• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TPS BERBANTUAN MEDIA KONKRET TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TPS BERBANTUAN MEDIA KONKRET TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TPS BERBANTUAN

MEDIA KONKRET TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA

SISWA KELAS IV SD

Ni Luh Made Rai Tarini

1

, I Ketut Gading

2

, Ni Wayan Arini

3 1,3

Jurusan PGSD,

2

Jurusan BK

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

email: raitarini@gmail.com

1

, ketutgading35@gmail.com

2

,

wayanarini@yahoo.co.id

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui perbedaan prestasi belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, (2) mengetahui interaksi antara model pembelajaran TPS berbantuan media konkret dan intelegensi siswa terhadap pestasi belajar IPA, (3) mengetahui perbedaan prestasi belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan intelegensi tinggi, (4) mengetahui perbedaan prestasi belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan intelegensi rendah. Penelitian ini tergolong quasi experimental research dengan rancangan penelitian post-test only control group design. Populasi penelitian adalah siswa kelas IV SDN Gugus 5 Puhu, Kecamatan Payangan, kabupaten Gianyar tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 95 orang. Sampel dipilih dengan teknik random sampling.Instrumen penelitian adalah tes intelegensi (SPM) dan tes prestasi belajar IPA. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif, dan ANAVA AB. Hasil penelitian menunjukkan (1) terdapat perbedaan prestasi belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Fhitung = 25,50) dengan (Ftabel = 4,25), (2) terdapat interaksi antara

model TPS berbantuan media konkret dan intelegensi terhadap prestasi belajar IPA (Fhitung = 4,57) dengan (Ftabel = 4,15), (3) terdapat perbedaan prestasi belajar antara

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan intelegensi tinggi (thitung = 5,14)

dengan ttabel (2,048), (4) terdapat perbedaan prestasi belajar antara kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol dengan intelegensi rendah (thitung = 2,088) dengan (ttabel 2,048).

Jadi, model pembelajaran Think Pair Share (TPS) berbantuan media konkret berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV di SD N Gugus 5 Puhu Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar tahun pelajaran 2015/2016.

Kata kunci: model TPS, media konkret, intelegensi, prestasi belajar IPA.

Abstract

This research aims to (1) know the differences in learning achievement in science between the experimental group and the control group, (2) know the differences in the interaction between the learning model TPS-aided media concrete and students intelligence in science learning achievement, (3) to know the differences in science leaning achievement between groups experimental and control groups with high intelligence, (4) know the differences in science learning achievement between the experimental group and the control group with low intelligence. This research is classified as quasi-experimental research design research with post-test only control group design. The study population was the fourth grade students of SDN Cluster 5 Puhu, District Payangan, Gianyar regency 2015/2016 school year totaling 95 people. The sample was selected by random technique sampling.Instrument research is intelligence test (SPM) and science learning achievement test. The data were analyzed using descriptive

(2)

statistics and ANAVA AB. The results showed (1) there are differences in learning achievement IPA between the experimental group and the control group (F test = 25,50) with (FTabel = 4,25), (2) there is interaction between the model TPS-aided concrete media and intelligence to the student achievement IPA (Fhitung = 4,57) with (Ftabel = 4,15), (3) there are differences in learning achievement between the experimental group and the control group with high intelligence (t = 5,14) with a table (2,048), (4) there is a difference learning achievement between the experimental group and the control group with low intelligence (t = 2,088) with (ttable 2,048). So, the learning model Think Pair Share (TPS) aided concrete media influence on science learning achievement at the fourth grade students in elementary N Cluster 5 Puhu District of PayanganGianyar regency in the academic year 2015/2016.

Keywords : model TPS , concrete media , intelligence , academic achievement IPA .

PENDAHULUAN

IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. Menurut Fowler (dalam kusumayanti: 2013) IPA merupakan ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan alam dan didasarkan terutama atas pengamatan. Mata pelajaran IPA sebagai salah satu mata pelajaran di SD yang mempunyai tujuan strategi dalam upaya meningkatkan prestasi belajar oleh kalangan peserta didik.

Pembelajaran IPA di sekolah dasar mencerminkan sebuah proses pendidikan nilai yang menekankan pencapaian tujuan belajar yang lebih efektif. Menurut Sudana, dkk., (2014), mengajarkan IPA dengan cara mentransfer begitu saja apa-apa yang diuraikan dalam buku teks kepada anak didiknya, itu merupakan suatu tindakan yang sangat keliru. Hal ini disebabkan oleh yang tersurat dalam buku teks itu baru merupakan satu dimensi saja dari IPA, yaitu dimensi produk. Dalam pembelajaran IPA, seseorang guru dituntut untuk dapat mengajak anak didiknya memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar. Alam sekitar sebagai sumber belajar yang paling otentik dan tidak akan habis digunakan. Berinteraksi dengan lingkungan terutama lingkungan alam, anak didik akan dapat melihat dan merasakan suasana belajar yang nyata. Mereka akan dapat membedakan bagaimana rasanya belajar melalui buku atau ceramah guru di kelas. Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir

kritis. IPA tidaklah mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka melainkan mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

Namun, saat ini pembelajaran IPA yang digunakan di beberapa sekolah dasar

(SD) masih menggunakan model

pembelajaran yang kurang bisa menarik minat siswa. Pembelajaran IPA dengan model pembelajaran yang membiasakan siswa hanya duduk mendengarkan, menulis dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru akan menimbulkan kebosanan bagi siswa. Sebagai salah satu bukti, berdasarkan hasil observasi di SD Gugus 5 Puhu Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar pada tanggal 12-13 Januari 2016 menunjukkan bahwa pembelajaran IPA yang dilaksanakan belum optimal. Terlihat bahwa siswa kurang dilibatkan sepenuhnya dalam pembelajaran dan tidak dilatih untuk menggali dan mengolah informasi, mengambil, dan memecahkan masalah. Siswa juga kurang dilatih untuk mengkontruksikan dan menemukan sendiri konsep yang ada. Hal ini berdampak pada prestasi belajar siswa. Selain itu dalam proses pelaksanaan pembelajaran kurangnya penggunaan media khususnya pada mata pelajaran IPA. Kurangnya penggunaan media dalam pembelajaran karena guru merasa ribet dan memerlukan persiapan yang cukup untuk membuat media.

Berdasarkan hasil studi dokumen pada daftar nilai ulangan IPA tengah semester kelas IV semester satu di SDN Gugus 5 Puhu Kecamatan Payangan, yang dilakukan pada tanggal 12-13 Januari 2016

(3)

didapatkan rata-rata nilai ulangan IPA tengah semester siswa masih berada di bawah nilai KKM yakni dibawah 73. Nilai rata-rata UTS dari masing-masing sekolah ialah SD N 1 Puhu 68,17, SD N 2 Puhu 68,30, SD N 3 Puhu 67,10, SD N 4 Puhu 67,17dan , SD N 5 Puhu 67,70.

Menyikapi masalah tersebut, maka perlu diupayakan usaha peningkatan aktivitas siswa dalam belajar guna untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan merancangan suatu pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa agar dapat menumbuhkembangkan aktivitas dan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Trianto (2007: 1), “model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial”. Setiap model pembelajaran mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai berbagai tujuan.

Saat ini sudah banyak model pembelajaran inovatif yang dikembangkan untuk menggantikan model pembelajaran yang dianggap sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Salah satu pembelajaran inovatif dan kreatif yang dapat diterapkan untuk membantu mempermudah dalam proses pembelajaran yang akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa adalah model pembelajaran think pair share (TPS). Al-Tabany (2014: 129) menyatakan “model pembelajaran

think-pair share (TPS) atau berpikir

berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa”. Siswa diberikan kesempatan lebih banyak untuk berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Model pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan berfikir secara mendalam, mengemukakan pendapat, dan saling membantu satu sama lain melalui tahap-tahap thinking (berpikir), pairing (berpasangan), sharing (berbagi), sehingga kualitas jawaban siswa dapat meningkat. Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran siswa sering kali dihadapkan pada hal-hal

yang bersifat komplek dan abstrak yang sulit dipahami oleh siswa, untuk itu diperlukan suatu alat bantu berupa media. Dengan berbantuan media, pembelajaran IPA akan menjadi lebih menarik. Pemakian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Menurut Arsyad (2009: 2), “media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya”.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih media antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan

konteks pembelajaran termasuk

karakteristik siswa. Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim dan kondisi lingkungan belajar yang ditata oleh guru. Hamalik (dalam Arsyad:

2009: 15) mengemukakan bahwa

“Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa”. Mereka dapat langsung melihat dan merasakan apa yang ada di lingkungan yang dijadikan sebagai media pembelajaran, seperti pohon, rumput, batu, tanah, dan sebagainya. Media konkret merupakan media yang dapat digunakan guru untuk memudahkan proses pembelajaran yang dilakukan di dalam ataupun di luar kelas dengan menggunakan benda-benda konkret atau benda nyata yang ada di sekitar kita. Sejalan dengan pendapat Kusumayanti (2013) menyatakan, bahwa “media konkret sebagai suatu media yang benar-benar tampak, nyata dan benar-benar ada yang

bisa siswa perhatikan dengan

menggunakan alat indra dan siswa tidak menghayal dengan apa yang dipelajarinya”. Di samping model pembelajaran, ditinjau dari aspek psikologi, keberhasilan siswa dalam belajar juga dipengaruhi oleh

(4)

banyak faktor yang bersumber dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal) diri siswa. Salah satu faktor internal yang berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar disebut dengan inteligensi. Slameto (2003: 56) menyatakan, “intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui cara relasi dan mempelajarinya dengan cepat”. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Kemudahan dalam belajar disebabkan oleh tingkat inteligensi yang tinggi yang terbentuk oleh ikatan-ikatan syaraf antara stimulus dan respon yang mendapat penguatan. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dibandingkan dengan siswa yang mempunyai tingkat intelegensi rendah. Salah satu karakteristik intelegensi peserta didik yang dapat dilihat adalah dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan tindakannya dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan pandangan tersebut dapat dikatakan bahwa inteligensi merupakan aspek psikologi yang cukup menentukan keberhasilan dalam belajar. Namun, dalam kenyataannya guru sering mengabaikan aspek psikologis siswa dalam belajar di kelas. Inteligensi selama ini lebih cenderung dipandang sebagai bagian kecil dan kurang penting dalam spektrum intelektual yang lebih luas dan kompleks.

Berdasarkan uraian di atas, diyakini bahwa penggunaan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) berbantuan media konkret memiliki potensi strategis untuk memberikan pengaruh yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan prestasi belajar. Maka dari itu peneliti akan melakukan suatu penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran TPS (Think

Pair Share) Berbantuan Media Konkret

Terhadap Prestasi Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV SDN Gugus 5 Puhu, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar Tahun Ajaran 2015/2016.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui perbedaan prestasi

belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, (2) mengetahui interaksi antara model pembelajaran Think Pair

Share Berbantuan Media Konkret dan

intelegensi terhadap prestasi belajar IPA, (3) mengetahui perbedaan prestasi belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok dengan intelegnsi tinggi, dan (4) mengetahui perbedaan prestasi belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok dengan intelegnsi rendah.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian eksperimen semu (quasi experimental research) karena penelitian yang dilakukan ini tidak mungkin untuk meneliti semua variabel bebas yang memengaruhi variabel terikat karena keterbatasan waktu. Rancangan Penelitian yang digunakan adalah eksperimen non equivalent post-test only control group design adalah seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Rancangan Penelitian

Kelompok Perlakuan Post-Test

E X1 O

K - O

Keterangan:

E: Kelompok Eksperimen, K: Kelompok Kontrol, X1: Perlakuan model Pembelajaran

Think Pair Share Berbantuan Media

Konkret, O: Post-test untuk kelompok eksperimen dan kontrol.

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Gugus 5 Puhu Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar. Dalam penelitian ini, populasinya adalah keseluruhan siswa kelas IV SDN Gugus 5 Puhu Payangan semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Jumlah kelas keseluruhan adalah V kelas dengan jumlah siswanya adalah 95 orang. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik

sample random sampling atau sampel acak

sederhana. Sampel yang dirandom dalam penelitian ini adalah kelas karena dalam eksperimen semu tidak memungkinkan

(5)

untuk mengubah kelas yang ada. Teknik

random dilakukan dengan cara manual,

yaitu dengan sistem undian. Pengundian sampel ini dilakukan pada semua kelas karena setiap kelas mendapatkan kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Dua kelas yang muncul dijadikan kelas sampel. Sekolah yang keluar sebagai kelompok eksperimeadalah SD N 2 Puhu, sedangkan sekolah yang keluar sebagai kelompok kontrol adalah SD N 1 Puhu. Penelitian ini melibatkan tiga variabel, yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model TPS berbantuan media konkret, variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar IPA, dan variabel moderator dalam penelitian ini adalah intelegensi.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi prestasi belajar IPA dan intelegensi siwa. Untuk mengumpulkan data prestasi belajar digunakan tes prestasi belajar IPA berupa soal objektif, sedangkan untuk mengumpulkan data intelegensi siswa digunakan tes SPM (Standard Progressive Matrices). Analisis data dalam penelitian ini dilakukan 3 tahap yaitu, (1) analisis data deskriptif, (2) analisis untuk uji prasyarat analisis, dan (3) analisis data untuk uji hipotesis. Analisis data untuk uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis varians dua jalur (ANAVA AB). HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil skor prestasi belajar IPA pada siswa kelompok eksperimen menunjukkan bahwa skor rata-rata 13,31. Berdasarkan kriteria penetapan prestasi belajar, skor rata-rata siswa kelompok eksperimen berada pada kwalifikasi tinggi. Hasil skor prestasi belajar IPA pada siswa kelompok kontrol menunjukkan bahwa skor rata-rata 10,06. Berdasarkan kriteria penetapan prestasi belajar, skor rata-rata siswa kelompok kontrol berada pada kwalifikasi rendah.

Hasil skor prestasi belajar IPA pada siswa kelompok eksperimen dengan intelegensii tinggi menunjukkan bahwa skor

rata-rata 17,38. Berdasarkan kriteria penetapan prestasii belajar, skor rata-rata siswa kelompok eksperimen dengan intelegensi tinggi berada pada kwalifikasi sangat tinggi. Hasil skor prestasi belajar IPA pada siswa kelompok control dengan intelegensi tinggi menunjukkan bahwa skor rata-rata 12,75. Berdasarkan kriteria penetapan prestasi belajar, skor rata-rata siswa kelompok kontrol dengan intelegensi tinggi berada pada kwalifikasi tinggi.

Hasil skor prestasi belajar IPA pada siswa kelompok eksperimen dengan intelegensii rendah menunjukkan bahwa skor rata-rata 9,25. Berdasarkan kriteria penetapan prestasii belajar, skor rata-rata siswa kelompok eksperimen dengan intelegensi rendah berada pada kwalifikasi sangat sedang. Hasil skor prestasi belajar IPA pada siswa kelompok kontrol dengan intelegensi rendah menunjukkan bahwa skor rata-rata 7,38. Berdasarkan kriteria penetapan prestasi belajar, skor rata-rata siswa kelompok kontrol dengan intelegensi rendah berada pada kwalifikasi rendah.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat dilihat perbedaan skor prestasi belajar IPA antara siswa dengan intelegensi tinggi dan siswa dengan intelegensi rendah. Siswa dengan intelegensi tinggi cenderung memiliki skor prestasi belajar IPA yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa intelegensi rendah. Berdasarkan hasil penghitungan Anava AB diketahui bahwa (1) terdapat perbedaan prestasi belajar IPA antara siswa pada kelompok eksperimen dan siswa pada kelompok kontrol, (2) terdapat interaksi antara model pembelajaran TPS berbantuan media konkret dan intelegensi terhadap prestasi belajar IPA, (3) terdapat perbedaan prestasi belajar IPA antara siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan intelegensi tinggi, dan (4) terdapat perbedaan prestasi belajar IPA antara siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan intelegensi rendah. Rangkuman hasil uji Anava AB dapat disajikan pada tabel 2.

(6)

Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji ANAVA AB

Sumber Varian JK 1db RJK F Hitung F Tabel

(α 0,05) A 84,5 1 84,5 25,50 4,15 B 364,5 1 364,5 110,03 4,15 Inter AB 15,125 1 15,125 4,57 4,15 dalam 92,75 28 3,312 - -Total 556,87 31 - -

-Untuk pengujian hipotesis ketiga yakni terdapat perbedaan prestasi belajar IPA antara siswa pada kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol dengan intelegensi tinggi. Hasil penghitungannya terdapat

pada tabel 3.

Tabel 3 Perbedaan Prestasi Belajar IPA Siswa yang Memiliki Intelegensi Tinggi Berdasarkan Penerapan Model Pembelajaran

Model Pembelajaran Mendapat Perlakuan Model Pembeljaran TPS berbantuan media konkrte

Tidak Mendapat Perlakuan Model Pembeljaran TPS berbantuan media konkrte

thitung ttabel Rata-rata 17,38 10,37 5,14 2,048 Rata-rata Jumlah Kuadrat Dalam (RJKD) 3,31 Derajat Kebebasan (dk) 28

Untuk pengujian hipotesis keempat yakni terdapat perbedaan prestasi belajar IPA antara siswa pada kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol dengan intelegensi rendah. Hasil penghitungannya terdapat pada tabel 4.

Tabel 4. Perbedaan Prestasi Belajar IPA Siswa yang Memiliki Intelegensi Rendah Berdasarkan Penerapan Model Pembelajaran

Model Pembelajaran

Mendapat Perlakuan Model Pembelajaran TPS berbantuan media konkrte

Tidak Mendapat Perlakuan Model Pembelajaran TPS berbantuan media konkrte thitung ttabel Rata-rata 12,75 7,75 2,088 2,048 Rata-rata Jumlah Kuadrat Dalam (RJKD) 3,31 Derajat Kebebasan (dk) 28 Pembahasan

Berdasarkan hasil uji hipotesis, terlihat bahwa keempat hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini berhasil menolak hipotesis nol (H0). Hipotesis

pertama menunjukkan terdapat perbedaan prestasi belajar IPA antara siswa yang mendapat perlakuan model pembelajaran TPS berbantuan media konkret dengan siswa yang tidak mendapat perlakuan

(7)

model pembelajaran TPS berbantuan media konkret. Perbedaan prestasi belajar IPA antara siswa yang mendapat perlakuan model pembelajaran TPS berbantuan media konkret dan siswa yang tidak mendapat perlakuan model pembelajaran TPS berbantuan media konkret disebabkan oleh perbedaan perlakuan pada langkah-langkah pembelajaran dan proses penyampaian materi. Model TPS berbantuan media konkret memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk berpikir, berdiskusi, dan berbagi sehingga dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran sehingga guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Hal ini didukung oleh pendapat Al-Tabany (2014), menyatakan bahwa model pembelajaran think-pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Siswa diberikan kesempatan lebih banyak untuk berpikir, untuk merespon dan saling membantu teman. Melibatkan para siswa untuk mengambil peran dalam pembelajaran, meningkatkan interaksi antar siswa, meningkatkan sikap siswa terhadap ilmu pengetahuan dapat memberi pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. selain itu Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi belajar, dan juga dapat membantu siswa meningkatkan

pemahaman. Kusumayanti (2013)

menyatakan, bahwa media konkret sebagai suatu media yang benar-benar tampak, nyata dan benar-benar ada yang bisa siswa perhatikan dengan menggunakan alat indra dan siswa tidak menghayal dengan apa yang dipelajarinya. Pembelajaran dengan berbantuan media tentunya dapat meningkatkan keinginan siswa untuk belajar. Sedangkan pada kelompok kontrol, pembelajarannya masih didominasi oleh guru, siswa tidak diberikan kesempatan belajar secara berkelompok, sehingga siswa hanya mendapatkan pengetahuan dari guru saja.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian lain tentang pemanfaatan media konkret yang dilakukan oleh Juniasih (2012)

yang menyatakan bahwa hasil belajar IPA pada siswa yang dibelajarkan dengan model TTW (Think Talk Write) berbantuan media konkret lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional. Hal ini disebabkan oleh pemanfaatan media konkret yang dapat membantu siswa lebih cepat mengerti, pembelajaran lebih menarik, dan bervariasi. Sehingga, siswa akan lebih memahami materi yang disamapaikan oleh guru.

Berdasarkan hasil uji hipotesis pertama dengan didukung oleh dasar teori yang dipergunakan dan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar IPA siswa yang mendapat perlakuan model pembelajaran TPS berbantuan media konkret lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar IPA siswa yang tidak mendapat perlakuan model pembelajaran bukan TPS berbantuan media konkret.

Hipotesis kedua menunjukkan terdapat interaksi antara model pembelajaran TPS berbantuan media konkret dan intelegensi terhadap prestasi belajar IPA. Model pembelajaran TPS berbantuan media konkret lebih baik dalam meningkatkan pretasi belajar IPA baik bagi siswa yang memiliki intelegensi tinggi maupun bagi siswa yang memiliki intelegensi rendah. Model pembelajaran TPS melibatkan secara maksimal partisipasi siswa dalam proses pembelajarannya. Dengan memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk berpikir, berdiskusi dan berbagi dapat mempengaruhi prestasi belajar khusnya pada mata pelajaran IPA. Siswa yang memiliki intelegensi tinggi dapat dengan mudah menyesuaikan diri terhadap

lingkungan dan memecahkan

permasalahan secara terarah.

Siswa dengan intelegensi tinggi dalam proses belajar dapat berhasil menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Siswa yang memiliki tingkat intelegensi rendah, mereka cendrung lambat memahami informasi dalam proses pembelajaran. Jika diberikan latihan secara terus menerus, seperti latihan berpikir, berdiskusi, dan menyampaiakan hasil diskusi di depan kelas bersama pasangannya maka siswa yang memiliki

(8)

intelegensi rendah mampu mengembangkan kemampuannya dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu, dengan berbantuan media konkret tentunya bagi siswa yang berintelegensi rendah merasa terbantu untuk memahami materi pembelajaran. Dilihat dari skor prestasi belajar tentunya siswa yang memiliki inelegensi tinggi lebih baik prestasinya dibandingkan dengan siswa yang memiliki intelegensi rendah walaupun dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran yang sama. Hal ini sejalan dengan

pendapat Slameto (2003) yang

menyatakan, dalam situasi yang sama, siswa yang mempuyai tingkat intelegensi tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi rendah. Siswa dengan intelegensi rendah apabila dibelajarkan dengan model pembelajaran TPS berbantuan media konkret juga akan mampu meningkatkna prestasi belajar.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan prestasi belajar IPA antara kelompok siswa yang belajar dengan model TPS berbantuan media konkret dengan model pembelajaran bukan TPS berbantuan media konkret. Dengan demikian, dapat disimpulkan model TPS berbantuan media konkret ditinjau dari intelegensi terbukti berpengaruh terhadap kprestasi belajar.

Hipotesis ketiga menunjukkan terdapat perbedaan prestasi belajar IPA antara siswa yang mendapat perlakuan model pembelajaran TPS berbantuan media konkret dan siswa yang tidak mendapat perlakuan model pembelajaran TPS berbantuan media konkret dengan intelegensi tinggi. Siswa yang memiliki intelegensi tinggi mempunyai keinginan untuk menemukan sendiri konsep-konsep baru. Secara umum, mereka mampu dengan mudah dan lebih cepat dalam mengahadapi tugas-tugas yang diberikan. Penerapan model pembelajaran TPS berbatuan media konkret memberi kesempatan kepada siswa yang memiliki intelegensi tinggi untuk mengembangkan ide-idenya sendiri. Semakin tinggi tingkat intelegensi siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar siswa. Pada siswa dengan tingkat intelegensi tinggi, maka prestasi

belajarnya lebih baik dari pada siswa dengan tingkat intelegensi rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat Rizki (dalam Imswatama, dkk: 2012) yang menyatakan bahwa pada siswa dengan tingkat intelegensi tinggi akan cendrung lebih kritis dan kreatif dalam membuat soal atau pertanyaan yang sesuai dengan masalah yang disajikan oleh guru dan juga dalam menyelesaikan masalah.Siswa yang memiliki intelegensi tinggi jika dibelajarkan dengan model pembelajaran yang dalam proses pembelajarannya masih didominasi oleh guru akan menimbulkan kejenuhan pada diri siswa. Siswa tidak diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri konsep-konsep baru. Namun, dilihat dari skor rata-rata siswa yang memiliki intelegensi tinggi lebih besar dibandingkan dengan siswa yang memiliki intelegensi rendah walaupun sama-sama tidak mendapat perlakuan model pembelajaran TPS berbantuan media konkret. Hal tersebut menunjukkan bahwa selain adanya perbedaan perlakuan model pembelajaran, prestasi belajar siswa juga ditentukan oleh tingkat intelegensi.

Hipotesis keempat menunjukkan terdapat perbedaan prestasi belajar IPA antara siswa yang mendapat perlakuan model pembelajaran TPS berbantuan media konkret dan siswa yang tidak mendapat perlakuan model pembelajaran TPS berbantuan media konkret dengan intelegensi rendah. Siswa dengan intelengensi rendah mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran, seperti dalam mengajukan soal atau pertanyaan, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk membimbingnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Rizki (dalam Imswatama, dkk: 2012) yang menyatakan bahwa pada siswa dengan tingkat intelegensi rendah kemampuan dalam proses berpikir cendrung rendah, oleh karena itu dalam proses pembelajaran di kelas kebanyakan siswa dengan tingkat intelegensi rendah kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.

Siswa yang memiliki intelegensi rendah jika dibelajarkan dengan model pembelajaran yang dalam proses pembelajarannya masih didominasi oleh guru akan menyebabkan siswa bertindak

(9)

pasif, sehingga pengetahuan dan

kemampuan siswa tidak dapat

berkembang. Selain itu, tidak menggunakan media konkret dalam proses pembelajaran juga akan menyebabkan siswa yang memiliki intelgensi rendah mengalamai kesulitan memahami materi pembelajaran yang disampaikan, karena mereka akan lebih mudak memahami konsep-konsep nyata daripada konsep-konsep abstrak.

Berbeda halnya dengan model pembelajara TPS yang terdiri dari 3 langkah utama yaitu thing, pair dan share. Pada tahap think siswa diberikan permasalahan oleh guru, dan siswa diminta untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang diberikan. Melalui kegiatan ini siswa akan merasa terlatih untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir, pada tahap pair siswa akan melakukan diskusi mengenai jawaban dari permasalahan yang diberikan oleh guru bersama pasangannya. Pada tahap ini siswa tentunya akan bertukar pikiran dengan pasangannya. Dan pada tahap share siswa ditugaskan untuk menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas secara berpasangan. Semakin sering dilatih dengan menerapkan tiga langkah utama dalam model pembelajaran TPS, maka ini akan bisa meningkatkan kemampuan siswa daam mengikuti proses pembelajaran yang tentunya akan memengarhi prestasi belajar siswa. Selain itu, dalam proses pembelajarannya yang berbantuan media konkret, tentunya dapat membantu siswa untuk memahami materi yang disampaikan. Penggunaan media konkret dapat memberikan pemahaman dan pengalaman yang berharga karena siswa dapat mempelajari secara langsung, dan penggunaan media konkret sebagai media pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan anak sekolah dasar, mereka akan lebih memahami konsep-konsep nyata daripada konsep-konsep abstrak. Sehingga siswa yang memiliki intelegensi rendah akan merasa terbantu dalam mengikuti proses pembelajaran.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa (1)Terdapat perbedaan prestasi belajar IPA antara siswa yang mendapat

perlakuan model pembelajaran TPS berbantuan media konkret dengan siswa yang tidak mendapat perlakuan model pembelajaran TPS berbantuan media konkret. Hasil ini diketahui berdasarkan rata-rata skor prestasi belajar IPA. Skor prestasi belajar IPA pada siswa yang mendapat perlakuan model pembelajaran TPS berbantuan media konkret lebih besar dibandingkan dengan skor rata-rata pada siswa yang tidak mendapat perlakuan model pembelajaran TPS berbantuan media konkret. (2)Terdapat interaksi antara model pembelajaran TPS berbantuan media konkret dan intelegensi siswa terhadap prestasi belajar IPA. (3)Terdapat perbedaan prestasi belajar IPA antara kelompok siswa yang mendapat perlakuan model pembelajaran TPS berbantuan media konkret dengan kelompok siswa yang tidak mendapat perlakuan model pembelajaran TPS berbantuan media konkret pada siswa yang memiliki intelegensi tinggi. Hasil ini dketahui berdasarkan skor rata-rata prestasi belajar IPA. Skor rata-rata prestasi belajar IPA kelompok siswa dengan intelegensi tinggi yang mendapat perlakuan model pembelajaran TPS berbantuan media konkret lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata-rata siswa dengan intelegensi tinggi yang tidak mendapat perlakuan model pembelajaran TPS berbantuan media konkret, dan (4) Terdapat perbedaan prestasi belajar IPA antara kelompok siswa yang mendapat perlakuan model pembelajaran TPS berbantuan media konkret dengan kelompok siswa yang tidak mendapat perlakuan model pembelajaran TPS berbantuan media konkret pada siswa yang memiliki intelegensi rendah. Hasil ini dketahui berdasarkan skor rata-rata prestasi belajar IPA. Skor rata-rata prestasi belajar IPA kelompok siswa dengan intelegensi rendah yang mendapat perlakuan model pembelajaran TPS berbantuan media konkret lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata-rata siswa dengan intelegensi rendah yang tidak mendapat perlakuan model pembelajaran TPS berbantuan media konkret.

Siswa-siswa di sekolah dasar disarankan agar serius mengikuti pembelajaran dan terlibat aktif selama

(10)

proses pembelajaran berlangsung sehingga siswa dapat meningkatkan prestasi belajar IPA dalam mengikuti proses pembelajaran IPA.

Guru-guru di sekolah dasar disarankan agar menggunakan model TPS berbantuan media konkret dalam melangsungkan pembelajaran, baik pada mata pelajaran IPA maupun pada mata pelajaran yang lain untuk meningkatkan prestasi belajar siswa karena telah terbukti bahwa hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh terhadap prestasi belajar IPA.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh terhadap prestasi belajar IPA, maka disarankan agar kepala sekolah

menghimbau para guru untuk

menggunakan model TPS berbantuan media konkret ini dalam melangsungkan pembelajaran guna untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Imswatama, Aritsya, dkk. 2012.

Experimentasi Metode Pembelajaran Problem Possing dengan Pendekatan CTL Pada Materi Bangunan Datar Ditinjau dari Tingkat Intelegensi Siswa

kelas VII SMP Se- Kabupaten

Purworejo Tahun Pelajaran

2012/2013. Tersedia pada:

http://portalgaruda.org. Diakses, 23 April 2016.

Krisnayanti, Ni Putu. 2013. “Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Berpengaruh Terhadap Prestasi Belajar Ipa Siswa Kelas V Sd Gugus Letda made Putra”. Tersedia pada:http://ejournal.undiksha.ac.id/ind ex.php/JJPGSD. Diakses, 2 Januari2016.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sudana, Dewa Nyoman. dkk. 2010. Pendidikan IPA. Singaraja: Undiksha. Tabany, Trianto Ibnu Badar al.

2014.Mendesain Model Pembelajaran

Inovatif, Progresif, dan

Kontekstual.Jakarta: Kencana.

Trianto.2007a. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Gambar

Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji ANAVA AB

Referensi

Dokumen terkait

Metode evaluasi yang digunakan adalah sistem gugur yaitu evaluasi penilaian penawaran dengan cara memeriksa dan membandingkan dokumen penawaran terhadap pemenuhan persyaratan yang

Namun, anda harus memeriksa secara berkala profil Google Scholar anda, karena bisa saja artikel yang di asukka se ara oto atis uka artikel ya g a da pu

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asinga. Keuntungan (kerugian)

Hasil dari penelitian adalah sebagai berikut: (1) Batik Majapahit adalah batik yang dikerjakan oleh masyarakat yang tinggal di wilayah bekas kerajaan Majapahit

Dalam kegiatan produksi, seperti Live Studio program “Sinar Kasih” penulis menjadi semakin mengerti tentang kerja sama tim dan terbiasa dengannya karena produksi yang

Dari hasil penelitian, perawatan luka menggunakan povidone iodine 10% menunjukkan bahwa pada indikator penyembuhan luka yaitu hilangnya eritema, hilangnya edema dan hilangnya

Sambungan baut dilakukan dengan cara suatu pasak melintang (baut) dipasang pada suatu lubang, yang dengan menembus masuk pada bagian konstruksi yang

Pendidikan di dalam suatu organisasi adalah suatu proses pengembangan kemampuan ke arah yang diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan (Notoadmodjo, 1992). Bidan