disukai oleh Allah SWT, pernyataan ini didukung oleh hadist riwayat An Nasa’i dan Ahmad yang

(4)

ِّ ب َّرلِّل ٌةاَض ْرَم ِّمَفْلِّل ٌة َرَهْطَم ُكا َوِّ سلا

Bersiwak itu akan membuat mulut bersih dan diridhoi oleh Allah.”

َّقُشَأ ْنَأ َلَ ْوَل

ءوُض ُو ِّ لُك َدْنِّع ِّكا َوِّ سلاِّب ْمُهُت ْرَمَ َلَ يِّتَّمُأ ىَلَع

“Seandainya tidak memberatkan umatku, sungguh aku akan memerintahkan

mereka bersiwak setiap kali berwudhu.” (HR. Bukhari)

Kesehatan gigi dan mulut dipengaruhi oleh kebersihan gigi dan mulutnya, oleh

karena itu kita harus selalu senantiasa menjalani hadist rasulullah tentang bersiwak/menyikat gigi untuk mendapatkan ridho Allah SWT.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah, yaitu:

Bagaimana perbedaan OHI-S dan DMF-T pada anak dengan susunan gigi berjejal, normal dan diastema di Sekolah Menegah Pertama Negeri 3 Dempet

Demak?

C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan indeks OHI-S dan DMF-T pada anak dengan

(5)

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi prevalensi karies berdasarkan DMF-T pada anak

dengan susunangigi berjejal di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Dempet Demak.

b. Mengidentifikasi prevalensi karies berdasarkan DMF-T pada anak dengan susunan gigi normal di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Dempet Demak.

c. Mengidentifikasi prevalensi karies berdasarkan DMF-T pada anak dengan susunan gigi diastema di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3

Dempet Demak.

d. Mengidentifikasi kebersihan rongga mulut berdasarkan OHI-S pada anak dengan susunan gigi berjejal di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3

Dempet Demak.

e. Mengidentifikasi kebersihan rongga mulut berdasarkan OHI-S pada anak

dengan susunan gigi normal di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Dempet Demak.

f. Mengidentifikasi kebersihan rongga mulut berdasarkan OHI-S pada anak

dengan susunan gigi diastema di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Dempet Demak.

D. Manfaat penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah:

(6)

Menambah khasanah ilmu kedokteran gigi khususnya tentang perbedaan indeks OHI-S dan DMF-T pada anak dengan susunan gigi berjejal, normal

dan diastema. 2. Institusi :

a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai data sekunder untuk institusi terkait.

b. Menambah pengetahuan bagi mahasiswa kedokteran gigi tentang

perbedaan indeks OHI-S dan DMF-T pada anak dengan susunan gigi berjejal, normal dan diastema di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3

DempetDemak. 3. Masyarakat :

Menambah pengetahuan masyarakat tentang pentingnya menjaga

kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut.

E. Keaslian penelitian

Sejauh yang penulis ketahui, penelitian ini belum pernah ditulis oleh mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Semarang.

Penelitian tentang perbedaan status karies dan kebersihan gigi dan mulut pernah dilakukan oleh :

1. “Gambaran status kebersihan rongga mulut dan status gingiva pada mahasiswa dengan gigi berjejal”, (Sasea et al,2013).

Perbedaan peneliti dengan peneliti sebelumnya adalah terletak pada

(7)

sebelumnya menggunakan metode penelitian deskriptif, subjek dalam penelitian ini adalah usia 10-12 tahun, tekhnik sampling yang digunakan

total sampling sedangkan penelitimenggunakan metode penelitian observasional analitik, subjek dalam penelitian adalah usia 12-14 tahun,

teknik sampling yang digunakan purposive sampling.

Persamaan peneliti dengan peneliti sebelumnya terletak pada variabel dan indeks yang digunakan yaitu anak dengan gigi berjejal, menggunakan

indeks OHI-S.

2. “Status karies pada gigi berjejal di SDN 12 Tuminting “, (Malohing, 2013)

Perbedaan peneliti dengan peneliti sebelumnya adalah terletak pada tempat dan waktu penelitian, metode yang digunakan, subjek dan teknik

pengambilan sampel. Penelitian sebelumnya dilakukan di SD Negeri 12 kecamatan Tuminting Manado Sulawesi Utara.Waktu penelitian dilaksanakan

pada bulan Maret 2013. Metode penelitian deskriptif, subjek dalam penelitian

ini adalah anak usia 10-12 tahun, teknik sampling yang digunakan total

sampling.

Persamaan peneliti dengan peneliti sebelumnya terletak pada variabel dan indeks yang digunakan yaitu anak dengan gigi berjejal, menggunakan

indeks DMF-T.

(8)

Perbedaan peneliti dengan peneliti sebelumnya adalah terletak pada variabel bebas yang digunakan. Penelitian sebelumnya Variabel bebas yang

digunakan adalah daerah geografis, dilakukan di seluruh SD di wilayah pantai, dataran rendah dan perbukitan kabupaten Situbondo.

Persamaan peneliti dengan peneliti sebelumnya terletak pada tujuan dan metode penelitian, teknik pengambilan sampel, analisis data yang digunakan yaitu metode observational analitik dengan pendekatan cross

sectional dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan indeks DMF-T dan OHI-S, teknik sampling yang digunakan purposive sampling.

4. “Prevalence of dental caries, periodontitis, and oral hygiene status

among 12‑year‑old schoolchildren having normal occlusion and

malocclusion in Mathura city: Acomparative epidemiological study” (Arora,2015)

Perbedaan peneliti dengan peneliti sebelumnya terletak pada teknik

pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik pengambilan sampel dengan cluster sampling.

Persamaan peneliti dengan peneliti sebelumnya terletak pada metode

penelitian, usia sampel dan variabel independen yang digunakan yaitu metode cross sectional, dengan usia sampel 12 tahun, dan variabel

Referensi

Dokumen terkait

4 Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang,

Hal tersebut dapat merugikan bagi siswa yang mendapatkan pendidikan seks yang salah, karna kebanyakan dari mereka akan mencari pemahaman pendidikan seks dari

Nama Paket Pekerjaan : Pengadaan Bahan/Material Belanja Rutin Pemeliharaan Jalan, untuk Pembangunan Talud Langkap - Sanggang, Pembangunan Talud Jl.. GRIYA SEJAHTERA UTAMA

TAKUITAS HUI(UII U]IIYERSITAS SURABAYA

Dari hal tersebut muncul permasalahan yaitu Apakah pendidikan akhlak yang terjadi di MTS NU Salatiga terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan kecerdasan spiritual

Yang dijadikan sebagai suatu pedoman atau kriteria bagi para konsumen dalam memilih suatu warnet dimana dapat dipastikan akan berkaitan langsung dengan citra toko

Perencanaan harus menujukkan secara jelas keahlian, pemahaman, atau teknik apa yang ingin ditingkatkan melalui aktivitas- aktivitas PKB; (3) PKB memungkinkan peserta

Unsur yang mendukung adalah sampai saat ini sebagian besar angkatan laut negara-negara yang ada di dunia sudah menggunakan San Remo Manual sebagai acuan, seperti