• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRAC ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR SINGKATAN ... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 5 1.3 Tujuan Penelitian ... 5 1.3.1 Tujuan Umum ... 5 1.3.2 Tujuan Khusus ... 5 1.4 Manfaat Penelitian ... 6 1.4.1 Manfaat Praktis ... 6 1.4.2 Manfaat Teoritis ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keputihan ... 7

2.1.1 Pengertian Keputihan ... 7

2.1.2 Etiologi Keputihan ... 7

2.1.3 Klasifikasi Keputihan ... 11

(2)

2.2 Remaja... 15

2.2.1 Pengertian Remaja ... 15

2.2.2 Tahapan Masa Remaja ... 15

2.2.3 Perubahan Fisik Remaja ... 16

2.2.4 Siklus Menstruasi pada Remaja ... 17

2.3 Perilaku Vulva Hygiene ... 17

2.3.1 Pengertian Perilaku ... 17

2.3.2 Domain Perilaku... 18

2.3.3 Determinan Perilaku Kesehatan ... 20

2.3.4 Perilaku Vulva Hygiene ... 21

2.3.5 Manfaat Perilaku Vulva Hygiene ... 23

2.4 Hubungan Perilaku Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri ... 24

BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep ... 26

3.2 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel ... 27

3.2.1 Variabel Penelitian ... 27

3.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 28

3.3 Hipotesis ... 28

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ... 29

4.2 Kerangka Kerja ... 30

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

4.3.1 Tempat Penelitian... 31

4.3.2 Waktu Penelitian ... 31

4.4 Populasi,Sample, dan Teknik Sampling Penelitian... 31

4.4.1 Populasi Penelitian ... 31

4.4.2 Sample ... 31

4.4.4 Teknik Sampling ... 32

(3)

4.5.1 Jenis Data Yang Dikumpulkan... 33

4.5.2 Cara Pengumpulan Data ... 33

4.5.3 Instrumen Pengumpulan Data ... 34

4.5.4 Etika Penelitian ... 37

4.6 Pengolahan Dan Analisa Data ... 39

4.6.1 Teknik Pengolahan Data ... 39

4.6.2 Teknik Analisa Data ... 40

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 41

5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian ... 41

5.1.2 Analisa Data Univariat ... 42

5.1.3 Analisa Data Bivariat ... 43

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 44

5.2.1 Perilaku Vulva Hygiene pada Remaja Putri Kelas X di SMA Negeri se-Kota Denpasar ... 44

5.2.2 Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas X di SMA Negeri se-Kota Denpasar ... 46

5.2.3 Hubungan Perilaku Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas X di SMA Negeri se-Kota Denpasar ... 48

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 49

BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan ... 50

6.2 Saran ... 50

6.2.1 Kepada Sekolah yang Bersangkutan ... 50

6.2.2 Kepada Responden ... 50

6.2.3 Kepada Peneliti Selanjutnya ... 51

DAFTAR PUSTAKA Lampiran

(4)

ABSTRAK

Keputihan (white discharge, flour albus, leucorrhea) adalah semua cairan bukan darah yang keluar dari dalam vagina. Kejadian keputihan yang tidak mendapatkan penanganan akan menyebabkan berbagai masalah kesehatan pada organ reproduksi, salah satunya adalah kemandulan. Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya keputihan adalah dengan perilaku vulva hygine. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perilaku vulva hygiene dengan kejadian keputihan Desain penelitian yang digunakan adalah non-experimental design berupa penelitian korelasional dengan pendekatan cross-sectional. Data diambil dari 316 sampel yang dipilih secara simple random sampling pada siswi kelas X di seluruh SMA Negeri Kota Denpasar. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuisioner kejadian keputihan dan kuisioner perilaku vulva hygiene. Berdasarkan uji Spearman-Rank didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05), yang berarti terdapat hubungan antara perilaku vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri. Disarankan kepada perawat untuk memberikan edukasi kepada remaja putri tentang pentingnya menjaga kebersihan vulva, sehingga risiko kejadian keputihan patologis dapat berkurang.

Kata kunci : Perilaku vulva hygiene, keputihan, remaja putri

(5)

ABSTRACT

Vaginal discharge (white discharge, flour albus, leucorrhea) is all the fluid except blood that out from the vagina. The incidence of vaginal discharge that does not get the handling will cause a variety of health problems in reproductive organs, one of them is infertility. One of the efforts to prevent the occurrence of vaginal discharge is the behavior of the vulva hygiene. This study aims to transform and determine the relationship between behavior of vulva hygiene with the incident of vaginal discharge. This study was a non-experimental research who used cross-sectional design with simple random sampling. Data gathered by questionnaire of vaginal discharge and behavior from 316 sampel. Based on Spearman-Rank test p value = 0.000 (p <0.05), meaning that there is a relationship between behavior of vulva hygiene with the incident of vaginal discharge. It is advisable to nurses to provide education to young women about the importance of maintaining cleanliness of the vulva, so the risk of occurrence of vaginal discharge pathological can be reduced.

Keywords: behavior of vulva hygiene, vaginal discharge, teenagers

(6)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kesehatan menurut Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan adalah keadaan sejahtera, baik badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan menurut World Health Organization (WHO), sehat adalah suatu kondisi yang dinamis meliputi kesehatan jasmani, rohani, sosial, dan tidak hanya terbebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Menurut Nanda (2008) kesehatan adalah suatu kebutuhan dasar masyarakat, sehingga setiap masyarakat perlu untuk menjaga kesehatannya. Kesehatan yang dimiliki akan menjadi sebuah dasar untuk menentukan derajat kehidupan manusia untuk menju kearah yang lebih berkualitas. Seluruh aspek kesehatan dalam tubuh manusia harus dipertahankan, yaitu kesehatan jiwa, kesehatan pencernaan, jantung, paru, juga termasuk organ reproduksi.

Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting dalam kehidupan pembangunan kesehatan. Semua pihak dalam lapisan masyarakat harus terlibat dalam memperhatikan kesehatan reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi tidak bisa menjadi perhatian individu saja, karena dampaknya luas dan dapat mempengaruhi segala aspek dalam kehidupan (Manuaba, Manuaba & Manuaba, 2009). Pentingnya kesehatan reproduksi ini harus didukung oleh perilaku hidup yang bersih dan sehat, sehingga akan dihasilkan kondisi yang prima. Kondisi sehat harus dipertahankan sepanjang siklus kehidupan, termasuk pada masa remaja (Tim Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010).

Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa remaja diawali pada usia 12 sampai 21 tahun (Kusmiran, 2012). Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial (Andika,2010). Selain peralihan pada perkembangan fisik, mental, dan sosial, remaja juga mengalami peralihan pada kematangan organ reproduksinya.

(7)

Untuk itu, pada masa transisi inilah remaja memerlukan perhatian yang khusus dari berbagai pihak dalam lingkungannya agar tehindar dari berbagai penyakit, termasuk penyakit yang menyerang organ reproduksi (Manuaba, 2009).

Masalah kesehatan reproduksi remaja merupakan hal penting yang harus diketahui oleh remaja. Kesehatan reproduksi akan menentukan bagaimana generasi bangsa yang dilahirkan oleh seorang wanita saat dewasa nanti (Manuaba dkk., 2009). Seorang remaja harus dibekali ilmu dan informasi tentang kesehatan reproduksi, agar tercapai perilaku remaja yang bersih dan sehat. Remaja yang tidak memperhatikan kesehatan reproduksinya dapat mengalami masalah seperti kehamilan dini, penyakit menular seksual, dan penyakit yang menyerang organ reproduksi, salah satunya adalah keputihan (Soetjiningsih, 2010).

Keputihan (white discharge, flour albus, leucorrhea) adalah cairan atau sekret yang keluar dari dalam vagina. Cairan yang keluar tersebut bervariasi, baik warna, jumlah, bau, maupun konsistensinya (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2012; Werner, Thuman & Maxwell,2010). Keputihan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu keputihan yang normal (fisiologis) dan keputihan tidak normal (patologis). Keputihan normal biasanya terjadi sebelum dan sesudah menstruasi, cairan yang keluar bening tidak berbau, jumlahnya sedikit, dan tanpa rasa gatal. Sedangkan keputihan patologis adalah keputihan yang berbahaya, cairan yang keluar berwarna, berbau busuk, jumlahnya banyak dan disertai rasa gatal (Midlineplus, 2013).

Keputihan dapat terjadi karena infeksi dan non-infeksi. Infeksi disebabkan karena bakteri, virus, jamur, dan parasit, sedangkan non-infeksi disebabkan karena masuknya benda asing ke dalam vagina, memakai celana yang terlalu ketat, dan memakai celana dalam dari bahan yang tidak terbuat dari katun (Pudiastuti, 2010 ; Manuaba,2009).

Keputihan dapat menyebabkan dampak yang berbahaya apabila tidak ditangani dengan tepat (Djuanda, Hamzah & Aisah, 2005). Keputihan yang dibiarkan akan menjadi pencetus kanker leher rahim dan bahkan dapat menyebabkan kemandulan pada seorang wanita ( Manuaba, 2009). Bahaya penyakit yang disebabkan oleh

(8)

keputihan terjadi karena bakteri, virus, jamur dan parasit yang ada disekitar organ kewanitaan berkembang dengan baik dan jumlahnya terus-menerus bertambah (Djuanda, Hamzah & Aisah, 2005).

Angka kejadian keputihan cukup tinggi dan semua wanita pada semua golongan umur bisa mengalami kejadian keputihan. Berdasarkan penelitian mengenai kesehatan reproduksi ditemukan bahwa 70% wanita di dunia mengalami keputihan, paling sedikit satu kali seumur hidupnya (Febiliawanti, 2009). Sedangkan penelitian yang dilakukan di Indonesia, sebanyak sekitar 90% wanita mengalami keputihan paling sedikit sekali seumur hidupnya (Azizah, 2015). Angka kejadian keputihan di Indonesia lebih tinggi dari negara Eropa. Hal tersebut terjadi karena Negara Indonesia beriklim tropis, sehingga jamur mudah berkembangbiak dan menyebabkan keputihan (Azizah, 2015). Kejadian keputihan di Indonesia sebanyak 90% wanita, sedangkan Eropa hanya sebanyak 25% saja (Egan, 2009).

Penelitian yang dilakukan Katharini dan Yuliawati (2009) di Lampung mendapatkan hasil bahwa prevalensi remaja putri yang mengalami keputihan adalah 75%. Hasil tersebut juga didukung oleh beberapa penelitian, yaitu pada tahun 2011 di Semarang sebanyak 96,9% remaja mengalami keputihan (Ayuningtyas, 2011), dan penelitian yang dilakukan pada tahun 2013 di Jakarta mendapatkan hasil sebanyak 56,2% remaja mengalami keputihan (Nurhayati, 2013). Penelitian terbaru di Jogjakarta tentang keputihan juga didapatkan hasil bahwa angka kejadian keputihan masih tinggi, yaitu sebanyak 72% remaja (Azizah, 2015). Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa angka kejadian keputihan di kalangan remaja putri masih sangat tinggi, bahkan nilainya diatas 50% dari seluruh sampel yang dilakukan dalam penelitian. Tingginya angka kejadian keputihan pada remaja harus mendapatkan penanganan yang benar dan tepat dari berbagai pihak. Selain pengobatan, perlu juga dilakukan tindakan pencegahan, agar angka kejadian keputihan dapat berkurang (Pudiastuti, 2010). Semakin dini dilakukan pencegahan, maka hasilnya pun akan semakin

(9)

baik. Salah satu cara pencegahan adalah dengan menerapkan perilaku vulva hygiene pada remaja putri (Rahman, Hidayah & Azizah, 2014).

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas dari individu yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon serta dapat diamati (Notoatmodjo, 2010). Perilaku remaja yang mau melakukan vulva hygiene dengan tepat akan menghasilkan remaja yang jauh dari kejadian keputihan, begitu pula sebaliknya, remaja akan mengalami keputihan apabila tidak melakukan vulva hygiene dengan tepat. Maka, untuk meningkatkan derajat kesehatan di kalangan remaja, diperlukan perilaku remaja yang baik dan mampu melakukan vulva hygiene dengan benar (Kusmiran, 2012 ; Rahman, Hidayah & Azizah, 2014).

Perilaku remaja dalam menjaga kesehatan reproduksinya masih sangat rendah ditemukan. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan. Menurut Profil Dinas Kesehatan Jawa Tengah (dalam Rahman, Hidayah, & Azizah, 2014) sebanyak 43,3 juta jiwa remaja berperilaku tidak sehat dan ini merupakan salah satu penyebab terjadinya keputihan. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati (2013) di Jakarta didapatkan data sebanyak 56,9% remaja memiliki perilaku buruk dalam menjaga kebersihan organ genetalia. Bukti lain ditemukan oleh penelitian yang dilakukan oleh Karuniadi di Bali (2013) yang menemukan hasil bahwa sebanyak 53,49% remaja memiliki sikap dalam perilaku genetalia yang buruk.

Perilaku vulva hygiene merupakan kegiatan atau aktivitas individu khususnya wanita untuk menjaga kebersihan organ vulvanya (Nurhayati, 2013). Manfaat vulva hygiene bagi kesehatan antara lain menjaga agar vagina tetap bersih, sehingga bakteri, jamur, parasit dan virus tidak mudah tumbuh (Farage& Maibach, 2006). Tidakan vulva hygiene yang dilakukan untuk menjaga kebersihan vagina antara lain dengan mencuci vagina dengan air mengalir, mengganti celana dalam sehari minimal dua kali, mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh vagina, dan mencukur rambut vagina secara rutin (Nurhayati, 2013).

(10)

Studi pendahuluan yang dilakukan di SMA N 6 pada bulan Agustus 2015 melalui wawancara dengan delapan remaja putri kelas X didapatkan hasil bahwa semua remaja putri yang diwawancara pernah mengalami keputihan. Dua orang remaja putri mengatakan bahwa keputihan berwarna kekuningan dan kadang merasa gatal pada vagina, sedangkan enam remaja putri lainnya mengatakan bahwa keputihan berwarna bening hingga putih dan kental.

Tingginya angka kejadian keputihan akan berdapak buruk bagi kehidupan individu yang mengalaminya, karena akan menimbulkan penyakit bahkan kemandulan. Hal itu juga berkesinambungan dengan tingginya pravalensi remaja yang berprilaku buruk untuk menjaga organ genetalianya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian hubungan perilaku vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan fenomena di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian mengenai “adakah hubungan perilaku vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri kelas X di SMA Negeri Se-Kota Denpasar?”.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan perilaku vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri kelas X di SMA Negeri Se-Kota Denpasar.

1.3.2 Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan :

a. Diketahuinya perilaku vulva hygiene pada remaja putri kelas X di SMA Negeri se-kota Denpasar.

b. Diketahuinya kejadian keputihan pada remaja putri kelas X di SMA Negeri se-kota Denpasar.

(11)

c. Menganalisa hubungan perilaku vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri kelas X di SMA Negeri se-kota Denpasar.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Memberikan informasi dan referensi penunjang bagi peneliti selanjutnya mengenai hubungan perilaku vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan mampu digunakan sebagai landasan kurikulum pendidikan dalam memberikan pengetahuan dan praktik, terutama keperawatan maternitas mengenai perilaku vulva hygiene dan kejadian keputihan.

b. Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan mampu digunakan untuk memberikan wawasan pada tenaga kesehatan tentang keputihan serta upaya pencegahannya, sehingga dapat digunakan sebagai upaya promotif dalam pencegahan keputihan pada remaja.

c. Manfaat Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan mampu digunakan sebagai gambaran pada siswa mengenai hubungan perilaku vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri.

Referensi

Dokumen terkait

LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat) adalah sebuah unit kegiatan yang berfungsi mengelola semua kegiatan penelitian dan pengabdian kepada

Kecenderungan lebih banyaknya frase eksosentris direktif yang berfungsi sebagai penanda nomina lokatif di dalam novel ini berkaitan dengan data struktur dan makna

Dengan menambah luas permukaan sendi yang dapat menerima beban, osteofot mungkin dapat memperbaiki perubahan-perubahan awal tulang rawan sendi pada osteoartritis, akan tetapi

Kepala Desa Teluk Endin Fahrudin pun mengucapkan banyak terimakasih kepada UJP Banten 2 Labuan yang telah membantu dalam perbaikan perahu nelayan pasca banjir ini, semoga

Dengan menerapkan metode pembelajaran yang terintegrasi dengan teknologi komputer (seperti SPC) akan memberikan suatu model yang berbasis unjuk kerja, hal ini

hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan metode Ummi dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran pada siswa SMP IT Izzatul Islam Getasan secara umum telah

Dapat menjadi sumber ilmu tambahan untuk berbagai pihak misalnya Aparatur penegak hukum seperti Polisi, Hakim, dan Jaksa yang mengawal jalannya penyelesaian kasus-kasus

Dengan di tandatangani surat persetujuan ini, maka saya menyatakan bersedia / tidak bersedia untuk berperan serta menjadi responden dalam penelitian dengan judul “Gambaran